family folder hipertensi

27
Pencegahan Hipertensi Dalam Masyarakat Jodie Josephine Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Pendahuluan Puskesmas merupakan unit pelayanan kesehatan yang letaknya berada paling dekat ditengah-tengah masyarakat dan mudah dijangkau dibandingkan dengan unit pelayanan kesehatan lainya (Rumah Sakit Swasta maupun Negeri). Fungsi puskesmas adalah mengembangkan pelayanan kesehatan yang menyeluruh seiring dengan misinya. Pelayanan kesehatan tersebut harus bersifat menyeluruh atau yang disebut dengan Comprehensive Health Care Service yang meliputi aspek promotive, preventif, curative, dan rehabilitatif. Prioritas yang harus dikembangkan oleh puskesmas harus diarahkan ke bentuk pelayanan kesehatan dasar (basic health care services) yang lebih mengedepankan upaya promosi dan pencegahan (public health service). Fungsi puskesmas menurut keputusan menteri kesehatan republik Indonesia No.128/MENKES/SK/II/2004, adalah sebagai pusat penggerakan pembangunan berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan masyarakat dan keluarga dalam pembangunan kesehatan, serta pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama. Hipertensi tidak mempunyai sebab yang khusus tapi multi factor itu sebagai respon terhadap peningkatan cardiac output atau adanya tekanan perifer. Faktor – faktor yang berpengaruh terhadap dua kekuatan tersebut adalah genetik, obesitas, 1

Upload: jodiejonazh

Post on 18-Jul-2016

133 views

Category:

Documents


34 download

DESCRIPTION

try this

TRANSCRIPT

Page 1: Family Folder Hipertensi

Pencegahan Hipertensi Dalam Masyarakat

Jodie Josephine

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Pendahuluan

Puskesmas merupakan unit pelayanan kesehatan yang letaknya berada paling dekat ditengah-

tengah masyarakat dan mudah dijangkau dibandingkan dengan unit pelayanan kesehatan

lainya (Rumah Sakit Swasta maupun Negeri). Fungsi puskesmas adalah mengembangkan

pelayanan kesehatan yang menyeluruh seiring dengan misinya. Pelayanan kesehatan tersebut

harus bersifat menyeluruh atau yang disebut dengan Comprehensive Health Care Service

yang meliputi aspek promotive, preventif, curative, dan rehabilitatif. Prioritas yang harus

dikembangkan oleh puskesmas harus diarahkan ke bentuk pelayanan kesehatan dasar (basic

health care services) yang lebih mengedepankan upaya promosi dan pencegahan (public

health service). Fungsi puskesmas menurut keputusan menteri kesehatan republik Indonesia

No.128/MENKES/SK/II/2004, adalah sebagai pusat penggerakan pembangunan berwawasan

kesehatan, pusat pemberdayaan masyarakat dan keluarga dalam pembangunan kesehatan,

serta pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama.

Hipertensi tidak mempunyai sebab yang khusus tapi multi factor itu sebagai respon terhadap

peningkatan cardiac output atau adanya tekanan perifer. Faktor – faktor yang berpengaruh

terhadap dua kekuatan tersebut adalah genetik, obesitas, stress lingkungan, kehilangan

jaringan elastis dan arteriosclerosis aorta dan arteri besar lain. Hipertensi skunder dapat

sebagai akibat dari bermacam – macam penyebab primer. Faktor pemicu hipertensi dapat

dibedakan menjadi dua: (1)Atas yang tidak dapat dikontrol (seperti kegemukan, kurang

olahraga, merokok, serta konsumsi alkohol dan garam). (2) Dan yang dapat dikontrol (seperti

keturunan, jenis kelamin, dan umur) dan garam).

Jodie Josephine Jonazh, NIM: 102011186, Fakultas Kedokteran Universitas Krida Wacana,

Jl. Arjuna Utara No.6 Jakarta 11510, [email protected]

1

Page 2: Family Folder Hipertensi

Secara umum seseorang dikatakan menderita hipertensi jika tekanan darah

sistolik/diastoliknya melebihi 140/90 mmHg (normalnya 120/80 mmHg). Hipertensi

sebenarnya dapat diturunkan dari orang tua kepada anaknya. Jika salah satu orang tua terkena

hipertensi, maka kecenderungan anak untuk menderita hipertensi adalah lebih besar

dibandingkan dengan mereka yang tidak memiliki orang tua penderita hipertensi.

Sebanyak 31,7 persen atau sekitar satu dari tiga orang Indonesia mengalami hipertensi namun

mayoritas (76,1 persen) tidak mengetahui telah mengalami hipertensi sehingga tidak

mendapatkan pengobatan, demikian data dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007.

Dalam makalah ini, saya akan membahas tentang hasil kunjungan saya ke salah satu pasien

dari Puskesmas Jelambar Baru. Kegiatan ini diadakan untuk mengevaluasi keadaan umum

dan kesehatan pasien dan keluarganya, serta lingkungan tempat tinggal mereka. Metode yang

digunakan adalah pendekatan kualitatif dengan metode wawancara dengan pasien serta

melihat keadaan rumah dan lingkungan sekitar tempat tinggal pasien.

Laporan Kasus

Puskesmas : Jelambar Baru

Nomor register : 1521/13

Data riwayat keluarga :

I. Identitas pasien :

Nama : Marnisah

Umur : 61 Tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Pendidikan : Tidak ada

Alamat : Jl Setia Jaya No 30, RT 010/RW 08

Telepon : Tidak ada

2

Page 3: Family Folder Hipertensi

II.Riwayat biologis keluarga :

a. Keadaan kesehatan sekarang : Baik

b. Kebersihan perorangan : Sedang

c. Penyakit yang sering diderita : Hipertensi

d. Penyakit keturunan : Penyakit Jantung

e. Penyakit kronis/ menular : Tidak ada

f. Kecacatan anggota keluarga : Tidak ada

g. Pola makan : Sedang

h. Pola istirahat : Baik

i. Jumlah anggota keluarga : 3 orang

III.Psikologis keluarga

a. Kebiasaan buruk : Tidak ada

b. Pengambilan keputusan : Keluarga

c. Ketergantungan obat : Tidak ada

d. Tempat mencari pelayanan kesehatan: Puskesmas Jelambar Baru

e. Pola rekreasi : Kurang

IV. Keadaan rumah/ lingkungan

a. Jenis bangunan : Semi Permanen

b. Lantai rumah : Keramik

c. Luas rumah : ? m2

d. Penerangan : Sedang

e. Kebersihan : Sedang

f. Ventilasi : Baik

g. Dapur : Ada

h. Jamban keluarga : Ada

i. Sumber air minum : Ledeng

j. Sumber pencemaran air : Ada

k. Pemanfaatan pekarangan : Tidak ada

l. Sistem pembuangan air limbah : Ada

m. Tempat pembuangan sampah : Ada

n. Sanitasi lingkungan : Kurang

3

Page 4: Family Folder Hipertensi

V. Spiritual keluarga

a. Ketaatan beribadah : Baik

b. Keyakinan tentang kesehatan : Baik

VI. Keadaan sosial keluarga

a. Tingkat pendidikan : Rendah

b. Hubungan antar anggota keluarga : Baik

c. Hubungan dengan orang lain : Baik

d. Kegiatan organisasi sosial : Kurang

e. Keadaan ekonomi : Kurang

VII. Kultural keluarga

a. Adat yang berpengaruh : Tidak ada

b. Lain-lain : Tidak ada

VIII.Anggota keluarga :

no Nama Umur Pendidikan Keadaan

Kesehatan

Keadaan Gizi

1 Rahma 44 SMA Sehat Baik

2 Mujiana - SMA Riwayat

Hipertensi

Baik

3 Muksi - SMP Sehat Baik

4 Rodiah - D3 Akuntansi Sehat Baik

5 Nadra 25 S1 Pendidikan Sehat Baik

6 Delamid 21 SMK Akuntansi Sehat Baik

IX. Keluhan utama :

Kepala sering pusing.

X. Keluhan tambahan :

Pengelihatan buram.

4

Page 5: Family Folder Hipertensi

XI. Riwayat penyakit sekarang :

OS sering mengalami pusing, OS juga ada riwayat hipertensi semenjak 6 bulan yang lalu.

Riwayat alergi obat disangkal.

XII. Riwayat penyakit dahulu

-

XIII.Pemeriksaan fisik

- Tekanan darah 150/100 mmHg

XIV. Diagnosis penyakit

Hipertensi

XV. Diagnosis keluarga

Hipertensi pada beberapa anggota keluarga.

XVI. Anjuran penatalaksanaan penyakit

a. Promotif :

Menghimbau kepada orang tua lain yang berusia di atas 45 tahun dan yang berisiko

tinggi untuk memiliki hipertensi, agar dapat menjalankan pola hidup sehat dengan

mengkonsumsi makanan yang sehat, tidak tinggi kolesterol, menghindari rokok,

melakukan olahraga ringan dan mengurangi aktivitas yang berat dan menyita banyak

pikiran.

b. Preventif :

Menjalankan pola atau gaya hidup yang sehat dengan mengkonsumsi makanan yang

tidak tinggi kandungan kolesterolnya, mengurangi konsumsi kacang-kacangan,

menghindari rokok, berolahraga ringan, mengurangi aktivitas yang membutuhkan

banyak pikiran, menghindari stress, hindari makanan mengandung asam urat,

membatasi aktivitas fisik.

c. Kuratif :

Terapi medika mentosa :

Diuretik: HCT 1 - 2 X 25 mg/ hari atau furosemid 1-2 X 40 mg/ hari. Kontraindikasi:

DM, Gout

5

Page 6: Family Folder Hipertensi

Beta bloker : Propanolol 2-3 X 10 mg / hari. Kontraindikasi : Asma, DM, Gagal

Jantung

Adrenergik neuron bloker : Reserpin 1-3 X 0,1 mg . Kontraindikasi : ulkus ventrikuli

ACE-inhibitor: captopril 2-3 × 12,5-25 mg

Terapi non medika mentosa

1. Mengurangi asupan garam ke dalam tubuh. Harus memperhatikan kebiasaan makan

penderita hipertensi.

2. Menghindari stress. Ciptakan suasana yang menenangkan bagi pasien penderita

hipertensi.

3. Memperbaiki gaya hidup yang kurang sehat. Anjurkan kepada pasien penderita

hipertensi untuk melakukan olahraga seperti senam aerobik atau jalan cepat selama 30-

45 menit sebanyak 3-4 kali seminggu. Selain itu menghentikan kebiasaan merokok dan

mengurangi minum minuman beralkohol sebaiknya juga dilakukan.

d. Rehabilitatif :

Kontrol penyakit ke dokter minimal sebulan sekali.

Monitoring :

Tekanan darah

Kerusakan target organ :

- Mata (Retinopati hipertensi)

- Ginjal (Nefropati hipertensi)

- Jantung (HHD)

- Otak (Stroke)

Interaksi obat dan efek samping

Kepatuhan

XVII. Prognosis

Penyakit : dubia ad bonam

Keluarga : dubia ad bonam

Masyarakat : dubia ad bonam

6

Page 7: Family Folder Hipertensi

XVIII. Resume

Dari hasil pemeriksaan saat kunjungan rumah pada hari Senin 7 Juli 2014,

didapatkan bahwa pasien adalah penderita Hipertensi derajat I kronik terkontrol.

Pasien sudah rutin kontrol ke puskesmas sebanyak 4 kali dalam 2 bulan terakhir

dan sudah mengkonsumsi obat penurun tekanan darah seara rutin. Rumah pasien

tergolong rumah yang cukup sehat dilihat dari adanya ventilasi dan udara dalam

ruangan dan penerangan yang cukup, jamban di rumah pasien juga cukup bersih

dan pasien sering menguras bak air. Lingkungan sekitar rumah pasien kotor

karena banyak pembuangan sampah yang sembarang dan selokan yang tidak

pernh dibersihkan, pasien mengatakan bahwa pembuangan sampah terletak jauh

dari lingkungan sekitar yang menyebabkan pembuangan sampah sembarangan.

Pasien memiliki anak laki-laki yang juga mendertita hipertensi namun tidak

dikontrol, anak laki-laki tersebut merokok dan mengkonsumsi kopi dalam jumlah

yang cukup banya. Oleh karena itu pasien disarankan untuk melakukan

pencegahan sekunder untuk mencegah komplikasi yang dapat timbul dengan

minum obat secara teratur, kontrol tekanan darahnya secara rutin minimal 1 bulan

sekali dan olahraga secara teratur, memperbaiki pola makan dan melakukan hal-

hal yang terdapat dalam perilaku hidup sehat. Sedangkan keluarga pasien sebagai

kelompok resiko tinggi, dianjurkan untuk berperilaku hidup sehat sedini mungkin

dan mengontrol tekanan darah secara teratur dan hidup dengan pola makan yang

sehat. Untuk anak laki-laki ibu Marnisah dianjurkan untuk segera memeriksakan

diri ke puskesmas dan mulai kontrol secara rutin dan mengkonsumi obat dengan

tepat. Untuk mencapai kesehatan yang menyeluruh hendaknya didukung pula oleh

kondisi rumah yang sehat, oleh karena itu pasien disarankan untuk menjaga

kebersihan di lingkungan sekitar rumah yang harus didukung oleh pihak terkait

untuk membuat tempat pembuangan sampah yang adekuat dan terjangkau untuk

pada penduduk sekitar.

7

Page 8: Family Folder Hipertensi

Tinjauan Pustaka

A. Pendahuluan

Sampai saat ini hipertensi masih tetap menjadi masalah karena beberapa hal, antara

lain meningkatnya prevalensi hipertensi, masih banyaknya pasien hipertensi yang

belum mendapat pengobatan maupun yang sudah diobati tetapi tekanan darahnya

belum mencapai target, serta adanya penyakit penyerta dan komplikasi yang dapat

meningkatkan morbiditas dan mortalitas.

B. Epidemiologi

Data epidemiologi menunjukkan bahwa dengan makin meningkatnya populsi usia

lanjut, maka jumlah pasien dengan hipertensi kemungkinan besar juga bertambah,

dimana baik hipertensi sistolik maupu n kombinasi hipertensi sistolik dan diastolic

sering timbul pada lebih dari separuh orang yang berusia > 65 tahun. Selain itu laju

pengendalian tekanan darah yang dahulu terus meningkat, dalam decade terakhir tidak

menunjukkan kemajuan lagi dan pengendalian tekanan darah ini hanya mencapai 34

% dari seluruh pasien hipertensi.

Sampai saat ini data hipertensi yang lengkap sebagian besar berasal dari Negara-

negara yang sudah maju. Data dari The National Health and Nutrition Examination

Survey (NHNES) menunjukkan bahwa dari tahun 1999-2000, insidens hipertensi pada

orang dewasa adalah sekitar 29-31 % yang berarti terdapat 58-65 juta orang hipertensi

di Amerika, dan terjadi peningkatan 15 juta dari data NHANES III tahun 1988-1991.

C. Definisi

Hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya didefinisikan sebagai hipertensi esensial.

Beberapa penulis lebih memilih istilah hipertensi primer, untuk membedakannya

dengan hipertensi lain yang sekunder yang sebab-sebab yang diketahui.

Menurut The Seven Report of The Joint National Committee on Prevention,

Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC7) kalsifikasi

tekanan darah pada orang dewasa ternagi menjadi kelompok normal, prahipertensi,

hipertensi derajat 1 dan hipertensi derajat 2 (Tabel 1)

8

Page 9: Family Folder Hipertensi

Klasifikasi Tekanan darah TDS (mmHg) TDD (mmHg)

Normal < 120 < 80

Prahipertensi 120 – 139 80 – 89

Hipertensi derajat 1 140 – 159 90 – 99

Hipertensi derajat 2 ≥ 160 ≥ 100

TDS= Tekana Darah sistolik, TDD = Tekanan Darah Diastolik

D. Patogenesis

Hipertensi esensial adalah multifaktorial yang timbul terutama karena interaksi antara

faktor-faktor resiko tertentu. Faktor-faktor resiko yang mendorong timbulnya kenailan

tekanan darah tersebut adalah :

1. Faktor resiko, seperti: diet dan asupan garam, stress, ras, obesitas, merokok

dan genetis

2. System saraf simpatis

Tonus simpatis

Variasi diurnal

3. Keseimbangan antara modulator vasodilatasi dan vasokonstriksi : endotel

pembuluh darah berperan utama, tetapi remodeling dari endotel, otot polos dan

interstitium juga memberikan kontribusi akhir

4. Pengaruh system otokrin setempat yang berperan pada system rennin,

angiotensin dan aldosteron.

E. Kerusakan Organ Target

Hipertensi dapat menimbulkan kerusakan organ tubuh, baik secara langsung maupun

tidak langsung. Kerusakan organ-organ target yang umum ditemui pada pasien

hipertensi adalah :

1. Jantung

Hipertrofi ventrikel kiri

Angina atau infark miokardium

Gagal jantung

9

Page 10: Family Folder Hipertensi

2. Otak

Stroke atau transient ischemic attack

3. Penyakit ginjal kronis

4. Penyakit arteri perifer

5. Retinopati

Beberapa penelitian menemukan bahwa penyebab kerusakn organ-organ tersebut

dapat melalui akibat langsung dari kenaikan tekanan darah pada organ, atau karena

efek tidak langsung , antara lain adanya autoantibodi terhadap reseptor ATI

angiotension II, stress oksidatif, down regulation dari ekspresi nitric oxide synthase.

Penelitian lain juga membuktikan bahwa diet tinggi garam dan sensitivitas terhadap

garam berperan besar dalam timbulnya kerusakan organ target, misalnya kerusakan

pembuluh darah akibat meningkatnya ekspresi transforming growth factor-β (TGF-β).

Adanya kerusakan organ target terutama pada jantung dan pembuluh darah,, akan

memperburuk prognosis pasien hipertensi. Tingginya morbidaitas dan mortalitas

pasien hipertensi terutama disebabkan oleh timbulnya penyakit kardiovaskular.

Faktor resiko penyakit kardiovaskular pada pasien hipertensi antara adalah :

Merokok

Obesitas

Kurangnya aktivitas fisik

Dislipidimia

Diabetes mellitus

Mikroalbiminuria

Umur (laki-laki) > 55 tahun, perempuan 65 tahun

Riwayat keluarga dengan penyakit jantung kardiovaskular premature

Pasien dengan prahipertensi beresiko mengalami peningkatan tekanan darah menjadi

hipertensi, mreka yang tekanan darahnya berkisar antara 130-139/80-89 mmHg dalam

sepanjang hidupnya akan mengalami dua kali resiko menjadi hipertensi dan

mengalami kardiovaskular daripada yang tekanan darahnya lebih rendah.

Pada orang yang berumur lebih dari 59 tahun, tekanan darah sistolik > 140 mmHg

merupakan faktor resiko yang lebih penting untuk terjadinya penyakit kardiovaskular

daripada tekanan darah diastolik :

Resiko penyakit kardiovaskular dimulai pada tekanan darah 115/75 mmHg

meningkat dua kali dengan tiap kenaikan 20/10 mmHg

10

Page 11: Family Folder Hipertensi

Resiko penyakit kardiovaskular bersifat kontinyu, konsisten dan independen

dari faktor resiko lainnya

Individu berumur 55 tahun memiliki 90% resiko untuk mengalami hipertensi

F. Evaluasi Hipertensi

Evaluasi pada pasien hipertensi bertujuan untuk :

1. Menilai pola hidup dan identifikasi faktor-faktor resiko kardiovaskular lainnya

atau menilai adanya penyakit penyerta yang mempengaruhi prognosis dan

menentukan pengobatan

2. Mencari penyebab kenaikan tekanan darah

3. Menentukan ada tidakanya kerusakan target organ dan penyakit kardiovaskular

Evaluasi pasien hipertensi adalah dengan melakukan anamnesis tentang keluhan

pasien, riwayat penyakit dahulu dan penyakit keluarga, pemeriksaan fisik serta

pemeriksaan penunjang.

Anamnesis meliputi :

1. Lama menderita hipertensi dan derajat tekanan darah

2. Indikasi adanya hipertensi sekunder

a) Keluarga dengan riwayat penyakit ginjal

b) Adanya penyakit ginjal, infeksi saluran kemih, hematuri, pemakian

obat-obat analgesic

c) Episode berkeringat, sakit kepala, kecemasan, palpitasi

(feokromositoma)

d) Episode lemah otot dan tetani (aldosteronisme)

3. Faktor-faktor resiko :

a) Riwayat hipertensi atau kardiovaskular pada pasien atau keluarga

pasien

b) Riwayat hiperlipidemia pada pasien atau keluarga pasien

c) Riwayat diabetes mellitus pada pasien atau keluarga pasien

d) Kebiasaan merokok

e) Pola makan

f) Kegemukan, intensitas olahraga

g) Kepribadian

4. Gejala kerusakan organ

11

Page 12: Family Folder Hipertensi

a) Otak dan mata : sakit kepala, vertigo, gangguan penglihatan, transient

ischemic attack, deficit sensoris atau motoris

b) Jantung : nyeri dada, sesak, bengkak kai

c) Ginjal : haus, poliuria, nokturia, hematuri

d) Arteri perifer : ekstremitas dingin

5. Pengobatan antihipertensi sebelumnya

6. Faktor-faktor pribadi, keluarga dam lingkungan.

Pemeriksaan fisik selain memeriksa tekanan darah, juga untuk evaluasi adanya

penyakit penyerta, kerusakan organ target serta kemungkinan adanya hipertensi

sekunder.

Pengukuran tekana darah :

Pengukuran rutin di kamar periksa

Pengukuran 24 jam (Ambulatory Blood Pressure Monitoring-ABPM)

Pengukuran sendiri oleh pasien

Pemeriksaan penunjang pasien hipertensi terdiri dari :

Tes darah rutin

Gluukosa darah

Kolesterol total serum

Kolesterol LDL dan HDL serum

Trigliserida serum

Asam urat serum

Kreatinin serum

Kalium serum

Hemoglobin dan hematokrit

Urinalisis

Elektrokardiogram

Beberapa pedoman penanganan hipertensi menganjurkan test lain seperti :

Esokardiogram

USG karotis

C-reactive protein

Mikroalbuminuria atau perbandingan albumin/kreatinin urin

Proteinuria kuantitatif

Funduskopi

12

Page 13: Family Folder Hipertensi

Evaluasi pasien hipertensi juga diperlukan untuk menentukan adanya penyakit

penyerta sistemik, yaitu :

Arteriosklerosis (malalui pemerikasaan profil lemak)

Diabetes (terutama pemerikasaan gula darah)

Fungsi ginjal (dengan pemeriksaan proteinuria, kreatinin serum, serta

memperkirakan laju filtrasi glomerulus)

Pada pasien hipertensi, beberapa pemeriksaan untuk menentukan kerusakan organ

target dapat dilakukan secara rutin, sedanga pemeriksaan lainnya hanya dilakukan bila

ada kecurigaan yang didukung oleh keluhan dan gejala pasien. Pemeriksaan untuk

mengevaluasi adanya kerusakan organ target meliputi :

1. Jantung

Pemeriksaan fisis

Foto polos dada (untuk pembesaran jantung, kondisi arteri intratoraks

dan sirkulasi pulmoner)

Elektrokardiografi (untuk deteksi iskemia, gangguan konduksi, aritmia,

serta hipertrofi ventrikel kiri)

Ekokardiografi

2. Pembuluh darah

Pemeriksaan fisis termasuk perhitungan pulse pressure

Ultrasonografi (USG) karotis

Fungsi endotel

3. Otak

Pemeriksaan neurologis

Diagnosis stroke ditegakkan dengan menggunakan cranial computed

tomography (CT) scan atau magnetic resonance imaging (MRI) (untuk

pasien dengan gangguan neural, kehilangan memori atau gangguan

kognitif)

4. Mata

Funduskopi

5. Fungsi ginjal

Pemeriksaan fungsi ginjal dan penentuan adanya proteinuria/mikro-

makroalbuminuria serta rasio albumin kreatinin urin

Perkiraan laju filtrasi glomerulus

13

Page 14: Family Folder Hipertensi

G. Pengobatan

Tujuan pengobatan pasien hipertensi adalah :

Target tekanan darah < 140/90 mmHg, untuk individu beresiko tinggi

(diabetes, gagal ginjal proteinuria) <130/80 mmHg

Penurunan morbiditas dan mortalitas kardiovaskular

Menghambat laju penyakit ginjal proteinuria

Selain pengobatan hipertensi, pengobatan terhadap faktor resiko atau kondisi penyerta

lainna seperti diabetes mellitus atau dislipidemia juga harus dilaksanakan hingga

mencapai target terapi masing-masing kondisi.

Pengobatan hipertensi terdiri dari terapi nonfarmakologis dan farmakologis. Terapi

nonfarmakologis harus dilaksnakan oleh semua pasien hipertensi dengan tujuan

menurunkan tekanan darah dan mengendalikan faktor-faktor resiko serta penyakit

pemyerta lainnya..

Terapi nonfarmakologis terdiri dari :

Menghentikan merokok

Menurunkan berat badan berlebih

Menurunkan konsumsi alcohol berlebih

Latihan fisik

Menurunkan asupan garam

Meningkatkan konsumsi buah dan sayur serta menurunkan asupan lemak

Jenis-jenis obat antihipertensi untuk terapi farmaklogis hipertensi yang dianjurkan

oleh JNC7 :

Diuretika, terutama jenis Thiazide (thiaz) atau Aldosterone Antagonist (Aldo

Ant)

Beta Blocker (BB)

Calcium Channel Blocker atau Calcium Antagonist (CCB)

Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor (ACEI)

Angiotensin II Receptor Blocker atau AT1 receptor antagonist/blocker (ARB)

Masing-masing obat antihipertensi memiliki efektivitas dan keamanan dalam

pengobatan hipertensi, tetapi pemilihan obat antihipertensi juga dipengaruhi beberapa

faktor yaitu:

Faktor sosial ekonomi

Profil faktor resiko kardiovaskular

Ada tidaknya kerusakan organ target

14

Page 15: Family Folder Hipertensi

Ada tidaknya penyakit penyerta

Variasi individu dari respon pasien terhadap obat antihipertensi

Kemungkinan adanya interaksi dengan obat yang gunakan pasien untuk

penyakit lain

Bukti ilmiah kemampuan obat antihipertensi yang akan digunakan dalam

menurunkan resiko kardiovaskular

Untuk keperluan pengobatan, ada pengelompokan pasien berdasarkan yang

memerlukan pertimbangan khusus yaitu kelompok Indikasi yang memaksa dan

keadaan khusus lainnya .

Indikasi yang memaksa ,meliputi :

Gagal jantung

Pasca infark miokardium

Resiko penyakit pembuluh darah koroner tinggi

Diabetes

Penyakit ginjal kronis

Pencegahan stroke berulang

Keadaan khusus lainnya meliputi :

Populasi minoritas

Obesitas dan sindrom metabolic

Hipertrofi ventrikel kanan

Penyakit arteri perifer

Hipertensi pada usia lanjut

Hipotensi postural

Demensia

Hipertensi pada perempuan

Hipertensi pada anak dan dewasa muda

Hipertensi urgensi dan emergensi

Untuk sebagian besar pasien hipertensi, terapi dimulai secara bertahap, dan target

tekanan darah dicapai secara progresif dalam beberapa minggu. Dianjurkan untuk

menggunakan obat antihipertensi dengan masa kerja panjang atau yang memberikan

efikasi 24 jam dengan pemberian sekali sehari. Pilihan apakah memulai terapi dengan

satu jenis obat antihipertensi atau dengan kombinasi tergantung pada tekanan darah

awal dan ada tidkanya komplikasi. Jika terapi dimulai dengan satu jenis obat dan

dalam dosis rendah dan kemudian tekanan darah belum mencapai target maka

15

Page 16: Family Folder Hipertensi

selanjutnya adalah meningkatkan dosis obat tersebut, atau berpindah ke antihipertensi

lain dengan dosis rendah. Efek samping umumnya bisa dihindari dengan

menggunakan dosis rendah, baik tunggal maupun kombinasi. Sebagian besar pasien

memerlukan kombinasi obat antihipertensi untuk mencapai target tekanan darah,

tetapi terapi kombinasi dapat meningkatkan biaya pengobatan dan menurunkan

kepatuhan pasien karena jumlah obat yang harus diminum bertambah.

Kombinasi yang telah terbukti efektif dan dapat ditoleransi pasien adalah :

CCB dan BB

CCB dan ACEI atau ARB

CCB dan diuretika

AB dan BB

Kadang diperlukan tiga atau empat kombinasi obat

H. Pemantauan

Pasien yang telah mulai mendapat pengobatan harus datang kembali untuk evaluasi

lanjutan dna pengaturan dosis obat sampai target tekanan darah tercapai. Setelah

tekanan darah tercapai dn stabil, kunjungan berikutnya dengan interval 3-6 bulan tetapi

frekuensi kunjungan ini juga ditentukan oleh ada tidaknya kormoditas seperti gagal

jantung, penyakit yang berhubungan seperti diabetes dan kenutuhan akan pemeriksaan

laboratorium.

Strategi untuk meningkatkan kepatuhan pada pengobatan :

Empati dokter akan meningkatkan kepercayaan, motivasi dan kepatuhan

pasien

Dokter harus mempertimbangkan latarbalakang budaya kepercayaan pasien

serta sikap pasien terhadap pengobatan

Pasien diberitahu hasil pengukuran tekanan darah, target yang masih harus

dicapai, rencana pengobatan selanjutnya serta pentingnya mengikuti rencana

tersebut.

Penyebab hipertensi resisten :

1. Pengukuran tekanan darah yang tidak benar

2. Dosis belum memadai

3. Ketidakpatuhan pasien dalam penggunan obat antihipertesni

4. Ketidakpatuhan pasien dalam memperbaiki pola hidup

Asupan alcohol berlebih

16

Page 17: Family Folder Hipertensi

Kenaikan berat badan berlebih

5. Kelebihan volume cairan

Asupan garam berlebih

Terapi diuretika tidak cukup

Penurunan fungsi ginjal berjalan progresif

6. Adanya terapi lain

Masih menggunakan bahan/obat lain yang meningkatkan tekanan darah

Adanya obat lain yang mempengaruhi atau berinteraksi dengan kerja

obat antihipertensi

7. Adanya oernyebab hipertensi lain/sekunder

Jika dalam 6 bulan target pengobatan (termasuk target tekanan darah) tidak tercapai, harus

dipertimbangkan untuk melakukan rujukan ke dokter spesialis atau subspesialis.

Pengobatan antihipertensi umumnya untuk selama hidup. Penghentian pengobatan cepat atau

lambat akan diikuti dengan naiknya tekanan darah sampai seperti sebelum dimulai

pengobatan antihipertensi. Walaupun demikian untuk menurunkan dosis dan jumlah obat

antihipertensi secara bertahap bagi pasien yang diagnosis hipertensinya sudah pasti serta tetap

patuh terhadap pengobatan nonfarmakologis. Tindakan ini harus disertai dengan pengawasan

tekanan darah yang ketat.

Kesimpulan dan saran

Penyakit Hipertensi merupakan suatu masalah kesehatan masyarakat yang mana dapat

dihadapi baik itu dibeberapa negara yang ada didunia maupun di Indonesia.

Faktor-faktor yang dapat menyebabkan hipertensi itu adalah dari kebiasaan atau gaya hidup

masyarakat yaitu faktor herediter yang didapat pada keluarga, faktor usia, jenis kelamin,

konsumsi garam yang berlebihan, kurang berolahraga, dan obesitas.

. Hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi 2 golongan besar yaitu :

- Hipertensi essensial ( hipertensi primer ) yaitu hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya

- Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh penyakit lain

Hipertensi primer terdapat pada lebih dari 90% penderita hipertensi, sedangkan 10% sisanya

disebabkan oleh hipertensi sekunder. Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan

17

Page 18: Family Folder Hipertensi

pasti penyebabnya, data-data penelitian telah menemukan beberapa faktor yang sering

menyebabkan terjadinya hipertensi. Faktor tersebut adalah sebagai berikut :

a. Faktor keturunan

Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar

untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi.

b. Ciri perseorangan

Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah umur ( jika

umur bertambah maka TD meningkat ), jenis kelamin ( laki-laki lebih tinggi dari

perempuan ) dan ras ( ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih ).

c. Kebiasaan hidup

Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah konsumsi

garam yang tinggi ( melebihi dari 30 gr ), kegemukan atau makan berlebihan, stress

dan pengaruh lain misalnya merokok, minum alkohol, minum obat-obatan

( ephedrine, prednison, epineprin ).

Saran

Perlunya upaya penyuluhan agar dari case-finding maupun pendidikan kesehatan dan

penatalaksanaan pengobatannya yang belum terjangkau masih sangat terbatas. Untuk

penderita datang berobat untuk pertama kalinya datang terlambat dimana sebagian besar

penderita hipertensi tidak mempunyai keluhan agar sedini mungkin diberi pengobatan.

Selain itu, kebiasaan hidup sehat seperti berhenti merokok, mengurangi berat badan (bila

kegemukan), mengurangi konsumsi garam sehingga asupan sodium kurang dari 100

mmol/hari, melakukan olah raga 30 - 45 menit per hari juga dapat mengurangi resiko

terjadinya hipertensi.

Daftar pustaka

18

Page 19: Family Folder Hipertensi

1. Sunarto, K. Sosiologi Kesehatan. Pusat Penerbitan Universitas Indonesia. Hlm. 2.3-

2.5, 2002

2. Kasper DL, Fauci AS, Lonjo DL, Braunwald E, Hauser SL, Jameson JL: Harrison's

Principles Of Internal Medicine, 16 th ed, Mc Graw Hill Med. Publ.Div., 2005.

3. Mansjoer A, Suprohalita, Wardhani WL, Setiowulan W: Kapita Selekta Kedokteran,

Jakarta, Media Aaesculapius FKUI, 2001.

4. WHO Techn. Rep. Ser. 231, Arterial Hypertension & IHD (Preventive Aspects WHO

Chronicle 1962

5. Noer MS: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Edisi Ketiga, Jilid kesatu, Balai Penerbit

FKUI, 2003.

6. Wawolumaya.C.Survei Epidemiologi Sederhana, Seri No.1, 2001. Cermin Dunia

Kedokteran No. 150, 2006 35

19