fix kromatografi kelompok-2

Upload: kim-vyethaa

Post on 03-Apr-2018

262 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/29/2019 Fix Kromatografi Kelompok-2

    1/22

    1

    I.1 Landasan Teori

    Aktivitas Produk Gen Mempengaruhi Fenotip

    Gen merupakan bagian dari kromosom (DNA) yang dapat ditranskripsi dan

    ditranslasi sehingga menghasilkan suatu protein. Diantara fungsi protein di dalam sel

    adalah sebagai enzimyang mengkatalisis reaksi-reaksi yang terjadi ataupun sebagai

    protein structural yang membentuk sel. Protein merupakan produk utama dari gen.

    akibat aktivitas dari protein dapat kita lihat dari fenotip-fenotip yang dapat kita

    amati.jika suatu gen termutasi dimana urutan nukleotida dari gen tersebut berubah

    dapat mengakibatkan terjadinya perubahan dari protein yang dihasilkan. Hal

    tersebut dapat mengakibatkan perubahan dari aktivitas protein dan fenotip yang kita

    amati. Jika mutasi yang terjadi menyebabkan suatu protein tidak berfungsi , maka

    mutan yang dihasilkan bersifat resesif.

    Sebagai contoh, jika di dalam sel terjadi proses reaksi VX Y Z (dapatdilihat dari gambar 1.1 di bawah), kemudian terjadi mutasi pada enzim yang

    mengkatalisis X Y sehingga enzim tersebut tidak berfungsi, maka senyawa V dan Z

    tidak akan diproduksi. Bila senyawa X tidak dapat diubah menjadi senyawa lain oleh

    enzim lain di dalam sel, maka senyawa X akan bertumpuk di dalam sel (dapat dilihat

    pada gambar 1.2 di bawah). Hilangnya senyawa Y dan Z dari dalam sel dan

    menumpuknya senyawa X di dalam sel akan mempengaruhi fenotip yang kita amati.

    BAB I

    PENDAHULUAN

  • 7/29/2019 Fix Kromatografi Kelompok-2

    2/22

    2

    1. Semua enzim berfungsiV X Y Z

    Enzim1 Enzim2 Enzim3

    2. Gen yang mengkode enzim 2 termutasiV X

    Enzim1 Enzim2

    Enzim 2 tidak ada atau tidak berfungsi

    Gambar 1. Pengaruh mutasi suatu gen konsentrasi senyawa di dalam sel.3

    Kromatografi Pigmen mata Drosophila

    Pengisolasian enzim-enzim dapat dipisahkan melalui proses

    kromatografi. Kromatografi merupakan metode untuk memisahkan atau

    mengidentifikasi suatu komponen kimia dari suatu campuran. Cara tersebut

    digunakan oleh ilmuwan untuk mengidentifikasi suatu protein tunggal dari suatu

    komponen sel atau jaringan suatu makhluk hidup. Langkah-langkah yang dilakukan

    adalah menggiling jaringan tersebut agar jaringan mengalami lisis. Selanjutnya

    adalah memisahkan komponen-komponen kimiawi yang ada dalam jaringan

    tersebut. Cara pemisahan menggunakan prinsip interaksi molekul yang berbedamelalui medium stasioner (fase diam) di bawah pengaruh fase gerak. Cara

    pemisahan tersebut berdasarkan kecepatan migrasi tiap-tiap komponennya melalui

    medium stasioner (fase diam) di bawah pengaruh fase gerak (mobile). Aliran

    (gerakan) fase gerak tersebut menyebabkan perbedaan migrasi campuran, sehingga

    dapat terpisahkan (Pai & Apandi 1999: 210211).

  • 7/29/2019 Fix Kromatografi Kelompok-2

    3/22

    3

    Kromatografi adalah metode analisis yang digunakan secara luas untuk

    memisahkan, mengidentifikasikan, dan menentukan komponen kimia dalam suatu

    campuran. Tidak ada metode pemisahan lain yang aplikasinya seluas

    kromatografi. Metode kromatografi ada 2 yaitu: column chromatographydanplanar

    chromatography. Termasuk didalam kromatografi planar adalah kromatografi

    lapisan tipis (TLC), kromatografi kertas (PC), dan elektrokromatografi. Kromatografi

    merupakan cara pemisahan campuran ke dalam komponen-komponennya

    berdasarkan kecepatan migrasi tiap-tiap komponennya melalui medium stasioner

    (fasa diam) di bawah pengaruh fasa gerak. Fase gerak pada metode kromatografi

    kertas bergerak melewati fase diam karena pengaruh kapilaritas, gravitasi, atau

    terkadang karena pengaruh potensial listrik (Skoog, West & Holler 1996: 660-721).

    Ada beberapa proses kromatografi berdasarkan tingkat persaingannya

    dengan fase diam. Proses kromatografi tersebut antara lain kromatografi absorpsi

    (adsorption chromatography), kromatografi pemisahan (partition chromatography),

    kromatografi pertukaran ion (ion exchange chomatography), dan kromatografi

    penyerapan (permeation chromatography) (Basset 1998: 225). Kromatografi

    adsorbsi menerapkan kompetisi antara adsorban padat dan cair. Kompetisi tersebut

    berdasarkan daya larut, daya adsorbs, dan daya kapilaritas dari zat

    tersebut. Beberapa contoh dari kromatografi adsorbsi adalah kromatografi kertas

    dan kromatografi lapis tipis (Basset 1998:225).

    Kromatografi kertas menggunakan bahan kertas saring Whatman

    No.1. Dasar kertas tersebut diberi garis pembatas kira-kira 2-3 sentimeter dari dasar

    kertas dengan menggunakan pensil. Sepanjang garis pembatas tersebut diberi

    beberapa titik untuk menandai tempat diletakkannya campuran yang akan

    dipisahkan. Kertas tersebut kemudian diletakkan di dalam bejana yang telah berisi

    NH4OH dan n-propil alkohol. Langkah selanjutnya adalah dengan meletakkan bejana

    di dalam ruang gas selama periode tertentu. Hasil dari perlakuan tersebut dapat

    diketahui dengan beberapa titik hasil adsorbsi dengan warna yang berbeda

    menunjukkan warna perbedaan asam amino-asam amino (Gambar 2) (Basset 1998:

    225-226).

  • 7/29/2019 Fix Kromatografi Kelompok-2

    4/22

    4

    Kromatografi lapis tipis memiliki mekanisme yang tidak jauh berbeda dengan

    kromatografi kertas. Kromatografi lapis tipis memiliki kelebihan kecepatan dan

    ketajaman daya adsorbsinya. Lempengan tipis yang digunakan biasanya berupa

    aluminium sebagai fase stasioner dan gel silika sebagai adsorbannya. Teknik

    kromatografi lapis tipis menggunakan suatu adsorben yang disalutkan pada suatu

    lempeng kaca sebagai fase stasionernya. Mekanisme penempatan sampel sama

    seperti pada kromatografi kertas. Nilai Rf ditentukan dengan cara yang sama seperti

    pada kromatografi kertas (Basset 1998: 226).

    Kromatografi pemisahan menggunakan prinsip kompetisi stasioner antara

    fase cair dan fase gerak. Contoh dari kromatografi pemisahan adalah HPLC (Gambar3). Kromatografi tersebut lengkap dan modern. Umumnya metode ini dicirikan oleh

    efisiensi kolom yang rendah dan pemisahan yang lama. Prosedur pemisahannya

    dengan memperhatikan fase cair yang lambat melewati kolom karena gravitasi (

    Basset 1998: 231).

    Kromatografi pertukaran ion menggunakan prinsip kompetisi antara fase

    resin penukar ion dengan fase gerak cair. Contoh dari kromatografi pertukaran ion

    adalah Ion Exchange Chromatography (Gambar 4). Pemisahan ion-ion dilakukan

    dengan memisahkan anion dan kation. Pemisahan dilakukan oleh anion exchanger

    dan kation exchanger ( Voe dkk. 1990: 82).

    Kromatografi penyerapan menggunakan prinsip kompetisi antara matriks

    polimer dan fase gerak cair. Contoh dari kromatografi penyerapan adalah Gel

    Permeation chromatography (Gambar 5). Proses pemisahan molekul-molekunya

    berdasarkan ukuran dari molekul-molekul tersebut (Voe dkk.1990: 87).

    Teknik-teknik kromatografi tersebut dapat digunakan untuk memisahkan

    komponen-komponen pada mata Drosophila melanogaster. Warna mata pada lalat

    Drosophila melanogaster dipengaruhi oleh komposisi pigmen-pigmen tertentu dan

    merupakan sifat yang ditentukan secara genetic. Fungsi dari gen pada suatu individu

    adalah untuk mengatur dan mempengaruhi fenotip. Perubahan secara genetik yang

    terjadi pada suatu organisme dapat dipelajari pada tingkat morfologi, fisiologi,

  • 7/29/2019 Fix Kromatografi Kelompok-2

    5/22

    5

    biokimia ataupun tingkah laku. Mutasi pada warna mata Drosophila melanogaster

    dapat diamati pada level biokimia melalui metode separasi warna dengan

    kromatografi kertas (Strickberger 1962: 21 & 526).

    Salah satu kelompok senyawa yang dapat dipisahkan dengan kromatografi dan

    dapat diidentifikasi di bawah sinar UV adalah pteridin. Drosophila bermata normal (wild

    type) memiliki 7 pigmen pteridin sebagai berikut:

    1. Isosepiapterin (kuning)2. Biopterin (biru)3. 2-amino-4-hidroksipterin (biru)4. Sephiapterin (kuning)5. Xantopterin (hijau-biru)6. isoxantopterin (ungu-biru)7. drosopterin (jingga)

    Keterangan :

    *pigmen nomer 1 adalah pigmen yang terdapat pada bagian bawah kromatogram, paling

    dekat dengan sample (Gardner & Mertens 1975: 10).

    *Biopterin : Pteridin warna biru, menjadi perantara dalam formasi pigmen mata

    drosopterin pada insecta tertentu.

    *Sepiapterin : Adalah pigmen kuning pteridin, sebagai perantara dalam formasi

    pigmen mata drosopterin pada insecta tertentu.

    *Xantopterin : Pigmen warna kuning pterin, ditemukan terutama pada sayap dari

    lalat buah yellow.

    *Isoxantopterin : Pterin warna ungu-biru pada sayap dan mata, serta tubuh insecta.

    *Drosopterin : Pigmen pteridin merah pada mata dan organ lain pada beberapa

    insecta termasuk Drosophila. (Lawrence 1989: 60, 148, 268, 283, 495

    & 591).

  • 7/29/2019 Fix Kromatografi Kelompok-2

    6/22

    6

    Perbedaan pigmen-pigmen tersebut dapat diketahui berdasarkan perbedaan

    warnanya (Anderson 2000: 1)

    Ketujuh pigmen tersebut sebenarnya diatur oleh dua pigmen utama yaitu

    ommochrom dan pteridin. Pigmen mata ommochrome memberikan warna coklat

    sedangkan pigmen mata pteridin memberika warna merah. Pigmen mata pteridin

    disintesis dari prekusor GTP, sedangkan ommochrome disintesis dari

    triptofan. Pteridin merupakan salah satu campuran yang dapat dipisahkan

    berdasarkan prinsip kromatografi dan dapat diidentifikasi di bawah sinar ultraviolet

    (UV) (Rong & Golic 1998: 1551; Anderson 2000: 1).

    Penelitian Morgant terhadap mutan-mutan Drosophila melanogaster

    menghasilkan kesimpulan bahwa mutasi-mutasi terjadi pada kromosom yang

    terpaut oleh kromosom seks. Mata sepia pada Drosophila melanogaster, mata

    putuh pada Drosophila melanogaster, dan mutansi-mutasi lainnya pada mata

    ternyata terpaut oleh kromosom X. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa

    mata Drosophila melanogaster betina normal lebih cerah daripada jantan (Russell

    1994: 54).

    Enzim merupakan suatu protein yang berfungsi sebagai katalisator. Suatu

    katalis adalah agen kimiawi yang mengubah laju reaksi tanpa harus ikut

    bereaksi. Tanpa enzim, jalur-jalur metabolism akan menjadi macet. Enzim dapat

    bekerja sesuai dengan substratnya. Misalnya enzim DNA polimerase hanya bertugas

    untuk memanjangkan cabang DNA baru hasil replikasi (Campbelldkk. 2002: 98108)

    Enzim memiliki karakter-karakter tertentu. Enzim hanya bekerja pada

    substrat tertentu. Enzim menggunakan berbagai mekanisme untuk menurunkan

    energi aktivasi dan mempercepat reaksi. Semakin banyak molekul substrat yang

    tersedia, semakin sering molekul-molekul tersebut memasuki tempat aktif molekul

    enzim. Apabila suatu populasi enzim telah jenuh, satu-satunya cara untuk

    meningkatkan produktivitas adalah dengan menambah lebih banyak lagi

    enzim. Aktivitas suatu enzim dipengaruhi oleh faktor lingkungan umum seperti suhu

    dan pH, dan faktor kimiawi tertentu yang secara khusus mempengaruhi enzim

  • 7/29/2019 Fix Kromatografi Kelompok-2

    7/22

    7

    tersebut. Kerja enzim tersebut menuruti sifat protein yang bekerja pada suhu

    optimum. Lingkungan yang tidak cocok dapat menyebabkan protein enzim rusak

    (Cambelldkk. 2002: 100101).

    Pigmen mata yang tercantum dalam urutan, akan dipisahkan dalam

    kromatogram. Jarak tertentu yang bergerak adalah senyawa kimia yang berkaitan

    dengan alam yang kompleks itu sendiri, yang relatif kelarutan dalam larutan, dan

    untuk keseluruhan jarak dijalani oleh larutan depan. Jarak biasanya dilaporkan

    dalam bentuk suatu rasio-ke-depan nilai (Rf) dan merupakan karakteristik tertentu

    yag majemuk dalam larutan tertentu (Lehigh. 2008: 3). Kromatogram yang dihasilkan

    diuraikan dan zona-zona dicirikan oleh nilai-nilai Rf. Nilai Rf didefinisikan denganhubungan:

    Rf= Jarak (cm) dari garis awal ke pusat zona

    Jarak (cm) dari garis awal ke garis depan pelarut

    Harga Rf mengukur kecepatan bergeraknya zona relatif terhadap garis depan

    pengembang. Nilai Rf menunjukkan identitas-identitas asam amino dan intensitas

    zona itu dapat digunakan sebagai ukuran konsentrasi (Basset 1998: 226).

  • 7/29/2019 Fix Kromatografi Kelompok-2

    8/22

    8

    I.2 Latar Belakang

    Lalat buah merupakan salah satu jenis lalat yang sering dijumpai hinggap

    pada buah-buahan. Lalat ini lebih menyukai buah yang masak karena buah yang

    lebih masak mempunyai kandungan zat-zat yang dibutuhkan oleh keturunan lalat

    buah dan kelunakan buahnya memudahkan induk lalat untuk memasukkan telurnya

    di bawah permukaan kulit buah. Telur-telur lalat buah berwarna bening dan

    berbentuk seperti buah pisang. Telur ini diletakkan secara berkelompok di dalam

    rongga di bawah kulit buah. Mereka akan menetas beberapa hari kemudian. Larva

    muda yang keluar dari telur akan membuat lubang menuju ke bagian buah yang

    lunak dan mulai memakannya. Jaringan buah yang dimakan oleh larva ini akan

    mengalami pembusukan. Larva yang sudah tua akan keluar dari buah dan menjadi

    pupa (Nugroho S P, 1994).

    Penemuan pautan dan pindah silang pada Drosophila melanogaster oleh para

    ahli genetika tersebut dapat digunakan untuk menyimpulkan data dalam membuat

    peta kromosom yang menunjukkan lokasilokasi gen pada lalat buah itu. Sehingga

    Drosophila melanogaster banyak sekali dipakai dalam percobaan genetika bahkan

    merupakan faktor penentu bagi perkembangan genetika hingga kini. Ada 2 tipe lalat

    buah yaitu tipe normal (tipe liar) dan mutan.. Lalat Drosophila melanogaster yang

    memiliki sedikitnya satu karakter yang berbeda dengan tipe liarnya disebut sebagai

    mutan. Umumnya mutan yang ada bersifat resesif, namun ada pula mutan yang

    bersifat dominan. Mutasi dapat membawa keuntungan maupun kerugian.

    Kemungkinan baik adalah diuntungkan untuk suatu organisme, sedankan

    kerugiannya dapat mematikan suatu organisme.

    Pertama kali T.H. Morgan menemukan karakter mata putih (white).

    Selanjutnya Beadle dan Tatum menemukan jenis lain dari warna mata Drosophila.

    Berbagai perubahan pada gen (mutasi) dapat mempengaruhi struktur, fungsi, atau

    pengaturan protein yaitu enzim. Warna mata pada mutan berbeda dibandingkan

    yang lainnya karena terdapat kecacatan/kerusakan satu atau beberapa enzim yang

    dibutuhkan dalam jalur biokimia dalam sintesis pigmen. Sebagai konsekuensinya,

  • 7/29/2019 Fix Kromatografi Kelompok-2

    9/22

    9

    pigmen menjadi hilang dan atau terdapat pigmen berbeda yang terakumulasi karena

    kerusakan pada jalur biosintesis pigmen tersebut.

    Jika terjadi mutasi pada jalur pteridin maka warna mata akan menjadi lebih

    gelap. Suatu mutan diberi nama berdasarkan warna matanya, dan tidak

    berhubungan dengan kerusakanan biokimia. Sebagai contoh, mutan brown memiliki

    warna mata cokelat, karena kehilangan pteridine, sehingga mutasi mempengaruhi

    suatu enzim pada jalur biosintesis pteridine.

    Untuk mengetahui jenis pigmen mata pada Drosophila dapat dilakukan

    dengan teknik kromatografi. Kromatografi adalah suatu istilah umum yang

    digunakan untuk bermacam-macam teknik pemisahan yang didasarkan atas partisi

    sampel diantara suatu rasa gerak yang bisa berupa gas ataupun cair dan rasa diam

    yang juga bisa berupa cairan ataupun suatu padatan.

    Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas. Kami selaku

    mahasiswa biologi yang sedang mengontrak mata kuliah genetika,ingin meninjau

    dan mengetahui lebih dalam tentang peranan kromatografi dalam memisahkan

    pigmen mata Drosophila melanogasterdari mulai yang normal hingga yang mutan

    I.3 Tujuan Praktikum

    1. Mengamati proses kromatografi pigmen-pigmen mata pada lalat buah ;2. Mengetahui aktivitas produk gen terhadap fenotip ;3. Mengetahui pigmen mata Drosphila melanogaster baik yang normal maupun

    beberapa mutan (Cloth, Sepia, dan White) ;4. Mengetahui proses kromatografi pada fasa bergerak dan fasa stasioner ;5. Mengetahui nilai Rf pada setiap jenis pigmen mata Drosophila ;6. Mengelompokkan pigmen-pigmen mata yang diamati ke dalam drosopterin dan

    ommokrom ;

    7. Membandingkan pigmen-pigmen mata lalat buah mutan dan normal.

  • 7/29/2019 Fix Kromatografi Kelompok-2

    10/22

    10

    II.1 Alat dan Bahan

    a. Lalat buah normalb. Mutan white, beberapa

    mutan dengan warna gelapdan terang

    c. Kertas saring Whatman no 1d. Guntinge. Penggarisf. Pensil

    g. Jarum pentulh. Alat penjepret kertasi.

    Bejana kromatogrfi dengantutup gelap

    j. Larutan NBAk. Vaselinl. Pengering rambut/ovenm. Lampu UV

    II.2 Langkah Kerja

    a. Kertas saring berukuran 16 cm x a6 am diberi tanda seperti gambar A.b. Garis pertama diberi tanda-tanda o dengan pensil, jarak masing-masing 2 cm.c. Nama kelompok ditulis disebelah atas kertas saring dengan menggunakan

    pensil.

    d. Bejana diisi dengan larutan NBA setinggi 1 cm, mulit dan tutup bejana diolesivaselin.

    e. Tiga lalat buah dengan fenotip yang sama diambil dan dippotongmenggunakan jarum pentul.

    f. Satu kepala diletakan di atas tanda o pada kertas dan ditekan kepalanya,ulangi pada kepala kedua dan ketiga.

    g. Langkah diatas dilakukan pada fenotip yang berbeda.h. Kertas saring digulung sehingga letak sisi kiri dan kanan bersebelahan, tidak

    tumpang tindih

    BAB II

    METODE KERJA

  • 7/29/2019 Fix Kromatografi Kelompok-2

    11/22

    11

    i. Kertas saring dimasukan ke dalam bejana secara tegak. Diamkan beberapajam sampai larutan eluen bergerak melalui garis kedua.

    j. Kertas saring diambil dan diamati dibawah sinar UV. Diberi tanda denganpensil disekitar bercak yang terlihat dan dicatat warnanya.

    k. Berdasarkan hasil kromatogram, ditentukan pigmen mana yang termasukkelompok Drosopterin atau kelompok Ommokrom.

    Ukuran kertas saring

    Nama kelompok

    2 cm

    Penggulung kertas saring

    10 cm

    16 cm

  • 7/29/2019 Fix Kromatografi Kelompok-2

    12/22

    12

    III.1 Hasil Pengamatan

    Tabel Hasil Pengamatan Jarak Pigmen Mata Drosophila melanogaster

    Tabel Hasil Pengamatan Kromatografi

    Pigmen Mata Drosophila melanogaster

    Sebelum proses kromatografi Proses

    Kromatografi

    Sebelum proses kromatografi

    Lalat buah Jarak Pigmen ( cm ) RfNormal 2,5 0,25

    Sephia 3,3 0,33

    Cloth 1,3 0,13

    White 0 0

    BAB III

    HASIL PENGAMATAN

  • 7/29/2019 Fix Kromatografi Kelompok-2

    13/22

    13

    Setelah proses kromatografi

    Proses Pengamatan Hasil Kromatografi di sinar UV

    ( LAMPIRAN Kromatografi Asli terdapat di Laporan Kelompok 1 )

  • 7/29/2019 Fix Kromatografi Kelompok-2

    14/22

    14

    III.2 Jawaban Pertanyaan

    1. Apakah yang disebut flouresensi? Jelaskan proses flouresensi yang terjadi?Jawab:

    Fluoresensi adalah emisi cahaya radiasi elektromagnetik oleh suatu zat yang

    telah menyerap panjang gelombang radiasi yang berbeda. Dalam

    kebanyakan kasus, penyerapan cahaya panjang gelombang tertentu

    menginduksi emisi cahaya dengan panjang gelombang lebih panjang (dan

    energi yang lebih rendah). Hasil umum pengarahan cahaya pada sebuah

    molekul yang menyerap daripada meneruskan adalah bahwa satu atau lebih

    elektron molekul "ditendang" ke tempat yang memiliki energi yang lebih

    tinggi.

    Semua tempat elektronik tereksitasi ini tidak stabil, dan cepat atau lambat

    elektron akan kehilangan energi yang belebih dan jatuh kembali ke keadaan

    energi yang lebih rendah. Kelebihan energi ini bisa hilang dalam beberapa

    cara, yang paling umum ; meningkatkan getaran atom dalam molekul. Tetapi

    beberapa molekul mampu memancarkan sebagian energi sebagai cahaya.

    2. Hitung nilai Rf dari setiap pigmen yang tampak.Jawab:

    Rfw = 0 = 0 cm

    10

    Rf++ = 1,3 = 0,13 cm

    10

    RfSe = 3,3 = 0,33 cm

    10

    RfCl = 2,5 = 0,25 cm

    10

  • 7/29/2019 Fix Kromatografi Kelompok-2

    15/22

    15

    3. Apakah tujuan dari praktikum ini?Jawab:

    Mengamati proses kromatografi pigmen-pigmen mata pada lalat buah;

    Mengetahui aktivitas produk gen terhadap fenotip ; Mengetahui pigmen mata Drosphila melanogaster baik yang normal

    maupun beberapa mutan (Cloth, Sepia, dan White) ;

    Mengetahui proses kromatografi pada fasa bergerak dan fasastasioner ;

    Mengetahui nilai Rf pada setiap jenis pigmen mata Drosophila ; Mengelompokkan pigmen-pigmen mata yang diamati ke dalam

    drosopterin dan ommokrom ;

    Membandingkan pigmen-pigmen mata lalat buah mutan dan normal.

  • 7/29/2019 Fix Kromatografi Kelompok-2

    16/22

    16

    IV. 1 Pembahasan Hasil Pengamatan

    Praktikum kali ini kami melakukan pengamatan terhadap kromatografi

    pigmen mata pada lalat buah Drosophila melanogaster. Seperti yang kita ketahuibahwa lalat buah memiliki 2 jenis pigmen mata yaitu pigmen merah atau pteridin

    dan pigmen cokelat atau ommokrom. Mata pada lalat buah Drosophila melanogaster

    normal dan beberapa mutan (White mutan, Sepia mutan dan Cloud mutan) ditekan

    dan ditempatkan pada kertas saring yang telah disiapkan. Setelah dimasukkan ke

    dalam bejana Kromatografi yang menggunakan pelarut eluen atau NBA (N-Butanol

    Asetatglasial Akuades) kertas saring tersebut kemudian didiamkan selama 30 menit.

    Kertas saring tersebut memperlihatkan pergerakan larutan eluen yang cepat

    dibandingkan dengan pergerakan bahan yang akan dipisahkan yaitu pergerakan

    warna pigmen mata. Pigmen mata tidak akan terlihat pada cahaya putih (lampu

    neon/lampu pijar tetapi akan mengalami perpijaran/fluoresensi dalam cahaya UV.

    Setelah di fluoresensi dibawah sinar UV, jarak pigmen mata normal adalah 1,3 cm,

    jarak pigmen pada mutan mata sepia adalah 3,3 cm, jarak pigmen pada mutan mata

    cloud adalah 2,5 cm dan pada mata putih adalah 0 cm. Jadi, Rf (Rate of Fluoresensi)

    pada masing-masing mata lalat Drosophila melanogaster mata normal, mutan sepia,

    mutan cloud, mutan white adalah berturut-turut (0,13), (0,33), (0,25) dan (0).

    Pada mata lalat Drosophila melanogaster dengan mutan sephia, nilai Rf nya

    merupakan nilai tertinggi. Sedangkan pada mata lalat mutan white nilai Rf nya paling

    rendah. Lalat buah (Drosophila melanogaster) mata sepia terjadi mutasi pada gen

    yang berperan dalam pembentukan atau sintesis drosopterin yaitu pada saat

    perubahan Dihidrobiopterin menjadi Sepiapterin sehingga Sepiapterin tidak diubah

    BAB IV

    PEMBAHASAN

  • 7/29/2019 Fix Kromatografi Kelompok-2

    17/22

    17

    menjadi Xanthopterin. Sedangkan pada sintesis ommokrom tetap terjadi sehingga

    warna cokelat lebih mendominasi dibandingkan dengan warna merah. Dengan kata

    lain, mata pada mutan sepia adalah cokelat.

    Lalat buah mata Cloud memiliki warna mata merah terang dibandingkan

    dengan merah pada mata lalat normal. Warna mata merah terang terjadi karena

    mengalami mutasi sehingga sintesis ommokrom tidak terjadi. Hal inilah yang akan

    menyebabkan pigmen cokelat tidak ada sehingga yang ada hanya pigmen merah

    saja. Lalat buah mata White memiliki warna putih jernih. Pada mata White nilai Rf

    adalah 0. Hal ini berarti pigmen mata tidak terdapat pada mutan tipe white. Mutan

    tipe ini terjadi mutasi pada kedua sintesis pigmen yaitu mutasi yang menyebabkan

    hilangnya kelompok ommokrom dan kelompok drosopterin sehingga pembentukan

    warna pigmen mata tidak terjadi.

    Berdasarkan hasil pengamatan kromatografi diatas, nilai Rf tertinggi adalah

    pada mata sepia, kemudian disusul oleh mata cloud, mata normal dan terakhir yang

    nilai Rf nya sama dengan nol adalah mata white.

    IV.2 Pembahasan Keterkaitan Biosisntesis Pigmen Mata Drosophilamelanogaster

    Jalur Pigmen Drosophila melanogaster

    Kehadiran pigmen-pigmen mata pteridin menyebabkan warna mata pada

    Drosophila melanogaster berwarna merah. Pteridin pada lalat buah terdiri dari

    dua kelompok yaitu:

    1. Drosopterin, yang menyebabkan warna merah pada mata (Pigmen merahyang disebut juga pteridine), yang dihasilkan dari metabolisme purin.

    2. Ommokrom, yang menyebabkan warna coklat pada mata yang dihasilkandari metabolisme triptofan.

    Pigmen mata pteridin tidak dapat terlihat dalam cahaya putih (lampu

    neon/lampu pijar), tetapi akan berfluorensi dalam cahaya ultraviolet. Dijelaskan

    reaksi pembentukan pteridin dan beberapa gen yang berperan dalam

    pembentukan pteridin. Jika terjadi mutasi pada gen yang berperan dalam

  • 7/29/2019 Fix Kromatografi Kelompok-2

    18/22

    18

    pembentukan pteridin, maka warna mata yang teramati akan tergantung kepada

    kombinasi jenis pteridin yang ada. Warna mata akan menjadi coklat, bila

    kelompok drosopterin tidak ada. Sedangkan warna mata akan menjadi merah

    terang jika kelompok ommokrom yang tidak ada.

    Warna mata pada lalat liar yaitu perpaduan antara beberapa pigmen yang

    berbeda-beda. Pada Drosophila melanogaster terdiri atas 7 pteridine. Jika terjadi

    mutasi pada jalur ommochrome (pigmen cokelat), warna cokelat akan hilang dan

    warna mata akan menjadi merah terang. Sebaliknya, jika terjadi mutasi pada

    jalur pteridin maka warna mata akan menjadi lebih gelap. Suatu mutan diberi

    nama berdasarkan warna matanya, dan tidak berhubungan dengan kerusakanan

    biokimia. Sebagai contoh, mutan brown memiliki warna mata cokelat, karena

    kehilangan pteridine, sehingga mutasi mempengaruhi suatu enzim pada jalur

    biosintesis pteridine.

    Warna mata yang terlihat pada Drosophila melanogastermerupakan hasil

    interaksi antara dua jalur pigmen: jalur drosopterin yang memproduksi pigmen

    dengan warna merah dan jalur ommochrome yang menghasilkan pigmen warna

    coklat. Jika warna mata menyimpang dari warna wildtype bata-merah, itu

    disebabkan karena kekurangan beberapa pigmen dan kelebihan beberapa

    pigmen lainnya. Kekurangan pigmen mungkin merupakan akibat dari mutasi gen

    pada saat sintesis pigmen atau mutasi pada gen yang mengkode pigmen. Jika

    jalur ommochrome terganggu, persentase pigmen coklat di mata akan

    berkurang, dan mata akan menjadi warna merah. Jika suatu gen di jalur

    drosopterin merupakan mutan, seperti sepia, maka mata akan menjadi lebih

    coklat daripada mata wildtype. Gen yang terlibat dalam jalur drosopterin dan

    ommochrome tersebar di seluruh genom Drosophila melanogaster.

    Name Symbol Color Map Location

    brown bw light brown 2 - 104.5

    cinnabar cn bright red 2 - 57.5

    maroon-

    like

    mal deep reddish 1 - 64.8

  • 7/29/2019 Fix Kromatografi Kelompok-2

    19/22

    19

    Plum Pm red-brown 2 - 104.5

    Purple pr purplish 2 - 54.5

    Rosy ry pinkish 3 - 52.4

    Scarlet st bright red 3 - 44.0

    Sepia se dark brown 3 - 26.0

    Vermilion v bright orange-

    red

    1 - 33.0

    whiteapricot wa light orange 1 - 1.5

    whiteeosin we pink-orange 1 - 1.5

    White w white 1 - 1.5

    Tabel 1. Contoh gen yang terlibat dalam jalur pigmen

    Banyak dari gen tersebut mengkode enzim-enzim

    yang mengontrol satu langkah pada jalur biosintetik.

    Setiap langkah pada jalur biosintetik ini dikalatalis

    oleh enzim yang berbeda, sehingga jika satu

    enzim tidak diproduksi atau

    tidak fungsional karena mutasi,

    maka jalur tersebut akan berhenti.

    Pada jalur ommochrome, pigmen coklat

    xanthommatin dihasilkan dari asam amino triptofan melalui

    jalur biosintetik berikut:

    Gen cinnabar mengkode kynurenine-3-hidroksilase.

    Ketika lalat mutan homozigot untuk cinnabar,

    kynurenine-3-hidroksilase fungsional tidak diproduksi

    sehingga kynurenine tidak dikonversi menjadi

    3-hydroxykynurenine. Akhirnya jalur ini berhenti,

    xanthommatin tidak diproduksi, dan lalat memiliki

    mata merah cerah.

  • 7/29/2019 Fix Kromatografi Kelompok-2

    20/22

    20

    Jalur Drosopterin

    Warna mata pada lalat merupakan penjumlahan dari berbagai konsentrasi

    pigmen yang berbeda. Ketika dilarutkan dalam 1:1 n -propanol dan hidroksida

    amonium, pigmen ini akan terpisah selama kromatografi berdasarkan perbedaan

    ukuran molekul dan kelarutan. Pelarut diserap oleh gel silika pada lapisan tipis plat

    kromatografi dan bergerak ke arah atas plat.

    Tergantung pada seberapa baik setiap pigmen larut

    ke dalam pelarut, pigmen individu akan berjalan

    bersama dengan pelarut, yang diletakkan di atas

    plat pada titik yang tidak lagi larut dalam pelarut.

    Karena drospterins berpendar, maka pigmen

    drospterin yang ada dalam mata lalat dapat dilihat

    di bawah sinar ultraviolet di sebuah kromatogram.

    Di bawah ini adalah contoh dari kromatogram

    sampel wildtype.

  • 7/29/2019 Fix Kromatografi Kelompok-2

    21/22

    21

    V.1 Kesimpulan

    Rf (Rate of Fluoresensi) pada masing-masing mata lalat Drosophila

    melanogaster mata normal, mutan sepia, mutan cloud, dan mutan white berturut-turut adalah (0,13), (0,33), (0,25) dan (0). Pigmen mata Ommokrom terdapat pada

    mata Drosophilla mutan tipe Sephia. Pigmen Pteridin terdapat pada mata

    Drosophilla mutan tipe Cloud, dan Mutan Drosophilla tipe white tidak memiliki

    pigmen mata. Urutan Rf berdasarkan warna pigmen dari yang terbesar hingga yang

    terkecil adalah Coklat untuk Ommokrom pada mutan Sephia, merah untuk Pteridin

    pada mutan Cloud, merah untuk Pteridin pada mata Drosophilla normal, kemudian

    putih untuk Drosophilla tipe mutan white.

    V.2 Saran

    Pada saat praktikum, sebaiknya vasseline dioleskan secara benar-benar meratadan menutupi seluruh bagian yang mungkin dapat berhubungan dengan udara

    luar.

    Sebaiknya berhati hati saat memasukkan kertas kromatografi ke dalambejana yang telah disiapkan, karena proses pemisahan warna akan terganggu

    dan kurang akurat bila kertas kromatografi menyentuh dinding bejana. Hal ini

    mengingat pada keadaan kertas yang akan basah dan menempel.

    BAB V

    PENUTUP

  • 7/29/2019 Fix Kromatografi Kelompok-2

    22/22

    DAFTAR PUSTAKA

    Anonim. Pigment Pathways of Drosophila melanogaster. Diperoleh dari:

    http://chsweb.lr.k12.nj.us/psidelsky/chromatography%20reference.htm [29 April 2010]

    Campbell, N. A., J. B. Reece, L. G. Mitchel. 2002.Biologi. Terj dariBiology. Oleh Lestari,

    R., E. I. M. Adil, N. Anita, Andri, W. F. Wibowo & W. Manalu. Erlangga, Jakarta: xxi + 438 hlm

    Suryo. Genetika. 1984. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

    Anonim. 2008. Chromatography of DrosophilaEye Pigments

    www.lehigh.edu/~mrk5/bios116-drosophila%20eye%20pigment.pdf. 26 April 2010.

    Answer coorporatin. 2009. GPC.

    http://content.answers.com/main/content/img/McGrawHill/Encyclopedia/images/CE283900FG0010.gif. 10 Mar 2009. pk.21.10.

    Brian M. Tissue. 1996. HPLC. http://elchem.kaist.ac.kr/vt/chem-ed/sep/lc/graphics/hplc-

    sch.gif. 12 Mar 2009. 26 april 2010.

    Christian, G.D. 1994.Analytical chemistry. 5th ed. John Wiley & Sons, New York: xv + 812

    hlm.

    Fairbanks, D.J. 1994. & W.R. Andersen. 1999. Genetics: The continuity of life. Brooks/Cole

    Publishing Company, Pasific Groove: xvii + 820 hlm.Gardner, E.J. & T.R. Mertens. 1975. Genetics laboratory investigation. 6th ed.

    Jayaram, B. 2008. Central Dogma. http://scfbio-iitd.res.in/image/central%20dogma.gif. 27

    april 2010. pk. 19.35.

    Pai, A. C. 1992. Dasar-dasar genetika. Terj dari Fundamentals of genetics. Oleh Apandi, M.

    Erlangga, Jakarta: x + 438 hlm.

    Robinson, T.R. 2005. Genetics for dummies. Wiley Publishing, Indiana: xviii + 364 hlm.

    Rong, Y. S., Golic, K. G. 1998. Genetics. http://www.genetics.org/cgi/reprint/150/4/1551.

    diakses pada tanggal 27 april 2010

    Russell, P.J. 1994. Fundamental of Genetics. Harp Collin College Publishers, New York: xv +

    528 hlm.

    Skoog, D.A., D.M. West & F.J. Holler. 1996. Fundamental of analytical chemistry. 7th

    ed.

    Saunders College Publishing, Fort Worth: xviii + 870 hlm.

    Stine, G. J. 1973. Laboratory exercise in genetics. Mac Millan Publishing Co., Inc., New York:xii + 287 hlm.

    http://chsweb.lr.k12.nj.us/psidelsky/chromatography%20reference.htmhttp://www.lehigh.edu/~mrk5/bios116-drosophila%20eye%20pigment.pdfhttp://content.answers.com/main/content/img/McGrawHill/Encyclopedia/images/CE283900FG0010.gif.%2010%20Mar%202009.%20pk.21.10http://content.answers.com/main/content/img/McGrawHill/Encyclopedia/images/CE283900FG0010.gif.%2010%20Mar%202009.%20pk.21.10http://elchem.kaist.ac.kr/vt/chem-ed/sep/lc/graphics/hplc-sch.gif.%2012%20Mar%202009http://elchem.kaist.ac.kr/vt/chem-ed/sep/lc/graphics/hplc-sch.gif.%2012%20Mar%202009http://www.scfbio-iitd.res.in/image/central%20dogma.gifhttp://www.genetics.org/cgi/reprint/150/4/1551http://www.genetics.org/cgi/reprint/150/4/1551http://www.scfbio-iitd.res.in/image/central%20dogma.gifhttp://elchem.kaist.ac.kr/vt/chem-ed/sep/lc/graphics/hplc-sch.gif.%2012%20Mar%202009http://elchem.kaist.ac.kr/vt/chem-ed/sep/lc/graphics/hplc-sch.gif.%2012%20Mar%202009http://content.answers.com/main/content/img/McGrawHill/Encyclopedia/images/CE283900FG0010.gif.%2010%20Mar%202009.%20pk.21.10http://content.answers.com/main/content/img/McGrawHill/Encyclopedia/images/CE283900FG0010.gif.%2010%20Mar%202009.%20pk.21.10http://www.lehigh.edu/~mrk5/bios116-drosophila%20eye%20pigment.pdfhttp://chsweb.lr.k12.nj.us/psidelsky/chromatography%20reference.htm