kasus tutorial 3 (1)

40
Skenario 3 “Sesak Nafas Tiba-tiba” Seorang pria berusia 34 tahun datang ke RS dengan keluhan sesak nafas 1 jam yang lalu. Tidak ditemukan keluhan yang lain (batuk, demam, dll). Pasien mengeluh seperti ini 6 bulan sebelumnya. Pada pemeriksaan fisik tampak nafas dalam dan cepat, tampak adanya bantuan otot-otot pernapasan. Dengan stetoskop terdapat suara wheezing. STEP I Klarifikasi Istilah 1. Sesak Nafas : Perasaan sulit bernafas ditandai dengan nafas yang pendek dan penggunaan otot bantu pernapasan 2. Wheezing : Bunyi musical kontinu yang terdengar paling sering pada saat ekspirasi 3. Demam : Suhu badan diatas 37,4 0 C 4. Pemeriksaan Fisik : Sebuah proses dari seorang ahli medis memeriksa tubuh pasien untuk menemukan tanda klinis penyakit STEP II Merumuskan Masalah 1. Apa Penyebab Sesak Nafas pada kasus di atas? 2. Apa tanda-tanda dari sesak nafas di atas? 3. Apa saja macam-macam sesak nafas? 4. Bagaimana cara mendiagnosis sesak nafas? 5. Bagaimana Penanganannya? 1

Upload: amalia-octavianny

Post on 31-Dec-2014

70 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

sesak nafas tiba2

TRANSCRIPT

Page 1: Kasus tutorial 3 (1)

Skenario 3 “Sesak Nafas Tiba-tiba”

Seorang pria berusia 34 tahun datang ke RS dengan keluhan sesak nafas 1 jam yang

lalu. Tidak ditemukan keluhan yang lain (batuk, demam, dll). Pasien mengeluh seperti ini 6

bulan sebelumnya. Pada pemeriksaan fisik tampak nafas dalam dan cepat, tampak adanya

bantuan otot-otot pernapasan. Dengan stetoskop terdapat suara wheezing.

STEP I Klarifikasi Istilah

1. Sesak Nafas : Perasaan sulit bernafas ditandai dengan nafas yang pendek dan

penggunaan otot bantu pernapasan

2. Wheezing : Bunyi musical kontinu yang terdengar paling sering pada saat ekspirasi

3. Demam : Suhu badan diatas 37,40 C

4. Pemeriksaan Fisik : Sebuah proses dari seorang ahli medis memeriksa tubuh pasien

untuk menemukan tanda klinis penyakit

STEP II Merumuskan Masalah

1. Apa Penyebab Sesak Nafas pada kasus di atas?

2. Apa tanda-tanda dari sesak nafas di atas?

3. Apa saja macam-macam sesak nafas?

4. Bagaimana cara mendiagnosis sesak nafas?

5. Bagaimana Penanganannya?

STEP III Klarifikasi Masalah

1. Apa Penyebab Sesak Nafas pada kasus di atas?

Jawab : Penyebabnya ada 2 yaitu faktor interna dan eksterna

Penyebab dari faktor interna:

a. Sesak nafas keturunan, yang memang dari ayah/ibunya sudah memiliki

1

Page 2: Kasus tutorial 3 (1)

riwayat sesak nafas dari dulu.

b. Kurangnya asupan cairan, lendir pada paru-paru dan saluran nafas

mengental. Kondisi ini menjadi situasi menyenangkan bagi mikroba untuk

berkembang biak.

c. Masalah pada susunan tulang, Otot tegang pada punggung bagian atas akan

menghambat sensor syaraf dan bioenergi dari dan menuju paru-paru.

Penyebab dari faktor eksterna:

a. Faktor Lingkungan, Udara dingin dan lembab dapat menyebabkan sesak

nafas. Bekerja dilingkungan berdebu/asap dapat memicu sesak nafas

berkepanjangan.

b. Ketidakstabilan emosi, orang gelisah, depresi, ketakutan cenderung untuk

sering menahan nafas. Kebiasaan ini berpengaruh terhadap produksi

kelenjar adrenal dan hormon.

2. Apa tanda-tanda dari sesak nafas di atas?

Jawab : Tanda-tanda dilihat dari dua segi secara objetkif dan subjektif

Tanda-tanda secara objektif :

a. Sesak nafas yang berat dengan ekspirasi disertai wheezing

b. Frekuensi pernapasan meningkat,

-Bayi lahir 40-60 kali/menit

-1-11 bulan 30 kali/menit

-2 tahun 25 kali/menit

-14-18 tahun 16-18 kali/menit

-Dewasa 12-20 kali/menit

c. Bernafas dengan menggunakan otot-otot bantuan

2

Page 3: Kasus tutorial 3 (1)

d. Sianosis pada bibi dan jari

e. Dapat disertai batuk dan demam

Tanda-tanda secara subjektif:

a. Pasien merasa sukar bernafas dan serasa sesak pada bagian dada

3. Apa saja macam-macam sesak nafas?

Jawab :

1. Dyspnea (Sesak Nafas) akut denfan awal yang tiba-tiba merupakan

penyebab umum kunjungan ke ruang gawat darurat. Penyebab dyspnea akut

diantaranya penyakit pernapasan (paru-paru dan pernapasan), penyakit jantung atau

trauma dada.

2. Dyspnea (Sesak Nafas) kronis

Dyspnea (Sesak Nafas) kronis (menahun) dapat disebabkan olehpenyakit asma,

Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK), emfisema, inflamasi paru-paru, tumor,

kelainan pita suara.

4. Bagaimana cara mendiagnosis sesak nafas?

Jawab : Diagnosis pada asma dapat dilakukan dengan dua cara yaitu pemeriksaan

penunjang. Pemeriksaan fisik :

a. Inspeksi thorax, apakah terdapat wheezing atau stridor, terlihat pernafasan

cuping hidung tidak

b. Inspeksi pola pernafasan, Pola nafasnya bagaimana, takipnea, kussmaul,

atau bradipnea

c. Palpasi thorax, adakah nyeri pada saat ditekan

d. Palpasi paru-paru, Pergerakkan pernafasan bagaimana, stem fremitas

kanan=kiri atau tidak

e. Perkusi paru-paru, hipersonor, sonor (isi udara) atau pekak (isi padat)

3

Page 4: Kasus tutorial 3 (1)

f. Auscultasi paru-paru, Suara pernafasannya vesicular tidak, terdengar suara

wheezing atau tidak

Pemeriksaan penunjang :

a. Pemeriksaan spirometri merupakan pemeriksaan yang dilakukan untuk

mengukur secara objektif kapasitas atau fungsi paru (ventilasi) pada pasien

dengan indikasi medis.

b. Foto rontgen thorax

c. Pemeriksaan radiologi, Gambaran radiologi pada asma umumnya normal.

Pada waktu serangan menunjukkan gambaran hiperinflasi pada paru-paru

yakni radiolusen yang bertambah dan peleburan rongga intercostalis, serta

diafragma yang menurun.

5. Bagaimana Penanganannya?

Jawab : Untuk mengatasi sesak nafas, biasanya obat yang di berikan adalah obat-

obatan yang melebarkan saluran pernafasan yang menyempit.

a. Apabila tiba-tiba asma kambuh yang paling cepat adalah membawa ada

pergi pada lingkungan yang hijaun dan lapang

b. Minum air hangat 6-8 gelas perhari

c. Menghindari konsumsi bahan susu berlebihan

d. Perbanyak makan sup yang dibumbui bawang merah,putih, lada, dll

e. Mengelola emosi

f. Olahraga teratur

g. Minum obat pereda asma

4

Page 5: Kasus tutorial 3 (1)

STEP IV Skema/ Formulasi

5

Pria 34 (th)

Pemeriksaan Fisik

Mengeluh sesak nafas 1 jam yang lalu

WheezingNafas dalam dan cepat

Bantuan otot pernapasan

Anatomi, Fisioloigi, Histologi dan biokimia mengenai kasus diatas

Kemungkinan menderita asma

Tanda-tanda Penanganan sesak nafas

Penyebab Macam-macam

Page 6: Kasus tutorial 3 (1)

STEP V Sasaran Belajar

1. Anatomi ( Saluran Pernafasan, Vascularisasi, Inervasi)

2. Fisiologi ( Ventilasi, difusi, transportasi, spirometri)

3. Histologi (Jaringan pada saluran pernafasan)

4. Biokimia (Asam-basa, Buffer)

STEP VI Belajar Mandiri

STEP VII Hasil Diskusi

1. Anatomi

Organ Napas

6

Page 7: Kasus tutorial 3 (1)

1. Rongga hidung

Udara keluar masuk melalui rongga hidung. Rongga hidung selalu lembap karena adanya

selaput lendir. Di dalam rongga hidung juga terdapat rambut-rambut pendek dan halus.

Selaput lendir dan rambut-rambut halus ini berfungsi menyaring debu dan kotoran yang

masuk

bersama udara, melekatkan kotoran pada rambut hidung, mengatur suhu udara

pernapasan, dan mengenali adanya bau.

2. Faring / tekak

Udara dari rongga hidung masuk ke faring. Faring merupakan persimpangan antara

rongga hidung ke tenggorokan (saluran pernapasan) dan rongga mulut ke kerongkongan

(saluran pencernaan). Pada bagian belakang faring terdapat laring. Laring disebut pula

pangkal tenggorok. Pada laring terdapat pita suara dan epiglotis atau katup pangkal

tenggorokan. Pada waktu menelan makanan epiglotis menutupi laring sehingga makanan

tidak masuk ke dalam tenggorokan. Sebaliknya pada waktu bernapas epiglotis akan

membuka sehingga udara masuk ke dalam laring kemudian menuju tenggorokan.

3. Laring / tenggorokan

Merupakan bagian pangkal dari saluran pernapasan (trakea). Laring tersusu atas tulang

rawan yang berupa lempengan dan membentuk struktur jakun. Diatas laring terdapat

katup (epiglotis) yang akan menutup saat menelan. Katup berfungsi mencegah makanan

dan minuman masuk ke saluran pernapasan. Pada pangkal larink terdapat selaput suara.

Selaput suara akan bergetar jika terhembus udara dari paru-paru.

4. Trakea / batang tenggorokan

Trakea berbentuk seperti pipa dengan panjang kurang lebih 10 cm. Di paru-paru, trakea

bercabang dua membentuk bronkus. Dinding trakea terdiri atas tiga lapisan berikut.

1. Lapisan paling luar terdiri atas jaringan ikat.

2. Lapisan tengah terdiri atas otot polos dan cincin tulang rawan. Trakea tersusun atas

16–20 cincin tulang rawan yang berbentuk huruf C. Bagian belakang cincin tulang

7

Page 8: Kasus tutorial 3 (1)

rawan ini tidak tersambung dan menempel pada esofagus. Hal ini berguna untuk

mempertahankan trakea tetap terbuka.

3. Lapisan terdalam terdiri atas jaringan epitelium bersilia yang menghasilkan banyak

lendir. Lendir ini berfungsi menangkap debu dan mikroorganisme yang masuk saat

menghirup udara.

Selanjutnya, debu dan mikroorganisme tersebut didorong oleh gerakan silia menuju

bagian belakang mulut.

Akhirnya, debu dan mikroorganisme tersebut dikeluarkan dengan cara batuk. Silia-silia

ini berfungsi menyaring benda-benda asing yang masuk bersama udara pernapasan.

5. Bronkus

Bronkus merupakan cabang batang tenggorokan. Jumlahnya sepasang, yang satu menuju

paru-paru kanan dan yang satu menuju paru-paru kiri. Bronkus yang ke arah kiri lebih

panjang, sempit, dan

mendatar daripada yang ke arah kanan. Hal inilah yang mengakibatkan paru-paru kanan

lebih mudah terserang penyakit. Struktur dinding bronkus hampir sama dengan trakea.

Perbedaannya dinding trakea lebih tebal daripada dinding bronkus. Bronkus akan

bercabang menjadi bronkiolus. Bronkus kanan bercabang menjadi tiga bronkiolus

sedangkan bronkus kiri bercabang menjadi dua bronkiolus.

6. Paru-paru (Pulmo)

Paru-paru terletak di dalam rongga dada, di bagian bawah berbatasan dengan diafragma,

sedangkan di depan dan di samping dibatasi oleh tulang rusuk. Diafragma adalah

pembatas antara rongga perut dengan rongga dada. Paru-paru kanan (pulmo dekster)

terdiri dari 3 lobus. Sedangkan paru-paru kiri (pulmo sinester) terdiri dari 2 lobus.

8

Page 9: Kasus tutorial 3 (1)

Paru-paru manusia terbungkus oleh dua selaput, yaitu pleura dalam (pleura visceralis)

dan pleura luar (pleura parietalis). Pleura dalam langsung menyelimuti paru-paru,

sedangkan pleura luar bersebelahan dengan tulang rusuk. Antara kedua pleura tersebut

terdapat rongga tulang rusuk. Antara kedua pleura tersebut terdapat rongga yang berisi

cairan pleura yang berfungsi sebagai pelumas paru-paru.

Paru-paru tersusun atas bronkiolus, alveolus, jaringan elastik, dan pembuluh darah.

Alveolus adalah kantung udara yang terdapat pada ujung-ujung bronkiolus. Alveolus

memiliki selaput tipis dan pada permukaannya banyak terdapat muara kapiler darah, oleh

karena itu dapat berlangsung pertukaran gas oksigen dan karbon dioksida secara difusi.

9

Page 10: Kasus tutorial 3 (1)

Saluran Napas

Saluran pernapasan atas : Nares Anterior → Larynx

Saluran pernapasan bawah : Trachea → Alveolus

10

Page 11: Kasus tutorial 3 (1)

11

Nares Anterior

Cavitas Nasi

Nares Posterior

Pars Nasalis Pharyngis

Pars Oralis Pharyngis

Pars Laringea Pharyngis

Larynx

Trachea

Bifurcatio Tracheae

Bronchus Principalis Sinister

Bronchus Principalis Dexter

Bronchus Lobaris Superior Dexter

Bronchus Lobaris Medius Dexter

Bronchus Lobaris Inferior Dexter

Bronchus Lobaris Superior Dexter

Bronchus Lobaris Inferior

Dexter

Bronchus Segmentalis

Bronciolus Terminalis

Page 12: Kasus tutorial 3 (1)

Otot – Otot Napas

12

Bronciolus Respiratorius

Ductus Alveolaris

Saccus Alveolaris

Alveolus

Page 13: Kasus tutorial 3 (1)

Inspirasi - Utama : Diaphragma

M. Intercostalis externus

- Bantu : M. Sternocleidomastoideus

M. Pectoralis minor

M. Levator costae

M. Serratus posterior superior

M. Scaleni

Ekspirasi - Utama : M. Intercostalis interna

- Bantu : M. Transversus Abdominis (MTA)

M. Rectus Abdominis (MRA)

M. Obliqus Abdominis Eksternus (MOAE)

M. Obliqus Abdominis Internus (MOAI)

M. Transversus Thoracis

M. Serratus posterior inferior

Otot – otot stabilisasi - Inspirasi : - M. Quadratus lumborum

- M. Scaleni

- M. Erector spinae bagian servical & thoracal

- Otot – otot perut

- M. Trapezius bagian atas

13

Page 14: Kasus tutorial 3 (1)

- M. Levator scapulae

- Ekspirasi : - M. Erector spinae

Vaskularisasi Pleura

Pleura parietal divaskularisasi oleh Aa. Intercostalis, a. mammaria interna, a.

musculophrenica. Dan vena-venanya bermuara pd system vena dinding thorax. Sedangkan

pleura visceralis nya mendapatkan vaskularisasi dr Aa. Bronchiales.

Innervasi Pleura

-Pleura parietalis pars costalis diinnervasi oleh Nn. Intercostales.

-Pleura parietalis pars mediastinalis diinnervasi oleh n. phrenicus

-Pleura parietalis pars diaphragmatica bagian perifer diinnervasi oleh Nn.

intercostales. Sedangkan bagian central oleh n. phrenicus

-Pleura visceralis diinnervasi oleh serabut afferent otonom dr plexus pulmonalis.

2. Fisiologi

A. VENTILASI

Ventilasi paru merupakan masuk dan keluarnya udara antara atmosfir dan alveoli

paru-paru, meliputi:

1. Inspirasi / Inhalasi

Merupakan suatu proses aktif yang membutuhkan energi. Udara akan mengalir

ke paru-paru ketika tekanan dari paru-paru akan lebih rendah dari pada t

Kanan atmosfer. Diaphragma akan turun dan dibantu oleh otot-otot. Misal:

M.Intercostalis externus

2. Expirasi/exhalasi

Merupakan suatu proses pasif dari sifat daya lenting paru (elastic paru). Udara

keluar dari paru-paru ketika tekanan udara di dalam paru-paru meningkat

14

Page 15: Kasus tutorial 3 (1)

dibandingkan tekanan luar, (tekanan atmosfer). Ototnya antara lain

diaphragma dan M.Intercostalis internus, serta otot-otot abdomen

Jadi ventilasi /bernapas adalah proses pemasukan dan pengeluaran udara dari

paru secara bergantian sehingga udara alveolus lama yang telah ikut serta

dalam pertukaran O2 dan CO2 dengan darah kapiler paru dapat ditukar dengan

udara atmosfer segar.

Surfaktan à campuran lipoprotein yang dikeluarkan sel sekretori alveoli pada

bagian epitel alveolus dan berfungsi menurunkan tegangan permukaan alveolus yang

disebabkan karena daya tarik menarik molekul air & mencegah kolaps alveoli dengan

cara membentuk lapisan monomolekuler antara lapisan cairan dan udara.

B. Pertukaran Gas

Difusi gas (pertukaran gas) adalah proses transfer dimana O2 di alveoli ke peredaran

dan CO2 dari aliran darah menuju alveoli. Saat difusi terjadi pertukaran gas antara O2

dan CO2. Saat inspirasi maka O2 akan masuk ke dalam kapiler paru dan saat ekspirasi

CO2 akan dilepaskan kapiler paru. Saat expirasi CO2 akan dilepaskan kapiler paru ke

alveoli untuk dibuang ke atmosfer. Proses pertukaran gas tersebut terjadi karena

perbedaan tekanan parsial O2 dan CO2 antara alveoli dan kapiler paru.

Difusi dipengaruhi oleh :

1. Ketebalan membran respirasi

2. Koefisien difusi

3. Luas permukaan membran respirasi

4. Perbedaan tekanan parsial

15

Page 16: Kasus tutorial 3 (1)

Tekanan parsial dalam sistem sirkulasi

1. Respirasi Internal

Merupakan difusi dari gas O2 dan CO2 diantara kapiler-kapiler dan sel

tubuh.

2. Respirasi External

Merupakan difusi dari gas O2 dan CO2 diantara alveolus dan membran

kapiler.

C. Transpor Gas

16

Page 17: Kasus tutorial 3 (1)

Setelah difusi à proses transportasi O2 ke sel-sel yang membutuhkan melalui darah

& pengangkutan CO2 sebagai sisa metabolisme ke kapiler paru.

a. Transportasi oksigen dalam darah

Hemoglobin adalah molekul utama yang bertanggung jawab bagi transpor

oksigen dan CO2 dalam darah.

Hb + O2 HbO2 (oksi hemoglobin)

Derajat penggabungan antara oksigen dan hemoglobin merupakan disosiasi

oksihemoglobin. Untuk melepaskan oksigen ditentukan oleh tekanan (PO2)

oksigen dalam medium yang mengelilingi hemoglobin.

b. Transpor CO2 dalam darah

Didalam plasma darah dan sel darah merah, CO2 total berada dalam bentuk

terlarut dan sebagai bikarbonat (HCO3). Hal ini karena CO2 yang terlarut

terhidrasi secara reversible (bereaksi dengan air) dalam darah membentuk

asam karbonat yang berjalan lambat tanpa adanya aktivitas katalisis, dan

enzim yang mengkatalisis yaitu karbonat anhidrase yang terdapat dalam

eritrosit. Asam karbon dengan segera berdisosiasi menjadi ion hidrogen dan

ion bikarbonat. Dengan demikian, maka campuran asam karbonat dan

bikarbonat berperan sebagai sistem penyangga (buffer). Karena pengikatan

konsentrasi ion hidrogen sangat merugikan organisme, maka suatu buffer

harus tersedia untuk menghilangkan proton yang bebas.

Sehingga sistem buffer merupakan penyangga utama plasma darah.

SPIROMETRI

Merupakan pemeriksaan yang dilakukan untuk mengukur secara obyektif kapasitas/fungsi

paru pada pasien dengan indikasi medis

Tujuan:

1. Mengukur volume paru secara statis dan dinamik

2. Menilai perubahan/gangguan pada faal paru

17

Page 18: Kasus tutorial 3 (1)

a. Volume tidal à volume udara yang diinspirasi dan diekspirasi dalam pernafasan

normal.

b. IRV (volume cadangan inspirasi) à volume udara yang masih bisa dihirup paru-paru

setelah inspirasi normal.

c. ERV (volume cadangan ekspirasi) à volume udara yang masih bisa diekshalasi

setelah ekspirasi normal.

d. RV (volume sisa) à volume udara yang masih tersisa dalam paru-paru setelah

ekspirasi kuat.

18

Page 19: Kasus tutorial 3 (1)

3. Histologi

A. CAVUM NASI

Anterior: Vestibulum nasi , Vibrissae, Kelenjar sebasea dan kelenjar

keringat

Posterior: fossa nasalis à sinus paranasalis

Kulit luar: rambut-rambut halus, kelenjar sebasea dan kelenjar keringat

Di dinding lateral terdapat 3 tonjolan:

1. Konka nasalis superior à epitel olfaktorius:

sel olfaktorius

sel penyokong/sustentakuler

sel basal

2. Konka nasalis media à epitel bertingkat torak bersilia bersel goblet

3. Konka nasalis inferior à epitel bertingkat torak bersilia bersel goblet

B. FARING

Nasofaring

a. Terletak di bawah dasar tengkorak di atas palatum molle, diliputi oleh

epitel bertingkat torak bersilia dan bersel Goblet.

b. Di bawah membrana basalis terdapat lamina propria yg mengandung

kelenjar campur dan kaya jar ikat elastis yg bercampur lapisan otot di

bawah nya.

Orofaring

a. Terletak di belakang rongga mulut dan permukaan belakang lidah .

b. Diliputi epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk Laringofaring

c. Terletak di belakang laring

d. Diliputi epitel yang bervariasi , sebagian besar oleh epitel berlapis

gepeng tanpa lapisan tanduk.

C. LARING

Lapisan mukosa = nasofaring

19

Page 20: Kasus tutorial 3 (1)

Tulang rawan:

a. bentuk irreguler

b. dihubungkan satu sama lain oleh

i. Jaringan ikat fibrosa – elastis

ii. Beberapa otot lurik melekat pada tulang rawan tersebut.

Dinding lateral:

- Terdapat 2 pasang lipatan dan rongga diantara lipatan tersebut

- Ventrikular fold (lipatan atas) = pita suara palsu

- Vokal fold (lipatan bawah ) = pita suara asli / plica vokalis

- Epiglottis :

1 .Lipatan dinding anterior atas laring

2. Bentuk lebar, pipih, tlg rawan elastis

3. Fungsi menutup saluran laring waktu menelan.

Epitel laring

- Squamous kompleks, menghadap ke lidah

- Kolumner Pseudokompleks bersilia menghadap ke laring

Lamina propria

a. Kaya serat elastis

b. Infiltrasi limfosit

c. Dapat dijumpai kelj campur, kecuali pada vokal fold

D. TRACHEA

a. 16-20 cincin kartilago berbentuk –C

b. Posterior: oesophagus, oleh jaringan ikat dan otot

20

Page 21: Kasus tutorial 3 (1)

c. Ligamentum annulare

d. Sel-sel epitel trakhea:

a. sel goblet

b. sel sikat

c. sel basal

d. sel sekretorik bergranul

E. BRONKUS

Bronkhus ekstrapulmonal (sebelum masuk paru)

Bronkhus intrapulmonal (setelah masuk paru):

a. Mukosa berbentuk lipatan

b. Epitel bertingkat torak bersilia bersel goblet

c. Membrana basalis lebih jelas

d. Tulang rawan tidak beraturan

e. Lamina propria:

1. jaringan ikat jarang

2. serat elastis dan muskulus polos spiral

3. noduli limfatisi

4. kelenjar bronkialis

21

Page 22: Kasus tutorial 3 (1)

F. BRONKIOLUS

Tulang rawan tidak ada

Epitel selapis torak bersilia

sel goblet (sebagian ada atau tidak ada)

Lamina propia:

a. Tipis

b. tanpa kelenjar atau noduli limfatisi

c. otot polos

d. serat elastin

G. ALVEOLUS

DUKTUS Dibentuk oleh

22

Page 23: Kasus tutorial 3 (1)

a. Sakus alveolaris

b. alveolaris

Sering dijumpai serat otot polos tertentu berkelompok di muara alveoli,

sehingga pada potongan melintang duktus alveolaris tampak adanya otot polos yang

mengelilingi lumen

Serat elastis , retikuler dan kolagen halus juga mengisi dinding duktus.

Bagian ujung duktus alveolaris mempunyai diameter lebih besar yang disebut

Atria , yaitu ruang yg menghubungkan beberapa sakus alveolaris

H. SAKUS ALVEOLUS

a. Merupakan kantong yg di bentuk oleh dua alveoli atau lebih

b. Dinding terdiri atas :

- Alveoli alveoli yang berdinding sangat tipis

- Serat elastis dan retikuler

- Serat otot polos tidak di jumpai

- Tidak dilapisi epitel kecuali alveoli-alveoli.

ALVEOULUS

Adalah gelembung gelembung udara berupa kantong kecil yang akan menjadi

dinding pembatas duktus alveolaris dan saccus alveolaris . Pada dinding alveoli terjadi

pertukaran gas. Alveoli mulai di jumpai pada dinding bronkhiolus respiratorius

sehingga bronkhiolus respiratorius, disamping sebagai penyalur (bagian konduksi)

juga termasuk bagian respiratorius. Duktus dan saccus alveolaris berdinding dari

alveoli

23

Page 24: Kasus tutorial 3 (1)

Dalam anyaman kapilar dapat di jumpai :

a. Serat serat elastis dan retikuler yang di susun sedemikian rupa sehingga

memungkinkan dinding alveoli mengembang dan menciut.

b. Terdapat sedikit tropoblas

c. Histiocyte

d. Leukosit

Kadang kadang sel otot polos.

4. Biokimia

a.ASAM

suatu substansi yang mengandung satu atau lebih ion H+ yang dapat diberikan

sebagai donor proton.

Contoh :

Asam volatile : H2CO3 dapat diubah menjadi bentuk gas (CO2+H2O) dan tersekresi

melalui paru-paru

Asam non-volatil (terfiksasi) : asam sulfamat dan fosfor tidak dapat diubah menjadi

bentuk gas dan harus disekresi melalui ginjal.

b.BASA

substansi yang dapat menagkap atau bersenyawa dengan ion hydrogen sebuah

larutan sebagai akseptor proton.

Contoh :

Basa kuat, seperti NaOH terurai dengan mudah dalam larutan dan bereaksi kuat

dengan asam.

24

Page 25: Kasus tutorial 3 (1)

Basa lemah seperti NaHCO3 hanya sebagian yang terurai dalam larutan dan kurang

bereaksi kuat dengan asam.

c.PH

pH ini penting dalam memahami sifat dan fungsi sistem biologis

pH darah normal agak basa yaitu 7,4±0,1.

Perubahan pH darah sedikit saja à dapat menyebabkan kematian à karena itu tubuh

kita mempunyai sistem buffer/dapar agar pH darah tetap stabil.

Sistem buffer tersebut yang dinamakan sistem buffer darah.

d.Sistem Buffer Tubuh Manusia

a. Sistem buffer darah

b. Sistem buffer pernapasan

c. Sistem buffer ginjal

e.Sistem Buffer Pernafasan

Buffer system pernafasan adalah buffer HCO3- atau buffer bikarbonat.

Jika konsentrasi H+ darah meningkat, maka pH akan turun. Apabila pH turun, maka

pusat pernafasan akan dirangsang sehingga kita akan bernafas lebih dalam dengan

tujuan mengeluarkan kelebihan CO2 melalui paru-paru.

Pada keadaan perdarahan hebat, kemampuan buffer dalam darah akan berkurang, oleh

karena itu dapat diberikan suntikan bikarbonat sebagai terapinya.

f.Sistem Pernafasan Dalam Menjaga Keseimbangan Asam Basa

H3O+ + HCO3- H2CO3 + H2O

Peningkatan konsentrasi asam H+ dalam darah dapat merangsang pusat pernapasan di

medula untuk meningkatkan laju pernapasan, kemudian memfasilitasi eliminasi CO2.

Ketika pH meningkat atau basa masuk dalam plasma darah, maka akan terjadi

peningkatan HCO3-, pusat pernapasan dihambat, dan laju pernapasan menurun.

25

Page 26: Kasus tutorial 3 (1)

Jika konsentrasi OH- yang naik, maka kelebihan basa tersebut akan diikat oleh asam

karbonat H2CO3 dengan reaksi berikut:

H2CO3 + OH- HCO3- + H2O

Hal ini mengakibatkan retensi CO2, yang kemudian membentuk asam karbonat.

Regulasi ion hidrogen (H+) oleh sistem respirasi (Kinney dkk, 1993)

g. Faktor-faktor yang berpengaruh dalam keseimbangan asam basa adalah :

Konsentrasi ion hidrogen [H+]

Konsentrasi ion bikarbonat [HCO3-]

Konsentrasi CO

h.Keabnormalan faktor-faktor tersebut dapat menyebabkn hal berikut :

a) asidosis, bila konsentrasi H+ meningkat, maka pH turun

b) alkalosis, bila konsentrasi H+ turun, maka pH naik

c) Metabolik, bila HCO3- berubah secara signifikan dalam kondisi tersebut

d) Respiratorik, CO2 berubah secara signifikan dalam kondisi tersebut

KETIDAKSEIMBANGAN ASAM BASA

Kelainan pada satu atau lebih mekanisme pengendalian pH, dimana asam kuat

memiliki pH yang sangat rendah (hampir 1,0) sedangkan untuk basa kuat memilki pH

yang sangat tinggi (>14,0).

26

Page 27: Kasus tutorial 3 (1)

a.KELAINAN

1. Asidosis Metabolik

2. Alkalosis metabolik

3. Asidosis Respiratorik

4. Alkalosis respiratorik

1.Asidosis Metabolik

Adalah penurunan primer kadar bikarbonat sehingga terjadi penurunan pH.

HCO3 di ECF =22 mEq/L dan pH =7,35. Kompensasi pernafasan segera dimulai

untuk menurunkan PaCO2 melalui hiperventilasi sehinga asidosis metabolik jarang

terjadi secara akut.

Penyebab asidosis metabolik:

a) Gagal ginjal

b) Asidosis tubulus renalis(kelainan bentuk ginjal)

c) Keto asidosis diabetikum

d) Asidosis laktat (bertambahnya asaml aktat)

e) Bahan beracun seperti etilen glikol, overdosis salisilat, metanol, paraldehid,

asetazolamidatauamoniumklorida

f) Kehilangan basa (misalnya bikarbonat) melalui saluran pencernaan karena diare,

g) ileostomi atau kolostomi.

Gejala yang ditimbulkan dari asidosis ringan :

a) Mual

b) muntah dan kelelahan

c) Pernafasan menjadi lebih dalam atau sedikit lebih cepat,

d) Semakin lama, penderita mulai merasakan kelelahan yang luar biasa rasa

mengantuk semakin mual dan mengalami kebingungan

Jika asidosis semakin memburuk, maka :

27

Page 28: Kasus tutorial 3 (1)

a) tekanan darah dapat turun

b) menyebabkan syok

c) koma dan kematian

Asidosis metabolik berat terjadi apabila :

- pH < 7,2

- HCO3- 7,45 dan HCO3

- > 28 mEq

2.Alkalosis metabolik

Adalah peningkatan primer kadar bikarbonat plasma, sehingga terjadi peningkatan pH.

HCO3 di ECF = 2,6 mEq/l dan PH = 7,45. Kompensasi pernapasan berupa

peningkatan Pa CO2 dengan hipoventilasi ; akan tetapi tingkat hipoventilasi adalah

terbatas karena pernapasan terus berjalan karena dorongan hipoxia.

Penyebab :

1. Kehilangan H dari ECF.

Kehilangan melalui saluran cerna (berkurangnya volume ECF)

Kehilangan melalui ginjal

2. Retensi HCO3

Pemberian Natrium Bikarbonat berlebihan ,Sundrom susu alkali (antasid, susu,

natrium bikarbonat),Darah simpan (sitrat) yang banyak (>8unit).Alkalosis metabolik

hiperkapnia (setelah koreksi pada asidosis respiratorik kronik)

Gejala

Alkalosis metabolik dapat menyebabkan iritabilitas, otot berkedut dan kejang otot;

atau tanpa gejala sama sekali. Bila terjadi alkalosis yang berat, dapat terjadi kontraksi

(pengerutan) dan spasme (kejang) otot yang berkepanjangan (tetani).

28

Page 29: Kasus tutorial 3 (1)

3.Asidosis Respiratorik

Peningkatan primer dari PaCO2 (hiperkapnea), sehingga terjadi penurunan PH;

PaCO2 > 45 mmHg dan PH . 7,35. Kompensasi ginjal mengakibatkan peningkatan

HCO3 serum. Asidosis respirasi dapat timbul secara akut maupun kronik. Hipoksemia

(PaO2 rendah) selalu menyertai asidosis respiratorik. Jika pasien bernafas dalam udara

ruangan.

penyebab :

Hambatan pada pusat pernafasan di medula oblongata

- Obat-obatan : Kelebihan dosis opiat, sedatif, anestetik (akut)

- Terapi oksigen pada hiperkapnea kronik

- Henti jantung (akut)

- Apnea saat tidur

Gangguan otot-otot pernafasan dan dinding dada

- Penyakit neuromuskuler : miastenia gravis, sindrom guillain-Barre,

poliomielitis, sklerosis lateral amiotropik.

- Deformitas rongga dada : kifoskoliosis

- Obesitas yang berlebihan : sindrom pickwikian

- Cedera dinding dada seperti patah tulang-tulang iga

Gejala

sakit kepala dan rasa mengantuk. Jika memburuk, rasa mengantuk akan berlanjut

menjadi stupor (penurunan kesadaran) dan koma. Stupor dan koma dapat terjadi

dalam beberapa saat jika pernafasan terhenti atau jika pernafasan sangat terganggu;

atau setelah berjam-jam jika pernafasan tidak terlalu terganggu.

4.Alkaliosis Respiratorik

29

Page 30: Kasus tutorial 3 (1)

Terjadi bila ada hiperventilasi. Hiperventilasi menyebabkan kadar CO2 tubuh

turun sehingga terjadi kompensasi tubuh untuk menurunkan pH dengan meretensi H+

oleh ginjal agar absorpsi HCO3- berkurang. Ingat, bila pH tinggi berarti [H+] turun.

gejala:

- Pasien sering menguap

- Napas lebih cepat dan dalam

- Kepala terasa ringan

- Parestesi sekitar mulut serta kesemutan

Penyebab akut dapat berupa stimulasi saraf sentral pada tumor serebri, ensefalitis,

dan intoksikasi. Penyebab kronis dapat berupa penyakit paru kronis.

30

Page 31: Kasus tutorial 3 (1)

Kesimpulan

Sesak nafas disebabkan oleh gangguan sistem respirasi. Dimana terdapat

hambatan dalam jalan keluar masuknya udara ke paru-paru sehingga menghambat

pertukaran antara O2 dan CO2. Gangguan yang terjadi merupakan gangguan obstruktif.

Hal ini ditandai dengan ekspirasi memanjang yang dialami pasien.

31