pengaruh overloading kendaraan terhadap kerusakan jalan

14
Perkerasan dan struktur permukaan merupakan struktur yang terdiri dari satu atau beberapa lapis perkerasan dimana fungsinya untuk mendukung berat dari beban lalu lintas tanpa menimbulkan kerusakan yang berarti pada konstruksi jalan itu sendiri. Struktur perkerasan terdiri dari beberapa lapisan dengan kekerasan dan daya dukung yang berbeda-beda, tiap lapisan perkerasan harus terjamin kekuatan dan ketebalannya sehingga tidak akan mengalami distress yaitu perubahan karena tidak mampu menahan beban dan tidak cepat kritis atau failure. Struktur perkerasan jalan dalam menjalankan fungsinya berkurang sebanding dengan bertambahnya umur perkerasan dan bertambahnya beban lalu lintas yang dipikul dari kondisi awal desain perkerasan tersebut. Umur perkerasan jalan ditetapkan pada umumnya berdasarkan jumlah kumulatif lintasan kendaraan standar (CESA, Cumulative Equivalent Standard Axle) yang diperkirakan akan melalui perkerasan tersebut, diperhitungkan dari mulai perkerasan tersebut dibuat dan dipakai untuk umum sampai dengan perkerasan tersebut dikategorikan rusak (habis masa pelayanannya). Sebagai salah satu jalan negara, jalur pantura memiliki peran penting dalam pengembangan perekonomian nasional.Perkembangan ekonomi tersebut diikuti dengan pertumbuhan lalu lintas yang terjadi di ruas ini, baik dari segi jumlah kendaraan dan beban yang diangkut.Masalah yang berulang kali terjadi adalah kerusakan jalan dan pengurangan umur layan perkerasan jalan.Indikasi kerusakan jalan banyak dituduhkan kepada penyebab utamanya, overloading khususnya kendaraan-kendaraan berat.

Upload: tamara-conway

Post on 06-Aug-2015

652 views

Category:

Documents


10 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pengaruh Overloading Kendaraan Terhadap Kerusakan Jalan

Perkerasan dan struktur permukaan merupakan struktur yang terdiri dari satu atau

beberapa lapis perkerasan dimana fungsinya untuk mendukung berat dari beban lalu lintas

tanpa menimbulkan kerusakan yang berarti pada konstruksi jalan itu sendiri. Struktur

perkerasan terdiri dari beberapa lapisan dengan kekerasan dan daya dukung yang berbeda-

beda, tiap lapisan perkerasan harus terjamin kekuatan dan ketebalannya sehingga tidak akan

mengalami distress yaitu perubahan karena tidak mampu menahan beban dan tidak cepat

kritis atau failure.

Struktur perkerasan jalan dalam menjalankan fungsinya berkurang sebanding dengan

bertambahnya umur perkerasan dan bertambahnya beban lalu lintas yang dipikul dari kondisi

awal desain perkerasan tersebut. Umur perkerasan jalan ditetapkan pada umumnya

berdasarkan jumlah kumulatif lintasan kendaraan standar (CESA, Cumulative Equivalent

Standard Axle) yang diperkirakan akan melalui perkerasan tersebut, diperhitungkan dari

mulai perkerasan tersebut dibuat dan dipakai untuk umum sampai dengan perkerasan tersebut

dikategorikan rusak (habis masa pelayanannya).

Sebagai salah satu jalan negara, jalur pantura memiliki peran penting dalam

pengembangan perekonomian nasional.Perkembangan ekonomi tersebut diikuti dengan

pertumbuhan lalu lintas yang terjadi di ruas ini, baik dari segi jumlah kendaraan dan beban

yang diangkut.Masalah yang berulang kali terjadi adalah kerusakan jalan dan pengurangan

umur layan perkerasan jalan.Indikasi kerusakan jalan banyak dituduhkan kepada penyebab

utamanya, overloading khususnya kendaraan-kendaraan berat.

Pada dasarnya jalan akan mengalami penurunan fungsi strukturalnya sesuai dengan

bertambahnya umur, apalagi jika dilewati truk-truk dengan muatan yang cenderung berlebih.

Jalan-jalan raya saat ini mengalami kerusakan dalam waktu yang relatif sangat pendek

(kerusakan dini) baik jalan yang baru dibangun maupun jalan yang baru diperbaiki (overlay).

Kerusakan jalan saat ini menjadi suatu yang kontroversial dimana satu pihak mengatakan

kerusakan dini pada perkerasan jalan disebabkan karena desain didesain dengan tingkat

kualitas dibawah standar dan dipihak lain menyatakan kerusakan dini perkerasan jalan

disebabkan terdapatnya kendaraan dengan muatan berlebih (overloading) yang biasanya

terjadi pada kendaraan berat.

Terdapatnya kendaraan berlebih pada jalan disebabkan penyelewengan pengawasan

pada jembatan timbang terhadap beban kendaraan yang melintasi jalan.Dampak nyata yang

ditimbulkan oleh muatan berlebih (overloading) adalah kerusakan jalan sebelum periode /

Page 2: Pengaruh Overloading Kendaraan Terhadap Kerusakan Jalan

umur teknis rencana tercapai. Dampak negatif lain yang timbul dari kelebihan muatan adalah

menurunnya tingkat keselamatan, menurunnya tingkat pelayanan lalu lintas, dan menurunnya

kualitas lingkungan.

Secara definisi beban berlebih (overloading) adalah suatu kondisi beban gandar

kendaraan melebihi beban standar yang digunakan pada asumsi desain perkerasan jalan atau

jumlah lintasan operasional sebelum umur rencana tercapai, atau sering disebut dengan

kerusakan dini.Sedangkan umur rencana perkerasan jalan adalah jumlah repetisi beban lalu

lintas (dalam satuan Equivalent Standard Axle Load, ESAL) yang dapat dilayani jalan

sebelum terjadi kerusakan struktural pada lapisan perkerasan. Kerusakan jalan akan terjadi

lebih cepat karena jalan terbebani melebihi daya dukungnya. Kerusakan ini disebabkan oleh

salah satu faktor yaitu terjadinya beban berlebih (overloading) pada kendaraan yang

mengangkut muatan melebihi batas beban yang ditetapkan yang secara signifikan akan

meningkatkan daya rusak (VDF, Vehicle Damage Factor) kendaraan yang selanjutnya akan

memperpendek umur pelayanan jalan. Beban berlebih (oveload) akan menyebabkan

kerusakan dini akan terjadi pada jalan, karena jalan terbebani oleh kendaraan yang

mengangkut beban berlebih, hal ini akan menyebabkan CESA rencana aka tercapai sebelum

umur jalan yang direncanakan pada saat mendesain jalan. Umur rencana perkerasan jalan

adalah jumlah tahun dari saat jalan tersebut dibuka untuk lalu lintas kendaraan sampai

diperlukan suatu perbaikan struktural atau sampai diperlukan overlay lapisan perkerasan

(Sukirman, 1999).

Angka ekivalen adalah angka yang menunjukkan jumlah lintasan dari sumbu tunggal

seberat 8,16 ton yang akan menyebabkan kerusakan yang sama atau penurunan indeks

permukaan yang sama apabila kendaraan tersebut lewat satu kali. Setiap jenis kendaraan

akanmempunyai angka ekivalen (VDF, vehicle damage factor) yang berbeda yang

merupakan jumlah angka ekivalen dari sumbu depan dan sumbu belakang. Beban masing-

masing sumbu dipengaruhi oleh letak titik berat kendaraan dan bervariasi sesuai dengan

muatan dari kendaraan tersebut.Menurut Bina Marga faktor daya rusak kendaraan (vehicle

damage factor, VDF) adalah perbandingan antara daya rusak oleh muatan sumbu suatu

kendaraan terhadap daya rusak oleh beban sumbu standar (formula liddle).

Page 3: Pengaruh Overloading Kendaraan Terhadap Kerusakan Jalan

Faktor daya rusak (VDF, vehicle damage factor) menggambarkan seberapa besar

pengaruh suatu kendaraan terhadap perkerasan apabila melintas di atas lapisan perkerasan

tersebut. Kerusakan akan terjadi lebih cepat dengan adanya beban berlebih karena faktor daya

pengrusak sangat dipengaruhi jumlah beban pada masing-masing sumbu. Pada dasarnya

konstruksi perkerasan jalan direncanakan dengan mengasumsikan jalan akan mengalami

sejumlah repetisi (CESA, cumulative equivalent single axle load) beban kendaraan dalam

satuan standar axle load (SAL) sebesar 18.000 lbs atau 8,16 ton untuk as tungal roda ganda.

CESA adalah cumulative equivalent standard axles, yaitu total VDF kendaraan-kendaraan

yang diperkirakan melintasi ruas jalan tersebut selama umur rencana, dalam satuan lintasan

as kendaraan dengan beban standar 18 kips (8,16 ton). Dengan mengetahui hal ini maka

kelebihan muatan pada kendaraan (overloading) sangat berpengaruh terhadap pengurangan

umur rencana jalan.

Jenis dan

besarnya beban kendaraan yang beraneka ragam menyebabkan pengaruh daya rusak dari

masing-masing kendaraan terhadap lapisan-lapisan perkerasan jalan raya tidaklah sama.

Semakin besar muatan / beban suatu kendaraan yang dipikul lapisan perkerasan jalan maka

umur perkerasan jalan akan semakin cepat tercapai, hal ini disebabkan kendaraan-kendaraan

yang melintas memiliki angka ekivalen yang makin besar dan kendaraan yang lewat pada

suatu lajur jalan raya memiliki beban siklus atau suatu beban yang berulang-ulang yang

mempengaruhi indeks permukaan akhir umur rencana (IPt) dari perkerasan jalan raya.

Dalam perencanaan perkerasan jalan raya digunakan beban standar sehingga semua

beban kendaraan dapat diekivalensikan terhadap beban standar dengan menggunakan “angka

ekivalen beban sumbu (E)”. Beban standar merupakan beban sumbu tunggal beroda ganda

seberat 18.000 pon (8,16 ton) (Sukirman, 1999).

Page 4: Pengaruh Overloading Kendaraan Terhadap Kerusakan Jalan

Beban berlebih (overloading) adalah suatu kondisi beban gandar (as) kendaraan

melampaui batas maksimum yang diizinkan (Hikmat Iskandar, Jurnal Perencanaan Volume

Lalu Lintas Angkutan Jalan, 2008).

Beban berlebih (overloading) adalah beban lalu lintas rencana (jumlah lintasan

operasional rencana) tercapai sebelum umu rencana perkerasan, atau sering disebut dengan

kerusakan dini (Hikmat Iskandar, Jurnal Perencanaan Volume Lalu Lintas Angkutan Jalan,

2008).

Beban berlebih (overloading) adalah jumlah berat muatan kendaraan angkutan

penumpang, mobil barang, kendaraan khusus, kereta gandengan, dan kereta tempelan yang

diangkut melebihi dari jumlah yang diizinkan atau muatan sumbu terberat (MST) melebihi

kemampuan kelas jalan yang ditetapkan (Perda Provinsi Kaltim No. 09 Tahun 2006).

Muatan sumbu terberat (MST) dipakai sebagai dasar pengendalian dan pengawasan

muatan kendaraan di jalan yang ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan.

Tabel 1

Kelas dan Fungsi Jalan

(PP No.43-1993, Pasal 11)

No.Kelas

Jalan

Fungsi

Jalan

Dimensi Kendaraan

MST, tonLebar, mm

Panjang,

mm

Tinggi, mm

(PP No.44-

1993, Pasal

115)

1 I Arteri 2500 18000

4200mm dan ≤

1,7x lebar

kendaraan

>10,0

2 II Arteri 2500 18000 ≤10,0

3 IIIAArteri atau

Kolektor2500 18000 ≤8,0

4 IIIB Kolektor 2500 12000 ≤8,0

5 IIIC Lokal 2100 9000 ≤8,0

Sementara itu, untuk pengaturan MST Truk Peti Kemas, tergantung pada konfigurasi

sumbu terberatnya, masih diatur sesuai dengan KM Perhubungan No.74-1990, seperti dalam

Tabel 2.

Page 5: Pengaruh Overloading Kendaraan Terhadap Kerusakan Jalan

Tabel 2

MST untuk Truk Angkutan Peti Kemas

(KM Perhubungan No.74-1990, Pasal 9)

No. Konfigurasi As dan Roda Truk MST, ton Catatan

1 Sumbu TunggalRoda Tunggal 6,0

Tidak diatur ijin

untuk beroperasi

pada fungsi jalan

atau kelas jalan

tertentu.

Roda Ganda 8,0

2Sumbu Ganda

(Tandem)Roda Ganda 10,0

3Sumbu Tiga

(Tripel)Roda Ganda 20,0

Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat empat kategori kendaraan dengan

izin beroperasi di jalan-jalan umum sebagai berikut:

Kendaraan kecil dengan panjang dan lebar maksimum 9000 x 2100 mm, dengan

muatan sumbu terberat (MST) ≤ 8 ton, diizinkan menggunakan jalan pada semua

kategori fungsi jalan yaitu jalan lingkungan, jalan lokal, jalan kolektor, dan jalan

arteri.

Kendaraan sedang dengan panjang dan lebar maksimum 18000 x 2500 mm, serta

MST ≤ 8 ton, diizinkan terbatas hanya beroperasi di jalan-jalan yang berfungsi

kolektor dan arteri. Kendaraan sedang dilarang memasuki jalan lokal dan jalan

lingkungan.

Kendaraan besar dengan panjang dan lebar maksimum 18000 x 2500 mm, serta MST

≤ 10 ton, diizinkan terbatas beroperasi di jalan-jalan yang berfungsi arteri saja; dan

Kendaraan besar khusus dengan panjang dan lebar maksimum 18000 x 2500 mm,

serta MST >10 ton, diizinkan sangat terbatas hanya beroperasi di jalan-jalan yang

berfungsi arteri dan kelas I (satu) saja. Baik kendaraan besar maupun kendaraan besar

khusus dilarang memasuki jalan lingkungan, jalan lokal, dan jalan kolektor.

Ketentuan tersebut menjadi dasar diwujudkannya prasarana transportasi jalan yang

aman.Jalanpun diwujudkan mengikuti penggunaannya, jalan arteri diwujudkan dalam ukuran

dan geometrik serta kekuatan perkerasan yang sesuai dengan kategori kendaraan yang harus

dipikulnya.Demikian juga jalan kolektor, local, dan lingkungan, dimensi jalannya dan

kekuatan perkerasannya disesuaikan penggunaannya.

Page 6: Pengaruh Overloading Kendaraan Terhadap Kerusakan Jalan

Dengan demikian dalam penggunaan jalan sehari-hari, pelanggaran terhadap ketetntuan

tersebut akan menimbulkan dampak inefisiensi berupa menurunnya kinerja pelayanan jalan.

Misalnya, kendaraan yang melakukan perjalanan arterial dengan MST > 10 ton, jika

memasuki jalan arterial dengan MST ≤ 10 ton maka perlu menurunkan bebannya. Seandainya

beban kendaraan tidak disesuaikan maka perkerasan jalan akan mengalami overloading

sehingga akan cepat rusak. Contoh lain, jika kendaraan besar arterial masuk ke jalan local

yang berdimensi jalan lebih kecil dengan izin MST yang lebih rendah, maka perkerasan jalan

aka rusak lebih awal dan dimensi kendaraan yang lebih besar akan menghalangi pergerakan

kendaraan lain yang sedang operasi di jalan lokal. Demikian kinerja pelayanan jalan menjadi

menurun, terjadi banyak konflik antar kendaraan dan perkerasan lebih cepat rusak.

Semua beban kendaraan dengan gandar yang berbeda diekivalensikan ke dalam beban

standar gandar dengan menggunakan angka ekivalen beban sumbu tersebut sehingga

diperoleh beban kendaraan yang ada dalam sumbu standar (equivalent single axle load) 18

kip ESAL.

Penambahan beban melebihi beban sumbu standar pada sumbu kendaraan akan

mengakibatkan penambahan daya rusak yang cukup signifikan. Kerusakan terjadi lebih cepat

karena konsentrasi beban pada setiap roda kendaraan sangat tinggi akibat jumlah axle yang

terbatas apalagi dengan adanya beban berlebih karena pada perencanaan perkerasan jalan

masih mengacu kepada desain kendaraan untuk muatan normal.Mekanisme beban kendaraan

dalam mempengaruhi perkerasan jalannya tergantung dari bentuk konfigurasi sumbu

kendaraan dan luas bidang kontak ban dengan perkerasan jalan.

Beban berulang atau repetition load merupakan beban yang diterima struktur perkerasan

dari roda-roda kendaraan yang melintasi jalan raya secara dinamis selama umur rencana.

Besar beban yang diterima bergantung dari berat kendaraan, konfigurasi sumbu, bidang

kontak antara roda, dan kendaraan, serta kecepatan dari kendaraan itu sendiri. Hal ini akan

memberi suatu nilai kerusakan pada perkerasan akibat muatan sumbu roda yang melintas

setiap kali pada ruas jalan.

Berat kendaraan dibebankan ke perkerasan jalan melalui roda kendaraan yang terletak

di ujng-ujung sumbu kendaraan.Masing-masing kendaraan mempunyai konfigurasi sumbu

yang berbeda-beda. Sumbu depan merupakan sumbu tunggal roda, sedangkan sumbu

belakang dapat merupakan sumbu tunggal, ganda, maupun tripel.

Page 7: Pengaruh Overloading Kendaraan Terhadap Kerusakan Jalan

Dampak kerusakan yang ditimbulkan oleh beban lalu lintas tidaklah sama antara yang

satu dengan yang lain. Perbedaan ini mengharuskan suatu standar yang bisa mewakili untuk

semua jenis kendaraan, sehingga semua beban yang diterima oleh struktur perkerasan jalan

dapat disamakan ke dalam beban standar.Beban standar ini digunakan sebagai batasan

maksimum yang diizinkan untuk suatu kendaraan.

Beban yang sering digunakan sebagai batasan maksimum yang diizinkan untuk suatu

kendaraan adalah beban gandar maksimum. Beban standar ini diambil sebesar 18.000 pon

(8,16 ton) pada sumbu standar tunggal. Diambilnya angka ini karena daya pengrusak yang

ditimbulkan beban gandar terhadap struktur perkerasan adalah bernilai satu.

Pada kondisi ideal, berat, daya angkut, dan dimensi kendaraan yang melewati suatu

jalan menjadi acuan dalam pembangunan suatu jalan.Akan tetapi perkembangan dan

teknologi transportasi sering tidak diimbangi peningkatan desain jalan, sehingga daya angkut

dan dimensi kendaraan perlu diatur.Daya angkut dan dimensi kendaraan diatur dengan

beberapa tujuan seperti, melindungi jalan dari kerusakan dini sehingga umur jalan dapat

dipertahankan, mewujudkan standar keamanan jalan, mewujudkan standar tingkat pelayanan

lalu lintas, dan mewujudkan standar tingkat pelayanan lingkuangan.Akibat yang ditimbulkan

oleh muatan berlebih (overloading) adalah kerusakan jalan sebelum periode / umur teknis

tercapai.Secara langsung kondisi yang terjadi adalah kerusakan jalan secara langsung yang

dapat mengakibatkan kemacetan yang pada akhirnya merugikan pemerintah (sebagai

pengelola jalan) dan masyarakat umum.

Kerusakan jalan mengindikasikan kondisi struktural dan fungsional jalan yang sudah

tidak mampu memberikan pelayanan yang optimal terhadap pengguna jalan, seperti

ketidaknyamanan dan ketidakamanan pengguna jalan mengemudikan kendaraan di atas

permukaan jalan yang bergelombang dan licin.Beban lalu lintas kendaraan yang dapat berupa

peningkatan beban dan repetisi beban.Makin banyak repetisi beban yang terjadi makin besar

tingkat kerusakan jalan. Kerusakan akan terjadi jika daya dukung perkerasan jalan lebih kecil

dari beban lalu lintas. Meskipun demikian perbaikan lebih lanjut dapat dilakukan dengan

pengendalian system terpadu.Standarisasi beberapa komponen seperti roda, dan peningkatan

frekuensi pengecekan terhadap beban kendaraan demi kepentingan keselamatan lalu lintas

maupun untuk mencegah beban yang berlebih pada perkerasan jalan.

Diperlukan kesadaran dari pemakai jalan untuk mematuhi peraturan berat muatan

maksimum kendaraan yang dapat melintas pada suatu jalan raya dan diupayakan dapat

Page 8: Pengaruh Overloading Kendaraan Terhadap Kerusakan Jalan

dilakukan pengawasan yang optimal terhadap pemeliharaan jalan dan berat muatan kendaraan

yang melintas pada suatu perkerasan agar jalan tersebut dapat mencapai umur rencana yang

diharapkan.

SARAN

Diperlukan kesadaran dari pemakai jalan untuk mematuhi peraturan berat muatan

maksimum kendaraan yang dapat melintas pada suatu jalan raya dan dan diupayakan

dapat dilakukan pengawasan yang optimal terhadap pemeliharaan jalan dan berat

muatan kendaraan yang melintas pada suatu perkerasan agar jalan tersebut dapat

mencapai umur rencana yang diharapkan.

Untuk mengangkut barang/muatan yang cukup berat sebaiknya menggunakan

kendaraan dengan sumbu yang lebih banyak sehingga daya rusak makin kecil.

Adanya denda maupun sanksi pidana yang tegas bagi yang melanggar.

Pengawasan dan pengendalian muatan lebih melalui jembatan timbang dilakukan

dengan optimalisasi penyelenggaraan jembatan timbang yang ada dan pengawasan

alat penimbangan portable secara intensif terhadap kawasan-kawasan pembangkit

muatan lebih.

Dalam pengawasan dan pengendalian muatan lebih selain optimalisasi jembatan

timbang yag dioperasikan , juga dilakukan dengan pengendalian terhadap modifikasi

rancang bangun dengan pengawasan standar teknis mengenai jenis kendaraan

bermotor, ukuran dimensi bak muatan serta tata cara pemuatannya, pengawasan

terhadap kelas jalan dan sosialisasi program/kebijakan penanganan muatan lebih.

Gambar 1.2 Jalan yang Berlubang Kecil danDigenangi Air

DilewatiTerusolehBebanKendaraanSehinggaLubangMenjadiBesar

Page 9: Pengaruh Overloading Kendaraan Terhadap Kerusakan Jalan

Tanah merupakanbagian yang pentinguntukberdirinyasuatubangunan, jalanraya,

ataustruktur lain yang berhubungandenganketekniksipilan. Sering kali

suatukonstruksimengalamikerusakankarenapermasalahan yang

terjadipadatanah.Permasalahaninitidakhanyaterbataspadapenurunansajatetapimencakupsecara

menyeluruh, misalnyaadanyapengembangantanah.Olehkarenaitu,

penelitiantentangtanahsangatdibutuhkanuntukmengetahuijenistanah yang ada di

lapangandanakandijadikanstrukturbawahbaiksebagaipendukungpondasibangunan,

bahantimbunantanggul, bendung, danjalan.