family folder hipertensi oni

26
MAKALAH KUNJUNGAN RUMAH FAMILY FOLDER DI PUSKESMAS CIKAMPEK KABUPATEN KARAWANG Oleh: Leony Anatasia Maranatha 10-2011-122 Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jakarta, Oktober 2013 1

Upload: purna-adi-putra

Post on 26-Oct-2015

231 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

MAKALAH KUNJUNGAN RUMAH

FAMILY FOLDER

DI PUSKESMAS CIKAMPEK KABUPATEN KARAWANG

Oleh:

Leony Anatasia Maranatha

10-2011-122

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran Komunitas

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jakarta, Oktober 2013

1

Bab I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah secara menetap diatas atau sama

dengan 140/90 mmHg. Berbagai factor resiko yang sudah dikenal seperti gaya hidup

tidak aktif, merokok, dislipidemi, kelebihan berat badan terutama kelebihan lingkar

perut dan stress mempunyai peran sebesar 90-95% dalam terjadinya hipertensi.1

Dalam panduan penanganan hipertensi, perubahan gaya hidup

direkomendasikan meliputi diet sehat (makanan tinggi buah, sayuran, produk susu

rendah lemak, rendah lemak jenuh, kolesterol, dan rendah garam), aktivitas fisik

teratur, konsumsi alcohol risiko rendah, ,memperoleh dan mempertahankan berat

badan ideal, lingkar pinggang ideal dan lingkungan bebas asap rokok.1

Sampai saat ini hipertensi masih tetap menjadi masalah karena beberapa hal,

antara lain meningkatnya prevalensi hipertensi, masih banyaknya pasien hipertensi

yang belum mendapat pengobatan maupun yang sudah diobati tetapi tekanan

darahnya belum mencapai target, serta adanya penyakit penyerta dan komplikasi yang

dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas.2

1.2 Masalah

Masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah mengenai penyakit Hipertensi,

yang umumnya terjadi pada usia dewasa. Belakangan penderita Hipertensi di dalam

masyarakat meningkat karena faktor pola hidup yang makin memburuk, misalnya saja

kurangnya berolahraga, makan makanan atau minum minuman yang tidak sehat (asin dan

berlemak) dan sebagainya.

1.3 Tujuan

Dengan melakukan kegiatan kunjungan langsung kepada pasien puskesmas,

diharapkan dapat menambah wawasan mengenai Hipertensi yang ada pada kasus di lapangan.

Kasus di lapangan dapat saja memiliki variasi dan sedikit berbeda dengan teori yang ada,

namun dengan sedikit dasar, pencegahan dan penanganan terhadap Hipertensi ini tidak lagi

2

asing. Dengan mengetahui kejadian Hipertensi di lapangan, diharapkan menambah

pengetahuan yang lebih baik mengenai Hipertensi ditinjau dari sisi kemasyarakatannya.

1.4 Sasaran

Sasaran yang kita tuju adalah “pasien” yang merupakan penderita Hipertensi, dan juga

sekelompok masyarakat atau komunitas yang harus kita berikan edukasi guna mencegah

peningkatan penderita penyakit Hipertensi.

3

BAB II

ISI

2.1 Materi

Menurut WHO adalah peningkatan tekanan sistolik lebih besar atau sama dengan 140

mmHg dan atau tekanan diastolik sama atau lebih besar dari 90 mmHg secara konsisten

dalam beberapa waktu. Hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya didefinisikan sebagai

hipertensi esensial. Beberapa penulis lebih memilih istilah hipertensi primer, untuk

membedakannya dengan hipertensi lain yang sekunder karena sebab-sebab yang diketahui.2

2.2 Metode

Metode yang penulis gunakan untuk mengumpulkan data ini adalah dengan

melakukan kunjungan langsung ke rumah pasien dengan mendapat alamat dan data dasar dari

Puskesmas Kecamatan Cikampek Kabupaten Karawang.

2.3 Kerangka Teori

2.3.1 Klasifikasi Hipertensi

Menurut The Seventh Report of The Joint National Committee on Prevention,

Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC 7) klasifikasi tekanan

darah pada orang dewasa terbagi menjadi kelompok normal, prahipertensi, hipertensi derajat

I, dan derajat II.2

4

Klasifikasi Tekanan Darah Menurut JNC 7

Klasifikasi Tekanan Darah TDS (mmHg) TDD (mmHg)

Normal < 120 < 80

Prahipertensi 120 – 139 80 – 89

Hipertensi derajat 1 140 – 159 90 – 99

Hipertensi derajat 2 >160 >100

2.3.2 Etiologi dan Patofisiologi

Etiologi

Pada 90-95% orang mengalami peningkatan tekanan darah (hipertensi

esensial) yang sebabnya tidak diketahui yang ditingkatkan oleh gaya hidup yang

kurang aktif, merokok, berat badan berlebih, diet tinggi lemak, konsumsi alcohol dan

stress.1 Pada 5-10% orang (hipertensi sekunder) mempunyai penyakit lain yang

mendasari menyebabkan tingginya tekanan darah dan memerlukan pengobatan

segera.1

Terdapat faktor-faktor risiko yang berperan dalam hipertensi. Faktor resiko

yang dapat diubah dan tidak dapat diubah.

5

Faktor – Faktor yang dapat diubah termasuk gaya hidup, antara lain :

- Merokok- Kurang aktivitas fisik- Kelebihan berat badan- Diet tinggi lemak- Asupan garam berlebih- Konsumsi alcohol berlebih

Faktor – Faktor yang tidak dapat diubah, antara lain :

- Riwayat keluarga dengan hipertensi- Usia > 45 tahun pada pria dan >55 tahun pada

wanita- Etnik / suku bangsa

Patofisiologi

Pengaturan Tekanan Darah

Tekanan darah ditentukan oleh dua faktor utama, yaitu

- Curah jantung

Hasil kali antara frekuensi denyut jantung dengan isi sekuncup, sedangkan

isi sekuncup ditentukan oleh aliran balik vena dan kekuatan kontraksi

miokard.

- Resistensi vascular

Resistensi perifer ditentukan oleh tonus otot polos pembuluh darah,

elastisitas dinding pembuluh darah dan viskositas darah.

Semua parameter di atas dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain sistem

saraf simpatis dan parasimpatis., sistem rennin-angiotensin-aldosteron (SRAA) dan

faktor lokal berupa bahan-bahan vasoaktif yang diproduksi oleh sel endotel pembuluh

darah.3

Sistem saraf simpatis bersifat presif yaitu cenderung meningkatkan tekanan darah

dengan :

- Meningkatkan frekuensi denyut jantung,

- Memperkuat kontraktilitas miokard

- Meningkatkan resistensi pembuluh darah

Sistem saraf parasimpatis bersifat depresif, yaitu menurunkan tekanan darah

dengan :

- Menurunkan frekuensi denyut jantung.

SRAA juga bersifat presif berdasarkan efek vasokonstriksi angiotensin II dan

perangsangan aldosteron yang menyebabkan retensi air dan natrium di ginjal sehingga

meningkatkan volume darah. Selain itu terdapat sinergisme antara sistem simpatis dan

SRAA yang saling memperkuat efek masing-masing.3

6

Sel endotel pembuluh darah memproduksi berbagai bahan vasoaktif yang

sebagiannya bersifat vasokonstriktor seperti

- Endotelin, tromboksan, A2 dan angiotensin II lokal, dan sebagian lagi

bersifat vasodilator seperti endothelium-derived relaxing factor yang

dikenal dengan nitric oxide (NO) dan prostasiklin (PG12).

Selain itu jantung, terutama atrium kanan memproduksi hormone yang

disebut atriopeptin (atrial natriuretic peptide, ANP) yang bersifat diuretic, natriuretik,

dan vasodilator yang cenderung menurunkan tekanan darah.3

Mekanisme hipertensi tidak dapat dijelaskan dengan satu penyebab khusus,

melainkan sebagai akibat interaksi dinamis antara faktor genetik, lingkungan dan

faktor lainnya. Tekanan darah dirumuskan sebagai perkalian antara curah jantung dan

atau tekanan perifer yang akan meningkatkan tekanan darah. Retensi sodium,

turunnya filtrasi ginjal, meningkatnya rangsangan saraf simpatis, meningkatnya

aktifitas renin angiotensin alosteron, perubahan membran sel, hiperinsulinemia,

disfungsi endotel merupakan beberapa faktor yang terlibat dalam mekanisme

hipertensi.4,5

Mekanisme patofisiologi hipertensi salah satunya dipengaruhi oleh sistem

renin angiotensin aldosteron, dimana hampir semua golongan obat anti hipertensi

bekerja dengan mempengaruhi sistem tersebut. Renin angiotensin aldosteron adalah

sistem endogen komplek yang berkaitan dengan pengaturan tekanan darah arteri.

Aktivasi dan regulasi sistem renin angiotensin aldosterouran Tekanan Darah diatur

terutama oleh ginjal. Sistem renin angiotensi aldosteron mengatur keseimbangan

cairan, natrium dan kalium. Sistem ini secara signifikan berpengaruh pada aliran

pembuluh darah dan aktivasi sistem saraf simpatik serta homeostatik regulasi

tekanan darah (Dipiro, 2005).4

2.3.2 Tanda dan Gejala

7

Obat-obat antihipertensi bekerja dengan berbagai mekanisme yang

berbeda, namun berakhir pada penurunan curah jantung atau resistensi

perifer atau keduanya.

Peningkatan tekanan darah kadang-kadang merupakan satu-satunya gejala

pada hipertensi esensial dan tergantung dari tinggi rendahnya tekanan darah, gejala

yang timbul dapat berbeda-beda.

Kadang-kadang hipertensi esensial berjalan tanpa gejala, dan baru timbul

gejala setelah terjadi komplikasi pada organ target seperti pada ginjal, mata, otak dan

jantung (Julius, 2008). Sebagian besar manifestasi klinis timbul setelah mengalami

hipertensi bertahun-tahun, dan berupa :

- Nyeri kepala saat terjaga, kadang-kadang disertai mual dan muntah, akibat

peningkatan tekanan darah intrakranium

- Penglihatan kabur akibat kerusakan retina karena hipertensi

- Ayunan langkah yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf pusat

- Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerulus

- Edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan kapiler 2,4

Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisik dilakukan pengukuran tekanan darah dikedua lengan.

mencari kerusakan organ sasaran (retinopati, gangguan neurologi, payah jantung

kongestif, diseksi aorta). Palpasi denyut nadi, auskultasi untuk mendengar ada atau

tidak bruit pembuluh darah besar, bising jantung dan ronki paru.5,6

Pengukuran tekanan darah dilakukan sesuai dengan standar WHO dengan alat

sphygomanometer. Untuk menegakan diagnosis hipertensi perlu dilakukan

pengukuran tekanan darah minimal 2 kali dengan jarak 1 minggu bila tekanan darah

<160/100mmHg.2

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang pasien hipertensi :

- Hematologi lengkap

- Gula darah

- Profil lemak

- Fungsi ginjal : Urea N, kreatinin, asam urat, albumin urin kuantitatif

- Gangguan elektrolit : Natrium, kalium

- hsCRP

8

- EKG6

2.3.3 Diagnosis

Diagnosa Hipertensi

Tekanan darah diukur setelah seseorang duduk atau berbaring selama 5 menit.

Angka 140/90 mmHg atau lebih dapat diartikan sebagai hipertensi, terapi diagnosis

tidak dapat ditegakkan hanya berdasarkan 1x pengukuran.

Jika pada pengukuran pertama tinggi, maka dapat diukur kembali dan

kemudian diukur sebanyak 2x dengan jarak 1 minggu untuk meyakinkan adanya

hipertensi. Hasil pengukuran bukan hanya menentukan adanya tekanan darah tinggi,

tetapi juga digunakan untuk menggolongkan beratnya hipertensi.

Setelah diagnosis ditegakkan :

Dilakukan pemeriksaan terhadap organ utama terutama pembuluh darah, jantung,

otak, ginjal.

- Retina : dapat menunjukan adanya efek dari hipertensi terhadap arteriola

(pembuluh darah kecil). Diperiksan dengan menggunakan oftalmoskop. Dengan

menentukan derajat kerusakan retina (retinopati), maka bisa ditentukan beratnya

hipertensi.

- Jantung : Pembesaran jantung, bisa ditemukan pada EKG, dan foto thorax

- Ginjal : Adanya sel darah dan albumin dalam urin, bisa menjadi petunjuk ada

kerusakan ginjal

Jika penyebabnya feokromositoma, maka dalam urin dapat ditemukan bahan – bahan

hasil penguraian hormone epinefrin dan norepinefrin.

2.3.4 Penatalaksanaan

2.3.4.1 Non Medika Mentosa

9

Modalitas yang ada pada penatalaksanaan diabetes mellitus terdiri dari: pertama terapi

non farmakologis yang meliputi perubahan gaya hidup dengan melakukan pengaturan pola

makan yang dikenal sebagai terapi gizi medis, meningkatkan aktivitas jasmani dan edukasi

berbagai masalah yang berkaitan dengan penyakit diabetes yang dilakukan secara terus

menerus, kedua terapi farmakologis, yang meliputi pemberian obat ati diabetes oral dan

injeksi insulin. Terapi farmakologis ini pada prinsipnya diberikan jika penerapan terapi non

farmakologis yang telah dilakukan tidak dapat mengendalikan kadar glukosa darah

sebagaimana yang diharapkan. Pemberian terapi farmakologis tetap tidak meninggalkan

terapi nom farmakologis yang telah diterapkan sebelumnya.1,6

2.3.4.2 Medikamentosa

Penggulangan hipertensi dengan obat dilakukan bila dengan perubahan pola

hidup tekanan darah belum mencapai target (<140/90mmHg) atau < 130/80 mmHg

pada diabetes atau penyakit ginjal kronik pemilihan obat berdasarkan ada/tidaknya

indikasi khusus. Bila tidak ada indikasi khusus pilihan obat juga tergantung dari

derajat hipertensi (grade 1 atau 2).

Alogaritma penanggulangan hipertensi:

Indikasi khusus Diuretic B blocker ACEI ARB CCB Anti

aldosteron

10

Gagal jantung + + + + +

Pasca infark miokard + + +

Resiko tinggi PJK + + + +

DM + + + + +

Penyakit Ginjal Kronik + +

Cegah stroke berulang + +

2.3.5 Pencegahan

Pencegahan primer

Pencegahan primer berupa kegiatan untuk menghentikan atau mengurangi faktor risiko

hipertensi sebelum penyakit hipertensi terjadi. Pencegahan primer dilaksanakan melalui

berbagai upaya, seperti promosi kesehatan mengenai peningkatan perilaku hidup sehat, yakni

diet yang sehat dengan cara makan cukup sayur dan buah, rendah garam dan lemak, rajin

melakukan aktivitas dan tidak merokok.

Pencegahan sekunder

Pencegahan sekunder lebih ditujukan pada kegiatan deteksi dini untuk menemukan penyakit.

Bila ditemukan kasus, maka dapat dilakukan pengobatan secara dini.

Pencegahan Tertier

Pencegahan tertier dilaksanakan agar penderita hipertensi terhindar dari komplikasi yang

lebih lanjut, serta untuk meningkatkan kualitas hidup dan memperpanjang lama ketahanan

hidup. Dalam pencegahan tertier, kegiatan difokuskan kepada mempertahankan kualitas

hidup penderita. Pencegahan tertier dilaksanakan melalui tindak lanjut dini dan pengelolaan

hipertensi yang tepat, serta minum obat teratur agar tekanan darah dapat terkontrol dan tidak

memberikan komplikasi seperti penyakit ginjal kronik, stroke, dan jantung. Penanganan

respons cepat juga menjadi hal yang utama agar kecacatan dan kematian dini akibat penyakit

hipertensi dapat terkendali dengan baik. 

11

Data dan Pembahasan

Puskesmas: Puskesmas Kecamatan Cikampek – Kabupaten Karawang

I. Identitas Pasien

a. Nama : Romlah

b. Umur : 61 tahun

c. Jenis Kelamin : Wanita

d. Pekerjaan : Ibu rumah tangga

e. Pendidikan : SD (tamat)

f. Alamat : Ds.Kamojing RT/RW: 004/002

g. Telepon : tidak punya

II. Riwayat Biologis Keluarga

a. Keadaan Kesehatan sekarang : Cukup baik

Keadaan kesehatan dikatakan cukup baik karena baru saja mengkonsumsi obat

dari dokter

b. Kebersihan Perorangan : Baik

Kebersihan pasien dapat dikatakan baik karena yang terlihat dari hygiene rambut,

tangan dan kaki tampak bersih. Gigi geligi dan pakaian yang digunakan pun

tampak bersih.

c. Keluhan yang sering diderita : sakit kepala, badan terasa pegal-pegal

d. Penyakit keturunan : tidak ada

e. Penyakit kronis/menular : tidak ada

f. Kecacatan anggota keluarga : tidak ada

g. Pola Makan : Baik

Pola makan pasien dapat dikatakan baik karena dari yang terlihat dari pola

konsumsi harian cukup teratur. menurut pengakuan pasien, pasien mendapat

makanan dengan gizi yang lengkap yaitu karbohidrat, protein dan mineral dan

sedikit lemak.

h. Pola istirahat : Baik

i. Jumlah Anggota Keluarga : 3 orang

12

Terdiri dari anak pasien sebagai ibu rumah tangga, satu anak pasien, satu orang

cucu perempuan pasien.

III. Psikologis Keluarga

a. Kebiasaan buruk : tidak ada yang merokok maupun sering mabuk di

anggota keluarga tersebut.

b. Pengambil keputusan : pengambil keputusan adalah pasien, karena suami

pasien sudah tidak ada.

c. Ketergantungan obat : tidak ada ketergantungan obat.

Keluarga tersebut hanya mengkonsumsi obat atas anjuran dari puskesmas atau

dokter praktik umum di sekitar rumah.

d. Tempat mencari pelayanan kesehatan: ke rumah bidan di daerah tersebut.

e. Pola Rekreasi : Kurang

IV. Keadaan Rumah/Lingkungan

a. Jenis bangunan : Rumah permanen

b. Lantai rumah : Keramik

c. Luas rumah : ± 3 x 10 m

d. Penerangan : cukup

e. Kebersihan : cukup

Kebersihan rumah pasien dapat digolongkan ke cuku[g karena rumah pasien tidak

terlalu bersih. Selain itu, kursi, dinding, plafon dan horden rumah pasien agak berdebu

dan sedikit berantakan.

f. Ventilasi : kurang

Ventilasi untuk keluar masuk cahaya dan udara sangat kurang.

g. Dapur : Ada

h. Jamban keluarga : Tidak ada

i. Sumber Air minum : air sumur yang dimasak

j. Sumber Pencemaran air : ada.

Karena sumber air minum pasien dari sumur atau kali, maka kemungkinan ada sumber

pencemaran dari air minum keluarga.

k. Pemanfaatan pekarangan : tidak ada

Karena rumah pasien berupa rumah yang sangat kecil, maka pemanfaatan pekarangan

pasien tidak ada.

13

l. Sistem pembuangan air limbah : tidak ada

m. Tempat pembuangan sampah : ada

n. Sanitasi lingkungan : sedang

V. Spiritual Keluarga

a. Kegiatan beribadah : baik

Dapat dikatakan baik, karena pasien yang beragama Islam, menjalankan sholat 5

waktu.

b. Keyakinan tentang Kesehatan: cukup

VI. Keadaan Sosial Keluarga

a. Tingkat pendidikan : rendah karena tamatan SD.

b. Hubungan anggota keluarga : baik

c. Hubungan dengan orang lain : baik

Karena pasien sering dibantu dengan tetangga sekitar dan saling menengur sapa bila

berpapasan

d. Kegiatan organisasi social : kurang

Kurang, karena keterbatasan fisik yang dimiliki pasien

e. Keadaan ekonomi : sedang

Keadaan ekonomi pasien terlihat kurang, karena pasien tidak bekerja sejak ditinggal

suami sebagai pemberi nafkah

VII. Kultural Keluarga

a. Adat yang berpengaruh : Jawa. Pasien dilahirkan dan dibesarkan di rumah tersebut

dari kecil.

VIII. Daftar Anggota Keluarga

Nama Hubungan

dengan

KK

Jenis

Kelamin

Keadaan

Kesehatan

Keadaan Gizi Penyebab

Kematian

Bp. Tono suami Laki-laki Mati Baik Sakit jantung

Ibu Romlah istri Perempuan Hipertensi Baik -

Santi Anak Perempuan Baik Baik -

IX. Keluhan Utama : sering sakit kepala

X. Keluhan Tambahan : badan pegal-pegal

XI. Riwayat Penyakit Sekarang: Hipertensi

14

XII. Riwayat Penyakit Dahulu : tidak ada

XIII. Pemeriksaan Fisik

TD: 180/100

Nadi: 84

RR: 20

Suhu: 36,6o

XIV. Diagnosis Penyakit

WD: Hipertensi grade II

XV. Diagnosis Keluarga

Ibu menderita sakit Hipertensi grade II dan mendapat pengobatan dari puskesmas.

XVI. Anjuran penatalaksanaan penyakit :

a. Promotif :

- Harus rutin memeriksakan diri ke bidan, guna mengontrol kadar tekanan darah

untuk mencegah terjadinya komplikasi.

b. Preventif :

- Atur pola makan/dietnya, perhatikan makanan berlemak tinggi, dan kadar garam

- Banyak berolahraga dan beraktivitas fisik

c. Kuratif :

- Captopril ( anti hipertensi)

d. Rehabilitatif :

- Edukasi (tentang penyakit, gejala penyakit, cara menangani dan cara pencegahan)

- Exercise

- Nutrisi dengan gizi yang lengkap dan pengaturan makanan mencegah

peningkatan kadar tekanan darah

- Penggunaan obat – obat long term control hipertensi

XVII. Prognosis:

- Penyakit :

15

Prognosis penyakit hipertensi pasien ini dapat dikatakan ad bonam, karena adanya

rasa kesadaran untuk sembuh dan mau menjaga pola makannya, dan juga terus

mengkonsumsi obat yang diberikan bidan.

- Keluarga : kondisi kesehatan anggota keluarga yang lain dalam keadaan baik.

- Masyarakat : Ad bonam, bukan penyakit menular.

Bab III

Penutup

3.1 Kesimpulan

Dari hasil kunjungan ke rumah pasien (Bu Romlah) di Desa Kamojing, Kecamatan

Cikampek, Pasien menderita penyakit Hipertensi grade II dan dengan melakukan pendekatan

kedokteran keluarga diketahui tidak ada riwayat keturunan dalam keluarga.

Dalam menegakkan diagnosis, pasien ini menjelaskan beberapa gejala yang

membantu dalam penegakkan diagnosis, seperti sering sakit kepala, dan badan pegal-pegal.

Namun karena tingginya kesadaran pasien tentang kesehatan diri, maka pasien sering

mengontrol kesehatannya ke bidan desa dan teratur mengkonsumsi obat-obat yang diberikan

bidan desa.

3.2 Saran

Saran saya untuk pasien adalah menjaga pola makan dengan menghindari makanan

dengan lemak tinggi, kadar gula dan garam yang tinggi dan mengkonsumsi makanan bergizi.

Kemudian, menjaga pola hidup terutama olahraga dan melakukan aktivitas fisik mengkontrol

tekanan darah. Tidak lupa juga untuk meminum obat-obat yang sudah diberikan sesuai

anjuran guna mengontrol kadar tekanan darah pasien dan mengurangi resiko terjadinya

komplikasi.

Saran untuk keluarga pasien juga sama, terutama untuk anak pasien, perlu menjaga

kesehatan dengan berolahraga dan kurangi konsumsi makanan tinggi lemak, garam dll.

karena usia > 40tahun memp

16

unyai resiko untuk terkena penyakit degeneratif, akan lebih baik untuk menjaga

kesehatan. Selain itu, keluarga perlu memotivasi dan senantiasa terus mengingatkan pasien

untuk rutin berobat dan teratur meminum obat.

DAFTAR PUSTAKA

1. Perhimpunan Hipertensi Indonesia. Konsesus Penatalaksanaan Hipertensi Dengan

Modifikasi Gaya Hidup. Jakarta : InaSH, 2011.

2. Yogiantoro, Mohammad. Hipertensi Esensial dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam

Edisi V Jilid III. Jakarta : Interna Publishing, 2009.

3. Nafrialdi. Antihipertensi dalam Buku Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Jakarta : Balai

Penerbit FKUI, 2008

4. Departemen Kesehatan RI. Pedoman Teknis Penemuan dan Penatalaksanaan Penyakit

Hipertensi. Jakarta : Departemen Kesehatan R.I. , 2006.

5. Perhimpunan Hipertensi Indonesia. Ringkasan Eksklusif Penaggulangan Hipertensi.

Jakarta : InaSH, 2007.

6. Prodia. Pemeriksaan laboratorium untuk penyandang hipertensi. Diunduh dari

http://prodia.co.id/tips-kesehatan/pemeriksaan-laboratorium-untuk-penyandang-

hipertensi . Depok, 29 Mei 2013.

7. Roesma, Jose. Krisis Hipertensi dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi V Jilid

III. Jakarta : Interna Publishing, 2009.

8. Irawan, Cosphiadi. Tri Edi Juli Tarigan dan Maruhum B. Marbun. Krisis Hipertensi

dalam Buku Panduan Tatalaksana Kegawatdaruratan Di Bidang Ilmu Penyakit Dalam

edisi !. Jakarta : Interna Publishing, 2009.

17

Lampiran

Bersama Bu Romlah

18

Tampak Depa n Ruang depan

Dapur keluarga

Kamar keluarga

Kamar mandi

Tidak terdapat jamban

19