kti aldonar

34
 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gi zi meme ga ng p eranan pe nt in g da la m si kl us hi dup manus ia . Kekurangan gizi pada ibu hamil dapat menyebabkan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) dan dapat pula menyebabkan penurunan tingkat kecerdasan. Pada bayi dan ana k, kek ur angan gi zi akan me ni mbul kan ganggua n per tumbuha n dan  pe rkembangan yan g apabila tid ak dia tas i sec ara dini dapat berlanjut hingga dewasa (Depkes, 2006) An ak Usi a 0- 24 bu lan mer up ak an ba gi an da ri pe rt umbu ha n da n  perkembangan anak yang pesat, sehingga kerap juga disebut atau diistilahkan sebagai periode emas sekaligus periode kritis. Periode emas dapat diwujudkan apabila pada masa ini balita memperoleh asupan gizi yang baik, yang sesuai dengan tumbuh kembang yang optimal. Sebaliknya apabila balita pada masa ini  periode kritis yang akan menggangu tumbuh kembang balita, baik pada saat ini maupun masa selanjutnya. Apabila makanan tidak cukup mengandung zat-zat gizi ya ng dibut uhkan dan berlangsung lama, akan mengakibat kan perubahan metabolisme otak, sehingga tidak dapat berfungsi secara normal (Anwar, 2008). Untuk mencapai tumbuh kemban g optimal, didal am Global Strategy for  I nfant and young Child Feeding , WHO/ UNICEF mere komendasikan 3 hal 1

Upload: setiowagiyanto

Post on 08-Jul-2015

364 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KTI ALDONAR

5/10/2018 KTI ALDONAR - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kti-aldonar 1/34

 

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gizi memegang peranan penting dalam siklus hidup manusia.

Kekurangan gizi pada ibu hamil dapat menyebabkan Berat Badan Lahir Rendah

(BBLR) dan dapat pula menyebabkan penurunan tingkat kecerdasan. Pada bayi

dan anak, kekurangan gizi akan menimbulkan gangguan pertumbuhan dan

  perkembangan yang apabila tidak diatasi secara dini dapat berlanjut hingga

dewasa (Depkes, 2006)

Anak Usia 0-24 bulan merupakan bagian dari pertumbuhan dan

 perkembangan anak yang pesat, sehingga kerap juga disebut atau diistilahkan

sebagai periode emas sekaligus periode kritis. Periode emas dapat diwujudkan

apabila pada masa ini balita memperoleh asupan gizi yang baik, yang sesuai

dengan tumbuh kembang yang optimal. Sebaliknya apabila balita pada masa ini

 periode kritis yang akan menggangu tumbuh kembang balita, baik pada saat ini

maupun masa selanjutnya. Apabila makanan tidak cukup mengandung zat-zat gizi

yang dibutuhkan dan berlangsung lama, akan mengakibatkan perubahan

metabolisme otak, sehingga tidak dapat berfungsi secara normal (Anwar, 2008).

Untuk mencapai tumbuh kembang optimal, didalam Global Strategy for 

  Infant and young Child Feeding , WHO/UNICEF merekomendasikan 3 hal

1

Page 2: KTI ALDONAR

5/10/2018 KTI ALDONAR - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kti-aldonar 2/34

 

2

 penting yang harus dilakukan antara lain Memberikan MP-ASI sejak bayi berusia

6 bulan sampai usia 24 bulan atau lebih. Rekomendasi tersebut menekankan

secara sosial budaya MP-ASI hendaknya dibuat dari bahan pangan yang murah

dan mudah diperoleh di daerah setempat. Serta untuk memantau tumbuh kembang

anak balita maka orang tua harus membawa anak balita ke posyandu terdekat

setiap bulan (Untoro, 2002).

Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah untuk mencegah dan

menanggulangi terjadinya gangguan pertumbuhan adalah Pemberian Makanan

Tambahan (PMT) secara gratis kepada bayi usia 6-24 bulan yang berasal dari

keluarga miskin, berupa MP-ASI pabrikan atau blanded food  yang telah

difortifikasi mulai sejak 2003 dan 2007 masih tetap diberikan berupa MP-ASI

 bubuk instan dan biskiut (Adiyasa, 2007). Sejak tahun 2002 Program Jaring

Pengaman Sosial Bidang Kesehatan (JPS-BK) telah mendistribusikan MP-ASI

dan pada tahun 2008, bantuan MP-ASI berasal dari dana  Bantuan Sosial Depkes.

Pada tahun 2009 tidak ada program bantuan pemberian MP-ASI, sedangkan tahun

2010 bantuan MP-ASI diberikan kepada anak usia 12-23 bulan berupa biscuit

yang berasal dari Kementerian Kesehatan 

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, angka

 prevalensi balita gizi kurang+buruk di Provinsi Bengkulu sebesar 18,4%, untuk 

gizi kurang prevalensi 13%. Sedangkan hasil Penilaian Status Gizi (PSG) pada

tahun 2010 di Kecamatan Muara Bangkahulu ditemukan jumlah gizi kurang dan

gizi buruk 25,0% angka ini melebihi angka nasional yaitu 20%. Sehingga daerah

Page 3: KTI ALDONAR

5/10/2018 KTI ALDONAR - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kti-aldonar 3/34

 

3

Muara Bangkahulu perlu diberikan bantuan PMT dan MP-ASI. Berdasarkan hasil

survey awal yang dilakukan di Kecamatan Muara Bangkahulu yang terdiri dari 2

 puskesmas yaitu Beringin Raya dan Ratu Agung terdapat 40 balita usia 12-23

 bulan yang mendapat MP-ASI.

Target yang diinginkan dalam Pemberian MP-ASI adalh 100 % atau status

gizi yang baik, Pemantauan dalam pencapaian target dilakukan petugas

  puskesmas dan kader posyandu yang meliputi perilaku pemberian MP-ASI

 biskuit sesuai dengan buku pedoman, perilaku tersebut secara garis besar meliputi

3 hal antara lain cara penyajian meliputi besar porsi, kerenyahan, siapa saja yang

mengkomsumsinya dan perubahan yang terjadi (Rahmawati, 2010).

Untuk melihat keberhasilan MP-ASI pada balita perlu dilakukan penelitian.

Oleh karena itu penulis tertarik untuk mengetahui kontribusi pemberian MP-ASI

 pada balita usia 12-23 bulan di Kecamatan Muara Bangkahulu.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, masih ada balita yang belum mendapat

asupan MP-ASI biskuit sesuai ketentuan dan bagaimana perubahan berat badan

 balita, untuk itu penelitian ingin mengetahui adakah kontribusi pemberian MP-

ASI pada balita usia 12-24 bulan di Kecamatan Muara Bangkahulu ?

Page 4: KTI ALDONAR

5/10/2018 KTI ALDONAR - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kti-aldonar 4/34

 

4

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui kontribusi pemberian MP-ASI terhadap kenaikan

  berat badan balita 12-24 bulan di Kecamatan Muara Bangkahulu Kota

Bengkulu tahun 2010.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui berat badan balita 12-24 bulan sebelum mendapat MP-

ASI di Kecamatan Muara Bangkahulu Kota Bengkulu tahun 2010.

  b. Mengetehui gambaran mengenai pemberian MP-ASI anak 12-24

  bulan di Kecamatan Muara Bangkahulu Kota Bengkulu tahun 2010.

c. Mengetahui berat badan balita 12-24 bulan setelah mendapat MP-ASI

di Kecamatan Muara Bangkahulu Kota Bengkulu tahun 2010.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Mahasiswa

Menambah ilmu pengetahuan dan wawasan dengan latihan kontak sosial

untuk menerapkan ilmu prefesional dalam meningkatkan proses belajar yang

dapat dipahami mengenai kesehatan.

2. Bagi Institusi Pendidikan Bengkulu

Penelitian ini dapat dijadikan sumber dasar perbandingan antara teori dan

 praktik yang dapat diterapkan dalam kegiatan pembelajaran mahasiswa.

Page 5: KTI ALDONAR

5/10/2018 KTI ALDONAR - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kti-aldonar 5/34

 

5

3. Bagi Pelayanan Masyarakat (Puskesmas)

Memberi masukan bagi petugas kesehata terutama petugasdi bagian gizi untuk 

dapat meningkatkan lagi kontrol atau pengawasan terhadap balita (keluarga)

dan keluarga miskin. Dalam upaya peningkatan kesejahteraan raktyat melalui

 peningkatan pelayanan, pembelajaran, penyuluhan, dan pembinaan kesehatan

masyarakat

E. Keaslian Penelitian

1.  Juita (2008), dengan judul perbedaan status gizi anak umur 12-24 bulan

yang mendapat MP-ASI Instan dan Non Instan di wilayah keja

Puskesmas Lingkar Barat Kota Bengkulu. Hasil penelitian tidak ada

 perbedaan status gizi anak umur 6-24 bulan yang mendapat MP-ASI

instan dan non instan.

2. Sunarno dkk. (2006), dengan judul pengaruh penambahan frukto-

oligosakarida (FOS) pada MP-ASI terhadap kejadian diare dan

 pertumbuhan bayi umur 6-12 bulan. Hasil penelitian penurunan resiko

diare pada bayi sangat ditentukan oleh rerata tingkat komsumsi FOS/ kg

Berat badan bayi dan tingkat komsumsi yang terlalu tinggi justru tidak 

 berpengaruh terhadap penurunan resiko diare.

Page 6: KTI ALDONAR

5/10/2018 KTI ALDONAR - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kti-aldonar 6/34

 

6

3. Galuh (2007), dengan judul hubungan pemberian PMT local dengan kenaikan berat

 badan usia 6-24 bulan di desa Jember Jawa Timur. Hasil penelitian ada hubungan

antara pemberian MP-ASI local dengan kenaikan berat badan balita usia 6-24 bulan.

Perbedaan dengan penelitian ini adalah variabel penelitian, sampel, lokasi,

tahun penelitian.

Page 7: KTI ALDONAR

5/10/2018 KTI ALDONAR - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kti-aldonar 7/34

 

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Makanan Pendamping ASI (MP-ASI)

Makanan pendamping ASI adalah makanan atau minuman yang

mengandung zat gizi yang diberikan kepada bayi atau anak usia 6-24 bulan,

guna memenuhi kebutuhan gizi selain ASI (Depkes, 2006). Makanan

Pendamping ASI adalah makanan atau minuman yang mengandung gizi

diberikan kepada bayi/anak untuk memenuhi kebutuhan gizinya.MP-ASI

diberikan mulai umur 4 bulan sampai 24 bulan. Semakin meningkat umur 

  bayi/anak, kebutuhan akan zat gizi semakin bertambah karena tumbuh

kembang, sedangkan ASI yang dihasilkan kurang memenuhi kebutuhan

gizi.MP-ASI merupakan makanan peralihan dari ASI ke makanan keluarga.

Pengenalan dan pemberian MP-ASI harus dilakukan secara bertahap baik 

 bentuk maupun jumlahnya, sesuai dengan kemampua pencernaan bayi/anak .

Pemberian MP-ASI yang cukup dalam hal kualitas dan kuantitas penting

untuk pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan anak yang bertambah

 pesat pada periode ini (Azwar, 2005).

7

Page 8: KTI ALDONAR

5/10/2018 KTI ALDONAR - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kti-aldonar 8/34

 

8

MP-ASI Alamiah

Pemberian MP-ASI alamiah memiliki beberapa dampak positif.

Pertama, ibu lebih memahami dan lebih terampil dalam membuat MP-ASI

dari bahan pangan lokal sesuai denga kebiasaan dan social kebudayaan

setempat, sehingga ibu dapat melanjutkan pemberian MP-ASI local secara

mandiri. Kadua, meningkatkan partisipasi dan pemberdayaan masyarakat serta

memperkuat kelembagaan seperti PKK dan posyandu. Ketiga, memiliki

  potensi meningkatkan pendapatan masyarakat melalui penjualan hasil

 pertanian. Keempat, sebagai sarana dalam pendidikan dan penyuluhan gizi.

(Arifin, 2008).

MP-ASI instan atau Komersil

Makanan MP-ASI komersial adalah makanan yang di buat oleh pabrik 

untuk pemenuhan zat gizi bayi. MP-ASI komersial memang mudah digunakan

dan telah disterilkan, serta biasanya mengandung tambahan vitamin dan

mineral. Makanan instan ini idealnya harus mengandung makanan pokok,

 biasanya beras, gandum, kentang, tepung maizena, sayuran berdaun hijau atau

kuning, buah-buahan, daging minyak atau lemak. Bahan-bahan tersebut dibuat

menjadi formula makanan instan yang kemudian ditambahkan sebagai

vitamin dan mineral (Soetjiningsih, 1998).

Page 9: KTI ALDONAR

5/10/2018 KTI ALDONAR - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kti-aldonar 9/34

 

9

Secara komersial makanan balita tersedia dalam bentuk tepung

campuran instan yang dapat dimakan secara langsung dengan dijadikan bubur.

Beberapa merek yang diproduksi dan beredar di pasaran antara lain produk 

SUN, PROMINA. CEREAL, MILNA dan NUTRICIA. Produk-produk ini

dubuat dengan cara mencampur atau mempformulasikan bahan dari jagung,

kedelai susu, gamdum, beras-tempe-ikan dan lain-lain (Suharjo, 2008).

1. MP-ASI Biskuit

Page 10: KTI ALDONAR

5/10/2018 KTI ALDONAR - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kti-aldonar 10/34

 

10

MP-ASI ini yaitu makanan bergizi yang diberikan disamping ASI

kepada anak usia 12-24 bulan dalam bentuk biskuit. MP-ASI ini diberikan

oleh Program Jaring Pengaman Sosial Bidang Kesehatan (JPS-BK) dengan

sasaran bayi usia 12-24 bulan yang berasal dari keluarga miskin di Indonesia.

Tujuan dari pemberian MP-ASI adalah untuk menanggulangi dan mencegah

terjadinya gizi buruk dan gizi kurang sekaligus mempertahankan status gizi

 baik pada bayi 12-24 bulan (Depkes, 2004).

MP-ASI biskuit terbuat dari campuran tepung terigu, mergarin, gula,

susu, lesitin kedelai, garam bikarbonat, dan diperkaya dengan vitamin dan

mineral serta ditambah dengan penyedap rasa dan aroma. Gula yang

digunakan dalam bentuk sukrosa dan atau fruktosa san atau sirup glukosa dan

atau madu. Jika menggunakan fruktosa, jumlahnya tidak boleh lebih dari 15

gr/100gr. (Depkes, 2004)

Karakteristik dari MP-ASI boskuit yaitu memiliki bentuk keping

 bundar dengan berat 10 gr/keping. Isi keseluruhan dalam satu kemasan yaitu

12 keping. Pada permukaan atas tercantum tulisan MP-ASI. Tekstur MP-ASI

 biskuit renyah yang apa bila dicampur air menjadi lembut. Rasanya manis

yang sangat disukai bayi usia 12-24 bulan. Kadaluarsa MP-ASI biskuit 12

 bulan setelah tanggal produksi.

 

B. Status Gizi

Page 11: KTI ALDONAR

5/10/2018 KTI ALDONAR - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kti-aldonar 11/34

 

11

Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang

dikonsumsi secara normal melalui digesti, absorpsi, transportasi,

  penyimpanan, metabolism dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan

untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari

organ-organ, serta menghasilkan energi ( Supariasa, 2002).

Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan

dan penggunaan zat-zat gizi (Almatsier, 2001). Status gizi adalah ekspresi dari

keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari

nutriture (Supariasa, 2002).

Status Gizi dapat ditentukan melalui pemeriksaan laboratorium

maupun secara antropometri. Antropometri merupakan cara penentuaan status

gizi yang paling mudah dan murah (Permaisih, 2003).

Masalah gizi pada remaja akan berdampak negatif pada tingkat

kesehatan masyarakat, misalnya penurunan konsentrasi belajar, resiko

melahirkan bayi dengan BBLR, penurunan kesegaran jasman. Banyak 

  penelitian telah dilakukan menunjukkan kelompok remaja menderita atau

mengalami maslah gizi. Masalah gizi tersebut antara lain Anemi dan IMT

kurang dari batas normal atau kurus (Maria, 2009).

C. Penilaian Status Gizi

Page 12: KTI ALDONAR

5/10/2018 KTI ALDONAR - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kti-aldonar 12/34

 

12

Penilaian status gizi dapat dibagi menjadi dua yaitu penilaian status

gizi secara langsung dan tidak langsung. Penilaian status gizi secara langsung

yaitu pengukuran antropometri, klinis, biokimia, dan biofisik, sedangkan

 penilaian status gizi sacara tidak langsung yaitu survey konsumsi makanan,

satistik vital, dan faktor ekologi (Supariasa, 2002).

1. Penilaian Status Gizi Secara Langsung

a. Antropometri

Antropometri yaitu ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari sudut

  pandang gizi, antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam

 pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur 

dan tingkat gizi. Antropometri secara umum digunakan untuk melihat

ketidakseimbangan asupan protein dan energi (Supariasa, 2002).

Beberapa hal yang mendasari penggunaan antropometrin :

1) Alatnya mudah didapat dan digunakan, seperti dacin, pita

lingkar lengan atas, dan mikrotoa.

2) Pengukuran dapat dilakukan berulang-ulang dengan mudah

dan objektif.

3) Pengukuran bukan hanya dilakukan dengan tenaga khusus

 profesional, juga oleh tenaga lain yang telah dilatih sebelumnya.

4) Biaya relatif murah, karena alat mudah didapat.

5) Hasilnya mudah disimpulkan karena mempunyai ambang batas

(cut off points) dan baku rujukan yang sudah pasti.

Page 13: KTI ALDONAR

5/10/2018 KTI ALDONAR - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kti-aldonar 13/34

 

13

6) Secara ilmiah diakui kebenarannya. Hampir semua negara

menggunakan antropometri sebagai metode untuk mengukur status gizi

masyarakat (Supariasa, dkk, 2001).

Antropometri sebagai indikator status gizi dapat dilakukan dengan mengukur 

 beberapa parameter yaitu :

1) Umur  

Faktor umur sangat penting dalam penentuan status gizi. Kesehatan

  penentuan umur akan menyebabkan interpretasi status gizi menjadi salah.

Hasil pengukuran tinggi badan dan berat badan yang akurat, menjadi tidak 

 berarti bila tidak disrtai dengan penentuan umur yang tepat (Supriasa, 2001).

2) Berat Badan

Berat badan merupakan ukuran antropometri yang terpenting dan

  paling sering digunakan pada bayi baru lahir (neonatus). Pada masa bayi-

 balita, berat badan dapat dipergunakan untuk melihat laju pertumbuhan fisik 

maupun status gizi, kecuali terdapat kelainan klinis seperti dehidrasi, asites,

edema dan adanya tumor. Disamping itu pula berat badan dapat dipergunakan

sebagai dasar perhitungan dosis obat dan makanan.

Berat badan menggambarkan jumlah dari protein, lemak, air dan

mineral pada tulang. Pada remaja, lemak tubuh cenderung meningkat dan

 protein menurun. Pada orang yang edema dan asites terjadi penambahan

Page 14: KTI ALDONAR

5/10/2018 KTI ALDONAR - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kti-aldonar 14/34

 

14

cairan dalam tubuh. Adanya tumor dapat menurunkan jaringan lemak dan

otot, khususnya terjadi pada orang kekurangan gizi. Berat badan merupakan

 pilihan utama karena berbagai pertimbangan, antara lain : Parameter yang

 paling baik, mudah terlihat perubahan dalam waktu singkat karena perubahan-

  perubahan konsumsi makanan dan kesehatan. Adapun Faktor-faktor yang

mempengaruhi perkembangan berat badan yaitu :

a. Faktor Genetik  

Merupakan modal dasar dalam mencapai hasil akhir proses

tumbuh anak. Melalui instruksi genetik yang terkandung di dalam sel

telur yang telah dibuahi, dapat ditentukan kualitas dan kuantitas

  pertumbuhan. Termasuk faktor genetik antara lain adalah berbagai

faktor bawaan yang normal dan patologik, jenis kelamin, suku bangsa

atau bangsa.

 b. Faktor Lingkungan

Lingkungan merupakan faktor yang sangat menentukan tercapai

atau tidaknya potensi bawaan, lingkungan yang cukup baik akan

memungkinkan tercapainya potensi bawaan, sedangkan yang kurang

  baik akan menghambatnya. L:ingkungan ini merupakan lingkungan

Page 15: KTI ALDONAR

5/10/2018 KTI ALDONAR - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kti-aldonar 15/34

 

15

“bio-psiko-sosial” yang mempengaruhi individu setiap hari mulai dari

konsepsi sampai akhir hayatnya.

Faktor lingkungan ini secara garis besar dibagi menjadi :

1) Faktor lingkungan ini yang mempengaruhi

anak pada waktu masih di dalam kandungan (Faktor pranatal)

2) Faktor lingkungan yang mempengaruhi

tumbuh kembang anak setelah lahir (Faktor postnatal) (Soetjiningsih,

1995)

Berat badan juga sangat erat kaitannya denga tumbuh kembang anak 

karena apabila pertumbuhan balita baik, maka berat badannya pun baik,

  begitu pula sebaliknya, apabila pertumbuhan anak kurang akan

mengakibatkan penurunan atau tidak bertambahnya sama sekali berat badan

 balita. Sehingga berat badan akan selalu dikaitkan dengan tumbuh kembang

 balita. Pertambahan Barat badan juga sering di lihat dari usia balita karna

semakin bartambah usia balita akan bartambah pula berat

Untuk memantau pertambahan berat badan balita di anjurkan kepada

ibu untuk selalu membawa balita ke posyandu. Balita yang telah dan selalu

dipanatau berat badannya akan tercatat di dalam Kartu Menuju Sehat(KMS).

KMS inilah yang digunakan sebagai alat yang baik untuk pendidikan dan

memonitor kesehatan anak menggunakan juga berat badan sebagai dasar 

Page 16: KTI ALDONAR

5/10/2018 KTI ALDONAR - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kti-aldonar 16/34

 

16

  pengisiannya. Kartu Menuju Sehat untuk Balita (KMS-Balita) adalah alat

yang sederhana dan murah, yang dapat digunakan untuk memantau kesehatan

dan pertumbuhan anak. Oleh karenanya KMS harus disimpan oleh ibu balita

di rumah, dan harus selalu dibawa setiap kali mengunjungi posyandu atau

fasilitas pelayanan kesehatan, termasuk bidan dan dokter (Nita,2008).

KMS Balita menjadi alat yang sangat bermanfaat bagi ibu dan keluarga

untuk memantau tumbuh kembang anak, agar tidak terjadi kesalahan atau

ketidakseimbangan pemberian makan pada anak. KMS-Balita juga dapat

dipakai sebagai bahan penunjang bagi petugas kesehatan untuk menentukan

 jenis tindakan yang tepat sesuai dengan kondisi kesehatan dan gizi anak untuk 

mempertahankan, meningkatkan atau memulihkan kesehatannya

(Anggraini dan Sudomo,2010)

KMS balita berisi catatan penting tentang pertumbuhan,

  perkembangan anak, imunisasi, penanggulangan diare, pemberian kapsul

vitamin A, kondisi kesehatan anak, pemberian ASI eksklusif dan Makanan

Pendamping ASI, pemberian makanan anak dan rujukan ke Puskesmas/RS.

KMS balita juga berisi pesan-pesan penyuluhan kesehatan dan gizi bagi orang

tua balita tentang kesehatan anaknya (Depkes, 2008).

Pertumbuhan balita dapat diketahui apabila setiap bulan ditimbang,

hasil penimbangan dicatat di KMS, dan dihubungkan antara titik berat badan

Page 17: KTI ALDONAR

5/10/2018 KTI ALDONAR - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kti-aldonar 17/34

 

17

 pada KMS dari hasil penimbangan bulan lalu dan hasil penimbangan bulan

ini. Rangkaian garis-garis pertumbuhan anak tersebut membentuk grafik 

 pertumbuhan anak. Pada balita yang sehat, berat badannya akan selalu naik,

mengikuti pita pertumbuhan sesuai dengan umurnya. Balita naik berat

 badannya bila: Garis pertumbuhan-nya naik mengikuti salah satu pita warna,

atau Garis pertumbuhan-nya naik pindah ke pita warnadiatasnya. Dan Balita

tidak naik berat badannya bila :Garis pertumbuhan-nya turun, atau Garis

 pertumbuhannya mendatar, atau Garis pertumbuhan-nya naik, tetapi pindah

ke pita warna dibawahnya.

Berat badan balita di bawah garis merah artinya pertumbuhan balita

mengalami gangguan pertumbuhan dan perlu perhatian khusus, sehingga

harus langsung dirujuk ke Puskesmas/Rumah Sakit. Berat badan balita tiga

  bulan berturut-turut tidak naik (3T), artinya balita mengalami gangguan

 pertumbuhan, sehingga harus langsung dirujuk ke Puskesmas/Rumah Sakit.

Alat pengukur dapat diperoleh di daerah pedesaan dengan ketelitian

yang tinggi dengan menggunakan dacin yang juga sudah dikenal oleh

masyarakat (Supariasa, dkk, 2001).

Komposisi gizi dalam 100 gram

Takaran saji 4 keping (40 gr)

Jumlah Sajian per Kemasan:3

 NO ZAT GIZI KADAR SATUAN % AKG

JUMLAH

PER 100

GRAM

1. Energi 180 Kkal

2. Lemak total 6 Gram 15

Page 18: KTI ALDONAR

5/10/2018 KTI ALDONAR - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kti-aldonar 18/34

 

18

Asam linoleat 0.6

Gram

1,4

3. Protein (kualitas protein tidak 

kurang dari 70% kasein)

3 Gram 17% 8

4. Karbohidrat total

Serat

Gula

29

2

6

Gram

gram

gram

72

4

15

5. Vitamin A 146 RE 35% 364

6. Vitamin D 2 Mcg 40% 5

7. Vitamin E 2 Mg 35% 5

8. Vitamin K 5,3 Mcg 45% 139. Vitamin B1 0,2 Mg 40% 0,5

10. Vitamin B2 0,2 Mg 40% 0,5

11. Niasin 2,4 Mg 50% 6

12. Vitamin B12 0,36 Mcg 60% 0,9

13. Kalsium 81 Mg 15% 200

14. Fosfor 66 Mg 20% 165

15. Besi 2,4 Mg 30% 6

16. Seng 1,2 Mg 15% 3

17. Selenium 5,3 Mcg 40% 13

18. Iodium 28 Mcg 30% 70

Sumber: (Kemkes,2010)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan

metode Deskriptif Analitik dengan pendekatan Crossectional . Dimana variabel

Page 19: KTI ALDONAR

5/10/2018 KTI ALDONAR - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kti-aldonar 19/34

 

19

independent (MP-ASI biskuit) dan variabel dependent (beratr badan) dilakukan

observasi pengukuran sekali dan dalam waktu bersamaan. Tujuannya untuk 

mengetahui berapa persen pengkomsumsian MP-ASI terhadap kenaikan berat

 badan balita.

B. Kerangka Konsep

Faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian MP-ASI pada balita yang

 berasal dari keluarga miskin yaitu penyakit infeksi, pengetahuan orang tua dan

sikap keluarga terhadap MP-ASI sehingga besar porsi MP-ASI yang didapat

 balita tidak sesuai ketentuan, misalnya bagaimana proses ibu dalam memberikan

MP-ASI tersebut, apakah MP-ASI itu dijadikan makanan pagi oleh keluarga

sehingga balita tidak mengalami kenaikan berat badan. Penelitian ini untuk 

mengetahui persentase pemberian MP-ASI serta kontribusinya terhadap kenaikan

 berat badan pada balita usia 12-24 bulan yang tersedia pada gambar 3.1

Variabel independen Variabel Dependen

PEMBERIAN MP-ASI

BERAT BADAN

Berapa keping balita

mengkomsumsi MP-ASI dalam

sehari

Persentase Asupan MP-ASI

Biskuit

Page 20: KTI ALDONAR

5/10/2018 KTI ALDONAR - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kti-aldonar 20/34

 

20

Keterangan : = Diteliti

= Faktor yang dilihat dari

  pemberian MP- ASI

Tabel 3.1 Kerangka Konsep

C. Definisi Operasional

Definisi Operasional dapat dilihat di tabel 3.2

Tabel 3.2 Definisi Operasional

Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala

Pemberian

MP-ASI

Biskuit

Jenis makanan selain

ASI yang diberikan

untuk pemulihan

kebutuhan zat gizi

 balita umur 12-24

 bulan yang berada

dalam dan atau

dibawah garis

merah

Untuk mengetahui

- Pengetahuanibu

- Faktor   penghambat

- Ketepatan

sasaran

Wawancara

Recall 24

3x24 Jam

Form Food

Recall, Daftar 

Konversi URT

kedalam gram

0.Tidak 

  baik jika

asupan

MP-ASI

< 120 gr 

keping

dalam

sehari

(%)

1.Baik jika

AsupanMP-ASI

120 gr keping

dalam

sehari (%)

Ordinal

Berat

 badan

Suatu ukuran

antropometri

mengenai massa

tubuh untuk melihat

 pertumbuhan fisik 

 balita

BB diukur 

dengan cara

 penimbanga

n

Timbangan

injak 

0 . Jika

tidak ada

kenaikan

 berat badan

1 . Jika ada

kenaikan

 berat badan

Ordinal

D. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Page 21: KTI ALDONAR

5/10/2018 KTI ALDONAR - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kti-aldonar 21/34

 

21

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh keluarga

  balita yang mendapatkan MP-ASI biskuit usia 12-24 bulan di Kecamatan

Muara Bangkahulu tahun 2010, yang berjumlah 40 balita yang terbagi dalam

2 wilayah kerja puskesmas Beringin Raya dan Ratu Agung.

2. Sampel

Pengambilan sampel dengan cara total Sampling . Sampel penelitian

ini adalah seluruh yang ada dalam populasi atau seluruh balita usia 12-24

 bulan yang mendapat MP-ASI biskuit yang berasal dari keluarga miskin di

kecamatan Muara Bangkahulu.

E. Tempat dan Waktu

Penelitian ini akan dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Beringin Raya

dan Puskesmas Ratu Agung Kecamatan Muara Bangkahulu Kota Bengkulu pada

Bulan Desember 2010 sampai dengan bulan April 2011.

F. Pengumpulan, Pengolahan dan Analisis Data

1. Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan melalui wawancara tertukstur dengan bantuan

kuesioner yang telah disiapkan, jenis data yang dikumpulkan adalah :

a. Data Primer 

1) Karakteristik balita yang meliputi nama, umur, jenis kelamin dan nama

orang tua.

Page 22: KTI ALDONAR

5/10/2018 KTI ALDONAR - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kti-aldonar 22/34

 

22

2) Status social orang tua meliputi pekerjaan.

3) Pemberian MP-ASI kepada balita.

4) Berat Badan balita setelah pemberian MP-ASI.

 b. Data Sekunder 

Data sekunder adalah gambaran tentang wilayah penelitian yang

  berhubungan dengan penelitian yaitu data mengenai data balita umur 

12-24 bulan yang mendapatkan MP-ASI di Puskesmas Beringin Raya dan

Ratu Agung Kecamatan Muara Bangkahulu Kota Bengkulu.

2. Pengolahan Data

Data yang telah didapat/dikumpul diolah dengan menggunnakan

 program computer dengan tahap-tahap sebagai berikut :

a. Editing

Melakukan editing untuk mengecek kelengkapan jawaban dan jumlah

kuesioner serta serta ketetapan data termasuk didalamnya melakukan

tabulasi sehingga apabila terdapat kekurangan atau kekeliruan data dapat

segera ditelusuri.

 b. Coding

Data-data yang sudah diedit dilakukan pengkodean.

c. Entry Data

Memasukkan data dengan menggunakan program SPSS for window.

d. Cleaning

Page 23: KTI ALDONAR

5/10/2018 KTI ALDONAR - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kti-aldonar 23/34

 

23

Mengecek kembali data yang sudah diproses apakah ada kesalahan atau

tidak pada masing-masing variabel yang sudah diproses sehinga dapat

dinilai dan diperbaiki.

3. Analisis Data

a. Analisis Univariat

Analisis Univariat yang digunakan untuk melihat gambaran pemberian

MP-ASI menggunakan rumus di bawah ini :

Rumus P = F x 100% ( Arikunto, 1998)

N

Keterangan : P = jumlah persentase yang diinginkan.

F = jumlah frekuensi karakteristik responden yang didapatkan.

 N = jumlah responden atau sampel penelitian.

 b. Analisis Bivariat

Analisis dilakukan dengan membuat tabel antara masing-masing

variabel bebas terhadap variabel terikat guna memperoleh gambaran variabel

 bebas yang diduga ada hubungannya yang mempengaruhi status gizi balita.

Uji statistik yang digunakan dalam analisis bivariat adalah chi-square yaitu

menguji kemaknaan hubungan atau perbedaan dengan tingkat kepercayaan

95% (Tjokronegoro, 1999).

Rumus statistik ini adalah :

 E 

 E  N ∑ −=

)0(2

Page 24: KTI ALDONAR

5/10/2018 KTI ALDONAR - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kti-aldonar 24/34

 

24

Keterangan :

E = Frekuensi yang diharapkan

O = nilai observasi

X2 = Statistik chi-square

DB = (b-1) (k-1)

 b = Jumlah baris

k = Jumlah kolom

Bila nilai  p value < 0,05 maka hasil perhitungan statistik bermakna,

ini berarti ada hubungan bermakna antara variabel independen dengan

variabel dependen. Bila nilai p > 0,05 maka hasil perhitungan statistik tidak 

  bermakna, ini berarti tidak ada hubungan bermakna antara variabel

independen dengan variabel dependen.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Jalan Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kenaikan berat badan anak 

  balita usia 12-24 bulan setelah pemberian MP-ASI di Kecamatan Muara

Page 25: KTI ALDONAR

5/10/2018 KTI ALDONAR - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kti-aldonar 25/34

 

25

Bangkahulu Kota Bengkulu Tahun 2011. Subjek penelitian ini adalah semua

anak balita usia 12-24 bulan yang mendapat MP-ASI di Kecamatan Muara

Bangkahulu Kota Bengkulu berjumlah 40 orang.

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang

diperoleh dengan melihat catatan data anak balita usia 12-24 bulan yang

mendapat MP-ASI di Puskesmas Beringin Raya dan Puskesmas Ratu Agung

Kota Bengkulu. Selain itu juga dikumpulkan data primer untuk memperoleh data

tentang asupan MP-ASI dan makanan selain MP-ASI dengan cara  Interview

(wawancara) dengan metode food recall, sedangkan data berat badan didapat dari

menimbang berat badan anak. Data yang telah diperoleh, selanjutnya dilakukan

  pengolahan data melalui tahap pengolahan data antara lain editing, coding,

tabulating, cleaning, entry data serta dilakukan analisis data dengan

menggunakan analisis uji Chi-Square.

Penulis mendapat kesulitan dalam penelitian disebabkan dari 40 anak 

usia 12-24 bulan yang menjadi subjek penelitian terdapat 6 orang yang berpindah

tempat tinggal. Sehingga jumlah subjek yang diteliti menjadi 34 orang anak 

 balita usia 12-24 bulan di Kecamatan Muara Bangkahulu Kota Bengkulu.

2. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Puskesmas Beringin Raya dan Ratu Agung adalah Puskesmas yang

terletak di wilayah kerja Kecmatan Muara Bangkahulu Kota Bengkulu, dengan

Page 26: KTI ALDONAR

5/10/2018 KTI ALDONAR - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kti-aldonar 26/34

 

26

  jumlah penduduk 110.965 jiwa dan masing-masing Puskesmas mempunyai

Puskesmas Pembantu yaitu Puskesmas Rawa Makmur dan Puskesmas Tugu hiu.

3. Hasil Penelitian

3.1 Analisis Univariat

Analisa Univariat digunakan untuk memperoleh gambaran variable

independen (pemberian MP-ASI) dan variable dependen (kenaikan berat

 badan). Penyajian hasil analisi univariat menggunakan distribusi frekuensi

 pada table 4.1 :

Tabel 4.1

Distribusi Pemberian MP-ASI dan kenaikan berat badan Anak Usia 12-24

bulan di Kecamatan Muara Bangkahulu Kota Bengkulu.

Variable Frekuensi Persentase (%)

Pemberian MP-

ASI

• Baik • Tidak baik 

2014

58,841,2

Kenaikan berat

 badan

• Ada

• Tidak ada

24

10

70,6

29,4

Table 4.1 dapat dilihat frekuensi pemberian MP-ASI yang baik 20

responden yaitu 58,8 % dan untuk ketegori tidak baik 14 responden yaitu

41,2 %. Untuk frekuensi kenaikan berat badan yang mengalami kenaikan

 berat badan 24 responden yaitu 70,6 % dan yang tidak mengalami kenaikan

 barat badan 10 responden yaitu 29,4 %.

Page 27: KTI ALDONAR

5/10/2018 KTI ALDONAR - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kti-aldonar 27/34

 

27

3.2 Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan

antara variabel independent dengan variabel dependent yaitu

mengetahui Kontrubusi antara variabel independent dengan variabel

dependent yaitu perubahan berat badan dengan pemberian MP-ASI

anak balita usia 12-24 bulan di Kecamatan Muara Bangkahulu Kota

Bengkulu tahun 2011. Untuk mendapatkan hubungan tersebut

dilakukan uji Chi-square. Adapun hasil analisanya dapat dilihat

 pada tabel 4.2

Tabel 4.2

Kontribusi Pemberian MP-ASI Terhadap Kenaikan Berat Badan

Anak Balita Usia 12-24 Bulan di Kecamatan Muara Bangkahulu

Kota Bengkulu Tahun 2011

Variable Kenaikan berat badanTotal

OR 

(95 % CI)

 P 

ValueAda Tidak ada

 N % n % n %

Page 28: KTI ALDONAR

5/10/2018 KTI ALDONAR - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kti-aldonar 28/34

 

28

Pemberian MP-ASI

Baik 

Tidak baik 

19

5

95,0

35,7

1

9

5,0

64,3

20

14

100

100

34,2

(3,46-337,6)

0,000

Tabel 4.2 terlihat bahwa dari pemberian MP-ASI responden

yang pemberian MP-ASI baik mengalami kenaikan berat badan 19

anak balita (95 %) dan 1 (5 %) anak balita tidak mengalami kenaikan

 berat badan. Sedangkan untuk pemberian MP-ASI tidak baik terdapat

9 (64,3 %) anak mengalami kenaikan berat badan dan 5 (35,7 %) anak 

tidak mengalami kenaikan berat badan.

Hasil analisa uji chi-square menunjukkan ada nilai dalam 1

cell < 5. Maka nilai P value menggunakan Fishers Exact Test sehingga

 p value 0,000 (p ≤ 0,05), artinya ada kontribusi antara pemberian MP-

ASI dengan kenaikan berat badan anak balita usia 12-24 bulan. Dan

nilai OR 34,2 sehingga balita yang pemberian MP_ASI biskuit baik 

mempunyai pelung 34,2 kali untuk kenaikan berat badan.

B. Pembahasan

Kontribusi Pemberian MP-ASI Biskuit Terhadap Kenaikan Berat Badan

Anak Balita Usia 12-24 Bulan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perubahan berat badan anak 

 balita usia 12-24 bulan setelah diberikan MP-ASI. Hal ini dikarenakan pemberian

Page 29: KTI ALDONAR

5/10/2018 KTI ALDONAR - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kti-aldonar 29/34

 

29

MP-ASI yang sudah sesuai dengan yang dianjurkan oleh Kementerian kesehatan

melalui petugas gizi puskesmas dan ditambah dengan asupan makanan yang

 baik.

Menurut Depkes (2004) MP-ASI ini yaitu makanan bergizi yang

diberikan disamping ASI kepada anak usia 12-24 bulan dalam bentuk biskuit.

MP-ASI ini diberikan oleh Program Jaring Pengaman Sosial Bidang Kesehatan

(JPS-BK) dengan sasaran bayi usia 12-24 bulan yang berasal dari keluarga

miskin di Indonesia. Tujuan dari pemberian MP-ASI adalah untuk 

menanggulangi dan mencegah terjadinya gizi buruk dan gizi kurang sekaligus

mempertahankan status gizi baik pada bayi 12-24 bulan.

Pemberian MP-ASI biscuit sesuai ketentuan 4 keping dalam sekali

 pemberian dan 12 keping dalam sehari. Dan MP-ASI ini harus habis dalam kurun

waktu 3 bulan. MP-ASI sasarannya adalah balita yang berat badannya kurang

sehingga dalam pemberiannya MP-ASI harus mutlak diberikan kepada Balita

sasaran tidak boleh di bagi-bagi oleh anggota keluarga yang lain.

Pemberian MP-ASI yang tidak baik akan berdampak pada berat badan

  balita. Berat badan tidak meningkat dan tetap kurang dan apabila hal ini

 berlangsung lama akan menjadi gizi buruk. Hal inilah yang perlu diwaspadai

dengan memberikan sosialisasi, informasi dan penanganan yang lebih oleh

 petugas kesehatan terhadap anak balita dan ibu balita akan pentingnya MP-ASI. .

Menurut Soekirman (2006) resiko kurang gizi pada balita tidak hanya

menimbulkan gangguan fisik tetapi juga mempengaruhi kecerdasan anak dan

Page 30: KTI ALDONAR

5/10/2018 KTI ALDONAR - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kti-aldonar 30/34

 

30

 produktivitasnya pada usia dewasa hingga generasi yang akan datang sangatlah

  besar. Menurut Moehdji (2003) kekurangan gizi pada baduta yang dapat

menyebabkan gangguan tumbuh kembang fisik, rendahnya daya tahan tubuh

terhadap penyakit, tingkat kecerdasan yang kurang prestasi kerja rendah sehingga

  pada akhirnya memberikan dampak yang tidak menguntungkan bagi

 pengembangan sumber daya manusia.

Petugas kesehatan sebaiknya lebih meningkatkan edukasi dan informasi

 pemberian MP-ASI agar MP-ASI diberikan tepat sasaran, tepat jumlah sesuai

ketentuan yang diberikan Kementerian Kesehatan. Sehingga tidak ada lagi anak 

 balita yang tidak mengkomsumsi sesuai ketentuan.

Berdasarkan penelitian ada balita setelah pemberian MP-ASI tidak 

mengalami kenaikan berat badan. Hal ini dikarenakan ketidaktepatan sasaran,

kurangnya asupan makanan utama dan kurangnya perhatian orang tua setelah

 pemberian MP-ASI. Contohnya pemberian tidak hanya kepada balita sasaran,

melainkan dibagi dengan kakak balita dan setelah pemberian tidak ada perhatian

lanjut apakah MP-ASI itu habis atau tidak dan pemberian ASI telah

diberhentikan.

Balita yang tidak mengalami kenaikan berat badan setelah pemberian

MP-ASI akan berdampak padak status gizi anak yang tetap kurang. Apabila hal

ini berlanjut akan mengakibatkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan

anak dan akan menjadi semakin buruk jika hal ini tidak diperhatikan.

Page 31: KTI ALDONAR

5/10/2018 KTI ALDONAR - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kti-aldonar 31/34

 

31

Menurut Kartika (2005) ada 2 faktor yang menyertai tidak adanya

kenaikan berat badan balita setelah pemberian MP-ASI. Pertama, anak tidak 

mendapat makanan bergizi seimbang dalam hal makanan alamiah yang terbaik 

 bagi bayi yaitu Air Susu Ibu, dan setelah berumur 6 bulan dilanjutkan dengan

 pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) yang tepat, baik jumlah dan

kualitasnya. Kedua, anak menderita penyakit infeksi karena terjadi hubungan

timbal balik antara kejadian infeksi penyakit dan gizi kurang, dimana anak yang

menderita gizi kurang akan mengalami penurunan daya tahan tubuh sehingga

anak rentan terhadap penyakit infeksi.

Maka asupan makanan utama seperti ASI dan PMT tetap diberikan saat

dan setelah pemberian MP-ASI biskuit untuk memberikan asupan nutrisi bagi

Balita agar berat badannya tetap meningkat dan mengecek secara rutin di

 posyandu atau dipuskesmas agar pertumbuhan dan merkembangan balita dapat

dipantau baik oleh petugas kesehatan maupun ibu. Menurut Azharni (2006) MP-

ASI dan PMT sangat berpengaruh terhadap status gizi balita.

Setelah pemberian MP-ASI selesai baiknya balita masih tetap diberikan

ASI hingga usia 24 bulan. Dan balita yang usianya di atas 24 bulan sebaiknya

diberikan MP-ASI lokal atau MPASI komersil seperti promina, sun. Hal ini

dilakukan guna mepertahankan berat badan dan status gizi balita untuk mencegah

terjadinya penurunan berat badan.

Keterbasan penelitian ini adalah tidak melihat MP-ASI dimakan habis

oleh balita dan kelemahan dari metode food recall yang digunakan, ketepatannya

Page 32: KTI ALDONAR

5/10/2018 KTI ALDONAR - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kti-aldonar 32/34

 

32

tergantung daya ingat ibu responden sehingga ibu cenderung melebihkan asupan

makanan.

Peneliti berasumsi bahwa ada kontribusi pemberian MP-ASi biscuit

terhadap kenaikan berat badan anak balita usia 12-24 bulan. Dan kenaikan berat

 badan juga dipengaruhi oleh asupan makanan balita. Seperti yang dikemukakan

Depertemen Kesehatan (2004) Pemberian MP-ASI biscuit untuk menanggulangi

dan mencegah terjadinya gizi buruk dan gizi kurang sekaligus mempertahankan

status gizi baik pada bayi 12-24 bulan. Dan menurut galuh (2007) kenaikan berat

  badan dipengaruhi juga pemberian ASI dan makanan tambahan lokal yang

seimbang.

Page 33: KTI ALDONAR

5/10/2018 KTI ALDONAR - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kti-aldonar 33/34

 

33

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di Puskesmas

Beringin Raya dan Ratu Agung di Kecamatan Muara Bangkahulu Kota Bengkulu

tahun 2011 maka dapat disimpulkan bahwa:

a. Anak balita usia 12-24 bulan di Puskesmas Beringin Raya dan Ratu

Agung sebelum penerimaan MP-ASI biskuit dengan barat badan kurang.

 b. Pemberian MP-ASI biscuit pada anak balita usia 12-24 bulan ketegori

 baik 20 anak (58,8) hanya sebagian kecil yang pemberiannya MP-ASI

tidak baik 14 anak (41,2 %).

c. Anak balita usia 12-24 bulan di Kecamatan Muara Bangkahulu

mengalami kenaikan berat badan setelah pemberian MP-ASI biscuit 24

anak (70,6 %). Hanya sebagian kecil yang tidak mengalami kenaikan

 berat badan 10 anak (29,4 %)

Page 34: KTI ALDONAR

5/10/2018 KTI ALDONAR - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kti-aldonar 34/34

 

34

d. Ada kontribusi pemberian MP-ASI biscuit terhadap kenaikan berat

 badan anak balita usia 12-24 bulan di Kecamatan Muara Bangkahulu

Kota Bengkulu ( P < 0,000).

B. Saran

a. Bagi petugas gizi Puskesmas untuk meningkatkan pelayanan masyarakat

terutama dalam pemberian informasi kepada keluarga terutama ibu

tentang pemberian MP-ASI biscuit dan factor penunjang lainnya

sehingga menghindari terjadinya Gizi kurang.

b. Bagi akdemik, dapat menambah pengetahuan mengenai penelitian

tentang kontribusi pemberian MP-ASI biscuit terhadap kenaikan berat

 badan anak balita usia 12-24 bulan..

c. Bagi masyarakat secara umum, untuk lebih memperhatikan pemberian

MP_ASI biskuit sesuai dengan ketentuan dan lebih meningkatkan

 pemberian ASI dan makanan tambahan.

d. Bagi mahasiswa, untuk menambah pengalaman dalam melaksanakan

  penelitian dan mengetahui kontrubusi pemberian MP-ASI terhadap

kenaikan berat badan anak balita usia 12-24 bulan.

e. Bagi pengembangan penelitian, penelitian ini dapat dijadikan data awal

untuk penelitian lebih lanjut dan dapat melakukan penelitian dengan

rancangan yang berbeda dengan peneliti saat ini.