kebijakan fiskal
DESCRIPTION
Kebijakan FiskalTRANSCRIPT
![Page 1: Kebijakan Fiskal](https://reader030.vdokumen.com/reader030/viewer/2022012910/55cf8f1c550346703b990f95/html5/thumbnails/1.jpg)
THE FISCAL POLICY
DISUSUN OLEH :
ANGGIT WAHYUNINGSIH (8335132482)FATHIA ROFIFAH (8335132520)
HALIMAH (8335132402)PUJI ROCHMANI (8335132515)
SITI RANITA SAKINAH (8335132517)ULFA GINY SEPTIANINGRUM (8335132550)
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNVERSITAS NEGERI JAKARTA
1
![Page 2: Kebijakan Fiskal](https://reader030.vdokumen.com/reader030/viewer/2022012910/55cf8f1c550346703b990f95/html5/thumbnails/2.jpg)
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat
dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini.
Harapan penulis adalah, semoga makalah ini dapat
berguna dan bermanfaat. Selain itu, demi penyempurnaan
makalah ini, penulis mengharapkan kritikan yang bersifat
membangun.
Akhir kata, ucapan terima kasih penulis sampaikan
kepada dosen pembimbing mata kuliah Pengantar Ilmu
Ekonomi 2, Bapak Karuniana Dianta A. Sebayang, S.IP, ME yang
telah memberikan tugas makalah ini, sehingga penulis dapat
mengetahui lebih jauh tentang Kebijakan Fiskal, dan kepada
semua pihak yang turut membantu, penulis sampaikan terima
kasih atas bantuannya. Kepada pihak – pihak yang tulisannya
penulis jadikan rujukan, penulis sampaikan terima kasih dan
pernyataan maaf bila kurang berkenan.
Jakarta, April 2014
2
![Page 3: Kebijakan Fiskal](https://reader030.vdokumen.com/reader030/viewer/2022012910/55cf8f1c550346703b990f95/html5/thumbnails/3.jpg)
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Selama ini kita mengenal tiga sistem perekonomian yang
berlaku di dunia yaitu sistem kapitalis, sistem sosialis dan
sistem campuran. Salah satu dari tiga sistem tersebut
diterapkan di Indonesia yaitu sistem ekonomi campuran. Sistem
campuran adalah sebuah sistem perekonomian dengan adanya
peran pemerintah yang ikut serta menentukan cara-cara
mengatasi masalah ekonomi yang dihadapi masyarakat.
Bentuk-bentuk campur tangan pemerintah antara lain,
melaksanakan kebijakan fiskal yang merujuk pada kebijakan
yang dibuat pemerintah untuk mengarahkan ekonomi suatu
negara melalui penerimaan dan pengeluaran pemerintah.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis dapat
menuliskan rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan Kebijakan Fiskal ?
2. Apa yang dimaksud dengan Politik Anggaran ?
3. Apa saja dampak dari Kebijakan Fiskal ?
3
![Page 4: Kebijakan Fiskal](https://reader030.vdokumen.com/reader030/viewer/2022012910/55cf8f1c550346703b990f95/html5/thumbnails/4.jpg)
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 DEFINISI KEBIJAKAN FISKAL
Terdapat beberapa pengertian tentang kebijakan fiskal yang
dapat kita temui. Definisi yang paling populer menyebutkan
bahwa kebijakan fiskal adalah kebijakan yang dilakukan oleh
pemerintah dalam rangka mendapatkan dana dan kebijakan
yang ditempuh oleh pemerintah untuk membelanjakan
dananya tersebut dalam rangka melaksanakan pembangunan.
Singkatnya, kebijakan fiskal adalah kebijakan pemerintah yang
terkait dengan penerimaan atau pengeluaran negara.
Samuel dan Nordhaus mendefinisikan kebijakan fiskal
sebagai proses pembentukan perpajakan dan pengeluaran
masyarakat dalam upaya menekan fluktuasi siklus bisnis, dan
ikut berperan dalam menjaga pertumbuhan ekonomi,
penggunaan tenaga kerja yang tinggi, bebas dari laju inflasi
yang tinggi dan berubah-ubah.
Sementara menurut Tulus TH Tambunan, kebijakan fiskal
memiliki dua prioritas, prioritas pertama adalah mengatasi
defisit anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) dan
masalah-masalah APBN lainnya seperti defisit APBN terjadi
apabila penerimaan pemerintah lebih kecil dari
pengeluarannya, serta prioritas kedua untuk mengatasi
stabilitas ekonomi makro, yang terkait dengan pertumbuhan
4
![Page 5: Kebijakan Fiskal](https://reader030.vdokumen.com/reader030/viewer/2022012910/55cf8f1c550346703b990f95/html5/thumbnails/5.jpg)
ekonomi, tingkat inflasi, kesempatan kerja dan neraca
pembayaran.
Sedangkan menurut Nopirin, kebijakan fiskal terdiri dari
perubahan pengeluaran pemerintah atau perpajakan dengan
tujuan untuk mempengaruhi besar serta susunan permintaan
agregat. Indikator yang biasa dipakai adalah budget defisit
yakni selisih antara pengeluaran pemerintah (dan juga
pembayaran transfer) dengan penerimaan terutama dari pajak.
Pengertian lainnya menyatakan bahwa kebijakan fiskal
adalah suatu kebijakan ekonomi dalam rangka mengarahkan
kondisi perekonomian untuk menjadi lebih baik dengan jalan
mengubah penerimaan dan pengeluaran pemerintah. Dari sisi
pajak jelas jika mengubah tarif pajak yang berlaku akan
berpengaruh pada ekonomi. Jika pajak diturunkan maka
kemampuan daya beli masyarakat akan meningkat dan industri
akan dapat meningkatkan jumlah output. Sebaliknya kenaikan
pajak akan menurunkan daya beli masyarakat serta
menurunkan output industri secara umum.
Tentu di luar beberapa pendapat di atas masih dapat kita
temui berbagai definisi lain tentang kebijakan fiskal, namun
demikian konsep yang harus kita pahami adalah bahwa
kebijakan fiskal meliputi suatu kebijakan ekonomi dalam rangka
mengarahkan kondisi perekonomian untuk menjadi lebih baik
melalui penerimaan dan pengeluaran pemerintah.
2.2 JENIS KEBIJAKAN FISKAL
Kebijakan Fiskal yang Disengaja (discretionary)
5
![Page 6: Kebijakan Fiskal](https://reader030.vdokumen.com/reader030/viewer/2022012910/55cf8f1c550346703b990f95/html5/thumbnails/6.jpg)
Kebijakan fiskal yang disengaja adalah kebijakan yang
dilakukan oleh pemerintah untuk menanggulangi tingkat naik
turunnya kegiatan ekonomi dari waktu ke waktu (gelombang
konjungtur), dengan memanipulasi anggaran belanja secara
sengaja, baik melalui pengubahan perpajkaan atau
pengubahan pengeluaran pemerintah. Dengan usaha ini dapat
terlihat seberapa jauh peranan pemerintah dalam melakukan
campur tangannya dalam pengaturan jalannya roda
perekonomian.
Kebijakan Fiskal Pasif (automatic stabilizers atau built-in
stabilizer)
Kebijakan pasif adalah kebijakan yang erat kaitannya
dengan penerapan berbagai pajak. Dalam realitanya sebagian
besar dari pajak-pajak yang dikenakan pada masyarakat, baik
langsung maupun tak langsung, berhubungan erat dengan
tingginya arus pendapatan nasional. Semakin tingi arus
pendapatan nasional, semakin tinggi pula penerimanan yang
diperoleh dari sektor pajak, baik langsung maupun tak
langsung. Pajak pendapatan, pajak perseroan, pajak kekayaan
dan sebagainya adalah pajak langsung yang jelas sekali
berhubungan dengan tingkat pendapatan negara.
Dari sudut ekonomi makro, kebijakan fiskal dapat
dibedakan menjadi dua macam yaitu kebijakan fiskal ekspansif
dan kebijakan fiskal kontraktif.
Kebijakan fiskal ekspansif, adalah kebijakan menaikkan
belanja negara dan menurunkan tingkat pajak netto.
Kebijakan ini untuk meningkatkan daya beli
masyarakat. Kebijakan fiskal ini dilakukan pada saat
6
![Page 7: Kebijakan Fiskal](https://reader030.vdokumen.com/reader030/viewer/2022012910/55cf8f1c550346703b990f95/html5/thumbnails/7.jpg)
perekonomian mengalami resesi/depresi dan
pengangguran yang tinggi
Kebijakan fiskal kontraktif, adalah kebijakan untuk
menurunkan belanja negara dan menaikkan tingkat
pajak. Kebijakan ini bertujuan untuk menurunkan daya
beli masyarakat dan mengatasi inflasi.
Kebijakan fiskal dapat dinilai dari dua aspek, yaitu :
1. Aspek kuantitatif artinya berhubungan dengan jumlah uang
yang harus ditarik dan dibelanjakan.
2. Aspek kualitatif artinya berhubungan dengan peningkatan
jenis-jenis pajak, pembayaran-pembayaran, dan subsidi-
subsidi.
2.3 PRAKTEK KEBIJAKAN FISKAL DI INDONESIA
Dalam mengatur perekonomian, pemerintah membuat suatu
daftar anggaran yang disebut APBN, yang memuat sumber
penerimaan dan jenis-jenis pengeluaran negara untuk
pembayaran. Agar terjadi keseimbangan antara jumlah
penerimaan dan jumlah pengeluaran, pemerintah
melaksanakan kebijakan fiskal, yaitu kebijakan pemerintah
dalam memengaruhi perekonomian melalui perubahan
pengeluaran dan penerimaan dalam APBN.
Penerimaan dan pengeluaran pemerintah merupakan faktor
yang memengaruhi tingkat kesejahteraan masyarakat. Perlu
diketahui dalam banyak hal bahwa rumah tangga negara tidak
sama dengan rumah tangga keluarga. Pada rumah tangga
keluarga, jika penerimaan semakin menurun maka tindakan
7
![Page 8: Kebijakan Fiskal](https://reader030.vdokumen.com/reader030/viewer/2022012910/55cf8f1c550346703b990f95/html5/thumbnails/8.jpg)
yang akan dilakukan adalah menekan pengeluaran. Tindakan
demikian dapat menyelamatkan kemunduran ekonomi rumah
tangga keluarga.
Sebaliknya dalam rumah tangga negara, penurunan
penerimaan tidak dapat selalu diatasi dengan penurunan
pengeluaran. Jika pengeluaran yang ditekan, maka kegiatan
ekonomi akan menjadi lesu karena rumah tangga negara
berkaitan dengan hajat hidup orang banyak. Salah satu dampak
kelesuan ekonomi yaitu akan terjadinya pengangguran yang
kemudian akan mengakibatkan tingkat penerimaan negara
menjadi menurun.
Adapun tindakan yang akan diambil oleh pemerintah adalah
mengatur pengeluaran agar pengeluaran tersebut berdampak
positif pada perbaikan ekonomi. Tindakan memperbaiki
ekonomi juga dapat ditempuh dengan usaha menaikkan
pendapatan. Pemerintah merupakan faktor determinan (yang
menentukan) dalam upaya peningkatan kesejahteraan
masyarakat.
Pemerintah memiliki perangkat-perangkat kebijakan yang
dapat digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. Tindakan-tindakan dalam mengatur pengeluaran
dan penerimaan negara disebut sebagai tindakan fiskal.
Sehingga kebijakan fiskal dapat disebut sebagai kebijakan
penyesuaian di bidang pengeluaran dan penerimaan
pemerintah untuk memperbaiki keadaan ekonomi.
Praktek yang umum dalam penerapan kebijakan fiskal
adalah ketika perekonomian nasional mengalami inflasi,
pemerintah mengurangi kelebihan permintaan masyarakat
8
![Page 9: Kebijakan Fiskal](https://reader030.vdokumen.com/reader030/viewer/2022012910/55cf8f1c550346703b990f95/html5/thumbnails/9.jpg)
dengan cara menekan pembelanjaan (consumption) melalui
peningkatan tarif pajak dan bea agar tercipta kestabilan lagi.
Cara demikian disebut dengan pengelolaan anggaran .
2.3.1 Kebijakan Anggaran
Kebijakan anggaran atau biasa disebut politik anggaran lazim
digunakan pemerintah suatu negara dalam menjalankan
kebijakan fiskal. Kebijakan masing-masing negara bisa berbeda
tergantung pada keadaan dan arahyang akan dicapai dalam
jangka pendek maupun jangka panjangnya. Berikut adalah
macam-macam anggaran yang biasa ditempuh beberapa
negara dalam mencapai manfaat tertinggi dalam mengelola
anggaran, antara lain:
Anggaran Berimbang (Balanced Budget)
Anggaran berimbang terjadi bilamana pemerintah
menetapkan pengeluaran sama besar dengan pemasukan.
Tujuan politik anggaran berimbang yakni terjadinya kepastian
anggaran serta meningkatkan disiplin anggaran karena
pengeluaran tidak boleh dilaksanakan melebihi penerimaan.
Pada anggaran berimbang, diusahakan agar pengeluaran
(belanja) dan pendapatan atau penerimaan sama. Keadaan
seperti ini dapat menstabilkan ekonomi dan anggaran. Dalam
hal ini, pengeluaran disesuaikan dengan kemampuan
keuangan suatu negara.
Anggaran Defisit (Defisit Budget) / Kebijakan Fiskal Ekspansif
Anggaran defisit adalah anggaran dengan pengeluaran
negara lebih besar daripada penerimaan negara. Intinya,
9
![Page 10: Kebijakan Fiskal](https://reader030.vdokumen.com/reader030/viewer/2022012910/55cf8f1c550346703b990f95/html5/thumbnails/10.jpg)
penerimaan rutin dan penerimaan pembangunan tidak
mencukupi untuk membiayai seluruh pengeluaran
pemerintah. Dengan kata lain, defisit APBN terjadi apabila
pemerintah harus meminjam dari bank sentral atau harus
mencetak uang baru untuk membiayai pembangunannya.
Anggaran Surplus (Surplus Budget) / Kebijakan Fiskal Kontraktif
Anggaran surplus adalah anggaran dengan penerimaan
negara lebih besar daripada pengeluaran. Kebijakan ini
dijalankan bila keadaan ekonomi sedang dilanda inflasi
(kenaikan harga secara terus-menerus), sehingga anggaran
harus menyesuaikan kenaikan harga barang atau jasa.
2.4 POKOK-POKOK KEBIJAKAN FISKAL
Pokok-pokok kebijakan fiskal dalam APBN dapat diperinci
berdasarkan arah kebijakan dan strategi kebijakan.
a. Arah Kebijakan Fiskal dalam APBN
1.Kebijakan fiskal dalam APBN diarahkan untuk dapat
membiayai pengeluaran dalam rangka penyelenggaraan
pemerintahan negara yang efektif namun tetap efisien dan
bebas dari pemborosan maupun korupsi.
2.Kebijakan fiskal diarahkan untuk dapat turut serta dalam
memelihara dan memantapkan stabilitas perekonomian, dan
berperan sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi.
10
![Page 11: Kebijakan Fiskal](https://reader030.vdokumen.com/reader030/viewer/2022012910/55cf8f1c550346703b990f95/html5/thumbnails/11.jpg)
3.Kebijakan fiskal diarahkan untuk dapat mengatasi masalah-
masalah mendasar yang menjadi prioritas pembangunan,
yaitu:
a) Penanggulangan kemiskinan;
b) Peningkatan kesempatan kerja, investasi, dan ekspor;
c) Revitalisasi pertanian dan pembangunan perdesaan;
d) Peningkatan kualitas dan aksesibilitas terhadap pendidikan
dan pelayanan kesehatan
4.Kebijakan fiskal diarahkan untuk mendukung keberlanjutan
proses konsolidasi desentralisasi fiscal dalam rangka
penyelenggaraan otonomi daerah dengan tujuan antara lain
untuk mengurangi kesenjangan fiscal antara pusat dan
daerah, serta antardaerah, dan mengurangi kesenjangan
pelayanan publik antardaerah.
b. Strategi Kebijakan Fiskal dalam APBN
a. Meningkatkan konsolidasi fiskal untuk mempertahankan
kesinambungan fiskal (fiscal sustainability).
b. Mengupayakan penurunan beban utang, pembiayaan yang
efisien, dan menjaga kredibilitas pasar modal.
c. Menurunkan defisit anggaran terhadap PDB.
d. Meningkatkan penerimaan negara yang bersumber dari
pajak dan penerimaan negara bukan pajak (PNBP).
e. Mengendalikan dan meningkatkan efisiensi belanja
negara.
f. Memberikan stimulus guna mendukung pertumbuhan
ekonomi yang berkualitas.
g. Melanjutkan reformasi administrasi perpajakan,
kepabeanan, dan cukai.
11
![Page 12: Kebijakan Fiskal](https://reader030.vdokumen.com/reader030/viewer/2022012910/55cf8f1c550346703b990f95/html5/thumbnails/12.jpg)
h. Mempertajam prioritas alokasi anggaran belanja
pemerintah pusat.
i. Mengalokasikan alokasi anggaran belanja ke daerah sesuai
dengan ketentuan peraturan perundangan yang berlaku.
j. Mengoptimalkan kebijakan pembiayaan defisit anggaran
dengan biaya dan tingkat risiko yang rendah.
2.1.4 Dampak Kebijakan Fiskal Terhadap Inflasi
Kondisi harga-harga umum yang meningkat terus (inflasi)
juga mempunyai akibat yang tidak baik bagi perekonomian.
Karena penghasilan yang diterima oleh masyarakat tidak cukup
untuk memenuhi kebutuhan hidup yang harganya terus naik.
Inflasi yang berkepanjangan akan melemahkan
perekonomian karena para memilik modal akan beralih dari
investasi produktif ke investasi dalam bentuk barang-barang
tahan lama seperti rumah, tanah, dan gedung karena hal ini
lebih menguntungkan daripada investasi produktif.
Kedua kondisi tersebut tidak baik bagi iklim makroekonomi
suatu negara, oleh karenanya untuk mengatasi kondisi deflasi
maupun inflasi dilaksanakan kebijakan fiskal sebagai berikut :
Mengubah Pengeluaran Pemerintah.
Dalam kondisi inflasi, uang yang beredar melebihi dari yang
diperlukan dalam perekonomian. Untuk itu pemerintah
mengurangi pengeluaran sehingga mengakibatkan tabungan
(pendapatan lebih besar daripada pengeluaran).
Mengubah Tingkat Pajak.
12
![Page 13: Kebijakan Fiskal](https://reader030.vdokumen.com/reader030/viewer/2022012910/55cf8f1c550346703b990f95/html5/thumbnails/13.jpg)
Menaikkan tarif pajak pendapatan masyarakat sehingga
mengakibatkan turunnya tingkat konsumsi masyarakat.
Pinjaman Paksa.
Pemerintah memotong gaji pegawai negeri sebagai
pinjaman pemerintah untuk mengurangi jumlah uang yang
beredar.
2.5 TUJUAN KEBIJAKAN FISKAL
Secara umum, tujuan yang ingin dicapai melalui kebijakan
fiskal adalah stabilitas ekonomi yang lebih mantap. Artinya
secara nasional laju pertumbuhan ekonomi yang layak tetap
dapat dipertahankan tanpa adanya angka pengangguran yang
signifikan serta tetap menjaga stabilitas harga.
Kebijakan ini bertujuan untuk memperbaiki keadaan
ekonomi, mengusahakan kesempatan kerja (mengurangi
pengangguran), dan menjaga kestabilan harga-harga secara
umum. Hal ini dilakukan dengan jalan memperbesar dan
memperkecil pengeluaran konsumsi pemerintah (G), jumlah
transfer pemerintah (Tr), dan jumlah pajak (Tx) yang diterima
pemerintah sehingga dapat mempengaruhi tingkat pendapatan
nasional (Y) serta tingkat kesempatan kerja (N).
Kebijakan fiskal juga merupakan salah satu paket tindakan
pemerintah di bidang pengeluaran dan penerimaan keuangan
negara. Dengan kata lain kebijakan fiskal mengusahakan
peningkatan penerimaan pemerintah dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan rakyat dengan cara
menyesuaikan pengeluaran dan penerimaan pemerintah.
13
![Page 14: Kebijakan Fiskal](https://reader030.vdokumen.com/reader030/viewer/2022012910/55cf8f1c550346703b990f95/html5/thumbnails/14.jpg)
Pencegahan timbulnya pengangguran merupakan tujuan
yang paling utama dari kebijakan fiskal karena perekonomian
suatu negara dapat mencapai laju pertumbuhan yang
dikehendaki melalui tingkat penggunaan tenaga kerja penuh
(full employment). Full employment dapat diartikan sebagai
suatu keadaan yang menunjukkan seluruh angkatan kerja
memperoleh pekerjaan.
Kondisi ini dapat terwujud bila pemerintah mampu
menambah lapangan kerja melalui berbagai kebijakan sehingga
dapat menampung seluruh tenaga kerja yang tersedia.
Kebijakan yang dilakukan pemerintah untuk mencapai kondisi
full employment antara lain dengan mengundang investor asing
untuk berinvestasi di Indonesia.
Dari dalam negeri, pemerintah menambah pengeluaran
untuk membuka lapangan kerja padat karya melalui proyek-
proyek pembangunan infrastruktur fisik. Sementara di bidang
moneter, bank sentral dapat menerbitkan regulasi yang
memudahkan pengajuan kredit usaha dan penentuan suku
bunga yang kondusif bagi dunia usaha.
2.6 INSTRUMEN KEBIJAKAN FISKAL
Instrumen kebijakan fiskal yang paling utama adalah
penerimaan dan pengeluaran pemerintah. Pajak merupakan
komponen penting dalam menentukan kondisi makroekonomi
suatu negara. Mengubah tarif pajak yang berlaku akan
berpengaruh pada ekonomi, jika pajak diturunkan maka
kemampuan/daya beli masyarakat akan meningkat dan industri
akan dapat meningkatkan jumlah output. Sebaliknya kenaikan
tarif pajak akan menurunkan daya beli masyarakat serta
14
![Page 15: Kebijakan Fiskal](https://reader030.vdokumen.com/reader030/viewer/2022012910/55cf8f1c550346703b990f95/html5/thumbnails/15.jpg)
menurunkan output industri secara umum. Diantara beberapa
pilihan instrumen kebijakan fiskal yang lazim dilakukan
pemerintah dalam menjaga stabilitas ekonomi makro antara
lain:
Menaikkan atau menurunkan pajak rumah tangga
Mengatur pengeluaran pemerintah untuk pengusaha
tertentu
Memberikan rangsangan fiskal (insentif atau subsidi)
pada pengusaha tertentu
2.7 HUBUNGAN ANTARA KEBIJAKAN FISKAL DAN APBN
Dalam pengertian umum disebutkan bahwa kebijakan fiskal
adalah kebijakan yang dilaksanakan lewat Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara. Benarkah kebijakan di bidang
perpajakan sebagai sumber utama pendapatan negara yang
tercantum di dalam APBN ?
Pada bagian selanjutnya kita akan meneliti apakah pengaruh
dari suatu kebijaksanaan fiskal yang dicerminkan oleh suatu
struktur APBN tertentu terhadap perekonomian. Pengaruh
kebijaksanaan fiskal terhadap perekonomian dapat dianalisis
dalam dua tahap yang berurutan yaitu bagaimana suatu
kebijaksanaan fiskal diterjemahkan ke dalam APBN serta
bagaimana APBN tersebut dapat mempengaruhi perekonomian.
Menerjemahkan kebijakan fiskal ke dalam APBN artinya dalam
mengelola sumber pendapatan – terutama pajak dan bea –
pemerintah menyatakan kemampuan mengumpulkan
pendapatan untuk digunakan mengelola pemerintahan dalam
anggaran pendapatan serta janji/komitmen pemerintah
15
![Page 16: Kebijakan Fiskal](https://reader030.vdokumen.com/reader030/viewer/2022012910/55cf8f1c550346703b990f95/html5/thumbnails/16.jpg)
menjalankan pemerintahan dan pembangunan dalam anggaran
belanja.
APBN mempunyai dua sisi, sisi yang mencatat pengeluaran dan
sisi yang mencatat penerimaan. Sisi pengeluaran mencatat
semua kegiatan pemerintah yang memerlukan uang untuk
pelaksanaannya. Dalam prakteknya, pos-pos yang tercantum
sangat beraneka ragam dan mencerminkan apa yang ingin
dilaksanakan pemerintah dalam programnya. Sebagai contoh
program pemerintah dapat berupa kegiatan yang
mengakibatkan adanya pengeluaran untuk belanja pegawai,
belanja barang/jasa, belanja modal maupun transfer serta
berbagai pengeluaran lainnya.
Semua pos pada sisi pengeluaran tersebut memerlukan dana
untuk melaksanakannya. Sehingga diperlukan suatu objek
untuk memperoleh penerimaan negara guna melakukan
pembayaran pengeluaran tersebut. Sisi penerimaan
menunjukkan dari mana dana yang diperlukan tersebut
diperoleh. Ada empat sumber utama untuk memperoleh dana
yaitu dari pajak, pinjaman bank sentral, pinjaman dalam negeri
serta pinjaman luar negeri.
2.8 JENIS PEMBIAYAAN DALAM KEBIJAKAN FISKAL
Banyak kebijakan yang dilakukan pemerintah dalam mengatasi
kelesuan ekonomi negara. Dewasa ini pemerintah mengadakan
deregulasi dan debirokratisasi di berbagai bidang dengan
tujuan memperbaiki keadaan ekonomi agar tercapai tingkat
pertumbuhan yang tinggi. Kebijakan deregulasi dan
debirokratisasi merupakan bagian dari kebijakan fiskal
16
![Page 17: Kebijakan Fiskal](https://reader030.vdokumen.com/reader030/viewer/2022012910/55cf8f1c550346703b990f95/html5/thumbnails/17.jpg)
pemerintah. Secara umum kebijakan fiskal dapat ditempuh
dengan empat jenis pembiayaan, yaitu sebagai berikut:
Pembiayaan Fungsional (functional finance)
Kebijakan anggaran pembiayaan fungsional (functional
finance), adalah kebijakan yang mengatur pengeluaran
pemerintah dengan melihat berbagai akibat tidak langsung
terhadap pendapatan nasional dan bertujuan untuk
meningkatkan kesempatan kerja. Pembiayaan pengeuaran
pemerintah ditentukan sedemikian rupa sehingga tidak
berpengaruh langsung terhadap pendapatan nasional.
Tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan kesempatan
kerja (employement). Penerimaan pemerintah dari sektor
pajak bukan ditujukan untuk meningkatkan penerimaan
pemerintah tetapi bertujuan untuk mengatur pengeluaran
pihak swasta.
Oleh karena itu dalam hal terjadi pengangguran,
penerimaan pajak tidak terlalu diperlukan. Sedangkan untuk
menekan inflasi diatasi dengan kebijakan pinjaman. Jika
sektor pajak dan pinjaman tidak berhasil, tindakan lain yang
dapat dilakukan pemerintah adalah mencetak uang. Jadi
dalam hal ini sektor pajak dengan pengeluaran pemerintah
menjadi satu hal yang terpisah.
Pengelolaan Anggaran (the finance budget approach)
Kebijakan pengelolaan anggaran (the finance budget
approach), adalah kebijakan untuk mengatur pengeluaran
pemerintah, perpajakan, dan pinjaman untuk mencapai
17
![Page 18: Kebijakan Fiskal](https://reader030.vdokumen.com/reader030/viewer/2022012910/55cf8f1c550346703b990f95/html5/thumbnails/18.jpg)
stabilitas ekonomi yang mantap. Penerimaan dan
pengeluaran pemerintah dari perpajakan dan pinjaman
adalah satu paket yang tidak dapat dipisahkan dalam rangka
menciptakan kestabilan ekonomi. Kemudian dalam
pengelolaan anggaran dibutuhkan anggaran berimbang
dengan perumusan jika terjadi depresi, maka ditempuh
anggaran defisit. Jika terjadi inflasi maka ditempuh anggaran
surplus.
Stabilisasi Anggaran Otomatis (the stabilizing budget)
Kebijakan stabilisasi anggaran otomatis (the stabilizing
budget), adalah kebijakan yang mengatur pengeluaran
pemerintah dengan melihat besarnya biaya dan manfaat
dari berbagai program. Tujuan kebijakan ini adalah agar
terjadi penghematan dalam pengeluaran pemerintah.
Dalam stabilisasi anggaran ini, diharapkan terdapat
keeimbangan antara penerimaan dan pengeluaran tanpa
campur tangan pemerintah yang disengaja. Dengan
stabilisasi anggaran ini, pengeluaran pemerintah lebih
ditekan pada asas manfaat dan biaya relatif dari berbagi
program. Pajak ditetapkan sedemikian rupa sehingga
terdapat anggaran belanja surplus dalam kesempatan kerja
penuh.
2.9 INSTRUMEN KEBIJAKAN FISKAL
Instrumen utama kebijakan fiskal adalah pengeluaran dan
pajak.
Pengeluaran Pemerintah
18
![Page 19: Kebijakan Fiskal](https://reader030.vdokumen.com/reader030/viewer/2022012910/55cf8f1c550346703b990f95/html5/thumbnails/19.jpg)
Pengeluaran pemerintah bisa disebut sebagai perbelanjaan
pemerintah atau negara. Belanja negara adalah semua
pengeluaran negara yang digunakan untuk membiayai belanja
pemerintah pusat dan belanja untuk daerah. Belanja untuk
daerah adalah semua pengeluaran untuk membiayai dana
perimbangan serta dana otonomi khusus dan penyesuaian.
Belanja Pemerintah Pusat:
Belanja Pegawai
Belanja Barang
Belanja Modal
Pembayaran Bunga
Utang
Subsidi
Belanja Hibah
Bantuan Sosial
Belanja Lain-lain
Dana yang dialokasikan ke Daerah :
Dana Perimbangan
Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian
Pengeluaran untuk Pembiayaan
Pengeluaran untuk Obligasi Pemerintah
Pembayaran Pokok Pinjaman Luar Negeri
Pembiayaan lain-lain
Pendapatan dan Penerimaan Pemerintah
Pajak
Pajak merupakan pungutan yang dilakukan oleh pemerintah
(pusat/daerah) terhadap wajib pajak tertentu berdasarkan
undang-undang (pemungutannya dapat dipaksakan) tanpa
19
![Page 20: Kebijakan Fiskal](https://reader030.vdokumen.com/reader030/viewer/2022012910/55cf8f1c550346703b990f95/html5/thumbnails/20.jpg)
ada imbalan langsung bagi pembayarnya. Jenis pajak di
Indonesia yakni, pajak usat dan pajak daerah.
Pajak Pusat
Pajak Penghasilan (PPh)Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa (PPN)Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPn-BM)
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB)Bea MeteraiBea MasukCukaiPajak Ekspor
Pajak Daerah
Pajak Kendaraan Bermotor (PKB)Pajak Hotel dan Restoran (PHR)Pajak ReklamePajak HiburanPajak Bahan Bakar
Retribusi
Retribusi merupakan pungutan yang dilakukan oleh
pemerintah (pusat/daerah) berdasarkan undang-undang
(pemungutannya dapat dipaksakan) di mana pemerintah
memberikan imbalan langsung bagi pembayarnya. Contoh,
pelayanan medis di rumah sakit milik pemerintah,
pelayanaan perpakiran oleh pemerintah, pembayaran uang
sekolah, dll.
Keuntungan BUMN/BUMD
20
![Page 21: Kebijakan Fiskal](https://reader030.vdokumen.com/reader030/viewer/2022012910/55cf8f1c550346703b990f95/html5/thumbnails/21.jpg)
Sebagai pemilik BUMN, pemerintah pusat berhak
memperoleh bagian laba yang diperoleh BUMN. Demikian
pula dengan BUMD, pemerintah daerah sebagai pemilik
BUMD berhak memperoleh bagian laba BUMD.
Denda dan Sita
Pemerintah berhak memungut denda atau menyita asset
milik masyarakat, apabila masyarakat
(individu/kelompok/organisasi) diketahui telah melanggar
peraturan pemerintah. Misalnya: denda pelanggaran
lalulintas, denda ketentuan peraturan perpajakan, penyitaan
barang-barang illegal, penyitaan jaminan atas hutang yang
tidak tertagih, dll.
Pencetakan Uang
Pencetakan uang umumnya dilakukan pemerintah dalam
rangka menutup defisit anggaran, apabila tidak ada alternatif
lain yang dapat ditempuh pemerintah. Penentuan besarnya
jumlah uang yang dicetak harus dilakukan dengan cermat,
agar pencetakan uang tidak menimbulkan inflasi.
Pinjaman
Pinjaman pemerintah merupakan sumber penerimaan
negara, yang dilakukan apabila terjadi defisit anggaran.
Pinjaman pemerintah dikemudian hari akan menjadi beban
pemerintah, karena pinjaman tersebut harus dibayar kembali,
berikut dengan bunganya. Pinjaman dapat diperoleh dari
dalam maupun luar negeri. Sumber pinjaman bisa berasal
21
![Page 22: Kebijakan Fiskal](https://reader030.vdokumen.com/reader030/viewer/2022012910/55cf8f1c550346703b990f95/html5/thumbnails/22.jpg)
pemerintah, institusi perbankan, institusi non bank, maupun
individu.
Sumbangan, Hadiah, Dan Hibah
Sumbangan, hadiah, dan hibah dapat diperoleh pemerintah
dari individu, institusi, atau pemerintah. Sumbangan, hadiah,
dan hibah dapat diperoleh dari dalam maupun luar negeri.
Tidak ada kewajiban pemerintah untuk mengembalikan
sumbangan, hadiah, atau hibah. Sumbangan, hadiah, dan
hibah bukan penerimaan pemerintah yang dapat dipastikan
perolehannya. Tergantung kerelaan dari pihak yang memberi
sumbangan, hadiah, atau hibah.
2.10 FUNGSI KEBIJAKAN FISKAL
Fungsi alokasi
Maksudnya adalah untuk mengalokasikan faktor-faktor produksi
yang tersedia dalam masyarakat sedemikian rupa sehingga
kebutuhan masyarakat akan barang dan jasa dapat terpenuhi.
Kelangkaan akan barang dan jasa dalam masyarakat akan
mengundang berbagai kerawanan dalam masyarakat. Tanpa
adanya prakarsa pemerintah kemungkinan pemenuhan
kebutuhan masyarakat akan dapat terpenuhi dengan baik.
Fungsi distribusi
Fungsi distribusi, yang pada pokoknya mempunyai tujuan
berupa terselenggaranya pembagian pendapatan nasional yang
adil. Keadilan dalam pembagian pendapatan nasional
merupakan unsur yang sangat asasi yang harus dinikrnati dan
dirasakan oleh seluruh masyarakat Indonesia.
22
![Page 23: Kebijakan Fiskal](https://reader030.vdokumen.com/reader030/viewer/2022012910/55cf8f1c550346703b990f95/html5/thumbnails/23.jpg)
Fungsi stabilisasi
Yaitu terjaminnya stabilisasi dalam pemerintahan suatu negara,
terrnasuk kesempatan kerja yang tinggi, tingkat harga yang
relatif stabil dan tingkat pertumbuhan ekonomi yang cukup
memadai. Melalui kebijakan fiskal diharapkan pemerintah dapat
mengusahakan terhindarnya perekonomian dari keadaan-
keadaan yang tidak diinginkan, seperti inflasi, neraca
pembayaran defisit dan sebagainya (Soediyono, 1997).
2.11 TUJUAN KEBIJAKAN FISKAL
Kebijakan fiskal sebagai sarana menggalakan pembangunan
ekonomi bermaksud mencapai tujuan sebagai berikut :
a. Untuk meningkatkan laju investasi.
Kebijakan fiskal bertujuan meningkatkan dan memacu
laju investasi disektor swasta dan sektor Negara. Selain itu,
kebijakan fiskal juga dapat dipergunakan untuk mendorong
dan menghambat bentuk investasi tertuntu. Dalam rangka itu
pemerintah harus menerapkan kebijaan investasi berencana
di sektor public, namun pada kenyataannya dibeberapa
Negara berkembang dan tertinggal terjadi suatu problem
yaitu dimana langkanya tabungan sukarela, tingkat konsumsi
yang tinggi dan terjadi investasi dijalur yang tidak produktif
dari masyarakat dinegara tersbut.
Hal ini disebabkan tidak tersedianya modal asing yang
cukup, baik swasta maupun pemerintha. Oleh karena itu
kebijakan fiskal memberikan solusi yaitu kebijakan fiskal
23
![Page 24: Kebijakan Fiskal](https://reader030.vdokumen.com/reader030/viewer/2022012910/55cf8f1c550346703b990f95/html5/thumbnails/24.jpg)
dapat meningkatkan rasio tabungan inkremental yang dapat
dipergunakan untuk meningkatkan, memacu, mendorong dan
menghambat laju investasi.
Menurut Dr. R. N. Tripathy terdapaat 6 metode yang
diterapkan oleh pemerintah dalam rangka menaikkan rasio
tabungan incremental bagi mobilisasi volume keuangan
pembangunan yang diperlukan diantaranya; control fisik
langsung, peningkatan tariff pajak yang ada,penerapan pajak
baru, surplus dari perusahaan Negara, pinjaman pemerintah
yang tidak bersifat inflationer dan keuangan defisit.
b. Untuk mendorong investasi optimal secara sosial.
Kebijakan fiskal bertujuan untuk mendorong investasi optimal
secara sosial, dikarenakan investasi jenis ini memerlukan
dana yang besar dan cepat yang menjadi tangunggan Negara
secara serentak berupaya memacu laju pembentukkan
modal. Nantinya invesati optimal secara sosial bermanfaat
dalam pembentukkan pasar yang lebih luas, peningkatan
produktivitas dan pengurangan biaya produksi.
c. Untuk meningkatkan kesempatan kerja.
Untuk merealisasikan tujuan ini, kebijakan fiskal berperan
dalam hal pengelolan pengeluaran seperti dengan
membentuk anggaran belanja untuk mendirikan perusahaan
Negara dan mendorong perusahaan swasta melalui
pemberian subsidi, keringanan dan lain-lainnya sehingga dari
pengupayaan langkah ini tercipta tambahan lapangan
pekerjaan. Namun, langkah ini harus juga diiringi dengan
pelaksanaan program pengendalian jumlah penduduk.
24
![Page 25: Kebijakan Fiskal](https://reader030.vdokumen.com/reader030/viewer/2022012910/55cf8f1c550346703b990f95/html5/thumbnails/25.jpg)
d. Untuk meningkatkan stabilitas ekonomi ditengah
ketidakstabilan internasional
Kebijaksanaan fiskal memegang peranan kunci dalam
mempertahankan stabilitas ekonomi menghadapi kekuatan-
kekuatan internal dan eksternal. Dalam rangka mengurangi
dampak internasional fluktuasi siklis pada masa boom, harus
diterapkan pajak ekspor dan impor. Pajak ekspor dapat
menyedot rejeki nomplok yang timbul dari kenaikkan harga
pasar. Sedangkan bea impor yang tinggi pada impor barang
konsumsi dan barang mewah juga perlu untuk menghambat
penggunaan daya beli tambahan.
e. Untuk menanggulangi inflasi.
Kebijakan fiskal bertujuan untuk menanggulangi inflasi salah
satunya adalah dengan cara penetapan pajak langsung
progresif yang dilengkapi dengan pajak komoditi, karena
pajak seperti ini cendrung menyedot sebagian besar
tambahan pendapatan uang yang tercipta dalam proses
inflasi.
f. Untuk meningkatkan dan mendistribusikan
pendapatan nasional
Kebijakan fiskal yang bertujuan untuk mendistribusikan
pendapatan nasional terdiri dari upaya meningkatkan
pendapatan nyata masyarakat dan mengurangi tingkat
pendapatan yang lebih tinggi, upaya ini dapat tercipta
apabila adanya investasi dari pemerintah seperti pelancaran
25
![Page 26: Kebijakan Fiskal](https://reader030.vdokumen.com/reader030/viewer/2022012910/55cf8f1c550346703b990f95/html5/thumbnails/26.jpg)
program pembangunan regional yang berimbang pada
berbagai sektor perekonomian.
2.12 BENTUK-BENTUK KEBIJAKAN FISKAL
Kebijakan fiskal umumnya dibagi atas tiga kategori, yaitu:
1. Kebijakan yang menyangkut pembelian pemerintah atas
barang dan jasa.
Pembelian pemerintah atau belanja negara merupakan unsur
di dalam pendapatan nasional yang dilambangkan dengan
huruf “G”. Pembelian atas barang dan jasa pemerintah ini
mencakup pemerintah daerah, dan pusat. Belanja pemerintah
ini meliputi pembangunan untuk jalan raya, jalan tol,
bangunan sekolah, gedung pemerintahan, peralatan
kemiliteran, dan gaji guru sekolah.
2. Kebijakan yang menyangkut perpajakan
Pajak merupakan pendapatan yang paling besar di samping
pendapatan yang berasal dari migas. Baik perusahaan
maupun rumah tangga mempunyai kewajiban melakukan
pembayaran pajak atas beberapa bahkan seluruh kegiatan
yang dilakukan. Pajak yang dibayarkan digunakan semata-
mata untuk pembangunan negara tersebut. Kebijakan
pemerintah atas perpajakan mengalami pembaharuan dari
waktu ke waktu, hal ini disebut tax reform (pembaharuan
pajak). Tax reform yang dilakukan pemerintah mengikuti
adanya perubahan di dalam masyarakat, seperti
meningkatnya pendapatan, meningkatnya
26
![Page 27: Kebijakan Fiskal](https://reader030.vdokumen.com/reader030/viewer/2022012910/55cf8f1c550346703b990f95/html5/thumbnails/27.jpg)
3. Kebijakan yang menyangkut pembayaran transfer.
Pembayaran transfer meliputi kompensasi pengangguran,
tunjangan keamanan sosial, dan tunjangan pensiun. Jika
dilihat pembayaran transfer merupakan bagian belanja
pemerintah tetapi sebenarnya pembayaran tansfer tidak
masuk dalam komponen G (goverment) di dalam
perhitungan pendapatan nasional.
Alasannya yaitu karena transfer bukan merupakan
pembelian sesuatu barang yang baru diproduksi dan
pembayaran tersebut bukan karena jual beli barang dan
jasa. Pembayaran transfer mempengaruhi pendapatan
rumah tangga, namun tidak mencerminkan produksi
perekonomian. Karena PDB dimaksudkan untuk mengukur
pendapatan dari produksi barang dan jasa serta pengeluaran
atas produksi barang dan jasa, pembayaran transfer tidak
dihitung sebagai bagian dari belanja pemerintah.
27
![Page 28: Kebijakan Fiskal](https://reader030.vdokumen.com/reader030/viewer/2022012910/55cf8f1c550346703b990f95/html5/thumbnails/28.jpg)
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Kebijakan fiskal adalah kebijakan pemerintah yang
terkait dengan penerimaan atau pengeluaran negara. Tujuan
kebijakan fiskal adalah untuk mencegah pengangguran dan
menstabilkan harga, implementasinya untuk menggerakkan
pos penerimaan dan pengeluaran dalam anggran pendapatan
dan Belanja Negara (APBN).
DAFTAR PUSTAKA
Rahardja, Pratama. 2005. Teori Ekonomi Makro; Suatu
Pengantar, edisi ketiga. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia.
28