kasus hipertensi pada keluarga family folder 26

36
Kasus Hipertensi pada Keluarga Samuel Wosangara Billy NIM : 102012152, Kelompok: FF54 Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana 2012, Jl. Arjuna Utara No.6 Jakarta 11510, Telp : 021-56942061, Fax : 021-563173, E-mail : [email protected] Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Hipertensi adalah keadaan dimana tekanan darah melebihi 140 mmHg sistolik dan melebihi 90 mmHg diastolik pada seseoang yang tidak sedang makan obat antihipertensi. 1 Data epidemiologis menunjukkan bahwa dengan makin meningkatnya populasi usia lanjut, maka jumlah pasien dengan hipertensi kemungkinan besar juga akan bertambah, dimana baik hipertensi sistolik maupun kombinasi hipertensi sistolik dan diastolik sering timbul pada lebih dari separuh orang yang berusia >65 tahun. 2 Sampai saat ini hipertensi masih tetap menjadi masalah karena beberapa hal, antara lain meningkatnya prevalensi hipertensi, masih banyaknya pasien hipertensi yang belum mendapat pengobatan maupun yang sudah diobati tetapi tekanan darahnya 1 | Page

Upload: samuelwosangara

Post on 11-Dec-2015

142 views

Category:

Documents


20 download

DESCRIPTION

Family Folder 26

TRANSCRIPT

Kasus Hipertensi pada Keluarga

Samuel Wosangara Billy

NIM : 102012152, Kelompok: FF54

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana 2012, Jl. Arjuna Utara No.6

Jakarta 11510, Telp : 021-56942061, Fax : 021-563173, E-mail : [email protected]

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Hipertensi adalah keadaan dimana tekanan darah melebihi 140 mmHg sistolik dan

melebihi 90 mmHg diastolik pada seseoang yang tidak sedang makan obat antihipertensi.1

Data epidemiologis menunjukkan bahwa dengan makin meningkatnya populasi usia

lanjut, maka jumlah pasien dengan hipertensi kemungkinan besar juga akan bertambah, dimana

baik hipertensi sistolik maupun kombinasi hipertensi sistolik dan diastolik sering timbul pada

lebih dari separuh orang yang berusia >65 tahun.2

Sampai saat ini hipertensi masih tetap menjadi masalah karena beberapa hal, antara lain

meningkatnya prevalensi hipertensi, masih banyaknya pasien hipertensi yang belum mendapat

pengobatan maupun yang sudah diobati tetapi tekanan darahnya belum mencapai target, serta

adanya penyakit penyerta dan komplikasi yang dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas.2

1.2 Masalah

Masalah yang dapat dirumuskan dari kasus ini adalah melihat faktor resiko apa saja yang

ditemukan pada pasien, melihat bagaimana fungsi keluarga menurut ilmu kedokteran keluarga

dalam pendukungan penyembuhan pasien dan mengevaluasi terapi dalam rangka pengobatan

pasien.

1 | P a g e

1.3 Tujuan

Tujuan penulisan laporan ini adalah untuk mengetahui dan memahami penyakit

hipertensi lebih dalam, sehingga dapat memberikan pelayanan kesehatan berupa promotif,

preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan

berdasarkan pendekatan kedokteran keluarga dengan mengikutsertakan pasien dan keluarga.

Selain itu untuk mengetahui apakan adanya hubungan antara riwayat keluar secara biologis,

psikologis, lingkungan/keadaan rumah, spiritual, sosial, kultural keluarga terhadap penderita

hipertensi. Tidak lupa juga untuk mengetahui sikap, pengetahuan, serta pengobatan yang

dilakukan keluarga yang menderita hipertensi.

Tujuan lain daripada membuat laporan ini juga untuk memenuhi tugas Skill Lab Family

Folder pada blok community medicine.

1.4 Manfaat

Manfaat penulisan laporan ini adalah untuk meningkatkan sikap, perilaku, dan

pengetahuan pasien dan keluarganya terhadap hipertensi dan pengobatannya, serta mengenali

gejala dini dan tanda-tanda bahaya dari penyakit tersebut sehingga bisa memanfaatkan potensi

pasien dan keluarga dalam menanggulangi masalah yang timbul. Dengan begitu angka

morbiditas dan mortalitas pada kasus penyakit ini dapat berkurang.

1.5 Sasaran

Sasaran yang kita tuju adalah “pasien” yang merupakan penderita hipertensi, dan juga

sekelompok masyarakat atau komunitas yang harus kita berikan edukasi guna mencegah

peningkatan penderita penyakit hipertensi.

2 | P a g e

Tinjauan Pustaka

2.1 Hipertensi1

Hipertensi adalah suatu kondisi dimana terjadi peningkatan curah jantungdan/atau

kenaikan pertahanan perifer.

Menurut The Joint National Commitee of Prevention, Detection, Evaluation and

Treatment of The Blood Pressure(2004) dikatakan hipertensi jika tekanan darah sistolik yang

lebih besar atau sama dengan 140 mmHg atau peningkatan tekanan darah diastolik yang lebih

besar atau sama dengan 90mmHg. Umumnya tekanan darah normal seseorang 120 mmHg/80

mmHg. Hasil pemeriksaan tersebut dilakukan 2 atau lebih pemeriksaan dan dirata-rata.

2.2 Anamnesis3

Anamnesis adalah suatu teknik pemeriksaan yang dilakukan lewat suatu percakapan

antara seorang dokter dengan pasiennya.

Tujuan utama anamnesis adalah untuk mengumpulkan semua informasi dasar yang

berkaitan dengan penyakit pasien dan adaptasi pasien terhadap penyakitnya. Kemudian dapat

dibuat penilaian keadaan pasien. Prioritasnya adalah memberitahukan nama, jenis kelamin, dan

usia pasien, menjelaskan secara rinci keluhan utama, menjelaskan riwayat penyakit dahulu yang

signifikan, riwayat keluarga, pengobatan dan alergi, temuan positif yang relevan dengan

penyelidikan fungsional, dan menempatkan keadaan sekarang dalam konteksi situasi sosial

pasien. Presentasi anamnesis harus mengarah pada keluhan atau masalah. Saat melakukan

anamnesis, hindari penggunaan kata-kata medis yang tidak dimengerti oleh pasien.

1. Lama menderita hipertensi dan derajat tekanan darah

2. Indikasi adanya hipertensi sekunder

a) Keluarga dengan riwayat penyakit ginjal

b) Adanya penyakit ginjal, infeksi saluran kemih, hematuri, pemakian obat-obat analgesic

c) Episode berkeringat, sakit kepala, kecemasan, palpitasi (feokromositoma)

d) Episode lemah otot dan tetani (aldosteronisme)

3 | P a g e

3. Faktor-faktor resiko :

a) Riwayat hipertensi atau kardiovaskular pada pasien atau keluarga pasien

b) Riwayat hiperlipidemia pada pasien atau keluarga pasien

c) Riwayat diabetes mellitus pada pasien atau keluarga pasien

d) Kebiasaan merokok

e) Pola makan

f) Kegemukan, intensitas olahraga

g) Kepribadian

4. Gejala kerusakan organ

a) Otak dan mata : sakit kepala, vertigo, gangguan penglihatan, transient ischemic attack,

deficit sensoris atau motoris

b) Jantung : nyeri dada, sesak, bengkak kai

c) Ginjal : haus, poliuria, nokturia, hematuri

d) Arteri perifer : ekstremitas dingin

5. Pengobatan antihipertensi sebelumnya

Faktor-faktor pribadi, keluarga dan lingkungan

2.3 Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik juga penting untuk mengarahkan evaluasi selanjutnya. Pada

pemeriksaan fisik, kita menilai keadaan umum , kesadaran dan melakukan pemeriksaan tanda-

tanda vital (TTV).4

I. Tingkat kesadaran adalah ukuran dari kesadaran dan respon seseorang terhadap

rangsangan dari lingkungan, tingkat kesadaran dibedakan menjadi:5

Compos Mentis (conscious), yaitu kesadaran normal, sadar sepenuhnya, dapat

menjawab semua pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya.

Apatis, yaitu keadaan kesadaran yang segan untuk berhubungan dengan sekitarnya,

sikapnya acuh tak acuh.

Delirium, yaitu gelisah, disorientasi (orang, tempat, waktu), memberontak, berteriak-

teriak, berhalusinasi, kadang berhayal.

4 | P a g e

Somnolen (Obtundasi, Letargi), yaitu kesadaran menurun, respon psikomotor yang

lambat, mudah tertidur, namun kesadaran dapat pulih bila dirangsang (mudah

dibangunkan) tetapi jatuh tertidur lagi, mampu menjawab jawaban verbal.

Stupor (koma), yaitu keadaan seperti tertidur lelap, tetapi ada respon terhadap nyeri.

Coma (comatose), yaitu tidak bisa dibangunkan, tidak ada respon terhadap

rangsangan apapun (tidak ada respon kornea maupun reflek muntah, mungkin juga

tidak ada respon pupil terhadap cahaya).

II. Pemeriksaan keadaan umum pasien ialah melihat kondisi pasien langsung ketika

datang ke klinik atau rumah sakit. Hal-hal yang perlu diperhatikan ialah kesadaran dan

keaktifan pasien.4,5

III. Pemeriksaan TTV (tanda-tanda vital), yang perlu diperiksa tekanan darah, nadi,

pernapasan, dan suhu tubuh.4,5

2.4 Pemeriksaan Penunjang6

Pemeriksaan penunjang adalah pemeriksaan yang dapat membantu dokter untuk

menyingkirkan diagnosis pembanding, untuk menegakkan diagnosis, maupun untuk memilih

terapi yang tepat untuk dijalankan oleh pasien. Dalam memilih pemeriksaan penunjang, dokter

haruslah bijaksana dan haruslah mempertimbangkan berbagai faktor yang terlibat, selain itu

pemeriksaan penunjang yang akan di jalankan oleh pasien haruslah informative untuk dokter

tersebut.

Pemeriksaan laboratorium yang rutin dilakukan sebelum memulai terapi bertujuan

menentukan adanya kerusakan organ dan factor resiko lain atau mencari penyebab hipertensi.7

I. Hematologi Rutin

Pada penderita hipertensi yang tidak diobati biasanya akan mengalami peningkatan

sel darah putih (leukosit) serta perubahan pada beberapa komponen darah lainnya.

5 | P a g e

II. Gula Darah

Hipertensi yang disertai diabetes maupun diabetes yang disertai hipertensi dapat

menimbulkan risiko penyulit pada organ penting. Untuk menghindari hal tersebut

maka penyandang hipertensi juga perlu secara teratur memeriksakan gula darahnya

(gula puasa dan 2 jam PP).

III. Profil Lemak

Penyandang hipertensi berisiko mengalami penyakit kardiovaskular. Risiko akan

semakin besar apabila disertai peningkatan trigliserida, kolesterol total dan kolesterol

LDL, serta penurunan kolesterol HDL. Oleh sebab itu sangat penting bagi

penyandang hipertensi untuk memeriksakan profil lemak secara berkala.

IV. Fungsi Ginjal

Hipertensi pemicu utama terjadinya kerusakan pada ginjal. Dari hasil evaluasi, 20 -

30% pasien cuci darah adalah penderita hipertensi. Untuk itu perlu melakukan

pemeriksaan laboratorium yang berkaitan dengan:

Urea N

Urea Nitrogen merupakan produk akhir dari metabolisme protein yang mudah

disaring oleh ginjal. Urea N dalam darah mencerminkan perbandingan antara

urea yang dihasilkan dan urea yang dibuang. Urea N dalam darah dapat tinggi

pada keadaan penyakit ginjal akut maupun kronik.

Kreatin

Kreatin merupakan pemeriksaan fungsi ginjal yang paling umum digunakan.

Namun konsentrasi kreatin akan menunjukkan hasil tidak normal setelah

setengah atau lebih kerja ginjal tidak berfungsi. Saat ini penanda baru yang lebih

sensitif dari kreatinin dalam mendeteksi penurunan fungsi ginjal adalah Cystatin

C.

Asam Urat

Asam urat sangat berhubungan erat dengan hipertensi. Konsentarsi asam urat

yang tinggi di dalam darah akan meningkatkan risiko komplikasi hipertensi.

Albumin Urin Kuantitatif

6 | P a g e

Pemeriksaan Albumin Urin Kuantitatif digunakan untuk menguji saring

mikroalbuminuria. Mikroalbuminuria terjadi pada sekitar 30% pasien hipertensi

sedang maupun ringan. Uji saring mikroalbuminuria pada penyandang hipertensi

dapat digunakan sebagai penanda kerusakan pada ginjal, dan penanda risiko

penyakit kardiavaskular dan risiko kematian akibat penyakit jantung lainnya.

2.5 Klasifikasi Hipertensi8

Menurut The Seven Report of The Joint National Committee on Prevention,

Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC7) kalsifikasi tekanan

darah pada orang dewasa terbagi menjadi kelompok normal, prahipertensi, hipertensi

derajat 1 dan hipertensi derajat 2 (Tabel 1).

Tabel 1. Klasifikasi Hipertensi8

2.6 Etiologi dan Faktor Resiko9,10,11

Hipertensi disebabkan oleh faktor-faktor yang dapat dimodifikasi atau dikendalikan serta

faktor yang tidak dapat dimodifikasi.

Faktor-faktor yang tidak dapat dimodifikasi

I. Genetik

7 | P a g e

Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan keluarga tersebut

mempunyai resiko menderita hipertensi. Individu dengan orangtua hipertensi mempunyai

resiko dua kali lebih besar untuk menderita hipertensi daripada individu yang tidak

mempunyai keluarga dengan riwayat hipertensi.

II. Umur

Insidens hipertensi meningkat seiring dengan pertambahan usia. Individu yang berumur

di atas 60 tahun, 50-60% mempunyai tekanan darah lebih besar atau sama dengan 140/90

mmHg. Hal itu merupakan pengaruh degenerasi yang terjadi pada orang yang bertambah

usianya.

III. Jenis Kelamin

Laki-laki mempunyai resiko lebih tinggi untuk menderita hipertensi lebih awal. Laki-laki

juga mempunyai resiko yang lebih besar terhadap morbiditas dan mortalitas

kardiovaskuler. Sedangkan di atas umur 50 tahun hipertensi lebih banyak terjadi pada

perempuan.

IV. Etnis

Hipertensi lebih banyak terjadi pada orang berkulit hitam daripada yang berkulit putih.

Belum diketahui secara pasti penyebabnya, namun dalam orang kulit hitam ditemukan

kadar renin yang lebih rendah dan sensitifitas terhadap vasopresin lebih besar.

V. Penyakit Ginjal

Ginjal merupakan organ penting dalam mengendalikan tekanan darah, karena itu

berbagai penyakit dan kelainan pda ginjal bisa menyebabkan terjadinya tekanan darah

tinggi. Misalnya penyempitan arteri yang menuju ke salah satu ginjal (stenosis arteri

renalis) bisa menyebabkan hipertensi. Peradangan dan cedera pada salah satu atau kedua

ginjal juga bisa menyebabkan naiknya tekanan darah.

VI. Obat-obataan

8 | P a g e

Penggunaan obat-obatan seperti beberapa obat hormon (Pil KB), Kortikosteroid,

Siklosporin, Eritropoietin, Kokain, dan Kayu manis (dalam jumlah sangat besar),

termasuk beberapa obat antiradang (anti-inflammasi) secara terus menerus (sering) dapat

meningkatkan tekanan darah seseorang. Minuman yang mengandung alkohol juga

termasuk salah satu faktor yang dapat menimbulkan terjadinya tekanan darah tinggi.

VII. Preeklampsi pada kehamilan

Preeklampsia dalam kehamilan adalah apabila dijumpai tekanan darah 140/90 mmHg

setelah kehamilan 20 minggu (akhir triwulan kedua sampai triwulan ketiga) atau bisa

lebih awal terjadi. Preeklamsi terjadi sebagai akibat dari gangguan fungsi organ akibat

penyempitan pembuluh darah secara umum yang mengakibatkan iskemia plasenta (ari-

ari) sehingga berakibat kurangnya pasokan darah yang membawa nutrisi ke janin.

Faktor-faktor yang dapat dimodifikasi atau dikendalikan

I. Stress

Stres akan meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer dan curah jantung sehingga

akan menstimulasi aktivitas saraf simpatetik. Adapun stres ini dapat berhubungan dengan

pekerjaan, kelas sosial, ekonomi, dan karakteristik personal. Mekanisme hubungan antara

stress dengan hipertensi, diduga melalui aktivasi saraf simpatis. Saraf simpatis adalah

saraf yang bekerja pada saat kita beraktivitas, saraf parasimpatis adalah saraf yang

bekerja pada saat kita tidak beraktivitas.

II. Obesitas

Penelitian epidemiologi menyebutkan adanya hubungan antara berat badan

dengan  tekanan darah baik pada pasien hipertensi maupun normotensi. Pada populasi

yang tidak ada peningkatan berat badan seiring umur, tidak dijumpai peningkatan tekanan

darah sesuai peningkatan umur. Obesitas terutama pada tubuh bagian atas dengan

peningkatan jumlah lemak pada bagian perut.

III. Nutrisi

9 | P a g e

Sodium adalah penyebab penting dari hipertensi esensial, asupan garam yang tinggi akan

menyebabkan pengeluaran berlebihan dari hormon natriouretik yang secara tidak

langsung akan meningkatkan tekanan darah.

Asupan garam tinggi yang dapat menimbulkan perubahan tekanan darah yang dapat

terdeteksi adalah lebih dari 14 gram per hari atau jika dikonversi kedalam takaran sendok

makan adalah lebih dari dua sendok makan.

IV. Merokok

Penelitian terakhir menyatakan bahwa merokok menjadi salah satu faktor risiko

hipertensi yang dapat dimodifikasi. Merokok merupakan faktor risiko yang potensial

untuk ditiadakan dalam upaya melawan arus peningkatan hipertensi khususnya dan

penyakit kardiovaskuler secara umum di Indonesia.

V. Kurang olahraga

Gaya hidup yang tidak aktif (malas berolah raga) bisa memicu terjadinya hipertensi pada

orang-orang memiliki kepekaan yang diturunkan.

2.7 Patogenesis12

Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya angiotensin II dari

angiotensin I oleh angiotensin I-converting enzyme (ACE). ACE memegang peran fisiologis

penting dalam mengatur tekanan darah.

Darah mengandung angiotensinogen yang diproduksi di hati. Selanjutnya oleh hormon,

renin (diproduksi oleh ginjal) akan diubah menjadi angiotensin I. Oleh ACE yang terdapat di

paru-paru, angiotensin I diubah menjadi angiotensin II. Angiotensin II inilah yang memiliki

peranan kunci dalam menaikkan tekanan darah melalui dua aksi utama. Aksi pertama adalah

meningkatkan sekresi hormon antidiuretik (ADH) dan rasa haus. ADH diproduksi di hipotalamus

(kelenjar pituitari) dan bekerja pada ginjal untuk mengatur osmolalitas dan volume urin. Dengan

meningkatnya ADH, sangat sedikit urin yang diekskresikan ke luar tubuh (antidiuresis), sehingga

menjadi pekat dan tinggi osmolalitasnya. Untuk mengencerkannya, volume cairan ekstraseluler

10 | P a g e

akan ditingkatkan dengan cara menarik cairan dari bagian intraseluler. Akibatnya, volume darah

meningkat, yang pada akhirnya akan meningkatkan tekanan darah. Aksi kedua adalah

menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal.

Aldosteron merupakan hormon steroid yang memiliki peranan penting pada ginjal. Untuk

mengatur volume cairan ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi ekskresi NaCl (garam)

dengan cara mereabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi NaCl akan diencerkan

kembali dengan cara meningkatkan volume cairan ekstraseluler yang pada gilirannya akan

meningkatkan volume dan tekanan darah.

2.8 Manisfestasi Klinis10

Hipertensi sulit disadari oleh seseorang karena hipertensi tidak memiliki gejala khusus.

Gejala ringan seperti pusing, gelisah, mimisan, dan sakit kepala biasanya jarang berhubungan

langsung dengan hipertensi. Hipertensi dapat diketahui dengan mengukur tekanan darah secara

teratur. Akan tetapi, jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul gejala

berikut:

Sakit kepala

Kelelahan

Mual

Muntah

Sesak nafas

Gelisah

Pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada otak, mata, jantung

dan ginjal.

Sering buang air kecil terutama di malam hari

Telinga berdenging

Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran dan bahkan koma

karena terjadi pembengkakan otak. Keadaan ini disebut ensefalopati hipertensif, yang

memerlukan penanganan segera.

11 | P a g e

2.9 Penatalaksanaan12

Pelayanan kesehatan yang diberikan di puskesmas ialah pelayanan kesehatan yang

meliputi pelayanan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.

1. Promotif (peningkatan kesehatan)

Menjelaskan tentang hipertensi itu penyakit seperti apa pada keluarga pasien, terutama

mengenai apa penyebabnya, apa akibatnya, bagaimana cara mengobati dan

pencegahannya.

Edukasi kepada keluarga pasien mengenai masalah-masalah yang dapat memunculkan

hipertensi dan bagaimana cara mengatasinya.

Melakukan penyuluhan kepada keluarga di lingkungan sekitarnya mengenai pola

hidup yang sehat agar terhindari dari hipertensi dan bagaimana cara mengontrol

hipertensi. Pola hidup yang sehat yang perlu di promosikan meliputi olahraga yang

cukup, kurangi makan makanan berlemak, kurangi konsumsi garam, hindari rokok,

dan perbanyak makan makanan yang mengandung cukup serat.

2. Preventif (upaya pencegahan)

Resiko seserorang terkena hipertensi dapat dikurangi dengan cara:

Mengukur tekanan darah secara rutin

Kurangi konsumsi garam dalam makanan.

Konsumsi makanan yang mengandung kalium, magnesium dan kalsium. Kalium,

magnesium dan kalsium mampu mengurangi tekanan darah tinggi.

Hindari konsumsi alkohol.

Lakukan olahraga secara teratur. Olahraga secara teratur bisa menurunkan tekanan

darah tinggi. Jika menderita tekanan darah tinggi, pilihlah olahraga yang ringan seperti

berjalan kaki, bersepeda, lari santai, dan berenang. Lakukan selama 30 hingga 45

menit sehari sebanyak 3 kali seminggu.

Berhenti merokok juga berperan besar untuk mengurangi tekanan darah tinggi atau

hipertensi.

Kendalikan kadar kolesterol.

12 | P a g e

Kendalikan diabetes.

Hindari obat yang bisa meningkatkan tekanan darah. Konsultasikan dan mintalah ke

dokter agar memberikan obat yang tidak meningkatkan tekanan. 

Menghindari stress dan emosi.

3. Kuratif (pengobatan)

Penanganan/pengobatan hipertensi

a. Pengobatan Non-farmakologis Terkadang dapat mengontrol tekanan darah

sehingga pengobatan farmakologis tidak diperlukan, atau minimal ditunda.

b. Pengobatan Farmakologi Pengobatan dengan menggunakan obat-obatan kimiawi.

Penatalaksanaan faktor risiko dilakukan dengan cara pengobatan secara non

farmakologis, antara lain:

Mengatasi Obesitas. dengan melakukan diet rendah kolesterol, namun kaya dengan

serat dan protein. Dianjurkan pula minum suplemen potassium dan kalsium. Minyak

ikan yang kaya dengan asam lemak omega 3 juga dianjurkan. Diskusikan dengan

dokter ahli/ahli gizi sebelum melakukan diet.

Mengurangi asupan garam ke dalam tubuh. Harus memperhatikan kebiasaan makan

penderita hipertensi. Pengurangan asupan garam secara drastis akan sulit

dilaksanakan, jadi sebaiknya dilakukan secara bertahap dan tidak dipakai sebagai

pengobatan tunggal.

Menghindari stress. Ciptakan suasana yang menenangkan bagi pasien penderita

hipertensi. Perkenalkan berbagai metode relaksasi seperti yoga atau meditasi, yang

dapat mengontrol sistem saraf yang akhirnya dapat menurunkan tekanan darah.

Memperbaiki gaya hidup yang kurang sehat. Anjurkan kepada pasien penderita

hipertensi untuk melakukan olahraga seperti senam aerobik atau jalan cepat selama

30-45 menit sebanyak 3-4 kali seminggu. Selain itu menghentikan kebiasaan

merokok dan mengurangi minum minuman beralkohol sebaiknya juga dilakukan.

Selain cara pengobatan non farmakologis, penatalaksanaan utama hipertensi

primer ialah dengan obat. Keputusan untuk mulai memberikan obat anti hipertensi

berdasarkan beberapa faktor seperti derajat peninggian tekanan darah, terdapatnya

13 | P a g e

kerusakan organ target, dan terdapatnya manifestasi klinis penyakit kardiovaskular atau

faktor resiko lain.

Pengobatan hipertensi berlandaskan beberapa prinsip:

1) pengobatan hipertensi sekunder lebih mengutamakan pengobatan kausal

2) pengobatan hipertensi primer ditujukan untuk menurunkan tekanan darah dengan

harapan memperpanjang umur dan mengurangi timbulnya komlikasi

3) upaya menurunkan tekanan darh dicapai dengan menggunakan obat anti hipertensi

selain dengan perubahan gaya hidup

4) pengobatan hipertensi primer adalah pengobatan jangka panjang dengan

kemungkinan besar untuk seumur hidup

5) pengobatan menggunakan algoritma yang dianjurkan The Joint National Committee

on Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure . Pada sebagian

besar pasien pengobatan dimulai dengan dosis kecil obat anti hipertensi yang dipilih,

dan jika perlu dosisnya secara perlahan-lahan dinaikan, bergantung pada umur,

kebutuhan, dan hasil pengobatan. Obat anti hipertensi yang dipilih sebaiknya yang

mempunyai efek penurunan tekanan darah selama 24 jam dengan dosis sekali sehari,

dan setelah 24 jam efek penurunan tekanan darahnya masih diatas 50% efek

maksimal. Obat antihipertensi kerja panjang yang mempunyai efek penurunan

tekanan darah selama 24 jam lebih disukai daripada obat jangka pendek disebabkan

oleh beberapa faktor antara lain:

- kepatuhan lebih baik dengan dosis sekali sehari

- harga obat dapat lebih murah

- pengendalian tekanan darah perlahan-lahan dan persisten

- mendapat perlindungan terhadap faktor risiko seperti kematian mendadak,

serangan jantung, dan strok, yang disebabkan oleh peninggian tekanan darah

pada saat bangun setelah tidur alam hari10

4. Rehabilitatif (pemulihan kesehatan)

Rehabilitasi merupakan upaya perbaikan dampak negatif dari hipertensi yang tidak bisa

diobati. Upaya yang dapat dilakukan oleh penderita hipertensi antara lain dengan perubahan

pola makan dan gaya hidup sehat yang harus dilakukan secara kontinum. Hal-hal lain yang

dilakukan dan bertujuan agar tekanan darah selalu dalam keadaan normal seperti

14 | P a g e

menurunkan berat badan hingga mencapai berat badan ideal, berolahraga, dan pola makan

seimbang seperti mengurangi asupan garam karena didalam garam terdapat kandungan

sodium yang dapat meningkatkan tekanan darah bagi orang yang memiliki sensitifitas

garam.

Kontrol penyakit ke dokter minimal sebulan sekali.

Monitoring:

o Tekanan darah

o Kerusakan target organ: mata (retinopati hipertensi), ginjal (nefropati

hipertensi), jantung (HHD), otak (stroke)

o Interaksi obat dan efek samping

o Kepatuhan

Komplikasi10,11,12

Pada umumnya komplikasi terjadi pada hipertensi berat yaitu jika tekanan diastolik ≥ 130

mmHg atau pada kenaikan tekanan darah yang terjadi secara mendadak dan tinggi.

I.Pada mata : penyempitan pembuluh darah pada mata karena penumpukan kolesterol

dapat mengakibatkan retinopati, dan efek yang ditimbulkan pandangan mata kabur.

II. Pada jantung : jika terjadi vasokonstriksi vaskuler pada jantung yang lama dapat

menyebabkan sakit lemah pada jantung, sehingga timbul rasa sakit dan bahkan

menyebabkan kematian yang mendadak.

III. Pada ginjal : suplai darah vaskuler pada ginjal turun menyebabkan terjadi

penumpukan produk sampah yang berlebihan dan bisa menyebabkan sakit pada ginjal.

15 | P a g e

IV. Pada otak : jika aliran darah pada otak berkurang dan suplai O2 berkurang bisa

menyebabkan pusing. Jika penyempitan pembuluh darah sudah parah mengakibatkan

pecahnya pembuluh darah pada otak (stroke).

Materi dan Metode

3.1 Materi

16 | P a g e

Materi yang dibahas dalam laporan kasus ini adalah hipertensi yang terjadi pada pasien.

3.2 Metode

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam laporan, yaitu :

1. Pengamatan atau observasi terhadap pasien, keluarga, serta lingkungan rumah dan

sekitarnya.

2. Wawancara/interview langsung dengan menggunakan alat berupa daftar pertanyaan.

Wawancara dilakukan kepada pasien.

3. Dokumentasi dengan melampirkan foto sebagai bukti pelaksanaan kunjungan ke rumah

pasien.

Hasil dan Pembahasan

4.1 Hasil Data

17 | P a g e

Dari hasil wawancara dengan pasien serta pengamatan pada saat melaksanakan

kunjungan ke rumah pasien di Puskesmas Kecamatan Kebon Jeruk, maka diperoleh data sebagai

berikut:

Puskesmas : Kecamatan Kebon Jeruk

Alamat : Jl. Kebon Jeruk No. 2 Rt.09/01. Jakarta Barat, DKI Jakarta, Indonesia

No Register :---

I. Identitas Pasien :

Nama : Ibu Sukmanah

Umur : 48 Tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Pendidikan : Madrasah

Alamat : Jl. Muscholla II RT 004/ RW010 Kel. Kec Kebon Jeruk

II. Riwayat Biologis Keluarga :

Keadaan kesehatan sekarang : Baik

Kebersihan perorangan : Baik

Penyakit yang sering diderita : Pusing, sakit kepala, tangan kesemutan

Penyakit keturunan : Hipertensi (Ayah)

Penyakit kronis/menular : Tidak ada

Kecacatan anggota keluarga : Tidak ada

Pola makan : Sedang (terkadang masih suka makanan

asin seperti garam, ikan asin berlebihan)

Pola istirahat : Baik

Jumlah anggota keluarga : 6 orang

18 | P a g e

III. Psikologis Keluarga :

Kebiasaan buruk : Tidak ada

Pengambilan keputusan keluarga : Bapak

Ketergantungan obat : Tidak ada

Tempat mencari pelayanan kesehatan : Puskesmas

Pola rekreasi : Kurang

IV. Keadaan Rumah /lingkungan :

Jenis bangunan : Semi Permanen

Lantai rumah : Semen

Luas rumah : 3x8m2

Penerangan : Kurang

Kebersihan : Sedang

Ventilasi : Sedang

Dapur : Ada, kurang bersih

Jamban keluarga : Ada, kurang bersih

Sumber air minum : Beli, Aqua

Sumber pencemaran : Ada, buang dan membakar sampah

sembarangan

Sistem pembuangan air limbah : Ada

Tempat pembuangan sampah : Ada

Sanitasi lingkungan : Kurang

Pemanfaatan pekarangan : Tidak ada

V. Spiritual Keluarga :

Ketaatan beribadah : Baik

Keyakinan tentang kesehatan : Baik

VI. Keadaan Sosial Keluarga

Tingkat pendidikan : Rendah

Hubungan antar aggota keluarga : Baik

Hubungan dengan orang lain : Baik

19 | P a g e

Kegiatan organisasi sosial : Baik

Keadaan ekonomi : Kurang

VII. Kultural Keluarga

Adat yang berpengaruh : Sunda

Lain – lain : Tidak ada

VIII. Daftar anggota keluarga

Nama Usia Pendidikan PekerjaanHubungan

Keluarga

Status

Perkawina

n

Imunisasi KBKeadaan

Kesehatan

Sukmana 48 Madrasah IRT Istri Menikah Lupa + Hipertensi

Rojali 60 SDPenganggura

nSuami Menikah Lupa - Riwayat tifus

Siti 33 SMA IRTAnak

PertamaMenikah Lengkap -

Gejala tifus 3 bulan

yll

Moh. Rizky

Ramadhan12 SD Siswa SD

Anak

Kedua

Belum

MenikahLengkap - Down Syndrome

Wawan 32 SD Montir Mantu Menikah Lupa - Sehat

Arya Fadil 10 SD Siswa SD CucuBelum

MenikahLengkap - Sehat

IX. Keluhan Utama :

Kepala Sering Pusing, Tangan Kesemutan

20 | P a g e

X. Keluhan Tambahan :

Cepat Lelah

XI. Riwayat Penyakit sekarang :

Pasien sering merasa pusing disertai tangan kesemutan ketika merasa terlalu lelah,

dan ketika sedang memikirkan masalah

XII. Riwayat penyakit dahulu :

Pasien diketahui sudah memiliki riwayat hipertensi sudah lama dan rajin minum

obat dan kontrol. Tekanan darahnya dulu sempat mencapai 150/90mmHg

XIII. Pemeriksaan fisik :

Status Generalis

Keadaan umum : Sakit ringan

Kesadaran : Compos Mentis

Tekanan darah : 130/80 mmHg

RR : 18x/menit

Nadi : 81x/menit

Suhu : 36.5 C

XIV. Diagnosis Penyakit :

Hipertensi primer grade I

XV. Diagnosis keluarga :

Riwayat Hipertensi

XVI. Anjuran penatalaksanaan penyakit :

a. Promotif : Menjelaskan tentang penyakit Hipertensi

b. Preventif : - Diet rendah garam

- Olah raga teratur

- Menghindari faktor resiko : rokok, alcohol, stress

21 | P a g e

c. Kuratif :

Terapi medikamentosa :

- Amlodipin 5 mg/hari

- Cephadroxil 3x500 mg/hari

Terapi non-medikamentosa :

1. Mengurangi asupan garam ke dalam tubuh. Harus memperhatikan

kebiasaan makan penderita hipertensi.

2. Menghindari stress. Ciptakan suasana yang menenangkan bagi pasien

penderita hipertensi.

3. Memperbaiki gaya hidup yang kurang sehat. Anjurkan kepada pasien

penderita hipertensi untuk melakukan olahraga seperti senam aerobik atau

jalan cepat selama 30-45 menit sebanyak 3-4 kali seminggu. Selain itu

menghentikan kebiasaan merokok dan mengurangi minum minuman

beralkohol sebaiknya juga dilakukan

d. Rehabilitatif : -

XVII. Prognosis :

Penyakit : dubia ad bonam

Keluarga : dubia ad bonam

Masyrakat : dubia ad bonam

XVIII. Resume

Dari hasil pemeriksaan saat kunjungan rumah pada tanggal 24 Juli 2015 pasien

adalah penderita Hipertensi. Pasien sudah memiliki pengentahuan dan kesadaran akan

penyakit hipertensi sehingga pasien rutin meminum obat dan rajin untuk kontrol, namun

terkadang pasien masih suka makan makanan yang asin secara berlebihan, namun secara

keseluruhan pasien sudah mengikuti petunjuk yang disampaikan oleh dokter untuk

mengatur tekanan darahnya. Rumah pasien juga tergolong rumah yang kurang baik

22 | P a g e

dimana rumah tersebut memiliki kebersihan rumah dan ventilasi yang cukup baik, namun

penerangan dan kebersihan daripada dapur dan kamar mandinya kurang.

XIX. Lampiran : foto foto perilaku atau lingkungan yang mempengaruhi timbulnya penyakit atau yang nantinya akan mempengaruhi keadaan kesehatan keluarga

Gambar 1 dan 2. Ruang Keluarga dan Tempat Untuk Beristirahat

23 | P a g e

Gambar 3. Dapur untuk memasak setiap hari

Gambar 4 dan 5. Tempat Pembuangan Sampah dan Kamar Mandi

24 | P a g e

Gambar 6 dan 7. Sumber Air Minum Sehari Hari dan Sumber Pencahayaan

Gambar 8. Keadaan Diluar Rumah

Penutup

5.1 Kesimpulan

25 | P a g e

Dari hasil pemeriksaan dan wawancara pada saat kunjungan rumah pasien Puskesmas

Kecamatan Kebon Jeruk pada tanggal 24 July 2015 didapatkan bahwa pasien memiliki penyakit

hipertensi. Pasien tersebut sudah memiliki cukup ilmu pengetahuan tentang penyakit tersebut

dimana ia terapkan dengan cara meminum obat secara rutin dan rajin untuk kontrol kepada

dokter. Rumah pasien masih tergolong kurang baik karena kurangnya sumber cahaya dan

kurangnya kebersihan dapur dan kamar mandinya.

5.2 Daftar Pustaka

1. Baradero M, Dayrit MW, Siswadi Y. Gangguan vaskular jantung. Klien Gangguan

Kardiovaskular. 1st ed. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2008.h. 49-52.

2. Yogiantoro M. Hipertensi esensial. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.4 th ed. Jakarta:

Interna Publishing; 2007.h. 599

3. Gleadle J. Anamnesis dan pemeriksaan fisik. At a Glance. Jakarta; Erlangga. 2005.h.12-

52, 83-84

4. Houghton AR. Gray D. Chamberlain’s gejala dan tanda dalam kedokteran klinis. Jakarta:

EGC; 2012,h.103-7.

5. Uliyah M. Keterampilan dasar praktik klinik. 2nd ed. Jakarta: Salemba Medika;

2008.h.153.

6. Harrisons 15th edition Principles Of Internal Medicine, Eugene Braunwald, Anthony S.

Fauci, Dan L. Longo, McGraw Hill,2001, Acute Appendicitis, 1705- 1708

7. Nelson, Waldo E., Behman,Richard E., Kliegman,Robert., Arvin,Ann M. Nelson textbook

of pediactrics vol. 3 15th : syndromes of herediter persistence of fetak hemoglobin (edisi

bahasa indonesia, ahli bahasa : a. samik wahab). Jakarta: EGC; 2012.h.1708 – 12.

8. Price SA, Wilson LM. Patofisiologi: Konsep klinis proses-proses penyakit. Edisi 6.

Jakarta: EGC, 2005. h.583-5.

9. Wawolumaya.C.Survei Epidemiologi Sederhana, Seri No.1, 2001. Cermin Dunia

Kedokteran No. 150, 2006 35

26 | P a g e

10. Boedhi-Darmojo, R. Community Prevalence of hypertension in Indonesia 8th World

Congress of Cardiology, Tokyo, 1978

11. Kartari, dkk.: Blood Pressure values and Prevalence of Hypertension in certain Ethnic

Groups in Indonesia, Bull. Health Studies, 1976

12. Mc mahon Rosemary. Manajemen pelayanan kesehatan primer. 2nd ed. Jakarta: EGC;

2003.h.89 –130.

27 | P a g e