kontribusi pola asuh orang tua terhadap kemandirian ssw kls 8 smp muh 2 ptk thn pljrn 2010-2011
TRANSCRIPT
i
KONTRIBUSI POLA ASUH ORANGTUA TERHADAP
KEMANDIRIAN SISWA KELAS II SMA NEGERI 1 BALAPULANG
KABUPATEN TEGAL TAHUN PELAJARAN 2004/2005
SKRIPSI
Diajukan dalam Rangka Menyelesaikan Studi Strata 1
untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh :
SITI ANISA
NIM 1314000030
JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2005
ii
Siti Anisa. 2005. Kontribusi Pola Asuh Orangtua Terhadap Kemandirian Siswa Kelas II SMA Negeri 1 Balapulang Kabupaten Tegal Tahun Pelajaran 2004/2005. Skripsi Jurusan Bimbingan dan Konseling. FIP. UNNES.
Hasil survei penelitian menunjukkan bahwa masih terdapat siswa yang menunjukkan sikap-sikap kurang bertanggungjawab baik di lingkungan sekolah, keluarga maupun masyarakat. Mereka sering terlambat, tidak mengikuti pelajaran pada jam-jam tertentu, tidak memanfaatkan jam kosong untuk belajar, tidak membantu orangtua dengan kesadaran sendiri, kurang disiplin dalam belajar dan kurang aktif dalam kegiatan dimasyarakat seperti IPNU-IPPNU. Kemandirian seseorang akan tumbuh dan berkembang dengan dirinya melalui pendidikan di dalam keluarga, dalam hal ini orangtualah yang harus dapat memberikan bimbingan serta pengarahan secara tepat kepada anaknya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana kecenderungan pola asuh orangtua, mengetahui kemandirian siswa, mengetahui ada tidaknya kontribusi pola asuh orangtua terhadap kemandirian siswa dan mengetahui pola asuh jenis mana yang paling besar kontribusinya terhadap kemandirian siswa. Hipotesis yang diajukan “Ada kontribusi pola asuh orangtua terhadap kemandirian siswa kelas II SMA Negeri 1 Balapulang Kabupaten Tegal Tahun Pelajaran 2004/2005”.
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas II SMA Negeri 1 Balapulang Tegal sebanyak 311 siswa. Sampel dalam penelitian ini diambil secara random acak sederhana dengan ukuran 25% dari populasi dan diperoleh jumlah sampel sebanyak 78 siswa. Variabel yang diteliti meliputi pola asuh orangtua sebagai variabel bebas dan kemandirian sebagai variabel terikat. Data tentang pola asuh orangtua dan kemandirian diambil dengan angket. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan deskriptif persentase dan analisis regresi ganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa orangtua siswa kelas II SMA Negeri 1 Balapulang Kabupaten Tegal cenderung menggunakan pola asuh demokratis, hal ini dapat dilihat dari pola asuh demokratis yang memperoleh persentase tertinggi yaitu 74,62%, selanjutnya pola asuh otoriter dengan persentase 59,80% dan terakhir pola asuh permissif dengan persentase 57,74%. Kemandirian siswa kelas II yang diasuh dengan pola asuh demokratis memiliki kemandirian yang baik dengan bobot persentase skor 73,70%. Hasil analisis memperoleh koefisien korelasi 0,6163. Uji signifikansi koefisien korelasi ganda dengan uji F diperoleh Fhitung = 15,108 > Ftabel = 2,71. Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa ada kontribusi antara pola asuh orangtua dengan kemandirian siswa. Besarnya kontribusi tersebut yaitu 37,98% dengan rincian : 8,83% adalah kontribusi pola asuh otoriter, 17,83% adalah kontribusi pola asuh demokratis, dan 11,32% adalah kontribusi pola asuh permissif.
Mengacu dari hasil penelitian tersebut dapat diajukan beberapa saran antara lain : 1) Bagi orangtua dalam mengasuh anak hendaknya menekankan pola asuh demokratis, utamanya dalam beberapa hal yang masih dapat dirundingkan atau tawar menawar antara orangtua dengan anak. Selain itu pada beberapa hal yang ada aturan pasti dari agama atau negara maupun norma-norma yang berlaku di masyarakat hendaknya menggunakan pola asuh otoriter untuk melatih kedisiplinan anak, dan 2) Guru hendaknya mampu mengembangkan demokratisasi dalam kegiatan belajar, kepada siswa yang memiliki tingkat kemandirian yang berbeda, misal: memberikan kesempatan kepada siswa untuk membahas dan mengemukakan hasil tersebut, memberikan reward, pujian dari hasil pekerjaan siswa tersebut. Dengan memberikan tugas dan kesempatan dapat meningkatkan rasa percaya diri siswa, sehingga siswa lebih bertanggung jawab akan tugas dan kewajibannya.
ABSTRAK
iii
HALAMAN PENGESAHAN
Telah dipertahankan di depan Sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ilmu
Pendidikan, Universitas Negeri Semarang pada:
Hari : Selasa
Tanggal : 26 Juli 2005
Panitia Ujian
Ketua Sekretaris
Drs. Siswanto, M.M Drs. H. Suharso, M.Pd
NIP. 130515769 NIP. 131754158
Pembimbing I Anggota Penguji
Drs. H. Anwar Sutoyo, M.Pd 1. Dra. Martensi.K.Dj
NIP. 131570048 NIP. 130345750
Pembimbing II 2. Drs. H. Anwar Sutoyo, M.Pd
NIP. 131570048
Dra. Hj. Ninik Setyowani 3. Dra. Hj. Ninik Setyowani
NIP. 130788543 NIP.130788543
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas limpahan rahmat
dan hidayah-Nya hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
“Kontribusi Pola Asuh Orangtua Terhadap Kemandirian Siswa Kelas II SMA
Negeri 1 Balapulang Kabupaten Tegal Tahun Pelajaran 2004/2005”. Penulisan
skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan Studi Strata 1 guna
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Bimbingan dan Konseling
(BK) Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) Universitas Negeri Semarang (UNNES).
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dr. H. A.T Soegito, S.H., M.M., Rektor Universitas Negeri Semarang yang
telah memberikan kemudahan administrasi dalam penyusunan skripsi.
2. Drs. Siswanto, M.M., Dekan FIP UNNES yang telah memberikan ijin
penelitian.
3. Drs. H. Suharso, M.Pd., Ketua Jurusan Bimbingan dan Konseling, FIP
UNNES, yang telah memberikan kemudahan administrasi dalam penyusunan
skripsi.
4. Drs. H. Anwar Sutoyo, M.Pd., Pembimbing I atas bimbingan dan arahan serta
motivasi dalam penyusunan skripsi ini.
5. Dra. Hj. Ninik Setyowani, Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan,
dan arahan dalam penyusunan skripsi ini.
6. Tim penguji Skripsi jurusan Bimbingan dan Konseling Fakultas Ilmu
Pendidikan Universitas Negeri Semarang.
7. Drs. Warto, Kepala SMA Negeri 1 Balapulang Kabupaten Tegal atas ijin dan
bantuannya dalam penelitian ini.
v
8. Drs. Sugiyono, Eni Kisrini, S.Pd, dan Suwadi, S.Pd, Guru pembimbing SMA
Negeri 1 Balapulang kabupaten Tegal yang telah berkenan memberi bantuan
informasi, dan kesempatan waktu untuk melakukan penelitian.
9. Siswa-Siswi kelas II SMA Negeri 1 Balapulang Kabupaten Tegal atas
partisipasinya dalam penelitian ini.
10. Teman-teman mahasiswa Jurusan Bimbingan dan Konseling angkatan “2000”
atas semangat dan dukungannya selama ini.
11. Semua pihak yang langsung maupun tidak langsung yang telah mendukung
baik moril maupun materiil demi terselesaikannya skripsi ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih banyak
kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dari semua pihak, akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca semua.
Semarang, Juli 2005
Penulis
vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto
1. “Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila kamu
telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh
(urusan) yang lain, dan hanya kepada Allahlah hendaknya kamu berharap”.
(QS. Al-Insyiroh: 6-7)
2. “Tidak ada sesuatu yang lebih berat dalam timbangan (amal kebajikan
seseorang ) dari pada budi pekerti yang baik”.
(Hadits Riwayat Abu Daud, Turmudzy, dari Abu Darda’)
3. “Mula-mula kita membentuk kebiasaan kita, lama-kelamaan kebiasaan
kitalah yang membentuk kita”. (Penulis)
Persembahan
Skripsi ini teruntuk:
1. Bapak dan Ibu tercinta terima kasih atas
segalanya, dan yang tak henti-hentinya
mendo’akan Ananda.
2. Mba Ikmah, Mas Edi, Mas Saiful, D’Santi,
D’Zaki, Nok Azzah, yang selalu
mendukungku.
3. Sahabatku Arie, Mas Poernama, Mas Faizin,
Tini, Hindun, Linda, Ira, Novi, D’Emi, dan
seluruh teman “Kost Pioneers” lainnya.
4. Someone who always be my inspiration.
5. Seluruh teman-teman BK angkatan “2000”.
6. Almamaterku.
vii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................... i
ABSTRAK ................................................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iii
KATA PENGANTAR ................................................................................. iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................. vi
DAFTAR ISI ................................................................................................ vii
DAFTAR TABEL ........................................................................................ ix
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xi
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1
B. Permasalahan............................................................................... 8
C. Tujuan Penelitian ......................................................................... 9
D. Manfaat Penelitian ....................................................................... 9
E. Sistematika Skripsi ...................................................................... 10
BAB II LANDASAN TEORI ..................................................................... 12
A. Pola Asuh Orangtua ..................................................................... 12
1. Pengertian Pola Asuh Orangtua .............................................. 13
2. Jenis dan Ciri Pola Asuh Orangtua ......................................... 15
B. Kemandirian ................................................................................ 23
1. Pengertian Kemandirian ......................................................... 23
2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kemandirian ................... 23
C. Kontribusi Pola Asuh Orangtua Terhadap Kemandirian ............... 38
D. Hipotesis ..................................................................................... 39
viii
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................. 41
A. Jenis Penelitian ............................................................................ 41
B. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling ....................................... 43
1. Populasi dan Sampel .............................................................. 43
2. Teknik Sampling .................................................................... 45
C. Variabel Penelitian ...................................................................... 47
D. Devinisi Operasional Variabel ..................................................... 48
E. Metode dan Alat Pengumpul Data ............................................... 51
F. Validitas dan Reliabilitas ............................................................. 60
1. Validitas ................................................................................ 61
2. Reliabilitas ............................................................................. 62
G. Teknik Analisis Data ................................................................... 64
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................ 68
A. Persiapan Penelitian ..................................................................... 68
1. Populasi dan Sampling ......................................................... 68
2. Hasil Uji Coba Instrumen ..................................................... 69
B. Pelaksanaan Penelitian................................................................. 70
C. Prosedur Pengumpulan Data ........................................................ 70
D. Hasil Penelitian ........................................................................... 71
1. Deskripsi Pola Asuh Orangtua ............................................. 71
2. Hasil Deskriptif Kemandirian Siswa .................................... 75
3. Pengujian Hipotesis ............................................................. 79
E. Pembahasan ................................................................................. 80
BAB V SIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 85
A. Simpulan .................................................................................... 85
B. Saran ........................................................................................... 86
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 87
LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................................ 89
ix
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Populasi penelitian ................................................................................. 43
2. Sampel penelitian ................................................................................... 47
3. Cara penyekoran butir item .................................................................... 59
4. Rangkuman analisis regresi .................................................................... 66
5. Tabel kriteria pola asuh otoriter .............................................................. 72
6. Tabel kriteria pola asuh demokratis ........................................................ 72
7. Tabel kriteria pola asuh permissif ........................................................... 72
8. Presentase dan kriteria pola asuh orangtua.............................................. 73
9. Distribusi frekuensi pola asuh orangtua .................................................. 74
10. Kriteria kemandirian siswa ..................................................................... 75
11. Distribusi frekuensi kemandirian masing-masing siswa .......................... 76
12. Distribusi frekuensi kemandirian siswa pada aspek kemampuan
berpikir ........................................................................................... 76
13. Distribusi frekuensi kemandirian pada aspek kemampuan merasakan ..... 77
14. Distribusi frekuensi kemandirian siswa pada aspek kemampuan
melakukan. ............................................................................................ 78
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Hubungan Antara Variabel Pola Asuh Orangtua dengan Kemandirian
Siswa ....................................................................................................... 48
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Kisi-kisi Pengembangan Uji Coba Instrumen Pola Asuh Orangtua .......... 89
2. Kisi-kisi Pengembangan Uji Coba Instrumen Kemandirian ..................... 95
3. Instrumen Uji Coba Angket Pola Asuh Orangtua dan Angket
Kemandirian ........................................................................................... 97
4. Data Hasil Uji Coba Instrumen Angket Pola Asuh Orangtua ................... 110
5. Perhitungan Validitas dan Reliabilitas Angket Pola Asuh Orangtua......... 117
6. Data Hasil Uji Coba Instrumen Angket Kemandirian .............................. 119
7. Perhitungan Validitas dan Reliabilitas Angket Kemandirian .................... 126
8. Kisi-kisi Pengembangan Instrumen Penelitian Pola Asuh Orangtua ......... 128
9. Kisi-kisi Pengembangan Instrumen Penelitian Kemandirian .................... 134
10. Instrumen Penelitian Pola Asuh Orangtua dan Kemandirian .................... 136
11. Data Hasil Penelitian Tentang Pola Asuh Orangtua ................................. 149
12. Data Hasil Penelitian Tentang Kemandirian ............................................ 151
13. Penentuan Kategori Pada Analisis Deskriptif Persentase ......................... 153
14. Analisis Deskriptif Persentase ................................................................. 156
15. Tabel Persiapan Analisis Regresi ............................................................ 159
16. Analisis Regresi ...................................................................................... 161
17. Surat Ijin Penelitian ................................................................................. 165
18. Surat Keterangan Penelitian ................................................................... 166
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Fungsi pendidikan menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan
Nasional (UU Sisdiknas) Tahun 2003 Pasal 3 adalah mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab.
Bertolak pada fungsi pendidikan yaitu mengembangkan kemampuan,
pada hakekatnya setiap manusia akan mengalami perkembangan serta
memiliki kemampuan untuk berkembang sesuai dengan potensi yang
dimilikinya. Kemampuan seseorang dapat berkembang jika diberi kesempatan
dan diperlukan latihan setiap hari dalam kehidupannya.
Latihan yang dilakukan seseorang tidak dapat dilakukan oleh individu
itu sendiri, hal ini membutuhkan orang lain yang dapat membantu
mengembangkan potensi dirinya karena tanpa bantuan orang lain anak akan
kehilangan hakekat kemanusiaannya, orang lain di sini bisa berupa orangtua,
guru pembimbing dll, tetapi orangtualah yang lebih bertanggung jawab
mengembangkan keseluruhan potensi anak. Hal ini bisa dilakukan dengan
2
memberi teladan, nasehat, dan tugas-tugas yang ada di lingkungan keluarga
sesuai dengan tingkat usianya, karena dari lingkungan keluargalah anak
belajar untuk pertama kalinya dalam berinteraksi dengan dunia luar. Dari sini
nampak peran orangtua di dalam lingkungan sangat penting yaitu untuk
membimbing anak agar bisa melakukan segala tugas dan kewajiban dengan
kesadaran sendiri. Karena apa yang dilakukan oleh anak setiap harinya akan
membentuk kepribadian seseorang, jika hal ini sudah terbentuk pada diri
seseorang akan memudahkan baginya dalam mengembangkan potensi yang
dimilikinya, sehingga hal ini menjadikan anak lebih dewasa dan mandiri.
Kedewasaan seseorang tidak dapat terbentuk tanpa adanya dukungan
dari lingkungan, karena individu tidak mungkin hidup tanpa satu lingkungan
sosial tertentu jika anak itu mau tumbuh normal dan mengalami proses
manusiawi atau proses pembudayaan dalam satu lingkungan kultural. Di
samping itu kondisi individu dapat menguntungkan dan positif bila kombinasi
dari pengaruh sosial dan potensi hereditas bisa saling mendukung, bisa
bekerjasama secara akrab dan membantu proses realisasi diri dan proses
sosialisasi anak. Hal ini kembali pada hakekat dari manusia yaitu di samping
sebagai makhluk individu juga merupakan pribadi-sosial yang memerlukan
relasi dan komunikasi dengan person lain guna menjalani proses kultivasi
dalam lingkungan kebudayaan tertentu, anak membutuhkan manusia lain
untuk mendewasakan dirinya.
Dengan terbentuknya sikap kedewasaan, di mana seseorang
diharapkan bisa mendidik diri sendiri dalam pengertian mampu menentukan
3
sikap, bisa memilih arah dan tujuan hidupnya dan secara konsekuen mencapai
tujuan final itu. Sehingga dengan demikian bisa tercapai satu tingkat
kemandirian di mana seseorang mampu melaksanakan dengan baik tugas-
tugas hidup sebagai individu otonom. Kemandirian seseorang dapat
berkembang dengan baik jika diberikan kesempatan untuk berkembang
melalui latihan yang dilakukan secara terus-menerus dan dilakukan sejak dini.
Dari survey pendahuluan, diperoleh bahwa SMA N 1 Balapulang pada
saat sekarang ini menampung 1135 siswa, yang terdiri dari kelas I,II dan kelas
III, untuk kelas I terdiri dari 10 kelas, kelas II terdiri dari 7 kelas, dan untuk
kelas III terdiri dari 8 kelas yaitu kelas 3 IPA 3 kelas dan kelas 3 IPS 5 kelas.
Keberadaannya sekarang tidak hanya mengutamakan kuantitas (jumlah) siswa,
tetapi lebih mengarah pada upaya untuk meningkatkan kualitas siswa, hal ini
terbukti dengan adanya sistem kurikulum berbasis kompetensi (KBK) di
samping itu pula adanya kegiatan ekstrakurikuler yang semakin maju
kegiatannya antara lain : Pramuka, PMR, PKS, Baca Tulis Alqur’an, Mading.
Hubungan timbal balik (interaksi) antara guru dengan siswa di SMA tersebut
cukup baik.
Rata-rata tingkat pendidikan orangtua siswa SD, SMP, SMA dan ada
juga yang berpendidikan tinggi, sebagian orangtua siswa bekerja sebagai
pegawai negeri, swasta, dan sebagian besar bekerja sebagai wiraswasta ada
yang di daerahnya sendiri ada juga yang keluar kota, setiap harinya orangtua
harus pergi pagi pulang siang bahkan sampai sore apalagi bagi siswa yang
orangtuanya memiliki pekerjaan sebagai pedagang di pasar ataupun ruko yang
4
letaknya lumayan jauh dari rumah. Dengan kesibukan tersebut orangtua
bahkan tidak punya waktu untuk menanyakan apa dan bagaimana kegiatan
sehari-hari anaknya. Hal ini tampak adanya kecenderungan pada sebagian
keluarga masa kini sibuk dengan aktivitas masing-masing, sehingga intensitas
pertemuan antar anggota menjadi relatif sedikit, hal itu dimungkinkan karena
masing-masing anggota keluarga sibuk dengan urusan pribadinya. Fenomena
seperti itu menjadikan para orangtua lalai dan bahkan lupa akan kewajibannya
sebagai orangtua, kewajiban untuk memberikan kasih sayang, perhatian,
mengasuh, mendidik, memberi bimbingan, mengawasi, dan berperan layaknya
sahabat bagi anak. Kondisi demikian menyebabkan remaja cenderung kurang
bertanggung jawab terhadap tugas dan kewajibannya baik di lingkungan
keluarga, sekolah, ataupun masyarakat. Hal ini dikarenakan kurangnya
bimbingan dan arahan dari orangtua.
Dari survey pendahuluan juga diperoleh informasi bahwa masih ada
sebagian siswa yang menunjukkan sikap-sikap kurang bertanggung jawab
terhadap dirinya sendiri baik di lingkungan sekolah, lingkungan keluarga
ataupun di lingkungan masyarakat. Di lingkungan sekolah misalnya siswa
terlambat datang ke sekolah padahal dari rumah berangkat pagi, tidak
mengikuti pelajaran pada saat jam pelajaran, bila ada jam pelajaran kosong
tidak dimanfaatkan untuk belajar sendiri di kelas ataupun di perpustakaan,
tetapi digunakan untuk santai-santai, ngobrol dengan teman, mengganggu
teman, ada juga yang digunakan untuk tidur di dalam kelas, dan ada juga yang
menggunakan jam pelajaran kosong untuk makan dan minum di kantin
5
sekolah. Walaupun ada tugas dari guru, mereka hanya menyontek hasil dari
teman tidak ia kerjakan sendiri, malas bertanya kepada guru bidang studi jika
ada hal-hal yang kurang jelas, jika jam istirahat berakhir tidak siswa gunakan
untuk belajar mempersiapkan materi sebelum guru bidang studi masuk kelas,
tetapi digunakan untuk main-main dan keluar masuk kelas.
Dari informasi beberapa orang siswa bahwa di lingkungan keluarga
siswa kadang kurang menunjukkan tanggung jawab sebagai anak misalnya :
dalam membantu pekerjaan orangtua tanpa kesadaran dari diri sendiri, kurang
disiplin dalam belajar, siswa belajar kalau ada tugas ataupun kalau ada tes.
Sedangkan di lingkungan masyarakat, siswa kurang aktif dalam
kegiatan yang ada di daerahnya misalnya IPNU-IPPNU, hal ini dikarenakan
kurang mampunya siswa dalam membagi waktu, antara waktu untuk belajar di
sekolah dan untuk kegiatan di masyarakat, karena sebagian besar waktunya
digunakan untuk sekolah mulai jam 07.00 sampai jam 13.30, kadang sampai
rumah pukul 14.00 sampai pukul 14.30, bahkan jika ada kegiatan
ekstrakurikuler siswa pulang sampai sore hari dan di samping itu pula siswa
cenderung berteman atau berkumpul ataupun melakukan kegiatan dengan
teman sekolahnya. Hal ini dikarenakan kurangnya kemampuan siswa dalam
mengatur waktu di dalam kegiatan sehari-harinya.
Di sisi lain, terdapat juga siswa-siswa yang memiliki tanggung jawab
yang besar terhadap dirinya baik di lingkungan keluarga, sekolah, ataupun di
lingkungan masyarakat. Hal ini tampak terlihat dari kesungguhannya di dalam
mengerjakan segala tugas-tugas baik tugas sekolah ataupun tugas-tugas di
6
rumah. Meskipun mereka berasal dari keluarga yang tergolong orangtuanya
sibuk dengan pekerjaan dan aktivitas sehari-hari, tetapi mereka selalu dapat
menyelesaikan apa yang menjadi tugasnya baik tugas sebagai anak ataupun
sebagai siswa, karena ada sebagian siswa yang di dalam keluarga sudah dilatih
dan diberi tanggung jawab sejak kecil, misalnya orangtua memberikan tugas
untuk menyapu, mencuci piring, mencuci pakaian dan sebagainya yang
berkaitan dengan pekerjaan atau tugas rumah, hal ini menjadikan anak terbiasa
di dalam menyelesaikan tugas dan tanggung jawabnya sebagai anak tanpa
harus diminta ataupun diperintah oleh orangtua, sehingga kebiasaan-kebiasaan
yang dilakukan oleh anak di rumah akan berdampak positif pada tugas dan
tanggung jawabnya sebagai siswa di sekolah sehingga akan tercapai
kemandirian yang diharapkan, karena pada dasarnya kemandirian seseorang
akan tumbuh dan berkembang dengan sendirinya melalui pendidikan di dalam
keluarga, dalam hal ini orangtualah yang harus dapat memberikan bimbingan
serta pengarahan secara tepat pada anaknya.
Mengingat pentingnya faktor lingkungan sosial, hal ini tidak terlepas
dari peranan keluarga dan peranan keluarga tidak terlepas dari peranan
orangtua, karena orangtualah sebagai pendidik utama dan pertama bagi anak,
yang memiliki tugas untuk memberikan fasilitas bagi perkembangan anak dan
membantu memperlancar perkembangan menurut irama dan temponya
sendiri-sendiri (kemampuan seseorang untuk dapat melakukan segala
tingkahlaku sesuai dengan tingkat perkembangan usia).
7
Berbicara mengenai peranan orangtua, akan terkait dengan masalah
bagaimana orangtua mendidik dan mengasuh anak di rumah. Pendidikan yang
berlangsung di tengah-tengah keluarga mempunyai corak dan pola asuh yang
berbeda antara keluarga satu dengan keluarga lain, karena keluarga merupakan
salah satu faktor eksternal yang mempunyai andil besar dalam membentuk
kepribadian seseorang.
Dari pengamatan penulis selama survey, diperoleh informasi adanya
siswa yang berhasil di dalam belajarnya hal ini terbukti dengan prestasi yang
diperoleh dan sikap-sikap positif yang ditunjukkan antara lain : Kesungguhan
di dalam belajar, ketepatan waktu di dalam mengerjakan tugas-tugas sekolah
(PR), tidak pernah terlambat datang ke sekolah, selalu memanfaatkan waktu
luang untuk membaca buku, selalu rutin belajar walaupun tidak ada tugas atau
tes, selalu aktif di kelas, senang mengikuti kegiatan ekstra di sekolah. Sikap
dan perilaku yang positif tersebut akan dapat menimbulkan sikap kemandirian
siswa yang tinggi.
Pada dasarnya setiap orangtua menghendaki anaknya baik, patuh, dan
setiap orangtua juga akan merasa bahagia jika anaknya pintar, dan masih
banyak lagi harapan lain tentang anak, yang kesemuanya berbentuk sesuatu
yang positif. Sementara itu, orangtua berkeinginan untuk mendidik anaknya
secara baik dan berhasil, mereka berharap mampu membentuk anak yang
punya kepribadian, anak yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, anak yang berakhlak mulia, anak yang berbakti terhadap orangtua,
anak yang berguna bagi dirinya, keluarga, masyarakat, nusa, bangsa juga
8
agama, anak yang cerdas dan terampil, bertanggung jawab serta memiliki
kemandirian dan kesadaran diri yang tinggi.
Namun kenyataannya, masih banyak siswa yang mempunyai kadar
kemandirian yang berbeda, hal ini sangatlah erat kaitannya dengan pola asuh
orangtua di dalam mengasuh, mendidik, dan membimbing anak-anaknya.
Karena ketiga pola asuh orangtua tersebut, diduga kuat memberi kontribusi
terhadap kemandirian siswa (remaja).
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka peneliti memandang perlu
untuk melakukan penelitian dengan judul: “Kontribusi pola asuh orangtua
terhadap kemandirian siswa kelas II SMA Negeri 1 Balapulang Kabupaten
Tegal Tahun Pelajaran 2004/2005”.
B. Permasalahan
Dari latar belakang di atas, permasalahan yang muncul dalam
penelitian ini sebagai berikut:
1. Bagaimana kecenderungan pola asuh orangtua siswa kelas II SMA Negeri
1 Balapulang Kabupaten Tegal.
2. Bagaimana tingkat kemandirian siswa kelas II SMA Negeri 1 Balapulang
Kabupaten Tegal.
3. Adakah kontribusi pola asuh orangtua terhadap kemandirian, jika ada
seberapa besar kontribusinya.
4. Pola asuh jenis mana yang paling dominan berkontribusi terhadap
kemandirian.
9
D. Tujuan Penelitian
Bertolak pada masalah penelitian di atas, maka tujuan penelitian ini
adalah:
1. Mengetahui bagaimana kecenderungan pola asuh orangtua siswa kelas II
SMA Negeri Balapulang Kabupaten Tegal.
2. Mengetahui bagaimana kemandirian siswa kelas II SMA Negeri 1
Balapulang kabupaten Tegal.
3. Mengetahui adakah kontribusi pola asuh orangtua terhadap kemandirian
siswa, jika ada seberapa besar kontribusinya.
4. Mengetahui pola asuh jenis mana yang paling dominan berkontribusi
terhadap kemandirian.
E. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian dalam skripsi ini meliputi :
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wacana tambahan
referensi dalam rangka pengembangan keilmuan khususnya ilmu-ilmu
bimbingan dan konseling tentang pola asuh orangtua dengan kemandirian
siswa (anak).
2. Manfaat Praktis
a. Jika ternyata ada kontribusi pola asuh orangtua terhadap kemandirian
siswa, dapat dipergunakan sebagai masukan bagi orangtua dan sekolah
10
dalam memilih pola asuh yang lebih sesuai dengan tingkat
perkembangan anak sehingga dapat meningkatkan kemandirian anak.
b. Bagi guru pembimbing hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai
bahan pertimbangan di dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling,
dalam hal ini bisa untuk membantu mengembangkan kemandirian anak
di sekolah terutama siswa kelas II SMA Negeri 1 Balapulang.
F. Sistematika Skripsi
Untuk memberi gambaran yang menyeluruh dalam skripsi ini, maka
perlu disusun sistematika skripsi. Adapun sistematika skripsi ini adalah
sebagai berikut:
Skripsi ini terdiri atas tiga bagian yaitu bagian pendahuluan, bagian isi
dan bagian penutup. Bagian pendahuluan skripsi ini memuat tentang halaman
judul, abstraksi, halaman pengesahan, halaman motto dan persembahan, kata
pengantar, daftar isi, daftar tabel dan daftar lampiran.
Bagian isi skripsi terdiri atas lima bab, yaitu :
Bab I Pendahuluan, berisi tentang latar belakang masalah,
permasalahan, penegasan istilah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan
sistematika skripsi.
Bab II Landasan Teori dan Hipotesis, berisi uraian tentang beberapa
konsep teoritis yang mendasari penelitian ini, yaitu pengertian pola asuh
orangtua, jenis dan ciri pola asuh orangtua, pengertian kemandirian, faktor-
11
faktor yang mempengaruhi kemandirian, pengaruh pola asuh orangtua
terhadap kemandirian, serta hipotesis.
Bab III Metode Penelitian, pada bab ini diuraikan tentang Jenis
penelitian, populasi dan sampel serta teknik sampling, variabel penelitian
devinisi operasional, metode dan alat pengumpul data, validitas dan reliabilitas
instrumen, serta teknik analisis data.
Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan, pada bab ini diuraikan
mengenai hasil-hasil penelitian yang meliputi pemaparan data, analisis data
atau uji hipotesis, dan pembahasan.
Bab V Penutup, yang memuat simpulan dan saran.
Bagian akhir skripsi ini memuat tentang daftar pustaka dan lampiran-
lampiran yang mendukung penelitian ini.
12
BAB II
LANDASAN TEORI
A. POLA ASUH ORANGTUA
Keluarga merupakan pendidik utama dan pertama, dikatakan yang
pertama karena sebelum anak sekolah, ia telah mengenal terlebih dahulu
lingkungan keluarga, dan dikatakan yang utama karena pendidikan dalam
keluarga merupakan landasan atau dasar untuk perkembangan anak pada masa
selanjutnya. Hal ini menunjukkan bahwa perkembangan anak dalam sebuah
keluarga berlangsung setahap demi setahap.
Keluarga juga merupakan kelompok sosial yang pertama tempat
seorang anak berinteraksi, di mana dalam keluarga akan selalu timbul
hubungan timbal balik yang terus-menerus antar anggota keluarga. Karena
melalui hubungan timbal balik tersebut, anak pertama kali belajar
memperhatikan keinginan-keinginan orang lain, belajar bekerjasama, dan
belajar membantu orang lain.
Peranan keluarga dalam membentuk dan mengembangkan kepribadian
seorang anak sangatlah besar artinya, sebab pola asuh dan cara yang
diterapkan oleh orangtua sejak dalam kandungan, lahir, kanak-kanak, remaja
sampai menjadi dewasa, akan melahirkan iklim psikologis yang dapat
membentuk kepribadian dan sikap seorang anak. Hal tersebut dikuatkan oleh
Brown (1961:76), yang mengatakan bahwa keluarga adalah lingkungan yang
pertama kali menerima kehadiran anak. Jadi dalam hal ini pola asuh orangtua
12
13
yang diterapkan dalam keluarga sangat besar peranannya dalam membentuk
pribadi dan sikap seorang anak. Peranan di sini adalah sebagai model yang
ditiru anak dan sekaligus sebagai pembentuk kebiasaan yang akan menjadi
bagian dari kepribadian anak.
Orangtua adalah pendidik utama dan pertama sebelum anak
memperoleh pendidikan di sekolah, karena dari keluargalah anak pertama
kalinya belajar. Jadi keluarga tidak hanya berfungsi terbatas sebagai penerus
keturunan saja, tetapi lebih dari itu adalah pembentuk kepribadian anak.
Dengan demikian, dasar kepribadian seseorang terbentuk sebagai hasil
perpaduan antara warisan, sifat-sifat, bakat orangtua, dan lingkungan di mana
ia berada dan berkembang, lingkungan pertama yang mula-mula memberikan
pengaruh mendalam adalah lingkungan keluarga. Dan dari sinilah pola asuh
orangtua mulai diberikan kepada anaknya.
1. Pengertian Pola Asuh Orangtua
Di lihat dari segi bahasa, kata “pola asuh“ terdiri dari kata “pola“
dan “asuh”. Pola berarti model, sistem, cara kerja, bentuk (struktur yang
tetap). Sedang kata ”asuh” mengandung arti menjaga, merawat, mendidik
anak agar dapat berdiri sendiri.
Menurut Kohn (http://www.Dep.Dik.Nas/Go.Id), pola asuh
merupakan sikap orangtua dalam berinteraksi dengan anak-anaknya. Sikap
orangtua ini meliputi cara orangtua memberikan aturan-aturan, hadiah
maupun hukuman, cara orangtua menunjukkan otoritasnya, dan cara
orangtua memberikan perhatian serta tanggapan terhadap anaknya.
14
Tarsis Tarmudji (http://www.Dep.Dik.Nas/Go.Id), menyatakan
bahwa, pola asuh merupakan interaksi antara orangtua dengan anaknya
selama mengadakan pengasuhan. Pengasuhan ini berarti orangtua
mendidik, membimbing, dan mendisiplinkan serta melindungi anak untuk
mencapai kedewasaan dengan norma-norma yang ada di masyarakat.
Dari beberapa pengertian pola asuh di atas, dapat penulis
simpulkan bahwa pola asuh orangtua merupakan gambaran sikap yang
ditunjukkan orangtua dalam berinteraksi dengan anaknya, interaksi di sini
termasuk ekspresi sikap, termasuk di dalamnya cara-cara orangtua
menerapkan aturan-aturan, hadiah, maupun hubungan, serta cara orangtua
memberikan perhatian dan tanggapan terhadap anaknya, sejak kecil
sampai dewasa untuk mencapai tujuan sesuai dengan norma-norma yang
ada.
Pada dasarnya sikap orangtua akan tampak pada saat berinteraksi
dalam keluarga, karena dalam berinteraksi tersebut, sikap, perilaku, dan
kebiasaan orangtua sehari-hari akan dilihat, dinilai, dan ditiru oleh anak
yang kemudian menjadi kebiasaan bagi anaknya. Hal tersebut dikarenakan
anak mengidentifikasikan diri pada orangtuanya, sebelum mengadakan
identifikasi dengan orang lain (lingkungan), walaupun tidak dapat
disangkal bahwa faktor lingkungan juga besar pengaruhnya terhadap
perkembangan tingkah laku individu (anak), khususnya pada masa kanak-
kanak sampai remaja, sebab pada masa ini anak mulai berfikir kritis.
15
Sikap orangtua dalam berinteraksi dengan anak, berpengaruh pada
sikap dan perilaku anak. Dalam hal ini, orangtua yang menerapkan salah
satu sikap tertentu dalam keluarga yang bertujuan untuk mendisiplinkan
anak, akan berpengaruh pada tingkat perkembangan individu yaitu
perkembangan kemandiriannya. Oleh karena itu, untuk mendisiplinkan
anak agar mencapai kemandirian yang diharapkan, terkadang sikap
orangtua cenderung mengarah pada dua tipe pendekatan, yaitu pendekatan
positif dan pendekatan negatif.
Charles Schaefer (alih bahasa oleh R. Tarman Sirait dan Conny
Semiawan, 1979:10) berpendapat, tipe yang efektif untuk pola asuh
orangtua, menggunakan pendekatan positif dari pada pendekatan negatif.
Pola asuh dengan pendekatan positif adalah bentuk pola asuh yang
orangtua cenderung memandang dan memperlakukan seorang anak
sebagai seorang teman, bukan sebagai seorang lawan, sebaliknya pola asuh
yang menggunakan pendekatan negatif adalah bentuk pola asuh yang
orangtua cenderung menghukum, di mana pelaksanaannya untuk
menghukum anak yang berbuat kesalahan dengan menimbulkan kesakitan
yang bersifat fisik dan kewajiban yang kemudian akan membuat anak
kehilangan harga diri, ketakutan, kecemasan dan perasaan bersalah.
2. Jenis dan Ciri Pola Asuh Orangtua
Dalam melakukan tugas-tugas perkembangannya, individu banyak
dipengaruhi oleh peranan orangtua dan lingkungan lainnya. Peranan
16
orangtua tersebut akan memberikan lingkungan yang memungkinkan anak
dapat menyelesaikan tugas-tugas perkembangannya.
Sebagaimana yang dikemukakan oleh Melly Budiman (1986:6)
bahwa:
Hubungan keluarga yang dilandasi kasih sayang, sangat
penting bagi anak supaya anak dapat mengembangkan tingkah laku
sosial yang baik. Bila kasih sayang tersebut tidak ada, maka
seringkali anak mengalami kesulitan dalam hubungan sosial, dan
kesulitan ini akan mengakibatkan berbagai macam kelainan
tingkah laku sebagai upaya kompensasi dari anak. Sebenarnya,
setiap orangtua itu menyayangi anaknya, akan tetapi manifestasi
dari rasa sayang itu berbeda-beda penerapannya. Perbedaan itu
akan nampak dalam pola asuh yang diterapkan.
a. Pola Asuh Otoriter
Hurlock (1997:125), mengemukakan bahwa orangtua yang
mendidik anak dengan menggunakan pola asuh otoriter
memperlihatkan ciri-ciri sebagai berikut: orangtua menerapkan
peraturan yang ketat, tidak adanya kesempatan untuk mengemukakan
pendapat, anak harus mematuhi segala peraturan yang dibuat oleh
orangtua, berorientasi pada hukuman (fisik maupun verbal), dan
orangtua jarang memberikan hadiah ataupun pujian.
Menurut Singgih D. Gunarsa (1983:82), pola asuh otoriter yaitu
pola asuh di mana orangtua menerapkan aturan dan batasan yang
mutlak harus ditaati, tanpa memberi kesempatan pada anak untuk
berpendapat, jika anak tidak mematuhi akan diancam dan dihukum.
Pola asuh otoriter ini dapat menimbulkan akibat hilangnya kebebasan
17
pada anak, inisiatif dan aktivitasnya menjadi kurang, sehingga anak
menjadi tidak percaya diri pada kemampuannya.
Senada dengan Hurlock. Agoes Dariyo (2004:97),
menyebutkan bahwa anak yang dididik dalam pola asuh otoriter,
cenderung memiliki kedisiplinan dan kepatuhan yang semu. Demikian
pula G.Tembong Prasetya (2003:29), bahwa dalam pola asuh otoriter
cenderung tidak memikirkan apa yang akan terjadi dikemudian hari,
jadi fokusnya lebih pada masa kini.
Dari uraian para ahli seperti di atas, dapat diambil pemahaman
bahwa pola asuh otoriter mempunyai ciri: orangtua memaksakan
kehendak terhadap anak (anak harus mengikuti semua kemauan atau
kehendak orangtua), orangtua membuat aturan-aturan yang ketat bagi
anak (anak harus mematuhi semua aturan yang dibuat oleh orangtua),
hukuman selalu diberikan kepada perbuatan salah, orangtua tidak
memberi kesempatan anak untuk berpendapat, hadiah jarang diberikan,
kurang adanya komunikasi dengan anak, cenderung bersifat kaku
(tidak ada toleran).
b. Pola Asuh Demokratis
Hurlock (1997:125), mengemukakan bahwa orangtua yang
menerapkan pola asuh demokratis memperlihatkan ciri-ciri: Adanya
kesempatan anak untuk berpendapat mengapa ia melanggar peraturan
sebelum hukuman dijatuhkan, hukuman diberikan kepada perilaku
salah, dan memberi pujian ataupun hadiah kepada perilaku yang benar.
18
Menurut Singgih D. Gunarsa (1983:83), bahwa dalam
menanamkan disiplin kepada anak, orangtua yang menerapkan pola
asuh demokratis memperlihatkan dan menghargai kebebasan yang
tidak mutlak, dengan bimbingan yang penuh pengertian antara anak
dan orangtua, memberi penjelasan secara rasional dan objektif jika
keinginan dan pendapat anak tidak sesuai. Dalam pola asuh ini, anak
tumbuh rasa tanggung jawab, mampu bertindak sesuai dengan norma
yang ada.
G. Tembong Prasetya (2003:27), menyebutkan bahwa pola
asuh autoritatif yang diterapkan orangtua memiliki persamaan dengan
pola asuh demokratis, namun pola asuh autoritatif ini, diterapkan oleh
orangtua yang menerima kehadiran anak dengan sepenuh hati, serta
memiliki pandangan atau wawasan kehidupan masa depan yang jelas.
Sedangkan menurut Agoes Dariyo (2004:98), bahwa pola asuh
demokratis ini, di samping memiliki sisi positif dari anak, terdapat juga
sisi negatifnya, dimana anak cenderung merongrong kewibawaan
otoritas orangtua, karena segala sesuatu itu harus dipertimbangkan oleh
anak kepada orangtua.
Dari uraian para ahli seperti di atas, dapat diambil pemahaman
bahwa pola asuh demokratis mempunyai ciri sebagai berikut :
pendapat anak dihargai, orangtua membimbing dan mengarahkan
tanpa memaksakan kehendak anak, adanya musyawarah dalam
keluarga, pemberian hukuman disesuaikan dengan kesalahan, memberi
19
pujian ataupun hadiah untuk perilaku yang benar, mempunyai
pandangan masa depan yang jelas terhadap anak.
c. Pola Asuh Permissif
Hurlock (1997:125), mengemukakan bahwa orangtua yang
menerapkan pola asuh permissif memperlihatkan ciri-ciri sebagai
berikut: Orangtua cenderung memberikan kebebasan penuh pada anak
tanpa ada batasan dan aturan dari orangtua, tidak adanya hadiah
ataupun pujian meski anak berperilaku sosial baik, tidak adanya
hukuman meski anak melanggar peraturan.
Menurut Singgih D. Gunarsa (1983:83), bahwa orangtua yang
menerapkan pola asuh permissif memberikan kekuasaan penuh pada
anak, tanpa dituntut kewajiban dan tanggung jawab, kurang kontrol
terhadap perilaku anak dan hanya berperan sebagai pemberi fasilitas,
serta kurang berkomunikasi dengan anak. Dalam pola asuh ini,
perkembangan kepribadian anak menjadi tidak terarah, dan mudah
mengalami kesulitan jika harus menghadapi larangan-larangan yang
ada di lingkungannya.
Menurut G. Tembong Prasetya (2003:31), bahwa pola asuh
permissif atau biasa disebut pola asuh penelantar, yaitu di mana
orangtua lebih memprioritaskan kepentingannya sendiri,
perkembangan kepribadian anak terabaikan, dan orangtua tidak
mengetahui apa dan bagaimana kegiatan anak sehari-harinya.
Di samping pengertian pola asuh permissif atau penelantar di
atas, dalam hal ini Agoes Dariyo (2004:98), menambahkan bahwa pola
20
asuh permissif yang diterapkan orangtua, dapat menjadikan anak
kurang disiplin dengan aturan-aturan sosial yang berlaku. Namun bila
anak mampu menggunakan kebebasan secara bertanggung jawab,
maka dapat menjadi seorang yang mandiri, kreatif, dan mampu
mewujudkan aktualitasnya.
Dari uraian para ahli seperti di atas, dapat diambil pemahaman
bahwa pola asuh permissif mempunyai ciri sebagai berikut: Anak
diberi kebebasan penuh menentukan tindakannya sendiri, hadiah dan
hukuman tidak diterapkan, orangtua kurang membimbing, dan kurang
kontrol terhadap perilaku dan kegiatan sehari-hari.
Pola asuh permissif atau penelantar yang diuraikan di atas,
memiliki keterkaitan dengan pola asuh penyabar atau pemanja yaitu di
mana orangtua selalu berpusat pada kepentingan anak, orangtua tidak
mengendalikan dan tidak menegur perilaku anak, dalam hal ini
orangtua tidak ingin terkesan mengecewakan anak. Kondisi demikian,
akan memunculkan kebiasaan manja, selalu tergantung pada orang lain
di sekitarnya.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa ada tiga pola asuh
yang diterapkan orangtua, yaitu pola asuh otoriter, demokratis dan
permissif. Dari ketiga pola asuh tersebut, hanya pola asuh demokratis
dinilai paling baik dibandingkan dengan pola asuh yang lain. Hal ini
disebabkan pola asuh demokratis dapat membentuk anak menjadi
kreatif dan mandiri, serta memiliki hubungan sosial yang baik,
21
sehingga anak menjadi dewasa dalam bersikap, dan memiliki
ketangguhan untuk bertahan dari kondisi yang penuh dengan
tantangan. Namun demikian, dalam hal ini tidak berarti tanpa cacat,
sebab bagaimanapun ada hal yang bersifat situasional yang harus
diperlihatkan orangtua dalam mengasuh anaknya.
Diakui dalam prakteknya di masyarakat, tidak digunakan pola
asuh yang tunggal, dalam kenyataan ketiga pola asuh tersebut
digunakan secara bersamaan di dalam mendidik, membimbing, dan
mengarahkan anaknya, adakalanya orangtua menerapkan pola asuh
otoriter, demokratis dan permissif. Dengan demikian, secara tidak
langsung tidak ada jenis pola asuh yang murni diterapkan dalam
keluarga, tetapi orangtua cenderung menggunakan ketiga pola asuh
tersebut.
Hal ini senada dengan apa yang dikemukakan oleh Agoes
Dariyo (2004:98), bahwa pola asuh yang diterapkan orangtua
cenderung mengarah pada pola asuh situasional, di mana orangtua
tidak menerapkan salah satu jenis pola asuh tertentu, tetapi
memungkinkan orangtua menerapkan pola asuh secara fleksibel,
luwes, dan sesuai dengan situasi dan kondisi yang berlangsung saat itu.
Berdasarkan uraian di atas, maka indikator dari pola asuh
orangtua terhadap anaknya dapat dikelompokkan sebagai berikut :
22
a. Pola Asuh Otoriter, antara lain mempunyai indikator :
(1) orangtua menerapkan peraturan yang ketat, (2) tidak adanya
kesempatan untuk mengemukakan pendapat, (3) segala peraturan
yang dibuat harus dipatuhi oleh anak, (4) berorientasi pada
hukuman (fisik maupun verbal), (5) orangtua jarang memberikan
hadiah ataupun pujian.
b. Pola Asuh Demokratis, antara lain mempunyai indikator :
(1) adanya kesempatan bagi anak untuk berpedapat, (2) hukuman
diberikan akibat perilaku salah, (3) memberi pujian ataupun hadiah
kepada perilaku yang benar, (4) orangtua membimbing dan
mengarahkan tanpa memaksakan kehendak kepada anak, (5)
Orangtua memberi penjelasan secara rasional jika pendapat anak
tidak sesuai, (6) orangtua mempunyai pandangan masa depan yang
jelas terhadap anak.
c. Pola Asuh Permissif, antara lain mempunyai indikator :
(1) memberikan kebebasan kepada anak tanpa ada batasan dan
aturan dari orangtua, (2) anak tidak mendapatkan hadiah ataupun
pujian meski anak berperilaku sosial baik, (3) anak tidak
mendapatkan hukuman meski anak melanggar peraturan, (4)
orangtua kurang kontrol terhadap perilaku dan kegiatan anak
sehari-hari, (5) orangtua hanya berperan sebagai pemberi fasilitas.
23
B. KEMANDIRIAN
1. Pengertian Kemandirian
Kartini Kartono (1995:243), menyatakan bahwa kemandirian
adalah kemampuan untuk berdiri sendiri di atas kaki sendiri, dengan
keberanian dan tanggung jawab sendiri.
Menurut Moh. Ali dan Moh. Asrori (2004:114), Kemandirian
merupakan suatu kekuatan internal yang diperoleh melalui proses
individuasi. Proses individuasi adalah proses realisasi kedirian dan proses
menuju kesempurnaan.
Hasan Basri (2000:53), berpendapat bahwa kemandirian adalah
keadaan seseorang dalam kehidupannya yang mampu memutuskan atau
mengerjakan sesuatu tanpa bantuan orang lain.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat diambil pengertian
bahwa kemandirian adalah kemampuan yang ada pada seseorang untuk
memikirkan, merasakan, dan melakukan sesuatu dalam membuat rencana,
memilih alternatif, membuat keputusan, bersaing, mengatasi masalah,
dengan tingkat kepercayaan diri yang tinggi dan bertanggung jawab atas
segala sesuatu yang dilakukannya serta tidak bergantung pada orang lain.
2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemandirian
a. Faktor Internal
Faktor internal ialah semua pengaruh yang bersumber dari
dalam dirinya sendiri, seperti :
24
1) Keturunan
Hasan Basri (2000:53), mengemukakan bahwa keadaan
keturunan sangat menentukan mandiri atau tidaknya seseorang,
keadaan keturunan tersebut meliputi sifat dasar yang dimiliki oleh
orangtua, misal: bakat, potensi, intelektual, dan potensi
pertumbuhan tubuhnya. Jadi dalam hal ini orangtua yang memiliki
sifat kemandirian tinggi dapat melahirkan atau menurunkan sifat
kemandiriannya pada anak.
Menurut Moh. Ali dan Moh. Asrori (2004:118), bahwa sifat
kemandirian seorang anak bukan hanya diturunkan oleh orangtua
yang memiliki sifat kemandirian tinggi, melainkan sikap
orangtuanya, yaitu bagaimana cara orangtua mendidik anaknya.
2) Pengalaman
Hurlock (1978:256), mengemukakan bahwa pengalaman
sosial awal sangat menentukan kepribadian setelah anak menjadi
dewasa. Pengalaman sosial awal dapat berupa hubungan dengan
anggota keluarga atau orang-orang di luar lingkungan rumah.
Menurut Moh. Ali & Moh. Asrori (2004: 184-185), bahwa
ada dua jenis pengalaman, yaitu pengalaman yang menyehatkan di
mana peristiwa-peristiwa yang dialami oleh individu dan dirasakan
sebagai suatu yang mengenakkan, mengasyikkan dan bahkan
dirasa ingin mengulanginya kembali. Adapun pengalaman
traumatik adalah peristiwa-peristiwa yang dialami oleh individu
25
dan dirasakan sebagai sesuatu yang sangat tidak mengenakkan,
menyedihkan, atau bahkan sangat menyakitkan, sehingga individu
tersebut tidak ingin peristiwa itu terulang kembali. Individu yang
mangalami traumatik cenderung ragu-ragu, kurang percaya diri,
rendah diri, dan merasa takut untuk melakukan segala sesuatunya
sendiri.
Dari uraian di atas, bahwa pengalaman sosial awal yang
diperoleh anak dalam keluarga, sangat berkaitan dengan cara
mendidik anak yang digunakan orangtua. Dalam hal ini anak yang
dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang demokratis,
memungkinkan anak tumbuh menjadi pribadi yang mampu
mengaktualisasikan potensinya, anak menjadi percaya diri, dan
memiliki kemandirian yang tinggi. Sebaliknya anak yang dididik
dengan cara otoriter cenderung menjadi pendiam dan
keingintahuan serta kreativitas anak terhambat oleh tekanan
orangtua.
3) Kematangan
Dalam melakukan tugas-tugas perkembangan anak, harus
disesuaikan dengan tingkat kematangan. Menurut Andi Mappiere
(1982:43), bahwa kematangan yang dimaksud yakni di mana fisik
dan psikisnya telah mengalami pertumbuhan dan perkembangan
sampai pada tingkat-tingkat tertentu. Jadi pertumbuhan fisik
seolah-olah seperti sudah direncanakan oleh faktor kamatangan.
26
b. Faktor Eksternal
Faktor eksternal ialah semua keadaan atau pengaruh yang berasal dari
luar dirinya, faktor tersebut antara lain :
1) Lingkungan Keluarga
Moh. Ali & Moh. Asrori (2004:94), mengemukakan bahwa
keluarga merupakan lingkungan yang pertama dan sebagai
landasan atau dasar untuk perkembangan anak dimasa selanjutnya.
Dalam proses perkembangannya dibutuhkan sejumlah faktor dari
dalam keluarga tersebut, yaitu kebutuhan akan rasa aman, dihargai,
disayangi, diterima, dan kebebasan untuk menyatakan diri, dengan
terpenuhinya kebutuhan tersebut, dapat meningkatkan kemampuan
dan kreativitas yang dimilikinya.
Berbicara mengenai keluarga, tidak terlepas dari peranan
orangtua dalam hal ini pola asuh orangtua. Hal ini sesuai dengan
pendapat Moh. Ali & Moh. Asrori (2004: 118-119), bahwa
orangtua yang menciptakan suasana aman dalam berinteraksi di
dalam keluarga, dapat mendorong kelancaran perkembangan anak.
Sebaliknya, orangtua yang terlalu melarang atau mengeluarkan
kata “jangan” kepada anak, tanpa disertai penjelasan yang rasional,
akan menghambat perkembangan kemandirian anak. Jadi pola asuh
orangtua di sini, memiliki pengaruh yang besar dalam membentuk
kemandirian anak, karena dalam pola asuh orangtua akan terkait
dengan kebiasaan, disiplin, dan rasa percaya diri yang ditanamkan
orangtua kepada anak dalam kehidupan sehari-hari.
27
Menurut Anne Kartawijaya & Kay Kuswanto (2004: 1-3),
kebiasaan, disiplin, dan rasa percaya diri dapat dibentuk ketika
anak masih kecil, misal dalam membentuk kebiasan tidur ataupun
makan, yaitu apa dan bagaimana yang harus di lakukan anak
sebelum dan sesudah kegiatan tersebut di lakukan. Sedangkan rasa
percaya diri terbentuk ketika anak di berikan kepercayaaan untuk
melakukan sesuatu hal yang mampu ia kerjakan sendiri, tanpa
harus memberi peraturan yang ketat. Namun diperlukan
pengawasan dan bimbingan yang konsisten dan konsekuen dari
orangtua. Selain itu, disiplin juga berpengaruh sekali dalam
membentuk anak menjadi mandiri, karena dengan disiplin yang
diterapkan oleh orangtua, secara tidak langsung anak menjadi
disiplin, namun disiplin tersebut harus konsisten dan konsekuen
serta tetap dalam bimbingan dan pengawasan orangtua.
Dalam penerapan kehidupan sehari-hari, misal dengan
memberi kesempatan pada anak untuk mengembangkan
kemampuan atau potensi yang dimilikinya, dalam hal ini orangtua
harus memberikan pujian (reward) kepada anak. Dengan cara ini
anak merasa disayangi dan merasa dibutuhkan dalam keluarga,
dalam situasi demikian anak merasa aman, dihargai, dan disayangi,
anak tidak merasa takut untuk menyatakan dirinya, pendapatnya,
maupun mendiskusikan kesulitan yang dihadapinya. Jika anak
melakukan kesalahan, orangtua tidak langsung memberikan
28
hukuman pada anak, tetapi orangtua hendaknya memberi
kesempatan pada anak untuk mengemukakan mengapa melakukan
kesalahan, dan sebagai orangtua harus memberi pengertian,
pengarahan, bimbingan, kepada anak agar tidak melakukan
kesalahan untuk kedua kalinya.
Di samping memberi kesempatan pada remaja, pemberian
kepercayaan dan tanggung jawab pada remaja, juga sangat
membantu memperlancar kemandirian, misal: Remaja diberi
kepercayaan untuk menyelesaikan berbagai tugas dan cara
penyelesaiannya diserahkan sepenuhnya kepada remaja. Baik itu
tugas-tugas yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhannya
sehari-hari, tugas membantu pekerjaan orangtua di rumah, tugas
pengurusan rumah maupun tugas-tugas lainnya yang disesuaikan
dengan kemampuannya, dan pada remaja diberi tanggung jawab
terhadap tugasnya tersebut. Begitu juga pada remaja diajak
berperan serta menentukan pendapat dalam berbagai hal di dalam
lingkungan keluarga, pada remaja selalu dirangsang dan diberi
kesempatan untuk mengeluarkan pendapat, memberi penilaian, dan
mengambil keputusan yang berkaitan dengan kehidupannya.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kemandirian
dapat berkembang dengan baik, jika diberi kesempatan untuk
berkembang melalui latihan yang dilakukan secara terus-menerus
dan dilakukan sejak dini.
29
Seperti yang dikemukakan oleh Munif P. & Anwar.S
(1999:117), bahwa kemandirian seorang anak akan terbentuk, jika
diberi kesempatan dan latihan dalam lingkungan keluarga,
misalnya: membersihkan, menyimpan dan menata pakaian sendiri,
merawat kendaraan sendiri, membersihkan kamar sendiri.
Membantu pekerjaan bapak/ibu yang mungkin bisa dilakukan,
menentukan jenis sekolah yang dikehendakinya, dan menentukan
sendiri jenis pekerjaan yang hendak dipilihnya.
Dalam memberi kesempatan dan latihan kepada anak,
orangtua tidak terlalu campur tangan bila keadaan belum memaksa,
atau diperkirakan membahayakan keselamatan dan kesehatan. Di
samping itu pula orangtua juga harus menghindari sikap yang
terlalu menuntut kesempurnaan terhadap tugas dan pekerjaan yang
diberikan orangtua, karena sikap orangtua yang terlalu menuntut,
memerintah, menghukum, mengontrol, mengancam, membatasi,
mengomando, tanpa memberi kesempatan pada anak untuk
mengadakan penilaian sendiri, mengambil keputusan sendiri, serta
mengembangkan sendiri norma-norma dalam dirinya, anak
menjadi tidak bertanggung jawab, kurang percaya diri pada
kemampuannya, hal ini akan berpengaruh pada kemandiriannya.
Jadi dalam hal ini, orangtua harus bersikap bijaksana baik dalam
pemberian tugas, pengambilan keputusan, memberi pilihan ataupun
hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan anak.
30
2) Lingkungan Sekolah
Syamsu Yusuf (2004: 54-55), mengemukakan bahwa
sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang secara
sistematis melaksanakan program bimbingan, pengajaran, dan
latihan dalam rangka membantu siswa agar mampu
mengembangkan potensinya.
Menurut Moh. Ali & Moh. Asrori (2004:119), bahwa
dalam lingkungan sekolah akan terkait dengan sistem pendidikan
sekolah, yang di dalamnya mencakup proses pendidikan. Proses
pendidikan yang menekankan pentingnya penghargaan terhadap
potensi anak, pemberian reward, dan penciptaan kompetensi
positif, dapat memperlancar perkembangan kemandirian remaja.
Upaya sekolah dalam memfasilitasi tugas-tugas
perkembangan siswa, akan berjalan dengan baik apabila di sekolah
tersebut telah tercipta iklim atau atmosfir yang sehat atau efektif,
baik menyangkut aspek profesionalisme guru dan para personilnya,
materi atau kurukulum, metode atau pendekatan dalam belajar, dan
sarana sekolah.
Dalam hal ini, guru dan personil lainnya sebagai komponen
yang paling utama karena secara tidak langsung guru dan personil
lainnya di sekolah sebagai teladan bagi siswanya, misal dalam
bertutur kata, berperilaku dan berpakaian, di samping itu pula guru
harus mampu mengembangkan proses pendidikan yang bersifat
31
demokratis, karena di samping peranannya sebagai guru, juga
sebagai pemimpin yang demokratis, di mana ia harus berupaya
agar pelajaran yang diberikan dapat menarik minat remaja. Jadi
guru tidak hanya semata-mata mengajar, melainkan juga mendidik,
artinya, selain menyampaikan pelajaran sebagai upaya mentransfer
pengatahuan kepada peserta didik (siswa), juga harus membina
peserta didik (siswa) menjadi manusia dewasa yang bertanggung
jawab. Jadi dalam hal ini guru dikatakan komponen yang paling
utama, karena di dalamnya akan terkait dengan metode dan strategi
pembelajaran yang disampaikan serta materi yang diberikan,
sehingga dapat diterima oleh remaja sesuai tingkat
perkembangannya. Sehingga komponen yang ada di lingkungan
sekolah tersebut, sangatlah besar pengaruhnya dalam
memperlancar kemandirian remaja.
Dalam penerapannya, dapat dilakukan oleh guru misal :
dengan memberikan tugas-tugas sekolah, membahas tugas tersebut
baik secara individual maupun kelompok, lalu memberikan
kesempatan pada siswa untuk mengemukakan hasil tersebut, serta
memberikan reward, pujian dari hasil yang telah siswa kerjakan.
Jadi dalam hal ini guru harus mampu mengembangkan
demokratisasi dalam kegiatan belajar.
Di samping komponen guru dan metode belajar, sarana
juga sangat penting dalam mambantu remaja mengembangkan
32
kemandirian. Misal: tersedianya sarana pendidikan yang memadai
termasuk di dalamnya sarana ibadah, karena dengan sarana
pendidikan yang memadai akan terkait dengan kegiatan baik
intrakurikuler maupun ekstrakurikuler. Sehingga dengan adanya
kegiatan yang ada di sekolah, yang ditunjang dengan sarana
kegiatan yang memadai, sangat membantu siswa dalam
mengembangkan kemampuan serta potensi yang dimiliki. Jadi
dalam hal ini remaja (siswa) diwajibkan memilih dan mengikuti
salah satu kegiatan yang ada di sekolah secara rutin dalam setiap
minggunya, sesuai dengan minat dan kemampuannya. Dengan
kegiatan tersebut dapat melatih siswa bertanggung jawab, sehingga
dapat memperlancar perkembangan kemandiriannya.
Selain komponen tersebut di atas, materi dan kurikulum
yang ada di sekolah juga sangat membantu memperlancar
perkembangan kemandirian remaja (siswa). Misal : materi atau
kurikulum yang ditetapkan sekarang ini, lebih mengarah pada
sistem kurikulum berbasis kompetensi (KBK), sehingga remaja
(siswa) di samping mendapat teori, siswa juga dapat
mempraktekkannya secara langsung sesuai dengan teori yang
diperoleh. Dengan sistem KBK yang ada di sekolah, diharapkan
siswa mempunyai kompetensi sehingga dapat berkompetisi di luar
lingkungan sekolah, sesuai dengan potensi yang dimiliki, dan
sesuai dengan apa yang ia peroleh dari bangku sekolah.
33
3) Lingkungan Masyarakat
Syamsu Yusuf (2004:141), mengemukakan bahwa
lingkungan masyarakat di sini adalah situasi atau kondisi interaksi
sosial dan sosiokultural yang secara potensial berpengaruh
terhadap perkembangan remaja.
Menurut Moh. Ali & Moh. Asrori (2004:119), bahwa
lingkungan masyarakat di sini terkait dengan sistem kehidupan di
masyarakat. Lingkungan masyarakat yang aman, menghargai
potensi remaja dalam berbagai bentuk kegiatan, akan merangsang
dan mendorong perkembangan kemandirian remaja.
Untuk dapat mengembangkan kemandirian di lingkungan
masyarakat, remaja harus melakukan interaksi dengan masyarakat,
di mana dalam masyarakat tersebut harus didukung oleh faktor
keteladanan dan kekonsistenan sistem nilai dan norma dalam
masyarakat tersebut. Dalam penerapan sehari-hari yaitu dengan
memberikan kesempatan atau peran serta remaja dalam lingkungan
masyarakat Misal: Mengikutsertakan remaja dalam pembentukan
wadah kegiatan, antara lain karang taruna, IPNU-IPPNU dll, serta
memberikan kesempatan pada remaja untuk ikut mengembangkan
kegiatan tersebut. Jadi dalam hal ini, kemandirian seseorang dapat
berkembang dengan baik, jika dalam lingkungan masyarakatpun
mendukung dalam segala kegiatan yang bersifat positif, artinya di
mana remaja memiliki potensi, di situlah potensi tersebut dapat
34
dikembangkan dalam bentuk kegiatan yang bermanfaat di
lingkungan masyarakat, selama kegiatan tersebut tidak melanggar
aturan dan norma yang ada dalam lingkungan masyarakat.
4) Lingkungan Sosial-Ekonomi
Agoes Dariyo (2002:15), mengemukakan bahwa seorang
individu yang hidup dalam lingkungan keluarga yang
berkecukupan (yakni memiliki sosial-ekonomi menengah keatas),
serta orangtua memberi perhatian, kasih sayang (pola asuh) yang
baik, memberi biaya, fasilitas dan kesempatan luas anaknya untuk
berkembang secara baik, maka ia akan tumbuh berkembang
menjadi individu yang mampu mengaktualisasikan potensinya
dengan baik pula
Menurut Hasan Basri (2000:55), bahwa untuk mendukung
perkembangan anak menjadi mandiri, harus didukung oleh keadaan
sosial-ekonomi yang memadai. Namun keadaan sosial-ekonomi ini
harus didukung oleh pola pendidikan dan pembiasaan yang baik
dalam keluarga, meskipun keadaan sosial-ekonomi pas-pasan,
namun bila ditunjang oleh pola pendidikan, kebiasaan yang baik,
dan taraf keteladanan dari orangtua, maka akan menghasilkan
kemandirian yang baik.
Dari kedua pendapat di atas, dapat penulis simpulkan
bahwa untuk mengembangkan kamandirian remaja, tidak hanya
terletak pada terpenuhinya segala kebutuhan materi saja (memiliki
35
sosial ekonomi menengah keatas), tetapi harus didukung pula oleh
pola pendidikan dan pembiasaan yang baik dalam keluarga.
Pola pendidikan di sini terkait dengan bagaimana cara
orangtua dalam mendidik, mengarahkan anaknya dalam keluarga
(melatih anak untuk disiplin baik dalam mengatur diri sendiri,
maupun mengatur kebutuhan ekonomi anak, misal mengajarkan
anak hemat dalam mengatur keuangan), dengan pola pendidikan
tersebut, dapat membentuk kebiasaan yang baik pada anak. Misal:
Dalam mengatur keuangan, dalam hal ini orangtua harus melatih
anak di dalam pengaturan uang saku, berapa rupiah untuk jajan,
dan berapa rupiah untuk ditabungkan, jika hal ini terus ditanamkan
pada anak, kelak ia dewasa yang memungkinkan remaja harus jauh
dari orangtua, di mana ia harus mampu mengatur diri sendiri,
terutama mengatur kebutuhan ekonominya sendiri. Namun dengan
adanya pola pendidikan dan pembiasaan yang sudah terbentuk
sejak dini oleh orangtua, remaja mampu untuk mengatur dan
mengolah kebutuhan ekonominya (keuangan), meskipun uang
yang ia peroleh dari orangtua cukup/pas-pasan dan tidak sebanding
dengan temannya, namun ia dapat mengelolanya sehingga
kebutuhan hidupnya selalu tercukupi, bahkan bisa menyisihkan
sebagian dari uang tersebut.
Dari uraian di atas, secara singkat dapat disimpulkan bahwa
kemandirian anak akan terwujud, tergantung dari dua faktor, yaitu faktor
36
internal dan faktor eksternal, karena faktor internal tersebut terkait dengan
sifat dasar yang dimiliki oleh keluarga terutama orangtua, pengalaman,
serta kematangan.
Di samping faktor internal, kemandirian anak juga terbentuk oleh
faktor eksternal, yang meliputi lingkungan keluarga, lingkungan sekolah,
lingkungan masyarakat, dan lingkungan sosial ekonomi. Namun dari
keempat lingkungan tersebut, lingkungan keluargalah yang sangat
berpengaruh terhadap pembentukan kemandirian anak, yaitu bagaimana
cara keluarga mendidik atau pola asuh orangtua terhadap anak tersebut.
Jadi kemandirian anak itu terwujud dengan apa yang ia lihat, ia rasakan,
dan ia lakukan sehari-hari dalam lingkungan keluarganya, jika
kemandirian anak sudah terbentuk dalam keluarga, dapat memudahkan
bagi anak dalam mengembangkan kemandiriannya baik di lingkungan
sekolah, masyarakat ataupun di lingkungan sosial ekonomi. Jadi dalam hal
ini lingkungan keluargapun tidak dapat terlepas dari lingkungan sekolah,
masyarakat dan lingkungan sosial ekonomi.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka indikator dari
kemandirian individu adalah sebagai berikut :
a. Menunjukkan kemandirian di lingkungan keluarga, antara lain
mempunyai indikator :
(1) mampu mengerjakan tugas dan kewajiban di rumah secara rutin,
(2) mampu menggunakan fasilitas rumah secara teratur, (3) mampu
menyelesaikan setiap permasalahan yang muncul dalam keluarga, (4)
37
mampu memberikan tanggapan terhadap musyawarah dalam keluarga,
(5) mampu menciptakan pola hidup sehat dalam keluarga, (6) mampu
dalam pengaturan tata ruang di rumah dalam keluarga.
b. Menunjukkan kemandirian di lingkungan sekolah, antara lain
mempunyai indikator :
1) mampu memanfaatkan sarana belajar di sekolah secara baik, (2)
mampu menentukan alternatif jurusan di sekolah secara rasional, (3)
mampu menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru, (4) mampu
menciptakan suasana belajar yang kondusif di kelas, (5) aktif di dalam
proses belajar di kelas, (6) aktif dalam kegiatan ekstrakurikuler di
sekolah.
c. Menunjukkan kemandirian di lingkungan masyarakat, antara lain
mempunyai indikator :
1) mampu menentukan alternatif kegiatan yang diadakan di
lingkungan masyarakat, (2) mampu memanfaatkan dengan baik dan
positif sarana yang ada di lingkungan masyarakat, (3) mampu
menciptakan dan memelihara lingkungan masyarakat dengan baik, (4)
aktif dalam kegiatan sosial di masyarakat.
38
C. KONTRIBUSI POLA ASUH ORANGTUA TERHADAP
KEMANDIRIAN
1. Kontribusi Pola Asuh Otoriter Terhadap Kemandirian
Menurut Stewart dan Koch (http://www.Dep.Dik.Nas/Go.Id), bahwa
orangtua yang menerapkan pola asuh otoriter cenderung mengekang keinginan
anak, bersikap kaku, suka menghukum, tidak mendorong dan memberi
kesempatan kepada anak untuk mandiri dan jarang memberi pujian.
Dari pendapat di atas, dapat penulis simpulkaan bahwa pola asuh
otoriter memberi sedikit kontribusi terhadap kemandirian, karena pada pola
asuh otoriter ini anak tidak diberi kebebasan untuk berkembang sesuai dengan
kemampuan yang ia miliki. Maka dengan pola asuh otoriter ini cenderung
menjadi anak yang kurang mandiri. Namun dari segi positifnya, maka yang
dididik dalam pola asuh otoriter ini cenderung akan menjadi disiplin yakni
mentaati peraturan.
2. Kontribusi Pola Asuh Demokratis Terhadap Kemandirian
Menurut Stewart dan Koch (http://www.Dep.Dik.Nas/Go.Id), bahwa
pola ssuh demokratis memandang sama kewajiban dan hak antara orangtua
dan anak, memberikan tanggung jawab bagi anaknya terhadap segala sesuatu
yang diperbuatnya sampai mereka menjadi dewasa., bertidak secara objektif.
Dari pendapat di atas, dapat penulis simpulkan bahwa, pola asuh
demokratis memberi banyak kontribusi terhadap kemandirian, karena orangtua
lebih banyak menunjukkan pengertian terhadap kebutuhan dan kemampuan
anak, menghargai pendapat dan lebih toleran. Sehingga dengan pola asuh
39
demokratis ini anak bisa berkembanng seoptimal mungkin, maka dengan pola
asuh demokratis ini ada kecenderungan anak untuk menjadi anak yang
mandiri.
3. Kontribusi Pola Asuh Permissif Terhadap kemandirian
Menurut Stewart dan Koch (http://www.Dep.Dik.Nas/Go.Id), bahwa
pola asuh permissif cenderung memberikan kebebasan penuh tanpa kontrol
sama sekali, orangtua tidak memberikan aturan, sedikit sekali dituntut untuk
suatu tanggung jawab.
Dari pendapat di atas, dapat penulis simpulkan bahwa pola asuh
permissif sedikit sekali memberi kontribusi terhadap kemandirian, karena
orangtua lebih bersikap masa bodoh dengan segala kegiatan anak dalam
kehidupan sehari-hari, sehingga dengan pola suh permissif ini anak menjadi
kurang bertanggung jawab, kurang disiplin dengan aturan-aturan sosial yang
berlaku. Maka dengan pola asuh permissif ini cenderung menjadi anak yang
kurang mandiri, namun bila anak mampu menggunakan kebebasan tersebut
secara bertanggung jawab, maka anak menjadi seorang yang mandiri, kreatif
dan mampu mewujudkan aktualitasnya.
D. HIPOTESIS
Arikunto (2003:64), mengatakan bahwa hipotesis adalah suatu
jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian sampai
terbukti melalui data yang terkumpul.
40
Menurut Sumadi Suryabrata (2003:21), hipotesis adalah jawaban
sementara terhadap masalah penelitian, yang kebenarannya masih harus diuji
secara empiris. Sedangkan menurut Saifuddin Azwar (2001:49), menyatakan
bahwa hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap pertanyaan
penelitian.
Mendasarkan pada konsep teori seperti di atas, maka dalam penelitian
ini penulis mengajukan hipotesis “Ada kontribusi pola asuh orangtua terhadap
kemandirian siswa kelas II SMA Negeri 1 Balapulang Kabupaten Tegal Tahun
Pelajaran 2004/2005”.
41
BAB III
METODE PENELITIAN
Suharsimi Arikunto (2002:136), menyatakan bahwa metode penelitian
adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitian.
Sedangkan pengertian metode penelitian menurut Sutrisno Hadi (2000:4), adalah
usaha menemukan, mengembangkan, dan menguji kebenaran suatu pengetahuan,
usaha mana dilakukan dengan menggunakan metode-metode ilmiah.
Dalam sebuah penelitian, hal yang perlu diperhatikan bagi seorang peneliti
adalah ketetapan penggunaan metode yang harus disesuaikan dengan masalah dan
tujuan penelitian yang ingin dicapai, sehingga penelitian dapat mengarah, berjalan
dengan baik dan sistematis.
Sehubungan dengan hal di atas, pada bab ini dibahas metode penelitian
yang tercakup di dalamnya jenis penelitian, populasi dan sampel serta teknik
sampling, variabel penelitian, devinisi operasional, metode dan alat pengumpul
data, validitas dan reliabilitas instrumen serta teknik analisis data. Tema-tema
tersebut diuraikan secara singkat sebagai berikut:
A. Jenis Penelitian
Saifuddin Azwar (2001:6), mengelompokkan jenis-jenis penelitian ke
dalam (1) penelitian deskriptif, (2) penelitian perkembangan, (3) studi kasus
atau penelitian lapangan, (4) penelitian korelasional, (5) penelitian kausal-
komparatif, (6) penelitian eksperimen murni, dan (7) penelitian semi
eksperimental.
42
Menurut Suharsimi Arikunto (2002: 31-32), terdapat dua jenis korelasi
yaitu: (a) korelasi sejajar atau hubungan timbal balik; di mana kedua variabel
tidak terdapat hubungan sebab akibat, tetapi dicari alasan mengapa
diperkirakan ada hubungannya, (b) korelasi sebab-akibat atau disebut
penelitian pengaruh; di mana dalam korelasi sebab-akibat terdapat hubungan
sebab-akibat di antara kedua variabel yang mempengaruhi maupun yang
dipengaruhi.
Mengacu pada masalah penelitian ini adalah “Seberapa besar
kontribusi pola asuh orangtua terhadap kemandirian siswa kelas II SMA
Negeri 1 Balapulang Kabupaten Tegal Tahun Pelajaran 2004/2005”. Maka
jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
korelasional. Penelitian korelasional yaitu suatu penelitian yang bertujuan
menyelidiki sejauhmana variasi satu variabel berkaitan dengan variasi pada
satu atau lebih variabel lain, berdasarkan koefisien korelasi.
Dipilih jenis penelitian korelasional dalam penelitian ini atas dasar
pertimbangan tujuan penelitian yaitu ingin mendapatkan informasi yang
akurat tentang berapa besarnya kontribusi pola asuh orangtua terhadap
kemandirian siswa kelas II SMA Negeri 1 Balapulang Kabupaten Tegal Tahun
Pelajaran 2004/2005.
43
B. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling
1. Populasi dan Sampel
a. Populasi
Suharsimi Arikunto (2002:108), menyatakan bahwa populasi
merupakan keseluruhan subjek penelitian. Sedangkan menurut Sutrisno
Hadi (2000:220), menyatakan bahwa populasi adalah seluruh penduduk
atau individu yang diselidiki. Populasi dibatasi sebagai jumlah individu
yang paling sedikit mempunyai satu sifat yang sama. Jadi populasi adalah
semua individu dari sekumpulan objek yang jelas dan lengkap yang
hendak dikenai penelitian.
Dalam penelitian ini, yang menjadi populasi adalah seluruh siswa
kelas II SMA Negeri 1 Balapulang Kabupaten Tegal Tahun Pelajaran
2004/2005, yang berjumlah 311 siswa dengan rincian sebagai berikut:
Tabel 1
Populasi Penelitian
Nomor Kelas Jumlah
1
2
3
4
5
6
7
II.1
II.2
II.3
II.4
II.5
II.6
II.7
46 Siswa
45 Siswa
45 Siswa
44 Siswa
43 Siswa
44 Siswa
44 Siswa
Jumlah 311 Siswa
44
b. Sampel
Sutrisno Hadi (2000:221), menyatakan sampel adalah sejumlah
individu yang jumlahnya kurang dari jumlah populasi. Sedangkan menurut
Suharsimi Arikunto (2002:109), sampel merupakan bagian atau wakil dari
populasi yang akan diteliti. Jadi sampel adalah sebagian atau sejumlah
individu yang jumlahnya kurang dari jumlah populasi yang dapat menjadi
wakil populasi secara keseluruhan.
Menurut Suharsimi Arikunto (2002:111), beberapa keuntungan
menggunakan penelitian sampel, antara lain:
1) Karena sampel lebih sedikit dibandingkan dengan populasinya, maka
kecepatannya tentu kurang.
2) Apabila populasinya terlalu besar, maka dikhawatirkan ada yang
terlewati.
3) Dengan penelitian sampel, maka akan lebih efisien (dalam arti dana,
waktu dan tenaga).
4) Ada kalanya dengan penelitian populasi destruktif (merusak).
5) Ada bahaya dari orang yang mengumpulkan data karena subyeknya
banyak, petugas pengumpul data menjadi lelah sehingga pencatatannya
bisa menjadi tidak teliti.
6) Ada kalanya memang dimungkinkan melakukan penelitian sampel.
Dari beberapa keuntungan di atas, peneliti menggunakan teknik
pengambilan sampling dalam penelitian ini. Alasan peneliti menggunakan
45
penelitian sampel karena dengan menggunakan sampel akan lebih efisien
dalam arti dana, waktu dan tenaga.
Dalam penelitian ini, yang dijadikan sampel penelitian adalah
siswa kelas II, dengan pertimbangan bahwa sampel kelas II merupakan
tingkatan kelas paling aman untuk diadakan penelitian dilihat dari segi
waktu. Peneliti tidak mengambil sampel kelas I dan kelas III dengan
alasan karena kelas I masih dalam taraf penyesuain diri, sehingga belum
banyak aktivitas ataupun kegiatan yang dilakukan oleh siswa kelas I di
sekolah sehingga data yang diungkap kurang maksimal, sedangkan pada
kelas III karena adanya keterbatasan waktu.
2. Teknik Sampling
Ada beberapa teknik sampling yang lazim digunakan, yaitu: (a)
Simple random sampling atau sampel acak sederhana, (b) Stratified
sample atau sampel berstrata, (c) Area probability sample atau sampel
wilayah, (d) Proporsional sample atau sampel proporsi (imbangan), (e)
Purposive sample atau sampel bertujuan, (f) Quota sample atau sampel
kuota, dan (g) Cluster sample atau sampel kelompok.
Dalam penelitian ini, digunakan teknik simple ramdom sampling
atau sampel acak sederhana. Menurut Masri Singarimbun (1989: 155-156),
simple random sampling atau sampel acak sederhana adalah sebuah
sampel yang diambil sedemikian rupa sehingga tiap unit penelitian atau
satuan elemen dari populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk
dipilih sebagai sampel. Dengan alasan karena teknik ini dianggap lebih
46
praktis dan lebih efisien dalam menetapkan populasi penelitian yang
hendak dijadikan sampel penelitian sesuai dengan prosedur melalui
tahapan-tahapan, dan semua anggota populasi mempunyai peluang yang
sama untuk menjadi anggota sampel.
Alasan peneliti menggunakan simple random sampling atau sampel
acak sederhana dengan pertimbangan bahwa variabel yang akan diteliti
keadaannya relatif sama (homogen), yaitu siswa sama-sama duduk di kelas
II SMA Negeri 1 Balapulang Kabupaten Tegal Tahun Pelajaran
2004/2005. Siswa tersebut berada dalam kondisi usia yang relatif sama
yaitu antara usia 16-19 tahun.
Dalam penelitian ini, penerapan teknik sampling melalui tahap-
tahap sebagai berikut:
a. Membuat daftar yang berisi semua subjek atau nama siswa dalam
populasi, yaitu sebanyak tujuh kelas (dari nomor 1 sampai dengan 78).
b. Menulis nama tersebut pada kertas-kertas kecil, kemudian digulung
dan dimasukkan dalam kotak kecil.
c. Kertas-kertas yang digulung diambil satu persatu sampai jumlah yang
diinginkan, yaitu sesuai dengan jumlah sampel dari setiap kelas.
Sampel yang baik adalah sampel yang representatif mewakili
populasi. Untuk mendapatkan sampel yang representatif, peneliti
menggunakan pedoman yang dikemukakan oleh Suharsimi Arikunto
(2002:112), yaitu:
Untuk sekedar ancer-ancer, maka apabila subyeknya kurang dari
100 lebih baik diambil semua, sehingga penelitiannya merupakan
47
penelitian sampel. Selanjutnya, jika jumlah subjeknya besar dapat
diambil antara 10%-15% atau lebih, tergantung setidak-tidaknya
dari:
a. Kemampuan peneliti dilihat dari waktu, tenaga dan dana.
b. Sempit luasnya wilayah pengamatan dari setiap objek, karena hal
ini menyangkut banyak sedikitnya dana.
c. Besar kecilnya resiko yang ditanggung oleh peneliti untuk
penelitian yang resikonya besar, tentu saja jika sampel besar,
hasilnya akan lebih baik.
Berpijak pada ketetapan di atas, maka sampel yang diambil dalam
penelitian ini adalah 25% dari jumlah populasi yang berjumlah 78 siswa
dengan rincian sebagai berikut:
Tabel 2
Sampel Penelitian
No Kelas Jumlah Populasi Jumlah Sampel
1
2
3
4
5
6
7
II.1
II.2
II.3
II.4
II.5
II.6
II.7
46 Siswa
45 Siswa
45 Siswa
44 Siswa
43 Siswa
44 Siswa
44 Siswa
25 % x 46 = 12 Siswa
25 % x 45 = 11 Siswa
25 % x 45 = 11 Siswa
25 % x 44 = 11 Siswa
25 % x 43 = 11 siswa
25 % x 44 = 11 Siswa
25 % x 44 = 11 Siswa
Jumlah 311 Siswa 78 Siswa
C. Variabel Penelitian
Sumadi Suryabrata (2003:25), menyatakan bahwa variabel penelitian
diartikan sebagai segala sesuatu yang akan diambil menjadi objek pengamatan
48
penelitian, sering pula dinyatakan variabel penelitian itu sebagai faktor-faktor
yang berperan dalam peristiwa atau gejala yang akan diteliti .
Menurut Suharsimi Arikunto (2002:96), variabel adalah objek
penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. Variabel
dibedakan menjadi dua macam, yaitu variabel yang mempengaruhi disebut
variabel penyebab, variabel bebas, atau variabel independent. Dan variabel
akibat disebut variabel tergantung atau variabel terikat atau variabel
dependent.
Dalam penelitian ini, variabel yang diteliti adalah pola asuh orangtua
dan kemandirian. Hubungan antara kedua variabel tersebut digambarkan
dalam bagan sebagai berikut:
Gambar 1
D. Devinisi Operasional Variabel
Devinisi operasional dari masing-masing variabel yang dilibatkan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Pola Asuh Orangtua merupakan gambaran sikap yang ditunjukkan
orangtua dalam berinteraksi dengan anaknya, interaksi di sini termasuk
ekspresi sikap, termasuk di dalamnya cara-cara orangtua menerapkan
Pola asuh orangtua
Permisif
Demokratis Kemandirian
Otoriter
Variabel X Variabel Y
49
aturan-aturan, hadiah, maupun hubungan, serta cara orangtua memberikan
perhatian dan tanggapan terhadap anaknya, sejak kecil sampai dewasa
untuk mencapai tujuan sesuai dengan norma-norma yang ada. Pola asuh
orangtua yang diterapkan dalam keluarga dikelompokkan menjadi tiga
jenis, antra lain:
1) Pola Asuh Otoriter, antara lain mempunyai indikator:
(a) Orangtua menerapkan peraturan yang ketat, (b) tidak adanya
kesempatan untuk mengemukakan pendapat, (c) segala peraturan yang
dibuat harus dipatuhi oleh anak. (d) berorientasi pada hukuman(fisik
maupun verbal), (e) orangtua jarang memberikan hadiah ataupun
pujian.
2) Pola Asuh Demokratis, antara lain mempunyai indikator:
(a) adanya kesempatan kepada anak untuk berpendapat, (b) hukuman
diberikan kepada perilaku salah, (c) memberi pujian dan atau hadiah
kepada perilaku yang benar, (d) orangtua membimbing dan
mengarahkan tanpa memaksakan kehendak kepada anak, (e) orangtua
memberi penjelasan secara rasional jika pendapat anak tidak sesuai, (f)
orangtua mempunyai pandangan masa depan yang jelas terhadap anak.
3) Pola Asuh Permissif, antara lain mempunyai indikator:
(a) memberi kebebasan kepada anak tanpa ada batasan dan aturan dari
orangtua, (b) anak tidak mendapatkan hadiah ataupun pujian meski
anak berperilaku sosial baik, (c) anak tidak mendapatkan hukuman
meski anak melanggar peraturan, (d) orangtua kurang kontrol terhadap
50
perilaku dan kegiatan anak sehari-hari, (e) orangtua hanya berperan
sebagai pemberi fasilitas.
b. Kemandirian adalah kemampuan yang ada pada seseorang untuk,
memikirkan, merasakan, dan melakukan sesuatu dalam membuat rencana,
memilih alternatif, membuat keputusan, bersaing, mengatasi masalah,
dengan tingkat kepercayaan diri yang tinggi dan bertanggung jawab atas
segala sesuatu yang dilakukannya, serta tidak bergantung pada orang lain.
Adapun indikator kemandirian individu disarikan sebagai berikut:
1) Menunjukkan kemandirian di lingkungan keluarga yang ditampilkan
dengan indikator: (a) mampu mengerjakan tugas dan kewajiban di
rumah secara rutin, (b) mampu menggunakan fasilitas di rumah secara
teratur, (c) mampu menyelesaikan setiap permasalahan yang muncul
dalam keluarga, (d) mampu memberikan tanggapan terhadap
musyawarah dalam keluarga, (e) mampu menciptakan pola hidup sehat
dalam keluarga, (f) mampu dalam pengaturan tata ruang di rumah
dalam keluarga.
2) Menunjukkan kemandirian di lingkungan sekolah yang ditampilkan
dengan indikator: (a) mampu memanfaatkan sarana belajar di sekolah
secara baik, (b) mampu menentukan alternatif jurusan di sekolah
secara rasional, (c) mampu menyelesaikan tugas yang diberikan oleh
guru, (d) mampu menciptakan suasana belajar yang kondusif di kelas,
(e) aktif dalam proses belajar di kelas, (f) aktif dalam kegiatan
ekstrakurikuler di sekolah.
51
3) Menunjukkan kemandirian di lingkungan masyarakat yang
ditampilkan dengan indikator: (a) mampu menentukan alternatif
kegiatan yang diadakan di lingkungan masyarakat, (b) mampu
memanfaatkan dengan baik dan positif sarana yang ada di lingkungan
masyarakat, (c) mampu menciptakan dan memelihara lingkungan
masyarakat dengan baik, (d) aktif dalam setiap kegiatan sosial di
masyarakat.
E. Metode dan Alat Pengumpul Data
Metode pengumpulan data adalah cara-cara yang dapat digunakan
untuk menghimpun data dari sejumlah populasi yang menjadi sampel
penelitian, yang bertujuan mengungkap fakta mengenai variabel yang diteliti.
Mengingat masalah yang ingin dijawab dalam penelitian ini adalah:
“Seberapa besar kontribusi pola asuh orangtua terhadap kemandirian siswa
kelas II SMA Negeri 1 Balapulang Kabupaten Tegal Tahun Pelajaran
2004/2005”. Maka kembali pada definisi awal tentang pengertian pola asuh
orangtua dan kemandirian. Pola asuh orangtua yaitu gambaran sikap yang
ditunjukkan orangtua dalam berinteraksi dengan anaknya. Jadi dalam hal ini
bagaimana orangtua memberikan perlakuan atau bersikap kepada anak, dan
anak menerima perlakuan atau sikap dari orangtua tersebut, sehingga secara
langsung anak bisa merasakan dan mengetahui pola asuh orangtua yang
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan kemandirian merupakan
kemampuan yang ada pada seseorang untuk memikirkan, merasakan, dan
52
melakukan sesuatu. Dalam hal ini siswa sebagai subjek yang melakukan
segala kegiatan di lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat, sehingga secara
langsung subjeklah yang mengetahui segala kegiatan serta mampu atau
tidaknya dalam melakukan kegiatan tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Jadi
pola asuh orangtua dan kemandirian merupakan variabel yang keberadaannya
diketahui dan dirasakan oleh subjek dalam kehidupan sehari-hari baik oleh
orangtua maupun anak.
Atas pertimbangan di atas, maka peneliti menggunakan angket sebagai
metode pengumpulan data, sedangkan alat pengumpul datanya adalah angket
pola asuh orangtua dan angket kemandirian. Menurut Suharsimi Arikunto
(2002:128), angket adalah sejumlah pertanyaan yang digunakan untuk
memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya
atau hal-hal yang diketahui.
Sutrisno Hadi (1998:128), mengemukakan bahwa ada tiga prinsip
dasar menggunakan metode angket, yaitu:
1. Subyek adalah orang yang paling tahu akan dirinya sendiri.
2. Apa yang dinyatakan oleh subyek kepada peneliti adalah benar dan dapat
dipercaya.
3. Interpretasi subyek penelitian tentang pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan kepadanya adalah sama dengan apa yang dimaksud oleh peneliti.
Suharsimi Arikunto (2002: 128-129), mengelompokkan jenis-jenis
angket sebagai berikut:
53
1. Menurut cara mengambilnya, angket dibedakan menjadi:
a. Angket Terbuka, yaitu angket yang memberikan kesempatan kepada
responden untuk menjawab dengan kalimatnya sendiri.
b. Angket Tertutup, yaitu angket yang sudah disediakan jawabannya
sehingga responden tinggal memilih.
2. Menurut jawaban yang diberikan, angket dibedakan menjadi:
a. Angket Langsung, yaitu angket di mana responden menjawab tentang
dirinya sendiri.
b. Angket Tidak Langsung, yaitu angket di mana responden menjawab
tentang orang lain.
3. Menurut bentuknya, angket dibedakan menjadi:
a. Angket Pilihan Ganda, yaitu dimana angket yang sudah menyediakan
pilihan jawaban, sehingga responden tinggal memilih jawaban yang
tersedia. Angket pilihan ganda sama dengan angket tertutup.
b. Angket Isian, yaitu angket yang memberikan kesempatan kepada
responden untuk menjawab dengan kalimatnya sendiri. Angket ini
sama dengan angket terbuka.
c. Check List, yaitu sebuah daftar isi di mana responden tinggal
membubuhkan tanda cek (v) pada kolom yang sesuai.
d. Rating Scale (Skala Bertingkat), yaitu sebuah pernyataan yang diikuti
oleh kolom-kolom yang menunjukkan tingkatan, misalnya mulai dari
sangat sesuai sampai ke sangat tidak sesuai.
54
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis angket tertutup,
langsung, dan Rating Scale, alasan peneliti menggunakan ketiga jenis
angket tersebut antara lain:
1) Jenis angket tertutup; (a) pertanyaan dan pernyataan telah dirumuskan
secara terperinci sesuai dengan teori yang sudah mapan, sehingga
terhindar dari kemungkinan rancu atau bias, (b) bentuk jawaban dalam
pertanyaan dan pernyataan berupa jawaban terstruktur, sehingga
memudahkan responden dalam menjawab pertanyaan ataupun
pernyataan, (c) lebih efisien dalam arti waktu, karena responden
tinggal memilih jawaban yang sudah disediakan, sehingga tidak
menyita banyak waktu.
2) Jenis angket langsung; memudahkan bagi respnden dalam menjawab
tentang keadaan dirinya sendiri, karena respondenlah yang paling
mengetahui keadaan dirinya secara langsung, sehingga kemungkinan
jawaban tidak direkayasa.
3) Jenis Rating Scale; lebih praktis, dan untuk perhitungan nilai skala
kategori jawaban lebih mudah.
Di samping adanya kemudahan pada jenis angket tertutup,
langsung, dan Rating Scale, ketiga jenis angket ini juga memiliki
kelemahan, antara lain:
1) Jenis angket tertutup; kemungkinan pertanyaan dan pernyataan dalam
angket tertutup hanya terbatas pada apa yang hendak diungkap oleh
55
peneliti, sehingga pilihan jawaban yang ada dalam pertanyaan dan
pernyataan kadang kurang sesuai dengan keadaan diri responden.
2) Jenis angket langsung; (a) adanya manipulasi jawaban dari responden,
dikarenakan responden tidak ingin terkesan buruk atau tidak baik
tentang keadaan diri responden yang sebenarnya, (b) kemungkinan
keadaan fisik dan psikis responden kurang baik, sehingga akan
berdampak pula pada jawaban yang diberikan responden, sehingga
data yang hendak diungkap oleh peneliti kurang maksimal.
3) Jenis Rating Scale; adanya pilihan jawaban belum memutuskan yang
berati ganda (multi interpretable), hal ini bisa berati subyek belum
memutuskan memberi jawaban, bisa pula subyek adalah orang yang
netral terhadap pertanyaan dan pernyataan yang dikemukakan.
Mengingat adanya kelemahan pada jenis angket tertutup, langsung
dan Rating Scale, maka dipandang perlu dilakukannya usaha untuk
menekan sekecil mungkin kelemahan-kelemahan di atas, dengan cara:
1) Jenis angket tertutup; peneliti berusaha semaksimal mungkin membuat
pertanyaan ataupun pernyataan yang disesuaikan dengan batasan teori
yang sudah mapan.
2) Jenis angket langsung; peneliti berusaha menyusun format angket
secara jelas yang di dalamnya mencakup identitas, kata pengantar, dan
petunjuk pengisian, di samping itu pula peneliti mengadakan rapport
kepada responden sebelum menyebarkan angket.
56
3) Jenis Rating Scale; dengan menyederhanakan jumlah pilihan jawaban
dengan cara menghilangkan pilihan jawaban yang cenderung
mengarah pada pilihan jawaban netral.
Metode angket sebagai alat ukur memiliki kelebihan dan kelemahan,
yakni:
1. Kelebihan dari angket antara lain :
a. Mempermudah penulis dalam mencari atau mengumpulkan data.
b. Menghemat waktu, karena dapat diberikan secara bersamaan kepada
sejumlah responden yang cukup besar.
c. Data yang diperoleh sesuai dengan yang dikehendaki oleh penulis.
d. Responden tidak perlu pusing-pusing memikirkan jawaban, karena
sudah disediakan pilihan jawaban.
e. Penulis tidak perlu hadir sendiri dihadapan responden.
f. Dapat dijawab oleh responden dengan kecepatan masing-masing, dan
menurut waktu senggang responden.
g. Dapat dibuat anonim sehingga responden bebas, jujur, dan tidak malu-
malu menjawab.
h. Dapat dibuat berstandar sehingga bagi semua responden dapat diberi
pertanyaan yang benar-benar sama.
2. Sedangkan kelemahan angket antara lain :
a. Ada kemungkinan terdapat unsur-unsur yang tidak dapat diungkap
dalam angket.
b. Besar kemungkinan bahwa jawaban angket banyak dipengaruhi oleh
keinginan pribadi responden.
57
c. Sangat tergantung kepada responden yang bersedia untuk menjawab
saja.
d. Responden sering tidak teliti dalam menjawab sehingga ada
pertanyaan yang terlewati dan tidak terjawab.
e. Seringkali angket tidak kembali, terutama jika di kirim lewat pos.
f. Waktu pengambilannya tidak bersamaan atau sering terlambat.
Mengingat adanya kelemahan pada angket, maka dipandang perlu
dilakukannya usaha untuk menekan sekecil mungkin kelemahan-kelemahan
angket di atas, dengan cara:
1. Memberi petunjuk dengan singkat dan lengkap untuk menjelskan segala
sesuatu yang berhubungan dengan pengisian angket agar responden dapat
memberi jawaban secara tepat.
2. Membina rapport dengan responden sebelum menyebarkan angket
sehingga responden bersedia mengisi angket tanpa adanya perasaan
terpaksa.
3. Karena pertanyaan angket bersifat terbatas, maka apabila terdapat hal-hal
yang kurang jelas, peneliti membrikan penjelasan.
Untuk menghindari agar angket ini tidak mengukur sesuatu yang tidak
semestimya, maka angket ini dikembangkan berdasarkan teori-teori yang
sudah mapan, selanjutnya dijabarkan dalam kisi-kisi.
Penyusunan kisi-kisi angket pola asuh orangtua dan angket
kemandirian dimaksudkan memberikan gambaran yang jelas antara indikator
dengan sasaran penelitian, selain itu akan mempermudah dalam penyusunan
58
dan penetapan jumlah item angket pola asuh orangtua dan angket
kemandirian. Adapun kisi-kisi pengembangan instrumen penelitian dapat
dilihat pada lampiran.
Dalam penelitian ini, penyusunan angket dilakukan melalui tahap-
tahap sebagai berikut:
1. Merumuskan tujuan
Dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar kontribusi
pola asuh orangtua terhadap kemandirian siswa kelas II SMA Negeri 1
Balapulang Kabupaten Tegal Tahun Pelajaran 2004/2005.
2. Menetapkan konsep dasar
Konsep dasar menyusun angket ini adalah pengertian pola asuh orangtua,
jenis pola asuh orangtua dan pengertian kemandirian.
3. Menentukan aspek-aspek yang akan diungkap dari pola asuh orangtua dan
kemandirian.
4. Menentukan indikator pola asuh orangtua dan kemandirian.
5. Menyusun kisi-kisi instrumen (lihat pada lampiran1 dan 2).
6. Menyusun butir-butir item angket (lihat pada lampiran 3).
7. Menentukan skor.
Penyusunan angket tentang pola asuh orangtua dan angket
kemandirian dalam penelitian ini menggunakan pola yang dikembangkan oleh
Likert yang biasa dikenal dengan “Skala Likert”. Sesuai dengan skala ini,
pernyataan-pernyataan yang disajikan memperlihatkan arah positif dan arah
negatif, dan mempunyai lima tingkat jawaban mengenai kesesuaian responden
59
terjahadap isi pernyataan, yaitu: Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Ragu-Ragu
(RR), Tidak Sesuai (TS), Sangat Tidak Sesuai (STS).
Pada angket ini telah dilakukan penyederhanaan jumlah pilihan
menjadi empat buah. Alasan penyederhanaan jawaban ini adalah karena lima
tingkat jawaban yang ada pada skala likert mempunyai kelemahan, yaitu
adanya pilihan jawaban belum memutuskan yang berarti ganda (multi
interpretable). Pilihan jawaban ini bisa berarti subyek belum memutuskan
memberi jawaban, bisa pula berati subyek adalah orang yang netral terhadap
pernyataan yang dikemukakan mendahului opsi jawaban atau bahkan ragu-
ragu, dengan demikian pilihan jawaban di tengah, akan banyak
menghilangkan data penelitian, Jadi dalam penelitian ini guna menghindari
responden yang pasif dan cenderung memilih posisi aman tanpa memberi
jawaban yang pasti, maka pilihan jawaban ragu-raru (R) tidak dijadikan salah
satu bagian pilihan.
Berdasarkan pendapat di atas, maka dalam pengisian angket ini
responden diminta untuk memilih jawaban satu dari empat pilihan yang
tersedia, yaitu: Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), dan Sangat
Tidak Sesuai (STS). Adapun cara penyekoran masing-masing kategori
jawaban adalah sebagai berikut:
Tabel 3. Cara Penyekoran Butir Item
No Kategori Jawaban
Positif
Skor No Kategori Jawaban
Negatif
Skor
1
2
3
4
Sangat Sesuai (SS)
Sesuai (S)
Tidak Sesuai (TS)
Sangat Tidak Sesuai (STS)
4
3
2
1
1
2
3
4
Sangat Sesuai (SS)
Sesuai (S)
Tidak Sesuai (TS)
Sangat Tidak Sesuai (STS)
1
2
3
4
60
F. Validitas dan Reliabilitas Instrumen
Suatu penelitian akan memberikan hasil yang baik atau sebaliknya,
sebagian tergantung pada alat pengumpul data yang digunakan. Alat
pengumpul data tersebut dikatakan baik apabila memenuhi syarat tertentu,
diantaranya adalah validitas dan reliabilitas. Dengan demikian validitas dan
reliabilitas menjadi tolak ukur kualitas alat pengumpul data.
1. Validitas
Menurut Suharsimi Arikunto (2002: 144-145), validitas adalah
suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan
instrumen. Suatu instrumen dikatakan valid apabila instrumen tersebut
mampu mengukur apa yang hendak diukur. Tinggi rendahnya instrumen
menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari
gambaran variabel yang dimaksud.
Ada beberapa jenis validitas yang dikenal dalam persoalan alat
ukur, salah satu diantaranya validitas muka/tampak, validitas isi, validitas
konstruk.
Adapun jenis validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah
validitas konstruk, karena item-item dalam penelitian ini dijabarkan
berdasarkan bangunan teori yang telah ada. Menurut Saifuddin Azwar
(2000:48), validitas konstruk adalah tipe validitas yang menunjukkan
sejauh mana tes mengungkap suatu trait atau konstruk teoritis yang hendak
diujinya. Pengujian validitas konstruk merupakan proses yang terus
berlanjut sejalan dengan perkembangan konsep mengenai trait yang
61
diukur. Validitas konstruk mempersoalkan sejauh mana skor-skor hasil
pengukuran dengan instrumen yang dipersoalkan itu merefleksikan
konstruksi teoritis yang mendasari penyusunan alat ukur tersebut.
Untuk menguji validitas instrumen, peneliti melakukan uji coba
atau try out instrumen pada sasaran penelitian. Apabila data yang didapat
dan diuji coba ini sudah sesuai dengan seharusnya, maka berarti
instrumennya sudah baik, sudah valid. Dikatakan instrumen sudah baik,
sudah valid jika mampu mengukur apa yang diinginkan, dan dapat
mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Untuk
mengetahui ketepatan data ini, diperlukan teknik uji validitas.
Menurut Suharsimi Arikuknto (2002:145), ada dua macam
validitas sesuai dengan cara pengujiannya, yaitu: validitas eksternal, dan
validitas internal.
Uji validitas dalam penelitian ini adalah validitas internal, menurut
Suharsimi Arikunto (1998:154), instrumen dikatakan memiliki validitas
internal apabila setiap bagian instrumen mendukung “misi” instrumen
secara keseluruhan, yaitu mengungkap data variabel yang dimaksud.
Teknik uji validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
statistik parametrik rumus Korelasi Product Moment sebagai berikut:
( )( )
( ){ } ( ){ }2222xy
YY.NXX.N
YXXY.Nr
∑−∑∑−∑
∑∑−∑=
Keterangan:
xyr = koefisien korelasi
62
X∑ = jumlah skor masing-masing item
Y∑ = jumlah skor item
2X∑ = jumlah kuadrat skor tiap item
2Y∑ = jumlah kuadrat skor total
XY∑ = jumlah perkalian antara skor total dan skor item
N = jumlah subyek
Untuk menguji instrumen, maka digunakan taraf signifikansi 5%
apabila xyr yang didapat lebih besar dari r- tabel berarti signifikan atau
dapat dikatakan bahwa instrumen yang bersangkutan valid.
(Suharsimi Arikunto, 2002:146)
2. Reliabilitas
Setelah harus valid, instrumen juga harus dapat memenuhi standar
reliabilitas. Menurut Suharsimi Arikunto (2002:154), Reliabilitas
menunjukkan pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat
dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data kerena instrumen
tersebut sudah baik. Dalam hal ini suatu alat ukur disebut mempunyai
reliabilitas tinggi atau dapat dipercaya, jika alat itu menetap atau stabil,
dapat diandalkan dan dapat diramalkan.
Dalam penelitian ini, uji coba atau try out instrumen yang peneliti
lakukan, di samping untuk menguji validitas instrumen, juga untuk
menguji reliabilitas instrumen. Apabila data yang diperoleh dari uji coba
ini sudah sesuai dengan seharusnya, maka berarti instrumen tersebut sudah
baik, sudah reliabel. Dikatakan instrumen sudah baik, sudah reliabel jika
mampu mengungkap data yang dapat dipercaya, sehingga dapat
63
diandalkan. Jadi yang diusahakan dapat dipercaya adalah datanya, bukan
semata-mata instrumennya, untuk mengetahui kehandalan data ini,
diperlukan teknik uji reliabilitas.
Menurut Suharsimi Arikkunto (2002:155), ada dua jenis reliabilitas
sesuai dengan cara pengujiannya, yaitu: Reliabilitas eksternal, dan
reliabilitas internal
Dalam penelitian ini, untuk menguji reliabilitas instrumen, peneliti
menggunakan reliabililtas internal, karena perhitungannya dilakukan
berdasarkan data dari instrumen tersebut, yaitu dengan menggunakan
rumus Alpha. Peneliti menggunakan rumus alpha karena instrumen
berbentuk (rating scale) yang dalam pengukurannya bukan 1 dan 0 tetapi
skornya antara 1 sampai dengan 4. Adapun rumusnya sebagai berikut:
σ
σ∑−
−κ
κ=
2
2
11t.
b1
1r
Keterangan:
11r = reliabilitas instrumen
κ = Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
2bσ∑ = Jumlah varians butir
2t.σ = varians total
Hasil r-hitung kemudian dikonsultasikan dengan r-tabel pada taraf
signifikansi 5%. “Jika r hitung > r tabel, instrumen dikatakan reliabel dan
jika r hitung < r tabel instrumen dikatakan tidak valid.
(Suharsimi Arikunto, 2002:171)
64
G. Teknik Analisis Data
Metode analisis adalah metode yang digunakan untuk mengelola data
yang diperoleh guna mendapatkan kesimpulan. Analisis data yang digunakan
untuk menjawab peremasalahan penelitian yang dirumuskan dalam penelitian
ini, maka data dikumpulkan kemudian dianalisis dengan menggunakan
metode statistik.
Adapun data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan teknik
Analisis Regresi Ganda. Sehubungan dengan variabel X dalam penelitian ini,
yaitu terdiri dari tiga prediktor, maka teknik analisis regresinya menggunakan
teknik analisis regresi ganda dengan tiga prediktor. Adapun langkah-langkah
yang ditempuh dalam penggunaan teknik analisis regresi ganda dalam
penelitian ini, sebagai berikut:
1. Untuk membuktikan hipotesis dalam penelitian ini, digunakan analisis
regresi berganda dengan tiga prediktor dengan menggunakan persamaan
regresi ganda. Untuk mencari persamaan regresi ganda digunakan rumus :
KXaXaXaY 332211 +++=
Keterangan:
Y = kriterium
K = Bilangan konstan
a. = koefisien regresi
X1 = variabel pola asuh otoriter
X2 = variabel pola asuh demokratis
X3 = variabel pola asuh permissif
65
2. Mencari Koefisien Korelasi antara Kriterium Y dengan Prediktor X1, X2,
dan Prediktor X3, digunakan rumus sebagai berikut :
( ) 2
3322113,2,1y
y
yxayxayxaR
∑
∑+∑+∑=
Keterangan :
Ry(1,2,3) = Koefisien Korelasi antara Y dengan X1 , X2 , dan X3
a1 = Koefisien Prediktor X1
a2 = Koefisien Prediktor X2
a3 = Koefisien Prediktor X3
YX1∑ = Jumlah produk antara X1 dengan Y
YX2∑ = Jumlah produk antara X2 dengan Y
YX3∑ = Jumlah produk antara X3 dengan Y
2Y∑ = Jumlah kuadrat kriterium
Untuk menjawab pertanyaan, apakah harga Ry(1,2,3) Signifikan atau
tidak, dilakukan analisis variansi garis regresi untuk mengetahui harga F
garis regresi yang kemudian dikonfirmasikan dengan F-tabel.
(Sutrisno Hadi, 2000:33)
Rumus F yang digunakan adalah:
( )
)R1(m
1mNRF
2
2
reg−
−−=
Keterangan:
Freg = harga F garis regresi
N = cacah kasus
m = cacah prediktor
66
R = koefisien korelasi antara kriterium dan prediktor-
prediktornya.
(Sutrisno Hadi, 2000:39)
Derajat kebebasan atau db untuk menguji harga F adalah m lawan N-m-1
Tabel 4.
RANGKUMAN ANALISIS REGRESI
Sumber
Variasi
db JK RK
Regresi (reg)
Residu (res)
m
N-m-1
N
)Y(YKYXaYXaYXa
2
332211
∑−∑+∑+∑+∑
YKYXaYXaYXaY 332211
2 ∑−∑−∑−∑−∑
reg
reg
db
JK
res
res
db
JK
Total (T) N-1
N
)Y(Y
22 ∑
−∑
(Sutrisno Hadi, 2000:30)
3. Mencari besarnya Sumbangan Efektif dari Prediktor terhadap Kriterium
dengan rumus :
Sumbangan Relatif dalam persen, SR%, tiap Prediktor digunakan rumus:
Prediktor X1 = %100xJK
YXa
reg
11∑
Prediktor X2 = %100xJK
YXa
reg
22 ∑
Prediktor X3 = %100xJK
YXa
reg
33 ∑
67
Sedangkan Sumbangan Efektif dalam persen, SE%, masing-masing
Prediktor digunakan rumus :
SE % X1 = %100xX%.SR 1
SE % X2 = %100xX%.SR 2
SE % X3 = %100xX%.SR 3
(Sutrisno Hadi, 2000: 42-45)
68
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini disajikan laporan hasil penelitian yang telah dilaksanakan,
analisis data beserta pembahasannya. Sebelum itu, disajikan lebih dahulu
persiapan penelitian, hasil uji coba instrumen.
A. Persiapan Penelitian
Sebelum melakukan penelitian, terlebih dahulu peneliti mengurus ijin
penelitian (copy surat ijin penelitian terlampir). Berdasarkan surat ijin dari
dekan FIP UNNES, kemudian peneliti menghadap ke kepala SMA Negeri 1
Balapulang, untuk selanjutnya setelah mendapatkan ijin dari kepala sekolah,
kemudian peneliti melakukan penelitian.
Untuk memperoleh data tentang “pola asuh orangtua” dan
“kemandirian” di SMA Negeri 1 Balapulang, digunakan “angket” sebagai
pengumpul data yaitu angket pola asuh oranngtua dan angket kemandirian.
Sebelum angket digunakan terlebih dahulu dilakukan uji coba untuk
mengetahui validitas dan reliabilitasnya. Uji coba dilaksanakan pada siswa
kelas II SMA Negeri 1 Balapulang dengan jumlah 42 siswa di luar anggota
sampel (hasil uji coba terlampir)
1. Populasi dan Sampling
Populasi yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah semua siswa
kelas II, sampelnya adalah sebagian dari siswa kelas II, sedangkan teknik
pengambilan sampel dengan menggunakan teknik sampel acak sederhana
dengan sistem undian. Banyaknya jumlah sampel yang diambil dalam
68
69
penelitian ini berpijak pada ketentuan pengambilan sampel menurut
Suharsimi Arikunto yaitu jika subjeknya kurang dari 100 lebih baik
diambil semua, dan jika jumlah subjeknya besar dapat diambil antara 10%-
15% atau lebih. Karena jumlah populasi sebanyak 311 siswa, maka
banyaknya jumlah sampel adalah 25% dari jumlah populasi yaitu 78 siswa.
2. Hasil Ujicoba Instrumen
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan angket pola
asuh orangtua dan kemandirian. Sebelum kedua instrumen digunakan
untuk mengambil data, terlebih dahulu dilakukan uji coba di lapangan
untuk menguji kelayakan instrumen tersebut sebagai alat pengumpul data
melalui uji validitas dan reliabilitas.
Angket pola asuh orangtua yang terdiri dari 80 item, setelah
diujicobakan kepada 42 siswa dan dianalisis menggunakan rumus korelasi
product moment diperoleh 12 item yang tidak valid, yaitu item nomor 4, 7,
8, 22, 30, 39, 41, 44, 56, 66, 71, dan 76. Kedua belas item tersebut
mempunyai koefisien korelasi dengan skor totalnya lebih kecil dari rtabel =
0,304 untuk α = 5% dengan n = 42. Untuk keperluan penelitian digunakan
70 item sehingga perlu dilakukan perbaikan terhadap 2 item yang tidak
valid yaitu nomor 8 dan 35 agar layak digunakan untuk alat pengumpul
data. Dari angket yang semula sebanyak 80 item, ternyata diperoleh 8 item
yang tidak valid yaitu nomor 6. 11, 24, 26, 40, 46, 62, dan 70 karena
mempunyai koefisien korelasi dengan skor totalnya yang lebih kecil dari
70
rtabel = 0,304 untuk α = 5% dengan n = 42. Untuk keperluan penelitian
digunakan 70 item sehingga perlu dilakukan pembuangan 2 item yang
sudah valid yaitu nomor 73 dan 77.
Berdasarkan hasil uji reliabilitas menggunakan rumus alpha, pada
angket pola asuh orangtua diperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0.910 dan
pada angket kemandirian diperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0,921.
Pada taraf kesalahan 5% dengan n = 42 diperoleh nilai rtabel sebesar 0.304.
Karena kedua koefisien relibilitas yang diperoleh dari hasil pengujian ini
lebih besar dari nilai rtabel maka dapat dinyatakan bahwa kedua instrumen
tersebut reliabel.
Berdasarkan kedua analisis tersebut, maka penelitian ini
menggunakan 70 item angket pola asuh orangtua dan 70 item angket
kemandirian siswa.
B. Pelaksanaan Penelitian
Berdasarkan jadwal yang telah disepakati bersama antara peneliti dan
guru pembimbing, selanjutnya dilaksanakan pengambilan data dengan
memberikan angket pola asuh orangtua dan angket kemandirian kepada siswa,
yaitu pada tanggal 7-17 Juni 2005.
C. Prosedur Pengumpulan Data
1. Penyebaran angket dilakukan oleh peneliti sendiri, dalam penyebaran
angket tersebut peneliti menjelaskan maksud dan tujuan penyebaran
angket, serta menjelaskan kepada responden bagaimana cara pengisian
71
angket. Penyebaran angket penelitian dilaksanakan 2 hari, yaitu pada tangal
16 dan 17 Juni 2005.
2. Setelah angket terkumpul, peneliti mengucapkan terima kasih kepada siswa
dan selanjutnya peneliti memberikan skor pada masing-masing jawaban
yang diisi oleh responden.
3. Mentabulasi data berdasarkan jumlah item.
4. Menentukan nilai pola asuh orangtua dan kemandirian.
D. Hasil Penelitian
1. Deskripsi Pola Asuh Orangtua
Data pola asuh orangtua diambil dari instrumen angket pola asuh
orangtua yang terdiri dari butir-butir yang mengungkap pola asuh
demokratis, pola asuh otoriter dan pola asuh permissif. Selanjutnya hasil
penghitungan skor tersebut dianalisis dengan rumus deskriptif persentase.
Kecenderungan pola asuh yang digunakan seseorang dapat diketahui
dari rata-rata masing-masing pola asuh. Apabila seseorang mempunyai
persentase yang paling tinggi pada pola asuh demokratis, maka dapat
diambil simpulan bahwa orang tersebut mempunyai kecenderungan
menggunakan pola asuh demokratis. Begitu juga dengan pola asuh otoriter
dan permissif ditentukan dengan cara yang sama.
Berikut ini disajikan tabel kriteria pola asuh orangtua siswa kelas II
SMA Negeri 1 Balapulang Kabupaten Tegal Tahun Pelajaran 2004/2005,
72
diukur menggunakan angket dengan 22 item untuk pola asuh otorititer, 27
item untuk pola asuh demokratis dan 21 item untuk pola asuh permissif.
Karena skor tertinggi 4 dan skor terendah 1 sehingga kriteria tentang ketiga
jenis tersebut dapat disusun seperti pada tabel berikut:
Tabel 5. Tabel Kriteria Pola Asuh Otoriter
Pola Asuh Otoriter Kriteria
Interval skor Interval Persentase
71,6 – 88,0
55,1 – 71,5
38,6 – 55,0
22,0 – 38,5
81.26% - 100.00%
61.51% - 81.25%
43.76% - 61.50%
25.00% - 43.75%
Sangat baik
Baik
Cukup Baik
Kurang baik
Sumber : Data Hasil Penelitian
Tabel 6. Tabel Kriteria Pola Asuh Demoktratis
Pola Asuh Demokratis Kriteria
Interval skor Interval Persentase
87,9 – 108,0
67,6 – 87,8
47,4 – 67,5
27,5 – 47,3
81.26% - 100.00%
61.51% - 81.25%
43.76% - 61.50%
25.00% - 43.75%
Sangat baik
Baik
Cukup Baik
Kurang baik
Sumber : Data Hasil Penelitian
Tabel 7. Tabel Kriteria Pola Asuh Permissif
Pola Asuh Permissif Kriteria
Interval skor Interval Persentase
68,4 - 84,0
52,6 – 68,3
36,9 – 52,5
21,0 - 36,8
81.26% - 100.00%
61.51% - 81.25%
43.76% - 61.50%
25.00% - 43.75%
Sangat baik
Baik
Cukup Baik
Kurang baik
Sumber : Data Hasil Penelitian
73
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa pola asuh
orangtua siswa kelas II SMA Negeri 1 Balapulang Kabupaten Tegal tahun
pelajaran 2004/2005 memiliki kecenderungan mangasuh anaknya dengan
pola asuh demokratis karena pada pertanyaan tentang pola asuh ini
memperoleh persentase tertinggi yaitu 74,62% dengan kriteria baik,
selanjutnya kecenderungan pola asuh yang digunakan oleh orang siswa kelas
II SMA Negeri 1 Balapulang Kabupaten Tegal tahun pelajaran 2004/2005
adalah pola asuh otoriter dengan persentase 59,80% dan masuk dalam
kategori cukup baik. Yang terakhir, jenis pola asuh yang diterapkan oleh
orangtua siswa kelas II di II SMA Negeri 1 Balapulang yaitu pola asuh
permissif dengan persentase 57,74% dan masuk dalam kategori cukup baik
pula. Ringkasa dari hasil penelitian tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 8. Persentase dan Kriteria Pola asuh Orangtua
Pola asuh orangtua Rata-rata
Skor
Persentase Kriteria
Otoriter
Demokratis
Permissif
52,6
80,6
48,5
59,80%
74,62%
57,74%
Cukup baik
Baik
Cukup baik
Sumber : Data Hasil Penelitian
Lebih jelasnya data tentang kecenderungan pola asuh yang digunakan
oleh orangtua tersebut dapat disajikan dalam distribusi frekuensi bergolong
berikut ini :
74
Tabel 9. Distribusi Frekuensi Pola Asuh Orangtua
No Kriteria Otoriter Demokratis Permissif
F % F % F %
1.
2.
3.
4.
Sangat baik
Baik
Cukup baik
Kurang baik
0
31
46
1
0.00
39.75
58.97
1.28
16
56
6
0
20.52
71.79
7.69
0.00
1
21
54
2
1.28
26.92
69.23
2.55
Jumlah 78 100 78 100 78 100
Sumber : Data hasil penelitian
Berdasarkan tabel 9 tersebut, terlihat bahwa orangtua siswa
menerapkan pola asuh otoriter dengan cukup baik dan baik (58,97% dan
39,75%), sedangkan selebihnya yaitu dalam kategori kurang baik (1,28%).
Ditinjau dari pola asuh demokratis menunjukkan bahwa sebagian besar
orangtua siswa memiliki pola asuh demokratis yang baik (71,79%),
sedangkan selebihnya yaitu 20,52% memiliki pola asuh demokratis sangat
baik dan 7,69% cukup baik. Ditinjau dari pola asuh permissif menunjukkan
bahwa sebagian besar orangtua siswa memiliki pola asuh permissif cukup
baik (69,23%) selebihnya yaitu memiliki pola asuh permissif baik (26,92%),
kurang baik (2,55%) dan sangat baik (1,28%).
Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar orangtua
siswa kelas II SMA Negeri 1 Balapulang Kabupaten Tegal tahun pelajaran
2004/2005 lebih cenderung menggunakan pola asuh demokratis, yang
berarti orangtua lebih mengutamakan bermusyawarah dalam keluarga,
memberikan kebebasan penuh yang bertanggung jawab pada anaknya,
memberikan hadiah dan hukuman yang disertai penjelasan serta lebih suka
menghargai pendapat anak. Kecenderungan pola asuh berikutnya yang
75
digunakan oleh para orangtua adalah pola asuh otoriter dan permissif. Hal
ini berarti bahwa ada beberapa orangtua yang menerapkan pola asuh otoriter
yang cenderung memaksakan kehendak orangtua kepada anak, menerapkan
peraturan yang terlalu kaku, memberikan hukuman tanpa alasan dan kurang
menghargai pendapat anak. Sedangkan orangtua orangtua yang lebih
cenderung menggunakan pola asuh permissif mereka cenderung
membiarkan anak bertindak tanpa memonitor, kurang memberikan
bimbingan terhadap tingkah laku anak, serta kurang memberikan hadiah dan
hukuman kepada anak.
2. Hasil Deskriptif Kemandirian Siswa
Tingkat kemandirian siswa kelas II SMA Negeri 1 Balapulang
Kabupaten Tegal Tahun Pelajaran 2004/2005 diukur menggunakan angket
dengan 70 item dan skor tertinggi 4 sehingga kriteria tentang kemandirian
siswa tersebut dapat disusun seperti pada tabel berikut.
Tabel 10. Tabel Kriteria Kemandirian Siswa
Kemandirian Siswa Kriteria
Interval skor Interval Persentase
227.6 – 280.0
175.1 – 227.5
122.6 – 175.0
70.0 – 122.5
81.26% - 100.00%
61.51% - 81.25%
43.76% - 61.50%
25.00% - 43.75%
Sangat baik
Baik
Cukup Baik
Kurang baik
Sumber : Data Hasil Penelitian
Hasil penelitian pada lampiran menunjukkan bahwa rata-rata skor
kemandirian siswa adalah 206,3 dengan persentase 73,70% dan termasuk
kategori baik karena berada pada rentang persentase antara 61,51%-
81,25%. Ditinjau dari kemandirian masing-masing siswa berdasarkan hasil
76
analisis deskriptif persentase pada lampiran diperoleh hasil sebagai
berikut:
Tabel 11. Distribusi Frekuensi Kemandirian Masing-masing Siswa
No Kemandirian Frekuensi Persentase
1.
2.
3.
4.
Sangat baik
Baik
Cukup baik
Kurang baik
8
63
7
0
10.26%
80.77%
8.97%
0.00%
Jumlah 78 100
Sumber : Data hasil penelitian
Berdasarkan tabel 11 di atas terlihat bahwa sebagian besar siswa
memiliki kemandirian yang baik (80,77%), selebihnya yaitu 10,26%
memiliki kemandirian yang sangat baik, dan 8,97% cukup baik.
Secara lebih rinci, hasil analisis deskriptif tentang kemandirian siswa
kelas II SMA Negeri 1 Balapulang Kabupaten Tegal Tahun Pelajaran
2004/2005 ditinjau dari tiap-tiap aspek kemandirian yang terdiri dari aspek
berpikir, aspek merasakan dan aspek melakukan diperoleh hasil sebagai
berikut :
Tabel 12. Distribusi Frekuensi Kemandirian Siswa pada Aspek
Kemampuan Berpikir
No Kemandirian Frekuensi Persentase
1.
2.
3.
4.
Sangat baik
Baik
Cukup baik
Kurang baik
12
59
7
0
15.38%
75.65%
8.97%
0.00%
Jumlah 78 100
Sumber : Data Hasil Penelitian
77
Berdasarkan tabel 12 tersebut menunjukkan kemandirian siswa pada
aspek kemampuan berpikir sebagian besar termasuk kategori baik
(75,65%), selebihnya yaitu 15,38% termasuk kategori sangat baik dan
8,97% termasuk kategori cukup baik. Hal ini menunjukkan bahwa siswa
kelas II SMA Negeri 1 Balapulang Kabupaten Tegal Tahun Pelajaran
2004/2005 telah mampu mengerjakan tugas dan kewajibannya di sekolah,
mampu menggunakan fasilitas di rumah dengan teratur, mampu
menyelesaikan permasalahan yang muncul dalam dirinya, mampu
memanfaatkan sarana belajar di sekolah dengan baik, mampu menentukan
alternatif jurusan di sekolah secara rasional, mampu menyelesaikan tugas
yang diberikan guru dengan baik, mampu menentukan alternatif kegiatan
yang diadakan di lingkungan masyarakat dengan baik, dan mampu
memanfaatkan sarana yang ada di lingkungan masyarakat dengan baik
pula.
Tabel 13. Distribusi Frekuensi Kemandirian Siswa pada Aspek
Kemampuan Merasakan
No Kemandirian Frekuensi Persentase
1.
2.
3.
4.
Sangat baik
Baik
Cukup baik
Kurang baik
10
62
6
0
12.82%
79.49%
7.69%
0.00%
Jumlah 78 100
Sumber : Data Hasil Penelitian
78
Berdasarkan tabel 13 tersebut, menunjukkan kemandirian siswa pada
aspek kemampuan merasakan sebagian besar termasuk kategori baik
(79,49%), selebihnya yaitu 12,82% termasuk kategori sangat baik dan
7,69% termasuk kategori cukup baik. Hal ini menunjukkan bahwa siswa
kelas II SMA Negeri 1 Balapulang Kabupaten Tegal Tahun Pelajaran
2004/2005 telah mampu memberikan tanggapan dalam musyawarah
keluarga, mampu menciptakan pola hidup sehat dalam keluarga, mampu
menciptakan suasana belajar yang kondusif di kelas, aktif dalam proses
belajar di kelas, dan mampu menciptakan serta memelihara lingkungan
masyarakat secara baik.
Tabel 14. Distribusi Frekuensi Kemandirian Siswa pada Aspek
Kemampuan Melakukan
No Kemandirian Frekuensi Persentase
1.
2.
3.
4.
Sangat baik
Baik
Cukup baik
Kurang baik
13
59
6
0
16.67%
75.65%
7.69%
0.00%
Jumlah 78 100
Sumber : Data Hasil Penelitian
Berdasarkan tabel 14 tersebut, menunjukkan kemandirian siswa pada
aspek kemampuan melakukan sebagian besar termasuk kategori baik
(75,65%), selebihnya yaitu 16,67% termasuk kategori sangat baik dan
7,69% termasuk kategori cukup baik. Hal ini menunjukkan bahwa para
siswa kelas II SMA Negeri 1 Balapulang Kabupaten Tegal Tahun Pelajaran
2004/2005 telah mampu mengatur tata ruang di rumah secara baik, aktif
79
dalam kegiatan ekstrakurikuler di sekolah dan aktif dalam kegiatan sosial
di masyarakat.
3. Pengujian Hipotesis
Untuk mengetahui ada tidaknya kontribusi pola asuh orangtua
terhadap kemandirian siswa digunakan analisis regresi ganda. Hasil analisis
pada lampiran diperoleh koefisien korelasi sebesar 0,6163. Koefisien
korelasi tersebut diuji keberartian dengan menggunakan analisis varians
(uji F). Berdasarkan analisis varians diperoleh harga Fhitung (15,108) > Ftabel
(2,71) pada taraf signifikansi 5% dengan dk (3:74), Dengan demikian Ho
yang menyatakan ρ = 0 atau tidak ada kontribusi pola asuh orangtua
terhadap kemandirian siswa kelas II SMA Negeri 1 Balapulang Kabupaten
Tegal Tahun Pelajaran 2004/2005 ditolak. Bentuk kontribusi tersebut dapat
digambarkan melalui model regresi antara pola asuh orangtua terhadap
kemandirian yang diperoleh yaitu Y = 35,643 + 0,680X1 + 1,065X2 +
1,012X3. Dalam analisis korelasi tersebut diperoleh pula index determinasi
sebesar 0,3798. Oleh karena itu dapat diketahui bahwa kontribusi pola asuh
orangtua terhadap kemandirian siswa sebesar 37,98% sedangkan 62,02%
dari kemandirian siswa dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dikaji
dalam penelitian ini.
Besarnya kontribusi masing-masing jenis pola asuh orangtua
terhadap kemandirian siswa dapat dilihat dari sumbangan efektif masing-
masing variabel terikat dengan variabel bebas. Berdasarkan hasil analisis
80
pada lampiran diketahui bahwa sumbangan pola asuh otoriter terhadap
kemandirian siswa yaitu 8,83%, untuk pola asuh demokratis memberikan
sumbangan terhadap kemandirian siswa sebesar 17,83% dan untuk pola
asuh permissif memberikan sumbangan terhadap kemandirian siswa
sebesar 11,32%. Dengan demikian dapat diketahui bahwa yang
memberikan sumbangan atau kontribusi paling besar terhadap kemandirian
siswa adalah pola asuh demokratis, kemudian diikuti oleh pola asuh
permissif dan yang terakhir yaitu pola asuh otoriter.
E. Pembahasan
Dalam keluarga, anak memperoleh pendidikan pertama kali dari
orangtua. Medidik merupakan suatu kewajiban orangtua terhadap anaknya,
selain memberikan kebutuhan biologis agar tumbuh dan berkembang dengan
baik dan dapat mencapai kedewasaan yang optimal. Pada akhirnya mampu
hidup dalam masyarakat yang lebih luas dan mengembangkan nilai-nilai yang
diberikan orangtuanya.
Lingkungan keluarga merupakan kelompok sosial yang pertama dalam
kehidupan sosial. Dalam kelompok primer ini terbentuk norma-norma sosial.
Di dalam keluarga inilah manusia pertama kali belajar memperhatikan
keinginan-keinginan orang lain, belajar bekerja sama dan belajar membantu
orang lain. Jadi keluarga tidak hanya berfungsi terbatas sebagai penerus
keturunan saja, tetapi lebih dari itu adalah pembentuk kepribadian anak,karena
81
segala pengetahuan dan kecerdasan intelektual serta keterampilan diperoleh
pertama kali dari orangtua dan anggota keluarga yang lain. Dengan demikian
dasar kepribadian seseorang terbentuk sebagai hasil perpaduan antara warisan
sifat-sifat, bakat orangtua dan lingkungan serta pola asuh orangtua yang
dianutnya.
Orangtua sebagai pemimpin, pembimbing serta pengasuh bagi anak-
anaknya selalu tercermin dari sikap yang dimilikinya. Sikap orangtua tidak
hanya berpengaruh terhadap hubungan di dalam keluarga, tetapi juga terhadap
sikap dan perilaku anak, termasuk di dalamnya adalah kemandiriannya.
Kemandirian seorang anak selain dipengaruhi oleh faktor dari dalam diri,
dipengaruhi oleh faktor luar diri siswa seperti halnya dengan sikap atau pola
asuh orangtua.
Ada tiga macam pola asuh yang ditinjau dalam penelitian ini yaitu pola
asuh otoriter, demokratis dan permissif. Adapun masalah dalam penelitian ini
yaitu (1) Bagaimana kecenderungan pola asuh orangtua siswa, (2) Bagaimana
tingkat kemandirian siswa SMA Negeri 1 Balapulang, (3) Adakah kontribusi
pola asuh orangtua terhadap kemandirian, jika ada seberapa besar
kontribusinya, (4) Jenis pola asuh orangtua mana yang paling besar
kontribusinya terhadap kemandirian siswa kelas II SMA Negeri 1 Balapulang
Kabupaten Tegal tahun pelajaran 2004/2005.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa orangtua siswa, ternyata
mempunyai kecenderungan menggunakan pola asuh demokratis, hal ini berarti
bahwa orangtua dalam mendidik anak, dengan teknik-teknik asuhan yang
82
menumbuhkan keyakinan dan kepercayaan diri dengan baik, orangtua bersikap
mendukung sekalilgus memberikan penjelasan atas perintah atau keputusan
yang diberikan, dan mendorong tingkah laku mandiri yang bertanggung jawab.
Pola asuh yang demikian berpengaruh terhadap kemandirian anak yang lebih
baik.
Tingginya kemandirian mereka, karena adanya kebiasaan-kebiasaan
yang baik di lingkungan keluarga. Orangtua mengedepankan musyawarah dan
memberikan kebebasan, namun bertanggung jawab. Pola asuh dengan
memberikan kebebasan yang bertanggung jawab inilah, menyebabkan siswa
lebih percaya diri, lebih terbuka, mudah bekerjasama, lebih memahami
kebebasan teman, serta mampu menyesuaikan dengan lingkungan. Sikap-sikap
tersebut akan mampu mendorong anak untuk melakukan aktivitas-aktivitas
dalam lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat secara bertanggun
jawab dalam upaya perwujudan dirinya.
Berbeda dengan pola asuh otoriter, anak merasa terkekang, dan
akhirnya dalam pergaulannya anak akan merasa canggung. Di dalam keluarga,
orangtua lebih cenderung memaksakan kehendaknya, dengan menerapkan
aturan-aturan yang sifatnya kaku. Sikap-sikap tersebut, dalam waktu lama akan
menjadi sifat yang akan dibawa siswa. Siswa akan menjadi kurang dapat
menerima kondisi sendiri dan orang lain. Sifat otoriter kepada orang lain, juga
akan dibawanya. Mereka akan lebih kurang menghargai teman, karena
kebiasaan–kebiasan yang terjadi di keluarga lebih cenderung serupa.
83
Pada pola asuh permissif yang terbiasa dengan kebebasan, berakibat
kemandirian siswa lebih rendah daripada yang diasuh dengan pola asuh
demokratis. Orangtua yang selalu memberikan kebebasan, dan kurang adanya
bimbingan dan monitor, maka tindakan-tindakan siswa lebih cenderung bebas.
Segala stimulus yang datang dari luar, kurang dikontrol oleh orangtua. Apabila
kondisi lingkungan masyarakat kurang mendukung, maka kemandiriannya
akan menjadi lebih rendah, karena terpengaruh oleh pergaulan dalam
lingkungan yang salah, sehingga kematangan dalam menyikapi masalah di
lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat secara
positif lebih rendah daripada pola asuh demokratis. Hal ini karena anak kurang
mendapat bimbingan orang yang lebih dewasa.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar siswa kelas II
SMA Negeri 1 Balapulang Kabupaten Tegal tahun pelajaran 2004/2005
memiliki kemandirian yang baik atau tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa
mereka telah mampu berpikir, merasakan dan melakukan segala kegiatan yang
positif baik di rumah, di sekolah, maupun di lingkungan masyarakat secara
baik.
Hasil dari penelitian ini yaitu pola asuh orangtua memberikan
kontribusi terhadap kemandirian siswa kelas II SMA Negeri 1 Balapulang
Kabupaten Tegal tahun pelajaran 2004/2005. Hal ini ditunjukkan dari hasil
analisis regresi yang diperoleh Fhitung sebesar 15,108 > Ftabel = 2.71 dengan dk
(3:74) dan taraf kesalahan 5%. Dengan demikian menunjukkan bahwa semakin
baik pola asuh orangtua dalam mendidik anaknya, maka akan semakin tinggi
pula kemandiriannya.
84
Pola asuh orangtua merupakan gambaran sikap yang ditunjukkan
orangtua dalam berinteraksi dengan anaknya, interaksi di sini termasuk
ekspresi sikap, termasuk di dalamnya cara-cara orangtua menerapkan aturan-
aturan, hadiah, maupun hubungan, serta cara orangtua memberikan hadiah
perhatian dan tanggapan terhadap anaknya, sejak kecil sampai dewasa untuk
mencapai tujuan sesuai dengan norma-norma yang ada. Menurut Stewart dan
Koch (http://www.Dep.Dik.Nas/Go.Id), ada tiga pola asuh orangtua yaitu:
Otoriter, demokratis dan permissif. Ketiga jenis pola asuh orangtua ini
mempunyai ciri masing-masing, untuk pola asuh otoriter cenderung lebih
tegas, kaku,suka menghukum, kurang kasih sayang serta kurang simpatik,
untuk pola asuh permissif cenderung selalu memberikan kebebasan pada anak
tanpa memberikan kontrol sama sekali, memberi kebebasan pada anak untuk
mengaatur dirinya sendiri. Lain halnya dengan pola asuh demokratis, pola asuh
ini orangtua lebih banyak menunjukkan pengertian terhadap kebutuhan dan
kemampuan anak, menghargai pendapat, lebih toleran, serta bebas yang
bertanggung jawab.
85
85
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan seperti disajikan pada
bab IV, dapat ditarik beberapa simpulan sebagai berikut :
1. Orangtua siswa kelas II SMA Negeri 1 Balapulang Kabupaten Tegal tahun
pelajaran 2004/2005 cenderung menggunakan pola asuh demokratis, hal ini
dapat dilihat dari pola asuh demokratis yang memperoleh persentase
tertinggi yaitu 74,62% dengan kriteria baik.
2. Kemandirian siswa termasuk dalam kategori baik atau tinggi dengan bobot
persentase 73,70%. Hal ini ditunjukkan dari kemampuan siswa untuk
berfikir, merasakan dan melakukan segala sesuatu yang ada dalam
hidupnya baik di lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat.
3. Pola asuh orangtua memberikan kontribusi positif terhadap kemandirian
siswa kelas II SMA Negeri 1 Balapulang Kabupaten Tegal Tahun Pelajaran
2004/2005. Besarnya kontribusi tersebut yaitu 37,98% dengan rincian :
8,83% adalah kontribusi pola asuh otoriter, 17,83% adalah kontribusi pola
asuh demokratis, dan 11,32% adalah kontribusi pola asuh permissif.
4. Jenis pola asuh yang paling dominan berkontribusi terhadap kemandirian
adalah pola asuh domokratis, kemudian diikuti oleh pola asuh permissif,
dan yang terakhir adalah pola asuh otoriter.
86
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat diajukan beberapa saran sebagai
berikut :
1. Bagi orangtua dalam mengasuh anak hendaknya menekankan pola asuh
demokratis, utamanya dalam beberapa hal yang masih dapat
dimusyawarahkan atau tawar-menawar antara orangtua dengan anak. Akan
tetapi orangtua juga perlu menggunakan pola asuh otoriter untuk melatih
kedisiplinan anak.
2. Agar tingkat kemandirian siswa menjadi lebih baik, seyogyanya guru
mampu mengembangkan demikratisasi dalam kegiatan belajar, kepada
siswa yang memiliki tingkat kemandirian yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Mohammad & Mohammad Asrori. 2004. Psikologi Remaja (Perkembangan
Peserta Didik). Jakarta: Bumi Aksara.
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktek).
Jakarta: Rineka Cipta.
Azwar, Saifuddin. 2001. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.
------. 2000. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.
Balson, Maurice. 1999. Menjadi Orangtua Yang Sukses (Alih Bahasa oleh Sr
Alberta, CB). Jakarta: Gramedia Widia Sarana Indonesia.
Basri, Hasan. 2000. Remaja Berkualitas (Problematika Remaja dan Solusinya).
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Dariyo, Agoes. 2004. Psikologi Perkembangan Remaja. Jakarta: Ghalia
Indonesia.
Dep Dik Bud. 1999. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka.
Gunarsa, S & Y. Gunarsa. 1983. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja.
Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Gunarsa, Singgih D. 1995. Psikologi Perkembangan. Jakarta: BPK Gunung
Mulia.
Hadi, Sutrisno. 2000. Metodologi Reaserch Jilid 1. Yogyakarta: Andi Offset.
------. 2000. Statistik Jilid 2. Yogyakarta: Andi Offset.
------. 2000. Analisis Regresi. Yogyakarta: Andi Offset.
Hurlock, Elizabeth B. 1997. Psikologi Perkembangan Anak (Psikologi Populer).
Jakarta: Ghalia Indonesia.
Kartawijaya, Anne & Kay Kuswanto. 2004. Artikel Tentang “Mendidik Anak
Untuk Mandiri”. http://www.geoogle.com.e-psikologi.
Kartono, Kartini. 1995. Psikologi Anak (Psikologi Perkembangan). Bandung:
Mandar Maju..
Mappiare, Andi. 1982. Psikologi Remaja. Malang: Usana Offset.
Pujosuwarno, Sayekti. 1993. Berbagai Pendekatan Dalam Konseling.
Yogyakarta: Menara Mas Offset.
Prasetya, G. Tembong. 2003. Pola Pengasuhan Ideal. Jakarta: Elex Media
Komputindo.
Prasetya, Munif & Anwar Sutoyo. 1999. Kesehatan Mental Anak Dalam
Keluarga. Semarang: UNNES.
Schaefer, Charles. 1994. Mempengaruhi Bagaimana Anak (Alih Bahasa oleh R.
Tarman Sirait dan Cony Semiawan). Semarang: Dahara Prize.
Singarimbun, Masri dan Sofian Efendi. 1989. Metode Penelitian Suevai. Jakarta:
LP3ES.
Soehartono, Irawan. 1995. Metode Penelitian Sosial. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Sukardi, Dewa K. 1984. Bimbingan Perkembangan Jiwa Anak (Psikologi
Populer). Jakarta: Ghalia Indonesia.
Suryabrata, Sumadi. 2003. Metodologi Penelitian. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Tarmudji, Tarsis. 2004. Penelitian Tentang “Hubungan Pola Asuh Orangtua
Dengan Agresivitas Remaja”. http://www.Dep.Dik.Nas/Go.Id.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Bandung: Diperbanyak oleh PT Fokus Media.
Yusuf, Syamsu L.N. 2004. Psikologi Perkembangnan Anak dan Remaja.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
DAFTAR SAMPEL PENELITIAN
No Nama Siswa Kelas Jenis Kelamin
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
Dewi setiasih
Friska Septiana
Joko Prayitno
Lina Andriyana
Muh. Hupron
Rina Nurul Maizah
Riskia Indriyani
Riski Mei Triyanto
Tantri Riyandari
Wildan
Wina Novianti
Yuni Arfiyani
Ade Kurniawan
Elzi
Faiz Arido
Gunawan Prangbakti
Irma Nurul Fatikha
Nur Zaelani
Sakroni
Sri Dedali
Sri Yuliana
Supriyatin
Veny Priyatin
Ardi Satria Nugroho
Fajar Okti Rizkiana
Indah Pratiwi
Krisdianto
II.1
II.1
II.1
II.1
II.1
II.1
II.1
II.1
II.1
II.1
II.1
II.1
II.2
II.2
II.2
II.2
II.2
II.2
II.2
II.2
II.2
II.2
II.2
II.3
II.3
II.3
II.3
Perempuan
Perempuan
Laki-laki
Perempuan
Laki-laki
Perempuan
Perempuan
Laki-laki
Perempuan
Laki-laki
Perempuan
Perempuan
Laki-laki
Perempuan
Laki-laki
Laki-laki
Perempuan
Laki-laki
Laki-laki
Perempuaan
Perempuan
Perempuan
Perempuan
Laki-laki
Perempuan
Perempuan
Laki-laki
No Nama Siswa Kelas Jenis Kelamin
28.
29.
30.
31.
32,
33.
34.
35.
36.
37.
38.
39.
40.
41.
42.
43.
44.
45.
46.
47.
48.
49.
50.
51.
52.
53.
54.
55.
Masripah
M. Ali Sumarjo
Puji Riyanti
Susilah Mujianti
Wasis Wasmani
Yuniar Dwiyanti
Yusmiati
Amarudin Mubarok
Anton Sujarwo
Citra Resmi Evitadewi
Dwi Sefiyantie
Eko Adriyanto
Ermi Prasetyorini
Harun
Lita Destriningsih
Sri Amilatun
Tohiroh
Yana Gustiafani
Ahmad Khikam Fauzi
Dwi Indra Rosita
Fitri Fauziah
Fitria Handayani
Ida Safitri
Kikiy Supriyatin
M. Nursalim
Puji Fitriani
Suci Apriliany
Sukroni
II.3
II.3
II.3
II.3
II.3
II.3
II.3
II.4
II.4
II.4
II.4
II.4
II.4
II.4
II.4
II.4
II.4
II.4
II.5
II.5
II.5
II.5
II.5
II.5
II.5
II.5
II.5
II.5
Perempuan
Laki-laki
Perempuan
Perempuan
Laki-laki
Perempuan
Perempuan
Laki-laki
Laki-laki
Perempuan
Perempuan
Laki-laki
Perempuan
Laki-laki
Perempuan
Perempuan
Perempuan
Perempuan
Laki-laki
Perempuan
Perempuan
Perempuan
Perempuan
Perempuan
Laki-laki
Perempuan
Perempuan
Laki-laki
No Nama Siswa Kelas Jenis Kelamin
56.
57.
58.
59.
60.
61.
62.
63.
64.
65.
66.
67.
68.
69.
70.
71.
72.
73.
74.
75.
76.
77.
78.
Yuniarto
Edi Sustoyo
Fauziyyah Hidayati
Gita Desy Christiana
Ika Widyawati
Nur Imam Swasono
Rina Puspitasari
Siti Hidayati
Solikha
Sri Kanti
Teguh Kurniawati
Yudho Agus Tri Wibowo
Andri Setiawan
Devi Ratna Puspitasari
Diayu Bitarokah
Dwi Sinto Ariwibowo
Eti Rokhayati
Maslikhatun
Nuryanti
Risno Setiyono
Sulastri
Wulan Yuniarsih
Yustinah
II.5
II.6
II.6
II.6
II.6
II.6
II.6
II.6
II.6
II.6
II.6
II.6
II.7
II.7
II.7
II.7
II.7
II.7
II.7
II.7
II.7
II.7
II.7
Laki-laki
Laki-laki
Perempuan
Perempuan
Perempuan
Laki-laki
Perempuan
Perempuan
Perempuan
Perempuan
Perempuan
Laki-laki
Laki-laki
Perempuan
Perempuan
Laki-laki
Perempuan
Perempuan
Perempuan
Laki-laki
Perempuan
Perempuan
Perempuan
Lampiran:
Kisi-kisi pengembangan instrumen penelitian tentang kemandirian
No
Lingkungan
Aspek
Kemandirian
Keluarga
(a)
Sekolah
(b)
Masyarakat
(c)
1. Berfikir - Mampu
mengerjakan tugas
dan kewajiban di
rumah secara rutin.
- Mampu
menggunakan
fasilitas di rumah
secara teratur.
- Mampu
menyelesaikan
setiap
permasalahan yang
muncul dalam
keluarga.
- Mampu
memanfaatkan
sarana belajar
di sekolah
secara baik.
- Mampu
menentukan
alternatif
jurusan di
sekolah secara
rasional.
- Mampu
menyelesaikan
tugas yang
diberikan oleh
guru.
- Mampu
menentukan
alternatif
kegiatan yang
diadakan di
lingkungan
masyarakat.
- Mampu
memanfaatkan
dengan baik
dan positif
sarana yang
ada di
lingkungan
masyarakat.
2. Merasakan - Mampu
memberikan
tanggapan terhadap
musyawarah dalam
keluarga.
- Mampu
menciptakan pola
hidup sehat dalam
keluarga.
- Mampu
menciptakan
suasana belajar
yang kondusif
di kelas.
- Aktif di dalam
proses belajar
di kelas.
- Mampu
menciptakan
dan
memelihara
lingkungan
masyarakat.
3. Melakukan - Mampu dalam
pengaturan tata
ruang di rumah
dalam keluarga.
- Aktif dalam
kegiatan
ekstrakurikuler
di sekolah.
- Aktif dalam
setiap kegiatan
sosial di
masyarakat.
No. Aspek No. Item Jumlah
1. Mampu mengerjakan tugas dan
kewajiban di rumah secara rutin.
1, 2, 3, 4, 5 5
Mampu menggunakan fasilitas di
rumah secara teratur.
6, 7, 8, 9, 10 5
Mampu menyelesaikan setiap
permasalahan yang muncul dalam
keluarga.
11, 12, 13, 14, 15 5
Mampu memanfaatkan sarana
belajar di kelas.
16, 17, 18, 19, 20 5
Mampu menentukan alternatif
jurusan di sekolah.
21, 22, 23, 24, 25 5
Mampu menyelesaikan tugas yang
diberikan oleh guru.
26, 27, 28, 29, 30 5
Mampu menentukan alternatif
kegiatan yang diadakan di
lingkungan masyarakat.
31, 32, 33, 34, 35 5
Mampu memanfaatkan dengan baik
dan positif sarana yang ada di
lingkungan masyarakat.
36, 37, 38, 39, 40
5
2. Mampu memberikan tanggapan
terhadap musyawarah dalam
keluarga.
41, 42, 43, 44, 45 5
Mampu menciptakan pola hidup
sehat dalam keluarga.
46, 47, 48, 49, 50 5
Mampu menciptakan suasana belajar
yang kondusif di kelas.
51, 52, 53, 54, 55 5
Aktif dalam proses belajar di kelas. 56, 57, 58, 59, 60
5
Mampu menciptakan dan
memelihara lingkungan masyarakat
dengan baik.
61, 62, 63, 64, 65 5
3. Mampu dalam pengaturan tata ruang
di rumah dalam keluarga.
66, 67, 68, 69 70 5
Aktif dalam kegiatan ekstrakurikuler
di sekolah.
71, 72, 73, 74, 75 5
Aktif dalam setiap kegiatan sosial di
masyarakat.
76, 77, 78, 79, 80 5
Jumlah Item
80
Lampiran:
Kisi-kisi pengembangan instrumen penelitian tentang pola asuh orangtua
No.
Ahli
Ciri
Pola Asuh
Orangtua
Hurlock
Singgih.D.
Gunarsa
Tembong.P
1. Otoriter a. Orangtua
menerapkan
peraturan
yang ketat.
b. Tidak adanya
kesempatan
untuk
mengemukak
an pendapat.
c. Segala
peraturan
yang dibuat
harus dipatuhi
oleh anak.
d. Berorientasi
pada
hukuman
(fisik maupun
verbal).
e. Orangtua
jarang
memberikan
hadiah
ataupun
pujian.
f. Jika tidak
mematuhi
akan
diancam
dan
dihukum.
a. Orangtua
menerapkan
peraturan yang
ketat.
b. Tidak adanya
kesempatan untuk
mengemukakan
pendapat.
c. Segala peraturan
yang dibuat harus
dipatuhi oleh anak.
d. Berorientasi pada
hukuman (fisik
maupun verbal).
e. Orangtua jarang
memberikan
hadiah ataupun
pujian.
No.
Ahli
Ciri
Pola Asuh
Orangtua
Hurlock
Singgih. D.
Gunarsa
Tembonng.P
2. Demokratis a. Adanya
kesempatan
kepada anak
untuk
berpendapat.
b. Hukuman
diberikan
kepada
perilaku
salah.
c. Memberi
pujian
ataupun
hadiah kepada
perilaku yang
benar.
d. Memperliha
tkan dan
menghargai
kebebasan
yang tidak
mutlak
dengan
bimbingan
yang penuh
pengertian.
e. Memberi
penjelasan
secara
rasional jika
pendapat
anak tidak
sesuai.
f. Mempunyai
pandangan
masa
depan yang
jelas
terhadap
anak.
a. Adanya
kesempatan bagi
anak untuk
berpendapat.
b. Hukuman
diberikan akibat
perilaku salah.
c. Memberi pujian
dan atau hadiah
kepada perilaku
yang benar.
d. Orangtua
membimbing dan
mengarahkan
tanpa
memaksakan
kehendak kepada
anak.
e. Membari
penjelasan secara
rasional jika
pendapat anak
tidak sesuai.
f. Mempunyai
pandangan masa
depan yang jelas
terhadap anak.
No.
Ahli
Ciri
Pola Asuh
Orangtua
Hurlock
Singgih. D.
Gunarsa
Tembong. P
3. Permissif a. Memberikan
kebebasan
penuh tanpa
ada batasan
dan aturan
dari orangtua.
b. Tidak adanya
hadiah
ataupun
pujian meski
anak
berperilaku
sosial baik.
c. Tidak adanya
hukuman
meski anak
melanggar
peraturan.
d. Orangtua
kurang
kontrol
terhadap
perilaku
anak.
e. Orangtua
hanya
berperan
sebagai
pemberi
fasilitas.
f. Orangtua
tidak
mengetahui
kegiatan
anak
sehari-hari.
a. Memberikan
kebebasan tanpa
ada batasan dan
aturan dari
orangtua.
b. Tidak adanya
hadiah ataupun
pujian meski
anak berperilaku
sosial baik.
c. Tidak adanya
hukuman meski
anak melanggar
peraturan.
d. Kurang kontrol
terhadap perilaku
dan kegiatan
anak sehari-hari.
e. Orangtua hanya
berperan sebagai
pemberi fasilitas.
Variabel
Sub Variabel
Indikator
No. Item
Jumlah
Pola Asuh
Orangtua
1. Otoriter
2. Demokratis
a Orangtua menerapkan
peraturan yangketat.
b. Tidak adanya
kesempatan untuk
mengemukakan
pendapat.
c. Segala peraturan yang
dibuat harus dipatuhi
oleh anak.
d. Berorientasi pada
hukuman (fisik
maupun verbal).
e. Orangtua jarang
memberikan hadiah
ataupun pujian.
a. Adanya kesempatan
bagi anak untuk
berpendapat.
b. Hukuman diberikan
akibat perilaku salah.
c. Memberi pujian dan
atau hadiah kepada
perilaku yang benar.
d. Orangtua
membimbing dan
mengarahkan tanpa
memaksakan
kehendak kepada
anak.
e. Mmeberi penjelasan
secara rasional jika
pendapat anak tidak
sesuai.
f. Mempunyai
pandangan masa
depan yang jelas
terhadap anak.
1, 2, 3, 4, 5
6, 7, 8, 9, 10
11, 12, 13, 14, 15
16, 17, 18, 19, 20
21, 22, 23, 24, 25
26, 27, 28, 29, 30
31, 32, 33, 34, 35
36, 37, 38, 39, 40
41, 42, 43, 44, 45
46, 47, 48, 49, 50
51, 52, 53, 54, 55
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
Variabel
Sub Variabel
Indikator
No. Item
Jumlah
Pola Asuh
Orangtua
3. Permissif
a Memberikan
kebebasan penuh
tanpa ada batasan dan
aturan dari orangtua.
b. Tidak adanya hadiah
ataupun pujian meski
anak berperilaku
sosial baik.
c. Tidak adanya
hukuman meski anak
melanggar peraturan.
d. Kurang kontrol
terhadap perilaku dan
kegiatan anak sehari-
hari.
e. Orangtua hanya
berperan sebagai
pemberi fasilitas.
.
56, 57, 58, 59, 60
61, 62, 63, 64, 65
66, 67, 68, 69, 70,
71, 72, 73, 74, 75
76, 77, 78, 79, 80
5
5
5
5
5
No Variabel / Sub Variabel / Indikator Item
1. Menerapkan peraturan yang ketat. 1, 2, 3, 4, 5
Tidak adanya kesempatan untuk mengemukakan pendapat. 6, 7, 8, 9, 10
Segala peraturan yang dibuat harus dipatuhi oleh anak. 11, 12, 13, 14, 15
Berorientasi pada hukuman. 16, 17, 18, 19, 20
Orangtua jarang memberikan hadiah ataupun pujian. 21, 22, 23, 24, 25
2. Adanya kesempatan bagi anak untuk berpendapat. 26, 27, 28, 29, 30
Hukuman diberikan akibat perilaku salah. 31, 32, 33, 34, 35
Memberi pujian dan atau hadiah kepada perilaku yang
benar.
36, 37, 38, 39, 40
Orangtua membimbing dan mengarahkan tanpa
memaksakan kehendak kepada anak.
41, 42, 43, 44, 54
Memberi penjelasan secara rasional jika pendapat anak tidak
sesuai.
46, 47, 48, 49, 50
Mempunyai pandangan masa depan yang jelas terhadap
anak.
51, 52, 53, 54, 55
3. Memberikan kebebasan penuh tanpa ada batasan dan aturan
dari orangtua.
56, 57, 58, 59, 60
Tidak adanya hadiah ataupun pujian meski anak berperilaku
sosial baik.
61, 62, 63, 64, 65
Tidak adanya hukuman meski anak melanggar peraturan. 66, 67, 68, 69, 70
Kurang kontrol terhadap perilaku dan kegiatan anak sehari-
hari.
71, 72, 73, 74, 75
Orangtua hanya berperan sebagai pemberi fasilitas. 76, 77, 78, 79, 80
ANGKET POLA ASUH ORANGTUA
SISWA KELAS II SMA NEGERI 1 BALAPULANG
TAHUN PELAJARAN 2004/2005
Petunjuk Pengisian
Di bawah ini terdapat sejumlah pernyataan tentang cara-cara orangtua mendidik
anak dalam keluarga. Anda diminta untuk menunjukkan kesesuaian antara pernyataan
tersebut dengan keadaan Anda sehari-hari, dengan cara memberi tanda silang (X) pada
salah satu pilihan jawaban yang tersedia.
Silanglah pada kolom di bawah ini:
SS : Apabila pernyataan tersebut Sangat Sesuai dengan keadaan yang Anda
rasakan.
S : Apabila pernyataan tersebut Sesuai dengan keadaan yang Anda rasakan.
TS : Apabila pernyataan tersebut Tidak Sesuai dengan keadaan yang Anda rasakan.
STS : Apabila pernyataan tersebut Sangat Tidak Sesuai dengan keadaan yang Anda
rasakan.
Setiap orang dapat mempunyai jawaban yang berbeda-beda berdasarkan keadaannya
masing-masing, oleh karena itu pilihlah jawaban yang paling sesuai dengan diri Anda,
karena tidak ada jawaban yang dianggap salah.
Contoh Pengisian
No PERNYATAAN
1. Orangtua tidak pernah mengijinkan saya menginap di rumah teman.
Lembar jawaban
NO.
ALTERNATIF PILIHAN
SS S TS STS
1 X
SELAMAT MENGERJAKAN
No. PERNYATAAN
1. Meskipun hari libur, orangtua melarang saya menonton acara TV hingga larut
malam.
2. Orangtua selalu mengatur waktu jam belajar saya.
3. Jika hendak bermain, tidak boleh pulang larut malam di atas pukul 21.30 malam.
4. Orangtua tidak pernah membatasi sampai jam berapa saya harus belajar.
5. Jika libur sekolah, orangtua membiarkan saya menonton acara TV seharian.
6. Jika saya terlambat pulang sekolah, orangtua selalu marah tanpa menanyakan
alasan keterlambatan ku.
7. Jika saya membeli sesuatu barang yang saya sukai, orangtua selalu marah tanpa
memberi kesempatan untuk beralasan.
8. Ketika orangtua saya sedang berbicara, saya tidak bisa menyela pembicaraannya.
9. Alasan apapun yang saya berikan, orangtua tidak bisa menerimanya.
10. Orangtua saya tidak pernah mempertimbangkan ide apapun saran yang saya
sampaikan.
11. Jika tidak ada kegiatan di sekolah, orangtua mengharuskan saya pulang tepat
waktu.
12. Meskipun tidak ada tugas sekolah, saya harus tetap belajar.
13. Saya tidak boleh bermain kerumah teman, sebelum mengerjakan pekerjaan rumah.
14. Orangtua tidak pernah membatasi jam berapa saya harus tiba di rumah.
15. Saya tidak pernah serius saat belajar.
16. Orangtua selalu mengatakan “Bodoh”, jika saya tidak dapat melakukan tugas yang
diberikan orangtua dengan baik.
17. Orangtua menyatakan “Pemalas”, jika saya tidak mengerjakan tugas rumah yang
diberikan orangtua.
18. Jika saya berbuat kesalahan, orangtua tidak segan-segan memukul meskipun itu
kesalahan kecil.
19. Saya akan mengerjakan tugas di rumah, jika saya tidak malas.
No. PERNYATAAN
20. Kesalahan yang saya lakukan adalah unsur ketidak sengajaan.
21. Jika saya memperoleh prestasi, orangtua tidak pernah memberi penghargaan
bahkan meminta saya untuk belajar lebih giat lagi.
22. Meskipun saya berhasil dalam belajar, orangtua saya tidak pernah memberi hadiah
apapun dengan alasan agar tidak manja.
23. Jika saya mendapat nilai yang bagus di kelas, orangtua meminta saya agar lebih
giat ditingkatkan lagi belajarnya, tanpa memberiku pujian apapun.
24. Memperoleh prestasi di kelas adalah suatu keharusan.
25. Hadiah ataupun pujian adalah sesuatu yang tidak mutlak harus diberikan orangtua
kepada anak.
26. Jika saya pulang terlalu malam, orangtua menanyakan alasan keterlambatan ku
tanpa menggunakan perkataan kasar.
27. Jika saya tidak mengerjakan tugas atau pekerjaan di rumah, orangtua menanyakan
tanpa memarahi ku.
28. Jika saya sedang berselisih pendapat dengan anggota keluarga, orangtua memberi
ku kesempatan untuk mengutaraknnya.
29. Meskipun dalam keluarga lebih mengutamakan musyawarah, namun saya tidak
pernah memanfaatkannya.
30. Karena orangtua tidak memarahi ku, maka saya tidak pernah mengerjakan tugas
yang diberikan kepada saya.
31. Orangtua tidak memberi uang saku, karena saya telah membolos sekolah.
32. Jika saya masih sering berkelahi dengan teman, maka orangtua akan
memindahkan saya ke sekolah lain.
33. Orangtua akan memberi hukuman, jika saya tidak melaksanakan nasehat yang
diberikan orangtua.
34. Hukuman yang diberikan orangtua adalah akibat dari kesalahan yang saya
lakukan.
35. Hukuman yang orangtua berikan merupakan beban berat bagi saya.
No. PERNYATAAN
36. Karena saya telah membantu saudara yang sedang mengalami kesusahan, maka
orangtua memberi ku pujian.
37. Orangtua selalu membneri hadiah terhadap hasil tes saya, meskipun nilainya
cukup.
38. Orangtua saya selalu memberi pujian, karena saya mampu menyelesaikan segala
pekerjaan di rumah dengan baik.
39. Membantu saudara yang kesusahan adalah suatu hal yang terpuji.
40. Saya tidak pernah mengharapkan pujian ataupun hadiah dari orangtua atas
perebuatan baik yang \saya lakukan.
41. Ketika saya meminta orangtua untuk bertukar fikiran, orangtua akan membantu
memecahkan masalahj saya, tetapi sayalah yang memutuskan jalan keluarnya.
42. Ketika saya mempunyai masalah dengan teman di sekolah, orangtua selalu
membantu memecahkan dan mengarahkan dengan baik.
43. Orangtua selalu mengarahkan, ketika saya mengalami kesulitan dalam
menentukan jurusan di sekolah.
44. Meskipun orangtua bersedia membantu memecahkan masalah yang saya hadapi,
namun saya tidak pernah mengutarakannya.
45. Bagi saya masalah yang muncul, bukanlah tanggung jawab orangtua.
46. Orangtua saya sel;alu menjelaskan arti pentingnya hidup berhemat.
47. Orangtua selalu memberi ku penjelasan tentang arti pentingnya melaksanakan
tugas dan tanggung jawab di ruamah.
48. Orangtua selalu menjelaskan kesalahan yang saya lakukan dengan rasional dan
objektif agar saya mengerti dan tidak mengulangi kesalahan saya.
49. Saya tidak pernah mengindahkan ucapan yang telah disampaikan oleh orangtua.
50. Meskipun orangtua telah memberiku penjelasan tentang apa yang seharusnya
dilakukan, namun saya tidak pernah melaksanakannya.
51. Orangtua menginginkan saya melanjutkan ke PT, asalkan saya rajin belajar.
52. Orangtua selalu menanyakan akan “kemana” setelah saya lulus sekolah nanti.
NO. PERNYATAAN
53. Meskipun tidak bisa melanjutkan ke PT, orangtua menginginkan saya mengikuti
kursus sesuai dengan kemampuan saya.
54. Saya tidak pernah berfikir untuk melanjutkan kuliah atau tidak, meskipun
orangtua meminta saya melanjutkan sekolah.
55. Meskipun orangtua menginginkan saya untuk melanjutkan kuliah ataupun kursus,
tapi semua keputusan ada di tangan saya.
56. Orangtua membiarkan saya bermain dengan teman, tanpa memperhatikan waktu
pulang.
57. Orangtua membebaskan saya untuk melakukan kegiatan apa saja di luar rumah,
tanpa harus meminta ijin dari orangtua.
58. Orangtua membebaskan saya untuk bergaul dengan siapa saja, walaupun temanku
berkepribadian jelak.
59. Saya selalu menghabiskan waktu di rumah untuk bermain dengan teman.
60. Saya tidak pernah meminta ijin pada orangtua setiap akan melakukan kegiatan
apa saja.
61. Orangtua tidak pernah memberi pujian, meski saya telah membantu teman yang
mengalami kesusahan.
62. Meskipun saya berbuat baik pada orang lain, orangtua tidak pernah memberiku
pujian dalam bentuk apapun.
63. Memperoleh prestasi ataupun tidak, orangtua saya tidak pernah memberiku
hadiah.
64. Bagiku tidak perlu mendapat nilai bagus, karena percuma saja orang5tua tidak
pernah memperdulikannya.
65. Bagi saya hanya sia-sia jika harus berbuat baik pada orang lain, jika orangtua
sendiri tidak memberi respon apapun terhadap niat baik saya.
66. Orangtua tidak marah, jika saya melakukan kesalahan sekecil apapun.
67. Orangtua tidak marah ,meskipun saya tidak mengerjakan tugas yang diberikan.
NO. PERNYATAAN
68. Meski saya sering terlambat kesekolah, tetapi orangtua tidak pernah memberiku
hukuman apapun.
69. Kesalahan yang dilakukan anak adalah suatu hal yang wajar.
70. Saya bebas melakukan apa saja yang saya inginkan tanpa takut orangtua marah.
71. Orangtua tidak pernah menanyakan, jika saya terlambat pulang sekolah.
72. Orangtua saya tidak memperdulikan, dengan siapa saya bergaul.
73. Orangtua saya tidak pernah menanyakan tentang kegiatan yang saya lakukan
sehari-hari.
74. Karena orangtua tidak pernah memperdulikan,sehingga saya selalu melakukan
kegiatan di luar rumah sesuka hati saya.
75. Saya melakukan kegiatan sendiri yang saya inginkan dan yang saya anggap
benar.
76. Jika saya menonton acara TV dan lupa belajar, orangtua tidak mengingatkan
saya.
77. Orangtua membiarkan saya mendengarkan musik di kamar, tanpa menanyakan
saya belajar atau tidak.
78. Orangtua menyerahkan sepenuhnya penggunaan uang saku saya, terserah untuk
apapun, orangtua tidak mau tahu.
79. Karena orangtua selalu menuruti segala keinginanku, sehingga saya bebas
meminta apa saja yang saya inginkan.
80. Saya bebas melakukan apa saja, asalkan tidak merugiakan orang lain.
TERIMA KASIH
ANGKET KEMANDIRIAN
SISWA KELAS II SMA NEGERI 1 BALAPULANG
TAHUN PELAJARAN 2004/2005
Petunjuk Pengisian
Di bawah ini terdapat sejumlah pernyataan tentang berbagai hal yang mungkin
berkaitan dengan kebiasaan yang Anda lakukan baik di rumah, sekolah, ataupun di
masyarakat. Anda diminta untuk menunjukkan kesesuaisn antara pernyataan tersebut
dengan kebiasaan Anda sehari-hari, dengan cara memberi tanda silang pada salah satu
pilihan jawaban yang tersedia.
Silanglah pada kolom di bawah ini:
SS : Apabila pernyataan tersebut Sangat Sesuai dengan keadaan yang Anda rasakan.
S : Apabila pertnyataan tersebut Sesuai dengan keadaan yang Anda rasakan.
TS : Apabila pernyataan tersebut Tidak Sesuai dengan keadaan yang Anda rasakan.
STS : Apabila pernyataan tersebut Sangat Tidak Sesuai denngan keadaan yang Anda
rasakan.
Setiap orang dapat mempunyai jawaban yang berbeda-beda berdasa\rkan keadaannya
masing-masing, oleh karena itu pilihlah jawaban yang paling sesuai dengan diri Anda,
karena tidak ada jawaban yang dianggap salah.
Contoh Pengisian
No PERNYATAAN
1. Meskipun ada kegiatan di sekolah, saya berusaha untuk tidak pulang larut malam.
Lembar Jawaban
NO.
ALTERNATIF PILIHAN
SS S TS STS
1. X
SELAMAT MENGERJAKAN
NO. PERNYATAAN
1. Setiap bangun tidur, saya membersihkan kamar dan menata tempat tidur.
2. Setiap pagi hari, saya membantu orangtua menyiapkan sarapan untuk keluarga.
3. Saya terbiasa menyapu halaman rumah, sebalum berangkat ke sekolah.
4. Saya tidak dapat menyelesaikan pekerjaan di rumah, tanpa bantuan dari saudara.
5. Merasa malas jika harus mengerjakan pekerjaan di rumah.
6. Saya terbiasa memadamkan lampu kamar pada saat tidur.
7. Setyiap belajar di amlam hari, saya menggunakan lampu belajar.
8. Menggunakan penerangan seperlunya di ruang dapur saat malam hari.
9. Menggunakan penerangan di kamar sesuka hati saya.
10. Membiarkan listrik menyakl;a di ruangan rumah, meski siang hari.
11. Mengatasi sendiri persoalan dengan teman, karena tidak ingin mwembebani
orangtua.
12. Menerima kritik yang diberikan anggota keluarga.
13. Dapat menyisihkan uang saku untuk membeli peraklatan tulis.
14. Saya merasa marah jika menda[pat kritik dan saran dari anggota keluarga.
15. Saya tidak dapat mengatasi pribadi sekecil apapun tanpa meminta bantuan dari
saudara.
16. Senang membaca buku di perpustakaan sekolah.
17. Membaca buku di perpustakaan jika ada jam pelajaran kosong.
18. Berhati-hati dalam menggunakan peralatan laboratorium di sekolah.
19. Merasa malas jika harus membaca buku di perpustakaan.
20. Jika ada jam pelajaran kosong, saya lebih senang pergi ke kantin dari pada ke
perpustakaan.
21. Memilih jurusan studi berdasarkan kemampuan yang dimiliki.
22. Memilih jurusan studi sesuai dengan cita-cita yang dimiliki.
23. Tidak sekedar ikut-ikut teman dalam memilih jurusan studi di sekolah
NO. PERNYATAAN
24. Memilih jurusan studi di bidang sosial, karena khawatir tidak mampu di bidang
eksak.
25. Meskipun tidak mampu, saya tetap memilih jurusan studi eksak agar telihat
pintar.
26. Mengumpulkan tugas yang diberikan bapak/ibu guru tepat waktu.
27. Tidak menyontek teman dalam mengerjakan tugas dari bapak/ibu guru.
28. Jujur dalam mengerjakan soal atau tes di sekolah.
29. Dalam mengumpulkan tugas sering terlambat dari batas waktu pengumpulan
yang telah ditentukan.
30. Saya tidak terbiasa mengerjakan tugas sendiri tanpa bantuan dari teman.
31. Mengikuti kegiatan keagamaan yang ada di lingkungan tempat tinggal secara
rutin.
32. Sering mengikuti kegiatan karang taruna di lingkungan tempat tinggal.
33. Menghindari perbuatan yang melanggar norma masyarakat, dengan tidak sering
pulang larut malam.
34. Merasa malas jika harus mengikuti kegiatan yang ada di lingkungan tempat
tinggal.
35. Mengikuti kegiatan di kampung karena terpaksa.
36. Menjalankan ibadah di tempat peribadatan di sekitar tempat tinggal.
37. Menabung di Bank terdekat di lingkungan tempat tinggal.
38. Memeriksakan ke puskesmas terdekat di sekitar tempat tinggal, jika ada salah
satu anggota keluarga sakit.
39. Memilih menyimpan uang di rumah dari pada di Bank.
40. Memilih beribadah di ruamah dari pada di tempat peribadatan umum.
41. Saya bisa merasakan kesedihan yan dirasakan oleh anggota keluarga yang lain.
42. Jika dalam keluarga mengalami suatu masalah, saya berusaha untuk mencari
solusinya.
43. Merasa senang jika dapat memberikan saran untuk persoalan dalam keluarga.
NO. PERNYATAAN
44. Memberi bantuan pada anggota keluarga yang lain jika diminta saja.
45. Tidak perduli terhadap masalah yang dihadapi anggota keluarga.
46. Membiasakan istirahat yang cukup dengan menghindari tidur larut malam.
47. Meskipun malam minggu, saya tidak terbiasa pulang larut malam.
48. Saya terbiasa bangun pada pukul 05.00 pagi.
49. Meskipun hari libur, saya merasa enggan untuk bangun pagi.
50. Menghabiskan malam minggu untuk bergadang.
51. Berusaha menjaga ketenangan kelas selama proses pembelajaran.
52. Melaksanakan piket kelas yang telah di jadwalkan secara rutin.
53. Mempersispkan alat dan sarana pembelajaran sebelum jam pelajaran dimulai.
54. Enggan datang lebih awal, meskipun hari itu adalah jadwal piket saya.
55. Ngobrol dengan teman pada saat bapak/ibu guru menerangkan.
56. Mengerjakan tugas secara suka rela di depan kelas.
57. Mengajukan pertanyaan tentang materi yang belum dipahami pada saat jam
pel;ajaran berlangsung.
58. Aktif dalam diskusi kelompok di kelas.
59. Enggan menanyakan kepada bapak/ibu guru meskipun belum paham.
60. Mengerjakan tugas di depan kelas jika diminta oleh bapak/ibu guru saja.
61. Ikut malaksanakan kerja bakti yang diadakan di lingkungan tempat tinggal.
62. Berusaha ikut menjaga dan memelihara kebersihan lingkungan dengan tidak
membuang sampah di sembarang tempat.
63. Berusaha mematuhi setiap peraturan yang ada di lingkungan Rt/Rw setempat.
64. Jika ada kegiatan kerja bakti di kampung, saya merasa malas untuk
mengikuktinya.
65. Merasa terpaksa mematuhi peraturan yang ada di lingkungan tempat tinggal.
66. Mengatur penataan ruang tamu di rumah secara berkala.
67. Dapat menciptakan tata ruang makan yang nyaman.
68. Dapat memodifikasi warna pada setiap ruangan rumah, agar terlihat lebih cerah.
NO. PERNYATAAN
69. Selama tata ruang di rumah tetap teratur, saya enggan untuk merubah posisi tata
ruang di rumah.
70. Saya akan menata pengaturan ruangan di rumah, jika keadaan ruangan sudah
tidak teratur.
71. Selalu mengikuti kegiatan ekstrakurikuler di sekolah.
72. Selalu hadir dalam kegiatan ekstrakurikuler sesuai jadwal.
73. Berpartisipasi dalam setiap perlombaan ekstrakurikukler antar sekolah.
74. Mengikuti kegiatan ekstrakurikuler karena terpaksa.
75. Mengikuti kegiatan ekstrakurikuler hanya ikut-ikukt teman saja.
76. Ikut serta dalam perbaikan jalan di lingkungan tempat tinggal.
77. Ikut dalam keopanitiaan HUT RI yang diadakan di kampung.
78. Ikut membersihkan tempat ibadah di lingkungan tempat tingggal.
79. Merasa enggan mengikuti kegiatan yang ada di lingkungan tempat tinggal.
80. Mengikuti kegiatan kebersihan di lingkungan tempat tinggal karena terpaksa.
TERIMA KASIH
LEMBAR JAWAB ANGKET KEMANDIRIAN
NO
ALTERNATIF PILIHAN
NO
ALTERNATIF PILIHAN
SS S TS STS SS S TS STS
1. 21.
2. 22.
3. 23.
4. 24.
5. 25.
6. 26.
7. 27.
8. 28.
9. 29.
10. 30.
11. 31.
12. 32.
13. 33.
14. 34.
15. 35.
16. 36.
17. 37.
16. 38.
19. 39.
20. 40.
LEMBAR JAWAB ANGKET KEMANDIRIAN
NO
ALTERNATIF PILIHAN
NO
ALTERNATIF PILIHAN
SS S TS STS SS S TS STS
41. 61.
42. 62.
43. 63.
44. 64..
45. 65.
46. 66.
47. 67.
48. 68.
49. 69.
50. 70.
51. 71.
52. 72.
53. 73.
54. 74.
55. 75.
56. 76.
57. 77.
58. 78.
59. 79.
60. 80.
LEMBAR JAWAB ANGKET POLA ASUH ORANGTUA
NO
ALTERNATIF PILIHAN
NO
ALTERNATIF PILIHAN
SS S TS STS SS S TS STS
1. 21.
2. 22.
3. 23.
4. 24.
5. 25.
6. 26.
7. 27.
8. 28.
9. 29.
10. 30.
11. 31.
12. 32.
13. 33.
14. 34.
15. 35.
16. 46.
17. 37.
18. 38.
19. 39.
20. 40.
LEMBAR JAWAB ANGKET POLA ASUH ORANGTUA
NO
ALTERNATIF PILIHAN
NO
ALTERNATIF PILIHAN
SS S TS STS SS S TS STS
41. 61.
42. 62.
43. 63.
44. 64.
45. 65.
46. 66.
47. 67.
48. 68.
49. 69.
50. 70.
51. 71.
52. 72.
53. 73.
54. 74.
55. 75.
56. 76.
57. 77.
58. 78.
59. 79.
60. 80.
Lampiran:
Kisi-Kisi Pengembangan Uji Coba Instrumen Penelitian Tentang Kemandirian
No
Lingkungan
Aspek
Kemandirian
Keluarga
(a)
Sekolah
(b)
Masyarakat
(c)
1. Berfikir - Mampu
mengerjakan
tugas dan
kewajiban di
rumah secara
rutin.
- Mampu
menggunakan
fasilitas di rumah
secara teratur.
- Mampu
menyelesaikan
setiap
permasalahan
yang muncul
dalam keluarga.
- Mampu
memanfaatkan
sarana belajar di
sekolah secara
baik.
- Mampu
menentukan
alternatif jurusan di
sekolah secara
rasional.
- Mampu
menyelesaikan
tugas yang
diberikan oleh
guru.
- Mampu
menentukan
alternatif
kegiatan yang
diadakan di
lingkungan
masyarakat.
- Mampu
memanfaatkan
dengan baik
dan positif
sarana yang
ada di
lingkungan
masyarakat.
2. Merasakan - Mampu
memberikan
tanggapan
terhadap
musyawarah
dalam keluarga.
- Mampu
menciptakan
pola hidup sehat
dalam keluarga.
- Mampu
menciptakan
suasana belajar
yang kondusif di
kelas.
- Aktif di dalam
proses belajar di
kelas.
- Mampu
menciptakan
dan
memelihara
lingkungan
masyarakat
dengan baik.
3. Melakukan - Mampu dalam
pengaturan tata
ruang di rumah
dalam keluarga.
- Aktif dalam
kegiatan
ekstrakurikuler di
sekolah.
- Aktif dalam
setiap kegiatan
sosial di
masyarakat.
No. Aspek No. Item Jumlah
1. Mampu mengerjakan tugas dan
kewajiban di rumah secara rutin.
1, 2, 3, 4, 5 5
Mampu menggunakan fasilitas di rumah
secara teratur.
6, 7, 8, 9, 10 5
Mampu menyelesaikan setiap
permasalahan yang muncul dalam
keluarga.
11, 12, 13, 14, 15 5
Mampu memanfaatkan sarana belajar di
kelas.
16, 17, 18, 19, 20 5
Mampu menentukan alternatif jurusan
di sekolah.
21, 22, 23, 24, 25 5
Mampu menyelesaikan tugas yang
diberikan oleh guru.
26, 27, 28, 29, 30 5
Mampu menentukan alternatif kegiatan
yang diadakan di lingkungan
masyarakat.
31, 32, 33, 34, 35 5
Mampu memanfaatkan dengan baik dan
positif sarana yang ada di lingkungan
masyarakat.
36, 37, 38, 39, 40
5
2. Mampu memberikan tanggapan
terhadap musyawarah dalam keluarga.
41, 42, 43, 44, 45 5
Mampu menciptakan pola hidup sehat
dalam keluarga.
46, 47, 48, 49, 50 5
Mampu menciptakan suasana belajar
yang kondusif di kelas.
51, 52, 53, 54, 55 5
Aktif dalam proses belajar di kelas. 56, 57, 58, 59, 60
5
Mampu menciptakan dan memelihara
lingkungan masyarakat dengan baik.
61, 62, 63, 64, 65 5
3. Mampu dalam pengaturan tata ruang di
rumah dalam keluarga.
66, 67, 68, 69 70 5
Aktif dalam kegiatan ekstrakurikuler di
sekolah.
71, 72, 73, 74, 75 5
Aktif dalam setiap kegiatan sosial di
masyarakat.
76, 77, 78, 79, 80 5
Jumlah Item
80
Lampiran : 1
Kisi-Kisi Pengembangan Uji Coba Instrumen Penelitian Tentang Pola Asuh Orangtua
Kisi-kisi pengembangan instrumen tersebut diturunkan dari teori-teori para ahli
psikologi yang dipaparkan pada halaman 17,18,19,20,21.
No.
Ahli
Ciri
Pola Asuh
Orangtua
Hurlock
Singgih.D.
Gunarsa
Tembong.P
1. Otoriter a. Orangtua
menerapkan
peraturan yang
ketat.
b. Tidak adanya
kesempatan
untuk
mengemukakan
pendapat.
c. Segala
peraturan yang
dibuat harus
dipatuhi oleh
anak.
d. Berorientasi
pada hukuman
(fisik maupun
verbal).
e. Orangtua jarang
memberikan
hadiah ataupun
pujian.
f. Jika tidak
mematuhi
akan diancam
dan dihukum.
a. Orangtua
menerapkan
peraturan
yang ketat.
b. Tidak
adanya
kesempatan
untuk
mengemuka
kan
pendapat.
c. Segala
peraturan
yang dibuat
harus
dipatuhi
oleh anak.
d. Berorientasi
pada
hukuman
(fisik
maupun
verbal).
e. Orangtua
jarang
memberikan
hadiah
ataupun
pujian.
No.
Ahli
Ciri
Pola Asuh
Orangtua
Hurlock
Singgih. D.
Gunarsa
Tembonng.P
2. Demokratis a. Adanya
kesempatan
kepada anak
untuk
berpendapat.
b. Hukuman
diberikan kepada
perilaku salah.
c. Memberi pujian
ataupun hadiah
kepada perilaku
yang benar.
d. Memperlihat
kan dan
menghargai
kebebasan
yang tidak
mutlak
dengan
bimbingan
yang penuh
pengertian.
e. Memberi
penjelasan
secara
rasional
jika
pendapat
anak tidak
sesuai.
f. Mempunyai
pandangan
masa depan
yang jelas
terhadap anak.
a. Adanya
kesempatan
bagi anak
untuk
berpendapat.
b. Hukuman
diberikan
akibat perilaku
salah.
c. Memberi
pujian dan
atau hadiah
kepada
perilaku yang
benar.
d. Orangtua
membimbing
dan
mengarahkan
tanpa
memaksakan
kehendak
kepada anak.
e. Orangtua
memberi
penjelasan
secara rasional
jika pendapat
anak tidak
sesuai.
f. Orangtua
mempunyai
pandangan
masa depan
yang jelas
terhadap anak.
No.
Ahli
Ciri
Pola Asuh
Orangtua
Hurlock
Singgih. D.
Gunarsa
Tembong. P
3. Permissif a. Memberikan
kebebasan
penuh tanpa
ada batasan
dan aturan dari
orangtua.
b. Tidak adanya
hadiah
ataupun pujian
meski anak
berperilaku
sosial baik.
c. Tidak adanya
hukuman
meski anak
melanggar
peraturan.
d. Orangtua
kurang
kontrol
terhadap
perilaku
anak.
e. Orangtua
hanya
berperan
sebagai
pemberi
fasilitas.
f. Orangtua tidak
mengetahui
kegiatan anak
sehari-hari.
a. Memberikan
kebebasan
kepada anak
tanpa ada
batasan dan
aturan dari
orangtua.
b. Anak tidak
mendapatkan
hadiah
ataupun pujian
meskipun anak
berperilaku
sosial baik.
c. Anak tidak
mendapatkan
hukuman
meski anak
melangar
peraturan.
d. Orangtua
kurang kontrol
terhadap
perilaku dan
kegiatan anak
sehari-hari.
e. Orangtua
hanya
berperan
sebagai
pemberi
fasilitas.
Variabel
Sub Variabel
Indikator
No. Item
Jumlah
Pola Asuh
Orangtua
1. Otoriter
2. Demokratis
a Orangtua menerapkan
peraturan yangketat.
b. Tidak adanya
kesempatan untuk
mengemukakan
pendapat.
c. Segala peraturan yang
dibuat harus dipatuhi
oleh anak.
d. Berorientasi pada
hukuman (fisik maupun
verbal).
e. Orangtua jarang
memberikan hadiah
ataupun pujian.
a. Adanya kesempatan
bagi anak untuk
berpendapat.
b. Hukuman diberikan
akibat perilaku salah.
c. Memberi pujian dan
atau hadiah kepada
perilaku yang benar.
d. Orangtua membimbing
dan mengarahkan tanpa
memaksakan kehendak
kepada anak.
e. Orangtua memberi
penjelasan secara
rasional jika pendapat
anak tidak sesuai.
f. Orangtua mempunyai
pandangan masa depan
yang jelas terhadap
anak.
1, 2, 3, 4, 5
6, 7, 8, 9, 10
11, 12, 13, 14, 15
16, 17, 18, 19, 20
21, 22, 23, 24, 25
26, 27, 28, 29, 30
31, 32, 33, 34, 35
36, 37, 38, 39, 40
41, 42, 43, 44, 45
46, 47, 48, 49, 50
51, 52, 53, 54, 55
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
Variabel
Sub Variabel
Indikator
No. Item
Jumlah
Pola Asuh
Orangtua
3. Permissif
a Orangtua
memberikan
kebebasan penuh
kepada anak tanpa
ada batasan dan
aturan dari
orangtua.
b. Anak tidak
mendapatkan
hadiah ataupun
pujian meskipun
anak berperilaku
sosial baik.
c. Anak tidak
mendapatkan
hukuman meski
anak melanggar
peraturan.
d. Orangtua kurang
kontrol terhadap
perilaku dan
kegiatan anak
sehari-hari.
e. Orangtua hanya
berperan sebagai
pemberi fasilitas.
56, 57, 58,
59, 60
61, 62, 63,
64, 65
66, 67, 68,
69, 70,
71, 72, 73,
74, 75
76, 77, 78,
79, 80
5
5
5
5
5
No Variabel / Sub Variabel / Indikator Item
1. Menerapkan peraturan yang ketat. 1, 2, 3, 4, 5
Tidak adanya kesempatan untuk mengemukakan
pendapat.
6, 7, 8, 9, 10
Segala peraturan yang dibuat harus dipatuhi oleh anak. 11, 12, 13, 14, 15
Berorientasi pada hukuman (fisik maupun verbal). 16, 17, 18, 19, 20
Orangtua jarang memberikan hadiah ataupun pujian. 21, 22, 23, 24, 25
2. Adanya kesempatan bagi anak untuk berpendapat. 26, 27, 28, 29, 30
Hukuman diberikan akibat perilaku salah. 31, 32, 33, 34, 35
Memberi pujian dan atau hadiah kepada perilaku yang
benar.
36, 37, 38, 39, 40
Orangtua membimbing dan mengarahkan tanpa
memaksakan kehendak kepada anak.
41, 42, 43, 44, 54
Orangtua memberi penjelasan secara rasional jika
pendapat anak tidak sesuai.
46, 47, 48, 49, 50
Orangtua mempunyai pandangan masa depan yang jelas
terhadap anak.
51, 52, 53, 54, 55
3. Orangtua memberikan kebebasan penuh kepada anak
tanpa ada batasan dan aturan dari orangtua.
56, 57, 58, 59, 60
Anak tidak mendapatkan hadiah ataupun pujian meskipun
anak berperilaku sosial baik.
61, 62, 63, 64, 65
Anak tidak mendapatkan hukuman meski anak melanggar
peraturan.
66, 67, 68, 69, 70
Orangtua kurang kontrol terhadap perilaku dan kegiatan
anak sehari-hari.
71, 72, 73, 74, 75
Orangtua hanya berperan sebagai pemberi fasilitas. 76, 77, 78, 79, 80
ANGKET POLA ASUH ORANGTUA
SISWA KELAS II SMA NEGERI 1 BALAPULANG
TAHUN PELAJARAN 2004/2005
Petunjuk Pengisian
Di bawah ini terdapat sejumlah pernyataan tentang cara-cara orangtua
mendidik anak dalam keluarga. Anda diminta untuk menunjukkan kesesuaian antara
pernyataan tersebut dengan keadaan Anda sehari-hari, dengan cara memberi tanda
silang (X) pada salah satu pilihan jawaban yang tersedia.
Silanglah pada kolom di bawah ini:
SS : Apabila pernyataan tersebut “sangat sesuai” dengan keadaan Anda.
S : Apabila pernyataan tersebut “sesuai” dengan keadaan Anda.
TS : Apabila pernyataan tersebut “tidak sesuai” dengan keadaan Anda.
STS : Apabila pernyataan tersebut “sangat tidak sesuai” dengan keadaan Anda.
Tidak ada jawaban yang benar atau salah, yang ada adalah sesuai atau tidak sesuai,
oleh sebab itu jawablah sesuai dengan keadaan diri Anda masing-masing.
Contoh Pengisian
NO PERNYATAAN
1. Orangtua tidak pernah mengijinkan saya menginap di rumah teman.
Lembar jawaban
NO.
ALTERNATIF PILIHAN
SS S TS STS
1 X
SELAMAT MENGERJAKAN
NO. PERNYATAAN
1. Meskipun hari libur, orangtua saya melarang saya menonton acara TV hingga
larut malam.
2. Orangtua saya selalu mengatur jam berapa saya harus belajar bahkan tidur.
3. Jika saya hendak bermain, orangtua melarang saya pulang hingga larut malam
di atas pukul 21.30 malam.
4. Orangtua saya tidak pernah membatasi sampai jam berapa saya harus belajar.
5. Jika libur sekolah, orangtua membiarkan saya menonton acara TV sehari
penuh.
6. Jika saya terlambat pulang sekolah, orangtua selalu marah tanpa menanyakan
alasan keterlambatanku.
7. Jika saya membeli sesuatu yang saya sukai, orangtua selalu marah tanpa
memberi kesempatan untuk kepada saya untuk menjelaskan alasannya.
8. Ketika orangtua saya sedang berbicara, hampir tidak ada kesempatan bagi
saya untuk mengemukakan ide ataupun saran.
9. Alasan apapun yang saya berikan, orangtua tidak pernah bisa menerimanya.
10. Orangtua saya tidak pernah mempertimbangkan ide ataupun saran yang saya
sampaikan.
11. Jika tidak ada kegiatan di sekolah, orangtua mengharuskan saya pulang tepat
waktu.
12. Meskipun tidak ada tugas sekolah, orangtua saya masih mengharuskan saya
untuk belajar.
13. Saya tidak boleh bermain ke rumah teman, sebelum menyelesaikan pekerjaan
rumah.
14. Orangtua saya tidak pernah membatasi jam berapa saya harus tiba di rumah.
15. Meskipun orangtua saya menetapkan adanya jadwal saya harus belajar, tetapi
orangtua saya tidak pernah melakukan kontrol, apakah saya belajar atau tidak.
16. Orangtua saya selalu mengatakan “Bodoh”, jika saya tidak dapat melakukan
tugas yang diberikan kepada saya dengan baik.
17. Orangtua saya mengatakan “Pemalas”, jika saya tidak mengerjakan tugas
rumah yang diberikan kepada saya.
18. Orangtua saya tidak segan-segan memukul, meskipun saya melakukan
kesalahan kecil.
19. Orangtua tidak memarahi saya, ketika saya malas belajar.
20. Orangtua menghargai keputusan saya, ketika saya malas belajar.
21. Jika saya memperoleh prestasi, orangtua saya tidak pernah memberi
penghargaan.
22. Orangtua tidak memperdulikan karier saya ke depan.
23. Jika saya mendapat nilai bagus, orangtua tidak pernah memberikan pujian
apapun.
24. Orangtua saya selalu memberikan pujian, ketika saya memperoleh nilai
bagus.
25. Orangtua saya sering memberikan pujian, jika saya dapat menyelesaikan
pekerjaan dengan baik.
26. Jika saya pulang terlalu malam, orangtua menanyakan alasan keterlambatanku
tanpa menggunakan perkataan kasar.
27. Jika saya tidak mengerjakan tugas atau pekerjaan di rumah, orangtua
menanyakan alasannya tanpa memarahiku.
28. Jika saya sedang berselisih pendapat dengan anggota keluarga, orangtua
memberiku kesempatan untuk menjelaskan masalahnya.
29. Orangtua saya tidak pernah memberikan kesempatan kepada saya, untuk
menjelaskan kesalahan yang telah saya lakukan.
30. Saya tidak suka dengan orangtua saya, yang tidak pernah mendengarkan
pendapat.
31. Orangtua saya tidak memberi uang saku, karena saya telah membolos
sekolah.
32. Jika saya masih sering berkelahi dengan teman, maka orangtua akan
memindahkan saya ke sekolah lain.
33. Orangtua saya akan memberikan hukuman, jika saya tidak melaksanakan
nasehat yang diberikan kepada saya.
34. Orangtua saya tidak pernah memarahi, meskipun saya berbuat salah.
35. Orangtua saya tidak pernah marah, ketika saya pulang larut malam.
36. Orangtua saya memberikan pujian, ketika saya telah membantu saudara yang
sedang mengalami kesusahan.
37. Orangtua saya selalu memberi hadiah, setelah saya menerima raport
meskipun nilainya cukup.
38. Orangtua saya selalu memberi pujian, karena saya mampu menyelesaikan
segala pekerjaan di rumah dengan baik.
39. Saya belum pernah mendapatkan hadiah, ketika saya mendapat ranking di
kelas.
40. Saya jarang mendapatkan pujian dari orangtua.
41. Ketika saya bercerita tentang permasalahan yang saya alami, orangtua saya
selalu membantu memecahkan masalah saya, tetapi sayalah yang
memutuskan jalan keluarnya.
42. Ketika saya mempunyai masalah dengan teman di sekolah, orangtua selalu
membantu memecahkan dan mengarahkan dengan baik
43. Orangtua selalu mengarahkan, ketika saya mengalami kesulitan dalam
menentukan jurusan di sekolah.
44. Saya harus melakukan sesuatu yang diinginkan oleh orangtua.
45. Orangtua saya tidak mau tahu dengan permasalahan yang saya alami.
46. Orangtua saya selalu menjelaskan arti pentingnya hidup berhemat.
47. Orangtua saya memberikan penjelasan, tentang arti pentingnya melaksanakan
tugas dan tanggung jawab di rumah.
48. Orangtua saya selalu menjelaskan secara rasional dan objektif, tentang
kesalahan yang saya lakukan, agar saya mengerti dan tidak mengulanginya
lagi.
49. Orangtua saya tidak mau menjelaskan letak kesalahan saya, ketika saya
berbuat salah.
50. Orangtua saya lebih suka mendiamkan ketika saya berbuat salah.
51. Orangtua menginginkan saya melanjutkan ke Perguruan Tinggi, asalkan saya
rajin belajar.
52. Orangtua saya selalu menanyakan “akan ke mana” setelah saya lulus sekolah
nanti.
53. Meskipun saya tidak bisa melanjutkan ke Perguruan Tinggi, orangtua
menginginkan saya mengikuti kursus sesuai dengan kemampuan saya.
54. Orangtua melarang saya untuk melanjutkan ke Perguruan Tinggi.
55. Orangtua saya tidak peduli terhadap masa depan saya.
56. Orangtua membiarkan saya bermain dengan teman, tanpa memperhatikan
waktu pulang.
57. Orangtua membebaskan saya, untuk melakukan kegiatan apa saja di luar
rumah, tanpa harus meminta ijin dari orangtua.
58. Orangtua membebaskan saya, untuk bergaul dengan siapa saja, walaupun
temanku berkepribadian tidak bagus.
59. Orangtua melarang saya bergaul dengan orang yang berkepribadian tidak
bagus.
60. Orangtua saya tidak mengijinkan saya, keluar rumah di malam minggu.
61. Orangtua tidak pernah memberi pujian, meski saya telah membantu teman
yang mengalami kesusahan.
62. Meskipun saya berbuat baik kepada orang lain, namun orangtua saya tidak
pernah memberikan pujian dalam bentuk apapun.
63. Saya tidak pernah mendapatkan hadiah dari orangtua sekalipun saya
berprestasi.
64. Orangtua sering memuji saya, karena saya bisa membantu meringankan
beban saudara.
65. Saya sering dipuji oleh orangtua, karena saya berbuat baik pada orang lain.
66. Orangtua saya tidak pernah marah, jika saya melakukan kesalahan sekecil
apapun.
67. Orangtua saya tidak pernah marah, meskipun saya tidak pernah mengerjakan
tugas yang diberikan kepada saya.
68. Meskipun saya sering terlambat kesekolah, orangtua tidak pernah
memberikan hukuman.
69. Orangtua mengunci saya di dalam kamar, jika diketahui saya membolos
sekolah.
70. Saya pernah diusir oleh orangtua, karena saya berkelahi dengan teman.
71. Orangtua saya tidak pernah menanyakan, alasan mengapa saya terlambat
pulang sekolah.
72. Orangtua saya tidak pernah memperdulikan, dengan siapa saya bergaul.
73. Orangtua saya tidak pernah menanyakan, tentang kegiatan yang saya lakukan
sehari-hari.
74. Orangtua saya sangat memperhatikan, dengan kegiatan yang saya lakukan.
75. Orangtua saya sering menanyakan perilaku saya di sekolah kepada guru saya.
76. Jika saya menonton acara TV dan lupa belajar, orangtua saya tidak
mengingatkan.
77. Orangtua membiarkan saya untuk mendengarkan musik di kamar, tanpa
menanyakan apakah saya belajar atau tidak.
78. Orangtua saya menyerahkan sepenuhnya penggunaan uang saku kepada saya.
79. Orangtua melarang saya menggunakan VCD player.
80. Orangtua saya mendampingi, ketika saya menonton acara TV.
TERIMA KASIH
ANGKET KEMANDIRIAN
SISWA KELAS II SMA NEGERI 1 BALAPULANG
TAHUN PELAJARAN 2004/2005
Petunjuk Pengisian
Di bawah ini terdapat sejumlah pernyataan tentang berbagai hal yang
mungkin berkaitan dengan kebiasaan yang Anda lakukan baik di rumah, sekolah,
ataupun di masyarakat. Anda diminta untuk menunjukkan kesesuaian antara
pernyataan tersebut dengan kebiasaan Anda sehari-hari, dengan cara memberi tanda
silang (X) pada salah satu pilihan jawaban yang tersedia.
Silanglah pada kolom di bawah ini:
SS : Apabila pernyataan tersebut “sangat sesuai”dengan keadaan Anda.
S : Apabila pertnyataan tersebut “sesuai” dengan keadaan yang Anda rasakan.
TS : Apabila pernyataan tersebut “tidak sesuai” dengan keadaan Anda.
STS : Apabila pernyataan tersebut “sangat tidak sesuai” dengan keadaan Anda.
Tidak ada jawaban yang benar atau salah, yang ada adalah sesuai atau tidak sesuai,
oleh sebab itu jawablah sesuai dengan keadaan diri Anda masing-masing.
Contoh Pengisian
NO. PERNYATAAN
1. Meskipun ada kegiatan di sekolah, saya berusaha untuk tidak pulang larut malam.
Lembar Jawaban
NO.
ALTERNATIF PILIHAN
SS S TS STS
1. X
SELAMAT MENGERJAKAN
NO PERNYATAAN
1. Setiap bangun tidur, saya membersihkan kamar dan menata tempat tidur.
2. Setiap pagi hari, saya membantu orangtua menyiapkan sarapan untuk keluarga.
3. Saya terbiasa menyapu halaman rumah, sebalum berangkat ke sekolah.
4. Saya tidak dapat menyelesaikan pekerjaan di rumah, tanpa bantuan dari saudara.
5. Saya merasa malas jika harus mengerjakan pekerjaan di rumah.
6. Saya terbiasa memadamkan lampu kamar pada saat tidur.
7. Setyia Setiap belajar di malam hari, saya menggunakan lampu belajar.
8. Saat malam hari, saya menggunakan penerangan seperlunya di ruang dapur.
9. Saya menggunakan penerangan di kamar sesuka hati saya.
10. Saya membiarkan listrik menyala di ruangan rumah, meski siang hari.
11. Saya mengatasi sendiri persoalan dengan teman, karena tidak ingin membebani
orangtua.
12. Saya menerima kritik yang diberikan anggota keluarga.
13. Dapat menyisihkan uang saku saya untuk membeli peralatan tulis.
14. Saya marah jika mendapat kritik dan saran dari anggota keluarga.
15. Saya tidak dapat mengatasi masalah pribadi sekecil apapun tanpa bantuan dari
saudara.
16. Saya senang membaca buku di perpustakaan sekolah.
17. Saya membaca buku di perpustakaan jika ada jam pelajaran kosong.
18. Saya berhati-hati dalam menggunakan peralatan laboratorium di sekolah.
19. Saya merasa malas jika harus membaca buku di perpustakaan.
20. Jika ada jam pelajaran kosong, saya lebih senang pergi ke kantin dari pada ke
perpustakaan.
21. Memilih jurusan studi berdasarkan kemampuan yang saya miliki.
22. Memilih jurusan studi sesuai dengan cita-cita yang saya miliki.
23. Dalam memilih jurusan studi di sekolah, saya tidak sekedar ikut-ikut teman.
24. Saya memilih jurusan studi di bidang sosial, karena saya khawatir tidak mampu
di bidang eksak.
25. Meskipun saya tidak mampu, saya tetap memilih jurusan studi eksak agar telihat
pintar.
26. Saya mengumpulkan tugas yang diberikan bapak/ibu guru tepat waktu.
27. Saya tidak menyontek teman dalam mengerjakan tugas dari bapak/ibu guru.
28. Dalam mengerjakan soal atau tes di sekolah, saya berusaha tidak melihat teman
di samping kanan kiri saya.
29. Dalam mengumpulkan tugas, saya sering terlambat dari batas waktu
pengumpulan yang telah ditentukan.
30. Saya tidak terbiasa mengerjakan tugas tanpa bantuan dari teman.
31. Saya mengikuti kegiatan keagamaan yang ada di lingkungan tempat tinggal saya
secara rutin.
32. Saya sering mengikuti kegiatan karang taruna di lingkungan tempat tinggal.
33. Saya menghindari perbuatan yang melanggar norma masyarakat, dengan tidak
sering pulang larut malam.
34. Saya merasa malas jika harus mengikuti kegiatan yang ada di lingkungan tempat
tinggal.
35. Saya mengikuti kegiatan di kampung karena terpaksa.
36. Saya menjalankan ibadah di tempat peribadatan di sekitar tempat tinggal.
37. Saya menabung di Bank terdekat di lingkungan tempat tinggal.
38. Saya memeriksakan ke puskesmas terdekat di sekitar tempat tinggal, jika ada
salah satu anggota keluarga saya sakit.
39. Saya memilih menyimpan uang di rumah dari pada di Bank.
40. Saya memilih beribadah di rumah dari pada di tempat peribadatan umum.
41. Saya bisa merasakan kesedihan yang dirasakan oleh anggota keluarga yang lain.
42. Jika dalam keluarga mengalami suatu masalah, saya berusaha untuk mencari
solusinya.
43. Saya merasa senang jika dapat memberikan saran untuk persoalan dalam
keluarga.
44. Saya memberikan bantuan pada anggota keluarga yang lain jika diminta saja.
45. Saya tidak perduli terhadap masalah yang dihadapi anggota keluarga.
46. Saya membiasakan istirahat yang cukup dengan menghindari tidur larut malam.
47. Meskipun malam minggu, saya tidak terbiasa pulang larut malam.
48. Saya terbiasa bangun pada pukul 05.00 pagi.
49. Meskipun hari libur, saya merasa enggan untuk bangun pagi.
50. Saya menghabiskan malam minggu untuk bergadang.
51. Saya berusaha menjaga ketenangan kelas selama proses pembelajaran.
52. Saya melaksanakan tugas piket kelas yang telah di jadwalkan secara rutin.
53. Saya mempersiapkan alat dan sarana pembelajaran sebelum jam pelajaran
dimulai.
54. Saya enggan datang lebih awal, meskipun hari itu adalah jadwal piket saya.
55. Saya senang ngobrol dengan teman pada saat bapak/ibu guru menerangkan.
56. Saya mengerjakan tugas secara suka-rela di depan kelas.
57. Saya mengajukan pertanyaan tentang materi yang belum saya pahami pada saat
jam pelajaran berlangsung.
58. Saya aktif dalam diskusi kelompok di kelas.
59. Saya enggan menanyakan kepada bapak/ibu guru meskipun saya belum paham
tentang materi yang diberikan.
60. Saya mengerjakan tugas di depan kelas jika diminta oleh bapak/ibu guru saja.
61. Saya ikut malaksanakan kerja bakti yang diadakan di lingkungan tempat tinggal.
62. Saya berusaha ikut menjaga dan memelihara kebersihan lingkungan dengan
tidak membuang sampah di sembarang tempat.
63. Saya berusaha mematuhi setiap peraturan yang ada di lingkungan Rt/Rw
setempat.
64. Jika ada kegiatan kerja bakti di kampung, saya merasa malas untuk
mengikutinya.
65. Saya merasa terpaksa mematuhi peraturan yang ada di lingkungan tempat
tinggal.
66. Saya dapat mengatur penataan ruang tamu di rumah secara berkala.
67. Saya dapat menciptakan tata ruang makan yang nyaman di rumah.
68. Saya dapat memodifikasi warna pada setiap ruangan rumah, agar terlihat lebih
cerah.
69. Saya enggan untuk merubah posisi tata ruang di rumah, selama tata ruang di
rumah saya tetap teratur.
70. Saya akan menata pengaturan ruangan di rumah, jika keadaan ruangan sudah
tidak teratur.
71. Saya selalu mengikuti kegiatan ekstrakurikuler di sekolah.
72. Saya selalu hadir dalam kegiatan ekstrakurikuler sesuai jadwal.
73. Saya ikut berpartisipasi dalam setiap perlombaan ekstrakurikukler antar sekolah.
74. Saya mengikuti kegiatan ekstrakurikuler karena terpaksa.
75. Saya mengikuti kegiatan ekstrakurikuler hanya ikut-ikut teman saja.
76. Saya ikut serta dalam perbaikan jalan di lingkungan tempat tinggal.
77. Saya ikut dalam kepanitiaan HUT RI yang diadakan di kampung.
78. Saya ikut membersihkan tempat ibadah di lingkungan tempat tingggal.
79. Saya merasa enggan mengikuti kegiatan yang ada di lingkungan tempat tinggal.
80. Saya mengikuti kegiatan kebersihan di lingkungan tempat tinggal saya karena
terpaksa.
TERIMA KASIH
LEMBAR JAWAB ANGKET KEMANDIRIAN
NO
ALTERNATIF PILIHAN
NO
ALTERNATIF PILIHAN
SS S TS STS SS S TS STS
1. 41.
2. 42.
3. 43.
4. 44.
5. 45.
6. 46.
7. 47.
8. 48.
9. 49.
10. 50.
11. 51.
12. 52.
13. 53.
14. 54.
15. 55.
16. 56.
17. 57.
18. 58.
19. 59.
20. 60.
21. 61.
22. 62.
23. 63.
24. 64..
25. 65.
26. 66.
27. 67.
28. 68.
29. 69.
30. 70.
31. 71.
32. 72.
33. 73.
34. 74.
35. 75.
36. 76.
37. 77.
38. 78.
39. 79.
40. 80.
LEMBAR JAWAB ANGKET POLA ASUH ORANGTUA
NO
ALTERNATIF PILIHAN
NO
ALTERNATIF PILIHAN
SS S TS STS SS S TS STS
1. 41.
2. 42.
3. 43.
4. 44.
5. 45.
6. 46.
7. 47.
8. 48.
9. 49.
10. 50.
11. 51.
12. 52.
13. 53.
14. 54.
15. 55.
16. 56.
17. 57.
18. 58.
19. 59.
20. 60.
21. 61.
22. 62.
23. 63.
24. 64..
25. 65.
26. 66.
27. 67.
28. 68.
29. 69.
30. 70.
31. 71.
32. 72.
33. 73.
34. 74.
35. 75.
36. 76.
37. 77.
38. 78.
39. 79.
40. 80.