kehamilan postmatur dan kpd.doc

116
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka kematian bayi merupakan salah satu indikator kesehatan yang menggambarkan tingkat kesejahteraan ibu dan anak. Di Indonesia angka kematian bayi masih menduduki urutan keenam dibanding negara-negara ASEAN. Menurut survey demografi kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2004/2005 angka kematian bayi 45/1000 kelahiran hidup. Penyebab terjadinya angka kematian bayi antara lain faktor ibu dan bayi, faktor ibu salah satunya adalah karena kehamilan serotinus. Karena meningkatnya resiko kesakitan dan kematian perinatal dalam kehamilan serotinus dapat menjadi tiga kali dibandingkan kehamilan aterm. Sedangkan dari bayi sendiri adalah asfiksia neonatorum, infeksi, BBLR, trauma persalinan dan cacat bawaan. Selain kehamilan serotinus penyebab terjadinya angka kematian dan kesakitan bayi antara lain adalah kasus persalinan dengan ketuban pecah dini, akibat dari persalinan dengan ketuban pecah dini dapat menyebabkan partus lama. Hal ini bisa mengakibatkan infeksi, dan selain itu dapat menyebabkan persalinan prematuritas. Sedangkan pada janin dapat mengakibatkan IUFD, asfiksia neonatorum dan fetal distress. 1

Upload: khozali-anwar

Post on 26-Oct-2015

45 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

kep. maternitas

TRANSCRIPT

Page 1: KEHAMILAN POSTMATUR DAN KPD.doc

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Angka kematian bayi merupakan salah satu indikator kesehatan yang

menggambarkan tingkat kesejahteraan ibu dan anak. Di Indonesia angka kematian

bayi masih menduduki urutan keenam dibanding negara-negara ASEAN. Menurut

survey demografi kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2004/2005 angka kematian

bayi 45/1000 kelahiran hidup.

Penyebab terjadinya angka kematian bayi antara lain faktor ibu dan bayi, faktor

ibu salah satunya adalah karena kehamilan serotinus. Karena meningkatnya resiko

kesakitan dan kematian perinatal dalam kehamilan serotinus dapat menjadi tiga kali

dibandingkan kehamilan aterm. Sedangkan dari bayi sendiri adalah asfiksia

neonatorum, infeksi, BBLR, trauma persalinan dan cacat bawaan. Selain kehamilan

serotinus penyebab terjadinya angka kematian dan kesakitan bayi antara lain adalah

kasus persalinan dengan ketuban pecah dini, akibat dari persalinan dengan ketuban

pecah dini dapat menyebabkan partus lama. Hal ini bisa mengakibatkan infeksi, dan

selain itu dapat menyebabkan persalinan prematuritas. Sedangkan pada janin dapat

mengakibatkan IUFD, asfiksia neonatorum dan fetal distress.

Kehamilan serotinus adalah kehamilan yang melewati 294 hari atau lebih dari

42 minggu lengkap (Sarwono, 1999) dari kehamilan serotinus dapat mengakibatkan

komplikasi-komplikasi terhadap ibu dan bayi. Persalinan serotinus dapat

menyebabkan distosia yang dikarenakan oleh aksi uterus yang tidak terkoordinir,

janin besar dan moulage kepala kurang sedangkan terhadap janin yaitu fungsi

plasenta menurun setelah 42 minggu, rendahnya fungsi plasenta berkaitan dengan

peningkatan kejadian gawat janin, akibat dari proses penuaan plasenta maka

pasokan makanan dan oksigen menurun sehingga janin akan mengalami

pertumbuhan terhambat dan penurunan berat sehingga bisa menyebabkan asfiksia

bahkan dapat menyebabkan kematian janin.

Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda persalinan

mulai dan ditunggu satu jam sebelum dimulainya tanda persalinan. Waktu sejak

pecah ketuban sampai terjadi kontraksi rahim (periode laten) (Manuaba, 2001).

1

Page 2: KEHAMILAN POSTMATUR DAN KPD.doc

Dalam upaya menurunkan angka kematian ibu karena persalinan serotinus

dengan ketuban pecah dini (KPD) perlu dilakukan pertolongan persalinan yang

komprehensif serta intervensi strategis dalam upaya safe motherhood yang

dinyatakan dalam empat pilar safe motherhood yaitu: keluarga berencana, asuhan

antenatal, persalinan bersih dan aman, pelayanan obstetri esensial yang meliputi

kemampuan fasilitas pelayanan kesehatan untuk melakukan tindakan dalam

mengatasi resiko tinggi dan komplikasi kehamilan ataupun persalinan, maka kita

sebagai tenaga kesehatan harus mampu menurunkan angka kejadian persalinan

serotinus dengan ketuban pecah dini (KPD), sehingga dapat meningkatkan

kesehatan masyarakat terutama kesehatan ibu dan bayi.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Diharapkan mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan pada bayi

serotinus dengan ketuban pecah dini (KPD) dalam rangka menurunkan angka

morbiditas dan mortalitas bayi.

2. Tujuan Khusus

a. Mampu menjelaskan definisi dari kehamilan serotinus dan

ketuban pecah dini (KPD).

b. Mampu menyebutkan dan menjelaskan etiologi dari kehamilan

serotinus dan ketuban pecah dini (KPD).

c. Mampu menjelaskan patofisiologi dari kehamilan serotinus dan

ketuban pecah dini (KPD).

d. Mampu menjelaskan penatalaksanaan dari kehamilan serotinus

dan ketuban pecah dini (KPD).

2

Page 3: KEHAMILAN POSTMATUR DAN KPD.doc

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. TINJAUAN TEORI MEDIS KEHAMILAN SEROTINUS

1. Teori sebab persalinan

Sebab terjadinya suatu persalinan jingga saat ini masih berupa suatu teori

yang kompleks, banyak faktor yang mengakibatkan persalinan itu terjadi

antara lain : faktor humoral, pengaruh prostaglandin, struktur uterus, sirkulasi

uterus, pengaruh saraf dan nutrisi. Semua factor tersebut belum dapat

dipastikan oleh karena itu masih diperlukan penilitian terlebih lanjut. Teori

yang mendukng terjadinya suatu persalinan yaitu:

a. Teori oksitosin

Peranan oksitosin pada persalinan yaitu dikeluarkanya oksitosin oleh

neurohipofise wanita hamil pada saat wanita tersebut mulai masuk

perasalinan. Menurut Chard (1973) peranannya pada persalinan hanya

kecil, perannan utamanya pada fase ekspulsi dan postpartum, pada

postpartum setelah fetus dan plasenta lahir menimbulkan kontraksi dan

retraksi uterus sehingga jumlah peradrahan yang terjadi berkurang (pada

saat ini pembuatan prostaglandin oleh amnion sudah tidak ada lagi) bahwa

oksitosin adalah obat yang dapat menimbulkan kontraksi uterus pada

kehamilan lanjut sudah diketahui secara luas kadar reseptor untuk

oksitosin pada beberapa kehamilan cukup bulan dan selama persalinan,

juga didapat kenaikan kadar oksitosin dalam cairan amnion selama

persalinan. Dapat disimpulkan bahwa oksitosin berperan penting pada

akhir persalinan termasuk lahirnya plasenta, mempertahankan kontraksi

uterus setelah persalinan (mengurangi jumlah darah yang hilang, dan pada

saat ibu menyusui bayinya karena pada waktu bayi menghisap puting susu

ibu terjadi hipersekresi dari oksitosin dan air susu mengalir keluar).

b. Teori panarikan (withdrawal progesteron)

Penarikan progesteron merupakan keadaan endokrin penting yang

mendasari proses biomolekuler untuk bermulanya persalinan. Dari semua

3

Page 4: KEHAMILAN POSTMATUR DAN KPD.doc

penalitian pada manusia kadar progesteron sekurang-kurangnya pada

darah ibu tidak menurunpada waktu sebelum persalinan mulai

berlangsung.

c. Hipotesa sistem komunikasi organ

Suatu hal yang mungkin sulit untuk dipercayai bahwa janin dapat

mengirimkan sarat kepada ibu untuk memmulai proses persalinan bila dari

jaringan dan organ-organ janin telah sempurna. Apabila keadaan ini benar

terjadi sebagai syarat fetus kepada ibu melalui sistem komunikasi organ.

Apabila memang demikian keadaanya adalah sangat penting untuk

menentukan komponen dari sistem komunikasi organ mekanisme

timbulnya dan bagaimana isyarat janin dikirimkan ke ibu juga penting

untuk menentukan komponen jawaban yang terjadi akibat isyarat tersebut.

Menurut Manuaba (1998) dikemukakan teori yang menyatakan

kemungkinan terjadinya persalinan yaitu

1) Teori keregangan

Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas-batas

tertentu

Setelah melewati batas tersebut terjadi kontraksi sehingga

persalinan dapat mulai.

Contohnya pada hamil ganda sering terjadi setelah keregangan

tertentu sehingga menimbulkan persalinan.

2) Teori penurunan progesteron

Proses penuaan plasenta terjadi mulai umur kehamilan 28

minggu dimana terjadi penimbunan jaringan ikat, pembuluh darah

menaglami penyempitan dan buntu.

Produksi progesteron mengalami penurunan sehingga otot rahim

lebih sensitif terhadap oksitosin.

Akibat otot rahim mulai berkontraksi setelah tercapai tingkat

penurunan progesteron tertentu.

3) Teori oksitosin internal

Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis posterior.

4

Page 5: KEHAMILAN POSTMATUR DAN KPD.doc

Perubahan keseimbangan estrogen dan progesteron dapat

mengubah sensitifitas otot rahim, sehingga sering terjadi kontraksi

Braxton Hiks.

Menurunya konsentrasi progesteron akibat tuanya kehamilan

maka oksitosin dapat meningkatkan aktivitas sehingga persalinan

dapat dimulai.

4) Teori prostaglandin

Konsentrasi prostaglandin meningkat sejak umur kehamilan 15

minggu yang dikeluarkan oleh desisua.

Pemberian prostaglandin dapat menimbulkan kontaksi otot rahim

sehingga hasil konsepsi dikeluarkan.

Prostaglandin dianggap dapat merupakan pemicu terjadinya

persalinan.

5) Teori hipotalamus pituitari dan galndula suprarenalis

Teori ini menunjukkan pada kehamilan dengan anensepalus

sering terjadi perlambatan persalinan karena tidak terbentuk

hipotalamus.

Pemberian kortokosteroid yang menyebabkan prematuritas janin,

induksi (mulai persalinan).

Galndula suprarenal merupakan pemicu terjadinya persalinan.

2. Definisi

a. Kehamilan postterm merupakan kehamilan yang berlangsung selama 42

minggu atau lebih sejak awal periode haid yang diikuti oleh ovulasi 2

minggu kemudian. Meskipun kehamilan postterm ini mungkin mencakup

10 persen dari seluruh kehamilan, sebagian di antaranya mungkin tidak

benar-benar postterm, tetapi lebih disebabkan oleh kekeliruan dalam

memperkirakan usia gestasional. Sekali lagi nilai informasi yang tepat

mengenai lama kehamilan cukup jelas, karena pada umumnya semakin

lama janin yang benar-benar postterm itu berada didalam rahim, semakin

5

Page 6: KEHAMILAN POSTMATUR DAN KPD.doc

besar pula resiko bagi janin dan bayi baru lahir untuk mengalami

gangguan yang berat (Cunningham, 1995).

b. Kehamilan serotinus adalah kehamilan yang melewati 294 hari atau lebih

dari 42 minggu lengkap (Sarwono, 1995).

c. Kehamilan serotinus adalah kehamilan yang berlangsung lebih lama dari

42 minggu dihitung berdasarkan rumus neagle dengan siklus haid rata-rata

28 hari (Rustam, 1998).

d. Kehamilan yang melebihi waktu 42 minggu sebelum terjadi persalinan

(Manuaba, 1998).

3. Etiologi

Etiologi kehamilan lewat waktu atau kehamilan serotinus sampai saat ini

belum diketahui secara pasti beberapa faktor yang dikemukakan penyebab

kehamilan serotinus adalah:

a. Ketidaktentuan tanggal menstruasi: ketidaksanggupan ibu mengingat

HPHT, perdarahan selama kehamilan, siklus haid tidak teratur, kehamilan

dalam masa pasca persalinan ( oxorn, 2003 ).

b. Hormone penurunan konsentrasi estrogen yang menandai kasus – kasus

kehamilan serotinus dianggap merupakan hal penting, karena kadar

estrogen tidak cukup untuk menstimulasi produksi dan penyimpanan

glikofosfolipid didalam membrane janin. Pada jumlah estrogen yang

normal dan uterus meningkat sehingga kepekaan terhadap oksitosin

meningkatkan dan merangsang kontraksi ( wiliams, 1995 ).kadarestrogen

tidak cepat turun walaupun kehamilan telah cukup bulan, sehingga

kepekaan uterus terhadap oksitosin berkurang namun factor yang lebih

menentukan adalah belum diproduksinya prostaglandin yang berpengaruh

terhadap terjadinya kontraksi uterus pada akhir kehamilan.

c. Herediter karena postmaturitas sering dijumpai pada satu keluarga tertentu

( rustam, 1998 )

6

Page 7: KEHAMILAN POSTMATUR DAN KPD.doc

4. Patofisiologi

a. Jika plasenta terus berfungsi dengan baik, janin akan terus tumbuh yang

mengakibatkan bayi LGA dengan manifestasi masalah seperti trauma lahir

dan hipoglikemia.

b. Jika fungsi plasenta menurun, janin mungkin tidak mendapatkan nutrisi

yang adekuat. Janin akan menggunakan cadangan lemak subkutan sebagai

alergi penyusutan lemak subkutan terjadi yang mengakibatkan syndrome

dismatur janin , terdapat 3 tahap sindrom dismaturitas janin:

1) Tahap I insufisiensi plasenta kronis

Kulit kering, pecah – pecah, mengelupas, longgar dan berkerut.

Penampilan malnutrisi

Bayi dengan mata terbuka dan terjaga

2) Tahap II insufisiensi plasenta akut

Seluruh gambaran tahap I kecuali nomor 3

Terwarnai mekonium

Depresi perinatal

3) Tahap III insufisiensi plasenta subakut

Hasil temuan pada tahap I dan tahap II kecuali nomor 3

Terwarnai hijau dikulit, kuku, tali pusat dan membrane plasenta

Resiko kematian intrapartum atau kematian neonatus lebih tinggi

c. Bayi baru lahir beresiko tinggi terhadap perburukan komplikasi yang

berhubungan dengan perfusi utero plasenta yang terganggu dan hipoksia,

misalnya: sindrom aspirasi mekonium.

d. Hipoksia intra uteri kronis menyebabkan peningkatan eritroptia.lin janin

dan produksi sel darah merah yang menyebabkan polisitemia.

e. Bayi postmatur rentan terhadap hipoglokemia karena penggunaan

cadangan glikogen yang cepat.

7

Page 8: KEHAMILAN POSTMATUR DAN KPD.doc

5. Gambaran klinis

Gambaran klinis pada kehamilan post matur antara lain:

a. Janin postterm dapat terus bertambah beratnya di dalam uterus

dan dengan demikian menjadi bayi besar yang abnormal pada saat lahir,

atau bertambah berat postterm serta berukuran besar menurut usia

gestasionalnya.

b. TFU tidak sesuai dengan umur kehamilan.

c. Pada USG ditemukan adanya oligohidramnion dan penurunan

jumlah cairan amnion disertai dengan kompresi tali pusat yang dapat

menimbulkan gawat janin, termasuk defekasi dan aspirasi mekonium yang

kental.

d. Pada sisi ekstrim lainnya, lingkungan intrauterin dapat begitu

bermusuhan sehingga pertumbuhan janin yang lebih lanjut akan terhenti

dan janin menjadi postterm serta mengalami retardasi pertumbuhan.

Hasil pengkajian manifestasi klinis meliputi:

a. Bayi panjang, kurus dengan penampilan menyusut,

kulit seperti kertas dan kulit kuku dan tali pusat terwarnai mekonium,

kuku panjang dan lanugo tidak ada.

b. Sindrom aspirasi mekonium ditandai dengan hipoksia

janin, cairan amnion yang bercampur dengan mekonium, gawat napas

waktu lahir dan mekonium mengotori pita suara.

6. Pemeriksaan Kehamilan Serotinus

Diagnosa kehamilan serotinus ditegakkan dengan megetahui HPHT dengan

rumus neagle yaitu dengan pertambahan tanggal hari pertama haid terakhir

yang normal dan spontan dengan 7 hari kemudian penggurangan 3 bulan

penambahan 1 pada tahunnya. Diagnosa penunjang yang dilakukan untuk

menegakkan diagnosa kehamilan serotinus adalah:

8

Page 9: KEHAMILAN POSTMATUR DAN KPD.doc

a. Ultrasonografi untuk mengetahui ukuran diameter biparietal,

gerakan janin dan jumlah air ketuban.

b. Pemeriksaan serologi air ketuban yaitu air ketuban diambil

dengan amniosintesis baik transvaginal maupun transabdominal (air

ketuban akan bercampur dengan lemak dan sel-sel kulit yang dilepas janin

setelah kehamilan mencapai lebih dari 36 minggu. Air ketuban diperoleh

dipulas dengan sulfatbirunil, maka sel-sel yang mengandung lemak akan

berwarna jingga bila:

1) Melebihi 10 % kehamilan di atas 36 minggu

2) Melebihi 50 % kehamilan di atas 39 minggu

c. Amnioskopi : melihat derajat kekeruhan air ketuban, menurut

warnanya karena insufiensi plasenta.

d. Kardiotokografi : mengawasi dan membaca denyut jantung

janin karena insufiensi plasenta.

e. Uji oksitosin (stress test) yaitu induksi oksitosin dilakukan

ketika usia kehamilan 42 minggu lebih dan selama saat melakukan

induksi, frekuensi denyut janin direkam secara kontinyu. Sepanjang

pelanksanaan induksi persalinan selama 8 jam, tidak terlihat adanya suatu

tanda yang membuktikan penurunan frekuensi denyut jantung janin, dan

frekuensi denyut jantung janin bertambah cepat dengan gerakan janin;

dengan kata lain, terdapat hasil tes stress kontraksi yang reaktif dan

negative.

7. Penatalaksanaan medis

Penalaksanaan pada ibu

a. Pengelolaan persalinan

1) Bila sudah dipastikan umur kehamilan 41 minggu,

pengelolaan tergantung dari derajat kematangan serviks.

2) Bila serviks matang (skor bishop > 5)

Dilakukan induksi persalinan asal tidak ada

janin besar, jika janin lebih 4000 gram, dilakukan SC.

9

Page 10: KEHAMILAN POSTMATUR DAN KPD.doc

Pemantauan intrapartum dengan

mempergunakan KTG dan kehadiran dokter spesialis anak apalagi

bila ditemukan mekonium mutlak diperlukan.

3) Pada serviks belum matang (skor bishop < 5) kita

perlu menilai keadaan janin lebih lanjut apabila kehamilan tidak

diakhiri.

NST dan penilaian kantung amnion. Bila

keduanya normal kehamilan dibiarkan berlanjut dan penilaian

janin dilanjutkan seminggu 2 kali.

Bila ditemukan oligohidramnion (< 2 cm pada

kantung yang vertikal atau indeks cairan amnion < 5) atau

dijumpai deselerasi variabel pada NST, maka dilakukan induksi

persalinan.

Bila volume cairan amnion normal dan NST

tidak reaktif, test dengan kontraksi (CST) harus dilakukan. Hasil

CST positif janin perlu dilahirkan, bila CST negatif kehamilan

dibiarkan berlangsung dan penilaian janin dilakukan lagi 3 hari

kemudian.

Keadaan serviks (skor bishop harus dinilai ulang

setiap kunjungan pasien, dan kehamilan harus diakhiri bila serviks

matang.

4) Pasien dengan kehamilan lewat waktu dengan

komplikasi seperti DM, preeklamsi, PJT, kehamilannya harus diakhiri

tanpa memandang keadaan serviks. Tentu saja kehamilan dengan

resiko ini tidak boleh dibiarkan melewati kehamilan lewat waktu.

b. Pengelolaan intrapartum

1) Pasien tidur miring sebelah kiri

2) Pergunakan pemantauan elektrolit jantung janin

berikan oksigen bila ditemukan keadaan jantung yang abnormal.

3) Perhatikan jalannya persalinan.

10

Page 11: KEHAMILAN POSTMATUR DAN KPD.doc

Penatalaksanaan pada bayi

a. Menangani sindrom aspirasi mekonium

1) lakukan penghisapan mulutdan luban

hidung bayi sementara kepala berada di perineum dan sebelum nafas

yang pertama dilakukan untuk mencegah aspirasi mekonium yang

berada dalam jalan nafas.

2) Segera setelah bayi kering dan berada

dalam penghangat lakukan intubasi dengan penghisapan trachea

langsung

3) Lakukan fisioterapi dada dengan

penghisapan untuk mengeluarkan mekonium dan secret yang

berlebihan.

4) Berikan tambahan oksigen dan dukungan

pernafasan sesuai dengan kebutuhan.

b. Melakukan pengukuran glukosa darah serial

c. Memberi makan lebih awal untuk mencegah hipoglikemia jika bukan

merupakan kontraindikasi pada status pernafasan.

d. Mempertahankan integritas kulit.

1) Pertahankan kulit bersih dan kering

2) Hindari penggunaan bedak,cream, lotion

3) Hidari penggunaan plester

8. Komplikasi yang diakibatkan oleh kehamilan serotinus

a. Terhadap ibu persalinan serotinus dapat menyebabkan distosia

dikarenakan oleh:

1) Aksi uterus yang tidak terkoordinir dikarenakan kadar progesteron

yang tidak turun pada kehamilan serotinus maka kepekaan terhadap

oksitosin berkurang sehingga estrogen tidak cukup untuk menyediakan

prostaglandin yang berperan terhadap penipisan serviks dan kontraksi

uterus sehingga sering didapatkan aksi uterus yang tidak terkoordinir.

11

Page 12: KEHAMILAN POSTMATUR DAN KPD.doc

2) Janin besar oleh karena pertumbuhan janin yang terus berlangsung dan

dapat menimbulkan CPD dengan derajat yang mengakhawatirkan

akibatnya persalinan tidak dapat berlangsung secara normal, maka

sering dijumpai persalinan lama, inersia uteri, distosia bahu dan

perdarahan post partum.

b. Terhadap janin fungsi plasenta mencapai puncaknya pada kehamilan 28

minggu kemudian mulai menurun terurtama setelah 42 minggu, hal ini

dapat dibuktikan dengan penurunan kadarestriol kadar plasenta dan

estrogen. Rendahnya fungsi plasenta berkaitan dengan peningkatan

kejadian gawat janin dengan resiko tiga kali. Akibat dari proses penuaan

plasenta maka pasokan makanan dan oksigen akan menurun disamping

dengan adanya spasme arteri spiralis. Janin akan mengalami pertumbuhan

terhambat dan penurunan berat dalam hal ini dapat disebut dismatur.

Sirkulasi utero plasenter akan berkuarang 50% menjadi 250 mm/menit.

Kematian janin akibat kehamilan serotinus terjadi pada 30 % sebelum

persalinan, 50% dalam persalinan dan 15% dalam postnatal. Penyebab

utama kematian perinatal adalah hipoksia dan aspirasi mekonium. Tanda-

tanda partus postterm dibagi menjadi tiga stadium:

1) Stadium I : kulit menunjukkan kehilangan verniks kaseosa dan

maserasi berupa kulit kering, rapuh dan mudah mengelupas.

2) Stadium II : gejala pada stadium satu ditambah dengan pewarnaan

mekonium (kehijauan pada kulit).

3) Stadium III : pewarnaan kekeuningan pada kuku, kulit dan tali pusat.

Pada kasus yang lain biasanya terjadi insufisiensi plasenta. Dimana

plasenta, baik secara anatomis maupun fisiologis tidak mampu

memberikan makanan dan oksigen kepada fetus untuk mempertahankan

pertumbuhan dan perkembangan secara norma. Hal ini dapat

menyebabkan kematian janin dalam kandungan. Volume cairan amnion

akan meningkat sesuai dengan bertambahnya kehamilan. Pada kehamilan

cukup bulan cairan amnion 1000-1500 ml, warna putih, agak keruh, serta

12

Page 13: KEHAMILAN POSTMATUR DAN KPD.doc

mempunyai bau yang khas, amis, dan agak manis, cairan ini mengandung

sekitar 98% air. Sisanya terdiri dari garam organik dan anorganik yaitu

rambut lanugo (rambut halus yang berasal dari bayi), sel-sel epitel dan

forniks kaseosa (lemak yang meliputi kulit bayi.

Produksi cairan amnion sangat dipengaruhi fungsi plasenta. Pada

kehamilan serotinus fungsi plasenta akan menurun sehingga akibatnya

produksi cairan amnion juga akan berkurang. Dengan jumlah cairan

amnion dibawah 400 ml pada umur kehamilan 40 minggu atau lebih

mempunyai hubungan dengan komplikasi janin. Ini dikaitkan dengan

fungsi cairan amnion yaitu melindungi janin terhadap trauma dari luar,

memungkinkan janin bergerak bebas, melindungi suhu janin, meratakan

tekanan di dalam uterus pada partus sehingga serviks membuka,

membersihkan jalan lahir pada permulaan partus kala II. Dengan adanya

oligohidramnion maka tekanan pada uterus tidak sempurna, sehingga

terkadang disertai kompresi tali pusat dan menimbulkan gawat janin. Janin

menjadi stress kemudian mengeluarkan mekonium yang akan mencemari

cairan ketuban, sehingga tak jarang terjadi aspirasi mekonium yang kental.

13

Page 14: KEHAMILAN POSTMATUR DAN KPD.doc

9. Patways

14

Ketidaksanggupan bumil mengingat HPHT.

Siklus haid yang tidak teratur

Belum diproduksinya prostaglandin

Faktor herediter

Penurunan kepekaan uterus terhadap

oksitosin

Tidak adanya kontraksi uterus

Kadar estrogen tidak mengalami penurunan saar kehamilan sudah cukup tua

Page 15: KEHAMILAN POSTMATUR DAN KPD.doc

10. Asuhan keperawatan

a. Pengkajian

1) Data subyektif

Pada tahap ini semua data dasar dan informasi tentang pasien

dikumpulkan dan dianalisa untuk mengevaluasi keadaan pasien dan

menurut keterangan dari pasien.

Nama pasien

Dimaksud agar dapat mengenali klien sehingga mengurangi

kekeliruan dengan pasien lain.

Umur

15

Kehamilan Serotinus

Oligohidramnion

Distress janin

Resiko tinggi cedera janin

Kompresi tali pusat

Prolaps tali pusat

Insufisiensi plasenta

Pasokan makanan dan

oksigen menurun

Pertumbuhan janin terhenti

Janin kehilangan berat yang cukup banyak terutama

lemak subkutan dan masasa otot

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan

Gangguan perfusi jaringan

Gerakan janin berkurang

Kulit jadi rapuh dan kering serta mudah

mengelupas

Ansietas pada ibu

kerusakan integritas kulit

Pertumbuhan janin terus-

menerus

Janin tidak sesuai dengan usia gestasinya

Pelvic sempit

CPD

Partus macet

Terbukanya intrauterine dengan

ekstrauteri

Resti infeksi

Aspirasi mekonium

Asfiksia

Gangguan pertukaran gas

Suhu tubuh tidak stabil

Gangguan termoregulasi :

hipotermi

Page 16: KEHAMILAN POSTMATUR DAN KPD.doc

Mengetahui umur pasien sehingga dapat mengklarifikasi adanya

faktor resiko kehamilan karena faktor umur sehingga dapat dijadikan

bahan pertimbangan dalam penatalaksanaan kehamilan serotinus

selanjutnya.

Agama dan suku bangsa

Mengetahui kepercayaan dan adat istiadat pasien sehingga dapat

mempermudah dalam melaksanakan tindakan kebidanan.

Pendidikan

Untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan pemahaman ibu dalam

memberi informasi tentang kehamilan serotinus.

Pekerjaan

Mengetahui tingkat ekonomi pasien. Hal ini perlu dikaji untuk

mengetahui pola aktifitas pasien berhubungan dengan pekerjaan.

Alamat

Untuk mengetahui pasien tinggal dimana dan untuk menghindari

kekeliruan bila ada dua orang pasien dengan nama yang sama serta

untuk keperluan kunjungan rumah bila perlu.

Identitas suami

Untuk mengetahui siapa yang bertanggung jawab bila sewaktu –

waktu dibutuhkan dan dalam pengambilan keputusan didalam

keluarga. Selain itu juga selama proses perawatan.

Alasan datang ke rumah sakit

Untuk mengetahui pasien tersebut datang untuk berobat, periksa,

konsultasi atau rujukan.

Keluhan utama

Keluhan pasien terutama dikaji mengenai hal-hal yang berkaitan

dengan lamanya usia kehamilan yang tidak sesuai dengan perkiraan

persalinan. Dilihat dari gejala klinik pasien apakah gerakan janin

berkurang dari biasanya.

Riwayat kesehatan

- Riwayat kesehatan sekarang

16

Page 17: KEHAMILAN POSTMATUR DAN KPD.doc

Untuk mengetahui keadaan atau kondisi pasien serta ditanyakan

apakah saat ini sedang menderita penyakit, sejak kapan, upaya apa

yang telah dilakukan, apakah sudah periksa, hal ini untuk

mendeteksi penyakit dalam kehamilan yang dapat mempengaruhi

proses persalinan.

- Riwayat kesehatan lalu

Dikaji mengenai pernah atau tidaknya ibu mengalami kehamilan

serotinus sebelumnya karena serotinus cenderung terjadi lagi pada

wanita yang mempunyai riwayat kehamilan serotinus sebelumnya.

- Riwayat kesehatan keluaga

Untuk mengetahui kemungkinan ada yang menderita penyakit

menular, menurun, kejiwaan yang dapat mempengaruhiproses

kehamilan dan persalinan pasien, infeksi dapat berpengaruh pada

pertumbuhan dan perkembangan janin sewaktu ibu mengandung.

Riwayat obstetrik

- Riwayat perkawinan

Untuk mengetahui lamanya perkawinan dan adanya infertilitas

yang membantu dalam pertimbangan pelaksanaan tindakan.

- Riwayat menstruasi

Teratur / tidaknya haid untuk mengetahui HPHT hal ini perlu

dikaji untuk menentukan umur kehamilan yang sebenarnya apabila

tidak jelas bisa ditanyakan mulai kapan terasa gerakan janin.

Jumlah haid untuk mengetahui apakah jumlah haidnya banyak atau

sedikit sehingga pasien bisa memastikan apakah darah tersebut

darah haid atauatau fleks – fleks siklus.

- Riwayat kehamilan sekarang

Untuk mengetahui riwayat antenatal ibu apakah teratur atau tidak,

apakah sudah mendapat imunisasi TT, obat-obat apa saja yang

dikonsumsi ibu selama hamil dan apakah terdapat keluhan ataupun

penyakit penyerta kehamilan.

Riwayat kontrasepsi

17

Page 18: KEHAMILAN POSTMATUR DAN KPD.doc

Ditanyakan metode yang dipakai dan keluhannya karena salah satu

efek samping kontrasepsi adalah haid yang tidak teratur atau tidak

haid sehingga dapat menimbulkan ketidaktepatan dalam menentukan

HPHT.

Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari

- Pola nutrisi

Bagaimana pola makan dan kebutuhan cairan, tersedianya nutrisi

berkaitan dengan kebutuhan metabolisme tubuh, karena masalah

yang berkaitan dengan pemenuhan nutrisi dan penyebabnya

biasanya saling berkaitan.

- Eliminasi

Menjelaskan pola dari ekskresi, hal ini penting diketahui pola

eliminasi dalam keadaan sebelum dan selama hamil karena

merupakan proses penting dalam tubuh.

- Personal hygiene

Untuk mengetahui pola hidup bersih dalam kehidupan sehari- hari

ibu apakah kurang atau tidak karena pada masa selama hamil

sampai melahirkan rentan terhadap penyakit.

- Pola aktivitas dan istirahat

Untuk mengetahui aktivitas ibu selama hamil , pola istirahat ibu

selama hamil apakah cukup atau tidak karena kecapaian dan

kurang istirahat dapat menurunkan daya tahan tubuh ibu

selanjutnya.

- Pola kebutuhan seksual

Untuk mengetahui apakah ada masalah dalam pemenuhan

kebutuhan seksual dan frekuensinya terutama dalam akhir

kehamilan karena sperma mengandung prostaglandin yang dapat

membantu kontraksi uterus karena hal ini baik jika dilakukan pada

kehamilan serotinus.

- Data psikososial, spiritual dan

emosional

18

Page 19: KEHAMILAN POSTMATUR DAN KPD.doc

Bertujuan untuk mengetahui hubungan ibu dengan suami dan

keluarga, hubungan kasih sayang, dukungan dari pihak keluarga.

Dan juga perlu dikaji apakah ibu dan keluarga berdoa sesuai

dengan kepercayaannya demi kelangsungan dan kelancaran

persalinan dan bagaimana emosi ibu selama hamil stabil atau tidak

karena kemua hal tersebut dapat membantu proses penyelarasan

masalh ibu.

- Keadaan sosial ekonomi

Untuk mengetahui kemampuan pasien berkaitan dengan biaya

perawatan dan pengobatan yang akan diberikan di RS.

2) Data obyektif

Keadaan umum

Baik atau lemah, tampak kesakitan atau tidak, kesadarnnya

bagaimana, badannya kurus atau gemuk, berapa tekanan darahnya,

respirasinya, suhunya, tinggi badan, berat badannya apakah normal

atau tidak, hal ini untuk mengetahui adanya ketidaknormalan

keadaan umum yang dapat mempengaruhi kehamilan dan persalinan

ibu.

Pemeriksaan fisik

- Kepala: kulit kepala bersih atau

tidak.

- Muka: pucat atau tidak, skelera

ikterik atau tidak, terdapat gerakan otot wajah atau tidak.

- Mata: apakah pucat atau tidak,

konjungtiva anemis atau tidak, sclera ikterik tidak, penglihatan

baik atau tidak.

- Hidung: bersih atau tidak,

penciuman terganggu atau tidak, terdapat lendir atau tidak, ada

polip atau tidak.

19

Page 20: KEHAMILAN POSTMATUR DAN KPD.doc

- Telinga bersih atau tidak,

pendengaran baik atau tidak, terdapat cairan atau tidak.

- Mulut: bibir kering atau tidak, mulut

bersih atau tidak, terdapat stomatitis atau tidak.

- Gigi: bersih atau tidak, terdapat

caries atau tidak, gusi mudah berdarah atau tidak.

- Leher: terdapat pembesaran kelenjar

tyroid atau tidak.

- Ketiak: terdapat pembesaran kelenjar

limfe atau tidak.

- Dada: bentuknya bagaimana,

terdapat retraksi dinding dada tidak, pernafasan teratur atau tidak,

bunyi jantung bagaimana.

- Payudara: terdapat benjolan atau

tidak.

- Perut: terdapat luka bekas operasi

atau tidak, terdapat pembesaran atau nyeri tekan atau tidak.

- Vulva:dari faktor predisposisi

ketuban pecah dini adalah infeksi pada genetalia.

- Anus: terdapat hemoroid atau tidak.

- Ekstremitas atas dan bawah: bentuk

simetris atau tidak, terdapat kelainan anatomi fisiologi tidak, kaki

oedem tidak, varices atau tidak.

Pemeriksaan obstetrik

- Muka: terdapat kloasma gravidarum

atau tidak, oedem atau tidak.

- Payudara: bentuknya bagaimana,

aerola menghitam atau tidak, papilla menonjol atau tidak,

kolostrum sudah menonjol atau belum.

- Perut:

20

Page 21: KEHAMILAN POSTMATUR DAN KPD.doc

a) Inspeksi: bentuknya bagaimana, terdapat strie gravidarum

atau tidak, ada linea atau tidak, ada bekas operasi atau tidak.

b) Palpasi:

Leopod I: tinggi fundus uteri berapa sesuai dengan umur

kehamilan tidak, pada bagian atas teraba bagian apa dan

bagaimana.

Leopod II: bagian kanan perut ibu teraba apa dan bagaimana,

kiri perut ibu teraba apa, ini untuk menentukan posisi

punggung janin.

Leopod III: bagian bawah perut ibu teraba apa, masih bisa

digoyang atau tidak,ini untuk menentukan presentasi bagain

bawah janin dalam panggul ibu dan sudah masuk pintu atas

panggul belum.

Leopod IV: untuk mengetahui apakah bagian bawah janin

sudah masuk pintu atas panggul ( PAP ) belum dan seberapa

masuknya.

c) Auskultasi:

DIJ: DIJ perlu dikaji untuk mengetahui denyut jantung janin

dalam keadaan normal atau distrees. Dengan adanya

insufisiensi plasenta maka janin mengalami hipoksia atau

kekurangan oksigen dan tekanan vena umbilicus. Hal ini

disebut gawat janin. Pentingnya DIJ adalah ada kaitanya

dengan tindakan segera yaitu pengakhiran kehamilan.

d) TBJ (taksiran berat janin)

Pada kehamilan serotinus pada umumnya ditemukan TBJ tidak

sesuai dengan umur kehamilan, ini dimungkinkan bayi menjadi

besar atau makin kecil.

e) TFU (tinggi fundus uteri)

TFU pada kehamilan serotinus perlu dijkaji untuk mengetahui

apakah bertambah tinggi atau malah mengalami penurunan.

21

Page 22: KEHAMILAN POSTMATUR DAN KPD.doc

Jika mengalami penurunan dimungkinkan terjadi pertumbuhan

janin yang terlambat karena adannya insufisiensi plasenta.

f) Gerakan janin

Ditanyakan apakah gerakan janin berkurang atau tidak, pada

kehamilan serotinus biasanya disertai dengan oligohidramnion

sehingga gerakan janin terbatas.

g) Pemeriksaan dalam

Untuk mengetahui bagaimana keadaan vagina, penipisan

serviks, konsistensi serviks, kulit ketuban, penurunan kepala,

denominator dan apakah ada bagian yang menumbung.

Pemeriksaan dalam pada kehamilan serotinus penting

dilakukan untuk mengetahui nilai Bishop score sebagai syarat

dilakukannya induksi persalinan dan tindakan selanjutnya.

h) Pemeriksaan penunjang

Data penunjang merupakan data yang memperjelas atau

menguatkan data subyektif yang telah ada untuk menegakkan

diagnosa. Pemeriksaan penunjang yang dilakukan adalah USG,

KTG, dan pemeriksaan penunjang yang lainnya seperti

amniosintesis, pemeriksaan serologi air ketuban.

b. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan

serotinus antara lain:

Diagnosa keperawatan pada bayi

1) Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan asfiksia.

2) Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan pasokan

oksigen.

3) Perubahan pola nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan

penurunan pasokan nutrisi dan terhentinya pertumbuhan janin.

4) Gangguan termoregulasi : hipotermi berhubungan dengan suhu tubuh

tidak stabil karena hilangnya lemak subkutan.

5) Resiko tinggi cedera pada janin berhubungan dengan distress janin.

22

Page 23: KEHAMILAN POSTMATUR DAN KPD.doc

6) Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan

pengelupasan kulit.

Diagnosa keperawatan pada ibu

1) Ansietas berhubungan dengan pertus macet

2) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan terbukanya intrauterin

dengan ekstrauterin

23

Page 24: KEHAMILAN POSTMATUR DAN KPD.doc

c. Rencana asuhan keperawatan

Rencana bagi bayinya

Diagnosa keperawatan TujuanRencana keperawatan

Intervensi Rasional

Kerusakan pertukaran

gas berhubungan dengan

asfiksia akibat aspirasi

mekonium

Diharapkan klien mampu

menunjukkan perbaikan

pertukaran gas/pertukaran gas

normal dengan kriteria hasil

sebagai berikut:

Mempertahankan kadar

Po/Pco, dalam batas normal

40-70 cm H2O

Suara napas normal

(vesikuler)

RR normal

40-50x/menit.

Tidak terjadi sianosis

pada pasien.

Tidak terjadi aspirasi

mekonium

Tinjau ulang informasi yang

berhubungan dengan kondisi bayi,

seperti lamanya persalinan, Apgar

scor, obat-obatan yang digunankan

ibu selama kehamilan, termasuk

betametason.

Perhatikan usia gestasi, berat

badan, dan jenis kelamin.

Kaji status pernapasan,

perhatikan tanda-tanda distress

pernapasan (mis., takipnea,

pernapasan cuping hidung, ronki,

atau krakels).

Gunakan pemantau oksigen

transkutan atau oksimeter nadi.

Persalinan lama

meningkatkan resiko hipoksia,

dan depresi pernapasan dapat

terjadi setelah pemberian atau

penggunaan obat oleh ibu.

Neonatus lahir lebih dari 42

minggu beresiko terjadinya

aspirasi mekonium.

Takipnea menandakan

distress pernapasan, khususnya

bila pernapasan lebih besar dari

60x/menit setelah 5 jam

kehidupan pertama.

Memberikan pemantauan

noninvasif konstan terhadap

24

Page 25: KEHAMILAN POSTMATUR DAN KPD.doc

Status pernapasan

eupnea (normal). Hisap hidung dan orofaring

dengan hati-hati, sesuai

kebutuhan.

Pantau masukan dan haluaran

cairan.

Observasi terhadap tanda dan

lokasi sianosis.

Pantau pemeriksaan

laboratorium, dengan tepat grafik

seri GDA.

Pantau jumlah pemberian

oksigen dan durasi pemberian.

Catat fraksi oksigen dalam

udara inspirasi (FIO2) setiap jam.

kadar oksigen.

Mungkin perlu untuk

mempertahankan kepatenan

jalan napas.

Dehidrasi merusak

kemampuan untuk

membersihkan jalan napas saat

mucus menjadi kental.

Sianosis adalah tanda lanjut

dari PaO2 rendah.

Hipoksemia, hiperkapnia,

dan asidosis menurunkan

produksi surfaktan.

Kadar oksigen serum tinggi

yang lama disertai dengan

tekanan tinggi yang lama

diakibatkan dari IPPB dapat

mempredisposisikan bayi pada

displasia bronkopulmonal.

Jumlah oksigen yang

diberikan, diekspresikan sebagai

25

Page 26: KEHAMILAN POSTMATUR DAN KPD.doc

Mulai drinase postural,

fisioterapi dada, vibrasi lobus

setiap 2 jam, sesuai indikasi,

perhatikan toleransi bayi terhadap

prosedur.

Berikan makanan dengan

selang nasogastrik atau orogastrik

sebagai pengganti pemberian

makanan dengan ASI, bila tepat.

Berikan obat-obatansesuai

indikasi:

Natrium bikarbonat

FIO2 ditentukan secara individu,

berdasarkan sampel darah

kapiler.

Memudahkan penghilangan

sekresi. Lama waktu yang

digunakan setiap lobus

dihubungkan dengan toleransi

bayi.

Menurunkan kebutuhan

oksigen, meningkatkan istirahat,

menghemat energi, menurunkan

resiko aspirasi.

Penggunaan natrium

bikarbonat yang hati-hati dapat

membantu mengembalikan pH

kedalam rentang normal.

Resiko tinggi cedera Diharapkan klien mampu Auskultasi dan laporkan Menandakan kesejahteraan

26

Page 27: KEHAMILAN POSTMATUR DAN KPD.doc

janin berhubungan

dengan distress janin.

Gangguan perfusi

jaringan berhubungan

mempertahankan kehamilan

sampai janin benar-benar viable

untuk hidup dengan kriteria hasil

sebagai berikut:

Tidak ada cedera yang

terjadi pada pasien.

Diharapkan pasien menunjukkan

peningkatan perfusi jaringan

irama jantung janin, perhatikan

kekuatan , regularitas, dan

frekuensi. Perhatikan adanya

perubahan pada gerakan janin.

Catat perkiraan tanggal kelahiran (

PTK ) dan tinggi fundus.

Kaji kondisi ibu dan adanya

kontraksi uterus atau tanda-tanda

lain dari ancaman kelahiran

Siapkan ibu untuk prosedur

pembedahan, sesuai indikasi

( rujuk pada DK: cedera, resiko

terhadap ibu )

Bantu dengan ultrasonografi,

bila diindikasikan.

Catat

perubahan dalam tingkat

janin. PTK membantu

memberikan perkiraan kasar

tentang usia janin untuk

membantu merencanakan

kesempatan viabilitas.

Bila dilatasi servik

berlanjut ( 4 cm atau lebih ) atau

terjadi kontraksi uterus teratur,

kemungkinan mempertahankan

kehamilan adalah kecil.

Pemasangan jahitan servik

dapat mempertahankan

kehamilan sampai janin

mencapai tahap viabilitas

Memberikan gambaran

lebih akurat dari maturitas dan

usia gestasi janin.

Perubahan

dapat menunjukkan penurunan

27

Page 28: KEHAMILAN POSTMATUR DAN KPD.doc

dengan penurunan

pasokan oksigen.

dengan kriteria hasil sebagai

berikut:

Tanda-tanda vital dalam

batas normal

TD : 80/46 mmHg

RR : 40-50 x/menit

Suhu : 370

Nadi : 120-140 x/menit

Kapileri refill kurang

dari 3 detik.

Akral hangat.

Tidak terdapat sianosis

kesadaran keluhan sakit kepala,

pusing, terjadinya defisit

sensori/motor

Pantau tanda

vital. Catat kehangatan, pengisian

kapiler.

Pertahankan

pemasukkan cairan adekuat.

Awasi haluaran urin.

Kaji

ekstremitas bawah untuk tekstur

kulit, edema, luka.

Pertahankan

suhu lingkungan dan kehangatan

tubuh.

perfusi pada SSP akibat iskemia

atau infark.

Perubahan

menunjukkan penurunan

sirkulasi/hipoksia yang

meningkatkan oklusi kapiler.

Dehidrasi

tidak menyebabkan hipovolemia

tetapi menyebabkan oklusi

kapiler.

Penurunan

sirkulasi perifer sering

menimbulkan perubahan dermal

dan pelambatan penyembuhan.

Mencegah

vasokonstriksi, membantu dalam

mempertahankan sirkulasi dan

perfusi.

Mendukun

g volume sirkulasi/perfusi ke

28

Page 29: KEHAMILAN POSTMATUR DAN KPD.doc

Berikan

cairan (IV/peroral) sesuai indikasi

Berikan

oksigen tambahan yang sesuai

dengan indikasi hasil GDA dan

toleransi pasien.

jaringan.

Dapat

memperbaiki atau mencegah

memburuknya hipoksia.

Gangguan

termoregulasi : hipotermi

berhubungan dengan

suhu tubuh tidak stabil

karena hilangnya lemak

subkutan.

Diharapkan klien mampu

menunjukkan peningkatan suhu

tubuh/suhu tubuh normal (36,5-

370C) dengan kriteria hasil

sebagai berikut:

Peningkatan suhu 36,5-

370C.

Pasien tidak mengalami

stress dingin.

Bayi tenang dan tidak

rewel.

Kaji suhu tubuh dengan

sering.

Tempatkan bayi pada

penghangat, isolate, incubator,

tempat tidur terbuka dengan

penyebaran hangat.

Gunakan lampu pemanas

selama prosedur.

Kurangi pemajanan pada

Hipotermia membuat bayi

cenderung pada stress dingin.

Mempertahankan

lingkungan termonetral,

membantu mencegah stress

dingin.

Menurunkan kehilangan

panas pada lingkungan yang

lebih dingin dari ruangan.

Menurunkan kehilangan

29

Page 30: KEHAMILAN POSTMATUR DAN KPD.doc

aliran udara, hindari pembukaan

pagar isolate yang tidak

semestinya.

Ganti pakaian atau linen

tempat tidur bila basah.

Pertahankan kepala bayi tetap

tertutup.

Berikan penghangatan

bertahap untuk bayi dengan stress

dingin.

panas karena

konveksi/konduksi. Membatasi

kehilangan panas.

Menurunkan kehilangan

melalui evaporasi.

Peningkatan suhu tubuh

yang cepat dapat menyebabkan

konsumsi oksigen berlebihan

dan apnea.

Resiko tinggi kerusakan

integritas kulit

berhubungan dengan

pengelupasan kulit.

Diharapkan klien dapat

mempertahankan keutuhan kulit

dengan kriteria hasil sebagai

berikut:

klien tidak tampak

adanya pengelupasan dan

meserasi pada kulit.

Tidak ada kulit kering

pada bayi.

Terjaga kelembabannya

kulitnya.

Kaji /catat ukuran, warna,

keadaan luka/kondisi sekitar luka.

Lakukan kompres basah dan

sejuk.

Lakukan perawatan luka dan

hygiene (seperti mandi), sesudah

itu keringkan kulit dengan hati-

hati dan taburi bedak yang tidak

iritatif.

Berikan prioritas untuk

meningkatkan kenyamanan dan

Mengidentifikasi terjadinya

komplikasi.

Merupakan tindakan

protektif yang dapat mengurangi

nyeri.

Memungkinkan pasien

lebih bebas bergerak dan

meningkatan kenyamanan

pasien.

30

Page 31: KEHAMILAN POSTMATUR DAN KPD.doc

kehangatan pasien.

Mempercepat proses

rehabilitasi pasien

Rencana bagi ibunya

No Diagnosa keperawatan TujuanRencana keperawatan

Intervensi Rasional

Ansietas berhubungan

dengan partus macet.

Diharapkan klien mampu

menunjukkan berkurangnya

rasa cemas dan mampu

mempertahankan koping yang

positif dengan criteria hasil

sebagai berikut:

Klien merasa tenang

dan optimis dengan

persalinannya.

Klien dapat

menggunakan teknik

Jelaskan prosedur

intervensi keperawatan dan

tindakan. Pertahankan

komunikasi terbuka,

diskusikan dengan klien

kemungkinan efek samping

dan hasil, pertahankan sikap

optimis.

Orientasikan klien

dengan pasangan pada

Pengetahuan tentang

alasan untuk aktifitas ini

dapat menurunkan rasa takut

dari ketidaktahuan.

Membantu klien dan

orang terdekat merasa mudah

dan lebih nyaman pada

31

Page 32: KEHAMILAN POSTMATUR DAN KPD.doc

Resiko tinggi infeksi

berhubungan dengan

jalan lahir kontak

terlalu lama dengan

ekstrauteri.

relaksasi distraksi atau

napas dalam dengan efektif.

Menggungkapkan

pemahaman situasi individu

dan kemungkinan hasil

akhir.

Klien tampak rileks,

tanda-tanda vital dalam

batas normal

TD : 120/80 mmHg

RR : 18-24 x/menit

Nadi: 80-100 x/menit

Diharapkan klien mampu

menunjukkan bebas dari tanda-

tanda infeksi dengan kriteria

hasil sebagai berikut:

Suhu tubuh normal

36,5-370C.

Kontaminasi dapat

lingkungan persalinan.

Anjurkan tehnik

relaksasi seperti teknik

distraksi atau napas dalam

Anjurkan

penggungkapan rasa takut

atau masalah.

Pantau tanda-tanda

vital.

Tekankan pentingnya

sekitar kita.

Memungkinkan klien

untuk merileksasikan otot-

otot supaya tidak tegang.

Dapat membantu

menurunkan ansietas dan

merangsang identifikasi

perilaku koping.

TTV dapat berubah

karena ansietas.

Menurunkan resiko yang

menyebabkan penyebaran

agen infeksius.

Membantu mencegah

32

Page 33: KEHAMILAN POSTMATUR DAN KPD.doc

diminimalkan.

Cairan amniotic jernih,

hampir tidak berwarna dan

berbau.

Pada pemeriksaan

laboratorium jumlah

leukosit dalam batas normal

yaitu 5000-10000 mm3.

cuci tangan yang baik dan

tepat.

Gunakan teknik aseptik

selama melakukan

pemeriksaan vagina (VT).

Pantau tanda-tanda

vital dan nilai leukosit.

Pantau dan gambarkan

karakteristik dari cairan

amniotic.

pertumbuhan bakteri,

membatasi kontaminasi dari

pencapaian ke vagina.

Dalam 4 jam setelah

membrane rupture, insiden

korioamnionitis meningkat

secara progresif, ditunjukkan

dengan perubahan TTV dan

jumlah sel darah pulih.

Pada infeksi cairan

amnionitik menjadi lebih

kental dan kuning pekat

dengan bau yang tidak sedap.

33

Page 34: KEHAMILAN POSTMATUR DAN KPD.doc

B. TINJAUAN TEORI MEDIS KETUBAN PECAH DINI

1. Definisi

a. Ketuban pecah dini adalah keluarnya cairan berupa airdari vagina setelah

kehamilan berusia 22 minggu sebelum proses persalinan berlangsung.

( saifudin, 2002 )

b. Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda

persalinan mulai dan ditunggu satu jam sebelum dimulainya tanda

persalinan. Waktu sejak pecah ketuban sampai terjadi kontraksi rahim

( periode laten ). ( manuaba, 2001 )

c. Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum inpartu yaitu bila

pembukaan pada primipara kurang dari 3 cm dan pada multipara kurang dari

5 cm. ( Mochtar, 1998 )

d. Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terjadi proses

persalinan berlangsung. ( Prawirohardjo, 2002 ).

2. Etiologi

Penyebab dari ketuban pecah dini masih belum jelas dan tidak dapat dipastikan

apa penyebabnya, akan tetapi penyebab ketuban pecah dini mempunyai dimensi

multifaktor dijabarkan sebagai berikut:

a. Servik inkompeten

Servik dengan suatu kelainan anatomi yang nyata, disebabkan laserasi

sebelumnya melalui ostium uteri internum atau pada servik yang terjadinya

dilatasi berlebihan tanpa perasaan nyeri dan mules dan diikuti dengan

penonjolan dan robekan selaput janin dalam masa kehamilan trimester dua

dan tiga ( Prawirohardji, 2002 )

b. Infeksi

Infeksi yang menyebabkan terjadi proses biomekanik pada selaput ketuban

dalam bentuk proteolitik sehingga memudahkan kulit ketuban dapat pecah,

misalnya aminonitis atau kasioaminionitis, infeksi genetalia, ( Manuaba,

1998).

34

Page 35: KEHAMILAN POSTMATUR DAN KPD.doc

c. Ketegangan rahim berlebihan

Ketegangan rahim berlebihan seperti kehamilan ganda dan hidramion.

Peningkatan tekanan distensi pada kulit ketuban diatas ostium uteri internum

pada servik yang sudah terbuka atau peningkatan tekanan pada intra uterin

yang meninggi secara mendadak ( Manuaba, 1998 )

d. Kelainan letak janin dalam rahim

Kelainan letak berarti tidak ada bagian terendah yang menutupi pintu atas

panggul ( PAP ) yang dapat menghalangi tekanan terhadap membrane

bagian bawah.( Manuaba, 1998 )

e. Kelainan bawaan dari selaput ketuban

Kelainan bawaah dari selaput ketuban misalnya pada selaput ketuban yang

terlalu tipis sehingga sangat mudah pecah.

f. Kemungkinan kesempitan panggul

Ini sering terjadi padaperut gantung bagian terendah belum masuk pintu atas

panggul ( PAP ), safalopelvik disproporsi, dimana tidak dapat menghalangi

tekanan terhadap membrane bagian bawah, atau tidak dapat tertutup secara

sempurna.

3. Patofisiologi

a. Terjadi pembukaan premature serviks

b. Selaput ketuban tidak kuat sebagai akibat kurangnya jaringan

ikat dan vaskularisasi.

c. Bila terjadi pembukaan serviks, maka selaput ketuban sangat

lemah dan mudah pecah dan terjadi pengeluaran air ketuban.

d. Melemahnya daya tahan ketuban dapat dipercepat dengan infeksi

yang mengeluarkan enzim:

1) Enzim proteolitik

2) Enzim kolegenase

35

Page 36: KEHAMILAN POSTMATUR DAN KPD.doc

4. Manifestasi Klinis

a. Keluar air ketuban warna putih keruh, jernih,

kuning, hijau atau kecoklatan. Dapat keluar sedikit-sedikit atau sekaligus

banyak.

b. Dapat disertai demam bila sudah ada infeksi.

c. Janin mudah diraba.

d. Pada pemeriksaan dalam kasus KPD yang perlu

dikaji adalah

Untuk mengetahui bagaimana keadaan vagina

Penipisan serviks

Konsistensi serviks

Kulit ketuban

Penurunan kepala

Denominator dan apakah ada bagian yang menumbung

Bagian terbawah dari janin

Point of direction

e. Pada pemeriksaan dengan inspekulo tampak air

ketuban mengalir atau selaput ketuban tidak ada dan air ketuban sudah

kering.

5. Pemeriksaan Diagnostik

a. Ultrasonografi (USG)

USG dapat mengidentifikasi kehamilan ganda, anomaly janin, atau

melokalisasi kantong cairan amnion pada amniosintesis.

b. Pemantauan Janin

Membantu dalam mengevaluasi janin, dapat dilakukan dengan evaluasi DJJ

menggunakan funduskop.

c. Protein C-Reaktif

Peningkatan protein C-Reaktif serum menunjukkan peningkatan

korioamnionitis.

d. Tes Lakmus (tes nitrazin)

36

Page 37: KEHAMILAN POSTMATUR DAN KPD.doc

Jika kertas lakmus merah berubah menjadi biru menunjukkan adanya cairan

ketuban (alkalis). Darah dan infeksi vagina dapat mengahasilkan tes positif

palsu.

e. Tes Pakis

Dengan meneteskan cairan ketuban pada gelas objek dan dibiarkan kering.

Pemeriksaan mikroskopis mununjukkan kristal cairan amnion dan gambaran

daun pakis.

f. Pemeriksaan inspekulo

Nilai apakah cairan ketuban diforniks posterior dan mengambil sample

cairan untuk pemeriksaan bakteriologis.

6. Penatalaksanaan

a. Penanganan Umum

1) Konfirmasi usia kehamilan, kalau ada dengan USG.

2) Lakukan pemeriksaan inspekulo untuk menilai cairan

yang keluar (jumlah, warna, bau) dan membedakannya dengan yang

urine. Dengan pemeriksaan tes lakmus, bila kertas lakmus biru

menunjukkan air ketuban (basa), dan bila kertas lakmus merah

menunjukkan cairan urin (asam).

3) Jika ibu mengeluh pendarahan pada akhir kehamilan

(setelah 32 minggu), jangan lakukan pemeriksaan dalam secara digital.

4) Tentukan ada tidaknya infeksi.

5) Tentukan tanda-tanda inpartu.

b. Penanganan Khusus

Konfirmasi diagnosis

1) Bau cairan ketuban yang khas.

2) Jika keluarnya cairan ketuban sedikit-sedikit,

tampung cairan yang keluar dan nilai 1 jam kemudian

3) Dengan spekulum, lakukan pemeriksaan

inspekulo. Nilai apakah cairan keluar melalui ostium uteri atau

terkumpul di forniks posterior.

37

Page 38: KEHAMILAN POSTMATUR DAN KPD.doc

c. Penanganan Konservatif

1) Rawat di runah sakit.

2) Berikan antibiotika (ampisilin 4x500 mg,

atau eritromisin bila tidak tahan ampisilin) dan metronidazole 2x500 mg

selama 7 hari.

3) Jika umur kehamilan < 32-34 minggu,

dirawat selama air ketuban masih keluar atau sampai air ketuban tidak

keluar lagi.

4) Jika usia kehamilan 32-37 minggu, belum

inpartu, tidak ada infeksi, tes busa negative, beri dexametasone,

observasi tanda-tanda infeksi dan kesejahteraan janin, terminasi pada

kehamilan 37 minggu.

5) Jika usia kehamilan 32-37 minggu, sudah

inpartu, tidak ada infeksi, berikan tokolitik (salbutamol), dexametasone

dan lakukan induksi sesudah 24 jam.

6) Jika usia kehamilan 32-37 minggu, ada

infeksi, beri antibiotika dan lakukan induksi.

7) Nilai tanda-tanda infeksi (suhu, leukosit,

tanda-tanda infeksi intra uterin). Klien dianjurkan pada posisi

trendelenburg untuk menghindari prolaps tali pusat.

d. Penanganan Aktif

1) Kehamilan > dari 37 minggu,

induksi dengan oksitosin, bila gagal seksio sesarea. Dapat pula diberikan

misoprotal 50 µg intravena tiap 6 jam maksimal 4 kali.

2) Bila ada tanda-tanda infeksi

berikan antibiotika dosis tinggi dan persalinan diakhiri:

Bila skor pelvic < 5,

lakukan pematangan serviks kemudian induksi, jika tidak berhasil

akhiri persalinan dengan SC.

Bila skor pelvic > 5,

lakukan induksi persalinan, partus pervaginam.

38

Page 39: KEHAMILAN POSTMATUR DAN KPD.doc

Skema Penatalaksanaan

39

Konservatif

Aktif

Terdapat tanda-tanda infeksi

Kehamilan < 32 minggu

Janin hidup Janin +

SC Lintang

Lintang Partus

pervaginam dengan induksi

persalinan

Janin +

Partus pervaginam

dengan induksi

Kehamilan 32-36 minggu

Janin hidup

Janin +

Letak memanjang

KPD < 36 minggu

Memanjang

Pervaginam + induksi

Pervaginam +

embriotomi

SCPervaginam

+ induksi

Page 40: KEHAMILAN POSTMATUR DAN KPD.doc

Penjelasan skema penatalaksanaan

40

Inpartu

Belum inpartu

Induksi oksitosin

Gagal

SC

Pematangan serviks dengan oksitosin +

prostaglandin (12 jam)

Skor < 5 Skor > 5

Pervaginam

Belum inpartu

Induksi

Pervaginam

Gagal

Berhasil

SC

SC

Berhasil

Skor pelviks > 5

Berhasil

Pervaginam SC

KPD kehamilan aterm

Pervaginam

Ketuban pecah 6-8 jam

Inpartu

Konservatif maksimal 4 jam (24 jam sudah mulai dinilai)

Skor < 5

Pematangan dengan

oksitoksin/prostaglandin

Skor pelviks < 5

Skor > 5

Inpartu Belum inpartu

Pervag Induksi

Gagal

SCPervag

Page 41: KEHAMILAN POSTMATUR DAN KPD.doc

Pada KPD kehamilan aterm bila skor pelviks > 5 cm terdapat tanda-tanda

inpartu lakukan persalinan pervaginam, dan bila belum ada tanda inpartu

lakukan induksi dengan oksitosin, jika berhasil lakukan persalinan pervaginam

dan bila gagal lakukan SC.

Pada KPD kehamilan aterm skor pelvik < 5 cm lakukan pematangan serviks

dengan oksitosik atau prostaglandin dan pantau selama 12 jam, dari hasil

pematangan serviks skor < 5 cm ada tanda-tanda inpartu lakukan persalinan

pervaginam., skor serviks < 5 cm belum inpartu lakukan induksi dan bila

berhasil lakukan persalinan pervaginam, bila gagal lakukan SC.

Pada KPD kehamilan aterm dilakukan penatalaksanaan secara konservatif dan

pantau maksimal 4 jam, bila skor serviks > 5 cm belum inpartu lakukan

induksi dan bila berhasil persalinan pervaginam, bila gagal SC.

Skor serviks > 5 cm inpartu langsung persalinan pervaginam.

Penatalaksanaan secara konservatif bila didapatkan skor serviks < 5 cm

lakukan pematangan dengan oksitosin atau prostaglandin.

7. Komplikasi Ketuban Pecah Dini

a. Infeksi intrapartum (korioamnionitis)

b. Persalinan preterm, jika terjadi pada

usia kehamilan preterm

c. Prolaps tali pusat

d. Oligohidramnion

41

Page 42: KEHAMILAN POSTMATUR DAN KPD.doc

8. Pathways

42

Peradangan pada selaput

ketuban

Selaput ketuban rapuh

Kontraksi uterus

Janin terdorong ke

uterus

Pelvic sempit

Janin tidak maju/turun/penekanan selaput ketuban terus

menerus

Kontraksi uterus

Janin terdorong sampai serviks

Serviks tidak membuka

Dilatasi serviks berlebihan tanpa perasaan nyeri dan

mules

Penonjolan dan robekan selaput

janin

Ketegangan rahim berlebihan

Kelainan letak janin dalam rahim (letak sungsang/letak

lintang)

Infeksi yang terjadi pada proses biomekanik

(amnionitis/korioamnionitis)

CPD Serviks inkompeten

Kontraksi rahim

Janin bergerak menekan selaput

ketuban

Selapu ketuban menipis

Selaput Ketuban Pecah Dini

Page 43: KEHAMILAN POSTMATUR DAN KPD.doc

43

Keluarnnya cairan amnion

Ibu

Oligohidramnion

Nyeri bila bayi

bergerak

Nyeri

Kehamilan matur

Kontak dengan

ekstrauteri

Bayi Ibu

Prolapsus tali pusat

Resiko tinggi infeksi

Gawat janin

Partus lama

Jalan lahir terbuka

Resiko masuknya

kuman patogen

Resiko tinggi infeksi

kelelahan

Hipoksia intrauteri

Ansietas

Kehamilan belum matur

Merangsang hipotalamus

Aspirasi cairan amnion

Gangguan pemenuhan O2

Bayi

Lahir prematur

Organ tubuh belum matang

Jantung

Pompa <

Penurunan CO

Sesak

Lemak bawah kulit <

Suhu tubuh tidak stabil

Hipotermi

Kehamilan belum matur

Bayi

Distress janin

Resiko tinggi cedera janin

Pusat termoregulator

Hipertermi

Sesak

Kerusakan pertukaran gas

Kerusakan pertukaran gas

Paru

Pertumbuhan dan perkembangan paru belum sempurna.

Surfaktan kurang

Kerusakan pertukaran gas

Page 44: KEHAMILAN POSTMATUR DAN KPD.doc

9. Asuhan keperawatan

a.Pengkajian

3) Data subyektif

Pada tahap ini semua data dasar dan informasi tentang pasien

dikumpulkan dan dianalisa untuk mengevaluasi keadaan pasien dan

menurut keterangan dari pasien.

Nama pasien

Dimaksud agar dapat mengenali klien sehingga mengurangi

kekeliruan dengan pasien lain.

Umur

Mengetahui umur pasien sehingga dapat mengklarifikasi adanya

faktor resiko kehamilan karena faktor umur sehingga dapat dijadikan

bahan pertimbangan dalam memberikan penatalaksanaan.

Agama dan suku bangsa

Mengetahui kepercayaan dan adat istiadat pasien sehingga dapat

mempermudah dalam melaksanakan tindakan.

Pendidikan

Untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan pemahaman ibu dalam

memberi informasi tentang persalinan.

Pekerjaan

Mengetahui tingkat ekonomi pasien. Hal ini perlu dikaji untuk

mengetahui pola aktifitas pasien karena pada ketuban pecah dini juga

dapat disebabkan ibu terlalu banyak beraktivitas sehingga lebih

rentan terjadinya pecah.

Alamat

Untuk mengetahui pasien tinggal dimana dan untuk menghindari

kekeliruan bila ada dua orang pasien dengan nama yang sama serta

untuk keperluan kunjungan rumah bila perlu.

44

Page 45: KEHAMILAN POSTMATUR DAN KPD.doc

Identitas suami

Untuk mengetahui siapa yang bertanggung jawab bila sewaktu –

waktu dibutuhkan dan dalam pengambilan keputusan didalam

keluarga. Selain itu juga selama proses perawatan.

Alasan datang ke rumah sakit

Untuk mengetahui pasien tersebut datang rujukan atau tidak, dan

untuk mengetahui keluhan pasien.

Keluhan utama

Pada kasus ketuban pecah dini, keluhan utama yang dirasakan adalah

pengeluaran cairan yang berwarna jernih dan berbau khas yang

sedikit – sedikit atau sekaligus banyak yang dapat keluar kapan saja.

Riwayat kesehatan

- Riwayat kesehatan sekarang

Pada kasus ketuban pecah dini dikaji hal-hal yang berkaitan dapat

menyebabkan terjadinya ketuban pecah dini misalnya penyakit

menular seperti infeksi genetalia, merupakan faktor predisposisi

selaput ketuban menjadi lemah.

- Riwayat kesehatan lalu

Pada riwayat kesehatan lalu, perlu dikaji mengenai riwayat

kesempitan panggul karena juga merupakan salah satu dari faktor

predisposisi ketuban pecah dini.

- Riwayat kesehatan keluaga

Untuk mengetahui kemungkinan adanya pengaruh penyakit

keluarga terhadap gangguan kesehatan pasien, misalnya: penyakit

keturunan menular, kelainan bawaan dan keturunan kembar,

misalanya pada kehamilan kembar dapat menyebabkan ketegangan

rahim yang berlebihan atau tekanan intra uterin yang meninggi

secara mendadak sehingga selaput mudah pecah.

45

Page 46: KEHAMILAN POSTMATUR DAN KPD.doc

Riwayat obstetrik

- Riwayat perkawinan

Untuk mengetahui lamanya perkawinan dan adanya infertilitas

yang membantu dalam pertimbangan pelaksanaan tindakan.

- Riwayat menstruasi

Untuk mengetahui hari pertama haid terakhir ( HPHT ) untuk

menentukan umur kehamilan yang sebenarnya karena pada

ketuban pecah dini biasanya terjadi pada usia kehamilan 36

minggu atau lebih dari 36 minggu.

- Riwayat kehamilan sekarang

Ditanyakan apakah pasien memerlukan pemeriksaan antenatal

secara teratur. Ini berhubungan dengan pemantauan kehamilan dan

deteksi dini persalinan dengan ketuban pecah dini, terutama pada

keluhan karena untuk memastikan kalau itu benar ketuban pecah,

selain itu untuk mengetahui apakah mendapat imunisasi TT, obat-

obat apa saja yang dikonsumsi ibu selama hamil.

Riwayat kontrasepsi

Ditanyakan metode yang dipakai dan keluhannya karena salah satu

efek samping kontrasepsi adalah haid yang tidak teratur atau tidak

haid sehingga dapat menimbulkan ketidaktepatan dalam menentukan

HPHT.

Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari

- Pola nutrisi

Bagaimana pola makan dan kebutuhan cairan, tersedianya nutrisi

berkaitan dengan kebutuhan metabolisme tubuh, karena masalah

yang berkaitan dengan pemenuhan nutrisi dan penyebabnya

biasanya saling berkaitan.

- Eliminasi

Menjelaskan pola dari ekskresi, hal ini penting diketahui pola

eliminasi dalam keadaan sebelum dan selama hamil karena

merupakan proses penting dalam tubuh, dan sampai melahirkan.

46

Page 47: KEHAMILAN POSTMATUR DAN KPD.doc

- Personal hygiene

Untuk mengetahui pola hidup bersih dalam kehidupan sehari- hari

ibu apakah kurang atau tidak karena pada masa selama hamil

sampai melahirkan rentan terhadap penyakit.

- Pola aktivitas dan istirahat

Untuk mengetahui aktivitas ibu selama hamil dan saat persalinan,

pola istirahat juga karena kurang istirahat atau ibu merasa

kecapaian dapat menurunkan daya tahan tubuh sehingga dapat

mempengaruhi persalinan nantinya.

- Pola kebutuhan seksual

Karena pada kasus ketuban pecah dini juga disebabkan oleh

kelainan bawaan seperti selaput ketuban yang tipis dan lemah,

tulang servikal dilatasi, membrane amnion mungkin rupture,

perdarahan trimester III, persalinan preterm, uterus distensi

berlebihan.

Data psikososial

Hal ini penting untuk dikaji karena untuk dapat mendukung

pengidentifikasi masalah untuk menentukan diagnosa, contohnya

apakah pasien merasa cemas dengan keadaan ini.

4) Data obyektif

Pemeriksaan umum

- Keadaan umum perlu dikaji karena

pada keadaan umum ibu yang lemah dapat dikarenakan oleh

infeksi yang merupakan salah satu penyebab dan komplikasi

ketuban pecah dini.

- Tanda –tanda vital

a) Tekanan darah : untuk menilai apakah pasien mengalami

hipertensi atau sebaliknya pasien mengalami penurunan

tekanan darah.

47

Page 48: KEHAMILAN POSTMATUR DAN KPD.doc

b) Suhu : untuk menilai apakah terjadi infeksi atau tidak

karena pengaruh salah satu dari ketuban pecah dini. Bila terjadi

infeksi maka suhu tubuh menjadi meningkat.

c) Nadi: apakah nadi teratur atau tidak, cepat atau lambat,

biasanya bila suhu meningkat dan nadi cepat karena adanya

infeksi.

Pemeriksaan fisik

Lebih diutamakan pemeriksaan pada daerah yang dibawah ini untuk

menjaga diagnosa.

- Kepala: kulit kepala bersih atau

tidak.

- Muka: pucat atau tidak, oedem tidak.

- Mata: apakah pucat atau tidak,

oedem atau tidak, konjungtiva anemis atau tidak, sclera ikterik

tidak, penglihatan baik atau tidak.

- Hidung: bersih atau tidak, penciuman

terganggu atau tidak, terdapat lender atau tidak, ada polip atau

tidak.

- Telinga bersih atau tidak,

pendengaran baik atau tidak, terdapat cairan atau tidak.

- Mulut: bibir kering atau tidak, mulut

bersih atau tidak, terdapat stomatitis atau tidak.

- Gigi: bersih atau tidak, terdapat

caries atau tidak, gusi mudah berdarah atau tidak.

- Leher: terdapat pembesaran kelenjar

tyroid atau tidak.

- Ketiak: terdapat pembesaran kelenjar

limfe atau tidak.

- Dada: bentuknya bagaimana,

terdapat retraksi dinding dada tidak, pernafasan teratur atau tidak,

bunyi jantung bagaimana.

48

Page 49: KEHAMILAN POSTMATUR DAN KPD.doc

- Payudara: terdapat benjolan atau

tidak.

- Perut: terdapat luka bekas operasi

atau tidak, terdapat pembesaran atau nyeri tekan atau tidak.

- Vulva:dari faktor predisposisi

ketuban pecah dini adalah infeksi pada genetalia.

- Anus: terdapat hemoroid atau tidak.

- Ekstremitas atas dan bawah: bentuk

simetris atau tidak, terdapat kelainan anatomi fisiologi tidak, kaki

oedem tidak, varices atau tidak.

Pemeriksaan obstetrik

- Muka: terdapat kloasma gravidarum

atau tidak, oedem atau tidak.

- Payudara: bentuknya bagaimana,

aerola menghitam atau tidak, papilla menonjol atau tidak,

kolostrum sudah menonjol atau belum.

- Perut:

a) Inspeksi: bentuknya bagaimana, terdapat strie gravidarum

atau tidak, ada linea atau tidak, ada bekas operasi atau tidak.

b) Palpasi:

Leopod I: tinggi fundus uteri berapa sesuai dengan umur

kehamilan tidak, pada bagian atas teraba bagian apa dan

bagaimana.

Leopod II: bagian kanan perut ibu teraba apa dan bagaimana,

kiri perut ibu teraba apa, ini untuk menentukan posisi

punggung janin.

Leopod III: bagian bawah perut ibu teraba apa, masih bisa

digoyang atau tidak,ini untuk menentukan presentasi bagain

bawah janin dalam panggul ibu dan sudah masuk pintu atas

panggul belum.

49

Page 50: KEHAMILAN POSTMATUR DAN KPD.doc

Leopod IV: untuk mengetahui apakah bagian bawah janin

sudah masuk pintu atas panggul ( PAP ) belum dan seberapa

masuknya.

c) Auskultasi:

DIJ: DIJ perlu dikaji untuk mengetahui denyut jantung janin

dalam keadaan normal atau distrees. Dengan adanya

insufisiensi plasenta maka janin mengalami hipoksia atau

kekurangan oksigen dan tekanan vena umbilicus. Hal ini

disebut gawat janin. Pentingnya DIJ adalah ada kaitanya

dengan tindakan segera yaitu pengakhiran kehamilan.

- TBJ ( taksiran berat janin)

Untuk menentukan taksiran berat janin sesuai dengan umur

kehamilan atau tidak, ini kemungkinan bayi bayi menjadi besar

atau makin kecil.

- TFU ( tinggi fundus uteri )

TFU pada jehamilan perlu dikaji untuk mengetahui untuk apakah

bertambah tinggi atau mungkin mengalami

- His: karena untuk menentukan

apakah persalinan dengan ketuban pecah dini perlu segera

diinduksi atau konservatif.

- Pengeluaran pervaginam: apakah

cairan yang keluar berwarna putih keruh, jernih, kuning, hijau atau

kecoklatan dan keluar dengan secara sedikit-sedikit atau sekaligus

banyak.

- Pemeriksaan dalam:

untuk mengetahui bagaimana keadaan vagina dan kemajuan

persalinan seperti penipisan serviks, konsistensi servik, kulit

ketuban, penurunan kepala apakah ada bagian yang menumbung,

dan untuk mengetahui nilai bishop score sebagai syarat dilakukan

induksi persalinan dan tindakan selanjutnya.

Pemeriksaan penunjang

50

Page 51: KEHAMILAN POSTMATUR DAN KPD.doc

Data penunjang merupakan data yang memperjelas atau menguatkan

data subyektif yang telah ada untuk menegakkan diagnosa, data

penunjang ditetapkan melalui pemeriksaan yang dilaksanakan

sebagai bentuk kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain seperti

laboratorium untuk pemeriksaan sel darah merah, apakah ibu

mengalami anemia atau tidak.

b. Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien dengan ketuban pecah dini

(KPD).

Diagnosa keperawatan yang muncul pada Ibu

5) Hipertermia berhubungan dengan infeksi kerena paparan kuman

pathogen.

6) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan jalan lahir kontak terlalu

lama dengan ekstrauteri.

7) Ansietas berhubungan dengan partus lama

8) Nyeri berhubungan dengan berkurangnya cairan amnion

(oligohidramnion).

Diagnosa keperawatan yang muncul pada bayi

1) Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan sesak napas yang

diakibatkan berkurangnya pemenuhan O2.

2) Resiko tinggi cedera terhadap janin berhubungan dengan distress

janin, hipoksia jaringan.

3) Hipotermia berhubungan dengan tidak stabilnya suhu tubuh karena

lemak bawah kulit berkurang.

51

Page 52: KEHAMILAN POSTMATUR DAN KPD.doc

b. Intervensi keperawatan untuk ibu

No Diagnosa keperawatan TujuanRencana keperawatan

Intervensi Rasional

1. Hipertermia

berhubungan dengan

infeksi kerena paparan

kuman pathogen.

Diharapkan klien mampu

menunjukkan penurunan suhu

tubuh/suhu tubuh normal

(36,5-370C) dengan kriteria

hasil sebagai berikut:

Tanda-tanda vital

dalam batas normal.

TD : 120/80 mmHg

RR : 18-24 x/menit

Nadi: 80-100 x/menit

Suhu : 36,5-370C.

Pesien menunjukkan

sikap rileks.

Suhu tubuh pasien

turun dengan penggunaan

antipiretik.

Infeksi tidak terjadi.

Observasi suhu tubuh

Berikan kompres

dengan durasi 20-30 menit.

Biasanya paling baik

dimulai dengan air hangat

dan secara bertahap

tambahkan yang lebih

dingin sampai suhu tercapai,

tetapi tidak menyebabkan

menggigil.

Gunakan tindakan

pendinginan seperti:

- Tingkatkan

sirkulasi udara.

- Kenakan

Peningkatan suhu tubuh

mengindikasikan adanya

infeksi.

Menurunkan suhu tubuh

secara bertahap.

Mengurangi peningkatan

suhu tubuh yang berlebihan.

52

Page 53: KEHAMILAN POSTMATUR DAN KPD.doc

pakaian berbahan katun.

Kolaborasi

Berikan antipiretik

untuk menurunkan

hipertermi.

Berikan antibiotik

untuk meminimalkan

2. Resiko tinggi infeksi

berhubungan dengan

jalan lahir kontak

terlalu lama dengan

ekstrauteri.

Diharapkan klien mampu

menunjukkan bebas dari tanda-

tanda infeksi dengan kriteria

hasil sebagai berikut:

Suhu tubuh normal

36,5-370C.

Kontaminasi silang

tidak terjadi.

Cairan amniotic jernih,

hamper tidak berwarna dan

berbau.

Pada pemeriksaan

laboratorium jumlah

leukosit dalam batas normal

Tekankan pentingnya

cuci tangan yang baik dan

tepat.

Gunakan teknik aseptik

selama melakukan

pemeriksaan vagina (VT).

Pantau tanda-tanda

vital dan nilai leukosit.

Menurunkan resiko yang

menyebabkan penyebaran

agen infeksius.

Membantu mencegah

pertumbuhan bakteri,

membatasi kontaminasi dari

pencapaian ke vagina.

Dalam 4 jam setelah

membrane rupture, insiden

korioamnionitis meningkat

secara progresif, ditunjukkan

dengan perubahan TTV dan

jumlah sel darah pulih.

53

Page 54: KEHAMILAN POSTMATUR DAN KPD.doc

yaitu 5000-10000 mm3.

Pantau dan gambarkan

karakteristik dari cairan

amniotic.

Pada infeksi cairan

amnionitik menjadi lebih

kental dan kuning pekat

dengan bau yang tidak sedap.

3. Ansietas berhubungan

dengan partus lama

Diharapkan klien mampu

menunjukkan berkurangnya

rasa cemas dan mampu

mempertahankan koping yang

positif dengan criteria hasil

sebagai berikut:

Klien merasa tenang

dan optimis dengan

persalinannya.

Klien dapat

Menggungkapkan

pemahaman situasi dan

kemungkinan hasil akhir.

Klien dapat

menerapkan teknik relaksasi

seperti napas dalam dan

distraksi efektif

Jelaskan prosedur

intervensi keperawatan dan

tindakan. Pertahankan

komunikasi terbuka,

diskusikan dengan klien

kemungkinan efek samping

dan hasil, pertahankan sikap

optimis.

Orientasikan klien

dengan pasangan pada

lingkungan persalinan.

Anjurkan tehnik

relaksasi seperti napas

dalam dan distraksi.

Anjurkan

penggungkapan rasa takut

Pengetahuan tentang

alasan untuk aktifitas ini

dapat menurunkan rasa takut

dari ketidaktahuan.

Membantu klien dan

orang terdekat merasa mudah

dan lebih nyaman pada

sekitar kita.

Memungkinkan klien

untuk merileksasikan otot-

otot supaya tidak tegang.

Dapat membantu

menurunkan ansietas dan

merangsang identifikasi

54

Page 55: KEHAMILAN POSTMATUR DAN KPD.doc

Klien tampak rileks,

tanda-tanda vital dalam

batas normal

TD : 120/80 mmHg

RR : 18-24 x/menit

Nadi: 80-100 x/menit

Suhu : 36,5-370C.

atau masalah.

Pantau tanda-tanda

vital.

perilaku koping.

TTV dapat berubah

karena ansietas.

4. Nyeri berhubungan

dengan berkurangnya

cairan amnion

(oligohidramnion).

Diharapkan klien mampu

menunjukkan penurunan rasa

nyeri/nyeri dapat ditoleransi

dengan kriteria hasil sebagai

berikut:

Klien tampak rileks

atau tenang terlihat dari

isyarat verbal dan

nonverbal.

Klien dapat

menerapkan teknik relaksasi

seperti napas dalam dan

distraksi efektif.

Kaji derajat

ketidaknyamanan melalui

isyarat verbal dan non

verbal, perhatikan pengaruh

budaya pada respons nyeri.

Anjurkan penggunaan

tehnik non farmakologis

seperti napas dalam,

relaksasi.

Berikan lingkungan

yang tenang.

Tindakan dan reaksi

nyeri adalah individu dan

berdasarkan pengalaman

masa lalu, memahami

perubahan fisiologis dan latar

belakang budaya.

Membantu mengurangi

nyeri

Lingkungan yang

kondusif dapat membantu

55

Page 56: KEHAMILAN POSTMATUR DAN KPD.doc

Klien menunjukkan

perhatian dan orientasi yang

baik.

Nyeri berada pada

skala 0.

Berikan analgesic bila

ada program medik.

klien untuk beristirahat secar

maksimal.

Penggunaan agen

farmakologis secara tepat

membantu klien mengurangi

nyeri.

Intervensi keperawatan untuk bayi

No Diagnosa keperawatan TujuanRencana keperawatan

Intervensi Rasional

1. Kerusakan pertukaran

gas berhubungan

dengan sesak napas

yang diakibatkan

berkurangnya

pemenuhan O2.

Diharapkan klien mampu

menunjukkan perbaikan

pertukaran gas/pertukaran gas

normal dengan kriteria hasil

sebagai berikut:

Mempertahankan

kadar Po/Pco, dalam batas

normal (DBN).

Suara napas normal.

RR normal

Tinjau ulang informasi

yang berhubungan dengan

kondisi bayi, seperti lamanya

persalinan, Apgar scor, obat-

obatan yang digunankan ibu

selama kehamilan, termasuk

betametason.

Perhatikan usia gestasi,

berat badan, dan jenis kelamin.

Persalinan lama

meningkatkan resiko hipoksia,

dan depresi pernapasan dapat

terjadi setelah pemberian atau

penggunaan obat oleh ibu.

Noenatus lahir sebelum

gestasi minggu ke-30 beresiko

tinggi terhadap terjadinya

56

Page 57: KEHAMILAN POSTMATUR DAN KPD.doc

30-60x/menit.

Gas darah dalam batas

normal. Kaji status pernapasan,

perhatikan tanda-tanda distress

pernapasan (mis., takipnea,

pernapasan cuping hidung,

ronki, atau krakels).

Gunakan pemantau

oksigen transkutan atau

oksimeter nadi.

Hisap hidung dan orofaring

dengan hati-hati, sesuai

kebutuhan.

Pantau masukan dan

haluaran cairan.

Observasi terhadap tanda

dan lokasi sianosis.

Pantau pemeriksaan

RDS.

Takipnea menandakan

distress pernapasan,

khususnya bila pernapasan

lebih besar dari 60x/menit

setelah 5 jam kehidupan

pertama.

Memberikan pemantauan

noninvasif konstan terhadap

kadar oksigen.

Mungkin perlu untuk

mempertahankan kepatenan

jalan napas.

Dehidrasi merusak

kemampuan untuk

membersihkan jalan napas

saat mucus menjadi kental.

Sianosis adalah tanda

lanjut dari PaO2 rendah.

Hipoksemia, hiperkapnia,

dan asidosis menurunkan

57

Page 58: KEHAMILAN POSTMATUR DAN KPD.doc

laboratorium, dengan tepat

grafik seri GDA.

Pantau jumlah pemberian

oksigen dan durasi pemberian.

Catat fraksi oksigen dalam

udara inspirasi (FIO2) setiap

jam.

Mulai drinase postural,

fisioterapi dada, vibrasi lobus

setiap 2 jam, sesuai indikasi,

perhatikan toleransi bayi

terhadap prosedur.

Berikan makanan dengan

selang nasogastrik atau

produksi surfaktan.

Kadar oksigen serum

tinggi yang lama disertai

dengan tekanan tinggi yang

lama diakibatkan dari IPPB

dapat mempredisposisikan

bayi pada displasia

bronkopulmonal.

Jumlah oksigen yang

diberikan, diekspresikan

sebagai FIO2 ditentukan

secara individu, berdasarkan

sampel darah kapiler.

Memudahkan

penghilangan sekresi. Lama

waktu yang digunakan setiap

lobus dihubungkan dengan

toleransi bayi.

Menurunkan kebutuhan

oksigen, meningkatkan

istirahat, menghemat energi,

58

Page 59: KEHAMILAN POSTMATUR DAN KPD.doc

orogastrik sebagai pengganti

pemberian makanan dengan

ASI, bila tepat.

Berikan obat-obatansesuai

indikasi:

Natrium bikarbonat

Surfaktan (artificial atau

eksogen).

menurunkan resiko aspirasi.

Penggunaan natrium

bikarbonat yang hati-hati

dapat membantu

mengembalikan pH kedalam

rentang normal.

Mungkin diberikan pada

kelahiran atau setelah

didiagnosis RDS untuk

menurunkan beratnya kondisi

dan komplikasi yang

berhubungan.

2. Resiko tinggi cedera

janin berhubungan

dengan distress janin.

Diharapkan klien mampu

mempertahankan kehamilan

sampai janin benar-benar

viable untuk hidup dengan

kriteria hasil sebagai berikut:

Auskultasi dan laporkan

irama jantung janin, perhatikan

kekuatan , regularitas, dan

frekuensi. Perhatikan adanya

perubahan pada gerakan janin.

Catat perkiraan tanggal

Menandakan

kesejahteraan janin. PTK

membantu memberikan

perkiraan kasar tentang usia

janin untuk membantu

merencanakan kesempatan

59

Page 60: KEHAMILAN POSTMATUR DAN KPD.doc

Tidak ada cedera yang

terjadi pada pasien.

kelahiran ( PTK ) dan tinggi

fundus.

Siapkan ibu untuk prosedur

pembedahan, sesuai indikasi

( rujuk pada DK: cedera, resiko

terhadap ibu )

Bantu dengan

ultrasonografi, bila

diindikasikan.

viabilitas.

Pemasangan jahitan

servik dapat mempertahankan

kehamilan sampai janin

mencapai tahap viabilitas

Memberikan gambaran

lebih akurat dari maturitas dan

usia gestasi janin.

3. Hipotermia

berhubungan dengan

tidak stabilnya suhu

tubuh karena lemak

bawah kulit berkurang.

Diharapkan klien mampu

menunjukkan peningkatan

suhu tubuh/suhu tubuh normal

(36,5-370C) dengan kriteria

hasil sebagai berikut:

Suhu 36,5-370C

RR 30-60x/menit

Nadi 120-140x/menit.

Klien tidak mengalami

stress dingin.

Kaji suhu tubuh dengan

sering.

Tempatkan bayi pada

penghangat, isolate, incubator,

tempat tidur terbuka dengan

penyebaran hangat.

Gunakan lampu pemanas

selama prosedur.

Kurangi pemajanan pada

Hipotermia membuat

bayi cenderung pada stress

dingin.

Mempertahankan

lingkungan termonetral,

membantu mencegah stress

dingin.

Menurunkan kehilangan

panas pada lingkungan yang

60

Page 61: KEHAMILAN POSTMATUR DAN KPD.doc

aliran udara, hindari pembukaan

pagar isolate yang tidak

semestinya.

Ganti pakaian atau linen

tempat tidur bila basah.

Pertahankan kepala bayi tetap

tertutup.

Berikan penghangatan

bertahap untuk bayi dengan

stress dingin.

lebih dingin dari ruangan.

Menurunkan kehilangan

panas karena

konveksi/konduksi.

Membatasi kehilangan panas.

Menurunkan kehilangan

melalui evaporasi.

Peningkatan suhu tubuh

yang cepat dapat

menyebabkan konsumsi

oksigen berlebihan dan apnea.

61

Page 62: KEHAMILAN POSTMATUR DAN KPD.doc

BAB III

TINJAUAN KASUS

Ny. B 24 tahun G2 P1 A0 usia gestasi 42 minggu, masuk RS 21 juni 2005 jam

9.45 dan anda melakukan pengkajian pada jam 10.00 WIB. Dx medis serotinus dengan

KPD. Dari pemeriksaan lab darah positif terdapat gambaran seperti pakis dari cairan yang

diambil pervaginam. Pemeriksaan VT pembukaan 4, ketuban telah pecah, warna jernih.

Blood slym (-). Klien mengeluh mulas-mulas sejak tadi malem setelah sholat maghrib.

Klien mengaku cemas dengan keadaannya terlebih ini anak sangat diharapkan karena

menurut USG anaknya laki-laki. Klien menyatakan agar bayinya dapat lahir dengan

selamat. His 2x/10 menit durasi 20 menit. TD 100/70 mmHg, nadi kuat teratur 80x/menit,

RR 20x/menit. T 37, 0 C, tampak klien berkeringat banyak, baju klien basah dan lembab.

Soal A :

1. Buat NCP sesuai dengan data yang ada

2. Bagaimana dengan implementasi dan evaluasi terkait dengan data berikut.

Pukul 14.00 WIB klien dipersiapkan operasi sebelum anda bertukar dinas, tetapi

menunggu dokternya. Tampak klien semakin lemah TD 100/70 mmHg, nadi kuat

86x/menit, RR 24x/menit, T 37,0 C. pemeriksaan leukosit 13 ribu mm3. Klien cemas

dengan persalinannya. Anda memberikan penjelasan tentang operasi, cara napas dalam

bila nyeri timbul, tetapi klien tidak dapat berkonsentrasi karena cemasnya. Klien dipasang

IVFD NaCl 0.9% 20 tetes/menit, dan DC. His 2x/10 menit durasi 20 menit. Klien mulai

dipuasakan sejak jam 12.00 WIB.

1. Apakah terdapat diagnosa keperawatan yang baru

2. Bagaimana dengan prioritas Dx keperawatan anda bila Dx baru dan buat

NCPnya.

62

Page 63: KEHAMILAN POSTMATUR DAN KPD.doc

A. Pengkajian

1. Identitas Pasien

Nama : Ny. B

Umur : 24 tahun

Diagnosa medis : Serotinus dengan Ketuban Pecah Dini

Tanggal masuk RS : 21 juni 2005, pukul 9.45 WIB

Tanggal pengkajian : 21 juni 2005, pukul 10.00 WIB

2. Keluhan Utama

Ny. B mengeluh mulas-mulas sejak tadi malem setelah shalat

magrib.

Ny. B mengaku cemas dengan keadaannya terlebih ini anak yang

sangat diharapkan karena menurut USG anaknya laki-laki.

Ny. B menyatakan agar bayinya dapat lahir dengan selamat.

3. Riwayat Obstetrik

Gravit : 2

Partus : 1

Abortus : 0

4. Pemeriksaan Umum

Kontraksi (His) : Regular

Frekuansi : 2x/10 menit

Durasi : 20 menit

TTV; Tensi : 100/70 mmHg

Nadi : kuat teratur 80x/menit

Suhu : 37,00C

RR : 20x/menit

Klien tampak banyak berkeringat, dan baju klien basah dan

lembab.

5. Pemeriksaan Khusus (obstetrik)

Pemeriksaan VT

- Pembukaan 4 cm

- Ketuban telah pecah, warna jernih

63

Page 64: KEHAMILAN POSTMATUR DAN KPD.doc

- Blood slym (-)

Pemeriksaan laboratorium

- Darah positif terdapat gambaran seperti pakis dari cairan

yang diambil pervaginam.

B. Analisa Data

No Data Fokus Etiologi Masalah

keperawatan

1.

2.

Data subyektif

- Klien mengeluh mulas-

mulas sejak tadi malam setelah

shalat magrib.

Data Obyektif

- Pembukaan serviks 4

cm

- His 2x/menit durasi 20

menit.

- Tensi : 100/70 mmHg

- Nadi : kuat teratur

80x/menit

- RR : 20x/menit

- Kontraksi uterus

regular

Data Subyektif

- Klien mengaku cemas

dengan keadaannya terlebih ini

anak yang sangat diharapkan karena

menurut USG anaknya laki-laki.

- Klien menyatakan agar

Stimulasi ujung

saraf parasimpatis

dan simpatis

sekunder terhadap

dilatasi serviks dan

kontraksi uterus.

Krisis situasi,

kurangnya

pengetahuan

terhadap proses

persalinan.

Nyeri

Ansietas

64

Page 65: KEHAMILAN POSTMATUR DAN KPD.doc

3.

bayinya dapat lahir dengan selamat.

Data obyektif

- Tensi : 100/70 mmHg

- Nadi : kuat teratur

80x/menit

- RR : 20x/menit

- Klien tampak

berkeringat dan baju klien basah

dan lembab

Data subyektif

-

Data obyektif

- Dari pemeriksaan jam

10.00

- Suhu : 37,00C

- Ketuban telah pecah,

warna jernih

- Blood slym (-)

- Pemeriksaan

laboratorium Darah positif

menunjukkan gambaran seperti

pakis dari cairan yang diambil

pervaginam.

Terbukannya jalan

lahir dengan

ekstrauteri.

Resiko tinggi

infeksi

C. Prioritas Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri berhubungan dengan stimulasi ujung saraf simpatis dan

parasimpatis sekunder terhadap dilatasi serviks kontraksi uterus.

2. Ansietas berhubungan dengan krisis situasi dan kurangnya pengetahuan

tentang proses persalinan.

65

Page 66: KEHAMILAN POSTMATUR DAN KPD.doc

3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan terbukanya jalan lahir dengan

ekstrauteri.

66

Page 67: KEHAMILAN POSTMATUR DAN KPD.doc

D. Rencana Asuhan Keperawatan

NoDiagnosa

KeperawatanTujuan

Rencana keperawatan

Intervensi Rasional

1. Nyeri berhubungan

dengan stimulasi ujung

saraf simpatis dan

parasimpatis sekunder

terhadap dilatasi

serviks dan kontraksi

uterus.

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan selama 4x1

jam klien diharapkan

mampu mengkontrol nyeri

dengan kriteria hasil

sebagai berikut:

Klien melaporkan

nyeri berkurang dengan

skala nyeri 2.

Klien dapat

menggunakan teknik

relaksasi dan distraksi

untuk mengontrol nyeri.

Keluarga bisa

menerapkan teknik

masasse abdomen untuk

mengurangi nyeri.

Klien tidak

Kaji derajat

ketidaknyamanan melalui isyarat

verbal dan nonverbal.

Bantu dalam menggunakan

tehnik relaksasi seperti napas

dalam dan distraksi dengan tepat

atau dengan masasse abdomen

Bantu tindakan kenyamanan

(mis, gosokan punggung/kaki,

tekanan sacral, istirahat

punggung, perubahan posisi).

Anjurkan klien berkemih tiap

1-2 jam.

Tindakan dan reaksi

nyeri adalah individual dan

berdasarkan pengalaman masa

lalu.

Dapat memblok impuls

nyeri dalam korteks serebral

melalui respon kondisi dan

stimulasi kutan.

Meningkatkan relaksasi.

Perubahan posisi secara

periodic mencegah iskemia

jaringan dan/atau kekakuan

otot dan meningkatkan

kenyamanan.

Mempertahankan

kandung kemih bebas distensi,

dapat menyebabkan

67

Page 68: KEHAMILAN POSTMATUR DAN KPD.doc

mengalami distensi

kandung kemih.

Pasien tampak

lebih rileks terlihat dari

isyarat verbal atau

nonverbalnya.

Hitung frekuensi, intensitas,

dan durasi kontraksi uterus setiap

10 menit.

ketidaknyamana.

Memantau kemajuan

persalinan dan memberikan

informasi untuk klien.

2. Ansietas berhubungan

dengan krisis situasi

dan kurangnya

pengetahuan tentang

proses persalinan.

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan selama 2x1

jam klien diharapkan

mampu

menunjukkan/melaporkan

ansietas berkurang dengan

kriteria hasil sebagai

berikut:

Klien melaporkan

ansietas berkurang

dengan skala kecemasan

0.

Klien dapat

menggunakan teknik

relaksasi dan distraksi

Kaji tingkat ansietas melalui

isyarat verbal dan nonverbal.

Berikan dukungan intrapartal

secara kontinyu, yakinkan pada

klien bahwa klien selalu

didampingi oleh keluarga.

Anjurkan teknik relaksasi

seperti napas dalam dan distraksi.

Bimbing klien untuk berdoa

Pantau Tekanan darah (TD)

Mengidentifikasi tingkat

intervensi yang perlu.

Ansietas mempengaruhi

teknik penggunaan koping.

Membantu menurunkan

ketegangan klien.

Membantu dalam

menurunkan ansietas dan

meningkatkan rasa kontrol.

Meningkatkan keyakinan

klien dalam mengahadapi

prosedur persalinan.

Stress mengaktifkan

68

Page 69: KEHAMILAN POSTMATUR DAN KPD.doc

untuk mengontrol nyeri

dengan efektif.

Klien tampak lebih

tenang dan tidak gelisah

terlihat dari isyarat

verbal atau

nonverbalnya

Kooperatif dalam

setiap tindakan.

Tekanan darah

dalam batas normal

120/90 mmHg.

dan nadi sesuai indikasi.

Pantau pola kontraktilitas

uterus; laporkan disfungsi

persalinan.

Anjurkan klien untuk

mengungkapkan perasaan,

masalah, dan rasa takutnya.

system adrenokortikal

hipofisis-hipotalamik, yang

meningkatkan retensi dan

resorbsi natrium dan air dalam

meningkatkan natrium.

Pola kontraksi hipertonik

atau hiponik dapat terjadi bila

stress menetap dan

memperpanjang pelepasan

katekolamin.

Stress, rasa takut, dan

ansietas mempunyai efek yang

dalam pada proses persalinan.

3. Resiko tinggi infeksi

berhubungan dengan

terbukanya jalan lahir

dengan ekstrauteri.

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan selama 3x24

jam diaharapkan klien

mampu menunjukkan

bebas dari tanda-tanda

nyeri dengan kriteria hasil

Gunakan teknik aseptik

selama melakukan pemeriksaan

vagina (VT).

Pantau tanda-tanda vital dan

Membantu mencegah

pertumbuhan bakteri,

membatasi kontaminasi dari

pencapaian ke vagina.

Dalam 4 jam setelah

membrane rupture, insiden

69

Page 70: KEHAMILAN POSTMATUR DAN KPD.doc

sebagai berikut:

Suhu tubuh normal

36,5-370C.

Kontaminasi silang

dapat tidak terjadi.

Cairan amniotic

jernih, hampir tidak

berwarna dan berbau.

Pada pemeriksaan

laboratorium jumlah

leukosit dalam batas

normal yaitu 5000-

10000 mm3.

nilai leukosit.

Pantau dan gambarkan

karakteristik dari cairan amniotic.

korioamnionitis meningkat

secara progresif, ditunjukkan

dengan perubahan TTV dan

jumlah sel darah pulih.

Pada infeksi cairan

amnionitik menjadi lebih

kental dan kuning pekat

dengan bau yang tidak sedap.

E. Implementasi dan evaluasi

No Dx Tanggal/pukul Implementasi Evaluasi TTD

70

Page 71: KEHAMILAN POSTMATUR DAN KPD.doc

1. 21 Juni 2005

10.45 WIB

1. Mengakaji derajat nyeri/ketidaknyamanan

melaui isyarat verbal dan nonverbal.

2. Bantu dalam menggunakan tehnik

relaksasi seperti napas dalam dan distraksi

dengan tepat atau dengan masasse abdomen

3. Membantu tindakan kenyamanan dengan

gosokan punggung/tekanan sacral, perubahan

posisi.

4. Menganjurkan klien berkemih tiap 1-2

jam.

5. Melakukan monitoring his setiap 10 menit

S :

-------

O :

His/kontraksi regular 2x/10

menit durasi 20 menit

TTV : nadi 86x/menit, RR

24x/menit, T 370C, TD 100/70

mmHg.

A :

Gangguan rasa nyaman nyeri belum

teratasi

P :

Kaji ulang derajat

nyeri/ketidaknyamanan melaui isyarat

verbal dan nonverbal.

Ajarkan teknik napas dalam bila

nyari timbul.

Berikan bantuan pada klien

untuk meningkatkan tindakan

kenyamanan gosokan

71

Page 72: KEHAMILAN POSTMATUR DAN KPD.doc

21 Juni 2005

11.00 WIB

21 Juni 2005

1. Mengakaji tingkat ansietas melalui isyarat

verbal dan nonverbal.

2. Memberikan dukungan selama klien

mengahadapi proses persalinan.

3. Menganjurkan teknik pernapasan yang

efektif terutama saat kontraksi uterus.

4. Bimbing klien untuk berdoa.

5. Mengukur tekanan darah.

6. Memcatat pola kontraktilitas uterus setiap

30 menit; dan disfungsi persalinan.

7. Dorong klien untuk mengungkapkan

perasaan, masalah, dan rasa takutnya.

1. Gunakan teknik aseptik selama melakukan

punggung/tekanan sacral, perubahan

posisi.

Ulangi pemantauan his tiap 30

menit sekali.

S :

Klien mengatakan cemas dengan

persalinannya.

O :

Klien tampak tidak dapat

konsentrasi dengan cemasnya.

Klien dipersiapkan untuk

operasi

TTV : nadi 86x/menit, RR

24x/menit, T 370C, TD 100/70

mmHg.

A :

Ansietas belum teratasi

P :

Berikan penjelasan tentang

72

Page 73: KEHAMILAN POSTMATUR DAN KPD.doc

11.30 WIB pemeriksaan VT.

2. Mengukur tanda-tanda vital dan lakukan

pemeriksaan darah lengkap.

3. Mencatat karakteristik dari cairan amnion

operasi yang akan dilakukan.

S :

------

O :

Suhu tubuh 370C

Klien dipasang IVFD NaCl

0,9% 20 tetes/menit

DC (Dower catether)

Pada pemeriksaan laboratorium

jumlah leukosit yaitu 13 ribu mm3.

A :

Resiko infeksi belum terjadi

P :

Tekankan penggunaan teknik

asepsis dalam melakukan

pemeriksaan VT.

Kaji ulang karakteristik dari

cairan amniotik.

Observasi TTV dan lakukan

73

Page 74: KEHAMILAN POSTMATUR DAN KPD.doc

pemeriksaan darah lengkap.

74

Page 75: KEHAMILAN POSTMATUR DAN KPD.doc

BAB IV

PEMBAHASAN

Setelah dilakukan intervensi keperawatan pada Ny. B tidak terdapat diagnosa

keperawatan yang baru tetapi dari hasil evaluasi, proiritas diagnosa keperawatannya

berubah dari :

1. Nyeri berhubungan dengan stimulasi ujung saraf simpatis dan

parasimpatis sekunder terhadap dilatasi serviks.

2. Ansietas berhubungan dengan krisis situasi dan kurangnya pengetahuan

tentang proses persalinan.

3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan terbukanya jalan lahir dengan

ekstrauteri.

Menjadi :

1. Ansietas berhubungan dengan krisis situasi dan kurangnya pengetahuan

tentang proses persalinan.

2. Nyeri berhubungan dengan stimulasi ujung saraf simpatis dan

parasimpatis sekunder terhadap dilatasi serviks.

3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan terbukanya jalan lahir dengan

ekstrauteri.

Untuk rencana asuhan keperawatannnya sama dengan intervensi yang dilakukan

dalam menurunkan kecemasan pada Ny. B yang telah diberikan oleh perawat. Perubahan

prioritas diagnosa keperawatan utama yang terjadi pada Ny. B ini dari Nyeri berhubungan

dengan stimulasi ujung saraf simpatis dan parasimpatis sekunder terhadap dilatasi serviks

dan kontraksi uterus menjadi Ansietas berhubungan dengan krisis situasi dan kurangnya

pengetahuan tentang proses persalinan terjadi karena pasien tidak dapat berkonsentrasi

dengan kecemasannya walaupun intervensi keperawatan sudah diberikan, selain itu

pasien dipersiapkan untuk melakukan operasi untuk menolong klien dan bayinya. Untuk

itu diharapkan dari tenaga medis khususnya perawat harus memberikan informasi yang

adekuat dan dukungan intrapartal baik itu dukungan spiritual maupun psikologis selama

pasien di rumah sakit.

75

Page 76: KEHAMILAN POSTMATUR DAN KPD.doc

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. SIMPULAN

1. Kehamilan Serotinus

Kehamilan postterm merupakan kehamilan yang berlangsung selama 42

minggu atau lebih sejak awal periode haid yang diikuti oleh ovulasi 2 minggu

kemudian. Meskipun kehamilan postterm ini mungkin mencakup 10 persen dari

seluruh kehamilan, sebagian di antaranya mungkin tidak benar-benar postterm,

tetapi lebih disebabkan oleh kekeliruan dalam memperkirakan usia gestasional.

Sekali lagi nilai informasi yang tepat mengenai lama kehamilan cukup jelas,

karena pada umumnya semakin lama janin yang benar-benar postterm itu berada

didalam rahim, semakin besar pula resiko bagi janin dan bayi baru lahir untuk

mengalami gangguan yang berat (Cunningham, 1995).

Etiologi dari kehamilan serotinus sampai saat ini belum diketahui secara

pasti beberapa faktor yang dikemukakan penyebab kehamilan serotinusadalah:

Ketidaktentuan tanggal menstruasi, ketidakmampuan ibu

mengingat HPHT.

Faktor hormonal

Faktor herediter

2. Ketuban Pecah Dini

Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda

persalinan mulai dan ditunggu satu jam sebelum dimulainya tanda persalinan.

Waktu sejak pecah ketuban sampai terjadi kontraksi rahim ( periode laten ).

( manuaba, 2001 ).

Etologi dari ketuban pecah dini adalah belum jelas dan tidak dapat

dipastikan apa penyebabnya, akan tetapi penyebab ketuban pecah dini

mempunyai dimensi multifaktor dijabarkan sebagai berikut:

Servik inkompeten

76

Page 77: KEHAMILAN POSTMATUR DAN KPD.doc

Infeksi

Ketegangan rahim berlebihan

Kelainan letak janin dalam rahim

Kelainan bawaan dari selaput ketuban

Kemungkinan kesempitan panggul

B. SARAN

Pada ibu hamil diharapkan untuk lebih meningkatkan kesejahteraan ibu dan

janinnya selama kehamilan dengan pemeriksaan kehamilan secara teratur sehingga

gangguan dan resiko selama kehamilan dapat dideteksi secara dini oleh tenaga

kesehatan. Dan bagi keluarga khususnya suami , ibu agar dapat berpartisipasi dalam

pemberian support mental dan motivasi pada ibu haml dalam mengahadapi

kehamilan serotinus ataupun ketuban pecah dini (KPD).

77

Page 78: KEHAMILAN POSTMATUR DAN KPD.doc

DAFTAR PUSTAKA

Cunningham, Mac Donald, Gant. 1995. Obstetri Williams. Jakarta: EGC

Depkes RI. 2001. Standart Pelayanan kebidanan.

Doenges, E. Marilyn. 2001. Rencana Perawatan Maternal/Bayi. Jakarta : EGC.

Koniak, M Reeder. 1992. Maternity Nursing Family, Newborn, and Woman’s Health Care. Philadelpia: J. B. Lippincott Company.

Lowdermilk & Shannon, E Perry. 2000. Maternity & Woman’s Health Care. Philadelpia: Mosby.

Manuaba, Ida Bagus Gde. 1998. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana. Jakarta: EGC.

Mochtar, Rustam. 1998. Simposium Obstetri. Jilid I. Jakarta: EGC.

Prawirohardjo, S. 2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Bina Pustaka FKUI.

Prawirohardjo, S. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Bina Pustaka FKUI.

Wiknjosastro, H. 1999. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

http//www.pdpersi.com.ketubanpecahdini.

78