kodeki oke oke

7
KODEKI Definisi KODEKI: Pedoman yang berisi norma, azas, dan kewajiban-kewajiban umum yang harus dilaksanakan seorang dokter ketika menjalankan profesinya yang harus diterapkan kepada pasiennyaPenerapan KODEKI tertuang dalam SK PB IDI No. 221/PB/A.4/04/2002 tanggal 19 April 2002. KODEKI pertama kali disusun tahun 1969 dalam Musyawarah Kerja Susila Kedokteran Indonesia. Tujuan KODEKI 1.Untuk meningkatkan mutu profesi. 2.Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggota 3.Menentukan baku standarnya sendiri 4.Untuk meningkat mutu organisasi profesi. Landasan KODEKI: Pancasila sebagai landasan idiil, enam poin sifat dasar dari Pancasila (keluhuran sifat kedokteran): a) Sifat ketuhanan b) Sifat keluhuran budi c) Sifat kemurnian niat d) Sifat kesungguhan kerja e) Sifat kerendahan hati f) Sifat integritas ilmiah dan sosial UUD 1945 sebagai landasan strukturil Etik dan norma-norma yang mengatur hubungan sesama manusia Sumpah-sumpah (Sumpah Hippocrates, Sumpah Dokter Indonesia) Pernyataan-pernyataan WMA: a) Deklarasi Geneva (1948) :mengenai lafal sumpah dokter b) Deklarasi Helsinki (1964) :mengenai riset klinik c) Deklarasi Sydney (1968) :mengenai surat kematian d) Deklarasi Oslo (1970) :mengenai pengguguran kandungan atas indikasi medik e) Deklarasi Tokyo (1975): mengenai penyiksaan Isi KODEKI I. Kewajiban Umum Pasal 1. Setiap dokter harus menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan Sumpah Dokter. Pasal 2. Seorang dokter harus senantiasa melakukan profesinya menurut ukuran tertinggi. Pasal 3. Dalam melakukan pekerjaan kedokterannya, seorang dokter tidak boleh dipengaruhi oleh pertimbangan keuntungan pribadi. Pasal 4. Perbuatan berikut dipandang bertentangan dengan kode etik : a. Setiap perbuatan yang bersifat memuji diri sendiri. b. Secara sendiri atau bersama-sama menerapkan pengetahuannya dan keterampilan kedokteran dalam segala bentuk, tanpa kebebasan berprofesi.

Upload: armiriri-mega-nuuru

Post on 17-Jan-2016

6 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

ok ok

TRANSCRIPT

Page 1: KODEKI Oke Oke

KODEKI

Definisi KODEKI:

Pedoman yang berisi norma, azas, dan kewajiban-kewajiban umum yang harus dilaksanakan seorang dokter ketika menjalankan

profesinya yang harus diterapkan kepada pasiennyaPenerapan KODEKI tertuang dalam SK PB IDI No. 221/PB/A.4/04/2002 tanggal 19

April 2002. KODEKI pertama kali disusun tahun 1969 dalam Musyawarah Kerja Susila Kedokteran Indonesia.

Tujuan KODEKI

1.Untuk meningkatkan mutu profesi.

2.Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggota

3.Menentukan baku standarnya sendiri

4.Untuk meningkat mutu organisasi profesi.

Landasan KODEKI:

Pancasila sebagai landasan idiil, enam poin sifat dasar dari Pancasila (keluhuran sifat kedokteran):

a) Sifat ketuhanan

b) Sifat keluhuran budi

c) Sifat kemurnian niat

d) Sifat kesungguhan kerja

e) Sifat kerendahan hati

f) Sifat integritas ilmiah dan sosial

UUD 1945 sebagai landasan strukturil

Etik dan norma-norma yang mengatur hubungan sesama manusia

Sumpah-sumpah (Sumpah Hippocrates, Sumpah Dokter Indonesia)

Pernyataan-pernyataan WMA:

a) Deklarasi Geneva (1948) :mengenai lafal sumpah dokter

b) Deklarasi Helsinki (1964) :mengenai riset klinik

c) Deklarasi Sydney (1968) :mengenai surat kematian

d) Deklarasi Oslo (1970) :mengenai pengguguran kandungan atas indikasi medik

e) Deklarasi Tokyo (1975): mengenai penyiksaan

Isi KODEKI

I. Kewajiban Umum

Pasal 1. Setiap dokter harus menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan Sumpah Dokter.

Pasal 2. Seorang dokter harus senantiasa melakukan profesinya menurut ukuran tertinggi.

Pasal 3. Dalam melakukan pekerjaan kedokterannya, seorang dokter tidak boleh dipengaruhi oleh pertimbangan

keuntungan pribadi.

Pasal 4. Perbuatan berikut dipandang bertentangan dengan kode etik :

a. Setiap perbuatan yang bersifat memuji diri sendiri.

b. Secara sendiri atau bersama-sama menerapkan pengetahuannya dan keterampilan kedokteran dalam segala

bentuk, tanpa kebebasan berprofesi.

c. Menerima imbalan selain daripada yang layak sesuai dengan jasanya, kecuali dengan keikhlasan,

sepengetahuan dan atas kehendak penderita.

Pasal 5. Tiap perbuatan atau nasehat yang mungkin melemahkan daya tahan makhluk insani, baik jasmani maupun

rohani, hanya diberikan untuk kepentingan penderita.

Pasal 6. Setiap dokter harus senantiasa berhati-hati dalam mengumumkan dan menerapkan setiap penemuan teknik

atau pengobatan baru yang belum diuji kebenarannya.

Pasal 7. Seorang dokter hanya memberi keterangan atau pendapat yang dapat dibuktikan kebenarannya.

Pasal 8. Dalam melakukan pekerjaannya, seorang dokter harus mengutamakan/mendahulukan kepentingan masyarakat

dan memperhatikan semua aspek pelayanan kesehatan yang menyeluruh (promotif, prefentif, kuratif dan

rehabilitatif), serta berusaha menjadi pendidik dan pengabdi masyarakat sebenarnya.

Pasal 9. Setiap dokter dalam bekerja sama dengan para pejabat di bidang kesehatan dan bidang lainnya serta

masyarakat, harus memelihara saling pengertian sebaik-baiknya.

Page 2: KODEKI Oke Oke

II. Kewajiban Dokter terhadap Penderita

Pasal 10. Setiap dokter harus senantiasa mengingat akan kewajibannya melindungi makhluk insani.

Pasal 11. Setiap dokter wajib bersikap tulus ikhlas dan mempergunakan segala ilmu dan keterampilannya intuk

kepentingan penderita. Dalam hal ia tidak mampu melakukan suatu pemeriksaan atau pengobatan, maka ia

wajib merujuk penderita kepada dokter lain yang mempunya keahlian dalam penyakit tersebut.

Pasal 12. Setiap dokter harus memberikan kesempatan kepada penderita agar senantiasa dapat berhubungan dengan

keluarga dan penasehatnya dalam beribadat atau dalam masalah lainnya.

Pasal 13. Setiap dokter wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang seorang penderita, bahkan juga

setelah penderita itu meninggal dunia.

Pasal 14. Setiap dokter wajib memberikan pertolongan darurat sebagai suatu tugas kemanusiaan, kecuali bila ia yakin

ada orang lain bersedia dan mampu memberikannya.

III. Kewajiban Dokter terhadap Teman Sejawatnya

Pasal 15. Setiap dokter memperlakukan teman sejawatnya sebagaimana ia sendiri ingin diperlakukan.

Pasal 16. Setiap dokter tidak boleh mengambil alih penderita dari teman sejawatnya tanpa persetujuannya.

IV. Kewajiban Dokter terhadap Diri Sendiri

Pasal 17. Setiap dokter harus memelihara kesehatannya, supaya dapat bekerja dengan baik.

Pasal 18. Setiap dokter hendaknya senantiasa mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan tetap setia kepada cita-

citanya yang luhur.

Lembaga yang terkait

MKEK ( Majelis Kehormatan Etik Kedokteran)

Bertugas menangani masalah pelanggaran-pelanggaran etik, meliputi:

a. Ruang Lingkup Etika Kedokteran

- Pertimbangan pelanggaran Etika Kedokteran kepada pengurus IDI

- Pengawasan etika terhadap seluruh dokter

b. Penanganan Sengketa Medik

- Identifikasi

- Membuat kronologi

- Analisis ilmiah kasus tersebut

- Upayakan damai

c. Bila sampai pengadilan

IDI dalam hal ini MKEK menjadi saksi ahli.

MKDKI (Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia)

MKDKI adalah lembaga yang berwenang untuk menentukan ada tidaknya kesalahan yang dilakukan dokter dan

dokter gigi dalam penerapan disiplin ilmu kedokteran dan kedokteran gigi, dan menetapkan saksi.

Tugas dari MKDKI :

1. Meluruskan pelanggaran dokter dan dokter gigi serta menetapkan sanksinya.

2. Menerima, memeriksa, dan memutuskan kasus.

3. Menyusun pedoman tata cara penanganan kasus pelanggaran disiplin.

Alur tata cara penanganan kasus pelanggaran:

Pengaduan dari masyarakat verifikasi penetapan ketua MKDKI pemeriksaan

dan pembuktian keputusan

P3EK ( Panitia Pertimbangan dan Pembinaan Etika Kedokteran)

P3EK adalah suatu lembaga yang dibentuk pada tahun 1982 yang bertugas untuk menangani masalah etik

kedokteran yang tidak bisa ditangani oleh MKEK. P3EK bertugas menangani pelanggaran-pelanggaran etikolegal

dan membina serta mengembangkan KODEKI

KKI (Konsil Kedokteran Indonesia)

Bertugas memberikan registrasi dokter dan dokter gigi, mengesahkan standard pendidikan dokter dan dokter

gigi, melakukan pembinaan terhadap penyelenggaraan praktik kedokteran yang dilaksanakan bersama lembaga

terkait sesuai fungsi masing-masing.

Page 3: KODEKI Oke Oke

IDI (Ikatan Dokter Indonesia)

IDI adalah suatu lembaga perhimpunan profesi dokter seluruh Indonesia.

Visi IDI :

Menjadikan IDI sebagai organisasi profesi kedokteran nasional yang berwibawa di tingkat Asia Pasifik pada

2010.

Misi IDI :

Meningkatkan kemampuan professional yang beretika

Mengembangkan peranan yang bermakna dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat

Menyuarakan aspirasi, kesejahteraan, dan memberikan perlindungan kepada segenap anggota

Mengembangkan standard pelayanan profesi, standard etika dan memperjuangkan kebebasan profesi yang

mampu menyelaraskan perkembangan ilmu dan teknologi kedokteran dengan tuntutan dan kebutuhan

masyarakat

Tujuan IDI :

Memadukan segenap potensi dokter Indonesia

Meningkatkan harkat, martabat, dan kehormatan diri dan profesi kedokteran

Mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran

Meningkatkan derajat kesehatan rakyat Indonesia menuju masyarakat sehat dan sejahtera

Tugas IDI :

Untuk mengorganisir seluruh kegiatan dokter-dokter di seluruh Indonesia

4.1. Pelanggaran dan Sanksi KODEKI

1. Pelanggaran etik murni

Menarik imbalan yang tidak wajar atau menarik imbalan jasa dari keluarga sejawat dokter atau dokter gigi.

Melanggar KODEKI pasal 3 ( dalam melakukan pekerjaannya seorang dokter tidak boleh dipengaruhi oleh

pertimbangan keuntungan pribadi) KODEKI pasal 4 ayat c ( seorang dokter dapat menerima imbalan dari yang

selayaknya sesuai dengan jasanya jika diberikan dengan keikhlasan, sepengetahuan, dan sekehendak penderita.

Mengambil alih pasien tanpa persetujuan sejawatnya.

Sejawat adalah mitra kerja dalam suatu tim dan bukannya saingan.

Memuji diri sendiri didepan pasien.

KODEKI pasal 4 ayat a ( Setiap perbuatan yang bersifat memuji diri sendiri dipandang bertentangnan dengan etik).

Tidak pernah mengikuti pendidikan dokter berkesinambungan.

KODEKI pasal 18 ( salah satu kewajiban dokter terhadap diri sendiri adalah senantiasa mengikuti perkembangan ilmu

pengetahuan dan tetap setia kepada cita-citanya yang luhur).

Dokter mengabaikan kesehatannya sendiri.

KODEKI pasal 17 ( dokter seharusnya memberi teladan dalam memelihara kesehatan, melakukan pencegahan terhadap

penyakit, berperilaku sehat sehingga dapat bekerja dengan baik dan tenang).

2. Pelanggaran etikolegal

Pelayanan kedokteran dibawah standar.

KODEKI pasal 2 ( Seorang dokter senantiasa melakukan profesinya menurut ukuran tertinggi).

KODEKI pasal 8 ( Seorang dokter harus memperhatikan semua aspek kesehatan yang menyeluruh yaitu promotif,

preventif, kuratif, dan rehabilitatif).

KODEKI pasal 11 ( Seorang dokter harus mempergunakan segala ilmu dan ketrampilannya untuk kepentingan

penderita).

Dapat dikenakan pasal 350 KUHP.

Menerbitkan surat keterangan palsu.

KODEKI pasal 7 ( Seorang dokter hanya memberi keterangan atau pendapat yang dibuktikan kebenarannya).

Dapat dikenakan pasal 267 KUHP

Membuka rahasia jabatan atau pekerjaan dokter.

KODEKI pasal 13 ( Setiap dokter wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang seorang penderita,

bahkan setelah penserita meninggal dunia).

Dapat dikenakan pasal 322 KUHP

Page 4: KODEKI Oke Oke

Diperbolehkan jika menjadi saksi ahli di pengadilan yang mempunyai aturan tersendiri

Abortus provokatus.

KODEKI pasal 10 ( dokter senantiasa mengingat kewajibannya melindungi hidup insani).

Dapat dikenakan pasal 346,347,348,349 KUHP

Pelecehan seksual.

Dapat dikenakan pasal 285,286,287,294 KUHP

Prosedur penanganan pelanggaran etika kedokteran

Pada tahun 1985 Rapat Kerja antara P3EK, MKEK dan MKEKG telah menghasilkan pedoman kerja yang menyangkut para

dokter antara lain sebagai berikut :

1. Pada prinsipnya semua masalah yang menyangkut pelanggaran etik diteruskan lebih dahulu kepada MKEK.

2. Masalah etik murni diselesaikan oleh MKEK.

3. Masalah yang tidak murni serta masalah yang tidak dapat diselesaikan oleh MKEK dirujuk ke P3EK propinsi.

4. Dalam sidang MKEK dan P3EK untuk pengambilan keputusan, Badan Pembela Anggota IDI dapat mengikuti persidangan

jika dikehendaki oleh yang bersangkutan (tanpa hak untuk mengambil keputusan).

5. Masalah yang menyangkit profesi dokter atau dokter gigi akan ditangani bersama oleh MKEK dan MKEKG terlebih

dahulu sebelum diteruskan ke P3EK apabila diperlukan.

6. Untuk kepentingan pencatatan, tiap kasus pelanggaran etik kedokteran serta penyelesaiannya oleh MKEK dilaporkan ke

P3EK Propinsi.

7. Kasus-kasus pelanggaran etikolegal, yang tidak dapat diselesaikan oleh P3EK Propinsi, diteruskan ke P3EK Pusat.

8. Kasus-kasus yang sudah jelas melanggar peraturan perundang-undangan dapat dilaporkan langsung kepada pihak yang

berwenang.

Pedoman penilaian kasus-kasus pelanggaran etik kedokteran

Etik lebih mengandalkan itikad baik dan keadaan moral para pelakunya dan untuk mengukur hal ini tidaklah mudah. Karena itu

timbul kesulitan dalam menilai pelanggaran etik, selama pelanggaran itu tidak merupakan kasus-kasus pelanggaran hukum.

Dalam menilai kasus-kasus pelanggaran etik kedokteran, MKEK berpedoman pada :

1. Pancasila

2. Prinsip-prinsip dasar moral umumnya

3. Ciri dan hakekat pekerjaan profesi

4. Tradisi luhur kedokteran

5. LSDI

6. KODEKI

7. Hukum kesehatan terkait

8. Hak dan kewajiban dokter

9. Hak dan kewajiban penderita

10. Pendapat rata-rata masyarakat kedokteran

11. Pendapat pakar-pakar dan praktisi kedokteran senior.

Selanjutnya, MKEK menggunakan pula beberapa pertimbangan berikut, yaitu :1. Tujuan spesifik yang ingin dicapai2. Manfaat bagi kesembuhan penderita3. Manfaat bagi kesejahteraan umum4. Penerimaan penderita terhadap tindakan itu5. Preseden tentang tindakan semacam itu6. Standar pelayanan medik yang berlakuJika semua pertimbangan menunjukkan bahwa telah terjadi pelanggaran etik, pelanggaran dikategorikan dalam kelas ringan, sedang atau berat, yang berpedoman pada :1. Akibat terhadap kesehatan penderita2. Akibat bagi masyarakat umum3. Akibat bagi kehormatan profesi4. Peranan penderita yang mungkin ikut mendorong terjadinya pelanggaran5. Alasan-alasan lain yang diajukan tersangka

Page 5: KODEKI Oke Oke

Bentuk-bentuk sanksiDalam pasal 6 PP no.30 tahun 1980 tentang Peraturan Disiplin Pegawai Sipil terdapat uraian tentang tingkat dan jenis hukuman, sebagai berikut :1. Tingkat hukuman disiplin terdiri dari :a. Hukuman disiplin ringanb. Hukuman disiplin sedang, danc. Hukuman disiplin berat2. Jenis hukuman disiplin ringan terdiri dari :a. Teguran lisanb. Teguran tulisan, danc. Pernyataan tidak puas secara tertulis3. Jenis hukuman disiplin sedang terdiri dari :a. Penundaan kenaikan gaji berkala untuk paling lama satu tahunb. Penurunan gaji sebesar satu kali kenaikan gaji berkala untuk paling lama satu tahun, danc. Penundaan kenaikan pangkat untuk paling lama satu tahun4. Jenis hukuman disiplin berat terdiri dari :a. Penurunan pangkat pada pangkat yang setingkat lebih rendah untuk paling lama satu tahunb. Pembebasan dari jabatanc. Pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri sebagai Pegawai Negeri Sipil, dand. Pemberhentian tidak dengan hormat sebagai Pegawai Negeri SipilPada kasus-kasus pelanggaran etikolegal, di samping pemberian hukuman sesuai peraturan tersebut di atas, maka selanjutnya diproses ke pengadilan.

Prinsip Etika Kedokteran

1) Pancasila: memegang peranan dalam perwujudan suatu sistem etika yang baik di negara ini.

2) Autonomy: seorang pasien mempunyai hak untuk menolak atau memilih sebuah perawatan.

i. Membutuhkan orang-orang yang kompeten, dipengaruhi oleh kehendak-kehendak dan keinginan sendiri

ii. Melindungi mereka yang lemah, berarti bahwa kita dituntut untuk memberikan perlindungan dalam

pemeliharaan, perwalian, pengasuhan, kepada anak-anak, para remaja, dan orang dewasa yang berada dalam

kondisi yang lemah dan tidak mempunyai kemampuan.

3) Beneficience: bersikap dan bersifat amal, berbudi baik. Dasar ini tercantum pada etik kedokteran yang sebenarnya

bernada negative. Hendaknya kita bernada positif yang berbuat baik, dan apabila perlu kita mulai dengan kegiatan

positif yang merupakan awal kesejahteraan dan masyarakat.

4) Non-maleficence: dokter tidak boleh memaksakan kehendak untuk mengobatio seorang pasien jika kemampuannya

terbatas dan tindakan pengalihperawatan pasien kepada dokter lain yang lebih ahli adalah yang yang terbaik.

5) Justice: asas ini bertujuan untuk menyelenggarakan keadilan dalam transaksi dan perlakuan antarmanusia

6) Fidelity & Responsibility: dokter menjalankan tugas dengan bertanggung jawab.

7) Kejujuran: dokter terbuka dan jujur dalam menjalankan profesinya.