kelompok jaringan komorg fix

Upload: rendii-abrahamzon

Post on 14-Oct-2015

28 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

TugasJaringan (Network) Komunikasi dalam OrganisasiMATA KULIAH :MANAJEMEN KOMUNIKASI ORGANISASIDosen :Dr. Dwi Purbaningrum

Disusun Oleh

Kelompok 5Andre Harera

Lintang

Pratiwi

Rendy Abraham

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

2014

A. Teori Jaringan Jaringan atau network didefinisikan sebagai, social structures created by communication among individuals and groups, yaitu struktur sosial diciptakan melalui komunikasi di antara sejumlah individu dan kelompok (Cynthia Sohl dalam Littlejohn dan Foss, 2005). Ketika orang berkomunikasi dengan orang lain maka terciptalah hubungan (link) yang merupakan garis-garis komunikasi dalam organisasi. Struktur organisasi dapat terlihat dengan meneliti pola-pola interaksi dalam organisasi sehingga dapat diketahui siapa berkomunikasi dengan siapa.Menurut De Vito (1997), jaringan komunikasi adalah saluran yang digunakan untuk meneruskan pesan dari satu orang ke orang lain dalam organisasi. Jaringan organisasi ini berbeda besar dan strukturnya pada masing-masing organisasi, dan biasanya disesuaikan dengan kepentingan dan tujuan organisasi tersebut. Secara umum jaringan komunikasi dapat dibedakan atas 2 (dua) bagian yaitu: 1) jaringan komunikasi Formal dan 2) jaringan komunikasi Informal. Dengan kata lain hubungan yang terjadi dalam organisasi dapat terjadi secara formal dan informal.

Menurut Morrisan (2013), sebagian dari hubungan itu merupakan jaringan formal (formal network) yang dibentuk oleh aturan-aturan organisasi, seperti struktur organisasi. Namun jaringan formal pada dasarnya mencakup hanya sebagian dari struktur yang terdapat pada organisasi. Selain jaringan formal terdapat pula jaringan informal (emergent network) yang merupakan saluran komunikasi nonformal yang terbentuk melalui kontak atau interaksi yang terjadi di antara anggota organisasi setiap harinya.Dalam jaringan komunikasi informal bisa diwujudkan seperti tegur sapa terhadap rekan atau sejawat di kantor, menjawab telepon yang berdering, atau menulis pesan melalui memo kantor, dsb. Apalagi dengan canggihnya teknologi, kemampuan untuk membangun hubungan atau link semakin meningkat dengan kehadiran teknologi pesan singkat (SMS) melalui telepon genggam atau e-mail melalui internet. Dengan demikian relationship terbentuk dengan sendirinya walau ada yang berjalan lancar ada pula yang mengalami gangguan dalam berkomunikasi.Jaringan komunikasi pada hakikatnya adalah keterhubungan atau keterkaitan(connectedness), yaitu ide bahwa terdapat jalur komunikasi yang relatif stabil di antara individu-individu anggota organisasi. Setiap orang memiliki seperangkat hubungan yang unik dengan orang lain yang disebut jaringan personal (personal network). Dengan kata lain, jaringan personal yang dimiliki setiap pribadi itu berbeda-beda, namun bisa saling berkaitan dalam suatu ikatan organisasi.Morrisan (2013) menegaskan bahwa jaringan dalam kelompok (group network) terbentuk karena individu cenderung berkomunikasi lebih sering dengan anggota organisasi tertentu lainnya. Organisasi pada dasarnya terbentuk dari kelompok-kelompok yang lebih kecil yang terhubung bersama-sama dalam kelompok-kelompok yang lebih besar dalam jaringan organisasi (organizational network). Ketika anggota organisasi berkomunikasi satu sama lain, mereka melaksanakan atau memenuhi berbagai peran dalam hubungannya dengan jaringan yang terdiri atas peran sebagai jembatan, penghubung, dan pemisah (Littlejohn dan Foss, Ibid).1. Jembatan. Peran sebagai jembatan (bridge) di mana anggota suatu kelompok merangkap atau menjadi anggota kelompok lainnya.2. Penghubung. Seseorang berperan sebagai penghubung (unison) jika ia menghubungkan dua kelompok tetapi ia sendiri bukan anggota keduanya.3. Pemisah. Seseorang berperan sebagai pemisah (isolate) jika ia tidak terhubung atau terkait sama sekali dengan anggota lain. Suatu jaringan juga dapat dicirikan melalui sejumlah kualitas yang dimilikinya. Peneliti jaringan harus melihat berbagai variabel yang terkait dengan keterhubungan berbagai individu dalam jaringan. Dalam hal ini kita dapat melihat pada: 1) fungsi jaringan; 2) tingkat keterhubungan; 3) sentralitas/desentralitas; dan 4) derajat pemisahan.1) Fungsi JaringanSuatu organisasi tidak pernah terdiri dari hanya satu jaringan tetapi memiliki banyak jaringan yang saling tumpang tindih. Namun walaupun sebagian besar jaringan bersifat multifungsi (multiplex), tetapi jaringan pada umumnya lebih berkonsentrasi atau lebih ter-fokus pada satu fungsi tertentu dibandingkan fungsi - fungsi lainnya.

2) Tingkat KeterhubunganKualitas lain adalah keterhubungan (connectedness), yaitu rasio antara hubungan yang sebenarnya dengan kemungkinan hubungan jaringan yang memiliki keterhubungan tinggi adalah jaringan yang kuat dan dekat. Jaringan semacam ini dapat memasukkan banyak pengaruh ke dalam hubungan dengan membangun norma-norma bagi pikiran dan perilaku. Seseorang akan merasa lebih dekat dan lebih terpengaruh dengan rekan-rekannya di kantor dibandingkan dengan tetangga mereka.3) Sentralitas dan Desentralitas

Sifat lain jaringan adalah sentralitas atau derajat keterhubungan antara individu dan kelompok. Organisasi yang sangat sentralistis memiliki garis hubungan dimulai dari kelompok hingga ke sejumlah pusat hubungan. Sistem terdesentralisasi memiliki keterhubungan lebih besar di antara para anggota secara keseluruhan, dan tidak ada kelompok yang mengontrol hubungan tersebut.

4) Derajat Pemisahan

Jumlah hubungan yang terdapat antara Anda dengan orang lain dinamakan derajat pemisahan (degrees of separation). Misalnya, ketika dalam pekerjaan kita seringkali ingin menemui seseorang, namu orang tersbut susah ditemui, dan dihubungi. Kita bertanya kepada beberapa orang lalu akhirnya dapat bertemu. A. Peran Jaringan Kerja KomunikasiSebuah organisasi terdiri dari orang-orang dalam berbagai jabatan ketika orang-orang dalam jabatan itu mulai berkomunikasi satu dengan yang lainnya, berkembanglah keteraturan dalam kontak dan siapa berbicara kepada siapa. Lokasi setiap individu dalam pola dan jaringan yang terjadi memberi peranan pada orang tersebut. Berdasarkan hal-hal tersebut, Pace dan Faules (2012) membedakannya menjadi 7 (tujuh) peranan, yaitu anggota klik, penyendiri, jembatan, penghubung, penjaga gawang, pemimpin pendapat dan kosmopolit.

Anggota klik Farace dan rekan-rekannya (1977) dalam Pace & Faules (2012) menunjukkan bahwa sebuah klik terbentuk bila lebih daripada separuh komunikasi anggota-anggotanya adalah komunikasi dengan sesama anggota, bila setiap anggota dihubungkan dengan semua anggota lainnya, dan bila tidak ada satu hubungan pun atau seorang anggota pun yang dapat dihilangkan sehingga mengakibatkan kelompok terpecah. Kebanyakan anggota klik relatif akrab satu dengan yang lainnya dalam hierarki formal organisasi. Keanggotaan klik adalah bahwa individu-individu harus mampu melakukan kontak satu sama lainnya, bahkan dengan cara tidak langsung. Klik terdiri dari individu-individu yang keadaan sekelilingnya (tempat bekerja) memungkinkan kontak antar individu, yang satu sama lain saling menyukai, dan yang merasa amat puas dengan kontak-kontak tersebut.GAMBAR 8.4 diagram jaringan kerja hipotesis yang menunjukkan peranan jaringan kerja komunikasi

Penyendiri Penyendiri adalah mereka yang hanya melakukan sedikit atau sama sekali tidak mengadakan kontak dengan anggota kelompok yang lainnya. Beberapa anggota organisasi menjadi penyendiri bila berurusan dengan kehidupan pribadi pegawai-pegawai lainnya tetapi jelas merupakan anggota klik bila pesan-pesan berkenaan dengan perubahan dalam kebijakan dan prosedur organisasi.

Jembatan

Jembatan adalah seorang anggota klik yang memiliki sejumlah kontak yang menonjol dalam kontak antar kelompok, juga menjalin kontak dengan anggota klik lain. Sebuah jembatan berlaku sebagai pengontak langsung antara dua kelompok pegawai.

Penghubung. Penghubung adalah orang yang mengaitkan atau menghubungkan dua klik atau lebih tetapi ia bukan anggota salah satu kelompok yang dihubungkan tersebut. Para penghubung memegang peranan penting bagi berfungsinya organisasi secara efektif. Penjaga gawangDalam suatu jaringan komunikasi organisasi, penjaga gawang (gate keeper) adalah orang yang secara strategis ditempatkan dalam jaringan agar dapat melakukan pengendalian atas pesan apa yang akan disebarkan melalui sistem tersebut. Pemimpin pendapatPemimpin pendapat, dibutuhkan karena pendapat dan pengaruh mereka. Mereka merupakan orang-orang yang mengikuti persoalan dan dipercayai orang-orang lainnya untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadiKosmopolit Seorang kosmopolit dalam jaringan komunikasi organisasi adalah individu yang melakukan kontak dengan dunia luar, dengan individu-individu di luar organisasi.B. Arah Aliran InformasiKomunikasi ke BawahKomunikasi ke bawah dalam sebuah organisasi berarti bahwa informasi mengalir dari jabatan berotoritas lebih tinggi kepada mereka yang berotoritas lebih rendah. Biasanya kita beranggapan bahwa informasi bergerak dari manajemen kepada para pegawai; namun, dalam organisasi kebanyakan hubungan ada pada kelompok manajemen (Davis, 1972). Gambar 8.8 menunjukkan bagaimana struktur komunikasi sebuah universitas mempunyai enam tingkat manajemen dan hanya satu tingkat operatif.

Komunikasi ke Atas

Komunikasi ke atas dalam sebuah organisasi berarti bahwa informasi mengalir dari tingkat yang lebih rendah (bawahan) ke tingkat yang lebih tinggi (pimpinan). Suatu permohonan atau komentar yang diarahkan kepada individu yang otoritasnya lebih besar, lebih tinggi, atau lebih luas merupakan esensi komunikasi ke atas.

Prinsip-Prinsip Komunikasi ke Atas

Planty dan Machaver (1952) dalam Morissan (2013) mengemukakan tujuh prinsip sebagai pedoman program komunikasi ke atas. Prinsip-prinsip ini tampaknya dapat digunakan sampai sekarang, sama seperti ketika digunakan pada saat dirumuskannya.

1. Program komunikasi ke atas yang efektif harus direncanakan. Meskipun ke-rahasiaan dan keterusterangan memperkokoh semua program komunikasi efektif, penyelia dan manajer harus merangsang, mendorong, dan mencari jalan untuk mengembangkan komunikasi ke atas.

2. Program komunikasi ke atas yang efektif berlangsung secara berkesinambungan.Bawahan harus memberi dan meminta informasi dari tingkat yang lebih tinggi terlepas dari bagaimana segala sesuatu berjalan. Penyelia dan manajer harus mau menerima informasi kepada bawahan dan memberi tanggapan atas apa yang mereka terima, terlepas dari apakah organisasi berfungsi lancar atau sedang mendapat gangguan.

3. Program komunikasi ke atas yang efektif menggunakan saluran rutin. Tanpa menghilangkan kesempatan bagi setiap pegawai untuk melakukan kontak dengan dan didengar oleh manajer di setiap tingkat, informasi harus mengalir ke atas melalui organisasi mengikuti tahap-tahap yang biasa dan rutin. Masalah dan permohonan informasi harus berjalan ke atas melalui organisasi sampai menemui orang yang dapat melakukan tindakan; bila orang tersebut dapat memberi informasi atau menyelesaikan masalah, aliran komunikasi ke atas tidak perlu berjalan lebih jauh lagi daripada orang tersebut.

4. Program komunikasi ke atas yang efektif menitikberatkan kepekaan dan penerimaan dalam pemasukan gagasan dari tingkat yang lebih rendah. Perbedaan dalam interpretasi dan persepsi atas peristiwa harus diperhitungkan. Jabatan seseorang dalam organisasi mendorongnya untuk memandang segala sesuaru secara berbeda dan memberi makna yang berlainan pula atas yang dilihatnya itu. Perbedaan dalam nilai-nilai dan prioritas menghasilkan perbedaan dalam dugaan dan kesimpulan. Mendengarkan dengan tujuan untuk memahami apa yang dimaksud oleh seseorang adalah dasar bagi komunikasi ke atas yang efektif.

5. Program komunikasi ke atas yang efektif mencakup mendengarkan secara objektif.Penyelia dan manajer harus menyediakan waktu untuk mendengarkan bawahan secara objektif. Kebiasaan mendengarkan dengan jengkel, menunjukkan bahwa komunikasi ke atas sebenarnya tidak dikehendaki. Mendengarkan yang disampaikan bawahan, memudahkan dan mengurangi ketegangan bawahan, menunjukkan maksud menerima dan kesediaan untuk mendengarkan pendapat yang bertentangan, kritik-kritik dan cara pandang yang berlainan.

6. Program komunikasi ke atas yang efektif mencakup tindakan untuk menanggapi masalah. Mendengarkan aktif dapat memancing munculnya gagasan-gagasan baru, tetapi kegagalan untuk melakukan tindakan hanya menciptakan kemarahan dan merusak ketulusan dalam komunikasi ke atas. Bila harus dilakukan perubahan-perubahan dalam kebijakan atau tindakan, sekadar mendengarkan tanpa melakukan suatu penyesuaian dapat menghapuskan gagasan komunikasi ke atas. Bila tidak ada tindakan yang dapat diambil, bawahan harus diberi tahu dan diberi alasan mengapa perubahan-perubahan tidak dapat dilakukan.

7. Program komunikasi ke atas yang efektif menggunakan berbagai media dan metode untuk meningkatkan aliran informasi. Metode komunikasi ke atas yang paling efektif adalah kontak tatap-muka setiap hari dan percakapan di antara penyelia dan bawahan.

Komunikasi Ke Atas dan Ke bawah

Kedua-duanya membentuk komunikasi vertikal. Informasi juga disebarkan di antara anggota-anggota organisasi yang menduduki posisi-posisi yang sama tingkat otoritasnya; komunikasi jenis ini kita namakan komunikasi horisontal.Komunikasi horisontal terdiri dari penyampaian informasi di antara rekan-rekan sejawat dalam unit kerja yang sama. Unit kerja meliputi individu-individu yang ditempatkan pada tingkat otoritas yang sama dalam organisasi dan mempunyai atasan yang sama. Jadi, di universitas, unit kerja dapat berupa sebuah jurusan. Jurusan komunikasi, jurusan perilaku organisasi, dan jurusan ilmu pengajaran semuanya meliputi dosen-dosen yang dipimpin oleh seorang ketua jurusan. Komunikasi di antara dosen-dosen dalam sebuah jurusan disebut komunikasi horisontal. Komunikasi dosen jurusan yang satu dengan dosen jurusan yang lainnya disebut komunikasi lintas-saluran, yaitu informasi diberikan melewati batas-batas fungsional atau batas-batas unit kerja, dan di antara orang-orang yang satu sama lainnya tidak saling menjadi bawahan atau atasan.

Tujuan Komunikasi Horisontal

Penelitian dan pengalaman menyatakan bahwa komunikasi horisontal muncul paling sedikit karena enam alasan berikut:

1. Untuk mengkoordinasikan penugasan kerja. Para anggota bagian pelatihan dan pengembangan memiliki kegiatan pelatihan utama untuk mengatur dan menyampaikan. Mereka harus saling bertemu untuk mengkoordinasikan pembagian tugas.

2. Berbagi informasi mengenai rencana dan kegiatan. Bila gagasan dari beberapa orang menjanjikan hal yang lebih baik daripada gagasan satu orang, komunikasi horisontal menjadi amat penting. Dalam menciptakan rancangan suatu program pelatihan atau kampanye hubungan masyarakat, anggota-anggota suatu bagian mungkin perlu berbagi informasi mengenai rencana-rencana mereka dan apa yang akan mereka kerjakan.

3. Untuk memecahkan masalah. Baru-baru ini tiga mahasiswa di tempat terpencil dirugaskan di sebuah lokasi umum yang sama. Mereka bertemu dan terlibat dalam komunikasi horisontal dengan tujuan untuk mengurangi jumlah perjalanan yang tidak perlu dan berbagi rumpangan kendaraan. Mereka mampu mengurangi biaya dan bekerja bersama untuk melaksanakan tugas-tugas organisasi dengan kesulitart yang lebih sedikit.

4. Untuk memperoleh pemahaman bersama. Bila diusulkan perubahan-perubahan sebagai persyaratan untuk suatu bidang studi utama akademik, dosen-dosen harus bekerja bersama-sama untuk meng-hasilkan suatu pemahaman bersama mengenai perubahan apa yang harus dibuat. Pertemuan dan pembicaraan di antara dosen-dosen yang tingkat organisasinya sama dan di jurusan yang sama, amat penting untuk mencapai pemahaman bersama.

5. Untuk mendamaikan, berunding, dan menengahi perbedaan. Individu-individu sering mengembangkan pilihan dan prioritas yang akhirnya menimbulkan ketidaksepakatan. Bila hal ini terjadi, komunikasi horisontal di antara para anggota unit kerja merupakan hal pokok dalam mendamaikan perbedaan. Kenyataannya, beberapa perbedaan perlu dirundingkan dan didamaikan. Hanya dengan melalui komunikasi horisontal prioritas dapat disesuaikan dan konflik diselesaikan.

6. Untuk menumbuhkan dukungan antarpersonal. Karena kita memakai sejumlah besar waktu kita untuk berinteraksi dengan orang lain dalam pekerjaan, kita semua sampai tingkat tertentu memperoleh dukungan antar persona dari rekan-rekan kita. Kebanyakan komunikasi horisontal kita bertujuan untuk memperkuat ikatan dan hubungan antar persona. Para pegawai sering makan siang bersama dan bertemu pada waktu istirahat untuk memperkuat hubungan antar persona. Komunikasi horisontal memegang peranan penting dalam pembinaan hubungan di antara para pegawai dan mendorong terciptanya unit kerja yang padu. Para pegawai yang tingkatnya sama, yang sering berinteraksi, tampaknya lebih sedikit mengalami kesulitan dalam memahami satu sama lainnya. Interaksi antar sejawat menghasilkan dukungan emosional dan psikologis.

STUDI KASUS: JARINGAN KOMUNIKASI PARA SEKRETARIS PIMPINAN PADA KANTOR REKTORAT UNIVERSITAS DIPONEGORO

Komunikasi merupakan kegiatan yang paling sering dilakukan dalam organisasi. Tujuan dari dibuatnya teori komunikasi untuk menjembatani jurang pemisah dalam organisasi, sehingga proses dapat berjalan secara baik dan mencapai tujuan organisasi. Untuk mencapai tujuannya, para anggota organisasi saling mempertukarkan pesan. Pertukaran pesan dari orang-orang tersebut melewati suatu set jalan kecil yang dinamakan jaringan komunikasi.

Cynthia Stohl (1995) dalam Littlejohn dan Foss (2005) mengatakan jaringan atau network didefinisikan sebagai, social structures created by communication among individuals and groups (struktur sosial yang diciptakan melalui komunikasi di antara sejumlah individu dan kelompok). Dalam hal ini kelompok kami menganalisa jaringan komunikasi yang dilakukan oleh Para Sekretaris Pimpinan yang ada di Kantor Rektorat Universitas Diponegoro. Para Sekretaris Pimpinan tersebut terdiri dari Sekretaris Rektor, Sekretaris Pembantu Rektor dan Sekretaris Biro. Informasi didapatkan langsung dari Sdr. Lintang Wulandari, dimana merupakan bagian dari institusi UNDIP sebagai sekretaris humas.

Adapun tugas sekretaris pimpinan adalah membantu pimpinan menyelesaikan pekerjaannya. Sebagai Institusi Negeri yang bernaung langsung di bawah Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, maka Jaringan Komunikasi yang terjadi adalah jaringan Formal dan hubungan yang terbentuk oleh aturan-aturan organisasi. Setiap organisasi memiliki sistem masing-masing untuk mengatur. Menurut De Vito (1997), terdapat 5 struktur jaringan komunikasi kelompok, antara lain struktur lingkaran, struktur roda, struktur Y, struktur rantai, dan struktur bintang. Menurut analisa kami, pola jaringan komunikasi yang terjadi dalam studi kasus ini adalah Struktur Bintang. Struktur bintang menunjukkan pola hubungan komunikasi yang sama dan semuanya memiliki kekuatan untuk mempengaruhi anggota lainnya.

Hal ini terbukti dengan antara para sekretaris tersebut tidak ada yang menjadi pemimpin, karena semua sekretaris memiliki posisi yang sama, dan mereka memiliki wewenang atau kekuatan yang sama untuk mempengaruhi organisasi. Pada semua antar sekretaris bisa terjadi interaksi secara timbal balik tanpa ada yang menjadi sentralnya.

Komunikasi yang dilakukan dalam keseharian kerja tak hanya bersifat formal saja, namu juga bisa dilakukan secara informal. Stewart L. Tubbs dan Sylvia Moss (1996) dalam buku human communication menjelaskan tiga model komunikasi yaitu model komunikasi linier (satu arah), model komunikasi dua arah (adanya feedback atau umpan balik) dan model komunikasi transaksional (banyak arah).

Sekretarissekretaris pimpinan memiliki model Komunikasi Horisontal dan Transaksional (banyak arah). Pola komunikasi horisontal biasa dilakukan diantara anggota yang berada pada strata hierarki yang sama. Kesamaan tersebut dikarenakan mereka memiliki kedudukan dan wewenang yang sama. Prinsip komunikasi horisontal mengutamakan solidaritas atau kesejawatan, bentuk komunikasi demikian sering disebut pola komunikasi yang bersifat lateral. Pola komunikasi yang terbentuk, menurut arah prosesnya adalah komunikasi transaksional (banyak arah). Selain terdapatnya interaksi timbal balik, tetapi juga komunikasi tersebut dilakukan oleh lebih dari dua orang. Kemudian ditilik dari arah komunikasi yang dituju, para sekretaris menggunakan komunikasi Horisontal atau Literal. Dikatakan demikian karena para sekretaris memiliki level atau kedudukan yang sama walaupun mereka berasal dari divisi atau bagian yang berbeda-beda. Bentuk komunikasi yang terjalin di antara mereka biasanya adalah saling berkoordinasi tentang pekerjaan, upaya menyelesaikan masalah bersama, saling berbagi informasi, dan terkadang membina hubungan melalui kegiatan sosial bersama di luar pekerjaan kantor.

Masalah yang dapat timbul pada jaringan komunikasi yang ada di antara para sekretaris biasanya adalah karena mereka berasal dari bagian yang berbeda-beda. Misalkan sekretaris Pembantu Rektor II dari bidang Umum dan Keuangan sering menggunakan kata-kata seperti UKT, BG, SPM, RBA, dan lain-lain yang kemungkinan tidak dimengerti oleh Sekretaris Pembantu Rektor III dari bidang kemahasiswaan, begitu pula sebaliknya.

SUMBER REFERENSI:

Cynthia Stohl, 1995, Organizational Communication: Connectedness in Action; Connectedness in Action, Thousand Oak CA, Sage, -dalam Littlejohn dan Foss 2005, Theories of Human Communication, page 260-261.Davis, K. (1972), Human Behavior at Work Human Relations and Organizational. Behavior, Mc. Graw-Hill, Inc, New York. digilib.its.ac.id/.../ITS-Undergraduate-9110-13961000 diakses tanggal 2 Mei 2014 pukul 15.00WIBJoseph A. Devito. 1997.Komunikasi antar manusia (edisi kelima).Jakarta : Profesional Books.Littlejohn, Stephen W. And Karen A. Foss. 2005. Theories of Human Communication (8th edition). USA: Thomson Wadsworth.Morrisan, 2013, Teori Komunikasi Individu Hingga Massa. Edisi Pertama, Cetakan ke-1, penerbit Kencana Prenada Media. Jakarta.

Pace, R Wayne & Faules, Don, F. 2013. Komunikasi Organisasi : Strategi Meningkatkan Kinerja Perusahaan. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung.Tubbs, Stewart., L., dan Sylvia Moss. 1996. Human Communication.Buku Pertama, Penerjemah Deddy Mulyana & Gembirasari.Bandung : Remaja Rosdakarya.

14