klasifikasii sistem angle-finish

14
 Luise 07/ 8132 Afifah 08 KLASIFIKASI SISTEM ANGEL 1. DEFINISI Sistem Angle didasarkan pada hubungan anteroposterior rahang dengan yang lainnya (Berdasar pada relasi mesio-dist al gigi, lengkung gigi dan rahang). Angle awa lny a menyaj ikan kla sif ika sin ya pada teo ri bahwa maksila mol ar pertama selal u berada di posis i yang benar. Namun hipot esis ini belum dibuktikan dengan peneli tian cephal ometr ic. Peneka nan pada hubungan gigi molar perma nen perta ma menye babkan dokter untuk Mengaba ikan kerang ka wa jah itu sendi ri dan b erpik ir h anya dalam hal posis i g igi. Oleh karena itu, kerusa kan ot ot d an masal ah pertumbuhan tulan g ser ingkal i ter abaika n. Bahk an saat ini, ada kecenderungan untuk hanya memperhatikan hubunga n gigi sat u. Per uba han hubu ngan mol ar yang per tama ter jadi dal am ber bagai ta hap pe rkemba ngan gi gi . Se buah kore la si ya ng le bi h ba ik anta ra kons ep Angl e da n  perawatannya diperoleh jika seseorang menggunakan kelompok Angle untuk mengklasifikasikan kerangka hub ungan . Hubun gan mola r Kela s II dapat me ngh asil kan beber apa cara ya ng  b er be da , masin g- ma si ng me merlukanst ra te gi yan g be rbe da da la m pe rawatan, tetapi pola skeletal Klas II tidak salah, karena itu mendominasi oklusi dan  perawatannya. Dokter sekarang menggunakan sistem Angle berbeda dari awal nya disaj ikan, untuk dasar klasifikasi telah bergeser dar i geraham ke hubungan tulang. Si ste m Angle sendir i tid ak memper hit ungk an per beda an akun pada bidang ver ti kal ata u lat era l. Mes kipun hubu nga n anteropos ter ior gig i dapat menjadi per timbangan yan g pal ing  p en ti ng, si stem kl as ifik as i ini ka da ng -kad an g me ny ebab ka n ter ab ai ny a masa lah seper ti overbi te dan sempi tnya lengku ngan. Meski pun demik ian, klasi fikas i syst em Angle ada lah yan g pal ing tr adi sio nal , pal ing pra kti s, dan yan g pal ing popule r dig unak an saat ini . (Moyers, 1973) 2. MACAM-MACAM

Upload: luise-aminah-najib

Post on 15-Jul-2015

646 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Klasifikasii Sistem Angle-finish

5/13/2018 Klasifikasii Sistem Angle-finish - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/klasifikasii-sistem-angle-finish 1/14

Luise 07/ 8132

Afifah 08

KLASIFIKASI SISTEM ANGEL

1. DEFINISI

Sistem Angle didasarkan pada hubungan anteroposterior rahang dengan yang lainnya

(Berdasar pada relasi mesio-distal gigi, lengkung gigi dan rahang).

Angle awalnya menyajikan klasifikasinya pada teori bahwa maksila molar pertama

selalu berada di posisi yang benar. Namun hipotesis ini belum dibuktikan dengan penelitian

cephalometric. Penekanan pada hubungan gigi molar permanen pertama menyebabkan dokter 

untuk Mengabaikan kerangka wajah itu sendiri dan berpikir hanya dalam hal posisi gigi. Oleh

karena itu, kerusakan otot dan masalah pertumbuhan tulang seringkali terabaikan. Bahkan saat

ini, ada kecenderungan untuk hanya memperhatikan

hubungan gigi satu. Perubahan hubungan molar yang pertama terjadi dalam berbagai

tahap perkembangan gigi. Sebuah korelasi yang lebih baik antara konsep Angle dan

 perawatannya diperoleh jika seseorang menggunakan kelompok Angle untuk mengklasifikasikan

kerangka hubungan. Hubungan molar Kelas II dapat menghasilkan beberapa cara yang  berbeda, masing-masing memerlukanstrategi yang berbeda dalam perawatan,

tetapi pola skeletal Klas II tidak salah, karena itu mendominasi oklusi dan

  perawatannya. Dokter sekarang menggunakan sistem Angle berbeda

dari awalnya disajikan, untuk dasar klasifikasi telah bergeser dari geraham ke hubungan tulang.

Sistem Angle sendiri tidak memperhitungkan perbedaan akun pada bidang vertikal atau

lateral. Meskipun hubungan anteroposterior gigi dapat menjadi pertimbangan yang paling

  penting, sistem klasifikasi ini kadang-kadang menyebabkan terabainya masalah

seperti overbite dan sempitnya lengkungan. Meskipun demikian, klasifikasi system Angle

adalah yang paling tradisional, paling praktis, dan yang paling populer digunakan saat ini.

(Moyers, 1973)

2. MACAM-MACAM

Page 2: Klasifikasii Sistem Angle-finish

5/13/2018 Klasifikasii Sistem Angle-finish - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/klasifikasii-sistem-angle-finish 2/14

a) Kelas I (Neutroklusi)

Merupakan maloklusi dengan hubungan anteroposterior yang normal antara rahang atas

dan mandibula di kelas ini. triangular- ridge dari titik puncak mesiobuccal dari

molar permanen pertama rahang atas berartikulasi dengan bukal groove dari mandibula

molar pertama permanen. Dasar tulang pendukung gigi-geligi rahang bawah adalah

langsung dari rahang atas tersebut, dan tidak terlalu jauh hubungan anterior atau posterior 

dengan kranium. Oleh karena itu ,maloklusi ini terbatas pada malposisi dari gigi itu

sendiri yang mungkin sejajar, salah tempat pada basis tulangnya (protrusi dentalveolar),

dll (Moyers, 1972).

Maloklusi kelas I

Tipe I : crowded anterior 

Tipe II: seperti Protusi maksila anterior 

Tipe III : crossbite anterior 

Tipe IV : Croosbite posterior Tipe V mesial drifting posterior 

 b) Kelas II (Distoklusi)

Maloklusi dimana hubungan distal antara mandibular ke maksila.

Divisi Kelas II:

I) DIVISI I.-distoklusi dimana incisivus maksila biasanya di labioversi yang ekstrim.

Page 3: Klasifikasii Sistem Angle-finish

5/13/2018 Klasifikasii Sistem Angle-finish - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/klasifikasii-sistem-angle-finish 3/14

2) DIVISI 2.-Distoklusi dimana incisor central maksila mendekati normal atau

sedikit di anteroposterior linguoversi, sedangkan gigi insisivus

lateral maksila telah tipping secara labial dan mesial.

3) SUBDIVISI.-ketika distoklusi terjadi padahanya satu sisi lengkung gigi, unilateral,

disebut sebagai subdivisi dari divisinya.

c) Kelas III (Mesioklusi)

Maloklusi dimana terdapat hubungan mesial mandibula dengan maksila. Groove mesial

dari molar permanen pertama mandibular berartikulasi dengan cusp mesiobuccal dari

molar permanen pertama maksila (Moyers, 1972)

Yang dimaksudkan dengan maloklusi kelas III menurut Dr. Angle ialah Lengkung

gigi dan korpus dari mandibula mempunyai relasi yang bilateral mesial terhadap

lengkung gigi maksila. Dengan perkataan lain mandibulanya terlalu benar 

(macromandible).

Kriteria Dr. Angle tentang relasi lengkung - lengkung gigi atas dan bawah ialah:Posisi molar-molar tetap pertama.

Pada oklusi normal, bonjol (cusp) mesio-bukal molar pertama atas terletak Pada

lekuk (groove) bukal dari molar pertama bawah.

Pada maloklusi kelas III letak bonjol mesio bukal dari molar permanen pertama

rahang maksila berhadapan dengan ruang interdental di antara molar pertama dan molar 

kedua mandibula. Sebab itulah maka Lischer menamakan juga Mesioclusion. Bila karena

salah satu sebab, terjadi pedanan local dari molar-molar ini,..atau gigi-gigi telah hilang,

maka oklusi dari kaninus digunakan sebagai penuntun. Pada oklusi normal, kaninus atas

molar sebagian dari sisi distal kaninus bawah dan seba gian dari sisi premolar pertama

 bawah. (Isnaniah Malik, 1989)

Page 4: Klasifikasii Sistem Angle-finish

5/13/2018 Klasifikasii Sistem Angle-finish - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/klasifikasii-sistem-angle-finish 4/14

3. CIRI-CIRI

a. Kelas I

Hubungan molar pertama maloklusi kelas I adalah normal mesiodistal, tetapi ada

deviasi dari lengkung gigi seperti rotasi, crossbite, overjet, overbite,dan openbite.

Kekurangan lengkung biasanya bersamaan dan menjadikannya tidak mungkin untuk 

mengakomodasi gigi pada lengkung gigi di posisi normal tanpa mengurangi jumlah gigi

dengan pencabutan (Salzmann, 1974).

Lengkung mandibula normalnya mesiodistal berhubungan terhadap lengkung

maksila, dengan mesiobukal cusp dari M1 permanen maksila menutupi grove bukal dari

M1 permanen mendibula dan mesio lingual cusp M1 maksila menutupi fossa oclusal dari

M1 permanen mandibula ketika rahang diistirahatkan dan gigi dalam keadaan tekanan.

http://anggatama.wordpress.com/2010/04/03/oklusi-dan-maloklusi 

Maloklusi Angle Klas I

- Relasi molar inter-arch normal

- Tonjol mesiobukal M1 rahang atas beroklusi pada cekung

- bukal M1 rahang bawah.

- Crowding, spacing, rotasi dll.- Relasi skeletal normal, fungsi otot-otot normal.

- Dapat bimaxillary protrusion

http://www.doktergigionline.com/2011/05/klasifikasi-oklusi-angle.html 

b. Kelas II

Cusp mesiobukal M1 maksila menutupi antara cusp mesio bukal M1 mandibula

 permanen dan aspek distal dari P1 mandibula. Juga mesiolingual cusp M1 maksila

menutupi mesiolingual cusp dari M1 permanen mandibula.

Angle membagi class II maloklusi dalam 2 divisi dan 1 subdivisi berdasarkan angulasi

labiolingual dari maksila, yaitu;

1. Kelas II – divisi I

Dengan relasi Molar terlihat seoerti tipe kelas II, gigi insisivus maksila labio version.

Page 5: Klasifikasii Sistem Angle-finish

5/13/2018 Klasifikasii Sistem Angle-finish - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/klasifikasii-sistem-angle-finish 5/14

2. Kelas II – divisi II

Dengan relasi molar terlihat seperti tipe kelas II, Insisivus maksila mendekati normal

secara anteroposterior atau secara ringan dalam linguoversion sedangakan I2 maksila

tipped secara labial atau mesial.

3. Kelas II – subdivisi

Saat relasi kelas II molar, terjadi pada satu sisi pada lengkung dental.

http://anggatama.wordpress.com/2010/04/03/oklusi-dan-maloklusi 

Maloklusi Angle Klas II:

Tonjol disto-bukal M1 Rahang atas beroklusi pada cekung bukal M1 Rahang bawah.

Maloklusi Klas II divisi 1

- Incisivus Rahang atas proklinasi

- Overjet besar 

- Deep overbite

- Aktifitas otot abnormal

- Bibir atas hipotonus

- Bibir bawah terletak di palatinal incisivus Rahang atas (lip trap)- Bentuk lengkung gigi V-shape

 

Maloklusi Angle Klas II divisi1

 postur lidah ke bawah aktivitas otot pipi tidak ada yang mengimbangi

 

Maloklusi Angle Klas II divisi 2

- Relasi molar Klas II

- Inklinasi Incisivus sentral ke lingual

Page 6: Klasifikasii Sistem Angle-finish

5/13/2018 Klasifikasii Sistem Angle-finish - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/klasifikasii-sistem-angle-finish 6/14

- Incisivus lateral tipping ke labial

- Deep overbite

- Lengkung berbentuk persegi

Maloklusi Angle Klas II Subdivisi

Jika relasi molar Klas II hanya pada 1 sisi, sisi yang lain Klas I

• Klas II divisi 1 subdivisi

• Klas II divisi 2 subdivisi

http://www.doktergigionline.com/2011/05/klasifikasi-oklusi-angle.html 

c. Kelas III

Lengkung dan badan mandibula berada pada mesial lengkung maksila dengan

cusp mesiobukal M1 permanen maksila beroklusi pada ruang interdental di antara ruang

distal dari cusp distal pada M1 permanen mandibula dan aspek mesial dari cusp mesial

m2 mandibula. (Moyers, 1972)

Dewey memperlengkap klasifikasi dari Dr. Angle ia membagi maloklusi kelas III dalam

tiga tipe :

1.Tipe I.

Bentuk lengkung gigi atas dan bawah baik dan bila ditinjau satu persatu, sering kita mengira

hubungan oklusi tentu akan baik pula. Letak gigi pada umumnya rata, baik di lengkung maksila

maupun di lengkung mandibula. Gigitan menunjukkan edge to edge. Pengobatan pada tipe ini

kerapkali kurang memuaskan, karena sering timbul retensi akibat kurangnya incisor overlap.

2. Tipe II

Incisivi mandibula berjubel-jubel dan dalam posi si linguo-versi terhadap incisivi maxilla.

3.Tipe III.

Lengkung gigi maksila kurang baik pertumbuhannya

sedangkan lengkung gigi mandibula tumbuh berlebih-le- bihan, Incisivi maxilla kerapkali

  berjubel-jubel dan linguo-versi terhadap incisivi inferiores yang pa da umumnya rata

susunannya. Pada tipe ini deformitas fasial dalam bentuk prognathisma terlihat paling jelas.

Tipe III

Page 7: Klasifikasii Sistem Angle-finish

5/13/2018 Klasifikasii Sistem Angle-finish - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/klasifikasii-sistem-angle-finish 7/14

Maloklusi kelas III dibedakan pula dalam :

Subdivisi, kalau hanya sesisi saja yang menderita (unilateral). Pada mesioclusion unilateral inilah

sering kita temui garis tengah yang abnormal.

Menurut Dickson pembagian dalam bilateral dan uni lateral ini pada waktu sekarang tidak 

  banyak digunakan lagi, karena banyak sarjana menganggap, lengkung gigi harus dipandang

sebagai satu kesatuan, variasi-variasi antara kedua alat harus dianggap sebagai perpindahan lokal

dari segmen-segmen bukal pada satu sisi. Perpindahan ini hanya bersangkut-paut dengan

mahkota melulu, tiada relasi dengan rahang sebagai satu kesatuan.

Istilah-istilah lain yang sering dipakai untuk menyatakan maloklusi kelas III ialah :

Progenis, Progna- thisme; Prognathisme Mandibuler, Protrusi Mandibuler.

Akhirnya, bila dinyatakan dengan indeks, maka baru dinamakan Progenia kalau gnathis

indeksnya diatas 103. Yang dimaksudkan dengan gnathis indeks ialah derajat prominensia

mandibula, dinyatakan dalam prosentasi oleh jarak dari basion ke bagian terdepan dari

mandibula terhadap jarak basion ke titik tengah dari sutura nasalis.

4. Etiologi Maloklusi Kelas III

Pertumbuhan yang berlebihan dari mandibula mempunyai penyebab yang bermacam - macam,

dapat karena keturunan, dapat disebabkan gangguan hormonal, dapat pula karena penyakit-

 penyakit depresiensi den infeksi, kelainan prenatal dan pengaruh lingkungan pada waktu anak 

dalam masa pertumbuhan.

Faktor predisposisi yang terdiri dari :

1. Faktor hereditas.

2. Faktor hormonal.

3. Kelainan-kelainan prenatal.

4. Penyakit-penyakit infeksi dan defisiensi.

Sedangkan pengaruh lingkungan kita golongkan sebagai pe nyebab yang mempunyai pengaruh

langsung (hausa determi- nasi).

lebih dari separuh maloklusi yang timbul, disebabkan karena hasil pemeriksaan statistik 

menunjukkan bahwa faktor lingkungan ini. Penyebab yang dapat secara langsung menimbulkan

maloklusi kelas III adalah :1. Makroglosi.

2. Trauma.

3. Kebiasaan-kebiasaan jelek, seperti : menonjolkan lidah,

- mengisap jari dan sebagainya.

4. Gigi susu posterior atas yang tanggal sebelumnya waktu

5. Gigi susu molar bawah yang tanggal sebelum waktunya. 6. Retensi yang terlalu lama dari

Page 8: Klasifikasii Sistem Angle-finish

5/13/2018 Klasifikasii Sistem Angle-finish - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/klasifikasii-sistem-angle-finish 8/14

insisif susu atas.

(Isnaniah Malik, 1989)

4. IDENTIFIKASI

Pada maloklusi true Klas III, hubungan rahang Klas III Angle dijumpai adanya crossbite

anterior baik pada keadaan relasi sentrik maupun oklusi sentrik. Maloklusi pseudo Klas III

 biasanya ditandai dengan hubungan rahang Klas I atau Klas III ringan dan disertai dengan

hubungan insisivi maksila dan mandibula edge to edge pada keadaan relasi sentrik tetapi pada

oklusi sentrik terdapat crossbite anterior. Hal ini dapat disebabkan karena adanya pergerakan

mandibula ke depan untuk menghindari kontak prematur antara insisivi maksila dan mandibula

sewaklu gigi menutup.

http://www.researchgate.net/publication/42349659_Perawatan_Maloklusi_Pseudo_Klas_III_Den

gan_Pesawat_Bionator_Tipe_III 

Cara menegakkan Diangnosa Maloklusi Kelas III

Hal yang penting di dalam menentukan klasifikasi - yang dapat dari maloklusi adalah

hubungan mandibula dengan gigi-gigi yang terdapat padanya dengan kranium.

Andaikata hanya berdasarkan hubungan mandibula dengan gigi.-giginya, maka ini -seringmembingungkan dan _tidak jelas dalam menentukan klasifikasi maloklusi. Terdapat tanda- tanda

lain yang penting yang dapat dipakai sebagai pegangan dalam menentukan lokasi mandibula,

antara lain :

Hubungan bidang inklinasi.

Hubungan bidang inklinasi merupakan petunjuk yang baik untuk mengetahui hubungan

dan posisi terhadap basis kranii, asal saja posisi dari tiap-tiap gigi di dalam deretan lengkung

mempunyai relasi yang normal terhadap tulang basal. Yang menjadi patokan yang penting dalam

hubungan ini adalah gigi molar tetap atas pertama dan kaninus atas. Bila pada waktu beroklusi,

 bonjol mesial molar bawah dilihat dari mesial - distal berkontak dengan bagian distal premolar 

kedua atas dan bagian mesial molar pertama atas, juga letak kaninus atas interlock antara kaninus

 bawah dan premolar bawah. Maka berarti mandibula dengan gigi-gigi yang terdapat padanya

mempunyai hubungan yang normal dengan basis kranii , dan digolongkan sebagai maloklusi

kelas I ( Neuroklusi ).

Bila terlihat keadaan di mana gigi-gigi dan lengkung gigi bawah terletak lebih mesial

Page 9: Klasifikasii Sistem Angle-finish

5/13/2018 Klasifikasii Sistem Angle-finish - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/klasifikasii-sistem-angle-finish 9/14

daripada normal dalam hubungannya dengan gigi-gigi dan lengkung gigi atas. Bonjol mesio

 bukal molar pertama atas terletak lebih distal daripada "bucca 1 groove" molar pertama bawah.

Maka jelaslah ini menun jukkan keadaan maloklusi kelas III.

1, 1

Gambar 4.

Maloklusi kelas III.

1. Buccal groove, molar pertama

 bawah.

2. Mesiobucca1 cusp molar pertama atas.

3. Posisi gigi kaninus atas.4. Posisi gigi kaninus bawah.

2. Dengan mempelajari foto muka baik pandangan depan pun dari samping.

maupun dari foto muka kita dapat mempelajari gambaran muka untuk menentukan derajat dan

distribusi pertumbuhan mandibula. Penilaian dari foto muka dapat memberikan hasil yang

meragukan, terutama bila terdapat suatu keadaan otot- otot yang abnormal, sering terlihat di

regio simfisis mandibula. Hipertropi dan hipertonus otot-otot mentalis , quadrati labii inferior,

triangularis, dan orbikularis oris sering menutupi gejala pergerakan ke arah distal dari mandibula.

Di samping itu kita juga dapat mempelajari dari foto oklusi gigi geligi, baik dari samping

maupun foto gigi dari depan, sehingga dapat dilihat keadaan oklusi gigi secara nyata.

3. Gambaran sefa lometrik.

Gambaran sefalometrik sangat berguna untuk mem perlihatkan gambaran pertumbuhan yang

abnormal dan kelainan - kelainan letak gigi.

Pada kasus-kasus maloklusi di mana terdapat penebalan otot-otot sekitar mulut sehingga dengan

gambaran foto muka tidak dapat ditarik kesimpulan. Maka dengan membuat gambaran

Page 10: Klasifikasii Sistem Angle-finish

5/13/2018 Klasifikasii Sistem Angle-finish - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/klasifikasii-sistem-angle-finish 10/14

sefalometrik dapat memberikan keterangan yang memuaskan.

Radiogram profil ini akan memperlihatkan hubungan antara gigi insisif dengan tulang di

 bawahnya. Pada neuroklusi, posisi aksial insisif bawah adalah tegak lurus dengan mandibula.

Terdapat beberapa analisa dalam sefalometrik, antara lain analisa menurut Downs. Dalam

analisanya Downs membagi studi dalam dua pokok yaitu pola skeletal (skeletal pattern) dan

relasi gigi terhadap pola skeletal (dental pattern). Downs memakai bidang Frankfurt horizontal

sebagai dasar orientasi. Downs menentukan hubungan antero posterior dengan memakai titik-

titik A dan B. Dia menghubungkan titik A dan titik B ini masing-masing dengan Sella Tursica

dan Nasion. Garis-garis ini membentuk sudut-sudut dengan Dataran Sella- Nasion. Besar SNA

rata-rata adalah 80°. Besar SNB rata-rata 77°. Angka-angka ini adalah nilai rata-rata apabila

 basis geligi mempunyai relasi yang normal terhadap basis cranii. Selisih SNA dan yaitu ,SNB

menunjukkan derajat prognathisma mandibular. Kalau ANB lebih besar dari 3°, make relasi

mandibula terhadap maksila ada lah post normal, sedangkan bile ANB negatif, mandibula adalah pre normal terhadap maksila.

Keuntungan metoda Down ini ialah relasi kedua titik A dan B ditentukan terhadap Basis

Cranii. Juga kedua titik ini terletak pada basis apikalis sehingga mempunyai relasi terhadap

 posisi apikal dari insisif.

Skeletal I

Skeletal III

Page 11: Klasifikasii Sistem Angle-finish

5/13/2018 Klasifikasii Sistem Angle-finish - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/klasifikasii-sistem-angle-finish 11/14

Gambar 5.

Gambaran sefalometrik skeletal I dan skeletal III.

Differential Diagnosis antara Kelas III sejati dan Pseudo

Kelas III

1.Kelas III sejati.

Dinamakan juga skeletal kelas III dan terjadi bila korpus mandibula mempunyai panjang yang

abnormal (macromandible). Menurut Schwarz prognathisma sejati hanya mungkin terjadi bile

orang mempunyai predisposisi herediter ke arah pertumbuhan korpus mandibula yang berlebih-

lebihan.

2.Pseudo kelas III.

Sering dinamakan juga Postural kelas III atau prognathisma tipe dento-alveolaris. Pseudo kelas

III ini dalam klasifikasi Dr. Angle sebenarnya termasuk - maloklusi kelas I tipe 3, karena perkembangan mandibula normal dan maksilalah yang pertumbuhannya tidak baik. Juga retensi

terlalu lama dari insisif susu dapat menyebabkan pseudo kelas III. Terlihat insisif atas dalam

keadaan retrusi, sehingga insisif rahang bawah labial letaknya: Sebab itulah bahkan ada sarjana

yang mengusulkan untuk menamakan pseudo kelas III sebagai Maloklusi kelas III divisi 2,

analog dengan maloklusi kelas II divisi 2 dari Dr. Angle. Kelas III, sejati dapat dinamakan

maloklusi kelas III divisi 1, analog dengan maloklusi kelas II divisi 1 dari Angle.

Page 12: Klasifikasii Sistem Angle-finish

5/13/2018 Klasifikasii Sistem Angle-finish - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/klasifikasii-sistem-angle-finish 12/14

Untuk mengetahui apakah mandibula yang bertumbuh berlebih-lebihan, atau maksila yang

tumbuhnya kurang dari normal, atau kedua-duanya, make studi dengan cephalometri berguna

sekali.

Bila sudut SNA kurang dari angka rata-rata yaitu 800, dan bile SNB sudutnya sama besar 

dengan angka rata-rata, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa maksila yang tidak baik 

 pertumbuhannya dan maloklusi adalah pseudo kelas III.

Bila sudut SNA sesuai dengan angka rata-rata,tetapi SNB jauh lebih besar dari 770, maka

maloklusi ini 2dalah kelas III sejati.

Gambar 6.

Panjang basis cranii diukur dari posisi Nasion yang mempengaruhi sudut ANB.

Ini berarti bahwa panjang basis cranii (dataran S- N) mempunyai hubungan erat dengan

maloklusi. Oleh karena itu sudut rata-rata SNA harus disesuaikan untuk bermacam- macam

 bangsa.

Gambar 7. Pseudo kelas III (titik-titik menun

 jukkan posisi yang normal).

Page 13: Klasifikasii Sistem Angle-finish

5/13/2018 Klasifikasii Sistem Angle-finish - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/klasifikasii-sistem-angle-finish 13/14

Gambar 8. Skeletal kelas III (titik-titik menunjukkan posisi yang normal).

(Isnaniah Malik, 1989)

Page 14: Klasifikasii Sistem Angle-finish

5/13/2018 Klasifikasii Sistem Angle-finish - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/klasifikasii-sistem-angle-finish 14/14

DAFTAR PUSTAKA

Moyers, Robert R. 1973. Handbook Of Orthodontics, 4 th edition. YEAR BOOK MEDICAL

PUBLISHERS,.INC. London

Salzmann J. A. 1974. Othodontics in Daily Practice. J. B. Lippincott Company

http://anggatama.wordpress.com/2010/04/03/oklusi-dan-maloklusi

http://www.doktergigionline.com/2011/05/klasifikasi-oklusi-angle.html

http://www.researchgate.net/publication/42349659_Perawatan_Maloklusi_Pseudo_Klas_III_Den

gan_Pesawat_Bionator_Tipe_III

http://yosiarinawati.blogspot.com/2009/06/klasifikasi-maloklusi-angle.html

Malik, Isnaniah. 1989. Maloklusi Kelas III Angle. Makalah disajikan dalam Seminar 

Pendidikan Sp-1 Bidang Ortodonti, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Padjajaran,

Bandung, 1989.