family folder sl 26

35
BAB I PENDAHULUAN Puskesmas merupakan unit pelayanan kesehatan yang letaknya berada paling dekat ditengah-tengah masyarakat dan mudah dijangkau dibandingkan dengan unit pelayanan kesehatan lainya (Rumah Sakit Swasta maupun Negeri). Fungsi PUSKESMAS adalah mengembangkan pelayanan kesehatan yang menyeluruh seiring dengan misinya. Pelayanan kesehatan tersebut harus bersifat menyeluruh atau yang disebut dengan Comprehensive Health Care Service yang meliputi aspek promotive, preventif, curative, dan rehabilitatif. Prioritas yang harus dikembangkan oleh PUSKESMAS harus diarahkan ke bentuk pelayanan kesehatan dasar (basic health care services) yang lebih mengedepankan upaya promosi dan pencegahan (public health service). Seiring dengan semangat otonomi daerah, maka PUSKESMAS dituntut untuk mandiri dalam menentukan kegiatan pelayanannya yang akan dilaksanakan. Tetapi pembiayaannya tetap didukung oleh pemerintah. Sebagai organisasi pelayanan mandiri, kewenangan yang dimiliki Puskesmas juga meliputi : kewenangan merencanakan kegiatan sesuai masalah kesehatan di wilayahnya, kewenangan menentukan kegiatan yang termasuk public goods atau private goods serta kewenangan menentukan target kegiatan sesuai kondisi geografi Puskesmas.

Upload: chiieochiie

Post on 18-Jul-2016

58 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

makalah

TRANSCRIPT

Page 1: Family Folder Sl 26

BAB IPENDAHULUAN

Puskesmas merupakan unit pelayanan kesehatan yang letaknya berada paling dekat

ditengah-tengah masyarakat dan mudah dijangkau dibandingkan dengan unit

pelayanan kesehatan lainya (Rumah Sakit Swasta maupun Negeri). Fungsi

PUSKESMAS adalah mengembangkan pelayanan kesehatan yang menyeluruh

seiring dengan misinya. Pelayanan kesehatan tersebut harus bersifat menyeluruh atau

yang disebut dengan Comprehensive Health Care Service yang meliputi aspek

promotive, preventif, curative, dan rehabilitatif. Prioritas yang harus dikembangkan

oleh PUSKESMAS harus diarahkan ke bentuk pelayanan kesehatan dasar (basic

health care services) yang lebih mengedepankan upaya promosi dan pencegahan

(public health service).

Seiring dengan semangat otonomi daerah, maka PUSKESMAS dituntut untuk

mandiri dalam menentukan kegiatan pelayanannya yang akan dilaksanakan. Tetapi

pembiayaannya tetap didukung oleh pemerintah. Sebagai organisasi pelayanan

mandiri, kewenangan yang dimiliki Puskesmas juga meliputi : kewenangan

merencanakan kegiatan sesuai masalah kesehatan di wilayahnya, kewenangan

menentukan kegiatan yang termasuk public goods atau private goods serta

kewenangan menentukan target kegiatan sesuai kondisi geografi Puskesmas.

Jumlah kegiatan pokok Puskesmas diserahkan pada tiap Puskesmas sesuai kebutuhan

masyarakat dan kemampuan sumber daya yang dimiliki, namun Puskesmas tetap

melaksanakan kegiatan pelayanan dasar yang menjadi kesepakatan nasional.1

Fungsi puskesmas menurut keputusan menteri kesehatan republik Indonesia

No.128/MENKES/SK/II/2004, adalah sebagai pusat penggerakan pembangunan

berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan masyarakat dan keluarga dalam

pembangunan kesehatan, serta pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama.

Sasaran kesehatan wilayah kerja Puskesmas Wirobrajan (mengacu pada indikator

indonesia sehat 2010 dan SPM) diantaranya yaitu :

1. Derajat kesehatan

2. Keadaan lingkungan

Page 2: Family Folder Sl 26

3. Perilaku hidup bersih dan sehat

4. Pelayanan kesehatan

5. Perbaikan Gizi Masyarakat

Berbagai penyakit masyarakat dapat ditangani oleh puskesmas antara lain salah

satunya adalah kasus yang saya terima adalah mengenai hipertensi.

Hipertensi di negara-negara industri merupakan salah satu masalah kesehatan utama,

di Indonesia hipertensi juga merupakan masalah kesehatan yang perlu diperhatikan

oleh dokter yang bekerja pada pelayanan kesehatan primer karena angka

prevalensinya yang tinggi dan akibat jangka panjang yang ditimbulkanya.

Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dibagi menjadi 2 golongan yaitu hipertensi

primer yang tidak diketahui penyebabnya dan hipertensi sekunder yaitu hipertensi

yang disebabkan oleh penyakit lain.

Hipertensi primer meliputi kurang lebih 90% dari seluruh pasien hipertensi dan 10%

lainnya disebabkan oleh hipertensi sekunder.

Sekitar 50% dari golongan hipertensi sekunder dapat diketahui penyebabnya dan dari

golongan ini hanya beberapa persen yang dapat diperbaiki kelainannya.3

Prevalensi dan Determinan Hipertensi di Pulau Jawa pada tahun 2004 menunjukkan

prevalensi hipertensi di Pulau Jawa 41,9%, dengan kisaran di masing-masing provinsi

36,6%-47,7%. Prevalensi di perkotaan 39,9% (37,0%-45,8%) dan di perdesaan 44,1%

(36,2%-51,7%).

I.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka masalah yang dapat

dirumuskan adalah :

1. Faktor resiko apa saja yang ditemukan pada pasien

2. Evaluasi terapi dalam rangka pengobatan hipertensi

3. Bagaimana fungsi-fungsi keluarga menurut ilmu kedokteran keluarga ditinjau dari

aspek fungsi biologis, fungsi afektif, fungsi sosial, fungsi penguasaan masalah, dan

Page 3: Family Folder Sl 26

fungsi ekonomi dan pemenuhan kebutuhan.

4. Mengetahui intervensi apa yang dapat dilakukan untuk menanganinya.

1.3 Tujuan Penulisan

Mengetahui dan memahami tentang penyakit hipertensi dan penyebabnya serta

menerapkan prinsip-prinsip pelayanan kedokteran secara komprehensif dan holistik

dan peran aktif dari pasien dan keluarga.

I.4 Manfaat Penulisan

I.4.1 Manfaat untuk puskesmas

Sebagai sarana untuk kerjasama yang saling menguntungkan untuk dapat

meningkatkan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat dan mendapatkan umpan

balik dari hasil evaluasi koasisten dalam rangka mengoptimalkan peran. puskesmas.

I.4.2 Manfaat untuk mahasiswaManfaat untuk mahasiswa sebagai sarana untuk menimba ilmu, keterampilan dan

pengalaman dalam upaya pelayanan kesehatan dasar dengan segala bentuk

keterbatasannya sehingga mahasiswa mengetahui serta memahami kegiatan-kegiatan

puskesmas baik dalam segi pelayanan, manajemen, administratif dan karakter

perilaku masyarakat dalam pandangannya terhadap kesehatan khususnya dalam

bidang ilmu kedokteran keluarga.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

I1.1. Definisi.

Hipertensi adalah jika tekanan darah systole ≥ 140 mmHg dan tekanan darah diastole

≥ 90 mmHg (JNC VII, 2003). Sedangkan menurut WHO tahun 1999, hipertensi

adalah tekanan darah yang sama atau melebihi 140 mm Hg sistolik dan atau sama

atau melebihi 90 mmHg diastolik pada seseorang yang tidak menggunakan anti

Page 4: Family Folder Sl 26

hipertensi.6

I1.2. Etiologi.

Berdasarkan etiologinya, hipertensi dibagi menjadi dua macam yaitu :7

1. Hipertensi esensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya, atau

disebut juga hipertensi idiopatik. Terdapat pada sekitar 95 % kasus. Banyak faktor

yang mempengaruhinya antara lain faktor genetik, lingkungan, hiperaktivitas susunan

saraf simpatis, sistem rennin-angiostensin, defek dalam ekskresi Na, peningkatan Na

dan Ca intraseluler dan faktor-faktor yang menyebabkan meningkatnya resiko seperti

obesitas, alkohol, merokok serta polisitemia.

2. Hipertensi sekunder atau hipertensi renal. Terdapat pada sekitar 5 % kasus.

Penyebabnya spesifik diketahui, seperti penggunaan esterogen, penyakit ginjal,

hipertensi vaskuler renal, hiperaldosteronisme primer dan sindroma cushing,

feokromositomia, koartasio aorta, hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan

dan lain-lain.

I1.3. Klasifikasi.

Klasifikasi tekanan darah pada usia ≥ 18 tahun menurut Joint National comitte (JNC

VII, 2003):

Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)

Normal <120 <80

Prehipertensi 120-139 80-89

Stadium I 140-159 90-99

Stadium II ≥ 160 ≥ 100

Page 5: Family Folder Sl 26

Klasifikasi lain yang sering digunakan, dengan memasukkan tekanan arteri sistolik

dan diastolik yaitu klasifikasi menurut WHO.

Tabel 1. Klasifikasi tekanan darah tinggi (menurut WHO):

Sistolik Diastolik

Normal

Borderline

Hipertensi definitif

Hipertensi ringan 140 mmHg

140-159 mmHg

160 mmHg

160-179 mmHg 90 mmHg

90-94 mmHg

95 mmHg

95-140 mmHg

Bentuk-bentuk hipertensi adalah:

1. Hipertensi diastol (diastol hypertension)

2. Hipertensi campuran (sistolik dan diastolik yang meninggi)

3. Hipertensi sistolik (isolated systolic hypertension)

Hipertensi diastolik sangat jarang dan hanya terlihat pada peninggian yang ringan dari

tekanan diastol, misalnya 120/100 mmHg. Ini biasanya ditemukan pada anak-anak

dan dewasa muda.8

II.4. Patofisiologi

Tingginya tekanan darah dipengaruhi oleh faktor genetik maupun faktor lingkungan.

Sekitar 95% kasus hipertensi adalah merupakan hipertensi esensial yang tidak

diketahui sebabnya. Pada beberapa individu, hipertensi dapat terjadi dengan adanya

satu faktor lingkungan ditambah faktor predisposisi genetik, sedang pada individu

yang lain membutuhkan akumulasi pengaruh beberapa faktor lingkungan. Tekanan

darah merupakan perkalian antara curah jantung dan resistensi perifer, sehingga

Page 6: Family Folder Sl 26

semua faktor yang mempengaruhi curah jantung dan resistensi perifer dapat

meningkatkan tekanan darah. Berbagai keadaan seperti asupan garam yang berlebih,

retensi sodium oleh ginjal, jumlah nefron yang kurang dan faktor yang berasal dari

endotel berperan terhadap terjadinya hipertensi begitu juga aktivitas saraf yang

berlebihan, sistem vaskuler serta sistem renin-angiotensin.9

II.5. Diagnosis dan Komplikasi

Evaluasi pasien hipertensi mempunyai tiga tujuan : (1) mengidentifikasi penyebab

hipertensi; (2) menilai adanya kerusakan organ target dan penyakit kardiovaskuler,

beratnya penyakit, serta respon terhadapa pengobatan; (3) mengidentifikasi adanya

faktor resiko kardiovaskuler yang lain atau penyakit penyerta, yang ikut menentukan

prognosis dan menentukan panduan pengobatan.

Pada anamnesis, didapatkan keluhan pasien yang dapat berupa: sakit kepala bagian

belakang (tengkuk) pada waktu bangun tidur pagi hari, mungkin adanya parestesi

ekstermitas, riwayat pasien sendiri jika pernah mendapatkan pengobatan hipertensi

oleh dokter maupun adanya riwayat keluarga. Dan gejala lain yang terkait dengan

komplikasi hipertensi yakni : tanda kerusakan organ sasaran, otak (HT encepalopati/

stroke0, mata (HT retinopati), jantung dan pembuluh darah (penyakit jantung

hipertensi), ginjal (HT nefropati). Sedangkan pada pemeriksaan fisik didapatkan :

tekanan darah yang meningkat, terdapat tanda-tanda komplikasi, maupun tanda-tanda

kelainan neurologik. Pemeriksaan penunjang yang perlu dilakukan, yaitu :

pemeriksaan laboratorium rutin yang dilakukan sebelum melakukan terapi bertujuan

untuk menentukan ada tidaknya kerusakan organ dan faktor resiko lain atau mencari

penyebab hipertensi. Biasanya diperiksa urinalisa, darah perifer lengkap, kimia darah,

foto Thorak dan EKG. Sebagai tambahan dilakukan pemeriksaan klirens kreatinin,

protein urin 24 jam, asam urat, kolesterol LDL dan ekokardiografi.10

I1.6. Penatalaksanaan

Pada dasarnya penatalaksanaan atau pengobatan hipertensi meliputi terapi

farmakologik dan non farmakologik. Terapi non farmakologi antara lain dengan

Page 7: Family Folder Sl 26

mengubah pola hidup antara lain dengan mengurangi asupan garam, alkohol, rokok,

menurunkan berat badan, melakukan olah raga secara teratur, mengendalikan stress,

emosi dan lebih tawakal. Dan terapi farmakologik ditentukan oleh jenis hipertensi

berdasarkan faktor resiko.9

Penatalaksanaan berdasarkan klasifikasi resiko :

Tekanan Darah Kelompok Resiko A Kelompok Resiko B Kelompok Resiko C

130-139/85-89 Modifikasi gaya hidup Modifikasi gaya hidup Dengan obat

140-159/90-99 Modifikasi gaya hidup Modifikasi gaya hidup Dengan obat

>160/>100 Dengan obat Dengan obat Dengan obat

Terapi farmakologi, sasaran terapinya adalah TD < 140/90 mmHg (jika tanpa DM

atau penyakit jantung, dan untuk pemilihan obat didasarkan pada gejala klinis

Petunjuk pemilihan obat anti hipertensi

No Golongan OAH Indikasi utama Indikasi lain Kontraindikasi Kontraindikasi aktif

1. Diuretik Gagal jantung Manula

Hipertensi sistolik Diabetes Gout Dislipidemia laki-laki seksual aktif

2. Beta-bloker Angina pektoris post infark miokard takikardi Gagal jantung hamil

diabetes Asterna dan PPON heart block (AV Block 2 atau 3) Dislipidemia atlet dan

orang yang aktif oleh raga.

3. ACE-Inhibitor Gagal jantung difungsi LV Post infark

miokard nefropati diabetik Hamil hiperkalemia stenosis

a. Renalis bilateral

4. Ca-antagonis Angina pektoris

Hipertensi sistolik Penyakit pembuluh darah tepi Heart Block (AV Block 2 atau 3

dengan verapami 1 atau diltiazem) Gagal jantung kongesti

5. Alfa Blocker Hipertropi prostat Hipotensiortostatik

6. Antegonis A II Batuk pada ACE Inhibitor Gagal jantung Hamil stenosis

a. renalis bilateral hiperkalemia.

ALGORITMA PENATALAKSANAAN PENDERITA HIPERTENSI

Mulai atau lanjutkan perubahan kebiasaan hidup

Page 8: Family Folder Sl 26

TD <140/90 mmHg tidak tercapai untuk pasien

Dengan diabetes mellitus atau gangguan ginjal

Terdapat perbedaan nilai

Pilihan obat

o Hipertensi tanpa komplikasi : Diuretik, Beta bloker

o Indikasi tertentu : Inhibitor ACE, penghambat reseptor, Angiostensin II, alfa bloker,

beta bloker, antagonis Ca, diuretic

o Indikasi yang sesuai : (1)diabetes mellitus type 1 dengan proteinuria : inhibitor

ACE (2) Gagal jantung : inhibitor ACE, diuretic (3) Hipertensi sistolik terisolasi :

diuretic, antagonis Ca, dihidropiridin kerja lama (4) Infark miokard : beta bloker

(non-ISA), inhibitor ACE (dengan disfungsi sistolik).

Pengertian Pola Makan

Pola makan adalah cara-cara individu dan kelompok individu memilih,

mengkonsumsi dan menggunakan makanan yang tersedia, yang didasarkan faktor-

faktor sosial dan budaya dimana mereka hidup. Pola makan tersebut akan dipengaruhi

oleh beberapa hal antara lain kebiasaan, kesenangan, agama, ekonomi, lingkungan

sesuatu yang kompak yag dapat disebut sebagai pola konsumsi.

Dari pengertian tentang pola diet tersebut memerlukan landasan pengetahuan tentang

makanan sehat bergizi dalam memenuhi konsumsi sehari-hari. khususnya bagi setiap

individu pendidikan gizi sulit berhasil bila tidak disertai peningkatan pengetahuan

mengenai sikap, kepercayaan, dan nilai dari masyarakat. Disamping itu makanan

biasanya mempunyai hubungan dengan perasaan seseorang. Rasa suka akan suatu

Page 9: Family Folder Sl 26

makanan terbentuk oleh rasa senang atau puas yang diperoleh pada saat makan

makanan tersebut sebelumnya. Hal ini kemudian akan membentuk kebiasaan makan

yaitu suatu pola perilaku konsumsi pangan yang terjadi berulang-ulang.

Pola Makan Pada Klien Hipertensi

Upaya penanggulangan hipertensi melalui pengaturan makanan pada dasarnya

dengan mengurangi konsumsi garam/diet garam rendah, diet rendah lemak, dan diet

rendah kalori bila obesitas serta diet tinggi serat.

Diet Rendah Garam

Diet rendah garam mempunyai 2 tujuan yaitu pertama untuk menurunkan tekanan

darah dan yang kedua untuk mencegah oedema dan penyakit jantung. Selain itu untuk

menghilangkan retensi air atau garam dalam sehingga dapat menurunkan tekanan

darah. Diet rendah garam dibagi dalam 3 kategori yaitu diet rendah garam I (200-400

mg natrium), diet rendah garam II (600-900 mg natrium) dan diet rendah garam III

(1000-1200 mg natrium).

Dalam diet rendah garam, selain membatasi konsumsi garam dapur, juga harus

membatasi sumber garam lainnya. Sumber garam lain antara lain makanan yang

mengandung soda kue, baking powder, MSG (Mono Sodium Glutamat), pengawet

makanan yang terdapat pada saos, kecap, jelly, selai serta makanan yang dibuat dari

mentega, serta obat yang mengandung Natrium. Bagi penderita hipertensi biasakan

dalam penggunaan obat dikonsultasikan dengan dokter terlebih dahulu.

Secara umum penderita tekanan darah tinggi atau hipertensi yang sedang menjalani

diet pantang garam harus memperhatikan beberapa hal antara lain jangan

Page 10: Family Folder Sl 26

menggunakan garam dapur, baik untuk penyedap masakan atau dimakan langsung,

hindari makanan yang diawetkan yang diolah menggunakan garam, hindari bahan

makanan yang diolah dengan menggunakan bahan makanan atau tambahan atau

penyedap rasa seperti saos, batasi penggunaan penyedap rasa untuk menambah

kelezatan makanan, hindari penggunaan baking soda atau obat-obatan yang

mengandung sodium, batasi konsumsi bahan makanan hewani ataupun nabati yang

tinggi kadar natriumnya, batasi minuman yang bersoda seperti cocacola, fanta, sprite

dan minuman soda lainnya.

Diet Rendah Kolesterol dan lemak

Kolesterol merupakan bagian dari lemak dan didalam tubuh terdapat tiga bagian

lemak yaitu kolesterol, trigliserida dan pospolipid. Tubuh memperoleh kolesterol dari

makanan sehari dan hasil sintesis dalam hati. Sekitar 25-50% kolesterol yang

dimakan dapat diabsorbsi oleh tubuh, selebihnya akan dibuang melalui faeces. Jika

konsumsi kolesterol berlebihan penyerapan didalam tubuh juga meningkat. Dalam

makanan lemak terdiri dari 2 macam lemak yaitu lemak jenuh dan tak jenuh. Lemak

jenuh bersifat menaikan kadar kolesterol dan trigliserida darah. Lemah jenuh banyak

terdapat pada makanan yang berasal dari hewan dan sebagian kecil tumbuh-

tumbuhan. Lemak tak jenuh cenderung menurunkan kadar kolesterol dan trigliserida

darah dan banyak terdapat pada tumbuh-tumbuhan seperti minyak keledai dan lain-

lain .

Diet Tinggi Serat

Page 11: Family Folder Sl 26

Serat dikenal ada 2 macam yaitu serat kasar dan serat makanan. Serat kasar terdapat

pada buah dan sayuran, serat makanan terdapat pada selain buah dan sayuran serta

umbi-umbian.

Serat kasar dapat mencegah tekanan darah tinggi, serat ini akan mengikat kolesterol

maupun asam empedu dan membuangnya melalui faeces, keadaan ini dapat dicapai

jika makanan yang dikonsumsi mengandung serat cukup tinggi.

Berdasarkan hal diatas penderita hipertensi dianjurkan setiap hari mengkonsumsi

makanan tinggi serat antara lain golongan buah-buahan, golongan sayuran segar.

Karena pemberian makan yang masih segar seperti buah dan sayuran segar dapat

menganti kalium yang banyak keluar akibat pemberian diuretik . Selain itu dapat juga

diberikan golongan protein nabati, susu tanpa lemak dan makanan lain seperti agar-

agar dan rumput.

Diet Kalori

Untuk penderita hipertensi yang mempunyai berat 60 dan berat badan diatas normal

dianjurkan untuk menurunkan berat badannya dengan pembatasan kalori dan perlu

diperhatikan masukan kalori dikurangi 25% dari kebutuhan energi atau 500 kalori

untuk penurunan 500 gram / ½ kg berat badan perminggu, menu makanan harus

seimbang dan memenuhi zat gizi seperti protein, vitamin dan mineral, selain itu perlu

melakukan aktivitas olah raga ringan.

BAB III

METODE STUDI KASUS

Page 12: Family Folder Sl 26

3.1 Rancangan Studi Kasus

Pada studi kasus ini rancangan penelitian yang digunakan adalah metode

deskriptif observatif dengan cara wawancara, yaitu yang menjelaskan atau

menerangkan peristiwa meliputi kegiatan pemusatan perhatian terhadap suatu obyek

dengan menggunakan seluruh alat indera, dengan cara mengobservasi yang dilakukan

melalui penglihatan, penciuman, perabaan, pendengaran dan pengecapan .

3.2 Subyek penelitian

Subyek penelitian merupakan subyek yang dituju untuk diteliti oleh peneliti atau

subyek yang menjadi pusat perhatian atau sasaran penelitian. Pada studi kasus ini

menggunakan subyek penelitian 1 orang yang memeliki tekanan darah sistole 175,

perempuan berusia 80 tahun, memakai obat hipertensi dan bertempat tinggal di

wilayah kerja Puskesmas Jelambar 2.

3.3 Fokus studi

Fokus studi kasus ini adalah pola makan pada penderita hipertensi derajat II dan

tekanan darah pada penderita hipertensi derajat II.

3.4 Definisi operasional

3.4.1 Hipertensi Derajat II adalah penderita yang mempunyai tekanan darah

sistolik 160-179 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg

pada usia lebih dari 31 tahun untuk laki-laki dan lebih dari 45 tahun untuk

perempuan.

Page 13: Family Folder Sl 26

3.4.2 Tekanan darah pada hipertensi adalah tingginya tekanan darah pada

penderita saat diukur yang berhubungan dengan pola makan penderita.

3.4.3 Pola makan adalah kebiasaan makan pada penderita hipertensi baik jenis,

jumlah, frekwensi, isi, kesukaan dan jarak.

3.5 Pengumpulan Data

Data yang diperlukan dalam studi kasus ini adalah data subyektif berupa pola

makan pada penderita hipertensi dengan wawancara langsung pada penderita tentang

pola makan yang selama ini dilakukan, untuk mendapatkan keterangan secara lisan

dari responden, dengan menggunakan alat berupa daftar pertanyaan.

Page 14: Family Folder Sl 26

3.6 Pengolahan Data dan Analisa Data

Pengolahan data pada akhir studi kasus ini adalah dengan cara deskriptif yaitu

peneliti ingin mengetahui pola kehidupan sehari-harinya antara lain pola makan yang

dikonsumsi penderita selama ini dengan tekanan darah penderita.

3.7 Penyajian Data

Hasil pengumpulan data baik wawancara dan observasi disajikan dalam bentuk

naratif.

Page 15: Family Folder Sl 26

BAB IV

LAPORAN KASUS

Data Riwayat Keluarga

1. Identitas Pasien

Nama : Ny. Wakinem

Umur : 80 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Pendidikan : Tamat SD

Alamat : Jalan Latumenta VI no 8 21/16 Jakarta Barat

2. Riwayat Biologis Keluarga

Keadaan Kesehatan Sekarang : Baik (tidak ada keluhan)

Kebersihan Perorangan : Baik

Penyakit yang sering diderita : Tidak ada

Penyakit Keturunan : Disangkal

Penyakit Kronis / Menular : Disangkal

Kecacatan Anggota Keluarga : Disangkal

Pola makan : Baik

Jumlah Anggota Keluarga : 6 orang

3. Psikologis Keluarga

Kebiasaan Buruk : Tidak ada

Pengambilan keputusan : Ibu

Ketergantungan obat : ada (captopril)

Tempat Mencari Kesehatan : Puskesmas Jelambar 2

Pola Rekreasi : baik

4. Keadaan rumah / lingkungan

Jenis Bangunan : Permanen

Page 16: Family Folder Sl 26

Lantai Rumah : keramik

Penerangan : baik

Kebersihan : sedang

Ventilasi : baik

Dapur : ada

Jamban keluarga : ada

Sumber air minum : ledeng

Sumber Pencemaran air : tidak ada

Pemanfaatan pekarangan : tidak

Sistem Pembuangan limbah : tidak

Tempat pembuangan sampah : ada

Sanitasi lingkungan : sedang

5. Spiritual keluarga

Ketaatan beribadah : baik

Keyakinan tentang kesehatan : baik

6. Keadaan Sosial Keluarga

Tingkat Pendidikan : rendah

Hubungan antar anggota keluarga : baik

Hubungan dengan orang lain : baik

Kegiatan organisasi sosial : sedang

Keadaan ekonomi : baik

7. Kultural Keluarga

Adat yang berpengaruh : Adat Jawa

8. Daftar anggota keluarga Lampiran 1

9. Keluhan Utama : Sakit kepala disertai nyeri tengkuk

Biasanya pasien datang ke puskesmas dengan keluhan sakit kepala yang sudah

tidak dapat ditahan oleh pasien. Hal ini berkaitan dengan tekanan darah

tingginya. Namun, setelah di periksa tekanan darahnya, tekanan darah pasien

Page 17: Family Folder Sl 26

dapat mencapai 170/85 mmHg.

10. Keluhan tambahan : Batuk

11. Riwayat Penyakit dahulu :

Riwayat alergi : disangkal

Riwayat hipertensi : dibenarkan, sudah 4 tahun yang lalu

Riwayat penyakit jantung : disangkal

Riwayat penyakit ginjal : disangkal

Riwayat penyakit kuning : disangkal

Riwayat penyakit asma : disangkal

Riwayat penyakit diabetes : disangkal

Riwayat Epistaksis : disangkal

Riwayat penyakit keluarga

Riwayat penyakit ginjal : disangkal

Riwayat hipertensi : dibenarkan, ayah pasien menderita hipertensi

Riwayat alergi : disangkal

Riwayat penyakit liver : disangkal

Riwayat penyakit diabetes : disangkal

12. Pemeriksaan fisik

Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Compos mentis

Status Generalis:

1. Pemeriksaan Kepala

- Bentuk kepala : mesocephal, simetris

- Rambut : warna putih lebih dominan dari pada warna hitam

Page 18: Family Folder Sl 26

- Nyeri tekan : tidak ada

2. Pemeriksaan Mata

- Palpebra : tidak ada udem

- Konjungtiva : tidak anemis

- Sklera : tidak ikterik

3. Pemeriksaan Telinga : tidak ada discharge

4. Pemeriksaan Hidung : tidak ada nafas cuping hidung

5. Pemeriksaan Mulut : bibir tidak sianosis, faring tidak hiperemi

6. Pemerksaan Leher : tidak terdapat pembesaran kelenjar limfe, tekanan

vena jugularis tidak meningkat

7. Pemeriksaan Nadi : 72x/menit

13. Diagnosis Penyakit

Hipertensi grade 2 (JNC tipe VII)

14. Diagnosis Keluarga

Seluruh anggota keluarga pasien dalam kondisi sehat . Keluarga pasien sangat

mendukung tentang kesehatan pasien. Keluarga mengetahui jenis makanan

apa yang boleh diberikan pada pasien yaitu dengan memasak makanan yang

tidak mengandung kolesterol dan tidak tinggi garam.

15. Anjuran Penatalaksanaan penyakit

Farmakologis- Captopril 1x1

Promotif dan Preventif

Menjelaskan mengenai hipertensi, penyebab dari hipertensi, komplikasi, dan

bagaimana mengatasi kalau sudah mengidap hipertensi. Kami menyarankan

untuk mengatur pola makan yaitu pola makan yang diet rendah garam dan

mengurangi makan makanan yang tinggi lemak agar tekanan darahnya tetap

stabil dan tidak tinggi. Selain itu kami menyarankan agar pasien menjaga

Page 19: Family Folder Sl 26

kondisi psikis nya yaitu dengan menikmati hidupnya, tidak stress, dan

olahraga. Olahraga yang dapat dilakukan oleh pasien adalah jalan pagi atau

bisa dengan membersihkan rumah. Selain hidup sehat dengan olahraga,pasien

tidak akan merasa stress.

Kuratif dan Rehabilitatif

Hal-hal yang kami sarankan kepada pasien tersebut, bahwa tetap

mengkonsumsi obat penurun tekanan darah tinggi, dalam hal ini pasien

mengkonsumsi captopril secara teratur untuk menjaga kestabilan tekanan

darahnya serta menjelaskan bahwa efek samping dari mengkonsumsi captopril

adalah batuk karena pasien mengeluh sering batuk sejak mengkonsumsi

captopril. Selain itu kami menyarankan untuk ke puskesmas dengan teratur

guna memantau tekanan darahnya. Apabila pasien mengalami sakit kepala dan

pandangan menjadi kabur, kami menyarankan agar pasien tirah baring setelah

kondisi sudah stabil dapat ke puskesmas untuk memeriksa tekanan darahnya.

16. Prognosis

Pasien mengkonsumsi captopril teratur 1x1 setiap hari dan mengatur pola

makan dengan diet rendah garam, maka prognosisnya baik. Untuk

menentukan prognosis baik atau tidaknya kami juga melihat dari kondisi

fisiknya yang sehat dan tidak ditemukan adanya kelainan.

ANALISIS KASUS

Dari anamnesis penderita didapatkan keluhan sakit kepala serta rasa kaku

pada tengkuk yang kumat-kumatan, dan dari pemeriksaan fisik didapat

tekanan darah penderita 170/85 mmHg, berdasarkan klasifikasi hipertensi,

masuk dalam kategori hipertensi stage II.Saya sempat memeriksa frekuensi

denyut nadi dan didapatkan bahwa frekuensi denyut nadi pasien adalah 72x/

menit.

Dari beberapa masalah yang ada factor usia dan factor psikis dapat menjadi

Page 20: Family Folder Sl 26

pemicu utama dalam hipertensi penderita. Pasien sudah mengalami hipertensi

selama 4 tahun. Namun selama mengalami hipertensi, pasien jarang

mengalami sakit akibat tekanan darah yang naik, hal ini dikarenakan karena

pasien dapat mengatur pola makanannya. Tekanan darah pasien ini dapat

meningkat dikarenakan karena stress psikososial, tetapi apabila pemicu stress

nya dapat diatasi, maka tekanan darahnya dapat kembali normal. Pendekatan

yang dilakukan adalah penatalaksanaan dengan modifikasi gaya hidup,

disamping diperlukan penatalaksanaan obat-obatan. Obat yang digunakan oleh

pasien adalah captopril 1x1 sehari. Modifikasi gaya hidup bertujuan untuk

mencegah terjadinya komplikasi yang bisa terjadi antara lain adalah dengan

mengkonsumsi makanan yang rendah garam dan tidak mengkonsumsi

makanan berkolesterol tinggi. Sedangkan untuk anggota keluarga lainnya juga

disarankan untuk melakukan gaya hidup yang sehat, sehingga kemungkinan

terjadinya hipertensi pada anggota keluarga lainnya dapat dihindari ataupun

dihambat. Selain itu pasien ini sudah berkunjung rutin ke puskesmas dan

memantau tensinya, sehingga dapat dinilai kesadaran pasien untuk sembuh

dan kesehatannya sangatlah besar. Dengan melakukan pola hidup sehat, maka

prognosis pasien ini adalah baik,apabila pola hidup yang dilakukannya teratur.

Keadaan Biologis

Keadaan biologis pasien berada pada garis keturunan yang sehat dan pasien

sendiri mengatakan bahwa di dalam silsilah keluarganya tidak terdapat

penyakit keturunan yaitu hipertensi

Keadaan Psikososial

Pasien berada di lingkungan keluarga yang harmonis. Bukan hanya dengan

anggota keluarganya, melainkan dengan tetangga juga memiliki hubungan

yang harmonis. Pasien sangat menikmati hidupnya, dalam arti tidak memiliki

banyak masalah karena di dukung oleh anggota keluarga yang dapat

menciptakan suasana keluarga yang harmonis.

Page 21: Family Folder Sl 26

Keadaan Sosiologis

Kehidupan social bermasyarakat pasien sangat baik. Hal ini dapat dibuktikan

bahwa pasien rajin mengikuti kegiatan keagamaan bahkan pasien pun sering

mengadakan pengajian di rumahnya.

Keadaan Ekonomi

Keadaan ekonomi pasien tergolong cukup. Untuk menghidupi kehidupan

sehari-hari, pasien menggunakan uang pensiunnya. Sedangkan untuk anak-

anaknya menghidupi kebutuhannya masing-masing tanpa melibatkan pasien.

Pasien tidak memiliki tanggungan. Jadi dalam memenuhi kebutuhan sehari-

harinya tidak ada kendala.

Keadaan Budaya

Pasien berasal dari Jogjakarta. Dalam kehidupan sehari-harinya tidak terlalu

menggunakan adat jawa.

ANALISIS KUNJUNGAN RUMAH

Kondisi pasien

Kunjungan rumah pasien pertama dilakukan pada tanggal 20 Juli 2010. Pada

saat kunjungan pasien baru mandi dan beristirahat sejenak. Pasien bercerita

tentang penyakitnya yaitu hipertensi yang sudah dialami selama 4 tahun.

Pasien mengkonsumsi captopril 1x1 sehari dan menjaga pola makan diet

rendah garam sehingga tekanan darahnya stabil.

Faktor emosional pun juga mempengaruhi tekanan darah pasien. Apabila

pasien sedang mengalami stress psikis maka tekanan darahnya bisa naik.

Pekerjaan

Pekerjaan pasien sebagai ibu rumah tangga

Keadaan Rumah

a. Letak / lokasi: rumah terletak di Jalan Latumenten VI no 8 RT/RW 21/16

Page 22: Family Folder Sl 26

Jakarta Barat.

b. Bentuk rumah: bentuk bangunan rumah bertingkat, bangunan bersifat

permanen, dinding tembok dari semen, lantai rumah dari keramik, atap rumah

dari genteng, status kepemilikan rumah atas nama pasien sendiri.

c. Luas rumah: Rumah pasien dalam bentuk tipe 36 dengan ukuran 8mx8m

dan memiliki luas bangunan 64 m2 .

d. Lantai rumah: lantai rumah dari keramik dan tidak lembab.

e. Ventilasi : Cahaya yang masuk ke rumah dirasakan cukup.

f. Sanitasi dasar:

- Sumber air: Pasien menggunakan air ledeng sebagi sumber air.

- Jamban: Terdapat 1 kamar mandi dengan WC jongkok. Kesan WC bersih

dan terawat. .

- Tempat sampah: terdapat tempat sampah di dapur yang ditutup dan tidak

bocor sehingga sampah tidak berceceran.

g. Pemanfaatan halaman: Pasien tidak memiliki halaman.

h. Kandang: di rumah pasien tidak terdapat kandang binatang.

Keadaan Lingkungan

Setelah saya mengamati keadaan rumah pasien, saya dapat menyimpulkan bahwa

keadaan rumah pasien tergolong kedalam kebersihan yang sedang. Di kamar masing-

masing anggota keluarga masih banyak pakaian yang digantung tidak rapih. Dari segi

penerangan pun sudah cukup baik, dalam arti tidak gelap dan kondisi rumah pasien pun

tidak lembab. Saya pun menyarankan pada pasien agar tidak menggantungkan pakaian

karena dapat menimbulkan demam berdarah. Selain itu saya menyarankan agar seminggu

sekali menguras bak dan tidak membiarkan air tergenang.

Page 23: Family Folder Sl 26

KESIMPULAN

Berdasarkan wawancara dan anamnesis, saya mengambil kesimpulan bahwa pasien

mengalami hipertensi derajat 2 karena tekanan darah pasien adalah 175/85 mmHg. Hal

yang mendasari penyebab hipertensi pada pasien ini adalah faktor usia yang sudah lanjut

dan faktor psikis yang menjadi pemicu utama hipertensi. Tekanan darah pasien dapat

meningkat apabila mengalami stress psikis dan dapat turun menjadi normal apabila stress

psikisnya sudah di obati.

SARAN

Saran kepada puskesmas

Puskesmas hendaknya meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan setempat

dengan melakukan pendekatan kepada pasiennya.

Menerapkan prinsip promotif dan preventif kesehatan dengan mengadakan

penyuluhan mengenani penyakit-penyakit yang sering terjadi di masyarakat. Hal

ini bertujuan agar pasien dapat menerapkan hidup sehat dan dapat mencegah

penyakit.

Saran kepada pasien

Menerapkan pola hidup sehat dengan mengkonsumsi makanan yang sehat. Dalam

hal ini pasien mengalami hipertensi sehingga harus mengkonsumsi makanan yang

rendah garam.

Mengkonsumsi obat-obatan dengan teratur.

Terbuka pada keluarga terdekat tentang penyakitnya.

Rajin memantau kesehatannya ke puskesmas.

Menghindari hal-hal yang dapat menyebabkan stress psikis.

Page 24: Family Folder Sl 26