family folder hipertensi
DESCRIPTION
try thisTRANSCRIPT
Pencegahan Hipertensi Dalam Masyarakat
Jodie Josephine
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Pendahuluan
Puskesmas merupakan unit pelayanan kesehatan yang letaknya berada paling dekat ditengah-
tengah masyarakat dan mudah dijangkau dibandingkan dengan unit pelayanan kesehatan
lainya (Rumah Sakit Swasta maupun Negeri). Fungsi puskesmas adalah mengembangkan
pelayanan kesehatan yang menyeluruh seiring dengan misinya. Pelayanan kesehatan tersebut
harus bersifat menyeluruh atau yang disebut dengan Comprehensive Health Care Service
yang meliputi aspek promotive, preventif, curative, dan rehabilitatif. Prioritas yang harus
dikembangkan oleh puskesmas harus diarahkan ke bentuk pelayanan kesehatan dasar (basic
health care services) yang lebih mengedepankan upaya promosi dan pencegahan (public
health service). Fungsi puskesmas menurut keputusan menteri kesehatan republik Indonesia
No.128/MENKES/SK/II/2004, adalah sebagai pusat penggerakan pembangunan berwawasan
kesehatan, pusat pemberdayaan masyarakat dan keluarga dalam pembangunan kesehatan,
serta pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama.
Hipertensi tidak mempunyai sebab yang khusus tapi multi factor itu sebagai respon terhadap
peningkatan cardiac output atau adanya tekanan perifer. Faktor – faktor yang berpengaruh
terhadap dua kekuatan tersebut adalah genetik, obesitas, stress lingkungan, kehilangan
jaringan elastis dan arteriosclerosis aorta dan arteri besar lain. Hipertensi skunder dapat
sebagai akibat dari bermacam – macam penyebab primer. Faktor pemicu hipertensi dapat
dibedakan menjadi dua: (1)Atas yang tidak dapat dikontrol (seperti kegemukan, kurang
olahraga, merokok, serta konsumsi alkohol dan garam). (2) Dan yang dapat dikontrol (seperti
keturunan, jenis kelamin, dan umur) dan garam).
Jodie Josephine Jonazh, NIM: 102011186, Fakultas Kedokteran Universitas Krida Wacana,
Jl. Arjuna Utara No.6 Jakarta 11510, [email protected]
1
Secara umum seseorang dikatakan menderita hipertensi jika tekanan darah
sistolik/diastoliknya melebihi 140/90 mmHg (normalnya 120/80 mmHg). Hipertensi
sebenarnya dapat diturunkan dari orang tua kepada anaknya. Jika salah satu orang tua terkena
hipertensi, maka kecenderungan anak untuk menderita hipertensi adalah lebih besar
dibandingkan dengan mereka yang tidak memiliki orang tua penderita hipertensi.
Sebanyak 31,7 persen atau sekitar satu dari tiga orang Indonesia mengalami hipertensi namun
mayoritas (76,1 persen) tidak mengetahui telah mengalami hipertensi sehingga tidak
mendapatkan pengobatan, demikian data dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007.
Dalam makalah ini, saya akan membahas tentang hasil kunjungan saya ke salah satu pasien
dari Puskesmas Jelambar Baru. Kegiatan ini diadakan untuk mengevaluasi keadaan umum
dan kesehatan pasien dan keluarganya, serta lingkungan tempat tinggal mereka. Metode yang
digunakan adalah pendekatan kualitatif dengan metode wawancara dengan pasien serta
melihat keadaan rumah dan lingkungan sekitar tempat tinggal pasien.
Laporan Kasus
Puskesmas : Jelambar Baru
Nomor register : 1521/13
Data riwayat keluarga :
I. Identitas pasien :
Nama : Marnisah
Umur : 61 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Pendidikan : Tidak ada
Alamat : Jl Setia Jaya No 30, RT 010/RW 08
Telepon : Tidak ada
2
II.Riwayat biologis keluarga :
a. Keadaan kesehatan sekarang : Baik
b. Kebersihan perorangan : Sedang
c. Penyakit yang sering diderita : Hipertensi
d. Penyakit keturunan : Penyakit Jantung
e. Penyakit kronis/ menular : Tidak ada
f. Kecacatan anggota keluarga : Tidak ada
g. Pola makan : Sedang
h. Pola istirahat : Baik
i. Jumlah anggota keluarga : 3 orang
III.Psikologis keluarga
a. Kebiasaan buruk : Tidak ada
b. Pengambilan keputusan : Keluarga
c. Ketergantungan obat : Tidak ada
d. Tempat mencari pelayanan kesehatan: Puskesmas Jelambar Baru
e. Pola rekreasi : Kurang
IV. Keadaan rumah/ lingkungan
a. Jenis bangunan : Semi Permanen
b. Lantai rumah : Keramik
c. Luas rumah : ? m2
d. Penerangan : Sedang
e. Kebersihan : Sedang
f. Ventilasi : Baik
g. Dapur : Ada
h. Jamban keluarga : Ada
i. Sumber air minum : Ledeng
j. Sumber pencemaran air : Ada
k. Pemanfaatan pekarangan : Tidak ada
l. Sistem pembuangan air limbah : Ada
m. Tempat pembuangan sampah : Ada
n. Sanitasi lingkungan : Kurang
3
V. Spiritual keluarga
a. Ketaatan beribadah : Baik
b. Keyakinan tentang kesehatan : Baik
VI. Keadaan sosial keluarga
a. Tingkat pendidikan : Rendah
b. Hubungan antar anggota keluarga : Baik
c. Hubungan dengan orang lain : Baik
d. Kegiatan organisasi sosial : Kurang
e. Keadaan ekonomi : Kurang
VII. Kultural keluarga
a. Adat yang berpengaruh : Tidak ada
b. Lain-lain : Tidak ada
VIII.Anggota keluarga :
no Nama Umur Pendidikan Keadaan
Kesehatan
Keadaan Gizi
1 Rahma 44 SMA Sehat Baik
2 Mujiana - SMA Riwayat
Hipertensi
Baik
3 Muksi - SMP Sehat Baik
4 Rodiah - D3 Akuntansi Sehat Baik
5 Nadra 25 S1 Pendidikan Sehat Baik
6 Delamid 21 SMK Akuntansi Sehat Baik
IX. Keluhan utama :
Kepala sering pusing.
X. Keluhan tambahan :
Pengelihatan buram.
4
XI. Riwayat penyakit sekarang :
OS sering mengalami pusing, OS juga ada riwayat hipertensi semenjak 6 bulan yang lalu.
Riwayat alergi obat disangkal.
XII. Riwayat penyakit dahulu
-
XIII.Pemeriksaan fisik
- Tekanan darah 150/100 mmHg
XIV. Diagnosis penyakit
Hipertensi
XV. Diagnosis keluarga
Hipertensi pada beberapa anggota keluarga.
XVI. Anjuran penatalaksanaan penyakit
a. Promotif :
Menghimbau kepada orang tua lain yang berusia di atas 45 tahun dan yang berisiko
tinggi untuk memiliki hipertensi, agar dapat menjalankan pola hidup sehat dengan
mengkonsumsi makanan yang sehat, tidak tinggi kolesterol, menghindari rokok,
melakukan olahraga ringan dan mengurangi aktivitas yang berat dan menyita banyak
pikiran.
b. Preventif :
Menjalankan pola atau gaya hidup yang sehat dengan mengkonsumsi makanan yang
tidak tinggi kandungan kolesterolnya, mengurangi konsumsi kacang-kacangan,
menghindari rokok, berolahraga ringan, mengurangi aktivitas yang membutuhkan
banyak pikiran, menghindari stress, hindari makanan mengandung asam urat,
membatasi aktivitas fisik.
c. Kuratif :
Terapi medika mentosa :
Diuretik: HCT 1 - 2 X 25 mg/ hari atau furosemid 1-2 X 40 mg/ hari. Kontraindikasi:
DM, Gout
5
Beta bloker : Propanolol 2-3 X 10 mg / hari. Kontraindikasi : Asma, DM, Gagal
Jantung
Adrenergik neuron bloker : Reserpin 1-3 X 0,1 mg . Kontraindikasi : ulkus ventrikuli
ACE-inhibitor: captopril 2-3 × 12,5-25 mg
Terapi non medika mentosa
1. Mengurangi asupan garam ke dalam tubuh. Harus memperhatikan kebiasaan makan
penderita hipertensi.
2. Menghindari stress. Ciptakan suasana yang menenangkan bagi pasien penderita
hipertensi.
3. Memperbaiki gaya hidup yang kurang sehat. Anjurkan kepada pasien penderita
hipertensi untuk melakukan olahraga seperti senam aerobik atau jalan cepat selama 30-
45 menit sebanyak 3-4 kali seminggu. Selain itu menghentikan kebiasaan merokok dan
mengurangi minum minuman beralkohol sebaiknya juga dilakukan.
d. Rehabilitatif :
Kontrol penyakit ke dokter minimal sebulan sekali.
Monitoring :
Tekanan darah
Kerusakan target organ :
- Mata (Retinopati hipertensi)
- Ginjal (Nefropati hipertensi)
- Jantung (HHD)
- Otak (Stroke)
Interaksi obat dan efek samping
Kepatuhan
XVII. Prognosis
Penyakit : dubia ad bonam
Keluarga : dubia ad bonam
Masyarakat : dubia ad bonam
6
XVIII. Resume
Dari hasil pemeriksaan saat kunjungan rumah pada hari Senin 7 Juli 2014,
didapatkan bahwa pasien adalah penderita Hipertensi derajat I kronik terkontrol.
Pasien sudah rutin kontrol ke puskesmas sebanyak 4 kali dalam 2 bulan terakhir
dan sudah mengkonsumsi obat penurun tekanan darah seara rutin. Rumah pasien
tergolong rumah yang cukup sehat dilihat dari adanya ventilasi dan udara dalam
ruangan dan penerangan yang cukup, jamban di rumah pasien juga cukup bersih
dan pasien sering menguras bak air. Lingkungan sekitar rumah pasien kotor
karena banyak pembuangan sampah yang sembarang dan selokan yang tidak
pernh dibersihkan, pasien mengatakan bahwa pembuangan sampah terletak jauh
dari lingkungan sekitar yang menyebabkan pembuangan sampah sembarangan.
Pasien memiliki anak laki-laki yang juga mendertita hipertensi namun tidak
dikontrol, anak laki-laki tersebut merokok dan mengkonsumsi kopi dalam jumlah
yang cukup banya. Oleh karena itu pasien disarankan untuk melakukan
pencegahan sekunder untuk mencegah komplikasi yang dapat timbul dengan
minum obat secara teratur, kontrol tekanan darahnya secara rutin minimal 1 bulan
sekali dan olahraga secara teratur, memperbaiki pola makan dan melakukan hal-
hal yang terdapat dalam perilaku hidup sehat. Sedangkan keluarga pasien sebagai
kelompok resiko tinggi, dianjurkan untuk berperilaku hidup sehat sedini mungkin
dan mengontrol tekanan darah secara teratur dan hidup dengan pola makan yang
sehat. Untuk anak laki-laki ibu Marnisah dianjurkan untuk segera memeriksakan
diri ke puskesmas dan mulai kontrol secara rutin dan mengkonsumi obat dengan
tepat. Untuk mencapai kesehatan yang menyeluruh hendaknya didukung pula oleh
kondisi rumah yang sehat, oleh karena itu pasien disarankan untuk menjaga
kebersihan di lingkungan sekitar rumah yang harus didukung oleh pihak terkait
untuk membuat tempat pembuangan sampah yang adekuat dan terjangkau untuk
pada penduduk sekitar.
7
Tinjauan Pustaka
A. Pendahuluan
Sampai saat ini hipertensi masih tetap menjadi masalah karena beberapa hal, antara
lain meningkatnya prevalensi hipertensi, masih banyaknya pasien hipertensi yang
belum mendapat pengobatan maupun yang sudah diobati tetapi tekanan darahnya
belum mencapai target, serta adanya penyakit penyerta dan komplikasi yang dapat
meningkatkan morbiditas dan mortalitas.
B. Epidemiologi
Data epidemiologi menunjukkan bahwa dengan makin meningkatnya populsi usia
lanjut, maka jumlah pasien dengan hipertensi kemungkinan besar juga bertambah,
dimana baik hipertensi sistolik maupu n kombinasi hipertensi sistolik dan diastolic
sering timbul pada lebih dari separuh orang yang berusia > 65 tahun. Selain itu laju
pengendalian tekanan darah yang dahulu terus meningkat, dalam decade terakhir tidak
menunjukkan kemajuan lagi dan pengendalian tekanan darah ini hanya mencapai 34
% dari seluruh pasien hipertensi.
Sampai saat ini data hipertensi yang lengkap sebagian besar berasal dari Negara-
negara yang sudah maju. Data dari The National Health and Nutrition Examination
Survey (NHNES) menunjukkan bahwa dari tahun 1999-2000, insidens hipertensi pada
orang dewasa adalah sekitar 29-31 % yang berarti terdapat 58-65 juta orang hipertensi
di Amerika, dan terjadi peningkatan 15 juta dari data NHANES III tahun 1988-1991.
C. Definisi
Hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya didefinisikan sebagai hipertensi esensial.
Beberapa penulis lebih memilih istilah hipertensi primer, untuk membedakannya
dengan hipertensi lain yang sekunder yang sebab-sebab yang diketahui.
Menurut The Seven Report of The Joint National Committee on Prevention,
Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC7) kalsifikasi
tekanan darah pada orang dewasa ternagi menjadi kelompok normal, prahipertensi,
hipertensi derajat 1 dan hipertensi derajat 2 (Tabel 1)
8
Klasifikasi Tekanan darah TDS (mmHg) TDD (mmHg)
Normal < 120 < 80
Prahipertensi 120 – 139 80 – 89
Hipertensi derajat 1 140 – 159 90 – 99
Hipertensi derajat 2 ≥ 160 ≥ 100
TDS= Tekana Darah sistolik, TDD = Tekanan Darah Diastolik
D. Patogenesis
Hipertensi esensial adalah multifaktorial yang timbul terutama karena interaksi antara
faktor-faktor resiko tertentu. Faktor-faktor resiko yang mendorong timbulnya kenailan
tekanan darah tersebut adalah :
1. Faktor resiko, seperti: diet dan asupan garam, stress, ras, obesitas, merokok
dan genetis
2. System saraf simpatis
Tonus simpatis
Variasi diurnal
3. Keseimbangan antara modulator vasodilatasi dan vasokonstriksi : endotel
pembuluh darah berperan utama, tetapi remodeling dari endotel, otot polos dan
interstitium juga memberikan kontribusi akhir
4. Pengaruh system otokrin setempat yang berperan pada system rennin,
angiotensin dan aldosteron.
E. Kerusakan Organ Target
Hipertensi dapat menimbulkan kerusakan organ tubuh, baik secara langsung maupun
tidak langsung. Kerusakan organ-organ target yang umum ditemui pada pasien
hipertensi adalah :
1. Jantung
Hipertrofi ventrikel kiri
Angina atau infark miokardium
Gagal jantung
9
2. Otak
Stroke atau transient ischemic attack
3. Penyakit ginjal kronis
4. Penyakit arteri perifer
5. Retinopati
Beberapa penelitian menemukan bahwa penyebab kerusakn organ-organ tersebut
dapat melalui akibat langsung dari kenaikan tekanan darah pada organ, atau karena
efek tidak langsung , antara lain adanya autoantibodi terhadap reseptor ATI
angiotension II, stress oksidatif, down regulation dari ekspresi nitric oxide synthase.
Penelitian lain juga membuktikan bahwa diet tinggi garam dan sensitivitas terhadap
garam berperan besar dalam timbulnya kerusakan organ target, misalnya kerusakan
pembuluh darah akibat meningkatnya ekspresi transforming growth factor-β (TGF-β).
Adanya kerusakan organ target terutama pada jantung dan pembuluh darah,, akan
memperburuk prognosis pasien hipertensi. Tingginya morbidaitas dan mortalitas
pasien hipertensi terutama disebabkan oleh timbulnya penyakit kardiovaskular.
Faktor resiko penyakit kardiovaskular pada pasien hipertensi antara adalah :
Merokok
Obesitas
Kurangnya aktivitas fisik
Dislipidimia
Diabetes mellitus
Mikroalbiminuria
Umur (laki-laki) > 55 tahun, perempuan 65 tahun
Riwayat keluarga dengan penyakit jantung kardiovaskular premature
Pasien dengan prahipertensi beresiko mengalami peningkatan tekanan darah menjadi
hipertensi, mreka yang tekanan darahnya berkisar antara 130-139/80-89 mmHg dalam
sepanjang hidupnya akan mengalami dua kali resiko menjadi hipertensi dan
mengalami kardiovaskular daripada yang tekanan darahnya lebih rendah.
Pada orang yang berumur lebih dari 59 tahun, tekanan darah sistolik > 140 mmHg
merupakan faktor resiko yang lebih penting untuk terjadinya penyakit kardiovaskular
daripada tekanan darah diastolik :
Resiko penyakit kardiovaskular dimulai pada tekanan darah 115/75 mmHg
meningkat dua kali dengan tiap kenaikan 20/10 mmHg
10
Resiko penyakit kardiovaskular bersifat kontinyu, konsisten dan independen
dari faktor resiko lainnya
Individu berumur 55 tahun memiliki 90% resiko untuk mengalami hipertensi
F. Evaluasi Hipertensi
Evaluasi pada pasien hipertensi bertujuan untuk :
1. Menilai pola hidup dan identifikasi faktor-faktor resiko kardiovaskular lainnya
atau menilai adanya penyakit penyerta yang mempengaruhi prognosis dan
menentukan pengobatan
2. Mencari penyebab kenaikan tekanan darah
3. Menentukan ada tidakanya kerusakan target organ dan penyakit kardiovaskular
Evaluasi pasien hipertensi adalah dengan melakukan anamnesis tentang keluhan
pasien, riwayat penyakit dahulu dan penyakit keluarga, pemeriksaan fisik serta
pemeriksaan penunjang.
Anamnesis meliputi :
1. Lama menderita hipertensi dan derajat tekanan darah
2. Indikasi adanya hipertensi sekunder
a) Keluarga dengan riwayat penyakit ginjal
b) Adanya penyakit ginjal, infeksi saluran kemih, hematuri, pemakian
obat-obat analgesic
c) Episode berkeringat, sakit kepala, kecemasan, palpitasi
(feokromositoma)
d) Episode lemah otot dan tetani (aldosteronisme)
3. Faktor-faktor resiko :
a) Riwayat hipertensi atau kardiovaskular pada pasien atau keluarga
pasien
b) Riwayat hiperlipidemia pada pasien atau keluarga pasien
c) Riwayat diabetes mellitus pada pasien atau keluarga pasien
d) Kebiasaan merokok
e) Pola makan
f) Kegemukan, intensitas olahraga
g) Kepribadian
4. Gejala kerusakan organ
11
a) Otak dan mata : sakit kepala, vertigo, gangguan penglihatan, transient
ischemic attack, deficit sensoris atau motoris
b) Jantung : nyeri dada, sesak, bengkak kai
c) Ginjal : haus, poliuria, nokturia, hematuri
d) Arteri perifer : ekstremitas dingin
5. Pengobatan antihipertensi sebelumnya
6. Faktor-faktor pribadi, keluarga dam lingkungan.
Pemeriksaan fisik selain memeriksa tekanan darah, juga untuk evaluasi adanya
penyakit penyerta, kerusakan organ target serta kemungkinan adanya hipertensi
sekunder.
Pengukuran tekana darah :
Pengukuran rutin di kamar periksa
Pengukuran 24 jam (Ambulatory Blood Pressure Monitoring-ABPM)
Pengukuran sendiri oleh pasien
Pemeriksaan penunjang pasien hipertensi terdiri dari :
Tes darah rutin
Gluukosa darah
Kolesterol total serum
Kolesterol LDL dan HDL serum
Trigliserida serum
Asam urat serum
Kreatinin serum
Kalium serum
Hemoglobin dan hematokrit
Urinalisis
Elektrokardiogram
Beberapa pedoman penanganan hipertensi menganjurkan test lain seperti :
Esokardiogram
USG karotis
C-reactive protein
Mikroalbuminuria atau perbandingan albumin/kreatinin urin
Proteinuria kuantitatif
Funduskopi
12
Evaluasi pasien hipertensi juga diperlukan untuk menentukan adanya penyakit
penyerta sistemik, yaitu :
Arteriosklerosis (malalui pemerikasaan profil lemak)
Diabetes (terutama pemerikasaan gula darah)
Fungsi ginjal (dengan pemeriksaan proteinuria, kreatinin serum, serta
memperkirakan laju filtrasi glomerulus)
Pada pasien hipertensi, beberapa pemeriksaan untuk menentukan kerusakan organ
target dapat dilakukan secara rutin, sedanga pemeriksaan lainnya hanya dilakukan bila
ada kecurigaan yang didukung oleh keluhan dan gejala pasien. Pemeriksaan untuk
mengevaluasi adanya kerusakan organ target meliputi :
1. Jantung
Pemeriksaan fisis
Foto polos dada (untuk pembesaran jantung, kondisi arteri intratoraks
dan sirkulasi pulmoner)
Elektrokardiografi (untuk deteksi iskemia, gangguan konduksi, aritmia,
serta hipertrofi ventrikel kiri)
Ekokardiografi
2. Pembuluh darah
Pemeriksaan fisis termasuk perhitungan pulse pressure
Ultrasonografi (USG) karotis
Fungsi endotel
3. Otak
Pemeriksaan neurologis
Diagnosis stroke ditegakkan dengan menggunakan cranial computed
tomography (CT) scan atau magnetic resonance imaging (MRI) (untuk
pasien dengan gangguan neural, kehilangan memori atau gangguan
kognitif)
4. Mata
Funduskopi
5. Fungsi ginjal
Pemeriksaan fungsi ginjal dan penentuan adanya proteinuria/mikro-
makroalbuminuria serta rasio albumin kreatinin urin
Perkiraan laju filtrasi glomerulus
13
G. Pengobatan
Tujuan pengobatan pasien hipertensi adalah :
Target tekanan darah < 140/90 mmHg, untuk individu beresiko tinggi
(diabetes, gagal ginjal proteinuria) <130/80 mmHg
Penurunan morbiditas dan mortalitas kardiovaskular
Menghambat laju penyakit ginjal proteinuria
Selain pengobatan hipertensi, pengobatan terhadap faktor resiko atau kondisi penyerta
lainna seperti diabetes mellitus atau dislipidemia juga harus dilaksanakan hingga
mencapai target terapi masing-masing kondisi.
Pengobatan hipertensi terdiri dari terapi nonfarmakologis dan farmakologis. Terapi
nonfarmakologis harus dilaksnakan oleh semua pasien hipertensi dengan tujuan
menurunkan tekanan darah dan mengendalikan faktor-faktor resiko serta penyakit
pemyerta lainnya..
Terapi nonfarmakologis terdiri dari :
Menghentikan merokok
Menurunkan berat badan berlebih
Menurunkan konsumsi alcohol berlebih
Latihan fisik
Menurunkan asupan garam
Meningkatkan konsumsi buah dan sayur serta menurunkan asupan lemak
Jenis-jenis obat antihipertensi untuk terapi farmaklogis hipertensi yang dianjurkan
oleh JNC7 :
Diuretika, terutama jenis Thiazide (thiaz) atau Aldosterone Antagonist (Aldo
Ant)
Beta Blocker (BB)
Calcium Channel Blocker atau Calcium Antagonist (CCB)
Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor (ACEI)
Angiotensin II Receptor Blocker atau AT1 receptor antagonist/blocker (ARB)
Masing-masing obat antihipertensi memiliki efektivitas dan keamanan dalam
pengobatan hipertensi, tetapi pemilihan obat antihipertensi juga dipengaruhi beberapa
faktor yaitu:
Faktor sosial ekonomi
Profil faktor resiko kardiovaskular
Ada tidaknya kerusakan organ target
14
Ada tidaknya penyakit penyerta
Variasi individu dari respon pasien terhadap obat antihipertensi
Kemungkinan adanya interaksi dengan obat yang gunakan pasien untuk
penyakit lain
Bukti ilmiah kemampuan obat antihipertensi yang akan digunakan dalam
menurunkan resiko kardiovaskular
Untuk keperluan pengobatan, ada pengelompokan pasien berdasarkan yang
memerlukan pertimbangan khusus yaitu kelompok Indikasi yang memaksa dan
keadaan khusus lainnya .
Indikasi yang memaksa ,meliputi :
Gagal jantung
Pasca infark miokardium
Resiko penyakit pembuluh darah koroner tinggi
Diabetes
Penyakit ginjal kronis
Pencegahan stroke berulang
Keadaan khusus lainnya meliputi :
Populasi minoritas
Obesitas dan sindrom metabolic
Hipertrofi ventrikel kanan
Penyakit arteri perifer
Hipertensi pada usia lanjut
Hipotensi postural
Demensia
Hipertensi pada perempuan
Hipertensi pada anak dan dewasa muda
Hipertensi urgensi dan emergensi
Untuk sebagian besar pasien hipertensi, terapi dimulai secara bertahap, dan target
tekanan darah dicapai secara progresif dalam beberapa minggu. Dianjurkan untuk
menggunakan obat antihipertensi dengan masa kerja panjang atau yang memberikan
efikasi 24 jam dengan pemberian sekali sehari. Pilihan apakah memulai terapi dengan
satu jenis obat antihipertensi atau dengan kombinasi tergantung pada tekanan darah
awal dan ada tidkanya komplikasi. Jika terapi dimulai dengan satu jenis obat dan
dalam dosis rendah dan kemudian tekanan darah belum mencapai target maka
15
selanjutnya adalah meningkatkan dosis obat tersebut, atau berpindah ke antihipertensi
lain dengan dosis rendah. Efek samping umumnya bisa dihindari dengan
menggunakan dosis rendah, baik tunggal maupun kombinasi. Sebagian besar pasien
memerlukan kombinasi obat antihipertensi untuk mencapai target tekanan darah,
tetapi terapi kombinasi dapat meningkatkan biaya pengobatan dan menurunkan
kepatuhan pasien karena jumlah obat yang harus diminum bertambah.
Kombinasi yang telah terbukti efektif dan dapat ditoleransi pasien adalah :
CCB dan BB
CCB dan ACEI atau ARB
CCB dan diuretika
AB dan BB
Kadang diperlukan tiga atau empat kombinasi obat
H. Pemantauan
Pasien yang telah mulai mendapat pengobatan harus datang kembali untuk evaluasi
lanjutan dna pengaturan dosis obat sampai target tekanan darah tercapai. Setelah
tekanan darah tercapai dn stabil, kunjungan berikutnya dengan interval 3-6 bulan tetapi
frekuensi kunjungan ini juga ditentukan oleh ada tidaknya kormoditas seperti gagal
jantung, penyakit yang berhubungan seperti diabetes dan kenutuhan akan pemeriksaan
laboratorium.
Strategi untuk meningkatkan kepatuhan pada pengobatan :
Empati dokter akan meningkatkan kepercayaan, motivasi dan kepatuhan
pasien
Dokter harus mempertimbangkan latarbalakang budaya kepercayaan pasien
serta sikap pasien terhadap pengobatan
Pasien diberitahu hasil pengukuran tekanan darah, target yang masih harus
dicapai, rencana pengobatan selanjutnya serta pentingnya mengikuti rencana
tersebut.
Penyebab hipertensi resisten :
1. Pengukuran tekanan darah yang tidak benar
2. Dosis belum memadai
3. Ketidakpatuhan pasien dalam penggunan obat antihipertesni
4. Ketidakpatuhan pasien dalam memperbaiki pola hidup
Asupan alcohol berlebih
16
Kenaikan berat badan berlebih
5. Kelebihan volume cairan
Asupan garam berlebih
Terapi diuretika tidak cukup
Penurunan fungsi ginjal berjalan progresif
6. Adanya terapi lain
Masih menggunakan bahan/obat lain yang meningkatkan tekanan darah
Adanya obat lain yang mempengaruhi atau berinteraksi dengan kerja
obat antihipertensi
7. Adanya oernyebab hipertensi lain/sekunder
Jika dalam 6 bulan target pengobatan (termasuk target tekanan darah) tidak tercapai, harus
dipertimbangkan untuk melakukan rujukan ke dokter spesialis atau subspesialis.
Pengobatan antihipertensi umumnya untuk selama hidup. Penghentian pengobatan cepat atau
lambat akan diikuti dengan naiknya tekanan darah sampai seperti sebelum dimulai
pengobatan antihipertensi. Walaupun demikian untuk menurunkan dosis dan jumlah obat
antihipertensi secara bertahap bagi pasien yang diagnosis hipertensinya sudah pasti serta tetap
patuh terhadap pengobatan nonfarmakologis. Tindakan ini harus disertai dengan pengawasan
tekanan darah yang ketat.
Kesimpulan dan saran
Penyakit Hipertensi merupakan suatu masalah kesehatan masyarakat yang mana dapat
dihadapi baik itu dibeberapa negara yang ada didunia maupun di Indonesia.
Faktor-faktor yang dapat menyebabkan hipertensi itu adalah dari kebiasaan atau gaya hidup
masyarakat yaitu faktor herediter yang didapat pada keluarga, faktor usia, jenis kelamin,
konsumsi garam yang berlebihan, kurang berolahraga, dan obesitas.
. Hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi 2 golongan besar yaitu :
- Hipertensi essensial ( hipertensi primer ) yaitu hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya
- Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh penyakit lain
Hipertensi primer terdapat pada lebih dari 90% penderita hipertensi, sedangkan 10% sisanya
disebabkan oleh hipertensi sekunder. Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan
17
pasti penyebabnya, data-data penelitian telah menemukan beberapa faktor yang sering
menyebabkan terjadinya hipertensi. Faktor tersebut adalah sebagai berikut :
a. Faktor keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar
untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi.
b. Ciri perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah umur ( jika
umur bertambah maka TD meningkat ), jenis kelamin ( laki-laki lebih tinggi dari
perempuan ) dan ras ( ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih ).
c. Kebiasaan hidup
Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah konsumsi
garam yang tinggi ( melebihi dari 30 gr ), kegemukan atau makan berlebihan, stress
dan pengaruh lain misalnya merokok, minum alkohol, minum obat-obatan
( ephedrine, prednison, epineprin ).
Saran
Perlunya upaya penyuluhan agar dari case-finding maupun pendidikan kesehatan dan
penatalaksanaan pengobatannya yang belum terjangkau masih sangat terbatas. Untuk
penderita datang berobat untuk pertama kalinya datang terlambat dimana sebagian besar
penderita hipertensi tidak mempunyai keluhan agar sedini mungkin diberi pengobatan.
Selain itu, kebiasaan hidup sehat seperti berhenti merokok, mengurangi berat badan (bila
kegemukan), mengurangi konsumsi garam sehingga asupan sodium kurang dari 100
mmol/hari, melakukan olah raga 30 - 45 menit per hari juga dapat mengurangi resiko
terjadinya hipertensi.
Daftar pustaka
18
1. Sunarto, K. Sosiologi Kesehatan. Pusat Penerbitan Universitas Indonesia. Hlm. 2.3-
2.5, 2002
2. Kasper DL, Fauci AS, Lonjo DL, Braunwald E, Hauser SL, Jameson JL: Harrison's
Principles Of Internal Medicine, 16 th ed, Mc Graw Hill Med. Publ.Div., 2005.
3. Mansjoer A, Suprohalita, Wardhani WL, Setiowulan W: Kapita Selekta Kedokteran,
Jakarta, Media Aaesculapius FKUI, 2001.
4. WHO Techn. Rep. Ser. 231, Arterial Hypertension & IHD (Preventive Aspects WHO
Chronicle 1962
5. Noer MS: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Edisi Ketiga, Jilid kesatu, Balai Penerbit
FKUI, 2003.
6. Wawolumaya.C.Survei Epidemiologi Sederhana, Seri No.1, 2001. Cermin Dunia
Kedokteran No. 150, 2006 35
19