kebijakan fiskal
TRANSCRIPT
KEBIJAKAN FISKAL
A. Pengertian Kebijakan Fiskal
Beberapa pandangan kebijakan fiskal menurut pandangan ahli. Kebijakan
Fiskal adalah langkah-langkah pemerintah untuk membuat perubahan-perubahan
dalam sistem pajak atau dalam perbelanjaannya dengan maksud untuk mengatasi
masalah-masalah ekonomi yang dihadapi (Sadono Sukirno, 2003).
Kebijakan Fiskal adalah kebijakan ekonomi yang digunakan pemerintah
uantuk mengelolah/ mengarahkan perekonomian ke kondisi yang lebih baik atau
yang diinginkan dengan cara mengubah- ubah penerimaan dan pengeluaran
pemerintah. (Prathama Rahardja Mandala Manurung, pengantar ilmu ekonomi)
Kebijakan memiliki dua prioritas, yang pertama adalah mengatasi defisit
anggaran pendapatan dan belanja Negara (APBN) dan masalah-masalah APBN
lainnya. Defisit APBN terjadi apabila penerimaan pemerintah lebih kecil dari
pengeluarannya. Dan yang kedua adalah mengatasi stabilitas ekonomi makro, yang
terkait dengan antara lain ; pertumbuhan ekonomi, tingkat inflasi, kesempatan kerja
dan neraca pembayaran. Sedangkaan, kebijakan fiskal terdiri dari perubahan
pengeluaran pemerintah atau perpajakkan dengan tujuan untuk mempengaruhi
besar serta susunan permintaan agregat. Indicator yang biasa dipakai adalah budget
defisit yakni selisih antara pengeluaran pemerintah (dan juga pembayaran transfer)
dengan penerimaan terutama dari pajak.
Kebijakan fiskal merujuk pada kebijakan yang dibuat pemerintah untuk
mengarahkan ekonomi suatu negara melalui pengeluaran dan pendapatan (berupa
pajak) pemerintah. Berdasarkan dari beberapa teori dan pendapat yang dijelaskan
diatas dapat kita simpulkan bahwa kebijakan fiskal adalah suatu kebijakan ekonomi
yang dilakukan oleh pemerintah dalam pengelolaan keuangan negara untuk
mengarahkan kondisi perekonomian menjadi lebih baik yang terbatas pada sumber-
sumber penerimaan dan alokasi pengeluaran negara yang tercantum dalam APBN.
B. Tujuan Dari Kebijakan Fiskal
Adapun kebijakan fiskal sebagai sarana menggalakan pembangunan
ekonomi bermaksud mencapai tujuan sebagai berikut:
1. Untuk meningkatkan laju investasi
Kebijakan fiskal bertujuan meningkatkan dan memacu laju investasi disektor
swasta dan sektor Negara. Selain itu, kebijakan fiskal juga dapat dipergunakan
untuk mendorong dan menghambat bentuk investasi tertuntu. Dalam rangka itu
pemerintah harus menerapkan kebijaan investasi berencana di sektor public,
namun pada kenyataannya dibeberapa Negara berkembang dan tertinggal
terjadi suatu problem yaitu dimana langkanya tabungan sukarela, tingkat
konsumsi yang tinggi dan terjadi investasi dijalur yang tidak produktif dari
masyarakat dinegara tersbut. Hal ini disebabkan tidak tersedianya modal asing
yang cukup, baik swasta maupun pemerintha. Oleh karena itu kebijakan fiskal
memberikan solusi yaitu kebijakan fiskal dapat meningkatkan rasio tabungan
inkremental yang dapat dipergunakan untuk meningkatkan, memacu,
mendorong dan menghambat laju investasi. Menurut Dr. R. N. Tripathy
terdapaat 6 metode yang diterapkan oleh pemerintah dalam rangka menaikkan
rasio tabungan incremental bagi mobilisasi volume keuangan pembangunan
yang diperlukan diantaranya :
a. Control fisik langsung
b. Peningkatan tariff pajak yang ada
c. Penerapan pajak baru
d. Surplus dari perusahaan Negara
e. Pinjaman pemerintah yang tidak bersifat inflationer dan
f. Keuangan deficit.
2. Untuk mendorong investasi optimal secara sosial
Kebijakan fiskal bertujuan untuk mendorong investasi optimal secara sosial,
dikarenakan investasi jenis ini memerlukan dana yang besar dan cepat yang
1
menjadi tangunggan Negara secara serentak berupaya memacu laju
pembentukkan modal. Nantinya invesati optimal secara sosial bermanfaat
dalam pembentukkan pasar yang lebih luas, peningkatan produktivitas dan
pengurangan biaya produksi.
3. Untuk meningkatkan kesempatan kerja
ntuk merealisasikan tujuan ini, kebijakan fiskal berperan dalam hal pengelolan
pengeluaran seperti dengan membentuk anggaran belanja untuk mendirikan
perusahaan Negara dan mendorong perusahaan swasta melalui pemberian
subsidi, keringanan dan lain-lainnya sehingga dari pengupayaan langkah ini
tercipta tambahan lapangan pekerjaan. Namun, langkah ini harus juga diiringi
dengan pelaksanaan program pengendalian jumlah penduduk.
4. Untuk meningkatkan stabilitas ekonomi ditengah ketidak stabilan internasional
Kebijaksanaan fiskal memegang peranan kunci dalam mempertahankan
stabilitas ekonomi menghadapi kekuatan-kekuatan internal dan eksternal.
Dalam rangka mengurangi dampak internasional fluktuasi siklis pada masa
boom, harus diterapkan pajak ekspor dan impor. Pajak ekspor dapat menyedot
rejeki nomplok yang timbul dari kenaikkan harga pasar. Sedangkan bea impor
yang tinggi pada impor barang konsumsi dan barang mewah juga perlu untuk
menghambat penggunaan daya beli tambahan.
5. Untuk menanggulangi inflasi
Kebijakan fiskal bertujuan untuk menanggulangi inflasi salah satunya adalah
dengan cara penetapan pajak langsung progresif yang dilengkapi dengan pajak
komoditi, karena pajak seperti ini cendrung menyedot sebagian besar tambahan
pendapatan uang yang tercipta dalam proses inflasi.
6. Untuk meningkatkan dan mendistribusikan pendapatan nasional
Kebijakan fiskal yang bertujuan untuk mendistribusikan pendapatan nasional
terdiri dari upaya meningkatkan pendapatan nyata masyarakat dan mengurangi
tingkat pendapatan yang lebih tinggi, upaya ini dapat tercipta apabila adanya
investasi dari pemerintah seperti pelancaran program pembangunan regional
yang berimbang pada berbagai sektor perekonomian.
2
C. Fungsi Utama Kebijakan Fiskal
1. Fungsi Alokasi, yaitu untuk mengalokasikan faktor-faktor produksi yang
tersedia dalam masyarakat sedemikian rupa sehingga kebutuhan masyarakat
berupa Public goods seperti jalan, jembatan, pendidikan dan tempat ibadah dapat
terpenuhi secara layak dan dapat dinikmati oleh seluruhn masyarakat
2. Fungsi Distribusi, yaitu fungsi yang mempunyai tujuan agar pembagian
pendapatan nasional dapat lebih merata untuk semua kalangan dan tingkat
kehidupan
3. Fungsi Stabilisasi, agar terpeliharanya keseimbangan ekonomi terutama berupa
kesempatan kerja yang tinggi, tingkat harga-harga umum yang relatif stabil dan
tingkat pertumbuhan ekonomi yang memadai.
D. Bentuk-Bentuk Kebijakan Fiskal
Menurut Sadono Sukirno (2003) Kebijakan fiskal umumnya dibagi atas
tiga kategori, yaitu:
1. Kebijakan yang menyangkut pembelian pemerintah atas barang dan jasa.
Pembelian pemerintah atau belanja negara merupakan unsur di dalam
pendapatan nasional yang dilambangkan dengan huruf “G”. Pembelian atas
barang dan jasa pemerintah ini mencakup pemerintah daerah, dan pusat. Belanja
pemerintah ini meliputi pembangunan untuk jalan raya, jalan tol, bangunan
sekolah, gedung pemerintahan, peralatan kemiliteran, dan gaji guru sekolah.
2. Kebijakan yang menyangkut perpajakan
Pajak merupakan pendapatan yang paling besar di samping pendapatan yang
berasal dari migas. Baik perusahaan maupun rumah tangga mempunyai
kewajiban melakukan pembayaran pajak atas beberapa bahkan seluruh kegiatan
yang dilakukan. Pajak yang dibayarkan digunakan semata-mata untuk
pembangunan negara tersebut. Kebijakan pemerintah atas perpajakan mengalami
pembaharuan dari waktu ke waktu, hal ini disebut tax reform (pembaharuan
3
pajak). Tax reform yang dilakukan pemerintah mengikuti adanya perubahan di
dalam masyarakat, seperti meningkatnya pendapatan.
3. Kebijakan yang menyangkut pembayaran transfer.
Pembayaran transfer meliputi kompensasi pengangguran, tunjangan keamanan
sosial, dan tunjangan pensiun. Jika dilihat pembayaran transfer merupakan
bagian belanja pemerintah tetapi sebenarnya pembayaran tansfer tidak masuk
dalam komponen G di dalam perhitungan pendapatan nasional. Alasannya yaitu
karena transfer bukan merupakan pembelian sesuatu barang yang baru
diproduksi dan pembayaran tersebut bukan karena jual beli barang dan jasa.
Pembayaran transfer mempengaruhi pendapatan rumah tangga, namun tidak
mencerminkan produksi perekonomian. Karena PDB dimaksudkan untuk
mengukur pendapatan dari produksi barang dan jasa serta pengeluaran atas
produksi barang dan jasa, pembayaran transfer tidak dihitung sebagai bagian dari
belanja pemerintah.
Salah satu gagasan utama Keynes pada tahun 1930-an adalah kebijakan
fiskal dapat dan hendaknya digunakan untuk menstabilkan tingkat keluaran dan
peluang kerja. Secara spesifik menurut Keynes, terdapat dua hal yang dapat
dilakukan oleh pemerintah dalam kebijakan fiskal yaitu:
1. Kebijakan fiskal ekspansioner yaitu memotong pajak dan/atau menaikkan
pengeluaran untuk mengeluarkan perekonomian dari penurunan.
2. Kebijakan fiskal kontraksioner yaitu menaikkan pajak dan/atau memangkas
pengeluaran untuk mengeluarkan perekonomian dari inflasi.
Dari sisi pajak jelas jika mengubah tarif pajak yang berlaku akan
berpengaruh pada ekonomi. Jika pajak diturunkan maka kemampuan daya beli
masyarakat akan meningkat dan industri akan dapat meningkatkan jumlah output.
Dan sebaliknya kenaikan pajak akan menurunkan daya beli masyarakat serta
menurunkan output industri secara umum.
Kebijakan fiskal mempunyai pengaruh baik jangka panjang maupun
jangka pendek. Kebijakan fiskal mempengaruhi tabungan, investasi, dan
4
pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang , sedangkan dalam jangka pendek
mempunyai pengaruh terhadap permintaan agregat barang dan jasa.
E. APBN Dan Kebijakan Fiskal
Menurut Sadono Sukirno (2003) Pengaruh kebijaksanaan fiskal terhadap
perekonomian bisa dianalisa dalam dua tahap yang berurutan, yaitu :
1. Bagaimana suatu kebijaksanaan fiskal diterjemahkan menjadi suatu APBN
2. Bagaimana APBN tersebut mempengaruhi perekonomian.
Kebijakan anggaran pemerintah dahulu selalu mengharuskan kebijakan
anggaran berimbang. Kebijakan anggaran berimbang terjadi ketika pemerintah
menetapkan pengeluaran sama besar dengan pemasukan. Namun pada saat ini
kebijakan anggaran dapat menjadi kebijakan anggaran defisit (defisit budget),
anggaran surplus (surplus budget).
Kebijakan anggaran defisit adalah kebijakan pemerintah untuk membuat
pengeluaran lebih besar dari pemasukan negara guna memberi stimulus pada
perekonomian. Dalam hal ini, peningkatan pengeluaran yaitu pembelian pemerintah
atas barang dan jasa. Peningkatan pembelian atau belanja pemeritah berdampak
terhadap peningkatan pendapatan nasional. Contohnya pemerintah mengadakan
proyek membangun jalan raya. dalam proyek ini pemerintah membutuhkan buruh
dan pekerja lain untuk menyelesaikannya. dengan kata lain proyek ini menyerap
SDM sebagai tenaga kerja. hal ini membuat pendapatan orang yang bekerja di situ
bertambah. Anggaran defisit memiliki keunggulan maupun kelemahan, salah satu
keunggulannya adalah terdapat penertiban pada angka defisit dan nilai tambahan
utang yang jelas dan lebih transparan serta bisa diawasi masyarakat. Menurut
Menkeu Agus DW Martowardojo penerapan kebijakan anggaran defisit tujuannya
untuk menciptakan ekspansi fiskal dan menguatkan pertumbuhan ekonomi agar
tetap terjaga pada level yang tinggi. Umumnya sangat baik digunakan jika keadaan
ekonomi sedang resesif. . Anggaran defisit salah satunya dengan melakukan
5
peminjaman/hutang, dahulu pemerintahan Bung Karno pernah menerapkannya
dengan cara memperbanyak utang dengan meminjam dari Bank Indonesia, yang
terjadi kemudian adalah inflasi besar-besaran (hyper inflation) karena uang yang
beredar di masyarakat sangat banyak. Untuk menutup anggaran yang defisit
dipinjamlah uang dari rakyat, sayangnya rakyat tidak mempunyai cukup uang untuk
memberi pinjaman pada pemerintah. akhirnya, pemerintah terpaksa meminjam
uang dari luar negeri. Ini merupakan salah satu kasus yang menggambarkan
kelemahan dari anggaran defisit.
Sedangkan, anggaran surplus adalah kebijakan pemerintah untuk
membuat pemasukannya lebih besar daripada pengeluarannya. Anggaran surplus
(Surplus Budget)/ Kebijakan Fiskal Kontraktif adalah kebijakan Pemerintah untuk
membuat pemasukannya lebih besar daripada pengeluarannya. Baiknya politik
anggaran surplus dilaksanakan ketika perekonomian pada kondisi yang ekspansi
yang mulai memanas (overheating) untuk menurunkan tekanan permintaan. Cara
kerja anggaran surplus adalah kebalikan dari anggaran defisit, uang yang
didapat Pemerintah dari pendapatan pajak lebih banyak dari yang
dibelanjakan, Pemerintah memenfaatkan selisihnya untuk melunasi beberapa
hutangPemerintah yang masih ada. Surplus anggaran akan menaikkan dana
pinjaman, mengurangi suku bunga dan meningkatkan investasi. Investasi yang
lebih tinggi seterusnya dapat meningkatkan akumulasi modal dan mempercepat
pertumbuhan ekonomi.
F. Pengaruh Resiko Kebijakan Fiskal
Menurut Sadono Sukirno (2003) Resiko Fiskal didefinisikan sebagai
potensi tambahan defisit APBN yang disebabkan oleh sesuatu di luar
kendali Pemerintah. Pengungkapan resiko fiskal sangat perlu untuk empat tujuan
strategis, yaitu:
1. Peningkatan kesadaran seluruh pemangku kepentingan (stakeholders) dalam
pengelolaan kebijakan fiskal
2. Meningkatkan keterbukaan fiskal
6
3. Meningkatkan tanggung jawab fiskal
4. Menciptakan kesinambungan fiskal
Resiko Fiskal dikelompokkan dalam empat kategori utama yaitu:
1. Resiko Ekonomi Makro
Dalam penyusunan APBN indikator-indikator ekonomi makro yang digunakan
sebagai dasar penyusunan adalah pertumbuhan ekonomi, tingkat inflasi, suku
bunga sertifikat Bank Indonesia, nilai tukar rupiah, harga minyak mentah
Indonesia dan lifting minyak. Indikator tersebut merupakan asumsi dasar yang
menjadi acuan penghitungan besaran-besaran pendapatan, belanja, dan
pembiayaan dalam APBN. Secara umum sumber resiko fiskal yang dihadapi
oleh APBN 2012 terutama berasal dari dua resiko utama, yakni inflasi dan
harga minyak.
2. Resiko Utang Dinamika Ekonomi Makro
Pengelolaan resiko utang diperlukan agar target pembiayaan utang dapat
diperoleh dengan biaya yang wajar dan tidak menimbulkan penumpukan beban
utang yang tidak terkendali pada masa yang akan mendatang.pada dasarnya
resiko utang terdiri dari empat, diantaranya:
a. Resiko pasar ini terdiri dari resiko nilai tukar, resiko tingkat bunga dan
resiko likuiditas yag timbul sebagai akibat dari ketidakpastian kondisi pasar
keuangan yang dinamis. Resiko nilai tukar terutama berasal dari utang
melalui pinjaman luar negeri, sedangkan resiko tingkat bunga bersumber
dari pinjaman luar negeri berbasis LIBOR dan SBN berbasis SBI 3 bulan.
b. Sedangkan resiko pembiayaan kembali disebabkan oleh besarnya
pembayaran kewajiban utang pada tahun/ periode tertentu.
c. Resiko operasional adalah resiko yang disebabkan oleh kegagalan pada
orang, proses bisnis dan sistem diunit terkait. Serta yang ditimbulkan oleh
aspek legal. Resiko ini antara lain dapat berupa gagal bayar akibat kelalaian
manusia atau kegagalan sistem yang berdampak pada penurunan sorvereign
credit rating.
7
d. Resiko Reputasi merupakan resiko penurunan kredibilitas pengelolaan utang
dari sudut pandang investor dan lender yang disebabkan oleh rendahnya
tingkat kepastian dan konsistensi penerapan strategi pengelolaan utang.
3. Kewajiban Kontijensi Pemerintah Pusat
Kewajiban kontijensi merupakan kewajiban potensial yang timbul dari
peristiwa masa lalu dan keberadaannya menjadi pasti dengan terjadinya atau
tidak terjadinya suatu peristiwa atau lebih pada masa datang yang tidak
sepenuhnya berada dalam kendali pemerintah. Kewajiban kontijensi
pemerintah pusat yang menjadi resiko fiskal bersumber dari pemberian
dukungan dan/ atau pinjaman pemerintah atas proyek-proyek infrastruktur,
kewajiban yang timbul akibat program pension dan tabungan hari tua pegawai
negeri.
4. Desentralisasi Fiskal
Kebijakan desentralisasi fiskal dilakukan dengan tujuan untuk mempercepat
terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan,
pemberdayaan dan peran serta masyarakat, serta peningkatan daya saing daerah
dengan memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan,
keistimewaan, dan kekhususan suatu daerah dalam sistem Negara Republik
Kesatuan Indonesia. Dalam hal pelaksanaanya, penerapan kebijakan ini selain
menghasilkan hal-hal positif sebagaimana yang diharapkan ternyata juga
berpotensi menimbulkan resiko fiskal. Resiko Fiskal dari desentarlisasi fiskal
diantaranya, bersumber dari kebijakan pemekaran daerah, tunggakan
pemerintah daerah atas pengembalian penerusan pinjaman dari luar negeri dan
rekening pinjaman daerah serta pengalihan pajak pusat menjadi pajak daerah.
8
DAFTAR PUSTAKA
Sadono Sukirno. 2003. Pengantar Ekonomi Mikro. Jakarta : Raja Gafindo Persada.
9