kebijakan fiskal

15
KEBIJAKAN FISKAL A. Pengertian Kebijakan Fiskal Beberapa pandangan kebijakan fiskal menurut pandangan ahli. Kebijakan Fiskal adalah langkah-langkah pemerintah untuk membuat perubahan-perubahan dalam sistem pajak atau dalam perbelanjaannya dengan maksud untuk mengatasi masalah-masalah ekonomi yang dihadapi (Sadono Sukirno, 2003). Kebijakan Fiskal adalah kebijakan ekonomi yang digunakan pemerintah uantuk mengelolah/ mengarahkan perekonomian ke kondisi yang lebih baik atau yang diinginkan dengan cara mengubah- ubah penerimaan dan pengeluaran pemerintah. (Prathama Rahardja Mandala Manurung, pengantar ilmu ekonomi) Kebijakan memiliki dua prioritas, yang pertama adalah mengatasi defisit anggaran pendapatan dan belanja Negara (APBN) dan masalah-masalah APBN lainnya. Defisit APBN terjadi apabila penerimaan pemerintah lebih kecil dari pengeluarannya. Dan yang kedua adalah mengatasi stabilitas ekonomi makro, yang terkait dengan antara lain ; pertumbuhan ekonomi, tingkat inflasi, kesempatan kerja dan neraca pembayaran. Sedangkaan, kebijakan fiskal terdiri dari perubahan pengeluaran pemerintah atau perpajakkan dengan tujuan untuk mempengaruhi besar

Upload: apri300490

Post on 10-Aug-2015

260 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: KEBIJAKAN FISKAL

KEBIJAKAN FISKAL

A. Pengertian Kebijakan Fiskal

Beberapa pandangan kebijakan fiskal menurut pandangan ahli. Kebijakan

Fiskal adalah  langkah-langkah pemerintah untuk membuat perubahan-perubahan

dalam sistem pajak atau dalam perbelanjaannya dengan maksud untuk mengatasi

masalah-masalah ekonomi yang dihadapi (Sadono Sukirno, 2003).

Kebijakan Fiskal adalah kebijakan ekonomi yang digunakan pemerintah

uantuk mengelolah/ mengarahkan perekonomian ke kondisi yang lebih baik atau

yang diinginkan dengan cara mengubah- ubah penerimaan dan pengeluaran

pemerintah. (Prathama Rahardja Mandala Manurung, pengantar ilmu ekonomi)

Kebijakan memiliki dua prioritas, yang pertama adalah mengatasi defisit

anggaran pendapatan dan belanja Negara (APBN) dan masalah-masalah APBN

lainnya.  Defisit APBN terjadi apabila penerimaan pemerintah lebih kecil dari

pengeluarannya. Dan yang kedua adalah mengatasi stabilitas ekonomi makro, yang

terkait dengan antara lain ; pertumbuhan ekonomi, tingkat inflasi, kesempatan kerja

dan neraca pembayaran. Sedangkaan,  kebijakan fiskal terdiri dari perubahan

pengeluaran pemerintah atau perpajakkan dengan tujuan untuk mempengaruhi

besar serta susunan permintaan agregat. Indicator yang biasa dipakai adalah budget

defisit yakni selisih antara pengeluaran pemerintah (dan juga pembayaran transfer)

dengan penerimaan terutama dari pajak.

Kebijakan fiskal merujuk pada kebijakan yang dibuat pemerintah untuk

mengarahkan ekonomi suatu negara melalui pengeluaran dan pendapatan (berupa

pajak) pemerintah. Berdasarkan dari beberapa teori dan pendapat yang dijelaskan

diatas dapat kita simpulkan bahwa kebijakan fiskal adalah suatu kebijakan ekonomi

yang dilakukan oleh pemerintah dalam pengelolaan keuangan negara untuk

mengarahkan kondisi perekonomian menjadi lebih baik yang terbatas pada sumber-

sumber penerimaan dan alokasi pengeluaran negara yang tercantum dalam APBN.

Page 2: KEBIJAKAN FISKAL

B. Tujuan Dari Kebijakan Fiskal

Adapun kebijakan fiskal sebagai sarana menggalakan pembangunan

ekonomi bermaksud mencapai tujuan sebagai berikut:

1. Untuk meningkatkan laju investasi

Kebijakan fiskal bertujuan meningkatkan dan memacu laju investasi disektor

swasta dan sektor Negara. Selain itu, kebijakan fiskal juga dapat dipergunakan

untuk mendorong dan menghambat bentuk investasi tertuntu. Dalam rangka itu

pemerintah harus menerapkan kebijaan investasi berencana di sektor public,

namun pada kenyataannya dibeberapa Negara berkembang dan tertinggal

terjadi suatu problem yaitu dimana langkanya tabungan sukarela, tingkat

konsumsi yang tinggi dan terjadi investasi dijalur yang tidak produktif dari

masyarakat dinegara tersbut. Hal ini disebabkan tidak tersedianya modal asing

yang cukup, baik swasta maupun pemerintha. Oleh karena itu kebijakan fiskal

memberikan solusi yaitu kebijakan fiskal dapat meningkatkan rasio tabungan

inkremental yang dapat dipergunakan untuk meningkatkan, memacu,

mendorong dan menghambat laju investasi. Menurut Dr. R. N. Tripathy

terdapaat 6 metode yang diterapkan oleh pemerintah dalam rangka menaikkan

rasio tabungan incremental bagi mobilisasi volume keuangan pembangunan

yang diperlukan diantaranya :

a. Control fisik langsung

b. Peningkatan tariff pajak yang ada

c. Penerapan pajak baru

d. Surplus dari perusahaan Negara

e. Pinjaman pemerintah yang tidak bersifat inflationer dan

f. Keuangan deficit.

2. Untuk mendorong investasi optimal secara sosial

Kebijakan fiskal bertujuan untuk mendorong investasi optimal secara sosial,

dikarenakan investasi jenis ini memerlukan dana yang besar dan cepat yang

1

Page 3: KEBIJAKAN FISKAL

menjadi tangunggan Negara secara  serentak berupaya memacu laju

pembentukkan modal. Nantinya invesati optimal secara sosial bermanfaat

dalam pembentukkan pasar yang lebih luas, peningkatan produktivitas dan

pengurangan biaya produksi.

3. Untuk meningkatkan kesempatan kerja

ntuk merealisasikan tujuan ini, kebijakan fiskal berperan dalam hal pengelolan

pengeluaran seperti dengan membentuk anggaran belanja untuk mendirikan 

perusahaan Negara dan mendorong perusahaan swasta melalui pemberian

subsidi, keringanan dan lain-lainnya sehingga dari pengupayaan langkah ini

tercipta tambahan lapangan pekerjaan. Namun, langkah ini harus juga diiringi

dengan pelaksanaan program pengendalian jumlah penduduk.

4. Untuk meningkatkan stabilitas ekonomi ditengah ketidak stabilan internasional

Kebijaksanaan fiskal memegang peranan kunci dalam mempertahankan

stabilitas ekonomi menghadapi kekuatan-kekuatan internal dan eksternal.

Dalam rangka mengurangi dampak internasional fluktuasi siklis pada masa

boom, harus diterapkan pajak ekspor dan impor. Pajak ekspor dapat menyedot

rejeki nomplok yang timbul dari kenaikkan harga pasar. Sedangkan bea impor

yang tinggi pada impor barang konsumsi dan barang mewah juga perlu untuk

menghambat penggunaan daya beli tambahan.

5. Untuk menanggulangi inflasi

Kebijakan fiskal bertujuan untuk menanggulangi inflasi salah satunya adalah

dengan cara penetapan pajak langsung progresif yang dilengkapi dengan pajak

komoditi, karena pajak seperti ini cendrung menyedot sebagian besar tambahan

pendapatan uang yang tercipta dalam proses inflasi.

6. Untuk meningkatkan dan mendistribusikan pendapatan nasional

Kebijakan fiskal yang bertujuan untuk mendistribusikan pendapatan nasional

terdiri dari upaya meningkatkan pendapatan nyata masyarakat dan mengurangi

tingkat pendapatan yang lebih tinggi, upaya ini dapat tercipta apabila adanya

investasi dari pemerintah seperti pelancaran program pembangunan regional

yang berimbang pada berbagai sektor perekonomian.

2

Page 4: KEBIJAKAN FISKAL

C. Fungsi Utama Kebijakan Fiskal

1. Fungsi Alokasi, yaitu untuk mengalokasikan faktor-faktor produksi yang

tersedia dalam masyarakat sedemikian rupa sehingga kebutuhan masyarakat

berupa Public goods seperti jalan, jembatan, pendidikan dan tempat ibadah dapat

terpenuhi secara layak dan dapat dinikmati oleh seluruhn masyarakat

2. Fungsi Distribusi, yaitu fungsi yang mempunyai tujuan agar pembagian

pendapatan nasional dapat lebih merata untuk semua kalangan dan tingkat

kehidupan

3. Fungsi Stabilisasi, agar terpeliharanya keseimbangan ekonomi terutama berupa

kesempatan kerja yang tinggi, tingkat harga-harga umum yang relatif stabil dan

tingkat pertumbuhan ekonomi yang memadai.

D. Bentuk-Bentuk Kebijakan Fiskal

Menurut Sadono Sukirno (2003) Kebijakan fiskal umumnya dibagi atas

tiga kategori, yaitu:

1. Kebijakan yang menyangkut pembelian pemerintah atas barang dan jasa.

Pembelian pemerintah atau belanja negara merupakan unsur di dalam

pendapatan nasional yang dilambangkan dengan huruf “G”. Pembelian atas

barang dan jasa pemerintah ini mencakup pemerintah daerah, dan pusat. Belanja

pemerintah ini meliputi pembangunan untuk jalan raya, jalan tol, bangunan

sekolah, gedung pemerintahan, peralatan kemiliteran, dan gaji guru sekolah.

2. Kebijakan yang menyangkut perpajakan

Pajak merupakan pendapatan yang paling besar di samping pendapatan yang

berasal dari migas. Baik perusahaan maupun rumah tangga mempunyai

kewajiban melakukan pembayaran pajak atas beberapa bahkan seluruh kegiatan

yang dilakukan. Pajak yang dibayarkan digunakan semata-mata untuk

pembangunan negara tersebut. Kebijakan pemerintah atas perpajakan mengalami

pembaharuan dari waktu ke waktu, hal ini disebut tax reform (pembaharuan

3

Page 5: KEBIJAKAN FISKAL

pajak). Tax reform yang dilakukan pemerintah mengikuti adanya perubahan di

dalam masyarakat, seperti meningkatnya pendapatan.

3. Kebijakan yang menyangkut pembayaran transfer.

Pembayaran transfer meliputi kompensasi pengangguran, tunjangan keamanan

sosial, dan tunjangan pensiun. Jika dilihat pembayaran transfer merupakan

bagian belanja pemerintah tetapi sebenarnya pembayaran tansfer tidak masuk

dalam komponen G di dalam perhitungan pendapatan nasional. Alasannya yaitu

karena transfer bukan merupakan pembelian sesuatu barang yang baru

diproduksi dan pembayaran tersebut bukan karena jual beli barang dan jasa.

Pembayaran transfer mempengaruhi pendapatan rumah tangga, namun tidak

mencerminkan produksi perekonomian. Karena PDB dimaksudkan untuk

mengukur pendapatan dari produksi barang dan jasa serta pengeluaran atas

produksi barang dan jasa, pembayaran transfer tidak dihitung sebagai bagian dari

belanja pemerintah.

Salah satu gagasan utama Keynes pada tahun 1930-an adalah kebijakan

fiskal dapat dan hendaknya digunakan untuk menstabilkan tingkat keluaran dan

peluang kerja. Secara spesifik menurut Keynes, terdapat dua hal yang dapat

dilakukan oleh pemerintah dalam kebijakan fiskal yaitu:

1. Kebijakan fiskal ekspansioner yaitu memotong pajak dan/atau menaikkan

pengeluaran untuk mengeluarkan perekonomian dari penurunan.

2. Kebijakan fiskal kontraksioner yaitu menaikkan pajak dan/atau memangkas

pengeluaran untuk mengeluarkan perekonomian dari inflasi.

Dari sisi pajak jelas jika mengubah tarif pajak yang berlaku akan

berpengaruh pada ekonomi. Jika pajak diturunkan maka kemampuan daya beli

masyarakat akan meningkat dan industri akan dapat meningkatkan jumlah output.

Dan sebaliknya kenaikan pajak akan menurunkan daya beli masyarakat serta

menurunkan output industri secara umum.

Kebijakan fiskal mempunyai pengaruh baik jangka panjang maupun

jangka pendek. Kebijakan fiskal mempengaruhi tabungan, investasi, dan

4

Page 6: KEBIJAKAN FISKAL

pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang , sedangkan dalam jangka pendek

mempunyai pengaruh terhadap permintaan agregat barang dan jasa.

E. APBN Dan Kebijakan Fiskal

Menurut Sadono Sukirno (2003) Pengaruh kebijaksanaan fiskal terhadap

perekonomian bisa dianalisa dalam dua tahap yang berurutan, yaitu :

1. Bagaimana suatu kebijaksanaan fiskal diterjemahkan menjadi suatu APBN

2. Bagaimana APBN tersebut mempengaruhi perekonomian.

Kebijakan anggaran pemerintah dahulu selalu mengharuskan kebijakan

anggaran berimbang. Kebijakan anggaran berimbang terjadi ketika pemerintah

menetapkan pengeluaran sama besar dengan pemasukan. Namun pada saat ini

kebijakan anggaran dapat menjadi kebijakan anggaran defisit (defisit budget),

anggaran surplus (surplus budget).

Kebijakan anggaran defisit adalah kebijakan pemerintah untuk membuat

pengeluaran lebih besar dari pemasukan negara guna memberi stimulus pada

perekonomian. Dalam hal ini, peningkatan pengeluaran yaitu pembelian pemerintah

atas barang dan jasa. Peningkatan pembelian atau belanja pemeritah berdampak

terhadap peningkatan pendapatan nasional. Contohnya pemerintah mengadakan

proyek membangun jalan raya. dalam proyek ini pemerintah membutuhkan buruh

dan pekerja lain untuk menyelesaikannya. dengan kata lain proyek ini menyerap

SDM sebagai tenaga kerja. hal ini membuat pendapatan orang yang bekerja di situ

bertambah. Anggaran defisit memiliki keunggulan maupun kelemahan, salah satu

keunggulannya adalah terdapat penertiban pada angka defisit dan nilai tambahan

utang yang jelas dan lebih transparan serta bisa diawasi masyarakat. Menurut

Menkeu Agus DW Martowardojo penerapan kebijakan anggaran defisit tujuannya

untuk menciptakan ekspansi fiskal dan menguatkan pertumbuhan ekonomi agar

tetap terjaga pada level yang tinggi. Umumnya sangat baik digunakan jika keadaan

ekonomi sedang resesif. . Anggaran defisit salah satunya dengan melakukan

5

Page 7: KEBIJAKAN FISKAL

peminjaman/hutang, dahulu pemerintahan Bung Karno pernah menerapkannya

dengan cara memperbanyak utang dengan meminjam dari Bank Indonesia, yang

terjadi kemudian adalah inflasi besar-besaran (hyper inflation) karena uang yang

beredar di masyarakat sangat banyak. Untuk menutup anggaran yang defisit

dipinjamlah uang dari rakyat, sayangnya rakyat tidak mempunyai cukup uang untuk

memberi pinjaman pada pemerintah. akhirnya, pemerintah terpaksa meminjam

uang dari luar negeri. Ini merupakan salah satu kasus yang menggambarkan

kelemahan dari anggaran defisit.

Sedangkan, anggaran surplus adalah kebijakan pemerintah untuk

membuat pemasukannya lebih besar daripada pengeluarannya. Anggaran surplus

(Surplus Budget)/ Kebijakan Fiskal Kontraktif adalah kebijakan Pemerintah untuk

membuat pemasukannya lebih besar daripada pengeluarannya. Baiknya politik

anggaran surplus dilaksanakan ketika perekonomian pada kondisi yang ekspansi

yang mulai memanas (overheating) untuk menurunkan tekanan permintaan.  Cara

kerja anggaran surplus adalah kebalikan dari anggaran defisit, uang yang

didapat Pemerintah dari pendapatan pajak lebih banyak dari yang

dibelanjakan, Pemerintah memenfaatkan selisihnya untuk melunasi beberapa

hutangPemerintah yang masih ada. Surplus anggaran akan menaikkan dana

pinjaman, mengurangi suku bunga dan meningkatkan investasi. Investasi yang

lebih tinggi seterusnya dapat meningkatkan akumulasi modal dan mempercepat

pertumbuhan ekonomi.

F. Pengaruh Resiko Kebijakan Fiskal

Menurut Sadono Sukirno (2003) Resiko Fiskal didefinisikan sebagai

potensi tambahan defisit APBN yang disebabkan oleh sesuatu di luar

kendali Pemerintah. Pengungkapan resiko fiskal sangat perlu untuk empat tujuan

strategis, yaitu:

1. Peningkatan kesadaran seluruh pemangku kepentingan (stakeholders) dalam

pengelolaan kebijakan fiskal

2. Meningkatkan keterbukaan fiskal

6

Page 8: KEBIJAKAN FISKAL

3. Meningkatkan tanggung jawab fiskal

4. Menciptakan kesinambungan fiskal

Resiko Fiskal dikelompokkan dalam empat kategori utama yaitu:

1. Resiko Ekonomi Makro

Dalam penyusunan APBN indikator-indikator ekonomi makro yang digunakan

sebagai dasar penyusunan adalah pertumbuhan ekonomi, tingkat inflasi, suku

bunga sertifikat Bank Indonesia, nilai tukar rupiah, harga minyak mentah

Indonesia dan lifting minyak. Indikator tersebut merupakan asumsi dasar yang

menjadi acuan penghitungan besaran-besaran pendapatan, belanja, dan

pembiayaan dalam APBN. Secara umum sumber resiko fiskal yang dihadapi

oleh APBN 2012 terutama berasal dari dua resiko utama, yakni inflasi dan

harga minyak.

2. Resiko Utang Dinamika Ekonomi Makro

Pengelolaan resiko utang diperlukan agar target pembiayaan utang dapat

diperoleh dengan biaya yang wajar dan tidak menimbulkan penumpukan beban

utang yang tidak terkendali pada masa yang akan mendatang.pada dasarnya

resiko utang terdiri dari empat, diantaranya:

a. Resiko pasar ini terdiri dari resiko nilai tukar, resiko tingkat bunga dan

resiko likuiditas yag timbul sebagai akibat dari ketidakpastian kondisi pasar

keuangan yang dinamis. Resiko nilai tukar terutama berasal dari utang

melalui pinjaman luar negeri, sedangkan resiko tingkat bunga bersumber

dari pinjaman luar negeri berbasis LIBOR dan SBN berbasis SBI 3 bulan.

b. Sedangkan resiko pembiayaan kembali disebabkan oleh besarnya

pembayaran kewajiban utang pada tahun/ periode tertentu.

c. Resiko operasional adalah resiko yang disebabkan oleh kegagalan pada

orang, proses bisnis dan sistem diunit terkait. Serta yang ditimbulkan oleh

aspek legal. Resiko ini antara lain dapat berupa gagal bayar akibat kelalaian

manusia atau kegagalan sistem yang berdampak pada penurunan sorvereign

credit rating.

7

Page 9: KEBIJAKAN FISKAL

d. Resiko Reputasi merupakan resiko penurunan kredibilitas pengelolaan utang

dari sudut pandang investor dan lender yang disebabkan oleh rendahnya

tingkat kepastian dan konsistensi penerapan strategi pengelolaan utang.

3. Kewajiban Kontijensi Pemerintah Pusat

Kewajiban kontijensi merupakan kewajiban potensial yang timbul dari

peristiwa masa lalu dan keberadaannya menjadi pasti dengan terjadinya atau

tidak terjadinya suatu peristiwa atau lebih pada masa datang yang tidak

sepenuhnya berada dalam kendali pemerintah. Kewajiban kontijensi

pemerintah pusat yang menjadi resiko fiskal bersumber dari pemberian

dukungan dan/ atau pinjaman pemerintah atas proyek-proyek infrastruktur,

kewajiban yang timbul akibat program pension dan tabungan hari tua pegawai

negeri.

4. Desentralisasi Fiskal

Kebijakan desentralisasi fiskal dilakukan dengan tujuan untuk mempercepat

terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan,

pemberdayaan dan peran serta masyarakat, serta peningkatan daya saing daerah

dengan memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan,

keistimewaan, dan kekhususan suatu daerah dalam sistem Negara Republik

Kesatuan Indonesia. Dalam hal pelaksanaanya, penerapan kebijakan ini selain

menghasilkan hal-hal positif sebagaimana yang diharapkan ternyata juga

berpotensi menimbulkan resiko fiskal. Resiko Fiskal  dari desentarlisasi fiskal

diantaranya, bersumber dari kebijakan pemekaran daerah, tunggakan

pemerintah daerah atas pengembalian penerusan pinjaman dari luar negeri dan

rekening pinjaman daerah serta pengalihan pajak pusat menjadi pajak daerah.

8

Page 10: KEBIJAKAN FISKAL

DAFTAR PUSTAKA

Sadono Sukirno. 2003. Pengantar Ekonomi Mikro. Jakarta : Raja Gafindo Persada.

9