kebijakan fiskal

14

Upload: ferdi-ozom

Post on 14-Jul-2015

184 views

Category:

Education


23 download

TRANSCRIPT

Page 1: Kebijakan fiskal
Page 2: Kebijakan fiskal

KEBIJAKAN FISKAL

Andriyanto ( 361 441 311 078 )

Ferdi Ridha A ( 361 441 311 090 )

M. Indra Fajar A ( 361 441 311 074 )

Alfian Danny ( 361 441 311 094 )

Bambang Prambudi ( 361 441 311 107 )

Novita Indah ( 361 441 311 102 )

Nuri Umul J ( 361 441 311 086 )

PROGRAM STUDI D-IV AGRIBISNIS

POLITEKNIK NEGERI BANYUWANGI

2014

Page 3: Kebijakan fiskal

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kebijakan Fiskal adalah kebijaksanaan pemerintah untuk mengubah

pengeluaran dan penerimaan pemerintah guna mencapai kestabilan ekonomi.

Pengaruh pengeluaran pemerintah terhadap pendapatan nasional tergantung pada

jenis sumber penerimaan.

Perpajakan sebagai salah satu sumber penerimaan pemerintah lebih bersifat

memperkecil pendapatan nasional dibanding dengan pinjaman Negara, pinjaman

Negara lebih bersifat memperkecil pendapatan dibanding dengan pencetakan uang

baru sebagai sumber penerimaan Negara.

Kebijaksanaan fiskal pada umumnya bertujuan untuk mencapai kestabilan

dalam perekonomian dengan meningkatkan secara terus-menerus pendapatan

nasional riil pada laju factor-faktor produksi dengan tetap mempertahankan

kestabilan harga-harga umum.(Sri Wahyuni) 2008.

Kebijaksanaan fiskal dapat dibedakan menjadi beberapa macam :

Pembiayaan fungsional (functional finance), Dalam pendekatan ini pengeluaran

pemerintah ditentukan dengan melihat akibat-akibat tidak langsung terhadap

pendapatan nasional terutama untuk menigkatkan kesempatan kerja. Pajak

berfungsi mengatur pengeluaran swasta sedang pinjaman sebagai alat untuk

menekan inflasi lewat pengurangan dana yang tersedia dalam masyarakat.

Pengelolaan Anggaran (the managed budget approach), Menghendaki

hubungan langsung antara pengeluaran pemerintah dan perpajakan selalu

dipertahankan, tetapi penyesuaian dalam anggaran selalu dibuat guna memperkecil

ketidakstabilan ekonomi, sehingga pada suatu saat terjadi deficit maupun surplus.

Stabilisasi anggaran otomatis (the stabilizing budget), Terdapat penyesuaian

secara otomatis terhadap penerimaan dan pengeluaran pemerintah yang akan

menyebabkan perekonomian menjadi stabil tanpa adanya campur tangan

pemerintah. Pengeluaran pemerintah akan ditentukan berdasarkan pada perkiraan

Page 4: Kebijakan fiskal

manfaat dan biaya relatif dari berbagai program, sedang pajak akan ditentukan

sehingga dapat menimbulkan surplus dalam periode kesempatan kerja penuh.

Anggaran belanja seimbang (Balance approach), Adanya keseimbangan antara

penerimaan dan pengeluaran pemerintah dalam jangka panjang agar terjadi

keterkaitan dalam perekonomian sehingga memperoleh kepercayaan

masyarakat.Kebijakan fiskal dapat diartikan sebagai tindakan yang diambil oleh

pemerintah dalam bidang anggaran belanja negara dengan maksud untuk

mempengaruhi jalannya perekonomian, khususnya Perekonomian Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah pengertian dari kebijakan fiskal ?

2. Bagaimanakah peranan kebijakan fiskal dalam perekonomian ?

3. Apa saja macam-macam kebijakan fiskal ?

4. Apa saja tujuan dari kebijakan fiskal ?

1.3 Tujuan

1. Mahasiswa dapat mengetahui pengertian kebijakan fiskal

2. Mahasiswa dapat mengetahui peranan kebijakan fiskal dalam

perekonomian

3. Mahasiswa dapat mengetahui macam-macam kebijakan fiskal

4. Mahasiswa dapat mengetahui berbagai macam tujuan kebijakan fiskal

Page 5: Kebijakan fiskal

II PEMBAHASAN

1. Pengertian kebijakan Fiskal

Kebijakan fiskal adalah kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah dalam

rangka mendapatkan dana-dana dan kebijaksanaan yang ditempuh oleh

pemerintahuntuk membelanjakan dananya tersebut dalam rangka melaksanakan

pembangunan.Atau dengan kata lain, kebijakan fiskal adalah kebjakan pemerintah

yang berkaitan dengan penerimaan atau pengeluaran Negara.

Kebijakan Fiskal adalah kebijakan yang dibuat pemerintah untuk

mengarahkan ekonomi suatu negara melalui pengeluaran dan pendapatan

pemerintah dalam bidang anggaran belanja negara.

Kebijakan fiskal adalah kebijakan yang dibuat pemerintah untuk

mengarahkan ekonomi suatu negara melalui pengeluaran dan pendapatan (berupa

pajak) pemerintah. Kebijakan Fiskal berbeda dengan kebijaka moneter, yang

bertujuan menstabilkan perekonomian dengan cara mengontrol tingkat bunga dan

jumlah uang yang beredar.Instrumen utama kebijakan fiskal adalah pengeluaran

dan pajak.

Kebijakan Fiskal yang sering disebut “politik fiskal” atau “fiscal policy” biasa

diartikan sebagai tindakan yang diambil oleh pemerintah dalam bidang anggaran

belanja Negara dengan maksud untuk mempengaruhi jalannya perekonomia.

Anggran belanja Negara terdiri dari penerimaan berupa haasil pungutan pajak dan

pengeluaran yang dapat berupa “government expenditure” dan “government

transfer’’, maka sering pula dikatakan bahwa kebijakan fiskal meliputi semua

tindakan pemerintah yang berupa tindakan memperbesar atau memperkecil jumlah

pungutan pajak memperbesar atau memperkecil “government expenditure” dan

atau memperbesar atau memperkecil “government transfer” yang bertujuan untuk

mempengaruhi jalannya perekonomian.

Kebijakan Fiskal adalah langkah-langkah pemerintah untuk membuat

perubahan-perubahan dalam sistem pajak atau dalam perbelanjaannya dengan

maksud untuk mengatasi masalah-masalah ekonomi yang dihadapi.

(Sadono Sukirno) 2003.

Page 6: Kebijakan fiskal

Menurut Tulus TH Tambunan, kebijakan memiliki dua prioritas, yang

pertama adalah mengatasi defisit anggaran pendapatan dan belanja Negara (APBN)

dan masalah-masalah APBN lainnya. Defisit APBN terjadi apabila penerimaan

pemerintah lebih kecil dari pengeluarannya. Dan yang kedua adalah mengatasi

stabilitas ekonomi makro, yang terkait dengan antara lain ; pertumbuhan ekonomi,

tingkat inflasi, kesempatan kerja dan neraca pembayaran.

Sedangkaan menurut Nopirin, Ph. D. 1987, kebijakan fiskal terdiri dari

perubahan pengeluaran pemerintah atau perpajakkan dengan tujuan untuk

mempengaruhi besar serta susunan permintaan agregat. Indicator yang biasa

dipakai adalah budget defisit yakni selisih antara pengeluaran pemerintah (dan juga

pembayaran transfer) dengan penerimaan terutama dari pajak.

Kebijakan fiskal merujuk pada kebijakan yang dibuat pemerintah untuk

mengarahkan ekonomi suatu negara melalui pengeluaran dan pendapatan (berupa

pajak) pemerintah. Berdasarkan dari beberapa teori dan pendapat yang dijelaskan

diatas dapat kita simpulkan bahwa kebijakan fiskal adalah suatu kebijakan ekonomi

yang dilakukan oleh pemerintah dalam pengelolaan keuangan negara untuk

mengarahkan kondisi perekonomian menjadi lebih baik yang terbatas pada sumber-

sumber penerimaan dan alokasi pengeluaran negara yang tercantum dalam APBN.

2. Peranan kebijakan fiskal dalam perekonomian

Peranan kebijakan fiskal dalam perekonomian dalam kenyataannya

menunjukkan bahwa volume transaksi yang diadakan oleh pemerintah di

kebanyakan Negara dari tahun ke tahun bertendensi untuk meningkat lebih cepat

daripada meningkatnya pendapatan Nasional. ini berarti bahwa peranan dari

tindakan fiskal pemerintah dalam turut menentukan tingkat pendapatan nasional

lebih besar. Untuk Negara-negara yang sudah maju perekonomiannya, peranan

tindakan fiskal pemerintah semakin besar dalam mekanisme pembentukan tingkat

pendapatan nasional terutama dimaksudkan agar supaya pemerintah dapat lebih

mampu dalam mempengaruhi jalannya perekonomian. Dengan demikian

diharapkan bahwa dengan adanya kebijakan fiskal, pemerintah dapat

mengusahakan terhindarnya perekonomian dari keadaan-keadaan yang tidak

Page 7: Kebijakan fiskal

diinginkan seperti misalnya keadaan dimana banyak pengangguran, inflasi, neraca

pembayaran internasional yang terus menerus deficit, dan sebagainya.(Putra

Iskandar) 2006

Bagi Negara-negara yamg sedang berkembang, pemerintah pada umumnya

menyadari akan rendahnya investasi yang timbul atas inisiatif dari masyarakat

sendiri. Dari bagian 1 kita telah mengetahui bahwa untuk meningkatnya tingkat

hidup suatu masyarakat, kapasitas produksi nasional perlu ditingkatkan. Untuk

memperbesar kapasitas produksi nasional dibutuhkan adanya capital formation.

Dengan demikian berarti masyarakat perlu mengadakan investasi yang cukup besar

untuk terwujudnya capital formation yang dibutuhkan tersebut.

3. Bentuk – Bentuk Kebijakan Fiskal

Kebijakan fiskal umumnya dibagi atas tiga kategori, yaitu:

a. Kebijakan yang menyangkut pembelian pemerintah atas barang dan jasa.

Pembelian pemerintah atau belanja negara merupakan unsur di dalam

pendapatan nasional yang dilambangkan dengan huruf “G”. Pembelian atas

barang dan jasa pemerintah ini mencakup pemerintah daerah, dan pusat. Belanja

pemerintah ini meliputi pembangunan untuk jalan raya, jalan tol, bangunan

sekolah, gedung pemerintahan, peralatan kemiliteran, dan gaji guru sekolah.

b. Kebijakan yang menyangkut perpajakan

Pajak merupakan pendapatan yang paling besar di samping pendapatan yang

berasal dari migas. Baik perusahaan maupun rumah tangga mempunyai

kewajiban melakukan pembayaran pajak atas beberapa bahkan seluruh kegiatan

yang dilakukan. Pajak yang dibayarkan digunakan semata-mata untuk

pembangunan negara tersebut. Kebijakan pemerintah atas perpajakan

mengalami pembaharuan dari waktu ke waktu, hal ini disebut tax reform

(pembaharuan pajak). Tax reform yang dilakukan pemerintah mengikuti adanya

perubahan di dalam masyarakat, seperti meningkatnya pendapatan.

c. Kebijakan yang menyangkut pembayaran transfer.

Pembayaran transfer meliputi kompensasi pengangguran, tunjangan keamanan

sosial, dan tunjangan pensiun. Jika dilihat pembayaran transfer merupakan

Page 8: Kebijakan fiskal

bagian belanja pemerintah tetapi sebenarnya pembayaran tansfer tidak masuk

dalam komponen G di dalam perhitungan pendapatan nasional. Alasannya yaitu

karena transfer bukan merupakan pembelian sesuatu barang yang baru

diproduksi dan pembayaran tersebut bukan karena jual beli barang dan jasa.

Pembayaran transfer mempengaruhi pendapatan rumah tangga, namun tidak

mencerminkan produksi perekonomian. Karena PDB dimaksudkan untuk

mengukur pendapatan dari produksi barang dan jasa serta pengeluaran atas

produksi barang dan jasa, pembayaran transfer tidak dihitung sebagai bagian dari

belanja pemerintah.

Salah satu gagasan utama Keynes pada tahun 1930-an adalah kebijakan fiskal

dapat dan hendaknya digunakan untuk menstabilkan tingkat keluaran dan

peluang kerja. Secara spesifik menurut Keynes, terdapat dua hal yang dapat

dilakukan oleh pemerintah dalam kebijakan fiskal yaitu:

1) Kebijakan fiskal ekspansioner yaitu memotong pajak dan/atau menaikkan

pengeluaran untuk mengeluarkan perekonomian dari penurunan.

2) Kebijakan fiskal kontraksioner yaitu menaikkan pajak dan/atau memangkas

pengeluaran untuk mengeluarkan perekonomian dari inflasi.

Dari sisi pajak jelas jika mengubah tarif pajak yang berlaku akan berpengaruh

pada ekonomi. Jika pajak diturunkan maka kemampuan daya beli masyarakat

akan meningkat dan industri akan dapat meningkatkan jumlah output. Dan

sebaliknya kenaikan pajak akan menurunkan daya beli masyarakat serta

menurunkan output industri secara umum.

Kebijakan fiskal mempunyai pengaruh baik jangka panjang maupun jangka

pendek. Kebijakan fiskal mempengaruhi tabungan, investasi, dan pertumbuhan

ekonomi dalam jangka panjang , sedangkan dalam jangka pendek mempunyai

pengaruh terhadap permintaan agregat barang dan jasa.

Page 9: Kebijakan fiskal

4. Tujuan dari Kebijakan Fiskal

Adapun kebijakan fiskal sebagai sarana menggalakan pembangunan ekonomi

bermaksud mencapai tujuan sebagai berikut :

1. Untuk meningkatkan laju investasi.

Kebijakan fiskal bertujuan meningkatkan dan memacu laju investasi disektor

swasta dan sektor Negara. Selain itu, kebijakan fiskal juga dapat dipergunakan

untuk mendorong dan menghambat bentuk investasi tertuntu. Dalam rangka itu

pemerintah harus menerapkan kebijaan investasi berencana di sektor public,

namun pada kenyataannya dibeberapa Negara berkembang dan tertinggal

terjadi suatu problem yaitu dimana langkanya tabungan sukarela, tingkat

konsumsi yang tinggi dan terjadi investasi dijalur yang tidak produktif dari

masyarakat dinegara tersbut. Hal ini disebabkan tidak tersedianya modal asing

yang cukup, baik swasta maupun pemerintha. Oleh karena itu kebijakan fiskal

memberikan solusi yaitu kebijakan fiskal dapat meningkatkan rasio tabungan

inkremental yang dapat dipergunakan untuk meningkatkan, memacu,

mendorong dan menghambat laju investasi. Menurut Dr. R. N. Tripathy

terdapaat 6 metode yang diterapkan oleh pemerintah dalam rangka menaikkan

rasio tabungan incremental bagi mobilisasi volume keuangan pembangunan

yang diperlukan diantaranya :

a. control fisik langsung

b. peningkatan tariff pajak yang ada

c. penerapan pajak baru,

d. surplus dari perusahaan Negara

e. pinjaman pemerintah yang tidak bersifat inflationer dan

f. keuangan deficit.

2. Untuk mendorong investasi optimal secara sosial.

Kebijakan fiskal bertujuan untuk mendorong investasi optimal secara sosial,

dikarenakan investasi jenis ini memerlukan dana yang besar dan cepat yang

menjadi tangunggan Negara secara serentak berupaya memacu laju

Page 10: Kebijakan fiskal

pembentukkan modal. Nantinya invesati optimal secara sosial bermanfaat

dalam pembentukkan pasar yang lebih luas, peningkatan produktivitas dan

pengurangan biaya produksi.

3. Untuk meningkatkan kesempatan kerja.

Untuk merealisasikan tujuan ini, kebijakan fiskal berperan dalam hal

pengelolan pengeluaran seperti dengan membentuk anggaran belanja untuk

mendirikan perusahaan Negara dan mendorong perusahaan swasta melalui

pemberian subsidi, keringanan dan lain-lainnya sehingga dari pengupayaan

langkah ini tercipta tambahan lapangan pekerjaan. Namun, langkah ini harus

juga diiringi dengan pelaksanaan program pengendalian jumlah penduduk.

4. Untuk meningkatkan stabilitas ekonomi ditengah ketidak stabilan internasional

Kebijaksanaan fiskal memegang peranan kunci dalam mempertahankan

stabilitas ekonomi menghadapi kekuatan-kekuatan internal dan eksternal.

Dalam rangka mengurangi dampak internasional fluktuasi siklis pada masa

boom, harus diterapkan pajak ekspor dan impor. Pajak ekspor dapat menyedot

rejeki nomplok yang timbul dari kenaikkan harga pasar. Sedangkan bea impor

yang tinggi pada impor barang konsumsi dan barang mewah juga perlu untuk

menghambat penggunaan daya beli tambahan.

5. Untuk menanggulangi inflasi

Kebijakan fiskal bertujuan untuk menanggulangi inflasi salah satunya adalah

dengan cara penetapan pajak langsung progresif yang dilengkapi dengan pajak

komoditi, karena pajak seperti ini cendrung menyedot sebagian besar tambahan

pendapatan uang yang tercipta dalam proses inflasi.

Page 11: Kebijakan fiskal

6. Untuk meningkatkan dan mendistribusikan pendapatan nasional

Kebijakan fiskal yang bertujuan untuk mendistribusikan pendapatan nasional

terdiri dari upaya meningkatkan pendapatan nyata masyarakat dan mengurangi

tingkat pendapatan yang lebih tinggi, upaya ini dapat tercipta apabila adanya

investasi dari pemerintah seperti pelancaran program pembangunan regional

yang berimbang pada berbagai sektor perekonomian.

5. Pengaruh Risiko Kebijakan Fiskal.

Resiko Fiskal didefinisikan sebagai potensi tambahan defisit APBN yang

disebabkan oleh sesuatu di luar kendali Pemerintah. Pengungkapan resiko fiskal

sangat perlu untuk empat tujuan strategis, yaitu :

a. Peningkatan kesadaran seluruh pemangku kepentingan (stakeholders)

dalam pengelolaan kebijakan fiskal

b. Meningkatkan keterbukaan fiskal

c. Meningkatkan tanggung jawab fiskal

d. Menciptakan kesinambungan fiskal

Resiko Fiskal dikelompokkan dalam empat kategori utama yaitu :

1. Resiko Ekonomi Makro

Dalam penyusunan APBN indikator-indikator ekonomi makro yang digunakan

sebagai dasar penyusunan adalah pertumbuhan ekonomi, tingkat inflasi, suku bunga

sertifikat Bank Indonesia, nilai tukar rupiah, harga minyak mentah Indonesia dan

lifting minyak. Indikator tersebut merupakan asumsi dasar yang menjadi acuan

penghitungan besaran-besaran pendapatan, belanja, dan pembiayaan dalam APBN.

Secara umum sumber resiko fiskal yang dihadapi oleh APBN 2012 terutama berasal

dari dua resiko utama, yakni inflasi dan harga minyak.

a. Inflasi.

Pemerintah memproyeksikan angka inflasi tahun 2012 berkisar antara

3,5-5,5 persen. Sementara itu menurut IMF dalam World Economic

Outlook per April 2012, inflasi diperkirakan sebesar 5,85 persen. Angka

ini lebih tinggi daripada realisasi inflasi tahun 2010 dan lebih rendah dari

Page 12: Kebijakan fiskal

proyeksi tahun 2011. Dengan demikian angka proyeksi pemerintah

masih sejalan dengan kecendrungan penurunan angka inflasi. Meskipun

angka inflasi telah menunjukkan angka penurunan, tetapi resiko tekanan

inflasi ke depan diperkirakan masih cukup tinggi.

b. Harga Minyak.

Pemerintah memerintahkan harga minyak berkisar antara US$ 75 per

barel s/d US$95 per barel, angka tersebut sejalan dengan penurunan

harga minyak dipasaran dunia.

2. Resiko Utang Dinamika Ekonomi Makro

Pengelolaan resiko utang diperlukan agar target pembiayaan utang dapat

diperoleh dengan biaya yang wajar dan tidak menimbulkan penumpukan beban

utang yang tidak terkendali pada masa yang akan mendatang.pada dasarnya resiko

utang terdiri dari empat, diantaranya :

a. Resiko pasar ini terdiri dari resiko nilai tukar, resiko tingkat bunga dan

resiko likuiditas yag timbul sebagai akibat dari ketidakpastian kondisi

pasar keuangan yang dinamis. Resiko nilai tukar terutama berasal dari

utang melalui pinjaman luar negeri, sedangkan resiko tingkat bunga

bersumber dari pinjaman luar negeri berbasis LIBOR dan SBN berbasis

SBI 3 bulan.

b. Sedangkan resiko pembiayaan kembali disebabkan oleh besarnya

pembayaran kewajiban utang pada tahun/ periode tertentu.

c. Resiko operasional

Resiko operasional adalah resiko yang disebabkan oleh kegagalan pada

orang, proses bisnis dan sistem diunit terkait. Serta yang ditimbulkan

oleh aspek legal. Resiko ini antara lain dapat berupa gagal bayar akibat

kelalaian manusia atau kegagalan sistem yang berdampak pada

penurunan sorvereign credit rating.

Page 13: Kebijakan fiskal

d. Resiko Reputasi

Resiko Reputasi merupakan resiko penurunan kredibilitas pengelolaan

utang dari sudut pandang investor dan lender yang disebabkan oleh

rendahnya tingkat kepastian dan konsistensi penerapan strategi

pengelolaan utang.

3. Kewajiban Kontijensi Pemerintah Pusat

Kewajiban kontijensi merupakan kewajiban potensial yang timbul dari

peristiwa masa lalu dan keberadaannya menjadi pasti dengan terjadinya atau

tidak terjadinya suatu peristiwa atau lebih pada masa datang yang tidak

sepenuhnya berada dalam kendali pemerintah. Kewajiban kontijensi pemerintah

pusat yang menjadi resiko fiskal bersumber dari pemberian dukungan dan/ atau

pinjaman pemerintah atas proyek-proyek infrastruktur, kewajiban yang timbul

akibat program pension dan tabungan hari tua pegawai negeri.

4. Desentralisasi Fiskal

Kebijakan desentralisasi fiskal dilakukan dengan tujuan untuk

mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan

pelayanan, pemberdayaan dan peran serta masyarakat, serta peningkatan daya

saing daerah dengan memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan,

keistimewaan, dan kekhususan suatu daerah dalam sistem Negara Republik

Kesatuan Indonesia. Dalam hal pelaksanaanya, penerapan kebijakan ini selain

menghasilkan hal-hal positif sebagaimana yang diharapkan ternyata juga

berpotensi menimbulkan resiko fiskal. Resiko Fiskal dari desentarlisasi fiskal

diantaranya, bersumber dari kebijakan pemekaran daerah, tunggakan pemerintah

daerah atas pengembalian penerusan pinjaman dari luar negeri dan rekening

pinjaman daerah serta pengalihan pajak pusat menjadi pajak daerah.

Page 14: Kebijakan fiskal

III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kebijakan Fiskal adalah kebijaksanaan pemerintah untuk mengubah

pengeluaran dan penerimaan pemerintah guna mencapai kestabilan ekonomi.

Pengaruh pengeluaran pemerintah terhadap pendapatan nasional tergantung pada

jenis sumber penerimaan.

Kebijaksanaan fiskal dapat dibedakan menjadi beberapa macam yaitu

Pembiayaan fungsional (functional finance), Pengelolaan Anggaran (the managed

budget approach), Stabilisasi anggaran otomatis (the stabilizing budget), Anggaran

belanja seimbang (Balance approach).

Daftar Pustaka

Iskandar P. 2006. Pengantar Ekonomi Mikro dan Makro. Ghalia Indonesia. Jakarta(ID).

Sukirno S. 2003. Pengantar Ekonomi Mikro. Raja Gafindo Persada. Jakarta(ID).

Wahyuni S. 2008. Penerapan Kebijakan Fiskal dan Moneter. Graha Media.

Yogyakarta(ID).