kerusakan minyak
DESCRIPTION
praktikum kimia panganTRANSCRIPT
KERUSAKAN MINYAK, UJI ANGKA ASAM
M. Kurniawan Dafiq, A1M011030
ABSTRACT
Selama proses penyimpanan maupun proses pengolahan minyak dapat mengalami kerusakan. Kerusakan dan penurunan kualitas minyak ini diakibatkan karena adanya reaksi hidrolisis maupun oksidasi. Salah satu indikator yang dapat menentukan kualitas minyak adalah nilai angka asam lemak bebas (angka asam). Angka asam menunjukkan jumlah miligram KOH atau NaOH yang dibutuhkan untuk menetralkan asam-asam lemak bebas dari satu gram minyak atau lemak. Praktikum uji angka asam ini bertujuan untuk mengetahui angka asam dari beberapa jenis minyak. Pengujian angka asam dilakukan dengan 5 gram minyak yang ditambah 50 mL etanol netral, dididihkan selama 10 menit menggunakan pendingin balik. Setelah dingin, dilakukan titrasi menggunakan NaOH 0,1N yang sebelumnya telah ditambahkan 5 tetes indikator PP. NaOH yang digunakan pada pengujian angka asam minyak sawit komersial, minyak jagung, minyak kelapa komersial, VCO, minyak sawit curah dan minyak jelantah berturut-turut adalah : 0,9; 0,7; 0,4; 0,8; 1,2; dan 1. Sedangkan angka asam yang didapat secara berturut-turut sebagai berikut: 0,60; 0,47; 0,27; 0,53; 0,80 dan 0,67.
Keyword : uji angka asam, kerusakan minyak
PENDAHULUAN
Penggorengan merupakan proses thermal-kimia yang menghasilkan
karakteristik makanan goreng dengan warna coklat keemasan, tekstur krispi
penampakan dan flavor yang diinginkan, sehingga makanan gorengan sangat
popular (Boskou, et al., 2006).
Selama penggorengan terjadi hidrolisa, oksidasi dan dekomposisi minyak
yang dipengaruhi oleh bahan pangan dan kondisi penggorengan. Produksi
komponen-komponen di dalam minyak selama penggorengan ditransfer dari
bahan makanan yang digoreng, beberapa dari komponen tersebut dapat
menurunkan daya terima konsumen dan memberikan efek yang merugikan
kesehatan (Galeone, et al, 2006).
1
Salah satu fenomena yang dihadapi dalam proses penggorengan adalah
menurunnya kualitas minyak setelah digunakan secara berulang pada suhu yang
relatif tinggi (160-180ºC). Paparan oksigen dan suhu tinggi pada minyak goreng
akan memicu terjadinya reaksi oksidasi. Penelitian Yoon dan Choe, 2007,
menunjukkan bahwa beberapa parameter terjadinya oksidasi seperti free fatty acid
(FFA), komponen polar, asam konjugat dienoat meningkat pada setiap
pengulangan penggorengan selama 60 kali periode penggorengan.
Keberadaan asam lemak bebas biasanya sebagai indikator
awal terjadinya kerusakan lemak/minyak karena proses
hidrolisis. Pembentukan asam lemak bebas akan mempercepat
kerusakan oksidatif lemak/minyak karena asam lemak bebas
lebih mudah teroksidasi jika dibandingkan dengan bentuk
esternya.
Jumlah asam lemak bebas ditunjukkan dengan angka asam
yang merupakan jumlah miligram KOH atau NaOH yang
dibutuhkan untuk menetralkan asam lemak bebas yang terdapat
dalam lemak/minyak
Menurut Ketaren (1986), untuk menghitung bilangan asam
digunakan formula sebagai berikut :
Bilangan asam = A x N x56,1
G
A = jumlah ml KOH untuk titrasi
N = normalitas larutan KOH
G = bobot contoh (gram)
56,1 = bobot molekul KOH
Reaksi hidrolisis lemak atau lipolisis adalah reaksi
pelepasan asam lemak bebas (free fatty acid) dari gliserin dalam
struktur molekul lemak. Reaksi hidrolisis dapat dipico oleh enzim
lipase atau pemanasan yang menyebabkan pemutusan ikatan
ester dan pelepasan asam lemak bebas. Setiap pelepasan satu
2
asam lemak bebas diperlukan satu molekul air. Pelepasan asam
lemak dapat terjadi pada satu asam lemak, dua asam lemak atau
bisa juga ketiga asam lemak terlepas. Akumulsi pelepasan asam
lemak bebas, terutama yang memiliki rantai karbon pendek
(misalnya asam butirat dan asam kaproat) akan menyebabkan
pembentukan bau tengik minyak.
METODE PRAKTIKUM
A. Alat dan Bahan
Alat : Erlenmeyer, pipet tetes, timbangan, stopwatch,
pendingin balik,
alat titrasi.
Bahan : VCO (Virgin Coconut Oil), minyak kelapa
sawit komersial,
minyak kelapa sawit curah (merk malinda), minyak
jelantah (dari
industri keripik tempe), minyak jagung, minyak
kelapa komersial
(Barco), NaOH 0,1 N, indicator PP, etanol netral.
B. Prosedur
Pada pengujian angka asam digunakan enam jenis minyak, yaitu
minyak sawit komersial, minyak jagung, minyak kelapa komersial, VCO,
minyak sawit curah, minyak jelantah. Masing-masing minyak yang akan
diuji angka asamnya ditimbang 5 g dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer
100 mL. Ke dalam erlenmeyer tersebut ditambah 50 mL etanol netral,
kemudian dididihkan selama 10 menit menggunakan pendingin balik.
Setelah larutan dingin selanjutnya ditambah 5 tetes indikator PP dan
dititrasi dengan larutan NaOH 0,1 N sampai tepat berubah warna merah
muda atau pink. Jumlah NaOH yang digunakan sampai larutan tepat
berubah warna merah muda atau pink tersebut menandakan jumlah NaOH
3
yang digunakan untuk menetralkan asam lemak bebas yang terdapat dalam
minyak yang diuji.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
Dari hasil pengujian angka asam dari berbagai macam minyak,
diperoleh jumlah NaoH 0,1 N yang digunakan selama proses titrasi
disajikan dalam tabel berikut.
No Jenis MinyakJumlah NaOH (dalam
ml)
1Minyak Sawit
Komersial0,9
2 Minyak Jagung 0,7
3Minyak Kelapa
komersial0,4
4 Minyak VCO 0,8
5 Minyak Sawit Curah 1,2
6 Minyak Jelantah 1
Perhitungan angka asam:
1. Minyak Sawit Komersial
4
Angka asam ¿ ml NaOH x N NaOH x BM NaOHbobot minyak (gr )
= 0,9 x0,1 x 40
6=¿ 0,6
2. Minyak Jagung
Angka asam ¿ ml NaOH x N NaOH x BM NaOHbobot minyak (gr )
= 0,7 x0,1 x 40
6=0,467
3. Minyak Kelapa Komersial (Barco)
Angka asam ¿ ml NaOH x N NaOH x BM NaOHbobot minyak (gr )
= 0,4 x 0,1 x 40
6=0,267
4. Minyak VCO
Angka asam ¿ ml NaOH x N NaOH x BM NaOHbobot minyak (gr )
= 0,8 x0,1 x 40
6=¿ 0,533
5. Minyak Sawit Curah
Angka asam ¿ ml NaOH x N NaOH x BM NaOHbobot minyak (gr )
= 1,2 x 0,1 x 40
6=0,8
5
6. Minyak Jelantah
Angka asam ¿ ml NaOH x N NaOH x BM NaOHbobot minyak (gr )
= 1 x 0,1 x 40
6=¿ 0,67
B. Pembahasan
Minyak dan lemak terdiri dari berbagai jenis ester dari gliserol dan
asam lemak. Produk-produk ini sangat peka terhadap oksidasi dan
ketengikan serta memiliki sifat shortenin, lubrikasi emulsifikasi dan
pengocokan. Sifat lemak/minyak dipengaruhi oleh jenis-jenis asam lemak
yang teresterifikasi terhadap molekul gliserol dan selanjutnya
mempengaruhi proses pengolahan dan pemanfaatan lemak atau minyak
tersebut.
Lemak dan minyak merupakan bahan yang tidak larut dalam air
yang berasal dari biji-bijian tumbuh-tumbuhan dan juga dari hewan.
Lemak dan minyak terdapat pada hampir semua bahan pangan dengan
kandungan yang berbeda-beda. Akan tetapi, lemak dan minyak seringkali
ditambahkan dengan sengaja ke bahan makanan dengan berbagai tujuan.
Lemak dan minyak alami terdiri dari satu atau lebih trigliserida.
Asam lemak pada trigliserida tersebut dapat berbeda-beda pada rantai C
dan julah ikatan rangkapnya. Akibatnya molekul trigliserida tertentu dapat
lebih lunak sedangkan yang lain dapat lebih keras. Meskipun dalam suhu
ruang suatu lipida dapat tampak cair/minyak, tetapi sebenarnaya ada
padatan yang tersuspensi didalamnya. Bila sistem ini didinginkan maka
akan lebih banyak molekul lipida yang membeku, membentuk kristal
lipida dan kemudian memisah dari fraksi air dan padat. Peranan lemak
terhadap kehidupansehari-hari adalah sebagai penghasil energi,
6
meningkatkan citarasa bahan pangan, dan memperbaiki tekstur bahan
pangan.
Pada praktikum pengujian angka asam ini dalam prosesnya setelah
diberi penambahan etanol netral dan didihkan di pendingin balik diberi
larutan indicator PP sebanyak 5 tetes. Hal ini berfungsi untuk mengetahui
terjadinya suatu titik ekivalen dalam proses pentitrasi dengan terjadinya
perubahan warna pada larutan.
Setelah penambahan larutan indikator PP dilakukan titrasi dengan
penambahan NaOH 0,1 N. Hal ini dilakukan agar dapat diketahui bilangan
asamnya. Bilangan asam adalah jumlah milligram KOH yang dibutuhkan
untuk menetralkan asam-asam lemak bebas dari satu gram minyak atau
lemak (Ketaren, 1986). Namun pada praktikum ini kita menggunakan
larutan NaOH. Ini tidak ada perbedaan krena KOH dengan NaOH sama-
sama basa kuat.
Dari hasil praktikum yang telah dilakukan didapat hasil jumlah
NaOH yang dibutuhkan oleh minyak sawit komersial sebanyak 0,9 mL;
minyak jagung 0,7; minyak kelapa komersial 0,4 mL; minyak VCO 0,8
mL; minyak sawit curah 1,2 mL; dan minyak jelantah 1 mL.
Setelah didapat jumlah NaOH yang digunakan dilakukan
perhitungan angka asam pada keenam jenis minyak tersebut dan diperoleh
angka asam yang tertinggi dimiliki oleh minyak sawit curah, yaitu 0,80.
Angka asam tertinggi kedua yaitu pada minyak jelantah
yaitu sebesar 0,67. Untuk minyak sawit komersial memiliki
angka asam sebesar 0,60. Untuk minyak VCO memiliki
angka asam sebesar 0,53 dan minyak jagung memiliki
angka asam sebesar 0,47. Sedangkan minyak kelapa
komersial memiliki angka asam terendah yaitu sebesar
0,27.
Pada minyak kelapa sawit komersial kandungan
asam lemak yang dominan adalah asam palmitat (40-46%)
dan asam oleat (39-45%). Minyak kelapa sawit curah dan
7
minyak kelapa sawit komersial dibedakan berdasarkan
proses pembuatannya. Pada pembuatan minyak kelapa
sawit curah umumnya hanya menggunakan satu kali
proses fraksinasi. Sedangkan pada minyak kelapa sawit
komersial biasanya dilakukan dua kali fraksinasi. Oleh
karena itu minyak kelapa sawit curah mengandung fraksi
padat stearin yang lebih banyak. Pada pengujian angka
asam, minyak kelapa sawit curah memiliki angka asam
sebesar 0,80 sedangkan minyak kelapa sawit komersial
memiliki angka asam sebesar 0,60. Perbedaan angka asam
kedua minyak ini tidak terlalu signifikan karena kedua
minyak tersebut berasal dari satu sumber yaitu kelapa
sawit, dimana perbedaannya hanya pada proses
fraksinasinya.
Menurut Ketaren (1986), angka asam minyak kelapa
sawit berkisar antara 0,01-0,2. Pada praktikum ini didapat data
angka asam minyak sawit curah sebesar 0,80 dan minyak sawit komersial
sebesar 0,60. Hasil ini tidak sesuai dengan literatur yang ada.
Ketidaksesuaian ini kemungkinan disebabkan karena proses titrasi berlebih
sehingga NaOH yang digunakan terlalu banyak yang mengakibatkan
angka asamnya sangat tinggi. Selain itu, dapat pula diakibatkan karena
NaOH yang digunakan sudah lama dan sering terbuka di udara terbuka.
KESIMPULAN
Dari hasil praktikum uji angka asam terhadap 6 jenis minyak yaitu,
VCO (Virgin Coconut Oil), minyak kelapa sawit komersial,
minyak kelapa sawit curah (merk malinda), minyak
jelantah (dari industri keripik tempe), minyak jagung,
minyak kelapa komersial (Barco) dapat disimpulkan
bahwa :
8
1) Untuk menguji angka asam, NaOH yang dibutuhkan oleh minyak
sawit komersial sebanyak 0,9 mL; minyak jagung 0,7; minyak kelapa
komersial 0,4 mL; minyak VCO 0,8 mL; minyak sawit curah 1,2 mL;
dan minyak jelantah 1 mL.
2) Setelah dilakukan perhitungan angka asam pada keenam jenis minyak
tersebut, diperoleh angka asam yang tertinggi dimiliki oleh minyak
sawit curah, yaitu 0,80. Angka asam tertinggi kedua yaitu pada
minyak jelantah yaitu sebesar 0,67. Untuk minyak sawit komersial
memiliki angka asam sebesar 0,60. Untuk minyak VCO memiliki
angka asam sebesar 0,53 dan minyak jagung memiliki angka asam
sebesar 0,47. Sedangkan minyak kelapa komersial memiliki angka
asam terendah yaitu sebesar 0,27.
SARAN
1) Sebaiknya praktikum dilaksanakan 1 Acara / hari sehingga praktikan
bisa lebih fokus dalam memahami jalannya praktikum.
2) Diusahakan agar praktikum tidak bentrok dengan praktikum angkatan
lain.
3) Lebih ditegaskan lagi kapan waktu untuk istirahat, salat dan makan
apabila praktikun dilaksanakan sampai malam agar tidak ada
praktikan yang terlambat kembali ke lab.
DAFTAR PUSTAKA
Boskou, D., Salta, FN, Chiou, A., Troullidou, E., and Adrikopoulos, NK. 2006.
Conten of trans, trans-2,4 decadienal in deep-fried and pan-fried. Journal
Lipid Science Technology 108: 09-15.
Galeone, C., Talamini R., Levi F., Pelucchi C., Negri E., Glacosa A., Montnella
9
M., Franceschi S., and Vecchic, 2006. Fried Foods, olive oil and
colorectal cancer. Eur Soc Med Onc 13:689-92.
Ketaren, S. 1986. PengantarTeknologiMinyakdanLemak.Jakarta : UI Press.
Raharjo, S., 2006. Kerusakan Oksidatif pada Makanan. Gadjah Mada University
Press. Yogyakarta.
Sukardjo. 1997. Kimia Fisika. Jakarta: Rineka Cipta
Winarno, F.G. 1984. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta : Gramedia
Pustaka Utama.
Yoon, Y., and Choe, E. 2007. Oxidation of Corn Oil During Frying of Soy-Flour-
Added Flour Dough. Journal of Food Science. Vol 72, Nr.6, Institut of
Food Technologists.
10