kasus anak

46
LAPORAN KASUS KEDOKTERAN KELUARGA KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA Nama kepala keluarga : Tn.C Alamat : Lowokwaru, Malang Daftar Anggota Keluarga No Nama Keduduk an L/P Umu r Pendidi kan Pekerja an Pasi en klin ik Ket 1 Tn. C KK L 37 tah un D-3 Swasta Tida k 2 Ny.N Istri P 32 tah un SMK IRT Tida k - 3 An.A Anak P 6 tah un TK - Tida k - 4 An. D Anak P 11 bul an - - Ya Bronkhiti s Kesimpulan: Keluarga Tn.C adalah nuclear family yang terdiri atas 4 orang. Terdapat satu orang sakit, yaitu An.D, umur 11 bulan, beralamat di Lowokwaru, Malang. Diagnosa klinis penderita adalah bronkhitis. 1

Upload: ananda-awa

Post on 24-Oct-2015

18 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

KKKKKKKKKKKKKKAAAAAAAAAAAAASSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSUUUUUUUUUUUUUUUDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA

TRANSCRIPT

LAPORAN KASUS KEDOKTERAN KELUARGA

KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA

Nama kepala keluarga: Tn.C

Alamat : Lowokwaru, Malang

Daftar Anggota Keluarga

No Nama Kedudukan L/P Umur Pendidikan Pekerjaan Pasien klinik

Ket

1 Tn. C KK L 37 tahun

D-3 Swasta Tidak

2 Ny.N Istri P 32 tahun

SMK IRT Tidak -

3 An.A Anak P 6 tahun

TK - Tidak -

4 An. D Anak P 11 bulan

- - Ya Bronkhitis

Kesimpulan:

Keluarga Tn.C adalah nuclear family yang terdiri atas 4 orang. Terdapat satu

orang sakit, yaitu An.D, umur 11 bulan, beralamat di Lowokwaru, Malang.

Diagnosa klinis penderita adalah bronkhitis.

1

BAB I

STATUS PENDERITA

Pendahuluan

Laporan ini dibuat berdasarkan kasus yang diambil dari seorang anak penderita

bronkhitis, berjenis kelamin perempuan dan berusia 11 bulan. Penderita memiliki

permasalahan dari segi biomedis.

Identitas Penderita

Nama : An.D

Umur : 11 bulan

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Lowokwaru, Malang

Tanggal Periksa : 14 Oktober 2011

Nama Ayah : Tn.C

Umur Ayah : 37 th

Pekerjaan Ayah : Swasta

Nama Ibu : Ny.N

Umur Ibu : 32 th

Pekerjaan Ibu : Ibu Rumah Tangga

Suku : Jawa

Agama : Islam

Alamat : Lowokwaru, Malang

Anamnesa (Alloanamnesa)

1. Keluhan Utama : panas

2. Riwayat Penyakit Sekarang :

An.D dibawa ke IGD RSI oleh ayah dan ibunya dengan keluhan panas sejak

3 hari yang lalu. Panasnya seluruh tubuh sepanjang hari. Awalnya tidak

begitu panas, tetapi setelah beberapa hari panasnya semakin tinggi. Ada pilek

2

dan juga batuk sejak 2 hari ini. Pasien rewel, tidak mau makan dan minum.

Tidak ada diare, mual dan muntah. Pada hari ke-3, keluarga langsung

membawa pasien ke rumah sakit untuk diperiksa.

3. Riwayat Penyakit Dahulu :

Riwayat Mondok : disangkal

Riwayat Hipertensi : disangkal

Riwayat DM : disangkal

Riwayat Asma : disangkal

Riwayat Gout : disangkal

Riwayat Penyakit Jantung : disangkal

Riwayat Sakit Kejang : disangkal

Riwayat Alergi Obat dan Makanan : disangkal

4. Riwayat Penyakit Keluarga :

Riwayat keluarga dengan penyakit serupa : disangkal

Riwayat Hipertensi : disangkal

Riwayat DM : disangkal

Riwayat Jantung : disangkal

Riwayat Ginjal : disangkal

5. Riwayat Kehamilan Ibu

Ibu pasien mengatakan tidak pernah sakit waktu hamil An.D. Hanya mual dan

muntah saat awal-awal kehamilan. Tetapi setelah usia 4 bulan ke atas tidak

ada keluhan. Kontrol rutin selama kehamilan juga dilakukan ke bidan.

6. Riwayat Kelahiran

Persalinan normal ditolong oleh bidan. Kelahiran cukup bulan. Berat anak

pertama waktu lahir 2,9 kg, sekarang berumur 5 tahun. Sedangkan berat anak

ke-2 (An.D) waktu lahir adalah 3 kg, sekarang berumur 11 bulan. Tidak

pernah mengalami abortus.

7. Riwayat Imunisasi

Ibu pasien mengatakan bahwa An.D sudah diberikan imunisasi BCG,

hepatitits B, polio, DPT dan campak.

8. Riwayat Gizi

3

Pasien makan sehari-hari biasanya 2-3 kali sehari dengan nasi tim, sayur dan

lauk yang lembek. An.D juga diberi susu formula.

9. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan : Normal

10. Riwayat Kebiasaan :

Riwayat Merokok : -

Riwayat Minum Alkohol : -

Riwayat Olahraga : -

Riwayat Pengisisan Waktu Luang : -

11. Riwayat Sosial Ekonomi :

An.D adalah anak ke-2 dari 2 bersaudara dengan ayah (Tn.C) sebagai

karyawan swasta dan ibu (Ny.N) sebagai ibu rumah tangga. Kakak

perempuannya, An.A saat ini berusia 6 tahun dan duduk di TK. Biaya sekolah,

biaya hidup sehari-hari dan biaya rumah sakit ditanggung oleh orang tua dan

penghasilan cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Hubungan Tn.C

dengan istri dan anaknya nampak harmonis dan perhatian.

Anamnesis Sistem

1. Kulit : kulit gatal(-), keriput (-)

2. Kepala : sakit kepala(-), pusing(-), rambut rontok(-), luka(-),

benjolan(-), demam(+)

3. Mata : pandangan mata berkunang-kunang(-), penglihatan

kabur(-), ketajaman penglihatan berkurang(-),

penglihatan ganda(-)

4. Hidung : tersumbat(+), mimisan(-)

5. Telinga : pendengaran berkurang(-), berdengung(-), cairan(-),

nyeri(-)

6. Mulut : sariawan(-), mulut kering(-), lidah terasa pahit(-)

7. Tenggorokan : nyeri menelan(-), suara serak(-)

8. Pernafasan : sesak nafas(+), batuk(+), mengi(+)

9. Kardiovaskuler : nyeri dada(-), berdebar-debar(-), ampeg(-).

4

10. Gastrointestinal : mual(-), muntah(-), diare(-), nafsu makan menurun(+),

nyeri perut(-), BAB normal

11. Genitourinaria : BAK normal

12. Neurologik : lumpuh(-), kaki kesemutan(-), kejang (-)

13. Psikiatrik : emosi stabil(+), mudah marah(-)

14. Muskolokeletal : kaku sendi(-), nyeri sendi pinggul(-), nyeri tangan dan

kaki(-), nyeri otot(-)

15. Ekstremitas atas : bengkak(-), sakit(-), telapak tangan pucat(-),

kebiruan(-), luka(-)

16. Ekstremitas bawah : bengkak (-), sakit(-), telapak kaki pucat(-),

kebiruan(-), luka(-)

Pemeriksaan Fisik

1. Keadaan umum : pasien tampak rewel dan badannya panas

2. Kesadaran : GCS 456 compos mentis

3. Tanda vital :

BB : 7,4 kg

TB : 58 cm

BMI : BB/TB2 => 21,9 kg/m2=> kesan normoweight

Tensi : - mmHg

Suhu : 39oC

N : 112x/menit, regular

RR : 34x/menit

4. Kulit : sawo matang, turgor baik, ikterik (-), sianosis (-),

pucat (-), spider nevi (-), petechie (-), eritem (-),

venektasi (-)

5. Kepala : bentuk mesocephal, luka (-), rambut mudah dicabut

(-), keriput (-), atrofi m.temporalis (-), kelainan mimik

wajah/bells palsy (-), papul (-), nodul (-), makula (-)

5

6. Mata : conjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-), pupil

isokor (+/+), reflek kornea (+/+), warna kelopak

coklat, radang (-/-), eksoftalmus (-), strabismus (-)

7. Hidung : nafas cuping hidung (-/-), rhinorrhea (+/+), epistaksis

(-/-), deformitas hidung (-/-), hiperpigmentasi (-/-),

saddle nose(-/-)

8. Mulut : mukosa bibir pucat (-/-), sianosis bibir (-/-), bibir

kering (-/-), gusi berdarah (-) lidah kotor (-), tepi lidah

hiperemis (-), papil lidah atrofi (-)

9. Telinga : otorrhea (-/-), pendengaran berkurang (-/-), nyeri tekan

mastoid (-/-), cuping teling dbn, serumen (-/-)

10. Tenggorokan : tonsil membesar (+/+), pharing hiperemis (+)

11. Leher : lesi kulit (-), pembesaran kelenjar tiroid (-),

pembesaran KGB (+), deviasi trakea (-), tortikolis (-)

12. Thorax : normochest, simetris, pernafasan thoracoabdominal,

retraksi (+), massa (-), krepitasi (-), kelainan kulit (-),

nyeri (-)

Cor:

Inspeksi : ictus cordis tidak tampak

Palpasi : ictus cordis tidak kuat angkat

Perkusi : Batas kiri atas : ICS II Linea para sternalis sinistra

Batas kanan atas : ICS II Linea para sternalis dekstra

Batas kiri bawah : ICS V medial linea medio

clavicularis sinistra

Batas kanan bawah : ICS IV linea para sternalis

dekstra

Auskultasi : bunyi jantung I-II intensitas normal, regular, bising (-),

bunyi jantung tambahan (-), HR : 112x/menit

Pulmo :

Statis (depan dan belakang)

Inspeksi : bentuk normal, pengembangan dada kanan sama dengan

dada kiri

6

Palpasi : fremitus raba kiri sama dengan kanan

Perkusi : sonor/sonor

Auskultasi : + + + + - -

suara dasar vesikuler + wheezing - ronkhi -

+ + - - - -

Dinamis (depan dan belakang)

Inspeksi : pergerakan dada kanan sama dengan dada kiri, irama

regular, otot bantu nafas (+), pola nafas abnormal (-)

Palpasi : fremitus raba kiri sama dengan kanan

Perkusi : sonor/sonor

Auskultasi : + + + + - -

suara dasar vesikuler + wheezing - ronkhi -

+ + - - - -

13. Abdomen :

Inspeksi : datar/sejajar dinding dada, venektasi (-), massa (-), bekas

jahitan (-)

Palpasi : supel, nyeri epigastrium (-), hepar dan lien tidak teraba, turgor

baik, massa (-), asites (-)

Perkusi : timpani seluruh lapangan perut

Auskultasi : bising usus normal

14. Sistem Collumna Vertebralis :

Inspeksi : deformitas (-), skoliosis (-), kifosis (-), lordosis

(-)

Palpasi : nyeri tekan (-)

15. Ekstremitas : palmar eritem (-)

Akral dingin Oedem

L : deformitas (-), luka (-)

F : nyeri tekan (-), krepitasi (-)

M: normal

7

- -

- -

- -

- -

16. Sistem genitalia : normal

17. Pemeriksaan neurologik :

Kesadaran : GCS 456 composmentis

Fungsi luhur : dalam batas normal

Fungsi vegetatif : dalam batas normal

Fungsi sensorik

Fungsi motorik

Kekuatan Tonus Ref.Fisiologis Ref.Patologis

18. Pemeriksaan psikiatri :

Penampilan : baik

Kesadaran : kualitatif tidak berubah, kuantitatif composmentis

Afek : appropriate

Psikomotor : normoaktif

Proses pikir : Bentuk : realistik

Isi : waham (-), halusinasi (-), ilusi (-)

Arus : koheren

Insight : baik

Pemeriksaan Penunjang

Planning : Foto thoraks PA

Lab Darah Lengkap

Resume

a) Anamnesis : An.D dibawa ke IGD RSI oleh ayah dan ibunya dengan

keluhan panas sejak 3 hari yang lalu. Panasnya seluruh tubuh sepanjang hari.

Awalnya tidak begitu panas, tetapi setelah beberapa hari panasnya semakin

8

N N

N N

- -

- -

N N

N N

N N

N N

5 5

5 5

tinggi. Ada pilek dan juga batuk sejak 2 hari ini. Pasien rewel, tidak mau

makan dan minum. Tidak ada diare, mual dan muntah.

b) Pemeriksaan Fisik : Dari hasil pemeriksaan didapatkan keadaan umum

pasien tampak rewel dan badannya panas, kesadaran GCS 456 compos

mentis, BB=7,4 kg, TB = 56 cm, BMI kesan normoweight, suhu 39oC, nadi

112x/menit, regular, RR 34x/menit. Review of system menunjukkan adanya

nafas cuping hidung, rinorrhea, pembesaran tonsil, pharing hiperemis,

pembesaran kelenjar getah bening di leher, retraksi otot-otot pernafasan dan

wheezing pada lapang atas paru.

c) Pemeriksaan Penunjang : Diagnosa kerja dari An.D adalah bronkitis

dengan diagnose foto thoraks PA dengan hasil gambaran bronkovaskular

pattern meningkat pada paru lapang atas kanan dan kiri, lab darah lengkap

ditemukan leukosit 11.300/mm3dan CRP (-).

Diagnosis Holistik

An.D adalah putri dari Tn.C dan Ny.N, usia 11 bulan, adalah penderita bronkhitis

yang tinggal dalam nuclear family. An.D adalah anak kedua dari 2 bersaudara.

1. Diagnosis dari segi biologis :

An.D adalah penderita bronkhitis.

2. Diagnosis dari segi psikologis :

Hubungan An.D dengan keluarga baik.

3. Diagnosis dari segi sosial, ekonomi, dan budaya :

An.D adalah anak kedua dan keluarganya hanya sebagai anggota

masyarakat biasa di lingkungannya.

Penatalaksanaan

Non Medikamentosa:

a. Edukasi dan KIE kepada orang tua pasien tentang penyakit dan kondisi

An.D

b. Istirahat/tirah baring

c. Asupan gizi cukup

Medikamentosa: 14/10/2011

9

- Infus KAEN-3B 700cc/24jam

- Progesic 3x1/2 cth

- Mucohexin 3x1 puyer

- Inj. celocef 2x175mg

Follow up

Tanggal 14/10/2011

S : panas, batuk, pilek, tidak mau makan minum

O : KU cukup, compos mentis GCS 456, gizi kesan cukup

Tanda vital: T: - mmHg RR: 34 x/menit

N: 112 x/menit S: 37,6oC

A : OF et causa ISPA

P : - Foto thorax PA dan Lab. DL

- Diet makanan lunak

Tanggal 15/10/2011

S : batuk dan panas, diare 2x

O : KU cukup, compos mentis GCS 456, gizi kesan cukup

Tanda vital: T: - mmHg RR: 34 x/menit

N: 110 x/menit S: 36,4oC

Lab : Hb = 11,3 mg/dL

Leukosit = 11.300/mm3

Erirosit = 4,77 juta/mm3

Trombosit = 347.000/mm3

PCV = 36,4%

CRP (-)

Hitung jenis : -/2/-/17/72/9

A : OF et causa ISPA

P : - Infus KAEN-3B

- Progesic syr

- Mucohexin syr

- Inj. celocef

- Diet makanan lunak

10

Tanggal 16/10/2011

S : batuk, pilek dan demam berkurang, tetapi tidak mau makan

O : KU cukup, compos mentis, gizi kesan cukup

Tanda vital: T: - mmHg RR: 28 x/menit

N: 100 x/menit S: 36,2oC

Hasil Foto thorax PA :

Cor : tidak ada kelainan

Pulmo : bronchovascular pattern meningkat pada lap.atas

kanan dan kiri . Kesimpulan : bronkitis

A : bronkitis

P : terapi tetap, mucohexin (bila perlu)

Tanggal 17/10/2011

S : membaik

O : keluhan tidak ada

Tanda vital: T: - mmHg RR: 26 x/menit, kusmaul

N: 100 x/menit S: 36oC

DL : Hb 11,1 mg/dl

leukosit = 6.200

Eritrosit = 4,77 juta

Trombosit = 234.000

Hitung jenis : -/4/-/6/81/9

A : bronkhitis

P : terapi diteruskan, (bila perlu)

Pukul 17.00 keluarga pasien minta dipulangkan

ACC pulang, KU membaik

Obat yang diminum di rumah : cefixime syr 2x1

puyer mucohexin 3x1

Kesimpulan

- Diagnose akhir dari An.D adalah bronchitis

- Kondisi An.D sewaktu dipulangkan membaik

11

Flow Sheet

Nama : An. D

Diagnosis : BronkitisNo Tanggal S O A P1. 14/10/2011 panas, batuk,

pilek, tidak mau makan minum

KU cukup, compos mentis GCS 456, gizi kesan cukup

Tanda vital:T: - mmHgRR: 34 x/menit

N: 112 x/menitS: 37,6oC

OF et causa ISPA

- Foto thorax PA dan Lab. DL

- Diet makanan lunak

2. 15/10/2011 batuk dan panas, diare 2x

KU cukup, compos mentis GCS 456, gizi kesan cukupTanda vital:

T: - mmHgRR: 34 x/menitN: 110 x/menitS: 36,4oC

Lab : Hb = 11,3 mg/dLLeukosit = 11.300/mm3Erirosit = 4,77 juta/mm3Trombosit = 347.000/mm3PCV = 36,4%CRP (-)Hitung jenis : -/2/-/17/72/9

OF et causa ISPA

- Infus KAEN-3B- Progesic syr- Mucohexin syr- Inj. celocef- Diet makanan lunak

3. 16/10/2011 batuk, pilek dan

demam

berkurang,

tetapi tidak mau

makan

KU cukup, compos mentis, gizi kesan cukup Tanda vital:T: - mmHgRR: 28 x/menitN: 100 x/menitS: 36,2oCHasil Foto thorax PA :Cor : tidak ada kelainanPulmo : bronchovascular pattern meningkat pada lap.atas kanan dan kiri

bronchitis terapi tetap, mucohexin (bila perlu)

4. 17/10/2011 membaik keluhan tidak adaTanda vital:

T: - mmHgRR: 26 x/menit, kusmaulN: 100 x/menitS: 36oC

Darah Lengkap : Hb 11,1 mg/dlLeukosit = 6.200

Bronkitis terapi diteruskan, (bila perlu)

12

Eritrosit = 4,77 jutaTrombosit = 234.000Hitung jenis : -/4/-/6/81/9

BAB II

IDENTIFIKASI FUNGSI- FUNGSI KELUARGA

A. FUNGSI HOLISTIK

1. Fungsi Biologis

An. D dengan usia 11 bulan menderita bronkitis

2. Fungsi Psikologis

Penderita tinggal bersama dengan kedua orang tua dan saudara

perempuannya. Jika ada anggota keluarga yang memiliki masalah,

mereka saling membantu dan memberi perhatian. Saat An.D sakit, ayah

dan ibunya sangat perhatian, bersedia mengantar dan bergantian

menjaga An.D di rumah sakit. Hubungan keluarga ini tampak sangat

harmonis.

3. Fungsi Sosial

Dalam kehidupan sehari-hari, keluarga ini hanya sebagai anggota

masyarakat biasa, tidak mempunyai kedudukan sosial tertentu dalam

masyarakat. Dalam kehidupan sosial orangtua An.D cukup aktif dalam

kegiatan kemasyarakatan.

4. Fungsi Ekonomi dan Pemenuhan Kebutuhan

An.D adalah anak ke-2 dari 2 bersaudara dengan ayah (Tn.C) sebagai

karyawan swasta dan ibu (Ny.N) sebagai ibu rumah tangga. Kakak

perempuannya, An.A saat ini berusia 6 tahun dan duduk di TK. Biaya

sekolah, biaya hidup sehari-hari dan biaya rumah sakit ditanggung oleh

orang tua dan penghasilan cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

B. Fungsi Fisiologis dengan APGAR Score

13

Untuk menilai fungsi fisiologis digunakan APGAR score. APGAR

score adalah skor yang digunakan untuk menilai fungsi keluarga ditinjau dari

sudut pandang setiap anggota keluarga terhadap hubungannya dengan

anggota keluarga yang lain. APGAR score meliputi :

1. Adaptasi

Kemampuan anggota keluarga tersebut beradaptasi dengan anggota

keluarga yang lain, serta penerimaan, dukungan dan saran dari anggota

keluarga yang lain.

2. Partnership

Menggambarkan komunikasi, saling membagi, saling mengisi antara

anggota keluarga dalam segala masalah yang dialami oleh keluarga

tersebut.

3. Growth

Menggambarkan dukungan keluarga terhadap hal-hal baru yang dilakukan

anggota keluarga tersebut.

4. Affection

Menggambarkan hubungan kasih sayang dan interaksi antar anggota

keluarga.

5. Resolve

Menggambarkan kepuasan anggota keluarga tentang kebersamaan dan

waktu yang dihabiskan bersama anggota keluarga yang lain.

Terdapat tiga kategori penilaian yaitu: nilai rata-rata ≤ 5 kurang, 6-7 cukup

dan 8-10 adalah baik.

APGAR score Tn.C = 9

APGAR Tn. C Sering/selalu

Kadang-kadang

Jarang/

Tidak

A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga saya bila saya menghadapi masalah

P Saya puas dengan cara keluarga saya membahas dan membagi masalah dengan saya

14

G Saya puas dengan cara keluarga saya menerima dan mendukung keinginan saya untuk melakukan kegiatan baru atau arah hidup yang baru

A Saya puas dengan cara keluarga saya mengekspresikan kasih sayangnya dan merespon emosi saya seperti kemarahan, perhatian dll

R Saya puas dengan cara keluarga saya dan saya membagi waktu bersama-sama

Untuk Tn.S APGAR score dapat dijelaskan sebagai berikut :

Adaptation : Dalam menghadapi masalah hidup, Tn. C sering

memecahkannya bersama anggota keluarganya .

Score : 2

Partnership : Komunikasi antara penderita dengan anak dan istrinya

terjalin baik. Mereka saling memberi perhatian, masukan, dan bantuan jika

ada yang terkena masalah.

Score : 2

Growth : Tn.C sering berdiskusi bersama anggota keluarganya untuk

menentukan keputusan

Score : 2

Affection : Kasih sayang yang terjalin antara anggota keluarga terjalin

dengan baik

Score : 2

Resolve : Tn. C bekerja, istri hanya sebagai IRT, anak bersekolah, oleh

sebab itu tidak terlalu sering untuk dapat berkumpul bersama, namun hal ini

tidak mengurangi kedekatan dalam keluarga.

Score : 1

APGAR score Ny. N = 9

APGAR Ny. N Sering/ Kadang- Jarang/

15

selalu kadang Tidak

A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga saya bila saya menghadapi masalah

P Saya puas dengan cara keluarga saya membahas dan membagi masalah dengan saya

G Saya puas dengan cara keluarga saya menerima dan mendukung keinginan saya untuk melakukan kegiatan baru atau arah hidup yang baru

A Saya puas dengan cara keluarga saya mengekspresikan kasih sayangnya dan merespon emosi saya seperti kemarahan, perhatian dll

R Saya puas dengan cara keluarga saya dan saya membagi waktu bersama-sama

Untuk Sdr. A APGAR score dapat dijelaskan sebagai berikut :

Adaptation : Dalam menghadapi masalah hidup, Ny. N sering

memecahkannya bersama keluarganya .

Score : 2

Partnership : Komunikasi antara penderita dengan anak dan suaminya

terjalin baik. Mereka saling memberi perhatian, masukan, dan bantuan jika

ada yang terkena masalah.

Score : 2

Growth : Ny.N sering berdiskusi bersama anggota keluarganya untuk

menentukan keputusan

Score : 2

Affection : Kasih sayang yang terjalin antara anggota keluarga terjalin

dengan baik

Score : 2

Resolve : Ny.N hanya sebagi IRT, Tn.C bekerja, anak bersekolah, oleh

sebab itu tidak terlalu sering untuk dapat berkumpul bersama, namun hal ini

tidak mengurangi kedekatan dalam keluarga.

16

Score : 1

APGAR score keluarga Tn.C= (9+9) : 2 = 9

Kesimpulan : Fungsi fisiologis keluarga ini sangat baik.

C. Fungsi Patologis dengan SCREEM Score

Tabel SCREEM keluarga Tn.C

Sumber Patologis

Social Ikut berpartisipasi dalam kegiatan di lingkungannya -

Culture Menggunakan adat istiadat daerah asal -

ReligiousPemahaman terhadap ajaran agama cukup, demikian juga dalam ketaatannya dalam beribadah.

-

EconomicPenghasilan keluarga relatif cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari

-

EducationalTingkat pendidikan dan pengetahuan keluarga ini relatif kurang, Tn. C lulusan Diploma dan Ny.N lulusan SMA, An.A masih duduk dibangku TK. Pengetahuan tentang kesehatan kurang.

+

Medical

Tn.C dan keluarga jarang memeriksakan diri ke dokter, pergi berobat bila ada keluhan yang memberat. Jarak rumah dekat dengan bidan, dan jika ada keluhan sakit hanya dating sesekali.

+

Kesimpulan

Keluarga Tn.N mempunyai masalah dalam hal pendidikan dan kesehatan.

D. Genogram Keluarga

Diagram Genogram Keluarga

Bentuk keluarga : nuclear famili

E. Pola Interaksi Keluarga

Diagram Pola Interaksi Keluarga

17

Ny.N

Tn.C

An.D

An.A

Tn.C

Ny.N

An.D

An.A

Keterangan :

Hubungan baikBAB III

IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEHATAN

1. Identifikasi Faktor Perilaku

a. Pengetahuan

Keluarga ini memiliki pengetahuan yang kurang tentang kesehatan.

Menurut pendapat mereka semua kesehatan itu tidak hanya secara jasmani

saja tetapi dalam hal pikiran. Namun keluarga ini kurang mengetahui

tentang penyakit An.D dan komplikasi yang dapat terjadi.

b. Sikap

Keluarga Tn.C kurang peduli tentang penyakit yang diderita An.D,

karena hanya menganggap penyakit biasa.

c. Tindakan

Keluarga Tn.C baru mengantarkan An.D untuk periksa ke dokter jika

kondisi An.D sudah mulai parah, karena kurangnya pengetahuan.

2. Faktor Non Perilaku

a. Lingkungan

Rumah keluarga Tn.C terletak di gang kecil di sebuah perumahan dan

berdempetan dengan tetangganya. Kondisi ini membuat pencahayaan,

dan ventilasi rumah kurang memenuhi syarat kesehatan.

b. Pelayanan Kesehatan

Rumah Tn.C tidak terlalu jauh dengan pelayanan kesehatan seperti

bidan. Namun karena kurangnya pengetahuan dan menganggap

penyakitnya adalah penyakit biasa, keluarga Tn.C jarang periksa ke

dokter.

c. Keturunan

Menurut keluarga Tn.C, tidak ada anggota keluarga lainnya yang

menderita penyakit seperti ini.18

3. Diagram Faktor Perilaku dan Non Perilaku

Keterangan:

: Faktor Perilaku

: Faktor Non-perilaku

4. Identifikasi Lingkungan Rumah

Lingkungan Luar Rumah (Fungsi Outdoor) :

o Rumah ukuran 6m x 6m

o Memiliki pagar

o Jarak dengan tetangga berdempetan

o Sumber air dari pompa

Lingkungan Dalam Rumah (Fungsi Indoor) :

o Terdapat 5 ruangan :

2 kamar tidur

1 ruang tamu + ruang keluarga

1 dapur

1 kamar mandi

o Ventilasi dan pencahayaan kurang, kesan pengap

o Lantai keramik

o Dinding dari tembok, atap dari genteng

19

PengetahuanKeluarga Tn.C kurang memahami tentang penyakit penderita (An.D)

SikapKeluarga kurang peduli terhadap penyakit penderita, karena hanya menganggapnya penyakit biasa

TindakanKeluarga jarang memeriksakan diri ke dokter

KeturunanTidak ada riwayat penyakit seperti ini

LingkunganRumah kurang memenuhi syarat kesehatan, ventilasi dan pencahayaannya kurang

An.D

Pelayanan KesehatanTidak terlalu jauh dengan pelayanan kesehatan, tetapi jarang periksa karena kurang memahami penyakitnya

Denah Rumah

5. Daftar MasalahMasalah medis :

Bronkhitis

Masalah non medis :

1. Kurangnya pengetahuan tentang kesehatan

2. Kurang memahami penyakit dan komplikasinya

3. Tingkat kepedulian terhadap penyakit kurang

4. Lingkungan rumah yang kurang memenuhi syarat

kesehatan

5. Diagram Permasalahan Pasien

20

2. Kurang memahami penyakit dan komplikasinya

4. Lingkungan rumah yang kurang memenuhi syarat kesehatan

An.D, 11 bulan

Diagnosa :Bronchitis

1. Kurangnya pengetahuan tentang kesehatan

3. Tingkat kepedulian terhadap penyakit kurang

Dapur

Ruang tamu/

Ruang Keluarga

Kamar Tidur I

Kamar Tidur II

Kamar Mandi

6m

6m

BAB IV

TINJAUAN PUSTAKA

1. Bronkitis

a. Pengertian

Bronkitis merupakan proses keradangan pada bronkus dengan manifestasi

utama berupa batuk, yang dapat berlangsung secara akut maupun kronis.

Proses ini dapat disebabkan karena perluasan dari proses penyakit yang

terjadi dari saluran napas maupun bawah.      

b. Etiologi1. Infeksi :

Virus     : RSV, Parainfluenza, Influenza, Adeno, morbilli

Bakteri : H.influenza B, Stafilokokus, Streptokokus, pertusis,

tuberkulosis, mikoplasma

Fungi     : monilia

2.  Alergi :    asma

3.  Kimiawi :

aspirasi susu, aspirasi isi lambung

asap rokok

uap/gas yang merangsang

c. Gejala Klinik Bronkitis Akut

didahului infeksi saluran nafas atas (terutama virus)

batuk pilek 3-4 hari

Sifat batuk : batuk kering disertai nyeri/ panas  substernal; beberapa hari :

riak jernih purulen   setelah 10 hari  riak menjadi encer kemudian hilang,

batuk dapat disertai muntah-muntah

21

d. Pemeriksaan Fisik Bronkitis Akut

Keadaan umum baik, anak tidak tampak sakit

Panas sub febris seringkali terjadi

Tidak didapatkan adanya sesak, pada pemeriksaan paru didaptkan ronki

basah kasar, dapat terdengar ronki kering (coarse moist rales) yang tidak

tetap

Dapat ditemukan nasofaringitis, kadang conjunctivitis

Pemeriksaan penunjang : foto toraks dapat normal atau peningkatan corak

bronkovaskuler, pada pemeriksaan laboratorium  lekosit dapat normal atau

meningkat

e. Penatalaksanaan Bronkitis Akut

Mengontrol batuk agar sekret menjadi lebih encer/lebih mudah

dikeluarkan :

-         Anak dianjurkan untuk minum lebih banyak

-         Pemberian uap atau mukolitik, bila perlu diikuti fisioterapi dada.

-         Hati-hati dalam pemberian antitusif dan antihistamin karena akan

mengakibatkan sekret menjadi lebih kental sehingga dapat menimbulkan

atelektasis atau pneumonia

Antibiotika diberikan apabila didapatkan adanya kecurigaan  infeksi

sekunder, dengan pilihan antibiotika :  ampisilin, kloksasilin,

kloramfenikol, eritromisin

f. Komplikasi Bronkitis Akut 

Komplikasi bronkitis akut jarang didapatkan. Pada anak dengan status gisi

kurang dapat terjadi komplikasi berupa otitis media, pneumonia, sinusitis.

22

Pada bronkitis berulang, harus dipikirkan kemungkinan :

Tuberkulosis

Alergi

Sinusitis

Tonsilitis adenoid

Bronkiektasis

Benda asing/corpus alienum

Kelainan kongenital

Defisiensi imun

Fibrosis kistik

2. Pneumonia

Pneumonia dalah penyakit peradangan parenkim paru yang

disebabkan oleh bermacam etiologi seperti bakteri, virus,

mikoplasma, jamur atau bahan kimia/benda asing yang teraspirasi

dengan akibat timbulnya ketidakseimbangan ventilasi dengan perfusi

(ventilation perfusion mismatch).

a. Patofisiologi

Paru terlindung dari infeksi melalui beberapa mekanisme : filtrasi

partikel di hidung, pencegahan aspirasi  dengan refleks epiglotis,

ekspulsi benda asing melalui refleks batuk, pembersihan ke arah

kranial oleh mukosilier, fagositosis kuman oleh makrofag alveolar,

netralisasi kuman oleh substansi imun lokal dan drainase melalui

sistem limfatik. Faktor predisposisi pneumonia : aspirasi, gangguan

imun, septisemia, malnutrisi, campak, pertusis, penyakit jantung

bawaan, gangguan neuromuskular, kontaminasi perinatal dan

23

gangguan klirens mukus/sekresi seperti pada fibrosis kistik , benda

asing atau disfungsi silier.

Mikroorganisme mencapai paru melalui jalan nafas, aliran darah,

aspirasi benda asing, transplasental atau selama persalinan pada

neonatus. Umumnya pneumonia terjadi akibat inhalasi atau aspirasi

mikroorganisme, sebagian kecil terjadi melalui aliran darah

(hematogen). Secara klinis sulit membedakan pneumonia bakteri dan

virus. Bronkopneumonia merupakan jenis pneumonia tersering pada

bayi dan anak kecil. Pneumonia lobaris lebih sering ditemukan

dengan meningkatnya umur. Pada pneumonia yang berat bisa terjadi

hipoksemia, hiperkapnea, asidosis respiratorik, asidosis metabolik dan

gagal nafas.

b. Diagnosis

Anamnesis

-         Gejala yang timbul biasanya mendadak tetapi dapat didahului

dengan infeksi saluran nafas akut bagian atas. Gejalanya antara lain

batuk, demam tinggi terus menerus, sesak, kebiruan disekitar mulut,

menggigil (pada anak), kejang (pada bayi) dan nyeri dada. Biasanya

anak lebih suka berbaring pada sisi yang sakit. Pada bayi muda sering

menunjukkan gejala non spesifik seperti hipotermi, penurunanan

kesadaran, kejang atau kembung sehingga sulit dibedakan dengan

meningitis, sepsis atau ileus.

Pemeriksaan fisis

-         Tanda yang mungkin ada adalah  suhu ≥ 390 C, dispnea :

inspiratory effort ditandai dengan takipnea, retraksi (chest indrawing),

nafas cuping hidung dan sianosis. Gerakan dinding toraks dapat

berkurang pada daerah yang terkena, perkusi normal atau redup. Pada

pemeriksaan auskultasi paru dapat terdengar  suara nafas  utama

24

melemah atau mengeras, suara nafas tambahan berupa ronki basah

halus di lapangan paru yang terkena.

Pemeriksaan penunjang

-         Pada pemeriksaan darah tepi dapat terjadi leukositosis dengan

hitung jenis bergeser ke kiri.

-         Bila fasilitas memungkinkan pemeriksaan analisis gas darah

menunjukkan keadaan hipoksemia (karena ventilation perfusion

mismatch). Kadar PaCO2 dapat rendah, normal atau meningkat

tergantung kelainannya. Dapat terjadi asidosis respiratorik, asidosis

metabolik, dan gagal nafas.

-         Pemeriksaan kultur darah jarang memberikan hasil yang positif

tetapi dapat membantu pada kasus yang tidak menunjukkan respon

terhadap penanganan awal.

-         Pada foto dada terlihat infiltrat alveolar yang dapat ditemukan di

seluruh lapangan paru. Luasnya kelainan pada gambaran radiologis

biasanya sebanding dengan derajat klinis penyakitnya, kecuali pada

infeksi mikoplasma yang gambaran radiologisnya lebih berat daripada

keadaan klinisnya. Gambaran lain yang dapat dijumpai :

o       Konsolidasi pada satu lobus atau lebih pada pneumonia lobaris

o       Penebalan pleura pada pleuritis

o       Komplikasi pneumonia seperti atelektasis, efusi pleura,

pneumomediastinum, pneumotoraks, abses, pneumatokel

c. Diagnosis banding pneumonia

Bronkiolitis

Payah jantung

25

Aspirasi benda asing

Abses paru

Khusus pada bayi :

Meningitis

Ileus

e.  Komplikasi

Pleuritis

Efusi pleura/ empiema

Pneumotoraks

Piopneumotoraks

Abses paru

Gagal nafas

f. Tatalaksana

1.      Indikasi MRS :

a.       Ada kesukaran nafas, toksis

b.      Sianosis

c.       Umur kurang 6 bulan

d.      Ada penyulit, misalnya :muntah-muntah, dehidrasi,  empiema

e.       Diduga infeksi oleh Stafilokokus

f.        Imunokompromais

26

g.       Perawatan di rumah kurang baik

h.       Tidak respon  dengan pemberian antibiotika oral

2.      Pemberian  oksigenasi : dapat diberikan oksigen nasal atau

masker, monitor dengan pulse oxymetry. Bila ada tanda gagal nafas

diberikan bantuan ventilasi mekanik.

3.      Pemberian cairan dan kalori yang cukup (bila perlu cairan

parenteral). Jumlah cairan sesuai berat badan, kenaikan suhu dan

status hidrasi.

4.      Bila sesak tidak terlalu hebat dapat dimulai diet enteral bertahap

melalui selang nasogastrik.

5.      Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan

salin normal

6.      Koreksi kelainan asam basa atau elektrolit yang terjadi.

7.      Pemilihan antibiotik  berdasarkan umur, keadaan umum penderita

dan dugaan penyebab Evaluasi pengobatan dilakukan setiap 48-72

jam. Bila tidak ada perbaikan klinis dilakukan perubahan pemberian

antibiotik sampai anak dinyatakan sembuh. Lama pemberian

antibiotik tergantung : kemajuan klinis penderita, hasil laboratoris,

foto toraks dan jenis kuman penyebab :

        Stafilokokus : perlu 6 minggu parenteral

        Haemophylus influenzae/Streptokokus pneumonia : cukup 10-14

hari

Pada keadaan imunokompromais (gizi buruk, penyakit jantung

bawaan, gangguan neuromuskular, keganasan, pengobatan

kortikosteroid jangka panjang, fibrosis kistik, infeksi HIV),

27

pemberian antibiotik harus segera dimulai saat tanda awal pneumonia

didapatkan dengan pilihan antibiotik : sefalosporin generasi 3.

Dapat dipertimbangkan juga pemberian : Kotrimoksasol pada

Pneumonia Pneumokistik Karinii

3. ASMA

a. Definisi

Asma secara klinis praktis adalah adanya gejala batuk dan/atau mengi

berulang, terutama pada malam hari (nocturnal), reversible (dapat sembuh

spontan atau dengan pengobatan) dan biasanya terdapat atopi pada pasien dan atau

keluarganya.Yang dimaksud serangan asma adalah episode perburukan yang

progresif akut dari gejala-gejala batuk, sesak nafas, mengi, rasa dada tertekan,

atau berbagai kombinasi dari gejala-gejala tersebut.

Penggolongan asma tergantung pada derajat penyakitnya (aspek kronik) dan

derajat serangannya (aspek akut). Berdasar derajat penyakitnya, asma dibagi

menjadi (1) asma episodik jarang, (2) asma episodik sering dan (3) asma

persisten. Berdasarkan derajat serangannya, asma dikelompokkan menjadi (1)

serangan asma ringan, (2) sedang dan (3) berat.

b. Patofisiologi

Proses patologi pada serangan asma termasuk adanya konstriksi bronkus,

udema mukosa dan infiltrasi dengan sel-sel inflamasi (eosinofil, netrofil, basofil,

makrofag) dan deskuamasi sel-sel epitel. Dilepaskannya berbagai mediator

inflamasi seperti histamin, lekotriene C4, D4 dan E4, P.A.F yang mengakibatkan

adanya konstriksi bronkus, edema mukosa dan penumpukan mukus yang kental

dalam lumen saluran nafas. Sumbatan yang terjadi tidak seragam/merata di

seluruh paru. Atelektasis segmental atau subsegmental dapat terjadi. Sumbatan

jalan nafas menyebabkan peningkatan tahanan jalan nafas yang tidak merata di

seluruh jaringan bronkus, menyebabkan tidak padu padannya ventilasi dengan

28

perfusi (ventilation-perfusion mismatch). Hiperinflasi paru menyebabkan

penurunan compliance paru, sehingga terjadi peningkatan kerja nafas.

Peningkatan tekanan intrapulmonal yang diperlukan untuk ekspirasi melalui

saluran nafas yang menyempit, dapat makin mempersempit atau menyebabkan

penutupan dini saluran nafas, sehingga meningkatkan resiko terjadinya

pneumotoraks. Peningkatan tekanan intratorakal mungkin mempengaruhi arus

balik vena dan mengurangi curah jantung yang bermanisfestasi sebagai pulsus

paradoksus.

Ventilasi perfusi yang tidak padu padan, hipoventilasi alveolar, dan

peningkatan kerja nafas menyebabkan perubahan dalam gas darah. Pada awal

serangan, untuk mengkompensasi hipoksia terjadi hiperventilasi sehingga kadar

PaCO2 yang akan turun dan dijumpai alkalosis respiratorik. Selanjutnya pada

obstruksi jalan nafas yang berat, akan terjadi kelelahan otot nafas dan

hipoventilasi alveolar yang berakibat terjadinya hiperkapnia dan asidosis

respiratorik. Karena itu jika dijumpai kadar PaCO2 yang cenderung naik walau

nilainya masih dalam rentang normal, harus diwaspadai sebagai tanda kelelahan

dan ancaman gagal nafas. Selain itu dapat terjadi pula asidosis metabolik akibat

hipoksia jaringan dan produksi laktat oleh otot nafas. Hipoksia dan asidosis dapat

menyebabkan vasokontriksi pulmonal, namun jarang terjadi komplikasi cor

pulmonale. Hipoksia dan vasokontriksi dapat merusak sel alveoli sehingga

produksi surfaktan berkurang atau tidak ada, dan meningkatkan resiko terjadinya

atelektasis.

c. Diagnosis

UKK Pulmonologi PP IDAI telah membuat pedoman nasional asma

dengan gejala awal berupa batuk dan/atau mengi. Pada alur diagnosis selain

anamnesis yang cermat beberapa pemeriksaan penunjang juga perlu dilakukan

tergantung pada fasilitas yang tersedia.

d. Pemeriksaan penunjang

-         Uji fungsi paru dengan spirometri atau peak flow meter. Diagnosis asma

dapat ditegakkan bila didapatkan :29

o       Variasi pada PFR (peak flow meter = arus puncak ekspirasi) atau FEV1

(forced expiratory volume 1 second = volume ekspirasi paksa pada detik

pertama) ≥ 15%

o       Kenaikan ≥ 15% pada PFR atau FEV1 setelah pemberian inhalasi

bronkodilator

o       Penurunan ≥ 20% pada PFR atau FEV1 setelah provokasi bronkus.

-         Pemeriksaan Ig E dan eosinofil total. Bila terjadi peningkatan dari nilai

normal akan menunjang diagnosis

-         Foto  toraks untuk melihat adanya gambaran emfisematous atau adanya

komplikasi pada saat serangan. Foto sinus para nasal perlu dipertimbangkan

pada anak > 5 tahun dengan asma persisten atau sulit diatasi

e. Tatalaksana

Tatalaksana asma mencakup edukasi terhadap pasien dan atau keluarganya

tentang penyakit asma dan penghindaran terhadap faktor pencetus serta

medikamentosa. Medikamentosa yang digunakan dibagi menjadi 2 kelompok

besar yaitu pereda (reliever) dan pengendali (controller). Tata laksana asma

dibagi menjadi dua kelompok besar yaitu pada saat serangan (asma akut) dan di

luar serangan (asma kronik).

Di luar serangan, pemberian obat controller tergantung pada derajat asma. Pada

asma episodik jarang, tidak diperlukan controller, sedangkan pada asma episodik

sering dan asma persisten memerlukan obat controller. Pada saat serangan

lakukan prediksi derajat serangan (Lampiran 2), kemudian di tata laksana sesuai

dengan derajatnya (lampiran 5).

Pada serangan asma akut yang berat :

-         Berikan oksigen

30

-         Nebulasi dengan b-agonis  ± antikolinergik dengan oksigen dengan 4-6 kali

pemberian.

-         Koreksi asidosis, dehidrasi dan gangguan elektrolit bila ada

-         Berikan steroid intra vena secara bolus, tiap 6-8 jam

-         Berikan aminofilin intra vena :

o       Bila pasien belum mendapatkan amonifilin sebelumnya, berikan

aminofilin dosis awal     6 mg/kgBB dalam dekstrosa atau NaCl sebanyak

20 ml dalam 20-30 menit

o       Bila pasien telah mendapatkan aminofilin (kurang dari 4 jam), dosis

diberikan separuhnya.

o       Bila mungkin kadar aminofilin diukur dan dipertahankan 10-20 mcg/ml

o       Selanjutnya berikan aminofilin dosis rumatan 0,5-1 mg/kgBB/jam

-         Bila terjadi perbaikan klinis, nebulasi diteruskan tiap 6 jam hingga 24 jam,

dan pemberian steroid dan aminofilin dapat per oral

-         Bila dalam 24 jam pasien tetap stabil, pasien dapat dipulangkan dengan

dibekali obat b-agonis (hirupan atau oral) yang diberikan tiap 4-6 jam selama

24-48 jam. Selain itu steroid oral dilanjutkan hingga pasien kontrol ke klinik

rawat jalan dalam 24-48 jam untuk reevaluasi tatalaksana.

31

BAB V

PENUTUP

1. Kesimpulan

Diagnosis Holistik An. D adalah :

a. Diagnosa Biologis : Bronkitis

b. Diagnosis Psikologis : Hubungan An.D dengan anggota

keluarganya cukup baik.

c. Diagnosis Ekonomi : Status ekonomi mengah, cukup untuk

kebutuhan sehari-hari

d. Diagnosis Sosial : Hubungan keluarga An.D dengan

masyarakat sekitar baik.

2. Saran untuk pencegahan

Untuk mengurangi gangguan tersebut perlu diusahakan agar

batuk tidak bertambah parah.

Membatasi aktivitas anak

Tidak tidur di kamar yang ber AC atau gunakan baju dingin,

bila ada yang tertutup lehernya

Hindari makanan yang merangsang

Jangan memandikan anak terlalu pagi atau terlalu sore, dan

mandikan anak dengan air hangat

Jaga kebersihan makanan dan biasakan cuci tangan sebelum

makan

Menciptakan lingkungan udara yang bebas polusi

32

DAFTAR PUSTAKA

1. Loughlin GM. Bronchitis. Dalam : Kendig EL, Chernick V, penyunting. Kendig’s Disorders of the Respiratory Tract in Children. Edisi ke-5. Philadelphia : WB Saunders 1990 : 349-59.

2. Goodman D. Bronchitis. Dalam : Behrman RE, Kleigman RM, Jenson HB, penyunting. NelsonTextbook of Pediatrics. Edisi ke-17. Philadelphia : WB Saunders,  2003 : 1414-5.

3. Rahajoe N, Supriyatno B, Setyanto DB. Pedoman Nasional Asma Anak. UKK   Pulmonologi : PP IDAI, 2004.

4. Michael Sly. Asthma Dalam : Behrman RE, Kliegman RM, Arvin AM, penyunting. Nelson Textbook of Pediatric. Edisi ke-16. Philadelphia : WB Saunders, 2000 : 664-80.

33