kebijakan fiskal

35
Kebijakan Fiskal kebijakan pemerintah dalam mengatur keuangan Negara baik melalui bidang Budgeting maupun bidang perpajakan dengan maksud untuk mempengaruhi, menstabilkan dan memajukan perekonomian nasional.

Upload: august

Post on 02-Feb-2016

173 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Kebijakan Fiskal. kebijakan pemerintah dalam mengatur keuangan Negara baik melalui bidang Budgeting maupun bidang perpajakan dengan maksud untuk mempengaruhi, menstabilkan dan memajukan perekonomian nasional. Kebijakan Fiscal dapat dibedakan 4 macam. pembiayaan fungsional (functional finance) - PowerPoint PPT Presentation

TRANSCRIPT

Page 1: Kebijakan Fiskal

Kebijakan Fiskal

kebijakan pemerintah dalam mengatur keuangan Negara baik melalui bidang Budgeting maupun bidang perpajakan dengan maksud untuk mempengaruhi, menstabilkan dan memajukan perekonomian nasional.

Page 2: Kebijakan Fiskal

Kebijakan Fiscal dapat dibedakan 4 macam

pembiayaan fungsional (functional finance)

pengelolaan budget (the manage budget approach)

stabilisasi budget otomatis balance budget approach

Page 3: Kebijakan Fiskal

PAJAK…..?

Page 4: Kebijakan Fiskal

Merupakan iuran wajib yang dipaksakan kepada wajib pajak.

Hanya pemerintah yang berhak menarik pajak.

Digunakan untuk membiayai kepentingan umum.

Tidak ada imbalan langsung. Ditetapkan berdasarkan UU.

Page 5: Kebijakan Fiskal

Asas Pemungutan Pajak

Menurut adam smith, asas pajak adalah

1. Asas keadilan (ability to pay) 2. Asas kepastian 3. Asas kesempatan

(convenience) 4. Asas ekonomi

Page 6: Kebijakan Fiskal

Lanjutkan…

Menurut W.J.Lagen1. Asas kesamaan 2. Asas daya pikul 3. Asas manfaat 4. Asas kesejahteraan 5. Asas beban sekecil-kecilnya 6. Asas istimewa 7. Asas pelaksanaan

Page 7: Kebijakan Fiskal

Lanjutan…

Menurut Adolf Wagner 1. Asas politik finansial 2. Asas ekonomis 3. Asas keadilan 4. Asas administrasi 5. Asas yuridis

Page 8: Kebijakan Fiskal

Pengelompokan Jenis Pajak

Menurut golongannya pajak dibedakan menjadi 2 macam

pajak langsung, yaitu pajak yang harus dibayar wajib pajak sendiri dan tidakbisa dilimpahkan kepada orang lain. Contoh: pajak penghasilan (PPh)

pajak tidaklangsung, pajak yang dibebankan kepada orang lain. Contoh: pajakpertambahan nilai (PPN).

Page 9: Kebijakan Fiskal

Menurut sifatnya pajak dibedakan

pajak subyektif, pajak yang dibebankan menurut kondisi wajib pajak.contoh pajak penghasilan (PPh)

pajak obyektif, pajak yang berpangkal pada obyek pajak tanpamemperhatikan kondisi wajib pajak. Contoh: PPN dan pajak penjualan atas barang mewah.

Page 10: Kebijakan Fiskal

Menurut lembaga pemungutnya

pajak pusat, pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat untukmembiayai rumah tangga Negara. Contoh: PPh, PPN, PPn BM, PBB, bea materi

pajak daerah, pajak yang dipungut pemerintah daerah untukmembiayai rumah tangga daerah.

Pajak daerah tingkat I, meliputi pajak kendaraan bermotor dan bea balik nama kendaraan bermotor.Pajak daerah tingkat II, meliputi pajak penerangan jalan dll.

Page 11: Kebijakan Fiskal

Fungsi Pajak

fungsi budgeter, pajak sebagai sumber dana vital dalam pembiayaan pengeluaran Negara.

Fungsi mengatur, pajak bisa untuk mengatur dan mempengaruhi kondisi ekonomi pada umumnya.

Fungsi redistribusi, pajak bisa menciptakan pemerataan dan keadilan sosial dan mengurangi kesenjangan pendapatan dengan cara menetapkan tarif pajak progresif.

Fungsi stabilisasi, pajak bisa untuk menstabilkan harga dan peningkatan kesempatan kerja.

Page 12: Kebijakan Fiskal

Sistem Pemungutan Pajak

official assesment system, sistem pemungutan pajak yang memberikan kewenangan pada fiscus untukmenentukan besarnya pajak terutang.

Self assesment system, suatu pemungutan pajak yang wewenang dalam menentukan pajak terutang pada dalam diri wajib pajak itu sendiri.

Semi self assessment system, sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang pada fiscus dan fiscus bersama-sama menentukan pajak terutang

With holding system, sistem pemungutan pajak dalam penentuan terutang ada pada pihak ketiga.

Page 13: Kebijakan Fiskal

Undang-Undang Perpajakan

UU No. 16 tahun 2000 tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan

UU No. 17 tahun 2000 tentang tentang pajak penghasilan (PPh)

UU No. 18 tahun 2000 tentang pajak pertambahan nilai barang dan jasa serta pajak penjualan atas barang mewah (PPN dan PPn BM)

UU No. 19 tahun 2000 tentang penagihan pajak dengan surat paksa

UU No. 20 tahun 2000 tentang bea materai dan besarnya batas pengenaan harga nominal dikenakan bea materai.

Page 14: Kebijakan Fiskal

Tariff Pajak

Tarif progresif, adalah tarif pajak yang semakin tinggi dengan meningkatkan dasar pengenaan pajak.

Tarif proporsional, hanya terdapat satu persentase tarif dan tidak berubah berapapun dasar pengenaan pajak.

Tarif tetap, tarif pajak dalam nilai rupiah serta tidak berubah-ubah berapapun dasar pengenaan pajak.

Tarif degresif, adalah tarif pajak yang semakin menurun, namun nilai rupiah semakin tinggi. Semakin besar penghasilan maka semakin rendah persentase tarif pajak.

Page 15: Kebijakan Fiskal

ContohPenghasilan

(juta)Progresif Proporsional Degresif Tetap

% Nilai rupia

h

% Nilai rupia

h

% Nilai rupia

h

Nilai rupia

h

2030405060

56789

1.000.0001.800.0002.800.0004.000.0005.400.000

55555

1.000.0001.000.0001.000.0001.000.0001.000.000

98765

1.800.0002.400.0002.800.0003.000.0003.000.000

2.500.0002.500.0002.500.0002.500.0002.500.000

Page 16: Kebijakan Fiskal

Perbedaan Pajak dengan Pungutan Lainnya

Perbedaan dari segi

Pajak Pungutan resmi lainnya

dasar pemungutannya

Menurut undang-undang Peraturan pemerintah, menteri, kepala daerah

Imbal jasa Tidak langsung diterima secara langsung

Cara penghitungan

Wajib pajak Aparatur pemerintah

Jatuh tempo pembayarannya

Sesuai dengan tahun fiskal Sesuai dengan pemakaian

Sifat pemungutannya

dipaksa Sesuai dengan kebijakan

Sanksi hukum didasarkan pada UU Sesuai dengan kebijakan pemerintah

Page 17: Kebijakan Fiskal

Pajak Penghasilan (PPh)

UU. 17 tahun 2000, dimana obyek pajak terdiri dari;

gaji, upah, tunjangan, honorarium dan komisi bonus,uang pensiun, hadiah dan bunga bank royalti, laba usaha dan uang sewa

sedangkan subyek pajak penghasilan adalah orang pribadi warisan yang belum terbagi sebagai suatu kesatuan

menggantikan yang berhak. badan badan usaha tetap

Page 18: Kebijakan Fiskal

Lanjutan…

yang tidak termasuk obyek pajak penghasilan adalah;

penghasilan berupa hibah dan sumbangan warisan imbalan dalam bentuk natura pembayaran dari klaim asuransi iuran dana pensiun yang disahkan pendiriannya oleh menteri

keuangan bagian laba yang diterima anggota yang modalnya tidak terbagi

dalam saham bunga obligasi yang diperoleh perusahaan dana reksa

yang tidak termasuk subyek pajak penghasilan;

badan perwakilan Negara asing pejabat konsulat/pejabat Negara asing badan organisasi internasional yang tidak menjalankan usaha

untukmemperoleh penghasilan pejabat perwakilan organisasi internasional dengan ketentuan

bukan warga Negara Indonesia dan tidak mempunyai penghasilan lain di Indonesia.

Page 19: Kebijakan Fiskal

Tarif Pajak Penghasilan (PPh)

Berdasarkan UU No. 17 tahun 2000 pasal 17, tariff pajak penghasilan sebagai berikut;

Wajib pajak orang pribadi dalam negeri

No Penghasilan kena pajak Tarif pajak

1 Sampai Rp25.000.000 5%

2 Rp25.000.000 – Rp50.000.000 10%

3 Rp50.000.000 – Rp100.000.000 15%

4 Rp100.000.000 – Rp250.000.000 25%

5 > Rp250.000.000 35%

Page 20: Kebijakan Fiskal

Lanjutan…

Wajib pajak badan usaha dalam

negeri dan bentuk usaha tetap

No Penghasilan kena pajak

Tarif pajak

1 Sampai dengan Rp50.000.000 10%

2 Rp50.000.000 – Rp100.000.000 15%

3 > Rp100.000.000 30%

Page 21: Kebijakan Fiskal

Langkah-langkah yang perlu diperhatikan dalam penghitungan pajak Penghasilan Adalah:

hitunglah penghasilan bruto/kotor 1 tahun (penghasilan bruto 1 bulan x 12 bulan)

untuk menentukan penghasilan neto 1 bulan maka penghasilan bruto dikurangi:

1. biaya jabatan yang besarnya 5% dari penghasilan bruto, setinggi-tingginya Rp1.296.000 setahun atau Rp108.000 per bulan

2. dana pensiun dan tunjangan hari tua

Page 22: Kebijakan Fiskal

untuk menentukan penghasilan kena pajak, maka penghasilan neto dikurangi penghasilan tidak kena pajak (PTKP). Adapun besarnya PTKP sebagai berikut:

Wajib pajak pribadi = Rp2.880.000/tahun

Tambahan wajib pajak kawin = Rp1.440.000/tahun

Tambahan penghasilan istri yang ditabung bersama suami

= Rp2.880.000/tahun

Tambahan untuk setiap anggota sedarah dan keluarga semenda dalam garis lurus serta anak angkat yang menjadi tanggungan maksimal 3 orang untuk se3tiap keluarga

= Rp1.440.000/tahun

Page 23: Kebijakan Fiskal

Contoh soal:

Mr. “X’, seorang pegawai bank swasta dengan penghasilan 1 bulan Rp6.500.000,00, dia menikah dan mempunyai 2 anak. Hitung pajak perbulan dan gaji bersih yang diterima?

Jawab:Penghasilan bruto 1 tahun= 12 x Rp6.500.000 = Rp78.000.000Pendapatan Tidak Kena Pajak (PTKP)Wajib pajak = Rp2.880.000Istri wajib pajak = Rp1.440.0002 orang anak = Rp2.880.000

(Rp7.200.000)

Penghasilan kena pajak = Rp70.800.000Pajak yang harus di bayar:5% x25.000.000 = 1.250.00010% x 25.000.000 = 1.250.00010% x 25.000.000 = 3.120.00015% x 20.800.000 = 3.120.000

Maka jumlah PPh yang harus dibayar per tahun= Rp5.620.000

Jumlah PPh per bulan Rp468.333,333

Gaji bersih per bulan = (6.500.000 - 468.333,333) = Rp6.031.666,67

Page 24: Kebijakan Fiskal

Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan pajak atas barang mewah (PPN Bm)

Pajak pertambahan nilai (PPN) dan pajak atas barang Mewah (PPN Bm) diatur dalam UU No. 18 tahun 2000. pajak ini merupakan pajak atas konsumsi barang dan jasa. Pajak PPN dikenakan atas: barang yang diperjual belikan didalam negeri barang impor jasa yang diperjual belikan didalam negeri barang-barang tertentu yang diekspor

tarif pajak pertambahan nilai tarif pajak pertambahan nilai 10% tarif PPN atas barang ekspor barang kena pajak 0% dengan peraturan pemerintah tariff dapat diubah

serendah-rendahnya 5% dan setinggi-tingginya 15%

Page 25: Kebijakan Fiskal

Lanjutan…

dengan demikian perhitungan PPN dapat dirumuskan sebagai berikut:

PPN= tarif pajak x dasar pengenaan pajak

Contoh:Mrs. Ima membeli barang elektronik dengan harga Rp3.000.000, harga diatas belum termasuk PPN.hitunglah PPN yang harus dibayar Mrs Ima?

JawabPPN=10%x 3.000.000 = 300.000

Page 26: Kebijakan Fiskal

Pajak Penjualan Barang Mewah/PPn BM

pajak penjualan atas barang mewah dikenakan hanya satu kali pada saat penyerahan barang kena pajak yang tergolong mewah. Tarif pajak barang mewah adalah serendah-rendahnya 10% dan setinggi-tingginya 75%. atas ekspor barang mewah kena pajak tergolong mewah dikenakan pajak 0%

Page 27: Kebijakan Fiskal

Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)

PBB diatur dalam UU no. 12 tahun 1994. obyek pajak PBB adalah bumi dan bangunan

subyek pajak bumi dan bangunanorang pribadi atau badan yang memiliki hak dan

memperoleh manfaat atas bumi dan bangunan.

pengecualian obyek pajakyaitu obyek pajak yang semata-mata untuk kepentingan umum, misalnya;

digunakan sebagai tempat ibadah, tempat kesehatan, pendidikan,sosial dan yang bukan mencari untung.

Digunakan untuk tanah kuburan, museum, hutan lindung, hutan wisata, taman nasional

Page 28: Kebijakan Fiskal

Lanjutan…

.

Digunakan untuk perwakilan badan-badan internasional

Digunakan untuk perwakilan diplomatik/konsulat Negara lain dengan perlakuan asas timbal balik

Page 29: Kebijakan Fiskal

tata cara penghitungan PBB

PBB = 0.5% x NJKP atau= 0.5% x20% x (NJOP – NJOTKP)= 0.5% x 40% x (NJOP – NJOTKP)

NJOP= Taksiran harga rata-rata bumi dan bangunan dari transaksi wajar/perbandingan dengan obyek sejajar

Page 30: Kebijakan Fiskal

Keterangan….

NJKP= Nilai jual kena pajak sebagai dasar pengenaan pajak dengan

ketentuan :

untuk obyek pajak yang nilainya kurang dari 1.000.000.000 dihitung dengan 20%x (NJOP-NJOTKP)

untuk obyek pajak yang nilainya lebih dari 1.000.000.000 dihitung dengan 40% x (NJOP – NJOTKP)

Page 31: Kebijakan Fiskal

Lanjutan…

NJOTKP = Nilai jual obyek tidak kena pajak, besarnya 8.000.000

Contoh:“A” mempunyai tanah 500 m, harga jual 500.000/m. rumah 120 m, nilai jual rumah 400.000/m. maka PBB yang harus dibayar “A” adalah:

Page 32: Kebijakan Fiskal

Jawab..

NJOP bumi 500 x 500.000 = 250.000.000NJOP bangunan 120 x 400.000 = 48.000.000Taksiran nilai jual PBB = 298.000.000NJOTKP = (8.000.000)NJOP = 290.000.000NJKP= 20% x 290.000.000 = 58.000.000

PBB yang harus dibayar = 0.5% x 58.000.000 = Rp290.000

Page 33: Kebijakan Fiskal

HUBUNGAN KEBIJAKAN FISKAL DENGAN KEBIJAKAN MONETER DAN

DESENTRALISASI

Koordinasi Kebijakan Moneter dan Fiskal:Pemantapan koordinasi untuk menjaga

sasaran bersamaHarmonisasi kebijakan moneter dan fiskal

untuk mengoptimalkan pertumbuhanMengendalikan likuiditas perekonomian

dengan mengupayakan: Suku bunga yang secara riil mampu menjaga

kepercayaan terhadap Rupiah Mengurangi tekanan inflasi Penyediaan insentif untuk mendukung

percepatan sektor riil

Page 34: Kebijakan Fiskal

Koordinasi Kebijakan Fiskal dan Desentralisasi

Meningkatkan efektifitas dan efisiensi belanja sebagai stimulus pembangunan

Memperbaiki pelaksanaan anggaran di daerah-daerah untuk mendukung percepatan pembangunan

Percepatan persetujuan APBD Pelaporan dan penggunaan belanja APBD Peningkatan kepastian hukum dan keserasian peraturan

pusat dan daerah diprioritaskan Penegakan hukum persaingan usaha Sinkronisasi UU Penanaman Modal Tahun2007 dengan

berbagai peraturan daerah & Juklak UU PenanamanModal Penyusunan rancangan perubahan UU No. 5/1999 untuk

membangun sistem pasar yang lebih sehat

Page 35: Kebijakan Fiskal