kti decomp
Embed Size (px)
TRANSCRIPT

BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
A. TINJAUAN MEDIS
1. Anatomi dan Fisiologi Jantung
Jantung adalah organ berongga , berotot, yang terletakj di tengah toraks, dan ia
menempati rongga antara paru dan diafragma. Beratnya sekutar 300 g (10,6 oz,
meskipun berat dan ukurannya dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, berat badab ,
beratnya latihan, dan kebiasaan fisik dan penyakit jantung. Fungsi jantung adalah
memompa darah ke jaringan, menyuplai oksigen dan zat nutrisi lain sambil
mengangkut karbondioksida dan smpah hasil metabolisme. Sebernarnya terdapat dua
pompa darah, yang terletak di sebelah kanan dan kiri. Keluaran jantung kanan
didistribusikan seluruhnya ke paru melalui arteri pulmonalis, dan keluaran jantung
kiri selurunya didistribusikan ke bagian tubuh lain melalui aorta. Kedua pompa itu
menyemburkan darah secara bersamaan dengan kecepatan keluaran yang sama.
Kerja pemompaan jantung di jalankan oleh kontraksi dan relaksasi ritmik dinding
otot. Selama kontraksi otot (sistolik), kamar jantung menjadi lebih kecilkarena darah
disemburkan ke luar. Selama relaksasi otot dinding jantung(diastolik), kamar jantung
akan terisi darah sebagai persiapan untuk penyemburan berikutnya. Jantung dewasa
normal terletak sekitar 60 sampai 80 kali per menit, menyeburkan sekitar 70 ml darah
dari kedua ventrikel per detakan, dan keluaran totalnya sekitar 5 L/menit.

Anatomi Jantung
Daerah di pertangahan dada di antara kedua paru disebut sebai mediastinum.
Sebagian besar rongga mediastinum ditempati oleh jantung, yang terbungkus dalam
kantong fibrosa tipis yang disebut perikardium.
Perikardium melindungi permukaan jantung agar dapat berfungsi dengan baik.
Ruangan antara permukaan jantung dan lapisan dalam perikardium berisi sejumlah
kecil cairan, yang melumasi permukaan dan mengurangi gesekan selama kontraksi
otot jantung.
Kamar jantung, sisi kanan dan kiri jantung, masing-masing tersusun atas dua
kamar, atrium (jamak=atria) dan ventrikel. Dinding yang memisahkan kamar kanan
dan kiri disebut septum. Ventrikel adalah kamar yang menyemburkan darah ke arteri.
Fungsi atrium adalah menampung darah yang datangdari vena dan bertindak sebagai
tempat penimbunan sementara sebelum darah kemudian di kosongkan ke ventrikel.
Perbedaan ketebalan dinding atrium dan ventrikel berhubungan dengan beban
kerja yang diperlukan oleh tiap kamar. Dinding atrium lebih tipis dari pada dinding
ventrikel karena rendahnya tekanan yang ditimbulkan oleh atrium untuk menahan
darah dan kemudian menyalurkannya ke ventrikel. Karena ventrikel kiri mempunyai
beban yang lebih berat di antara dua kamar bawah, maka tebalnya sekitar 2-1/2 lebih
tebal di banding diding ventrikel kanan. Ventrikel kiri menyemburkan darah melawan
tekanan sistemis yang tinggi, sementara ventrikel kanan melawan tekanan rendah
pembuluh darah paru.
Karena posisi jantung agak memutar dalam rongga dada, maka ventrikel kanan
terletak lebih ke anterior (tepat di bawah sternum) dan ventrikel kiri terletak lebih ke

posterior. Ventrikel kiri bertanggung jawab atas terjadinya denyut apeks atau titik
pukulan maksimum, yang normalnya teraba di garis midklavikularis dinding dada
pada rongga interkostal ke-5.
Katub Jantung. Katub jantung memungkinkan darah mengalir hanya ke satu arah
dalam jantung. Katub, yang tersusun atas bilah-bilah jaringan fibrosa, membuka dan
menutup secara pasif sebagai respon teradap perubahan tekanan dan aliran darah. Ada
dua jenis katub : atrioventrikularis dan seminularis.
Katub artrioventrikularis, katub yang memisahkan atrium dan ventrikel tersebut
sebagai katub atrioventrikularis. Katub trikupidalis, dinamakan demikian karena
tersusun atas tiga kuspis atau daun, memisahkan atrium kanan dan ventrikel kanan.
Katub mitral atau bikuspidalis (dua lapis) terletak diantara atrium dan ventrikel kiri.
Normalnya, Ketika ventrikel berkontraksi, tekanan ventrikel akan mendorong
daun-daun katun atrioventrikularis ke atas ke rongga atrium. Jika terdapat tekanan
cukup kuat untuk mendesak katub, darah akan disemburkan ke belakang dari
ventrikel ke atrium. Otot papilaris dan korda tendinea bertanggung jawab menjaga
aliran darah tetap menuju ke satu arah melalui katub atrioventrikularis. Otot palpilaris
adalah bundel otot yang terletak di sisi dinding ventrikel. Korda tendinea adalah pita
fibrosa yang memanjang dari otot palpilaris ke tepi bilah katub, berfungsi menarik
tepi bebas katub ke dinding ventrikel. Kontraksi otot palpilaris mengakibatkan korda
tendinea menjadi tegang. Hal ini menjaga daun katub menutup selama sistolik,
mencegah aliran balik darah. Otot palpilaris dan korda tendinea hanya terdapat pada
katub mitral dan trikuspidalis dan tidak terdapat di katub semilunaris.

Katub semilunaris, terletak diantara tiap ventrikel arteri yang bersangkutan. Katub
antara ventrikel kanan dan arteri pulmonalis disebut katub pulmonalis: katub antara
ventrikel kiri dan aorta danamakan katub aorta. Katub semilunaris normalnya
tersusun atas tiga kuspis, yang berfungsi dengan baik tanpa otot papilaris dan korda
tandinea. Tidak terdapat katub antara vena-vena besar dengan atrium.
Arteri koronaria, adalah pembuluh yang menyerupai otot jantung, yang
mempunyai kebutuhan metabolisme tinggi terhadap oksigen dan nutrisi. Jantung
menggunakan 70%-80% oksigen yang dihantarkan melalui arteri koronaria. Sebagai
perbandingan, organ lain hanya menggunakan rata-rata seperempat oksigen yang
dihantarkan. Arteri koronaria muncul dari aorta dekat hulunya di ventrikel kiri.
Dinding kiri sisi jantung di suplai dengan bagian yang lebih banyak melalui arteri
koronaria utama kiri, yang kemudian terpecah menjadi dua cabang besar ke bawah
(artari desenden anterior sinistra) dan melintang (arteri sirkumfleksa) sisi kiri jantung.
Jantung kanan dipasok seperti itu pula dari arteri koronaria dekstra. Tidak seperti
arteri antara lain, arteri koronaria diperfusi selama diastolik.
Otot jantung, jaringan otot kusus yang menyusun dinding jantung dinamakan otot
jantung. Secara mikroskopis, otot jantung mirip otot serat lurik (seklet), yang berada
di bawah kontrol kesadaran. Nmun secara fungsional, otot jantung menyerupai otot
polos karena sifatnya volunter.
Serat otot jantung tersusun secara interkoneksi ( disebut sinsitium ) sehingga
dapat berkontraksi dan berelaksasi secara terkoordinasi. Pola urutan urutan kontraksi
dan relaksai tiap-tiap serabut otot akan memastikan kelakuan ritmik otot jantung
sebagai satu keseluruhan dan memungkinkannya berfungsi sebagai pompa. Otot

jantung itu sendiri dinamakan miokardium. Lapisan dalam miokardium, yang
berhubungan langsung dengan darah dinamakan endokardium, dan lapisan sel
dibagian luar dinamakan epikardium.
Fisiologi Jantung
Selintas Elektrofisiologi
Aktivitas listrik jantung terjadi akibat ion ( partikel bermuatan seperti natrium,
kalium dan kalsium ) bergerak menembus membrane sel. Perbedaan muatan listrik
yang tercatat dalam sebuah sel mengakibatkan apa yang dinamakan potensi aksi
jantung.
Pada keadaan istirahat, otot jantung terdapat dalam keadaan terpolarisasi, artinya
terdapat perbedaan muatan listrik antara bagian dalam membran yang yang
bermuatan negative dan bagian luar membrane yang bermuatan positif. Siklus jantung
bermula saat dilepaskannya impuls listrik, mulailah fase depolarisasi. Permeabilitas
membrane sel berubah dan ion bergerak melintasinya. Dengan bergeraknya ion
kedalam sel, maka bagian dalam sel akan menjadi positif . kontraksi otot terjadi
setelah depolarisasi. Sel otot jantung normalnya akan mengalami ketika sel-sel
tetangganya mengalami depolarisasi (meskipun dapat juga terdepolarisasi akibat
stimulasi listrik eksternal). Depolarisasi sebuah sel system hantaran khusus yang
memadai akan mengakibatkan depolarisasi dan kontraksi seluruh miokardium.
Repolarisasi terjadi saat sel kembali ke keadaan dasar (menjadi lebih negatif), dan
sesuai dengan relaksasi otot miokardium.
Setelah influks natrium cepat kedalam sel selama depolarisasi, permeabilitas
membrane sel terhadap kalsium akan berubah, sehingga memungkinkan ambilan

kalsium kedalam sel. Influks kalsium, yang terjadi selama fase platead repolarisasi,
jauh lebih lambat dibanding natrium dan berlangsung lebih lama. interaksi antara
perubahan voltase membrane dan kontraksi otot dinamakan kopling
elektromekanikal.
Otot jantung, tidak seperti otot lurik atau otot polos, mempunyai periode
refraktori yang panjang, pada saat sel tidak dapat distimulasi untuk berkontraksi. Hal
tersebut melindungi jantung dari kontraksi berkepanjangan (tetani), yang dapat
mengakibatkan henti jantung mendadak.
Kopling elektomekanikal dan kontraksi jantung yang normal tergantung pada
komposisi cairan interstisial sekitar otot jantung. Komposisi cairan tersebut pada
gilirannya tergantung pada komposisi darah. Maka perubahan konsentrasi kalsium
dapat mempengaruhi kontraksi serabut otot jantung. Perubahan konsentrasi kalium
darah juga penting, karena kalium mempengaruhi voltase listrik normal sel.
Hemodinamika Jantung
Prinsip penting yang menentukan arah aliran darah adalah aliran cairan dari
daerah bertekanan tinggi ke daerah tekanan rendah. Tekanan yang bertanggung jawab
terhadap aliran darah dalam sirkulasi normal dibangkitkan oleh kontraksi otot
ventrikel. Ketika otot berkontrksi, darah terdorong dari ventrikel ke aorta selama
periode di mana tekanan ventrikel kiri melebihi tekanan aorta. Bila kedua tekanan
menjadi seimbang, katup aorta akan enutup dan keluaran dari vertrikel kiri terhenti.
Darah yang telah memaski aorta akan menaikkan tekanan dalam pembuluh darah
tersebut. Akibatnya terjadi perbedaan tekanan yang akan mendorong darah secara

progresifke arteri, kapiler, dan ke vena. Darah kemudian kembali ke atrium kanan
karena tekanan dalam kamar ini lebih rendah dari tekanan vena. Perbedaan tekanan
juaga bertanggung jawab terhadap aliran darah dari artri pulmonalis ke paru dan
kembali ke atrium kiri. Perbedaan tekanan dalam sirkulasi pulmonal seta bermakna
lebih rendah dari sirkulasi sistematik karena tahanan aliran di pembuluh darah
pulmonal lebih rendah.
Siklus jantung, selama diastolik katub atrioventikularis terbuka dan darah yang
kembali dari vena mengalir ke atrium dan kemu dian ke ventrikel. Selama sistolik
tekanan di dalam ventrikel dengan cepat meningkat, mendorong katub AV untuk
menutup. Peningkatan tekanan secara cepat di dalam ventrikel akan mendorong katub
pulmonalis dan aorta terbuka dan darah kemudian di semburkan ke arteri pulmonalis
dan ke aorta.
2. Pengertian
Gagal jantung sering juga disebut gagal jsntung kongestif yaitu ketidakmampuan
jantung untuk memompa darah yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan jaringan
akan oksigen dan nitrisi.(Smeltzer dan Bare, 2002 ; 805)
Gagal jantung adalah suatu keadaan patofisiologis berupa kelainan fungsi jantung
sehingga jantung tidak mampu memompa darah untuk memenuhi metabolisme
jaringannya / kemampuannya hanya ada kalau disertai peninggian volume diastolic
secara abnormal. (Arif Mansjoer, 1999 ; 434)

Gagal jantung adalah sindrom klinis (sekumpulan tanda dan gejala) ditendai
dengan sesak nafas dan fatik (saat istirahat atau saat aktivitas) yang di sebabkan oleh
kelainan struktur atau fungsi jantung. (Aru W. Sudoyo, 2006 ; 1513)
Gagal jantung (dikenal juga sebagai insufisiensi krodiak) adalah keadaan dimana
jantung sudah tidak mampu lagi memompa darah untuk memenuhi kebutuhan tubuh.
(C. Long, 1996 Vol. 2 : 579).
Gagal jantung adalah keadaan ketika jantung tidak mampu mempertahankan
sirkulasi yang cukup bagi kebutuhan tubuh meskipun tekanan pengisian vena dalam
keadaan normal. (Arif Muttaqin, 2009 ; 88)
Gagal jantung kongesti terjadi sewaktu kontraktilitas jantung berkurang dan
ventrikel tidak mampu memompa darah sebanyak yang masuk selama diastole.
(Elizabeth J. C, 2001 : 376)
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa gagal jantung adalah keadaan
dimana jantung sudah tidak mampu memompa darah sesuai dengan kebutuhan tubuh
dan kemampuannya hanya ada kalau disertai dengan peningkatan tekanan pengisian
ventrikel kiri.
3. Etiologi

Faktor presdeposisi gagal jantung adalah penyakit yang menimbulkan fungsi
ventrikel (seperti penyakit arteri koroner, hipertensi kardiomiopati, penyakit
pembuluh darah, atau penyakit jantung congenital) dan keadaan yang membatasi
pengisian ventrikel (stenosis mitral, kardiomiopati, atau penyakit perikardial).
Faktor presipitasi / pencetus termasuk meningkatkan asupan garam,
ketidakpatuhan menjalankan pengobatan anti gagal jantung, infark miokad akut
(mungkin yang tersembunyi), serangan hipertensi, aritmia akut, infeksi / demam,
emboli paru, anemia, tirotoksikosis, kehamilan, dan endokarditis infektif. (Arif
Mansjoer, 1999 jilid1 ; 434)
Menurut smeltzer dan bare (2002 ; 806) etiologi gagal jantung paling sering
terjadi pada penderita kelainan otot jantung, menyebabkan menurunnya kontraktilitas
jantung, kondisi yang mendasari penyebab kelainan fungsi otot mencakup :
1. Aterosklerosis koroner, mengakibatkan disfungsi miokardium karena terganggu
aliran darah ke otot jantung, infark miokardium (kematian sel jantung) biasanya
mendahului terjadinya gagal jantung.
2. Hipertensi sistemik / pulmunal (peningkatan afterload), meningkatkan beban kerja
jantung dan pada gilirannya mengakibatkan hipertropi serabut otot jantung.
3. Peradangan dan penyakit miokardium degeneratif, kondisi ini secara langsung
merusak serabut jantung, menyebabkan kontraktilitas menurun.
4. Penyakit jantung lain seperti stenosis katub semilunar, perikarditis, stenosis katub
AV (Atrio Ventrikuler)

5. Faktor sistemik, terdapat factor yang berperan dalam perkembangan dan beratnya
gagal jantung, meningkatkan laju metabolisme (demem), hipoksia dan anemia
memerlukan peningkatan curah jantung untuk memenuhi oksigen ke jantung.
Asidosis respiratorik / metabolic dan abnormalitas elektrolit dapat menurunkan
kontraktilitas jantung.
4. Manifestasi klinis
Berdasarkan Smeltzer dan Bare (2002 ; 807) Tanda dominan gagal jantung adalah
meningkatnyan volume intravaskuler. Kongesti jaringan terjadi akibat tekanan arteri
dan vena yang meningkat akibat turunnya curah jantung pada kegagalan jantung.
Peningkatan tekanan vena pulmonalis dapat menyebabkan cairan mengalir dari
kapiler paru ke alveoli, akibatnya terjadi edema paru, yang di manifestasikan dengan
batuk dan nafas pendek. Meningkatnya tekanan vena sistemik dapat mengakibatkan
edema perifer umum dan penambahan berat badan.
Turunnya curah jantung di manifestasikan secara luas karena darah tidak dapat
mencapai jaringan dan organ (perfusi rendah) untuk menyampaikan oksigen yang di
butuhkan. Beberapa efek yang biasanya timbul akibat perfusi rendah adalah pusing,
konfusi, ekstremitas dingin, dan haluaran urine berkurang (oligouri). Tekanan perfusi
ginjal menurun. Mengakibatkan pelepasan rennin dari ginjal, yang pada gilirannya

akan menyebabkan sekresi, aldosteron, retensi natrium dan cairan, serta peningkatan
volume intravaskuler.
1. Gagal jantung kiri
Kongesti paru menonjol pada gagal ventrikel kiri, karena ventrikel kiri tidak
mampu memompa darah yanng datang dari p[aru. Peningkatan tekanan dalam
sirkulasi paru menyebabkan cairan paru terdorong ke jaringan paru. Manifestasi klinis
yang terjadi meliputi :
Dipsnue : Trejadi akibat penimbunan cairan dalam alveoli yang
mengganggu pertukaran gas. Dipsnue bahkan dapat terjadi sat istirahat
atau dicetuskan oleh gerakan yang minimal atau sedang.
Batuk : Yang berhubungan dengan gagal ventrikel kiri bisa kering dan
tidak produktif
Mudah lelah : Terjadi akibat curah jantung yang kurang yang menghambat
jaringan dari sirkkulasi normal dan oksigen serta menurunnya
pembuangan sisa hasil katabolisme. Juga terjadi akibat meningkatnya
energi yang di gunakan untuk bernafas dan insomnia yang terjadi akibat
distress pernafasan dan batuk.
Kegelisahan dan kecemasan : Terjadi akibat gangguan oksigenasi
jaringan, sres akibat kesakitan bernafas dan pengetahuan bahwa jantung
tidak berfungsi dengan baik.
2. Gagal Jantung Kanan
Bila ventrikel kanan gagal, yang menonjol adalah kongesti visera dan jaringan
perivfer. Hal ini terjadi karena sisi kanan jantung tidak mampu mengosongkan

volume darah dengan adekuat sehingga tidak dapat mengakomodasi klinis yang
tampak meliputi :
Edema : Di mulai pada kaki dan tumit (edema dependen)dan secara
bertahap bertambah ke atas tungkai dan paha dan akhirnya ke genetelia
eksterna dan tubuh bagian bawah. Pitting edema adalah edema yang akan
tetapcekung dan bahkan setelah penekanan ringan dengan ujung jari.
Hepatomegali dan nyeri tekan pada kuadran kanan atas abdomen terjadi
akibat pembesaran vena di hepar.
Anoreksia dan mual terjadi akibat pembesaran vena dan statis vena di
dalam rongga abdomen.
Nokturia, atau rasa ingin kencing pada malam hari, terjadi karena perfusi
renal didukung oleh posisi penderita pada saat berbaring terjadi [aling
sering pada malam hari karena curah jantung akan membaik dengan
istirahat.
Lemah yang menyertai gagal jantung sisi kanan disebabkan karena
menurunnya curah jantungb, gangguan sirkulasi, dan pembuangan produk
sampah katabolisme yang tidak adekuat dari jaringan.
3. Gagal Jantung Kongesti
Baisanya terjadi manifestasi gabungan gagal jantung kiri dan kanan. Ventrikel
kanan dan kiri dapat mengalami kegagalan secara terpisah . Gagal ventrikel kiri
paling sering mendahului gagal ventrikel kanan.
New York Heart Association (NYHA) membuat klasifikasi fungsional dalam 4
kelas :

a. Kelas I : Bila pasien dapat melakukan aktivitas berat tanpa keluhan
b. Kelas II : Bila pasien tidak dapat melakukan aktivitas lebih berat
dari aktivitas sehari-hari tanpa keluhan.
c. Kelas III : Bila pasien tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari
tanpa keluhan.
d. Kelas IV : Bila pasien sama sekali tidak dapat melakukan aktivitas
apapun dan harus tirah baring.
5. Patofisiologi
Mekanisme yang mendasari gagal jantung meliputi gangguan kemampuan
kontraktifitas jantung yang menyebabkan curah jantung lebih rendah dari curah
jantung normal CO = HR x SV dimana curah jantung (CO = Cardiac Output) adalah
fungsi frekuensi jantung (HR = Heart Rate) volum sekuncup (SV = Stroke Volume).
Frekuensi jantung adalah fungsi system saraf otonom. Bila curah jantung
berkurang, sistemik saraf simpatis akan mempercepat frekuensi jantung untuk
mempertahankan diri untuk mempertahankan curah jantung. Tetapi pada gagal
jantung pada masa itu utama kerusakan dan tekanan serabut otot jantung volume
sekuncup berkurang dan curah jantung normal masih dapat dipertahankan. Volume
sekuncup jumlah darah yang dipompa pada saat kontraksi tergantung pada tiga factor
yaitu preload, kontraktifitas dan overload.
CO yang tidak adekuat memicu beberapa respon kompensasi yang berusaha untuk
mempertahankan fungsi dua kali orang-orang tubuh vital.Respon awal adalah

stimulus kepada setiap saraf simpatis yang menimbilkan dua pengaruh utama yaitu
meningkatkan kecepatan dan kekuatan kontraksi miocorsium dan vasokonstriksi
perifer. Vasokontriksi perifer menggeser kearah darah arteri ke organ-organ yang
kurang vital seperti kulit dalam ginjal dan juga ke organ-organ lain seperti otot.
Kontraksi vena meninggalkan peregangan serabut otot cardium meningkatkan
kontraktilitas.
Pada respon berdampak perbaikan terhadap kardiak, namun selanjutnya
meningkatkan kebutuhan O2 untuk miokarsium dibawah garis kemampuan kontraksi.
Bila orang tidak berada dalam kekurangan cairan untuk memulai status peningkatan
volume ventrikel dengan mempercepat preload dan kegagalan komponer.
Jenis kompensasi yang kedua terdiri dari pengaktifan system renin angiotensin,
penurunan darah dalam ginjal dan dampak dari kecepatan filtrosi glomerolus memicu
terlepasnya renin yang terinfeksi dengan angiotensin I dan II yang selanjutnya
berdampak vasokontriksi perifer dan peningkatan reabsorbsi Na dan H2O oleh ginjal.
Kejadian ini meningkatkan volume dan mempertahankan tekanan dalam waktu
singkat. Namun menimbulkan tekanan baik preload maupun afterload pada waktu
jangka panjang.
Pada permulaan sebagian dari jantung mengalami kegagalan jantung dimulai dari
vntrikel kiri. Namun karena kedua ventrikel merupakan bagian dari system ventrikel,
maka ventrikel manapun dapat mengalami kegagalan. Gejala-gejala kegagalan
jantung merupakan dampak dari CO dan kongesti yang terjadi pada system vena atau
sisetem pulmonal atau system lainnya (Barbara C. Long, 1996 : 580)

6. Pathway
Sumber : -Smeltzer and Bare

6. Komplikasi
Menurut Smetzer dan Bare (2000) komplikasi yang paling umum mungkin dari
pengobatan dengan diuretik yang berlebihan. Akan menular bahaya edema paru dan
ketidak nyamanan edema sistemik dengan penekanan curah jantung menetap akibat
kelemahan. Diorisis berlebih menyebabkan penurunan kecepatan filtrasi glomelurus
dan penurunan penghantantaran natrium klorida ke tubulusdistal. Hiponatremi juga
berasal dari rangsang osmotik untuk melanjutkan sekresi hormon antidiuretik.
7. Pemeriksaan Penunjang
1. EKG (Elektro Kardio Graphi)
Hipertopi atrial atau ventrikular, menyimpan aksis, iskemia, dan kerusakan pola
mungkin terlihat. Disritmia,misalnya takikardi, fibrilasi atrial.
2. Senogram (ekokrdiodram, akokardiogram dopple)
Dapat menunjukkan dimensi pembesaran bilik, perubahan dalam fungsi/sruktur
katub, atau area penurunan kontraktilitas ventrikkular.
3. Scan Jantung
Tindakan penyuntikan fraksi dan memperkirakan gerakan dinding.
4. Kateterisi jantung
Tekanan abnormal merupakan indukasi dan membantu membedakan gagal
jantung sisi kanan versus sisi kiri, dan stenosis katub dan insufisiensi.
5. Rontgen dada
Dapat menunjukkan pembesaran jantung
6. Enzim hepar

Meningkat dalam gagal/kongesti hepar
7. Elektrolit
Mungkin berubah karena perpindahan cairan/penurunan fungsi ginjal, terapi
deuretik.
8. Oksimetri nadi
Saturasi oksigen mungkin rendah, Terutama GJK akut memperburuk PPOM atau
GJK kronis.
9. AGD
Gagal ventrikel kiri ditandai dengan alkalosis respiratorik ringan atau hipoksemia
dengan peningkatan PCO2
10. BUN, kreatinin
Peningkatan BUN menandakan penurunan perfusi ginjal. Kenaikan baik BUN dan
kreatinin merupakan indikasi gagal ginjal.
11. Albumin/Transferin serum
Mungkin menurun sebagai akibat penurunan masukan protein atau penurunan
sintesis protein dalam hepar yang mengalami kongesti.
12. Pemeriksaan tiroid
Peningkatan aktivitas tiroid menunjukkan hiperaktivitas tiroid sebagai pre-
pencetus GJK.
(Doenges,2000 ; 54-55)

Mansjoer (1999 ; 435) menambahkan pemeriksaan gagal jantung adalah
pemeriksaan foto toraks dapat mengarah ke kardiomegali, corakan vaskuler paru
menggambarkan kranialisasi, infiltrar prekordial kedua paru, dan efusi pleura. Fungsi
elektrokardiografi (EKG) untuk melihat penyakit yang mendasari seperti infark
miokard dan aritmia. Pemeriksaan lain seperti pemeriksaan Hb, elektrolit,
ekokardigrafi, angiografi, fungsi ginjal dan fungsi tiroid dilakukan atas indikasi.
8. Penatalaksanaan
1. Tujuan dasar penatalaksanaan pasien dengan gagal jantung adalah sebagai
berikut:
a. Dukung istirahat untuk mengurangi beban kerja jantung
b. Meningkatkan kekuatan dan efisiensi kontraksi jantung dengan bahan-bahan
farmakologis
c. Menghilangkan penimbunan cairan tubuh berlebihan dengan terapi diuretik,
diet dan istirahat.
2. Terapi non farmakologi
a. Dukung istirahat dan pembatasan aktivitas fisik untuk mengurangi beban kerja
jantung.
b. Pembatasan cairan (kurang lebih 1200-1500 cc/hari)
c. Pembatasan natrium untuk mencegah, mengontrol dan menghilangkan
oedema.
d. Pendidikan kesehatan

- Informasikan pada klien, keluarga dan pemberi perawatan
tentang penyakit dan penanganannya.
- Informasi difokuskan pada : monitoring BB setiap hari dan
intake natrium.
- Diit yang sesuai untuk lansia CHF : memberi makanan
tambahan yang banyak mengandung kalium
seperti:pisang,jeruk, dll.
- Teknik konservasi energi dan latihan aktivitas yang dapat
di toleransi dengan bantuan terapis.
3. Terapi Farmakologi
Glikosida jantung, diuretik dan vasodilator merupakan dasar terapi farmakologis
gagal jantung.
Glikosida jantung : Digitalis, meningkatkan kekuatan kontraksi jantung
dan memperlambat frekuensi jantung. Ada beberapa efek yang di
hasilkannya, yaitu peningkatan curah jantung, penurunan tekanan vena
dan volume darah, dan peningkatan diuresis yang mengeluarkan cairan
dan mengurangi edema. Efek dosis digitalis yang diberikan tergangtung
pada keadaan jantung. Keseimbangan elektrolit dan cairan serta fungsi
ginjal dan hepar.
Terapi Diuretik : Diberikan untuk memacu ekskresi natrium dan air
melalui ginjal. Obat ini tidak diperlukan bila pasien bersedia merespons
pembatasan aktivitas, digitalis, dan diit rendah natrium. Furosemide (lasix)

terutama sangat penting dalam terapi gagal jantung karena ia dapat
mendilatasi venula, sehingga meningkatkan kapasitas vena , yang pada
gilirannya mengurangi preload (darah vana yang kembali ke
jantung).Terapi diuretik jangka panjang dapat menyebabkan hiponatremia
(kekurangan natrium dalam darah). Pemberian diuretik dalam dosis besar
dan berulang juga dapat mengakibatkan hipokalemia (kehilangan kalium
dalam darah)
Terapi vasodilator : obat-obat vasoaktif merupakan pengobatan utama
pada penatalaksanaan gagal jantung. Obat-obat vasodilator telah lama
digunakan untuk mengurangi impedansi (tekanan) terhadap penyemburan
darah oleh ventrikel. Obat-obat ini memperbaiki pengosongan ventrikel
dan peningkatan kapasitas vena, sehingga tekanan pengisian ventrikel kiri
dapat diturunkan dan dapat dicapai penurunan dramatis kongesti paru
dengan cepat.(Smeltzer dan Bare, 2002 : 811-812
B. TINJAUAN KEPERAWATAN
1. Fokus Pengkajian
Menurut doenges (2000 : 52-53) fokus pengkajiannya adalah :
1. Aktivitas atau istirahat
Gejala : Keletihan/kelelahan teru menerus tiap hari, insomnia, nyeri dada
dengan aktivitas
Tanda Gelisah dan perubahan status mental.

2. Sirkulasi
Gejala : Riwayat hipertensi, GJK sebelumnya, bedah jantung, anemia.
Tanda : Tekanan darah mungkin rendah, takikardi, disritmia, gallop, nadi
perifer berkurang, sianotik, edema khususnya pada ekstremitas.
3. Integritas ego
Gejala : Ansietas, stress.
Tanda : Marah, mudah tersinggung, ketakutan.
4. Eliminasi
Gejala : Penurunan berkemih, Warna urine gelap, diare/konstipasi.
5. Makanan/cairan
Gejala : Anoreksia, mual, muntah, peningkatan berat badan.
Tanda : Penambahan berat badan, distensi abdomen, edema.
6. Higiene
Gejala : Keletihan/kelemahan, kelelahan selama aktivitas peraatan diri.
Tanda : Penampilan menandakan kelainan perawatan personal.
7. Neurosensori
Gejala : Kelemahan, pening, episode pingsan.
Tanda : Latergi, disorientasi, perubahan perilaku, mudah tersinggung.
8. Nyeri/Kenyamanan
Gejala : Nyeri dada, nyeri abdomen kanan atas, sakit pada otot.
Tanda : Gelisah, menarik diri.
9. Pernafasan
Gejala : Dipsnue saat aktivitas, batuk, riwayat penyakit paru kronis.

Tanda : Takipnea, bunyi nafas mungkin tidak terdengar, sianosis.
10. Keamanan
Gejala : Perubahan fungsi mental, kehilangan tonus otot, kulit lecet.
11. Interaksi sosial
Tanda : Penurunan keikutsertaan dalam interaksi sosial yang biasa dilakukan.
12. Pembelajaran atau Pengajaran
Gejala : Lupa menggunakan obat jantung
Tanda : Buti tentang ketidakberhasilan untuk meningkatkan pertimbangan
rencana.
2. Fokus intervensi
Menurut Doenges (2000 : 55) fokus intervensi gagal jantung adalah :
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan kontraktilitas
miokardial, perubahan frekuensi irama, konduksi listrik, perubahan struktural.
Kriteria hasil :
- Menunjukkan TTV dalam batas normal
- Melaporkan episode dipsnue, angina.
Ikut serta dalam aktivitas yang mengurangi beban kerja
jantung.
Intervensi
- Kaji frekuensi dan irama jantung
- Pantau adanya output urine, catat jumlah dan kepekatan.

- Catat bunyi jantung
- Pantau tekanan darah
- Istirahatkan klien dengan tirah baring optimal
- Kolaborasi dalam pemberian O2 dan obat sesuai dengan
indikasi
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan
suplai O2 atau kebutuhan, kelemahan umum, tirah baring lama
atau imobilisasi.
Kriteria hasil :
- Berpartisipasi aktif dalam aktivitas yang di gunakan
memenuhi kebutuhan perawatan diri
- Menurunkan kelemahandan kelelahan selama aktivitas
Intervensi
- Observasi TTV sebelum dan sesudah aktivitas
- Tingkatkan istirahat dan batasi aktivitas
- Kaji penyebab kelemahan
- Catat respon kardiopulmonal terhadap aktivitas
- Berikan bantuan dalam aktivitas perawatan diri
3. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan menurunnya laju filtrasi
glomelurus/meningkatnya produksi ADH dan retensi natrium atau air.
Kriteria hasil :

- Mendemonstrasikan volume cairan stabil dengan
keseimbangan masukan dan pengeluaran, bunyi nafas
bersih atau jelas
- TTV dalam batas normal
- Berat badan stabil dan tidak ada edema
Intervensi
- Pantau haluaran urine
- Hitung balance cairan selama 24 jam/ukur intake dan
output
- Pertahankan duduk atau tirah baring dengan posisi semi
fowler selama fase akut
- Timbang berat badan tiap hari
- Ubah posisi dengan sering, Tinggikan kaki bila duduk.
Lihat permukaan kulit, pertahankan tetap kering dan
berikan bantalan sesuai indikasi.
- Pantau TD
- Kolaborasi pemberian diuretik
4. Resiko tinggi kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan
kapileraalveolus.
Kriteria hasil :
- Mendemonstrasikan ventilasi dan oksigenasi adekuat pada
jaringan
- Berpartisipasi dalam program pengobatan

Intervensi :
- Auskultasi bunyi nafas
- Anjurkan batuk efektif dan nafas dalam
- Dorong perubahan posisi sering
- Berikan obat bronkodilator dan oksigen sesuai indikasi.
5. Resiko terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tirah baring
lama, selama penurunan perfusi jaringan.
Kriteria hasil :
- Mempertahan kan integritas kulit
- Mendemonstrasikan perilaku/teknik mencegah kerusakan
kulit.
Intervensi
- Lihat kulit, adanya edema, kegemukan, kurus
- Ubah posisi sesering mungkin
- Bantu latihan rentang gerak
- Berikan perawatan kulit sesering mungkin
- Hindari obat intra muskuler
6. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan sesak nafas dan
kelelahan
Kriteria hasil
- Nafsu makan membaik

- Porsi makan yang disediakan habis
- Turgor kulit baik
Intervensi
- Kaji status nutrisi
- Auskultasi bunyi bising usus
- Berikan makanan dalam jumlah sedikit tapi sering
- Timbang BB sesuai indikasi
- Kolaborasi dengan ahli gizi

DAFTAR PUSTAKA