family folder (ispa)

Upload: felixkencana

Post on 10-Jan-2016

26 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

l

TRANSCRIPT

Bab IPendahuluan

1.1. Latar BelakangAkhir-akhir ini didapatkan peningkatan angka kematian balita yang disebabkan oleh semua penyakit yaitu sebesar 12,3%, suatu angka yang cukup besar. Melalui Survei Demografi Kesehatan Indonesia, didapatkan bahwa Angka Kematian Balita pada tahun 2007 adalah sebesar 44 pada setiap 1000 kelahiran hidup.1,2Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah satu penyakit yang masih merupakan penyebab utama tingkat kesakitan dan kematian pada balita di Indonesia yaitu sebesar 28%. Pada akhir tahun 2000, ISPA mencapai enam kasus di antara 1000 balita. Tahun 2003 kasus kesakitan balita akibat ISPA sebanyak lima dari 1000 balita.3 Setiap anak balita diperkirakan mengalami 3-6 episode ISPA setiap tahunnya dan proporsi kematian yang disebabkan ISPA mencakup 20-30%.4,5WHO memperkirakan kematian balita akibat pneumonia mencapai 10% - 20% pertahun dari seluruh jumlah balita bila tidak diberi pengobatan. Menurut laporan WHO dan UNICEF (The United Nations Children's Fund) pada tahun 2006, Indonesia menduduki peringkat ke-6 di dunia untuk kasus pneumonia pada balita dengan jumlah penderita mencapai enam juta jiwa.6,7Kematian balita karena pneumonia secara nasional diperkirakan 6 per 1000 balita per tahun atau sekitar 150.000 balita pertahun. Angka kematian balita akibat pneumonia pada akhir tahun 2000 di perkirakan sekitar 4,9/1000 balita, berarti terdapat 140.000 balita yang meninggal setiap tahunnya akibat pneumonia, atau rata-rata 1 anak balita Indonesia meninggal akibat pneumonia setiap 5 menit.5,6Berdasarkan hasil laporan RISKESDAS pada tahun 2007, prevalensi ISPA tertinggi terjadi pada baduta (>35%). Melalui Survei Demografi Kesehatan Indonesia, didapatkan bahwa Angka Kematian Balita pada tahun 2007 adalah sebesar 44 pada setiap 1000 kelahiran hidup.6Sebagai kelompok penyakit, ISPA juga merupakan salah satu penyebab utama kunjungan pasien ke sarana pelayanan kesehatan. Sebanyak 40%-60% kunjungan berobat di Puskesmas dan 15%-30% kunjungan berobat di bagian rawat jalan dan rawat inap rumah sakit disebabkan oleh ISPA. Salah satu sasaran pemberantasan penyakit ISPA pada balita adalah dengan menurunkan angka kematian balita akibat pneumonia. 5,6

Bab IIHasil Kunjungan Rumah

Puskesmas: Loji, Kec. Tegalwaru, Kab. Karawang, Jawa BaratTanggal Kunjungan Rumah : Senin, 26 Oktober 2012

Data riwayat keluarga :I. Identitas Pasien Nama: An BaisurahUmur: 8 tahun.Jenis kelamin: Perempuan.Pekerjaan: Pelajar.Pendidikan: Sekolah Dasar.Alamat: Kaung Gading RT011/RW01, Desa Cintalaksana, Kec. Tegalwaru, Kab. Karawang.

II. Riwayat Biologis Keluarga Keadaan kesehatan sekarang: Sedang.Kebersihan perorangan: Cukup.Penyakit yang sering diderita: Nyeri telan dan batuk.Penyakit keturunan: Tidak ada.Penyakit kronis/ menular: Tidak ada.Kecacatan anggota keluarga: Tidak ada.Pola makan: Kurang .Pola istirahat: Cukup.Jumlah anggota keluarga: 5 orang.

III. Psikologis KeluargaKebiasaan buruk: Makanan instan.Pengambilan keputusan: Bapak.Ketergantungan obat: Tidak ada.Tempat mencari pelayanan kesehatan: Puskesmas.Pola rekreasi: Baik.

IV. Keadaan Rumah / LingkunganJenis bangunan: Permanen.Lantai rumah: Keramik.Luas rumah: 100 m2.Penerangan: Baik.Kebersihan: Baik.Ventilasi: Baik.Dapur: Ada.Jamban keluarga: Ada.Sumber air minum: Air tanah.Sumber pencemaran air: Tidak ada.Pemanfaatan pekarangan: Ada.Sistem pembuangan air limbah: Ada.Tempat pembuangan sampah: Ada.Sanitasi lingkungan: Sedang.

V. Spiritual KeluargaKetaatan beribadah: Baik.Keyakinan tentang kesehatan: Baik.

VI. Keadaan Sosial KeluargaTingkat pendidikan: Sekolah Dasar.Hubungan antar anggota keluarga: Baik.Hubungan dengan orang lain: Baik.Kegiatan organisasi sosial: -Keadaan ekonomi: Cukup.

VII. Kultural KeluargaAdat yang berpengaruh : Tidak ada.Lain-lain: Tidak ada.

VIII. Anggota Keluarga :

12453Keterangan :1. Ayah Os : Tidak mempunyai riwayat alergi.2. Ibu OS: Tidak mempunyai riwayat alergi.3. Kakak OS: Tidak mempunyai riwayat alergi.4. Kakak Os: Tidak mempunyai riwayat alergi.5. Os: Perempuan, tidak mempunyai riwayat alergi.IX. Keluhan Utama : Nyeri telan.

X. Keluhan Tambahan Batuk, demam, perasaan tidak enak di tenggorok.

XI. Riwayat Penyakit Sekarang Os datang diantar oleh ibunya ke Puskesmas Loji dengan keluhan nyeri telan sejak 4 hari ini. Nyeri telan dirasakan terus-menerus cenderung bertambah berat. Nyeri telan dirasakan lebih berat bila Os makan makanan yang padat, makanan kecil seperti coklat dan minuman ber-ice. Keluhan nyeri telan ini berkurang bila Os hanya minum air putih atau minum susu putih. Perasaan nyeri telan ini disertai dengan batuk berdahak yang dirasakan menempel di tenggorok sehingga Os merasakan tidak enak di tenggorok. Nyeri telan juga disertai dengan panas, kurang lebih sejak 4 hari ini juga, panas naik turun dan tidak sampai meriang. Keluhan seperti ini sudah sering dirasakan Os kurang lebih dalam 3 tahun terakhir ini dan sering kumat-kumatan kurang lebih 4-6 kali dalam setahun ini. Tidur ngorok, mimisan, nyeri telinga, telinga gemerebeg, rasa kemmeng, sakit pada pipi maupun kepala, batuk darah, sesak nafas dan keringat pada malam hari disangkal.

XII. Riwayat Penyakit Dahulu Riwayat ISPA diakui Riwayat alergi disangkal Riwayat asma disangkal Riwayat TBC paru disangkal

XIII. Riwayat Penyakit Keluarga Riwayat alergi disangkal Riwayat asma disangkal Keluarga tidak ada yang sakit seperti ini

XIV. Pemeriksaan Fisik Tanda-tanda vital : Tekanan darah: - Frekuensi nadi: 94 x/menit. Frekuensi napas: 23 x/menit. Suhu : 37,9 C. Berat Badan: 24 kg. Tinggi badan: 126 cm

Pemeriksaan umum : Kepala: Normosefali. Mata: Konjungtiva anemis (-), Sklera ikterik (-). Hidung: Septum deviasi (-), sekret -/-. Telinga : Normotia +/+, MAE lapang +/, Serumen +/+. Leher: Tidak tampak pembesaran KGB regional, kel tiroid tidak tampak membesar. Tenggorok Tonsil: pilar anterior kemerahan +/+, T3-T3, kripta melebar +/+, detritus +/+ Dinding faring : hiperemis (+), permukaan licin, jaringan granulasi (-). Paru: Suara napas vesikuler +/+, Rhonki -/-, Wheezing -/-. Jantung: Bunyi jantung I dan II reguler, Gallop (-), Murmur (-) Abdomen: Tampak datar, teraba supel, Bising usus (+) N, Nyeri tekan (-), Nyeri lepas (-). Ekstremitas: Bentuk normal, akral hangat + +/+ + edema - -/- -.XV. Resume 1. Pemeriksaan Subyektifa. Keluhan Utama: Odinofagia (+)b. Riwayat Penyakit Sekarang 4 hari: odinofagia (+), cough (+), febris (+), uncomfort throat (+)Residif 1 tahun ini: odinofagia (+), cough (+), febris (+), uncomfort throat (+)c. Riwayat Penyakit Dahulu: Riwayat ISPA (+), alergi (-), asma (-)d. Riwayat Penyakit Keluarga: Alergi (-), asma (-)e. Riwayat Sosial Ekonomi: Cukup

2. Pemeriksaan Obyektif Dari pemeriksaan fisik didapatkan : Tekanan darah: - Frekuensi nadi: 94 x/menit. Frekuensi napas: 23 x/menit. Suhu : 37,9 C. Tenggorok Tonsil: pilar anterior kemerahan +/+, T3-T3, kripta melebar +/+, detritus +/+ Dinding faring: Hiperemis (+), permukaan licin.XVI. Diagnosis Penyakit :Sistemik: ISPA (Tonsilofaringitis Kronik Eksaserbasi Akut)Jiwa : Tidak ada.Keluarga: Tidak ada

XVII. Prognosis Penyakit: dubia ad bonam.Keluarga: dubia.Masyarakat: dubia.

XVIII. Anjuran Penatalaksanaan Penyakit a. Promotif Menjaga hygiene mulut dengan menyikat gigi secara teratur dan menggunakan obat kumur antiseptik. Agar selalu mencuci tangan sebelum makan supaya terhindar dari infeksi.b. Preventif Menghindari minum es dan makanan siap saji yang mengandung banyak penyedap rasa. Hindari debu dan udara dingin yang dapat merangsang.

c. KuratifTerapi medikamentosa : Amoxicilin 3 x 250 mg selama 5 hari. Dexametason 3 x 0.5 mg selama 3 hari CTM 3 x 2 mg selama 3 hari. Ambroxol 3 x 15 mg selama 3 hari. Paracetamol 3 x 250 mg hari selama 3 hari. Vitamin C 1 x 50 mg selama 5 hari.

d. Rehabilitatif Istirahat yang cukup.

Bab III Tinjauan Pustaka

2. 3. 3.1. Pengertian Infeksi pada saluran napas merupakan penyakit yang umum terjadi pada masyarakat. Infeksi saluran napas berdasarkan wilayah infeksinya terbagi menjadi infeksi saluran napas atas dan infeksi saluran napas bawah. Infeksisaluran napas atas meliputi rhinitis, sinusitis, faringitis, laringitis, epiglotitis, tonsilitis, otitis. Sedangkan infeksi saluran napas bawah meliputi infeksi pada bronkhus, alveoli seperti bronkhitis, bronkhiolitis, pneumonia. Infeksi saluran napas atas bila tidak diatasi dengan baik dapat berkembang menyebabkan infeksi saluran nafas bawah. Infeksi saluran nafas atas yang paling banyak terjadi serta perlunya penanganan dengan baik karena dampak komplikasinya yang membahayakan adalah otitis, sinusitis, dan faringitis.2Secara umum penyebab dari infeksi saluran napas adalah berbagai mikroorganisme, namun yang terbanyak akibat infeksi virus dan bakteri. Infeksi saluran napas dapat terjadi sepanjang tahun, meskipun beberapa infeksi lebih mudah terjadi pada musim hujan. Faktor-faktor yang mempengaruhi penyebaran infeksi saluran napas antara lain faktor lingkungan, perilaku masyarakat yang kurang baik terhadap kesehatan diri maupun publik, serta rendahnya gizi. Faktor lingkungan meliputi belum terpenuhinya sanitasi dasar seperti air bersih, jamban, pengelolaan sampah, limbah, pemukiman sehat hingga pencemaran air dan udara. Perilaku masyarakat yang kurang baik tercermin dari belum terbiasanya cuci tangan, membuang sampah dan meludah di sembarang tempat. Kesadaran untuk mengisolasi diri dengan cara menutup mulut dan hidung pada saat bersin ataupun menggunakan masker pada saat mengalami flu supaya tidak menulari orang lain masih rendah.2,4Pengetahuan dan pemahaman tentang infeksi ini menjadi penting di samping karena penyebarannya sangat luas yaitu melanda bayi, anak-anak dandewasa, komplikasinya yang membahayakan serta menyebabkan hilangnya hari kerja ataupun hari sekolah, bahkan berakibat kematian (khususnya pneumonia).2,3Menurut DepKes RI (1998) Istilah ISPA mengandung 3 unsur, yaitu infeksi, saluran pernafasan, dan akut. Pengertian atau batasan masing-masing unsur adalah sebagai berikut :5,6 Yang dimaksud dengan infeksi adalah masuknya kuman atau mikroorganisme ke dalam tubuh manusia dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit. Yang dimaksud dengan saluran pernafasan adalah organ yang mulai dari hidung hingga alveoli beserta organ adneksanya seperti sinus-sinus, rongga telinga tengah dan pleura. Dengan demikian ISPA secara anatomis mencakup saluran pernafasan bagian atas, saluran pernafasan bagian bawah (termasuk jaringan paru-paru) dan organ adneksa saluran pernafasan. Dengan batasan ini maka jaringan paru termasuk dalam saluran pernafasan (respiratory tract). Yang dimaksud dengan infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung sampai dengan 14 hari. Batas 14 hari ini diambil untuk menunjukkan proses akut meskipun untuk beberapa penyakit yang dapat digolongkan dalam ISPA proses ini dapat berlangsung lebih dari 14 hari.Menurut klasifikasinya ISPA terdiri dari dua yaitu: Non PenumoniaBerdasarkan gejala hanya betuk pilek biasa yang tidak disertai pernapasan yang cepat.

Pneumonia Biasa berupa napas cepat, napas sesak dan ada tarikan dinding dada.

3.2. EtiologiEtiologi ISPA terdiri dari lebih dari 300 jenis penyakit bakteri, virus, dan riketsia. Virus penyebab ISPA antara lain adalah golongan Miksovirus, Adenvirus, Koronavirus, Pikornavirus, Mikoplasma, Herpesvirus dan lain-lain. Bakteri penyebab antaralain dari genus Streptokokus, Stafilokokus, Pneumokokus, Haemofilus, Bordetella dan Korinebakterium.2,3

3.3. PatofisiologiTerjadinya infeksi antara bakteri dan flora normal disaluran nafas. Infeksi oleh bakteri, virus dan jamur dapat merubah pola kolonisasi bakteri. Timbul mekanisme pertahanan pada jalan nafas seperti filtrasi udara inspirasi di rongga hidung, refleksi batuk, refleksi epiglottis, pembersihan mukosilier dan fagositosis. Karena menurunnya daya tahan tubuh penderita maka bakteri pathogen dapat melewati mekanisme sistem pertahanan tersebut Akibatnya terjadi invasi di daerah-daerah saluran pernafasan atas maupun bawah.4

3.4. Manifestasi KlinikTanda dan gejala penyakit infeksi saluran pernafasan dapat berupa :6 Pada sistempernapasan adalah:napas tak teratur dan cepat, retraksi/tertariknya kulit dinding dada, napas cuping hidung/napas dimana hidungnya tidak lobang,sesakkebiruan, suara napas lemah atau hilang, suara napas seperti ada cairannya sehingga terdengar keras. Pada sistem peredaran darah dan jantung: denyut jantung cepat atau lemah, hipertensi, hipotensi dan gagal jantung. Pada sistem saraf: gelisah, mudah terangsang, sakit kepala, bingug, kejang dan coma. Pada hal umu adalah letih dan berkeringat banyak Tanda-tanda bahaya pada anak golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun adalah: tidak bisa minum, kejang, kesadaran menurun, stridor dan gizi buruk. Tanda-tanda bahaya pada anak golongan kurang dari umur 2 bulan adalah: kurang bisa minum (kemampuan minumnya menurun sampai kurang dari setengah volume biasa diminumnya), kejang, kesadaran menurun, mendengkur, mengi, demam dan dingin.

3.5. Pembagian ISPAA. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) Bagian Atas.3Adalah infeksi-infeksi yang terutama mengenai struktur-struktur saluran nafas disebelah atas laring. Kebanyakan penyakit saluran nafas mengenai bagian atas dan bawah secara bersama-sama atau berurutan, tetapi beberapa di antaranya melibatkan bagian-bagian spesifik saluran nafas secara nyata. Yang tergolong Infeksi Saluran Nafas Akut (ISPA) bagian atas diantaranya adalah : Nasofaringitis akut (selesma), Faringitis Akut (termasuk Tonsilitis dan Faringotosilitis) dan rhinitis.

B. Infeksi Saluran Pernafasan Bagian Bawah.3Adalah infeksi-infeksi yang terutama mengenai struktur-struktur saluran nafas bagian bawah mulai dari laring sampai dengan alveoli. Penyakit-penyakit yang tergolong Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) bagian bawah : Laringitis, Asma Bronchial, Bronchitis akut maupun kronis, Broncho Pneumonia atau Pneumonia (suatu peradangan tidak saja pada jaringan paru tetapi juga pada bronkioli).

Dan menurut Pusdiknakes (1990) tentang perawatan bayi dan anak ISPA dibagi dalam tiga macam, yaitu :4,5 Ringan Bila timbul batuk tidak mengganggu tidur, dahak encer, tidak ada anoreksia, panas tidak begitu tinggi, misalnya rhinitis, rhinofaringitis. Sedang Dahak kental, ingus kental, panas tinggi (38C), anoreksia, sesak, sakit saat menelan, misalnya tonsilofaringitis, laringo traceobronchitis. Berat Panas tinggi disertai nafas ngorok, stridor, kadang-kadang disertai penurunan kesadaran, misalnya pada pneumonia.

3.6. PenatalaksanaanPengobatan dan perawatan penderita ISPA ringan dilakukan di rumah. Jika anak menderita ISPA ringan maka yang harus dilakukan adalah hal-hal sebagai berikut :8,91. Demam.a. Bila demam dilakukan kompres. Cara mengompres adalah sebagai berikut : Ambillah secarik kain yang bersih (saputangan atau handuk kecil). Basahi atau rendam kain tersebut dalam air dingin yang bersih atau rendam kain tersebut dalam air dingin yang bersih atau air es, kemudian peras. Letakkan kain di atas kepada atau dahi anak tapi jangan menutupi muka. Jika kain sudah tidak dingin lagi basahi lagi dengan air, kemudian peras lalu letakkan lagi di atas dahi anak. Demikian seterusnya sampai demam berkurang.

b. Berikan obat penurun panas dari golongan parasetamol.

2. Pilek.Jika anak tersumbat hidungnya oleh ingus maka usahakanlah membersihkan hidung yang tersumbat tersebut agar anak dapat bernafas dengan lancar. Membersihkan ingus harus hati-hati agar tidak melukai hidung.3. Hal-hal lain yang perlu diperhatikan Suruhlah anak beristirahat atau barbaring di tempat tidur. Berikan cukup minum tapi jangan berikan air es atau minuman yang mengandung es. Dapat diberikan teh manis, air buah atau pada bayi dapat diberikan air susu ibu. Berikan makanan yang cukup dan bergizi. Anak jangan dibiarkan terkena hawa dingin atau hawa panas. Pakaian yang ringan hendaknya dikenakan pada anak tersebut. Hindarkanlah orang merokok dekat anak yang sakit dan hindarkan asap dapur atau asap lainnya mengenai anak yang sakit. Perhatikan apakah ada tanda-tanda ISPA sedang atau ISPA berat yang memerlukan bantuan khusus petugas kesehatan.

3.7. Faktor PredisposisiFaktor predisposisi pada penyakit ISPA adalah imunisasi yang tidak lengkap, kurang gizi, lingkungan yang tidak sehat.7

3.8. Komplikasi Apabila infeksi menjalar ke saluran pernapasan bawah atau bronkus dapat menimbulkan bronkitis, penyebaran lebih lanjut ke jaringan paru dapat menyebabkan pneumonia, infeksi dapat menyebar ke telinga bagian tengah yang menyebabkan otitis media, dan sinusitis.8

3.9. Pencegahan10 Mengusahakan agar anak mempunyai gizi yang baik . Mengusahakan kekebalan anak dengan imunisasi. Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan. Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA. Pengobatan segera.

Bab IVAnalisa Masalah dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga

Kasus ISPA yang dialami oleh pasien ini dapat disebabkan oleh berbagai macam faktor. Jika ditinjau dari kepustakaan yang ada, proses terjadinya penyakit secara segitiga epidemiologiuntuk penyakit-penyakit menular yang terdiri dari pejamu (host), penyebab (agent) dan lingkungan (enviroment), maka ketiga faktor tersebut memberikan kontribusi yang besar pada kasus ISPA pada pasien ini. Jika ditinjau dari segi pejamu, didapatkan bahwa kebiasaan makan dari pasien kurang, yaitu sering mengkonsumsi makanan cepat saji yang mengandung akan bahan yang dapat mengiritasi saluran pernapasan bagian atas, dalam hal ini meliputi tonsil dan dinding posterior orofaring, disamping itu pola makan dari pasien yang kurang juga memberi kontribusi pada kejadian ISPA berulang, disebabkan karena daya tahan tubuh dari pasien yang rendah sehingga rentan untuk mengalami kejadian ISPA yang berulang pada dirinya. Selain itu, aspek penyebab yang sangat berkaitan dengan tingkat kejadian ISPA adalah aspek lingkungan, dimana kebersihan tempat tinggal dan ventilasi mempengaruhi kejadian ISPA berulang, lingkungan dengan tingkat kelembapan yang tinggi dapat meningkatkan kejadian ISPA berulang. Ventilasi di tempat tinggal juga merupakan aspek penting dalam tingkat kejadian ISPA disebabkan oleh pertukaran antara oksigen dan karbondiaoksida yang kurang sehingga dapat mencetuskan ISPA berulang.Atas dasar analisis tersebut diatas maka dalam menurunkan kejadian ISPA berulang, maka dibutuhkan pengetahuan keluarga dalam hal ini ibu pasien agar mengelola makan yang bergizi sehingga sebaiknya anak tidak diberikan makanan cepat saji yang dapat mencetuskan ISPA berulang ini. Anak lebih disarankan untukn makan makanan olahan sendiri yang tingkat kebersihannya terjamin dengan nilai mutu gizi yang tinggi. Hal lain yaitu memperbanyak ventilasi di rumah agar selalu diadapatkan udara yang segar di rumah setiap harinya, dan jika telah sakit, segera berobat ke sarana pelayanan kesehatan yang tersedia, dalamhal ini puskesmas.

Daftar Pustaka

1. Depkes RI. Pedoman Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut Untuk Penanggulangan Pneumonia Balita. 2002. Jakarta.2. WHO. Evaluasi Program Kesehatan, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI. 1990 Jakarta.3. Oktaviani VA. Hubungan Antara Sanitasi Fisik Rumah Dengan Kejadian ISPA Pada Balita. Universitas Muhammadiyah Surakarta. 2009. Diunduh dari http://etd.eprints.ums.ac.id/5965/. tanggal 16 Oktober 2012.4. Suhandayani I. Faktor-faktor yang berhubungan dengan ISPA.Universitas Negeri Semarang. 2007. Diunduh dari http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/cgi-bin/library. tanggal 16 Oktober 2012.5. Wahyuni. Pengaruh Pendidikan Terhadap Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Pneumonia Pada Balita. Universitas Surakarta. 2008. Diunduh dari : http://etd.eprints.ums.ac.id/904/. tanggal 16 Oktober 20126. Rasmaliah. Infeksi Saluran Pernafasan Akut dan Penanggulangan. Diunduh dari http://library.usu.ac.id/download/fkm/fkm-rasmaliah9.pdf, tanggal 16 Oktober 2012.7. Anonim. Pedoman Tatalaksana Pneumonia Balita. 2007. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan.8. Anonim. Pneumonia Balita Dalam Buletin Jendela Epidemiologi Vol. 3, September 2010. Jakarta : Kementerian Kesehatan RI.9. Chalik A, dkk. Standar Penanggulangan Penyakit Pneumonia. Vol 8. Ed 1. Dinas Kesehatan Propinsi DKI Jakarta. 2002.10. Anonim. Millenium Development Goals (MDGs). Edisi tahun 2000. Diunduh dari www.un.org/millenniumgoals, tanggal 16 Oktober 2012.

LAMPIRAN

Gambar 1. Foto bersama pasien

Gambar 2. Kamar mandi

Gambar 3. Tempat penampungan air untuk cuci.

Gambar 4. Ruang keluarga

Gambar 5. Ventilasi

20