kerusakan jalan
DESCRIPTION
Read More !TRANSCRIPT
TINGKAT KERUSAKAN JALAN SEBAGAI DASAR KEBIJAKAN PENANGANAN PEMELIHARAAN PRASARANA JALAN
KABUPATENBANGGAI KEPULAUAN
ROAD DAMAGE LEVELS AS BASIC POLICYMAINTENANCE DISTRICT ROAD MANAGEMENTBANGGAI KEPULAUAN
Yorim Mbolian, Yamin Jinca, Tahir Kasnawi
Program Teknik Perencanaan Prasarana Fakultas Terknik Universitas Hasanuddin
Alamat Koresponden:
Teknik Perencanaan Prasarana
Universitas Hasanuddin
Makassar 90245
Hp.081243758626
Email:[email protected]
Abstrak Prasarana jalan merupakan barang publik yang harus dapat dirasakan keberadaannya oleh seluruh lapisan
masyarakat maka sebagai konsekuensinya hak penguasaan dan wewenang pengadaan prasarana jalan umumnya
dilakukan oleh pemerintah.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) jenis dan penyebab terjadinya
kerusakan konstruksi perkerasan jalan, (2) kekuatan struktur perkerasan jalan terhadap beban lalu lintas pada
ruas jalan, dan (3) kebijakan penanganan pemeliharaan prasarana jalan dalam keterbatasan dana. Penelitian ini
dilaksanakan di Kabupaten Banggai Kepulauan pada ruas jalan Salakan-Sambiut, Bulagi-Sabang dan Alakasing
Saiyong. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah survei kondisi jalan dan mewawancarai stakeholder
yang memiliki kompetensi dalam penanganan pemeliharaan jalan. Pengolahan data yang telah diperoleh
dianalisis secara deskriptif kualitatif dan kuantitatif sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Hasil penelitian
menunjukan bahwa luas total kerusakan konstruksi perkerasan jalan yang terjadi yaitu 8936,94 m2 dengan
rincian kerusakan fungsional sebesar 6717,12 m2 atau 80% dan kerusakan struktural sebesar 1679,82 m2 atau
20%. Kondisi konstruksi perkerasan jalan mengalami penurunan rata-rata sebesar 28,26% setiap tahun sehingga
hanya mampu bertahan hingga 3,54 tahun untuk kegiatan pemeliharaan jalan dan 7,08 tahun untuk kegiatan
peningkatan jalan. Program penanganan jalan yang dilakukan selama ini dilaksanakan berdasarkan pagu
anggaran sebab keterbatasan alokasi pembiayaan pemeliharaan jalan.Kebijakan dari pemerintah dibutuhkan
untuk melakukan pemeliharaan, baik dalam pemeliharaan rutin maupun pemeliharaan berkala yang sistematik
dan berkesinambungan.
Kata kunci: Kerusakan, kebijakan, Pemeliharaan, Jalan
Abstract
Road infrastructure is a public good that should be felt by the whole society existence as a consequence the
right to control and authorize the procurement of road infrastructure is generally carried out by the
government. The aim of the study was to determine (1) the type and cause of the damage to the road pavement
construction, (2) the strength of the pavement structure of the traffic load on the roads, and (3) the maintenance
of road infrastructure management policies within the limits of funds. The study was conducted in Banggai
Kepulauan regency of joint road segment Salakan-Sambiut, Bulagi-Sabang and Alakasing-Saiyong. The method
used in the study is a survey road conditions and interviewed stakeholders who have competence in the handling
of road maintenance. Treatment data were analyzed using descriptive qualitative and quantitative fit with the
purpose to be achieved. The results indicate that the total damage that occurs of road pavement construction is
8936.94 m2 with details of the functional damage of 6717.12 m2 or 80% and structural damage of 1679.82 m2
or 20%. Conditions pavement construction decreased by an average of 28.26% per year so that can only last up
to 3.54 years for the maintenance of roads and 7.08 years for the improvements of roads. Road management
program conducted during the budget cap is implemented based on the allocation because funding limitations of
road maintenance. Government policies are needed to perform maintenance, both in routine maintenance and
periodic maintenance of systematic and continuous.
Key word: Damage, Policy, Maintenance, Road
PENDAHULUAN
Transportasi merupakan komponen utama berfungsinya suatu kegiatan ekonomi,
sosial, budaya, dan politik masyarakat, dimana tingkat mobilitas dan perekonomian serta pola
kehidupan masyarakat erat kaitannya dengan ketersediaan fasilitas transportasi yang
cukup.Jasa transportasi yang cepat, murah dan aman adalah sangat penting dan diutamakan
dalam kehidupan modern, dan usaha penyempurnaan tersebut dapat mempengaruhi
perkembangan standar kehidupan masyarakat. Pertumbuhan fasilitas transportasi, baik
prasarana jalan maupun sarana transportasi telah memberikan manfaat yang besar kepada
masyarakat dan mempengaruhi semua aspek kehidupan manusia, (Jinca.M.Ydkk.,2007).
Prasarana jalan merupakan barang publik yang harus dapat dirasakan keberadaannya
oleh seluruh lapisan masyarakat maka sebagai konsekuensinya hak penguasaan dan
wewenang pengadaan prasarana jalan umumnya dilakukan oleh pemerintah, dan diharapkan
setiap daerah mampu mengembangkan sistem penyelenggaraan pelayanan kepada masyarakat
yang lebih akomodatif terhadap kebutuhan masyarakat setempat.
Mempertahankan keberlanjutan pemanfaatan prasarana jalan sesuai dengan rencana
pembangunan, perlu dilakukan usaha-usaha pengelolaan operasi, pemeliharaan dan
penanganan yang harus direncanakan dengan baik terhadap ruas-ruas jalan yang ada,
sehingga mampu berfungsi secara optimal dalam mempermudah arus transportasi orang,
barang dan jasa, untuk itu dalam mendukung pencapaian tersebut diharapkan kualitas
konstruksi perkerasan jalan selalu memberikan lapis permukaan yang rata sehingga dapat
menjamin kenyamanan dan keamanan bagi pengguna jalan selama masa pelayanan (umur
rencana).
Penyebab terjadinya kerusakan dini pada ruas-ruas jalan di berbagai daerah masih
menjadi bahan perdebatan.Terlepas dari mutu komponen perkerasan dan pelaksanaan
pekerjaan yang mungkin kurang baik, iklim dan kondisi tanah dasar, juga distribusi beban
kendaraan yang melewati ruas jalan tersebut, (Saodang, H. 2009).
Kabupaten Banggai Kepulauan juga tidak terlepas dari masalah penurunan
kemampuan pelayanan konstruksi perkerasan jalan, hal ini dapat dilihat dengan
meningkatnya prasarana jalan yang mengalami kerusakan. Pada akhir tahun 2012 panjang
total jaringan jalan dalam wilayah Kabupaten Banggai Kepulauan adalah 1317,21 km dan di
antaranya 470,79 km atau 35,74% mengalami rusak dan rusak berat, bahkan sebagian ruas
jalan tersebut mengalami kerusakan sebelum masa pelayanan (umur rencana) tercapai.
Terjadinya kerusakan jalan akan memerlukan biaya penanganan yang tinggi, hal ini
membutuhkan penerapan efisiensi sesuai dengan tingkat manfaat yang diterima atau tingkat
kerusakan yang terjadi. Penanganan pemeliharaan prasarana jalan yang dibutuhkan oleh
masyarakat Kabupaten Banggai Kepulauan tidak mungkin semua terpenuhi karena
keterbatasan anggaran, sehingga pemerintah daerah mengarahkan penentuan skala prioritas
menjadi syarat awal penyusunan suatu kegiatan yang dapat dinilai dari urgensitasnya, segi
pemanfaatan, cakupan masyarakat yang mendapatkan manfaat dari kegiatan itu, dan
kemampuan sumber daya, yang diharapkan berorientasi pada tujuan dan manfaat yang
dikehendaki masyarakat, dengan mempertimbangkan nilai ekonomi, efisiensi, dan efektivitas
penggunaan anggaran, dengan kriteria eksisting kondisi jalan, lalu lintas harian rata-rata,
potensi ekonomi komoditi unggulan, manfaat pemakai jalan, penduduk pengguna ruas jalan,
peran serta masyarakat, fasilitas umum dan moda transportasi.
Kebijakan penanganan pemeliharaan yang sesuai standar akan mencegah percepatan
penurunan tingkat pelayanan prasarana jalan. Berdasarkan hal tersebut maka perlu
dilaksanakan evaluasi atau penelitian terhadap jenis dan penyebab terjadinya kerusakan, baik
beban lalulintas yang melebihi kapasitas (overloaded) maupun faktor lingkungan dan juga
mutu awal pelaksanaan perkerasan jalan yang kurang memenuhi standar perencanaan, guna
mengetahui pengaruh kerusakan dan langkah penanganan selanjutnya.Tujua penelitian ini
adalah Untuk menjelaskan jenis dan penyebab terjadinya kerusakan konstruksi perkerasan
jalan di Kabupaten Banggai Kepulauan.
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah bersifat deskriptif kualitatif dan kuantitatif yang bertujuan
untuk menjelaskan, menggambarkan kondisi atau situasi yang menjadi objek penelitian
berdasarkan kondisi di lokasi pengamatan dengan kajian pustaka atau teori serta standar yang
ditetapkan.Adapun kegiatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah mengidentifikasi
berbagai data yang diperoleh kemudian dilakukan analisis untuk menghasilkan suatu usulan
atau alternatif dalam menyelesaikan masalah, (Sugiyono, 2009).
Desain penelitian yang dilaksanakan adalah dengan metode survei atau melihat
langsung ke lokasi penelitian dengan tujuan untuk memperoleh data dan informasi mengenai
volume lalu lintas, tebal lapis perkerasan, kekuatan tanah dasar dan semua jenis kerusakan
yang ada. Berdasarkan masalah dan tujuan penelitian ini, maka desain penelitian dilakukan
dengan cara analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif antara kondisi (existing) dengan
kajian pustaka serta standar yang ditetapkan.
Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data
sekunder.Data primer adalah yang diperoleh melalui survei di lokasi penelitian dan
wawancara atau interview dengan stakeholder yang memiliki kompetensi dalam
pembangunan dan pemeliharaan jalan di Kabupaten Banggai Kepulauan.Data
sekunderMerupakan data yang diperoleh dari instansi yang terkait tentang pembangunan,
pemeliharaan dan pengawasan jalan dalam wilayah Kabupaten Banggai Kepulauan.
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data untuk penelitian ini dilakukan dengan survei kondisi jalan,
pengamatan langsung di lokasi penelitian dan wawancara dengan stakeholder yang memiliki
kompetensi dalam penanganan pemeliharaan jalan dalam wilayah kabupaten Banggai
Kepulauan.
Teknik Analisis Data
Pengolahan data yang telah diperoleh dianalisis secara deskriptif kualitatif dan
kuantitatif sesuai dengan tujuan yang akan dicapai yaitu: (1). Untuk menjawab rumusan
masalah pertama mengenai jenis dan penyebab terjadinya kerusakan konstruksi perkerasan
jalan di kabupaten Banggai Kepulauan dilakukan secara deskriptif kualitatif dan kuantitatif
sesuai dengan data primer dan data sekunder. Untuk menjawab tujuan kedua penelitian ini
dilakukan dengan cara analisis kuantitatif terhadap keseimbangan antara beban lalulintas
dengan luas daerah tegangan dengan persamaan di bawah ini :
W = ½P = F F = ( x r2 x Tt) (15)
h = r = jari-jari lingkaran
h = D1 + D2 + D3 (total tebal lapis perkerasan)
½P = 𝜋x r2 x Ft
½P = 𝜋x h2 x Tt h
2 = ½P = P
𝜋x Tt 2𝜋 x Tt
Berdasarkan persamaan tersebut sehingga:
µP
h = √2𝜋𝑥 Tt (16)
HASIL
Data hasil survai yang dilaksanakan dengan cara pengamatan langsung pada ruas
jalan yang menjadi target penelitian terhadap semua jenis kerusakan dengan cara mengukur
volume atau luasan jenis kerusakan.
Pada gambar 1 memperlihatkan jenis Kerusakan Jalan konstruksi perkerasan jalan di
Kabupaten Banggai Kepulauan selain membahayakan pengguna jalan, juga menambah biaya
operasional dan perawatan kendaraan. Kerusakan tersebut disebabkan oleh beberapa faktor
diantaranya faktor lingkungan yang secara teknis kemudian akan merubah kualitas struktur
tanah dasar akibat menurunnya nilai CBR, jumlah muatan kendaraan yang melebihi kapasitas
kelas jalan.
Pada gambar 2 memperlihatkanKerusakan jalan dalam wilayah Kabupaten Banggai
Kepulauan seperti ditunjukan pada grafik tersebut dikelompokkan dalam dua kategori yaitu
kerusakan struktural dan kerusakan fungsional.Kerusakan struktural dikategorikan sebagai
kerusakan yang terjadi pada konstruksi perkerasan jalan berupa perubahan bentuk dan cacat
tepi perkerasan, sedangkan kerusakan fungsional dikategorikan sebagai kerusakan yang
terjadi pada lapis permukaan jalan seperti retak dan cacat permukaan.
Pada table 1 memperlihatkan bahwa Tidak seimbangnya antara kekuatan lapis
perkerasan dengan beban lalu lintas yang bekerja di atasnya disebabkan oleh meningkatnya
volume dan beban lalu lintas dan menurunnya kekuatan lapis perkerasan disebabkan oleh
penggunaan material pada saat pelaksanaan konstruksi tidak sesuai dengan persyaratan dalam
spesifikasi seperti penggunaan aspal pada pekerjaan lapen yang kurang dari yang
dipersyaratkan (101,92 kg/m3). Berdasarkan data sekunder penggunaan aspal dalam
pelaksanaan konstruksi jalan dalam wilayah Kabupaten Banggai Kepulauan adalah rata-rata
95,49 kg/m3.
PEMBAHASAN
Faktor penyebab kerusakan perkerasan jalan dalam wilayah Kabupaten Banggai
Kepulauan pada umumnya disebabkan oleh dua faktor utama yaitu faktor lalu lintas dan
faktor non lalu lintas.Faktor non lalu lintas termasuk di dalamnya pelaksanaan konstruksi
yang tidak sesuai dengan perencanaan dan spesifikasi teknis.
Kerusakan struktural adalah kerusakan pada struktur jalan, sebagian atau seluruhnya,
yang menyebabkan perkerasan jalan tidak lagi mampu menahan beban yang bekerja di
atasnya. Untuk itu perlu adanya perkuatan struktur dari perkerasan dengan cara pemberian
pelapisan ulang (overlay) atau perbaikan lapisan perkerasan yang ada, (Dirjen Bina Marga,
2008).
Kerusakan pada konstruksi jalan terutama disebabkan oleh lalu lintas.Faktor lalu
lintas tersebut ditentukan oleh beban kendaraan, distribusi beban kendaraan pada lebar
perkerasan, pengulangan beban lalu lintas. Moda transportasi dalam wilayah Kabupaten
Banggai Kepulauan khususnya jenis angkutan yang menggunakan kendaraan berat atau
angkutan barang yang walaupun jumlahnya terbatas, tetapi dengan adanya pertambahan
volume beban lalu lintas yang ekponensial tersebut maka mempercepat terjadinya kerusakan
dan umur rencana dari perkerasan jalan tidak dapat tercapai., (Dirjen Bina Marga, 2008).
Kelas jalan dikelompokkan berdasarkan penggunaan jalan, kelancaran lalu lintas
angkutan jalan dan spesifikasi penyediaan prasaran jalan yang diatur sesuai dengan Peraturan
Pemerintah No. 34 tahun 2006 tentang jalan.Kelas jalan berdasarkan spesifikasi penyediaan
prasarana jalan dikelompokan atas jalan bebas hambatan, jalan raya, jalan sedang dan jalan
kecil, (Dirjen Bina Marga.1990).
Klasifikasi kelas jalan berkaitan dengan fungsi dan intensitas lalu lintas guna
kepentingan pengaturan penggunaan jalan dan kelancaran lalu lintas dan angkutan jalan dan
daya dukung untuk menerima muatan sumbu terberat (MST) dan dimensi kendaraan
bermotor sebagaimana diatur dalam Undang-Undang RI No.22 tahun 2009 tentang lalu lintas
dan angkutan jalan, (Dirjen Perhubungan Darat, 2009).
Menurut Adisasmita (2011), secara umum fungsi jalan dapat digolongkan dalam 2
kelompok besar, yakni: (1). Sebagai media pergerakan lalu lintas dalam mengakomodasikan
kebutuhan mobilitas (traffic function), dan (2). Sebagai tempat akses keluar masuk pada
penggunaan fasilitas atau tata guna lahan yang ada di sekitar ruas jalan (land function).
Menurut Sukirman (2010), daya dukung lapis tanah dasar sebagai perletakan struktur
perkerasan jalan sangat menentukan ketahanan struktur dalam menerima beban lalulintas
selama masa pelayanan. Berdasarkan elevasi muka tanah dimana struktur perkerasan jalan
diletakkan lapis tanah dasar dibedakan, yaitu lapis tanah dasar asli, lapis tanah dasar tanah
urug atau tanah timbunan, dan lapis tanah dasar tanah galian, dengan tingkat kepadatan yang
diharapkan.
Menurut JICA (2005), daya dukung tanah dasar diperhitungkan berdasarkan
pengukuran nilai California Bearing Ratio (CBR). Nilai CBR adalah nilai yang menyatakan
kualitas suatu bahan dibandingkan dengan bahan standar berupa batu pecah yang mempunyai
nilai CBR 100%.CBR ini menunjukan nilai relatif kekuatan tanah.Selain penentuan nilai
Daya Dukung Tanah (DDT), dengan menggunakan nilai CBR, dapat pula ditentukan
berdasarkan indeks kelompok (group index).
Lapisan permukaan adalah lapisan teratas dari struktur perkerasan jalan yang
langsung berhubungan dengan roda kendaraan dan kondisi lingkungan.Pada perkerasan lentur
dengan bahan pengikat aspal, lapisan ini kedap air, memiliki stabilitas dan tingkat keawetan
yang tinggi dibandingkan dengan tanpa bahan pengikat aspal. Berdasarkan fungsinya, jenis
lapis permukaan dengan bahan pengikat aspal dibedakan atas lapis permukaan yang berfungsi
sebagai lapis aus (wearing course) dimana lapisan ini kedap air yang ditujuhkan untuk
menambah daya tahan perkerasan terhadap penurunan mutu dan umumnya bersifat non
struktural; dan lapisan permukaan yang berfungsi sebagai lapis antara (binder course) dan
lebih bersifat struktural yang berfungsi sebagai lapis penahan dan menyebarkan beban roda
selama masa pelayanannya.
Menurut Sukirman (2010), lapisan permukaan non struktural berfungsi sebagai
lapisan aus dan kedap air yang dapat menambah daya tahan perkerasan terhadap penurunan
mutu, sehingga secara keseluruhan menambah masa pelayanan dari konstruksi perkerasan.
Perubahan bentuk (deformation), Kerusakan ini menyebabkan perubahan bentuk
permukaan perkerasan dari bentuk aslinya. Deformasi dapat dibedakan atas: alur (rutting),
keriting (corrugation), sungkur (shoving), amblas (depression), dan jembul (upheaval).
Kerusakan perubahan bentuk dikenal juga dengan istilah distorsion, terjadi akibat kekuatan
lapis perkerasan tidak seimbang dengan beban kendaraan yang melintas, kerusakan tersebut
didahului dengan kerusakan yang bentuknya alur (rutting) pada lintasan roda kendaraan.
Akibat beban kendaraan yang melebihi kapasitas akan menyebabkan terjadinya kerusakan
yang bentuknya amblas (depression) dengan kedalaman antara 2 cm hingga 4 cm, dan jika
tidak dilakukan perbaikan akan menyebabkan kerusakan yang jenisnya sungkur (shoving)
atau kerusakan yang membentuk jembulan ke atas pada lapisan permukaan.
Cacat tepi perkerasan, Kerusakan ini terjadi pada pertemuan tepi permukaan
perkerasan dengan bahu jalan tanah (bahu tidak beraspal) atau juga pada tepi bahu jalan
beraspal dengan tanah sekitarnya.Bentuk kerusakan cacat tepi permukaan dibedakan atas
gerusan tepi (edge break) dan penurunan tepi (edge drop). Sesuai dengan hasil pengamatan
secara visual di lokasi penelitian, menunjukkan bahwa kerusakan lapis perkerasan jalan
dengan tipe cacat tepi perkersan, pada umumnya terjadi pada ruas jalan yang belum
dilindungi dengan pasangan batu talud, hal ini disebabkan gerusan air akibat material bahu
jalan tidak tahan terhadap erosi, akibat material bahu jalan yang digunakan pada umumnya
adalah material tanah urugan pilihan yang tidak terstabilisasi dengan rumput.
Kualitas suatu konstruksi perkerasan jalan merupakan hasil pengaruh dari kualitas
pelaksanaannya. Penyimpangan dalam proses pelaksanaan konstruksi seperti pengurangan
tebal lapis perkerasan, penggunaan material yang tidak sesuai akan menyebabkan kerusakan
jalan pada konstruksi perkerasan jalan lebih awal dari umur teknis yang telah ditetapkan.
Pengendalian pelaksanaan pembangunan jalan adalah hal yang sangat membutuhkan
perhatian pihak pemerintah sebagai pemilik, konsultan supervisi dan penyedia jasa konstruksi
karena mutu produk pekerjaan tergantung kepada stakeholder tersebut, disamping itu
pembangunan jalan harus pula didukung dengan spesifikasi teknis yang mengacu terhadap
berbagai standar seperti AASTHO, Asphalt Institute, atau SNI dengan berbagai kegiatan
diantaranya perbaikan daya dukung tanah, pelaksanaan lapis pondasi dan lapis penutup.
KESIMPULAN DAN SARAN
Penyebab kerusakan konstruksi perkerasan jalan adalah sebagai berikut: (a). Tebal
lapis perkerasan jalan yang tidak mampu lagi menahan beban lalu lintas, (b). Kegagalan
dalam proses pelaksanaan seperti penggunaan material yang tidak sesuai dengan spesifikasi,
(c). Pemadatan yang kurang sempurna, dan (d). Tidak adanya drainase atau sistem drainase
yang kurang berfungsi.Perlunya Penugasan pengawas lapangan agar disesuaikan dengan
kompetensi dan disiplin ilmu yang dimiliki agar pengendalian pelaksanaan pekerjaan dapat
terlaksana tepat biaya, tepat mutu dan tepat waktu.
DAFTAR PUSTAKA
Adisasmita, S.A. (2011). Jaringan transportasi, Yogyakarta: Graha ilmu
Dirjen Bina Marga.(1990). Petunjuk Teknis Perencanaan dan Penyusunan Program Jalan
Kabupaten.Surat Keputusan No.77/KPTS/Db/1990,Jakarta: Dinas Pekerjaan Umum RI
Dirjen Bina Marga, (2008). Modul Jalan Kabupaten Bagian A,Jakarta: Dinas Pekerjaan
Umum RI.
Dirjen Bina Marga, (2008). Modul Jalan Kabupaten Bagian B,Jakarta: Dinas Pekerjaan
Umum RI.
Dirjen Perhubungan Darat, (2009).Tentang Lalu lintas Jalan. Undang-Undang Republik
Indonesia No.22, Th.2009, Jakarta: Departemen Perhubungan RI.
JICA, (2005), Panduan Pemeliharaan Jalan Kabupaten edisi I, Puslitbang Prasarana
Transportasi ISBN: 979-95959-5-9 Balitbang Dep. Pekerjaan Umum, Bandung.
Jinca.M.Y dan Lindasari, (2007). Dasar-Dasar Transportasi, Pusdiklat Aparatur Departemen
Perhubungan
Saodang, H. (2009). Struktur & Konstruksi Jalan Raya, Nova, Bandung
Sugiyono, (2009).Metode Penelitian Kuantitatif, Bandung: Alfabeta
Sukirman, S. (2010). Perencanaan Tebal Struktur Perkerasan lentur, Nova, Bandung
Gambar 1. Grafik jenis kerusakan jalan
Salakan-Sambiut Bulagi-SabangAlakasing -
Saiyong
Perubahan Bentuk 236.72 852.36 30.44
Cacat Tepi Permukaan 363.96 147.55 48.79
Retak 2938.44 216.15 58.62
Cacat Permukaan 2633.46 784.59 85.86
0
1000
2000
3000
4000
5000
6000
7000
Kerusakan Fungsional Kerusakan Struktural
Jalan Salakan -Sambiut
Jalan Bulagi - Sabang
Jalan Alakasing - Saiyong
Gambar 2. Jenis kerusakan perkerasan jalan
Tabel 1. Jenis kerusakan struktural konstruksi jalan
RUAS JALAN
Perubahan Bentuk Cacat Tepi Permukaan
Keriting
(m2)
Amblas
(m2)
Sungkur
(m2)
Alur
(m2)
Gerusan tepi
(m2)
Penurunan tepi
(m2)
Salakan – Sambiut
Salakan - Kautu
Kautu - Palam
Palam - Sambiut
-
-
-
21,44
142,50
14,20
-
-
-
16,26
31,50
10,82
46,80
112,42
32,70
51,38
86,00
34,66
Jumlah - 178,14 - 58,58 191,92 172,04
Bulagi - Sabang
Bulagi - Bangunemo
Bangunemo - Sambulangan
Sambulangan - Sabang
-
-
-
17,50
82,50
703,15
-
11,55
8,90
11,66
17,10
26,88
15,14
30.41
27,56
16,34
31,22
Jumlah - 803,15 11,55 37,66 72,43 75,12
Alakasing - Saiyong
Alakasing - Manggalai
Manggalai - Saiyong
-
-
12,24
-
-
-
9,82
8,36
14,66
10,80
10,55
12,78
Jumlah - 12,24 - 18,20 25,46 23,33
Sumber: Data primer (2013)