family folder ak

44
Laporan Hipetensi dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga Puskesmas Tirtajaya, Kabupaten Karawang Periode 2013 Disusun oleh : Mohd Fahamy bin Mohd Nor 11-2011-269 KEPANITERAAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS 1

Upload: mohd-fahamy

Post on 21-Jan-2016

100 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Family Folder Ak

Laporan Hipetensi dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga

Puskesmas Tirtajaya, Kabupaten Karawang

Periode 2013

Disusun oleh :

Mohd Fahamy bin Mohd Nor

11-2011-269

KEPANITERAAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA

KARAWANG, OKTOBER 2013

1

Page 2: Family Folder Ak

Kata Pengantar

Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas kasih

dan karunia-Nya saya dapat menyelesaikan makalah ini.

Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu kewajiban dalam rangka

Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Kristen

Krida Wacana. Judul dari makalah ini adalah Laporan Hipertensi dengan Pendekatan

Kedokteran Keluarga.

Semoga saja laporan yang saya buat ini dapat berguna dan bermanfaat bagi

para pembacanya. Akhir kata, saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya

atas segala bimbingan dan bantuan yang telah diberikan dalam penyelesaian makalah

ini kepada dr. Aris Susanto, MS, Sp.OK dan semua pihak yang turut membantu

terselesainya makalah ini.

Saya juga menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam makalah yang

saya buat ini, oleh karena itu saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun

sehingga di masa mendatang dapat di tingkatkan lebih baik lagi.

Jakarta, Oktober 2013

Penyusun

2

Page 3: Family Folder Ak

Daftar Isi

Kata Pengantar 2

Daftar Isi 3

BAB I.PENDAHULUAN 4

Bab II. KUNJUNGAN RUMAH 7

I. Identitas Pasien 7

II. Riwayat Biologis Keluarga 7

III. Psikologis Keluarga 7

IV. Keadaan Rumah/ Lingkungan 8

V. Spiritual Keluarga 8

VI. Keadaan Sosial Keluarga 8

VII. Kultural Keluarga 8

VIII. Daftar Anggota Keluarga 9

IX. Keluhan Utama 9

X. Keluhan Tambahan 9

XI. Riwayat Penyakit Sekarang 9

XII. Riwayat Penyakit Dahulu 9

XIII. Pemeriksaan Fisik 10

XIV. Diagnosis Penyakit 11

XV. Diagnosis Keluarga 11

XVI. Anjuran Penatalaksanaan penyakit 11

XVII. Prognosis 12

XVIII. Resume 12

Analisa Kasus 13

BAB III. TINJAUAN PUSTAKA 14

BAB IV. PENUTUP 28

Daftar Pustaka 29

Lampiran

3

Page 4: Family Folder Ak

BAB I

PENDAHULUAN

Terwujudnya keadaan sehat merupakan kehendak semua pihak tidak hanya

oleh orang perorang atau keluarga, tetapi juga oleh kelompok dan bahkan oleh

seluruh anggota masyarakat. Untuk mewujudkan keadaan sehat tersebut banyak

upaya yang harus dilaksanakan, yang satu diantaranya adalah penyelenggaraan

pelayanan kesehatan. Upaya penyelenggaraan pelayanan kesehatan diharapkan

memenuhi faktor 3A 2C I dan Q, yaitu available, accesible, affordable, continue,

comprehensive, integreted dan quality. Secara umum pelayanan kesehatan dibagi dua

yaitu pelayanan kesehatan personal atau pelayanan kedokteran dan pelayanan

kesehatan masyarakat. Pelayanan kedokteran keluarga adalah termasuk dalam

pelayanan kedokteran dimana pelayanan dokter keluarga ini memiliki karakteristik

tertentu dengan sasaran utamanya adalah keluarga. Kesehatan merupakan hasil

interaksi berbagai faktor. Lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempunyai

peran mempengaruhi kesehatan serta berkaitan erat dengan host (pejamu) dan agent

(penyebab penularan).1

Dalam Epidemiologi pengertian penyebab timbulnya penyakit adalah suatu

proses interaksi antara: Pejamu (host), Penyebab (agent), dan Lingkungan

(environment). Segitiga epidemiologi (John Gordon) menggambarkan relasi tiga

komponen penyebab penyakit seperti penjamu, agent dan lingkungan.1

Agent (A):

Jumlahnya bila hidup.

Konsentrasinya bila tidak hidup.

Infektivitas/patogenisitas/virulensi/antigenisitas bila hidup.

Patogenicity, kemampuan bibit penyakit untuk menimbulkan reaksi pada

host sehingga timbul penyakit (diseases stimulus).

Virulensi, ukuran keganasan atau derajat kerusakan yang ditimbulkan oleh

bibit penyakit.

Antigenicity, kemampuan bibit penyakit merangsang timbulnya

mekanisme pertahanan tubuh (antigen) pada host.

Infectivity, kemampuan bibit penyakit mengadakan invasi dan

menyesuaikan diri, bertempat tinggal dan berkembang biak dalam host

Toksisitas/reaktivitas bila tidak.

4

Page 5: Family Folder Ak

Host (H):

Derajat kepekaan.

Imunitas terhadap (A) hidup, toleransi terhadap (A) mati.

Status gizi, pengetahuan, pendidikan, perilaku, kebiasaan, dan adat istiadat.

Lingkungan (L):

- Kualitas dan kuantitas kompartemen lingkungan yang berperan

terhadap terjadinya transmisi (A) ke (H).

- Aspek fisik, biologis, sosial, dan ekonomi.

Segi tiga Epidemiologi John Gordon

Sedangkan Hendrik L. Blum, menggambarkannya sebagai hubungan antara 4

faktoryaitu keturunan, lingkungan, perilaku dan pelayanan kesehatan.1,2

Menurut Dr.Indan Entjang lingkungan terdiri dari:2

Lingkungan biologik : bakteri, virus, jamur, nyamuk, kutu, lalat, hama,

tumbuhan, hewan.

Lingkungan fisik : udara, sinar matahari, tanah, air, sampah, iklim.

5

Page 6: Family Folder Ak

Lingkungan ekonomi: pekerjaan, pendapatan dan kemiskinan.

Lingkungan sosial : tingkah laku, kepandaian, adat istiadat, kepadatan,

isolasi.

Pendekatan ekologis pemecahan masalah kesehatan lingkungan melalui pengawasan

lingkungan, ada 5 prinsip yaitu:2

1) Isolasi

2) Substitusi/mengganti

3) Shielding/melindungi

4) Treatment/mengobati

Di Indonesia, hipertensi merupakan masalah kesehatan yang perlu

diperhatikan oleh dokter yang bekerja pada pelayanan kesehatan primer karena angka

prevalensinya yang tinggi dan akibat jangka panjang yang ditimbulkannya. Hal

tersebut berkaitan dengan gejala yang berlanjut untuk suatu target organ, seperti

stroke untuk otak, penyakit jantung koroner untuk pembuluh darah jantung dan untuk

otot jantung.3

Jumlah pasien yang terdaftar dalam Internal Medicine Section of the

Emergency Department pada tahun 1996 adalah 14.209 orang. Dimana 1634 orang

adalah kasus emergensi-urgensi, 449 pasien termasuk kriteria krisis hipertensi

menurut Joint National Committee dan memiliki tekanan darah diastolik lebih dari

120 mmHg.3

Pada 23% pasien hipertensi diketahui adalah krisis hipertensi dan 28% dari

23% tersebut adalah hipertensi urgensi. Hipertensi urgensi juga lebih sering

ditemukan dibandingkan dengan hipertensi emergensi.3

Krisis hipertensi biasanya lebih sering mengenai wanita bila dibandingkan

dengan laki-laki,dimana 60% pada wanita dan 40% pada laki-laki.3

Morbiditas dan mortalitas kardiovaskuler meningkat meningkat sejalan

dengan meningkatnya tekanan darah sistolik dan diastolik tetapi pada individu yang

berusia lebih dai 50 tahun tekanan darah sistolik merupakan prediktor komplikasi

yang lebih baik. Pada Penelitian oleh 18.700 dokter, peningkatan tekanan darah

sistolik perbatasan (140 – 159 mmHg) berhubungan dengan peningkatan kejadian

stroke sebanyak 42% dan kematian kardiovaskuler 56%.3,4

6

Page 7: Family Folder Ak

BAB II

KUNJUNGAN RUMAH

Puskesmas : Kecamatan Tirtajaya

Tanggal kunjungan rumah : 27 Septemeber 2013

Data Riwayat Keluarga

I. Identitas pasien :

Nama : Ny. U

Umur : 44 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Pekerjaan : Isi Rumah Tangga

Pendidikan : Belum Tamat SD

Alamat : Jamantri II RT 011/ RW 004 41352 Kelurahan Sabajaya Kecamatan

Tirtajaya, Kabupaten Karawang

II. Riwayat biologis keluarga :

a. Keadaan kesehatan sekarang : Sedang

b. Kebersihan perorangan : Sedang

c. Penyakit yang sering diderita : ISPA, pegal-pegal

d. Penyakit keturunan : Tidak ada

e. Penyakit kronis/ menular : Tidak ada

f. Kecacatan anggota keluarga : Tidak ada

g. Pola makan : Sedang (sering mengkonsumsi ikan asin dan

minum kopi setiap pagi )

h. Pola istirahat : Sedang

i. Jumlah anggota keluarga : 3 orang

III. Psikologis keluarga

a. Kebiasaan buruk : Tidak ada

b. Pengambilan keputusan : Suami

c. Ketergantungan obat : Tidak ada

d. Tempat mencari pelayanan kesehatan: Puskesmas

e. Pola rekreasi : Kurang

7

Page 8: Family Folder Ak

IV. Keadaan rumah/ lingkungan

a. Jenis bangunan : Semi Permanen

b. Lantai rumah : Tanah

c. Luas rumah : 150 m2 (10m X 5m)

d. Penerangan : Kurang

e. Kebersihan : Sedang

f. Ventilasi : Kurang

g. Dapur : Ada

h. Jamban keluarga : Ada

i. Sumber air minum : Sumur gali

j. Sumber pencemaran air : Ada (Jamban dekat dengan sumur gali)

k. Pemanfaatan pekarangan : Tidak ada

l. Sistem pembuangan air limbah : Ada (kurang lancar)

m. Tempat pembuangan sampah : Ada

n. Sanitasi lingkungan : Kurang

V. Spiritual keluarga

a. Ketaatan beribadah : Baik

b. Keyakinan tentang kesehatan : Sedang

VI. Keadaan sosial keluarga

a. Tingkat pendidikan : Rendah

b. Hubungan antar anggota keluarga : Baik

c. Hubungan dengan orang lain : Baik

d. Kegiatan organisasi sosial : Kurang

e. Keadaan ekonomi : Kurang

VII. Kultural keluarga

a. Adat yang berpengaruh : Tidak ada

b. Lain-lain : Tidak ada

8

Page 9: Family Folder Ak

VIII. Anggota keluarga :

Keterangan

1. Suami pasien : umur 53 tahun, tidak mempunyai riwayat penyakit

kronis

2. Pasien

3. Anak pasien : perempuan, belum menikah (10 tahun)

IX. Keluhan utama :

Kepala terasa pusing

X. Keluhan tambahan :

Leher bagian belakang terasa pegal dan tegang.

XI. Riwayat penyakit sekarang :

1 jam sebelum ke puskesmas, os merasa pusing. Leher bagian

belakang juga terasa pegal dan tegang. Os mengaku memiliki riwayat

hipertensi dan merupakan pasien rutin hipertensi puskesmas kelurahan

Tirtajaya sejak 1 tahun yang lalu. Os juga pernah mendapat obat darah tinggi

dari dokter puskesmas.

BAK lancar dan BAB lancar. Alergi terhadap obat-obat tertentu

ataupun makanan disangkal oleh pasien. Riwayat sakit maag disangkal oleh

os. Riwayat merokok disangkal oleh pasien. Riwayat sering makan ikan asin

dan minum kopi diakui oleh pasien.

XII. Riwayat penyakit dahulu :

Riwayat hipertensi sejak 1 tahun yang lalu

9

1

3

2

Page 10: Family Folder Ak

XIII. Pemeriksaan fisik :

Status Generalis

1. Keadaan umum : Tampak sakit ringan

2. Kesadaran : Compos mentis

3. Tanda-tanda vital :

a.Tekanan darah : 160/90 mmHg

b. Frekuensi nadi: 90 x/menit

c.Frekuensi napas : 20 x/menit

d. Suhu : afebris

4. Status gizi : Normal

a. Tinggi badan : 142 cm

b. Berat badan : 45 Kg

IMT =BB(kg )TB2(m2)

=42

1,42 X 1,42 = 22,31

IMT normal : 18,5–25,0 kg/m2

Keadaan Regional

1. Kepala : Normosefali, rambut hitam keputihan

2. Kulit : Sawo matang, ikterik (-), sianosis (-), ptechiae (-).

3. Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, refleks cahaya

langsung dan tidak langsung +/+, pupil bulat, isokor.

4. Hidung : Bentuk normal, deviasi septum (-), mukosa tidak hiperemis,

sekret (-), nafas cuping hidung (-), epistaksis (-).Telinga : bentuk simetris

dan tidak ada kelainan, serumen -/-, membran timpani sulit di nilai.

5. Mulut : Bibir tidak pucat, sianosis (-), mukosa bibir basah, lidah tidak

kotor, tremor (-)

6. Tenggorokan : Faring tidak hiperemis, uvula di tengah, tonsil T1-T1.

7. Leher : Tidak tampak pembesaran KGB regional dan kelenjar tiroid

tidak teraba membesar.

8. Thorak:

a. Paru :

i. Inspeksi : Simetris saat statis dan dinamis

ii. Palpasi : Tidak dilakukan

iii. Perkusi : Tidak dilakukan

iv. Auskultasi : Suara napas vesikuler, ronki -/-, wheezing -/-

10

Page 11: Family Folder Ak

b. Jantung :

i. Inspeksi :tidak dilakukan

ii. Palpasi :tidak dilakukan

iii. Perkusi :tidak dilakukan

iv. Auskultasi : BJ I-II reguler, murmur (-), gallop (-)

9. Abdomen:

a. Inspeksi : cembung, sikatriks (-)

b. Palpasi : supel, nyeri tekan (-), hepatomegali (-), splenomegali (-)

c. Perkusi : timpani

d. Auskultasi : bising usus (+) normal

10. Ekstremitas : akral hangat, petekiae (-) udem (-), sianosis (-)

XIV. Diagnosis penyakit :

Hipertensi grade II

XV. Diagnosis keluarga : -

XVI. Anjuran penatalaksanaan penyakit :

a. Promotif : Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang penyakit

hipertensi, komplikasi penyakit, dan keteraturan dalam berobat sehingga

terkontrolnya tekanan darahnya. Menghimbau agar dapat menjalankan pola hidup

sehat dengan mengkonsumsi makanan yang sehat, melakukan olahraga ringan

minimal 3 kali seminggu selama 30 menit dan mengurangi aktivitas yang berat

dan menyita banyak pikiran.

b. Preventif : Menjalankan pola atau gaya hidup yang sehat dengan diet rendah

garam, olahraga yang rutin, dan hindari faktor risiko: stress. Memotivasi untuk

rutin kontrol tekanan darah.

c. Kuratif :

Terapi medikamentosa :

Obat anti hipertensi : Kaptopril 2X25 mg

Antalgin 2X500 mg

Terapi non medikamentosa:

1. Mengurangi asupan garam ke dalam tubuh. Harus memperhatikan

kebiasaan makan penderita hipertensi.

2. Menghindari stress.

11

Page 12: Family Folder Ak

3. Memperbaiki gaya hidup yang kurang sehat. Anjurkan kepada pasien

penderita hipertensi untuk melakukan olahraga seperti senam aerobik

atau jalan cepat selama 30-45 menit sebanyak 3-4 kali seminggu.

Rehabilitatif: Minum obat yang teratur

XVII. Prognosis

Penyakit : dubia ad bonam

Keluarga : dubia ad bonam

Masyarakat : dubia ad bonam

XVIII. Resume :

Telah diperiksa seorang pasien perempuan berinisial Ny. U berusia 44

tahun dengan keluhan utama kepala terasa pusing sejak 1 jam sebelum datang

ke puskesmas sehingga os terbatas untuk melakukan aktivitas. Selain itu Os

mempunyai keluhan lain seperti pegal dan nyeri pada leher bagian belakang.

Os mengaku mempunyai riwayat darah tinggi sejak 1 tahun yang lalu dan

pernah mendapat obat darah tinggi.

Riwayat penyakit dahulu: Hipertensi sejak 1 tahun yang lalu

Pemeriksaan Fisik:

Tekanan darah : 160/90 mmHg

Diagnosis : Hipertensi grade II

12

Page 13: Family Folder Ak

Analisa Kasus

Berikut adalah pembahasan Hipertensi dengan Dokter Keluarga

Dari hasil pemeriksaan saat kunjungan rumah pada tanggal 27 September

2013, didapatkan bahwa pasien menderita hipertensi. Pasien wanita berusia 44 tahun.

Pasien memberi perhatian yang cukup baik akan keadaan kesehatan dirinya dan

anggota keluarganya. Pasien memiliki 1 anak perempuan yang tinggal bersama

pasien.

Rumah pasien tergolong rumah yang tidak sehat dimana ventilasi kurang,

penerangan kurang, dengan lantai beralaskan tanah walaupun kebersihan cukup

dengan dibersihkannya rumah setiap hari. Di dalam rumah terdapat dapur sedangkan

kamar mandi dengan jamban terletak diluar rumah. Pasien dan keluarganya

menggunakan air sumur bor sebagai sumber air untuk keperluan harian, tetapi

sumber air minum adalah dari air galon. Ditemukan sumber pencemaran air yaitu

jamban berdekatan dengan sumur bor. Terdapat pembuangan sistem pembuangan air

limbah yang tidak lancar di belakang rumah pasien.

Pola makan pasien dan keluarga cukup bervariasi. Namun cukup sering

mengkonsumsi ikan asin dan minm kopi. Pasien kurang aktif mengikuti kegiatan

sosial di lingkungannya.

Ditinjau dari spiritual keluarga keluarga pasien merupakan keluarga yang

cukup taat beribadah beragama Islam. Keluarga pasien juga keluarga merupakan

yang sehat dan tidak mengidap penyakit apapun baik yang diderita secara per

orangan maupun yang memungkinkan untuk diturunkan. Pasien rutin mengikuti

kegiatan keagamaan di wilayahnya.

Saat ini kondisi pasien kurang baik. Pasien merasakan pusing berputar dan

tegang pada leher bagian belakang. Selain pengobatan secara medis, untuk mencapai

tingkat kesehatan yang lebih optimal hendaknya didukung pula oleh kondisi rumah

yang lebih sehat, kebersihan diri yang lebih baik, cukupnya asupan gizi, serta

mengontrol pola makan dan berolah raga secara teratur. Faktor yang tidak bisa

dihindarkan adalah usia dimana dengan bertambahnya usia juga terjadi penurunan

elastisitas arteri sehingga dapat menyebabkan peningkatan tekanan perifer. Pasien

telah lama tidak mengontrol tekanan darahnya ke puskesmas.

13

Page 14: Family Folder Ak

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

A. PENDAHULUAN

Di negara industri hipertensi merupakan salah satu masalah kesehatan utama. Di

Indonesia, hipertensi juga merupakan masalah kesehatan yang perlu diperhatikan

oleh dokter yang bekerja pada pelayanan kesehatan primer karena angka

prevalensinya yang tinggi dan akibat jangka panjang yang ditimbulkannya.

Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dibagi menjadi dua golongan yaitu hipertensi

primer yang diketahui penyebabnya atau idiopatik dan hipertensi sekunder yaitu

hipertensi yang disebabkan oleh penyakit lain.3,4

Hipertensi primer meliputi lebih kurang 90% dari seluruh pasien hipertensi dan

10% lainya disebabkan oleh hipertensi sekunder. Dapat diketahui penyebabnya, dan

dari golongan ini hanya beberapa persen yang dapat diperbaiki kelainannya. Oleh

karena itu, upaya penanganan hipertensi primer lebih mendapatkan prioritas. Banyak

pernelitian dilakukan terhadap hipertensi primer baik mengenai patogenesis maupun

tentang pengobatannya.3,4

B. DEFINISI

Suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas

normal yang mengakibatkan peningkatan angka kesakitan (morbiditas) dan angka

kematian (mortalitas). Penulisan tekanan darah (contoh: 120/80 mmHg) didasarkan

pada dua fase dalam setiap denyut jantung.3,4

Hipertensi adalah tekanan sistolik >140 mmHg dan tekanan diastolik >90 mmHg

secara kronik. Berdasarkan penyebabnya Hipertensi dibagi menjadi 2 golongan,

yaitu :

1. Hipertensi essensial/primer. Jenis hipertensi yang penyebabnya masih belum

dapat diketahui. disebut juga hipertensi idiopatik. Sekitar 90% penderita

hipertensi menderita jenis hipertensi ini. Oleh karena itu, penelitian dan

pengobatan lebih banyak ditujukan bagi penderita hipertensi essensial ini.3,4

2. Hipertensi sekunder atau hipertensi renal. Jenis hipertensi yang menjadi

penyebabnya dapat diketahui, sering disebut hipertensi renal karena kelainan

ginjal menjadi penyebab tersering. Penyebab hipertensi sekunder ini antara lain

kelainan pada pembuluh darah ginjal, gangguan kelenjar tiroid, atau penyakit

14

Page 15: Family Folder Ak

kelenjar adrenal.Terdapat pada sekitar 5% kasus. Penyebab spesifiknya

diketahui seperti penggunaan estrogen, penyakit ginjal, hipertensi vaskular

renal, hiperaldosteronisme primer dan sindrom Cushing, feokromositoma,

koarktasio aorta, hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan dan lain-

lain.3,4

Tabel I. Klasifikasi tekanan darah untuk dewasa diatas 18 tahun

Klasifikasi Tekanan Darah Tekanan Sistolik dan Diastolik

(mmHg)

Normal <120 dan <80

Prehipertensi 120-139 atau 80-89

Hipertensi Stadium I 140-159 atau 90-99

Hipertensi Stadium II >160 atau >100

*Sumber JNC VII 2003 JNC 7 (the Seventh US National Committee on Prevention,

Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure)

C. BATASAN

Menurut WHO (1978), batasan tekanan darah yang masih dianggap normal

adalah 140/90 mmHg dan tekanan darah sama dengan atau diatas 160/95 mmHg

dinyatakan sebagai hipertensi. Tekanan darah di antara normotensi dan hipertensi

disebut borderline hypertension. Batasan tersebut tidak membedakan usia dan jenis

kelamin sedangkan batasan hipertensi yang memperhatikan perbedaan usia dan jenis

kelamin diajukan oleh kaplan (1985) sebagai berikut: pria yang berusia <45

dinyatakan hipertensi jika tekanan darah pada waktu berbaring 130/90 mmHg atau

lebih, sedangkan yang berusia >45 dinyatakan hipertensi jika tekanan darahnya

145/95 mmHg atau lebih. Wanita yang mempunyai tekanan darah 160/95 mmHg

atau lebih dinyatakan hipertensi.5

The Sixth Report of the Joint National Committee on Prevention, Detection,

Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (1997) mendefinisikan hipertensi

sebagai tekanan darah sistolik 140 mmHg atau lebih atau tekanan darah diastolik 90

mmHg atau lebih atau sedang dalam pengobatan antihipertensi.6

15

Page 16: Family Folder Ak

D. PATOGENESIS

Sampai sekarang pengetahuan tentang patogenesis hipertensi primer terus

berkembang karena belum didapat jawaban yang memuaskan yang dapat

menerangkan terjadinya peningkatan tekanan darah. Tekanan darah dipengaruhi oleh

curah jantung dan tahan perifer. Berbagai faktor yang mempengaruhi curah jantung

dan tahanan perifer akan mempengaruhi tekanan darah, seperti yang telihat pada

gambar 1.3,4

Gambar 1. Faktor yang Berpengaruh Terhadap Tingginya Tekanan Darah

Selain curah jantung dan tahanan perifer, sebenarnya tekanan darah dipengaruhi

juga oleh tekanan atrium kanan. Oleh karena tekanan atrium kanan mendekati nol,

nilai tersebut tidak mempunyai banyak pengaruh.3,4

Didalam tubuh terdapat sistem yang berfungsi mencegah perubahan tekanan

darah secara akut yang disebabkan oleh gangguan sirkulasi, yang berusaha untuk

mempertahankan kestabilan tekanan darah dalam jangka panjang. Berdasarkan

kecepatan reaksinya, sistem kontrol tersebut dibedakan dalam sistem yang bereaksi

segera, yang bereaksi kurang cepat, dan yang bereaksi dalam jangka panjang. Refleks

kardiovasular melalui sitem saraf termasuk sitem kontrol yang bereaksi segera.

Sebagai contoh adalah baroreseptor yang terletak pada sinus karotis dan arkus aorta

berfungsi mendeteksi perubahan tekanan darah. Contoh lain sistem kontrol saraf

terhadap tekanan darah yang bereaksi segera adalah refleks kemoreseptor, respon

16

Page 17: Family Folder Ak

iskemia susunan saraf pusat, dan refleks yang berasal dari atrium, arteri pulmonalis,

dan otot polos.3,4

Perpindahan cairan antara sirkulasi kapiler dan rongga interstisial yang dikontrol

oleh hormon angiotensin dan vasopresin termasuk sitem kontrol yang bereaksi

kurang cepat. Kestabilan tekanan darah dalam jangka panjang dipertahankan oleh

sistem yang mengatur jumlah cairan tubuh yang melibatkan berbagai organ terutama

ginjal.3,4

Jadi terlihat bahwa sistem pengendalian tekanan darah sangat kompleks.

Pengendalian dimulai oleh sistem yang bereaksi cepat diikuti oleh sistem yang

bereaksi kurang cepat dan dilanjutkan oleh sistem yang poten dan berlangsung dalam

jangka panjang.3,4

Berbagai faktor seperti faktor genetik yang menimbulkan perubahan pada ginjal

dan membran sel, aktifitas saraf simpatis dan sistem renin-angiotensin yang

mempengaruhi keadaan hemodinamik, asupan natrium dan metabolisme natrium

dalam ginjal, serta obesitas dan faktor endotel mempunyai peran dalam peningkatan

tekanan darah pada hipertensi primer (gambar1).3,4

Peran faktor genetik terhadap hipertensi primer dibuktikan dengan berbagai fakta

yang dijumpai. Adanya bukti bahwa kejadian hipertensi lebih banyak dijumpai pada

pasien kembar monozigot daripada heterozigot, jika salah satu diantaranya mendertia

hipertensi, menyokong pendapat bahwa faktor genetik mempunyaio pengaruh

terhadap timbulnya hipertensi. Percobaan binatang memberikan banyak bukti

tambahan tentang peran faktor genetik ini. Tikus golongan Japanese Spontaneously

Hypertensive Rat (SHR), New Zealand Genetically Hypertensive (GH), Dahl Salt

Sensitive (S) dan Salt Resistant (R) dan Milan Hypertensive Rat Strain (MHS)

menunjukan bukti tersebut. Dua turunan tikus yang disebutkan pertama mempunyai

faktor neurogenik yang secara genetik diturunkan sebagai faktor penting pada

timbulnya hipertensi, sedangkan dua turunan yang lain menunjukan faktor kepekaan

terhadap garam yang juga diturunakan secara genetik sebagai faktor utama timbulnya

hipertensi.7

Pada tahap awal hipertensi primer curah jantung meninggi sedangkan tahanan

perifer normal. Keadaan ini disebabkan peningkatan aktivitas simpatik. Pada tahap

selanjutnya curah jantung kembali normal sedangkan tahanan perifer meningkat yang

disebabkan oleh refleks aoturegulasi. Yang dimaksud dengan refleks autoregulasi

ialah mekanisme tubuh untuk mempertahankan keadaan hemodinamik yang

normal.Oleh karena curah jantung yang meningkat terjadi konstriksi sfingter

17

Page 18: Family Folder Ak

prekapiler yang mengakibatkan penurunan curah jantung dan peninggian tahanan

perifer.3,4

Menurut Lund-Johansen (1989), pada stadium awal sebagian besar pasien

hipertensi menunjukan curah jantung yang meningkat dan kemudian diikuti dengan

kenaikan tahanan perifer yang mengakibatkan kenaikan tekanan darah yang menetap.

Guyton (1989) berpendapat bahwa hipertensi terjadi perubahan autoregulasi dan

sebagai penyebab awal perubahan ini adalah retensi garam oleh ginjal. Mengenai

perubahan di ginjal ini, Brenner dan kawan-kawan (1988) menyatakan bahwa

penurunan permukaan filtrasi pada ginjal dapat terjadi secara kongenital atau

didapat.8

Peningkatan tahanan perifer pada hipertensi primer terjadi secara bertahap dalam

waktu yang lama sedangkan proses autoregulasi terjadi dalam waktu singkat. Oleh

karena itu, diduga terdapat faktor lain selain faktor hemodinamik yang berperan pada

hipertensi primer. Secara pasti belum diketahui faktor hormonal atau perubahan

anatomi yang terjadi pada pembuluh darah yang berpengaruh pada proses tersebut.

Kelainan hemodinamik tersebut diikuti pula kelainan struktural pada pembuluh darah

dan jantung. Pada pembuluh darah terjadi hipertrofi dinding sedangkan pada jantung

terjadi penebalan dinding ventrikel.8

Folkow (1987) menunjukan bahwa stress dengan peninggian aktivitas saraf

simpatis menyebabkan kontriksi fungsional dan hipertrofi struktural. Berkaitan

dengan hal ini Swales (1990) mengemukakan bahwa perubahan fungsi membran sel

juga dapat menyebabkan konstriksi fungsional dan hipertrofi struktural. Sedangkan

Lever (1986) menyatakan bahwa mekanisme trofik dapat menyebabkan hipertrofi

vaskular secara langsung. Faktor lain yng diduga ikut berperan adalah endotelin yang

bersifat vasokonstriktor.8

Berbagai promotor pressor-growth bersama dengan kelainan fungsi membran sel

yang mengakibatkan hipertrofi vaskular akan menyebabkan peninggian tahanan

perifer dan peningkatan tekanan darah, seperti terlihat pada gambar 2.3

18

Page 19: Family Folder Ak

Gambar 2. Mekanisme berbagai Vascular Growth Promotors dalam Menimbulkan hipertensi

Mengenai kelainan fungsi membran sel, pada binatang percobaan dan pasien

hipertensi, Garay (1990) telah membuktikan adanya defek transpor Na+ dan atau Ca++

lewat membran sel. Defek tersebut dapat disebabkan oleh faktor genetik atau oleh

peninggian hormon natriuretik akibat peninggian volume intravaskular. De Wardener

dan Clarkson (1985) menyatakan bahwa hormon natriuretik ini adalah penghambat

pompa natrium yang bersifat vasokonstriktor.3,4

Mengenai perubahan yang terjadi intraselular, Blaustein (1988) berpendapat

bahwa kenaikan kadar natrium intraselular yang disebabkan oleh penghambatan

pompa natrium akan meninggikan kadar kalsium intrasel. Berbagai faktor tersebut

diatas, baik akibat perubahan dinding pembuluh darah maupun konstriksi fungsional

akibat peninggian kadar kalsium intrasel akan menyebabkan peninggian tahanan

perifer dan peningkatan tekanan darah yang menetap.3,4

19

Page 20: Family Folder Ak

Garam merupakan faktor yang sangat penting dalam patogenesis hipertensi.

Hipertensi hampir tidak pernah ditemukan pada suku bangsa dengan asupan garam

yang minimal. Asupan garam kurang dari tiga gram tiap hari menyebabkan

prevalensi hipertensi yang rendah sedangkan jika asupan garam antara 5-15 gram per

hari prevalensi hipertensi meningkat menjadi 15-20%. Pengaruh asupan garam

terhadap timbulnya hipertensi terjadi melalui peningkatan volume plasma, curah

jantung, dan tekanan darah. Peningkatan asupan garam ini akan diikuti oleh

peninggian ekskresi garam sehingga tercapai kembali keadaan hemodinamik yang

normal. Pada pasien hipertensi primer, mekanisme (peningkatan ekskresi garam

tersebut terganggu, selain adanya faktor lain yang ikut berperan.3,4

Sistem renin, angiotensin, dan aldosteron berperan pada timbulnya hipertensi.

Produksi renin dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain stimulasi saraf simpatis.

Renin berperan pada proses konversi angiotensin I menjadi angiotensin II yang

mempunyai efek vasokonstriksi. Angiotensin II menyebabkan sekresi aldosteron

yang mengakibatkan retensi natrium dan air. Keadaan tersebut berperan pada

timbulnya hipertensi. Peran sistem renin, angiotensin dan aldosteron pada timbulnya

hipertensi primer masih merupakan bahan perdebatan. Hal ini disebabkan oleh fakta

yang menunjukan bahwa 20-30% pasien hipertensi primer mempunyai kadar renin

rendah, 50-60% kadar renin normal, sedangkan kadar renin tinggi hanya 15%.3,4

E. FAKTOR RISIKO

Faktor risiko terjadinya hipertensi, adalah antara lain:

1. Obesitas (Kegemukan).

Merupakan ciri khas penderita hipertensi. Walaupun belum diketahui secara

pasti hubungan antara hipertensi dan obesitas, namun terbukti bahwa daya

pompa jantung dan sirkulasi volume darah penderita obesitasobesitas dengan

hipertensi lebih tinggi daripada penderita hipertensi dengan berat badan

normal.3,4

2. Stres.

Diduga melalui aktivasi saraf simpatis (saraf yang bekerja pada saat kita

beraktivitas). Peningkatan aktivitas saraf simpatis mengakibatkan meningkatnya

tekanan darah secara intermitten (tidak menentu).3,4

20

Page 21: Family Folder Ak

3. Faktor Keturunan (Genetik).

Apabila riwayat hipertensi didapat pada keuda orang tua, maka dugaan

hipertensi essensial akan sangat besar. Demikian pula dengan kembar monozigot

(satu sel telur) apabila salah satunya adalah penderita hipertensi.3,4

4. Jenis Kelamin (Gender).

Pria lebih banyak mengalami kemungkinan menderita hipertensi daripada

wanita. Hipertensi berdasarkan gender ini dapat pula dipengaruhi oleh faktor

psikologis. Pada wanita seringkali dipicu oleh perilaku tidak sehat (merokok,

kelebihan berat badan), depresi dan rendahnya status pekerjaan. Sedangkan pada

pria lebih berhubungan dengan pekerjaan, seperti perasaan kurang nyaman

terhadap pekerjaan dan pengangguran.3,4

5. Usia.

Dengan semakin bertambahnya usia, kemungkinan seseorang menderita

hipertensi juga semakin besar.3,4

6. Asupan garam.

Melalui peningkatan volume plasma (cairan tubuh) dan tekanan darah yang akan

diikuti oleh peningkatan eksresi kelebihan garam sehingga kembali pada

keadaan hemodinamik (sistem pendarahan) yang normal. Pada hipertensi

essensial mekanisme inilah yang terganggu.3,4

7. Gaya hidup yang kurang sehat.

Walaupun tidak terlalu jelas hubungannya dengan hipertensi namun kebiasaan

merokok, minum minuman beralkohol dan kurang olahraga dapat pula

mempenegaruhi peningkatan tekanan darah.3,4

F. GEJALA KLINIS

Adapun gejala klinis yang dialami oleh para penderita hipertensi biasanya

berupa: Pusing, Mudah marah,Telinga berdengung, Sukar tidur, Sesak nafas, Rasa

berat di tengkuk, Mudah lelah, Mata berkunang-kunang, Mimisan (jarang

dilaporkan).5,6

Peninggian tekanan darah tidak jarang merupakan satu-satunya tanda pada

hipertensi primer.bergantung pada tingginya tekanan darah yang timbul dapat

21

Page 22: Family Folder Ak

berbeda-beda. Kadang-kadang hipertensi primer berjalan tanpa gejala, dan baru

timbul gejala setelah terjadi komplikasi pada organ target seperti pada ginjal, mata,

otak, dan jantung.5,6

Gejala seperti sakit kepala, epistaksis, pusing, dan migrain dapat ditemukan

sebagai gejala klinis hipertensi primer meskipun tidak jarang yang tanpa gejala.5,6

G. DIAGNOSIS

Seperti lazimnya pada penyakit lain, diagnosa hipertensi esensial ditegakkan

berdasarkan data anamnesis, pemeriksaan jasmani, pemeriksaan laboratorium

maupun pemeriksaan penunjang. Pada saat pasien berkonsultasi perlu ditanyakan

riwayat hipertensi orang tuanya, mengingat 70-80% kasus hipertensi esensial

diturunkan dari kedua orang tuanya. Perlu juga ditanyakan tentang pengobatan yang

sedang dijalaninya pada saat itu. Ada beberapa obat-obatan dapat menimbulkan

hipertensi seperti golongan obat kortikosteroid. Pada wanita, keterangan mengenai

hipertensi pada kehamilan, riwayat eklamsia (keracunan kehamilan), riwayat

persalinan dan penggunaan pil kontrasepsi diperlukan pada saat konsultasi. Selain

itu, data mengenai penyakit yang diderita seperti diabetes melitus (kencing manis),

penyakit ginjal, serta faktor risiko terjadinya hipertensi seperti merokok,

mengkonsumsi alkohol, stress, data berat badan juga perlu ditanyakan. Peninggian

tekanan darah seringkali merupakan satu-satunya tanda klinis hipertensi esensial,

sehingga diperlukan pengukuran tekanan darah secara akurat.3

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tingginya tekanan darah adalah : faktor

pasien, faktor alat dan tempat pengukuran. Agar didapat pengukuran yang akurat,

sebaiknya pengukuran dilakukan setelah pasien beristirahat dengan cukup, minimal

setelah 5 menit berbaring dan dilakukan pada posisi berbaring, duduk dan berdiri

sebanyak 3-4 kali pemeriksaan, dengan interval antara 5-10 menit. Tempat

pemeriksaan dapat pula mempengaruhi hasil pengukuran. Pengukuran di tempat

praktek, biasanya mendapatkan hasil yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan

pengukuran di rumah. Hasil pengukuran lebih tinggi di tempat praktek disebut office

hypertension. Mengingat hal tersebut di atas, untuk keperluan follow up pengobatan

sebaiknya dipakai pegangan hasil pengukuran tekanan darah di rumah. Pengukuran

yang pertama kali belum dapat memastikan adanya hipertensi, akan tetapi dapat

merupakan petunjuk untuk dilakukan observasi lebih lanjut.5,6

22

Page 23: Family Folder Ak

Evaluasi pasien hipertensi mempunyai tiga tujuan:

1. mengidentifikasi penyebab hipertensi

2. menilai adanya kerusakan organ target dan penyakit kardiovaskular,

beratnya penyakit, serta respons terhadap pengobatan

3. mengidentifikasi adanya faktor risiko kardiovaskular yang lain atau penyakit

penyerta, yang ikut menentukan prognosis dan ikut menentukan panduan

pengobatan

Data yang diperlukan untuk evaluasi tersebut diperoleh dengan cara anamnesis,

pemeriksaan fisis, pemeriksaan laboratorium, dan pemeriksaan penunjang.3

Pada 70-80% kasus hipertensi primer didapatkan riwayat hipertensi dalam

keluarga meskipun hal ini belum dapat memastikan diagnosis. Jika didapatkan

riwayat hipertensi pada kedua orang tua dugaan terhadap hipertensi primer makin

kuat. Sebagian besar hipertensi primer terjadi pada usia 25-45 tahun dan hanya pada

20% terjadi pada dibawah usia 20 tahun dan diatas 50 tahun.3

Jika sudah diketahui mengidap hipertensi sebelumnya diperlukan informasi

mengenai pengobatan yang telah diperoleh yaitu tentang efektifitas dan efek samping

obat. Hal ini diperlukan untuk menentukan jenis dan dosis obat yang akan digunakan.

Keterangan mengenai obat yang sedang diminum pasien yang mungkin

menimbulkan hipertensi seperti golongan kortikosteroid, golongan penghambat

monoamin oksidase (monoamine oxidase inhibitors), dan golongan simpatonimetik

sangat diperlukan. Kebiasaan makan makanan yang banyak mengandung garam

perlu ditanyakan untuk mendapatkan gambaran tentang jumlah asupan garam pada

pasien. Pada wanita diperlukan keterangan mengenai riwayat hipertensi pada

kehamilan, riwayat ekslamsia, riwayat persalinan, dan penggunaan pil kontrasepsi.3,6

Keterangan lain yang diperlukan adalah tentang penyakit lain yang diderita

seperti diabetes melitus, penyakit ginjal, serta faktor risiko untuk terjadinya

hipertensi seperti rokok, alkohol, faktor stres, dan data berat badan. Riwayat keluarga

mengenai penyakit ginjal polikistik, kanker tiroid, feokromositoma, batu ginjal, dan

hiperparatiroidisme perlu ditanyakan untuk melengkapi anamnesis.3

23

Page 24: Family Folder Ak

H. PENATALAKSANAAN

a. Penanganan/pengobatan hipertensi

i. Pengobatan Non-farmakologis. Terkadang dapat mengontrol tekanan

darah sehingga pengobatan farmakologis tidak diperlukan, atau minimal

ditunda.5

ii. Pengobatan Farmakologi. Pengobatan dengan menggunakan obat-obatan

kimiawi.5

b. Penatalaksanaan faktor risiko dilakukan dengan cara pengobatan secara non

farmakologis, antara lain:

i. Mengatasi Obesitas. dengan melakukan diet rendah kolesterol, namun

kaya dengan serat dan protein. Dianjurkan pula minum suplemen

potassium dan kalsium. Minyak ikan yang kaya dengan asam lemak

omega 3 juga dianjurkan. Diskusikan dengan dokter ahli/ahli gizi

sebelum melakukan diet.5,6

ii. Mengurangi asupan garam ke dalam tubuh. Harus memperhatikan

kebiasaan makan penderita hipertensi. Pengurangan asupan garam secara

drastis akan sulit dilaksanakan, jadi sebaiknya dilakukan secara bertahap

dan tidak dipakai sebagai pengobatan tunggal.5,6

iii. Menghindari stress. Ciptakan suasana yang menenangkan bagi pasien

penderita hipertensi. Perkenalkan berbagai metode relaksasi seperti yoga

atau meditasi, yang dapat mengontrol sistem saraf yang akhirnya dapat

menurunkan tekanan darah.5,6

iv. Memperbaiki gaya hidup yang kurang sehat. Anjurkan kepada pasien

penderita hipertensi untuk melakukan olahraga seperti senam aerobik

atau jalan cepat selama 30-45 menit sebanyak 3-4 kali seminggu. Selain

itu menghentikan kebiasaan merokok dan mengurangi minum minuman

beralkohol sebaiknya juga dilakukan.5,6

Selain cara pengobatan non farmakologis, penatalaksanaan utama hipertensi

primer ialah dengan obat. Keputusan untuk mulai memberikan obat anti hipertensi

berdasarkan beberapa faktor seperti derajat peninggian tekanan darah, terdapatnya

24

Page 25: Family Folder Ak

kerusakan organ target, dan terdapatnya manifestasi klinis penyakit kardiovaskular

atau faktor resiko lain, seperti yang terlihat pada tabel 3 dan 4.

Pengobatan hipertensi berlandaskan beberapa prinsip:

1. Pengobatan hipertensi sekunder lebih mengutamakan pengobatan kausal

2. Pengobatan hipertensi primer ditujukan untuk menurunkan tekanan darah

dengan harapan memperpanjang umur dan mengurangi timbulnya komlikasi

3. Upaya menurunkan tekanan darh dicapai dengan menggunakan obat anti

hipertensi selain dengan perubahan gaya hidup

4. Pengobatan hipertensi primer adalah pengobatan jangka panjang dengan

kemungkinan besar untuk seumur hidup

5. Pengobatan menggunakan algoritma yang dianjurkan The Joint National

Committee on Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure

(1997) (Gambar 5)

Pada sebagian besar pasien pengobatan dimulai dengan dosis kecil obat anti

hipertensi yang dipilih, dan jika perlu dosisnya secara perlahan-lahan dinaikan,

bergantung pada umur, kebutuhan, dan hasil pengobatan. Obat anti hipertensi yang

dipilih sebaiknya yang mempunyai efek penurunan tekanan darah selama 24 jam

dengan dosis sekali sehari, dan setelah 24 jam efek penurunan tekanan darahnya

masih diatas 50% efek maksimal. Obat antihipertensi kerja panjang yang mempunyai

efek penurunan tekanan darah selama 24 jam lebih disukai daripada obat jangka

pendek disebabkan oleh beberapa faktor antara lain:

1. kepatuhan lebih baik dengan dosis sekali sehari

2. harga obat dapat lebih murah

3. pengendalian tekanan darah perlahan-lahan dan persisten

4. mendapat perlindungan terhadap faktor risiko seperti kematian mendadak,

serangan jantung, dan strok, yang disebabkan oleh peninggian tekanan darah

pada saat bangun setelah tidur malam hari

25

Page 26: Family Folder Ak

Gambar 5. Algoritma Pengobatan Hipertensi

I. KOMPLIKASI

Pada umumnya komplikasi terjadi pada hipertensi berat yaitu jika tekanan

diastolik ≥ 130 mmHg atau pada kenaikan tekanan darah yang terjadi secara

mendadak dan tinggi.3,4

Beberapa negara mempunyai pola komlikasi yang berbeda-beda. Di Jepang,

gangguan serebrovaskular lebih mencolok dibandingkan dengan kelainan organ yang

lain, sedangkan di Amerika dan Eropa komlikasi jantung ditemukan lebih banyak. Di

Indonesia belum ada data mengenai hal ini, akan tetapi komlikasi serebrovaskular

dan komlikasi jantung sering ditemukan.3,4

Pada hipertensi ringan dan sedang komplikasi yang terjadi adalah pada mata,

ginjal, jantung, dan otak. Pada mata berupa pendarahan retina, gangguan penglihatan

26

Page 27: Family Folder Ak

sampai dengan kebutaan. Gagal jantung merupakan kelainan yang sering ditemukan

pada hipertensi berat disamping kelainan koroner dan miokard. Pada otak sering

terjadi pendarahan yang disebabkan oleh pecahnya mikroaneurisma yang dapat

mengakibatkan kematian. Kelainan lain yang dapat terjadi adalah proses

tromboemboli dan serangan iskemia otak sementara (transient ischaemic attack).

Gagal ginjal sering dijumpai sebagai komplikasi hipertensi yang lama dan pada

proses akut seperti pada hipertensi maligna.3,4

J. KEDARURATAN HIPERTENSI

Keadaan darurat hipertensi jarang terjadi pada pasien yang sebelumnya

normotensi. Keadaan ini lebih sering terjadi sebagai komplikasi pada pasien

hipertensi yang lama tak terkendali atau hipertensi akselerasi (accelerated

hypertension).8

Pada hipertensi ringan dan sedang penurunan tekanan darah dilakukan secara

bertahap. Pada hipertensi maligna dan keaadaan krisis hipertensi pengobatan

ditujukan untuk menurunkan tekanan darah secara cepat dengan hitungan waktu

dalam jam bahkan menit. Hal ini sangat penting karena peningkatan tekanan darah

yang cepat akan mempermudah terjadinya komplikasi.8

Keadaan darurat hipertensi dibedakan menjadi emergensis dan urgensis yang

bergantung pada kebutuhan waktu pengobatan. Apabila pengobatan harus dilakukan

dalam 1 jam disebut emergensi skoma dan urgensis jika pengobatan dapat dilakukan

dalam waktu 24 jam. Yang termasuk hipertensi emergensis antara lain hipertensis

ensefalopati, hipertensi dengan pendarahan intrakranial, gagal jantung kiri akut,

aneurisma aorta yang pecah, dan pada toksemia. Hipertensi maligna tanpa

komplikasi, hipertensi perioperatif, dan hipertensi pada pasien yang memerlukan

operasi segera termasuk keadaan hipertensi urgensi. Perbedaan antara keduanya

kadang-kadang tidak jelas sehingga pengelolaan secara profesional sangat

diperlukan.6,7

Bab IV

27

Page 28: Family Folder Ak

Penutup

KESIMPULAN

Dalam Epidemiologi pengertian penyebab timbulnya penyakit adalah suatu

proses interaksi antara: Pejamu (host), Penyebab (agent), dan Lingkungan

(environment). Segitiga epidemiologi (John Gordon) menggambarkan relasi tiga

komponen penyebab penyakit seperti penjamu, agent dan lingkungan. Sedangkan

Hendrik L. Blum, menggambarkannya sebagai hubungan antara 4 faktor yaitu

keturunan, lingkungan, perilaku dan pelayanan kesehatan.1,2

Hipertensi dibedakan menjadi primer dan sekunder yang bergantung pada

faktor etiologinya. Hipertensi esensial atau primer adalah hipertensi yang

tidak/belum diketahui penyebabnya, sekitar 90% penderita hipertensi adalah

hipertensi primer. Hipertensi yang penyebabnya karena penyakit lain atau yang

disebut hipertensi sekunder, diderita kira-kira 5% dari penderita hipertensi.3,4

Obat-obatan anti hipertensi yang dapat digunakan antara lain, diuretik, beta

blocker, penggantian kalium, panghambat saluran kalsium dan ace inhibitor.3,4

Yang termasuk hipertensi emergensi antara lain hipertensi ensefalopati,

hipertensi dengan perdarahan intrakranial, gagal jantung kiri akut, aneurisma aorta

yang pecah, dan pada talasemia.6,7

Hipertensi maligna tanpa komplikasi hipertensi perioperatif, dan hipertensi

pada pasien yang memerlukan operasi segera termasuk keadaan hipertensi urgensi.

Perbedaan antara keduanya kadang-kadang tidak jelas sehingga pengelolaan secara

profesional sangat diperlukan. Perlu diperhatikan pula bahwa pemberian obat oral

pun untuk hipertensi mendesak dapat menimbulkan iskemia miocard dan hipoperfusi

serebral.6,7

Hipertensi yang terkontrol dapat memberikan harapan hidup yang lebih baik.

Prognosis sangat baik, tergantung gaya hidup.5

28

Page 29: Family Folder Ak

Daftar Pustaka

1. Suyatno, MKes. 2009. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesehatan.

Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. Diunduh dari:

http://suyatno.blog.undip.ac.id/files/2009/12/ikms-faktor-kesehatan.pdf.

Diakses tanggal 28 September 2013

2. Kuswandari, Novita. 2007. Konsep Kesehatan Lingkungan. Diunduh dari:

http://www.pdf.com. Diakses tanggal 28 September 2013

3. Noer MS: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Edisi Ketiga, Jilid I, Balai

Penerbit FKUI, 2003

4. Kasper DL, Fauci AS, Lonjo DL, Braunwald E, Hauser SL, Jameson JL:

Harrison's Principles Of Internal Medicine, 16 th ed, Mc Graw Hill Med.

Publ.Div., 2005.

5. World Health Organization – International Society of Hypertension

Guidelines for the Management of Hypertension. Guidelines Subcommittee.

J Hypertens 1999, 17:151–183

6. National Institutes of Health. The Sixth of the Joint National Committee on

Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure.

NIH Publication. 1997

7. Mustacchi P. The Interface of the work environment and hypertension, Med.

Clin. N-Am., 61.3,531, 1977

8. Joint National Committee and Detection, Evaluation and Treatment of High

Blood Pressure., 2003, The JNC Report of The Joint National Committee,

Arch Intern Med, 289: 2560-2570.

29

Page 30: Family Folder Ak

LAMPIRAN

30