kasus anak epilepsi

30
LAPORAN KASUS EPILEPSI Disusun oleh : Karina 1102010139 Pembimbing : Dr. Tutty, Sp.A

Upload: fajar-reyhan-apriansyah

Post on 15-Jan-2016

91 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

presus

TRANSCRIPT

Page 1: kasus anak epilepsi

LAPORAN KASUS

EPILEPSI

Disusun oleh :

Karina

1102010139

Pembimbing :

Dr. Tutty, Sp.A

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ANAK

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PASAR REBO

15 MARET 2015 – 23 MEI 2015

Page 2: kasus anak epilepsi

PENDAHULUAN

Epilepsi merupakan gangguan pada susunan saraf pusat dengan ciri-ciri terjadinya

bangkitan kejang yang spontan dan berkala. Epilepsi merupakan salah satu penyebab

terbanyak morbiditas di bidan saraf anak. Masalah yang sering ditimbulkan dari penyakit

ini diantaranya adalah kesulitan belajar, gangguan tumbuh kembang, dan menentukan

kualitas hidup anak (Suwarba, 2011).

Insidensi epilepsi pada anak di berbagai Negara berkisar antara 4-6 per 1000 anak.

Di Indonesia jumlah kasus epilepsi sekitar 700.000-1.400.000 kasus, dengan perkiraan

pertambahan setiap tahunnya 70.000 kasus, dan diperkirakan 40%-50% diantaranya adalah

anak-anak (Suwarba, 2011).

Jumlah kejadian epilepsi pada anak di negara berkembang masih lebih tinggi

dibandingkan jumlah kejadian di negara maju. Hal ini diduga karena faktor resiko

gangguan atau infeksi saraf pusat yang dapat menjadi fokus epileptikus masih banyak

terjadi (Mustarsid, 2011).

Anak yang menderita epilepsi memerlukan evaluasi dan terapi yang sesuai karena

serangan yang berulang akan mempengaruhi kualitas hidup pasien baik fisis, mental,

maupun sosial. Epilepsi yang tidak terkontrol dapat meningkatkan resiko mortalitas 2-3

kali populasi normal dan menurunkan kualitas hidup pasiennya (Mustarsid, 2011).

Manifestasi klinis epilepsi merupakan kondisi yang akut dan berlangsung

sementara seperti penurunan kesadaran, gangguan motorik, sensorik, autonom atau psikis

yang dirasakan oleh pasien dan dapat disaksikan oleh orang lain (Wishwadewa, 2008).

Atas berbagai latar belakang tersebut, epilepsi pada anak menjadi sangat penting

untuk dikaji lebih lanjut. Hal tersebut karena anak merupakan aset yang sangat berharga

baik bagi orang tua maupun bagi bangsa dan negara.

Page 3: kasus anak epilepsi

PEMBAHASAN KASUS

A. IDENTITAS PASIEN

Nama : An. FNJenis kelamin : Laki-lakiUmur : 9 thnAgama : Islam Suku Bangsa : JawaAlamat : Jln. Raya Cipayung RT : 08 RW : 03 Kel : CipayungMRS : 18 Maret 2015No. CM : 2011 - 327086

Nama Keluarga : Ny. NAHubungan dg Pasien : Ibu

B. ANAMNESIS

Allo anamnesis (tanggal 18 Maret 2015 pukul 13.30)Keluhan utama :

Pasien datang diantar oleh kedua orang tuanya dengan keluhan kejang yang terjadi secara berulang selama 30 menit. SMRS.

Keluhan tambahan : Badan panas

Riwayat penyakit sekarang : Pasien datang diantar oleh kedua orang tuanya dengan keluhan kejang

selama 30 menit. Pasien demam dengan suhu 38C sejak 1 hari sebelum kejang, setelah kejang pasien tidak sadarkan diri. kejang sebanyak 6x dengan durasi kurang

dari 3 menit dan dengan jarak 5 menit sekali. Ketika kejang kedua tangan kaku,

kedua mata mendelik keatas, mulut tidak berbusa, dan setelah kejang pasien tertidur. Pasien memiliki riwayat epilepsi sejak 1 tahun yang lalu, sudah menjalani pengobatan sejak 10 bulan yang lalu (8 Mei 2014) dengan pemberian obat asam valproat 9 ml. Sejak pengobatan pasien sudah mengalami kejang sebanyak 5 kali. Kejang di picu ketika pasien lelah atau banyak pikiran. Pasien memiliki keluhan batuk berdahak, pilek dan nyeri tenggorokan sejak 3 hari SMRS. Pasien tidak memiliki riwayat trauma kepala.

Pasien tidak ada keluhan mual dan muntah. Nafsu makan pasien baik. BAB 1x 1 hari konsistensi padat, warna coklat. BAK 5x 1 hari, warna urin kuning jernih.

Page 4: kasus anak epilepsi

Riwayat penyakit dahulu :Riwayat penyakit morbili 2 bulan yang laluRiwayat penyakit campak 7 bulan yang laluPenyakit jantung disangkalPenyakit paru disangkalRiwayat alergi dan asma disangkal

Riwayat penyakit keluarga :Riwayat keluhan serupa disangkalpenyakit jantung disangkalpenyakit paru disangkalRiwayat alergi dan asma disangkal

Riwayat kelahiran :Pasien lahir dari persalinan sektio caesarea atas indikasi PPT, lahir cukup bulan,menangis spontan, berat lahir 3300 gram, panjang badan 49 cm.

Riwayat makanan :

Umur Makanan Jumlah Frekuensi

0-4 bulan ASI

Susu formula

Sesuka bayi Sesuka bayi

4-6 bulanSusu formula Sesuka bayi Sesuka bayi

6-9 bulan

Susu formula

Bubur susu

Nasi tim

Sesuka bayi

1 mangkok kecil

1 mangkok kecil

Sesuka bayi

1-2 kali

1 kali

9-12 bulan

Susu formula

Bubur susu

Nasi tim

Sesuka bayi

1 mangkok kecil

1 mangkok kecil

Sesuka bayi

1 kali

2 kali

1-2 tahunSusu formula

Makanan keluarga

1 gelas

1 piring

2 kali

3 kali

2-5 tahun Susu formula 1 gelas 2 kali

Page 5: kasus anak epilepsi

Makanan keluarga 1 piring 3 kali

Kesan : kuantitas dan kualitas makanan dan minum baik

Riwayat Perkembangan dan Kepandaian :

Umur Motorik kasar Motorik halus Bicara Sosial

0-3 bulan

Belajar mengangkat kepala

Mengikuti obyek dgn mata

Mengoceh spontan

Bereaksi terhadap suara

3-6 bulan

Belajar mengangkat kepala 90o dan mengangkat dada dengan bertopang tangan

Menaruh benda-benda di mulutnya

Tertawa dan menjerit karena bermain

Mulai berusaha mencari benda yang hilang

6-9 bulan

Dapat duduk tanpa dibantu

Dapat tengkurap dan berbalik sendiri

Dapat meraih benda dan mendekati seseorang

Memindahkan benda dari satu tangan ke tangan yang lain

Mengeluarkan kata-kata tanpa arti

Mengenal anggota keluarga dan takut kepada orang asing

9-12 bulan

Dapat berjalan sendiri tanpa bantuan

Menirukan suara Belajar menyatakan satu dua kata

Mengerti perintah atau larangan

12-18 bul

An

Berjalan dan mmengeksplore isi rumah

Menyusun 2-3 kotak Dapat mengatakan 5-10 kata

Menggunakan sendok atau garpu

18-24 bulan

Naik turun tangga Menyusun 6 kotakMenunjuk mata dan

hidung

Menyebut 1 gambar

Menyuapi bonekaMemakai baju

2-3 tahun

Belajar meloncat, memanjat, melompat dengan 1 kaki

Menggambar lingkaran

Menyusun kalimat

Mengerti kata-kata yang ditujukan untuknya

3-4 tahun

Berjala ke rumah tetangga

Mengenal sisi atas, bawah, muka, dan belakang

Banyak bertanya Dapat melaksanakan tugas sederhana

Page 6: kasus anak epilepsi

4-5

tahun

Melompat dan menari

Menggambar orang terdiri dari kepala, lengan, badan

Mengenal 4 warna

Pandai berbicara

Memprotes apa yang dilarang

Memperlihatkan minat terhadap aktivitas orang dewasa

Kesan : perkembangan dan kepandaian sesuai umur

Riwayat Vaksinasi :

IMUNISASI FREKUENSI UMUR KETERANGAN

A. DASAR

BCG 1 x0 bulan (1 minggu setelah

lahir)

Hepatitis B 1 x 0 hari

DPT 2 x Bulan ke 2 dan 3

Polio 2 x Bulan ke 2 dan 3

Campak 1 x

B. TAMBAHAN Belum dilakukan imunisasi tambahan

Kesan : Imunsasi lengkap sesuai PPI

Riwayat Sosial, ekonomi dan lingkungan serta pendapatan keluarga perbulan :

a. Sosial :

Pasien tinggal bersama kedua orang tua.

b. Ekonomi :

Pendapatan keluarga perbulan cukup dan bisa mencukupi kebutuhan sehari-hari.

c. Lingkungan

Pasien hidup di lingkungan dengan jarak rumah berdekatan. Sanitasi dan ventilasi

rumah cukup.

Kesan : kehidupan sosial, ekonomi, dan lingkungan keluarga cukup

Page 7: kasus anak epilepsi

B. PEMERIKSAAN FISIK

KESAN UMUM

KU : Tampak Sakit Sedang

Kesadaran : Somnolen

GCS : 9 E2V3M4

TANDA TANDA VITAL

Nadi arteri radialis : 125 x/menit, isi dan tegangan : kuat dan teratur

Suhu badan axilla : 39.6 ᵒC

Tekanan Darah : 100/80 mmHg

Pernapasan : 36x / menit, irama : teratur, kedalaman : dangkal

STATUS GIZI

Page 8: kasus anak epilepsi

Berat badan : 30 kg

Panjang badan : 135 cm

Kesimpulan status gizi : gizi anak baik

Status Generalis

Kulit : Sawo matang, ikterik (-), lembab, turgor kulit cukupKepala : Normocephal, rambut hitam, distribusi merata, tidak mudah dicabut.Wajah : Simetris, ekspresi baik.Mata : Pupil bulat isokor +/+, edema palpebra -/-, conjungtiva pucat -/-, sklera

ikterik -/-Telinga : Normotia, normosepta, gangguan pendengaran (-/-) bentuk telinga normal simetris

kanan dan kiri, lubang lapang, serumen +/+Hidung : Bentuk normal, tidak ada septum deviasi, sekret -/- purulen -/-Mulut : Bibir lembab, faring tidak hiperemis, tonsil tidak membesar (T1/T1).Leher : Simetris, tidak tampak pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada deviasi trakea, tidak

teraba pembesaran KGB.Thoraks :

Paru -paru Kanan Kiri

Inspeksi

Retraksi dinding dada (-)

Simetris (+)

Hiperinflasi (-)

Retraksi dinding dada (-)

Simetris (+)

Hiperinflasi (-)

PalpasiSimetris (+)

Ketinggalan gerak (-)

Simetris (+)

Ketinggalan gerak (-)

Perkusi Seluruh lapang paru sonor Seluruh lapang paru sonor

AuskultasiVesikuler (+) N

Suara tambahan (-)

Vesikuler (+) N

Suara tambahan (-)

Jantung :

Jantung Keterangan

Inspeksi Iktus cordis tampak

Palpasi Iktus cordis teraba di SIC V pada linea midklavikularis sinistra

Page 9: kasus anak epilepsi

Perkusi

Batas Jantung :

Kanan atas : SIC II linea parasternalis dekstra

Kanan bawah : SIC IV linea parasternalis dekstra

Kiri atas : SIC II linea parasternalis sinistra

Kiri bawah : SIC V linea midklavikularis sinistra

AuskulutasiBunyi jantung 1 tunggal, bunyi jantung 2 saat inspirasi, regular

S1 = S2, bising (-)

Abdomen : I = Datar, sikatrik tidak adaP = Dinding perut supel, turgor kulit baik. Hepar dan lien tidak teraba membesar. Tidak terdapat nyeri pada epigastrium.P = Timpani pada seluruh lapang abdomen. A = Bising usus (+) normal

Ekstremitas :

Keempat ekstremitas hangat

Tungkai Lengan

Kanan Kiri Kanan Kiri

Gerakan : Aktif Aktif Aktif Aktif

Trofi : Eutrofi Eutrofi Eutrofi Eutrofi

Tonus : Normal Normal Normal Normal

Kekuatan : Cukup Cukup Cukup Cukup

Klonus : - - - -

Refleks fisiologis :

Biseps

Triseps

(+) tidak ada peningkatan refleks

Page 10: kasus anak epilepsi

Patella

Achilles

(+) tidak ada peningkatan refleks

(+) tidak ada peningkatan refleks

(+) tidak ada peningkatan reflex

Reflex patologis :

Trommner

Hoffman

Babinski

Gonda

Chaddock

Schaeffner

Oppenheim

Gordon

(-)

(-)

(-)

(-)

(-)

(-)

(-)

(-)

MENINGEAL SIGN

Kaku kuduk : (-) Brudzinki I : (-) Brudzinki II : (-) Kerniq : (-)

C. PEMERIKSAAN PENUNJANG

LABORATORIUM DARAH

Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan

Hematologi Rutin

Hemoglobin 13,0 13,2 -17,3 g/dl

Hematokrit 40 % 40 - 52 %

Eritrosit 4,5 4,4 - 5,9 jt/µL

Page 11: kasus anak epilepsi

Leukosit 8.010 3.800 - 10.600 jt/µL

Trombosit 237.000 150.000-400.000 ribu/ µL

MCV 87 80-96 fL

MCH 30 27-32 pg

MCHC 35 32-36 g/dl

Elektrolit

Na 121 135 - 147

Kalium (K) 3,5 3,5 – 5,0

Klorida (Cl) 101 98 - 108

Jenis Pemeriksaan 19/03/2015 Nilai RujukanHematologiHemoglobin 13,0 13,2 – 17,3 g/dLHematokrit 40 40 – 52 %Eritrosit 4.4 4.4 – 5.9 juta/uLLeukosit 7820 3.800 – 10.600/uLTrombosit 237.000 150.000 – 400.000/uLHitung JenisBasofil 0 0 – 1%Eosinofil 1 1 – 3 %Neutrofil batang 0 3 – 6 %Neutrofil segmen 75 25 – 60%Limfosit 17 25 – 50 %Monosit 4 1 – 6 %LUC 3 < 4 %Kimia KlinikUreum 16 < 48 mg/dLKreatinin 0.71 < 1 mg/dLGlukosa Darah Sewaktu (GDS)

90 < 200 mg/dL

SGOT 55 0 – 50 U/LSGPT 22 0 – 50 U/L

ASSEMENT

Page 12: kasus anak epilepsi

Kejang demam kompleks dd ISPA pada epilepsi

Rencana Pemeriksaan : EEG

CT Scan

Terapi

Non Medikamentosa

1. Komunikasi-Informasi-Edukasi kepada orang tua pasien mengenai keadaan pasien.

2. Tirah baring

3. Observasi tanda – tanda vital

Medikamentosa

IGD

O2 2 ltr/m

IVFD RL 20 tpm

Diazepam 10 mg > masih kejang > diazepam 10 mg

Paracetamol 350 mg IV

Bangsal

IVFD RL 500 cc / 12 jam

Asam valproat 2 x 9 ml

Paracetamol 3 x 350 mg IV

Tanggal Subjek Objek Assement Terapi

19 -03-2015 Kejang (-)

Perut kembung (-)

Batuk (+)

Insomnia (+)

Ku/Kes: lemas,GCS 15VS:TD : 100/70, N : 100x/m, RR : 30x/m, S: 38,6 c

Epileptiku

s

-IVFD RL 500 CC/ 12 jam- Depaken 2 x 9 ml- Sanmol 3 x 350 mg IV

Page 13: kasus anak epilepsi

Tho : SDV +/+ Rh -/- Wh -/-, S1>S2 Reg M(-) G (-)Abd : Datar. BU (+) supel, timpani,NT(-)Ekstremitas Sianosis (-) Akral Hangat (+)

Inhalasi combivent 3 x

20-03-2015 Kejang (-)

Perut kembung (-)

Batuk (+)

Insomnia (+)

Ku/Kes: lemas,GCS 15VS:TD : 100/70, N : 84x/m, RR : 24x/m, S: 37,5cTho : SDV +/+ Rh -/- Wh -/-, S1>S2 Reg M(-) G (-)Abd : Datar. BU (+) supel, timpani,NT(-)Ekstremitas Sianosis (-) Akral Hangat (+)

Epileptiku

s

-IVFD RL 500 CC / 12 Jam- Depaken 2 x 9 ml- Inhalasi combivent 3 x

21-03-2015 Kejang (-)

Perut kembung (-)

Batuk (+)

Insomnia (+)

Ku/Kes: lemas,GCS 15VS:TD : 100/70, N : 84x/m, RR : 22x/m, S: 36,8c

Tho : SDV +/+ Rh -/- Wh -/-, S1>S2 Reg M(-) G (-)Abd : Datar. BU (+) supel, timpani,NT(-)Ekstremitas

Epileptiku

s

-Depaken 2 x 9 ml- inhalasi combivent 2 x

Page 14: kasus anak epilepsi

Sianosis (-) Akral Hangat (+)

Inhalasi combivent

Page 15: kasus anak epilepsi

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

International League Against Epilepsy (ILAE) mendefinisikan epilepsi sebagai

kelainan otak yang ditandai oleh adanya faktor predisposisi yang dapat

mencetuskan bangunan epileptikum perubahan neurologis, kognitif, psikologis dan

adanya konsekuensi sosial yang diakibatkannya. Definisi ini membutuhkan

sedikitnya satu riwayat bangkitan epileptik sebelumnya. Bangkitan epileptik

didefinisikan sebagai tanda dan/atau gejala yang timbul sepintas (transien) akibat

aktivitas neuron yang berlebihan atau sinkron yang terjadi di otak (Fisher et al,

2005).

B. Etiologi dan Predisposisi

Epilepsi disebabkan oleh beberapa kondisi yang dapat mempengaruhi otak,

antara lain (Harsono et al, 2008):

1. Idiopatik: penyebabnya tidak diketahui, umumnya mempunyai predisposisi

genetik.

2. Kriptogenik: dianggap simtomatik tetapi penyebabnya belum diketahui

termasuk disini adalah sindrom West, sindrom Lennox-Gastaut dan epilepsi

mioklonik. Gambaran klinik sesuai dengan ensefalopati difus.

3. Simtomatik: disebabkan oleh kelainan/lesi pada susunan saraf pusat. Misalnya;

cedera kepala, infeksi SSP, kelainan kongenital, lesi desak ruang, gangguan

peredaran darah otak, toksik (alkohol, obat), metabolik, kelainan

neurodegeneratif.

Penyebab epilepsi dilihat dari umur, biasanya disebabkan paling sering karena;

pada bayi terjadi asfiksi atau hipoksia waktu lahir, trauma intrakranial waktu lahir,

gangguan metabolik, malformasi kongenital pada otak, atau infeksi; pada anak dan

Page 16: kasus anak epilepsi

remaja kebanyakan epilepsi idiopatik dan pada usia dewasa penyebabnya lebih

bervariasi oleh karena idiopatik, cedera kepala, tumor (Ikawati, 2009).

C. Patofisiologi

Kejang adalah manifestasi klinis khas yang berlangsung secara intermitten

dapat berupa gangguan kesadaran, tingkah laku, emosi, motorik, sensorik, dan atau

otonom yang disebabkan oleh lepasnya muatan listrik yang berlebihan di neuron

otak. Status epileptikus adalah kejang yang terjadi lebih dari 30 menit atau kejang

berulang lebih dari 30 menit tanpa disertai pemulihan kesadaran.

Mekanisme dasar terjadinya kejang adalah peningkatan aktifitas listrik yang

berlebihan pada neuron-neuron dan mampu secara berurutan merangsang sel

neuron lain secara bersama-sama melepaskan muatan listriknya. Hal tersebut

diduga disebabkan oleh; 1] kemampuan membran sel sebagai pacemaker neuron

untuk melepaskan muatan listrik yang berlebihan; 2] berkurangnya inhibisi oleh

neurotransmitter asam gama amino butirat [GABA]; atau 3] meningkatnya eksitasi

sinaptik oleh transmiter asam glutamat dan aspartat melalui jalur eksitasi yang

berulang. Status epileptikus terjadi oleh karena proses eksitasi yang berlebihan

berlangsung terus menerus, di samping akibat ilnhibisi yang tidak sempurna

D. Penegakan Diagnosis

1. Anamnesis

Bangkitan kejang yang terjadi perlu diketahui mengenai pola serangan,

keadaan sebelum, selama, dan sesudah serangan, lama serangan, frekuensi

serangan, waktu serangan terdaji dan faktor-faktor atau keadaan yang dapat

memprovokasi atau menimbulkan serangan. Perlu diusahakan agar diperoleh

gambaran lengkap mengenai pola serangan, agar dapat diketahui fokus serta

klasifikasinya. Ditanyakan apakah ada gejala prodromal, aura, keadan selama

serangan, dan keadaan setelah terjadi serangan (Hasan, 2007).

Ditanyakan pula durasi serangan tersebut, dan waktu serangan. Apakah ada

rangsang tertentu yang menimbulkan serangan, misalnya melihat televise,

Page 17: kasus anak epilepsi

bernafas dalam, lapar, letih, menstruasi, obat-obatan tertentu dan sebagainya

(Hasan, 2007).

Riwayat penyakit keluarga ditanyakan apakah ada keluarga yang menderita

kejang, penyakit saraf, dan penyakit lainnya. Hal ini misalnya perlu untuk

mencari faktor resiko keturunan (Hasan, 2007).

Riwayat penyakit dahulu ditanyakan mengenai keadaan ibu ketika hamil,

misalnya penyakit yang diderita, perdarahan pervaginam, obat yang dimakan.

Secara teliti ditanyakan pula mengenai riwayat kelahiran penderita, apakah

letak kepala, letak sungsang, mudah atau sukar, apakah digunakan cunam atau

vakum ekstraksi atau seksio kaesar, apakah terdapat perdarahan antepartum,

ketuban pecah dini, asfiksia. Penyakit apa saja yang pernah diderita. Bagaimana

perkembangan kecakapan mental dan motorik (Hasan, 2007).

2. Pemeriksaan Fisik

Dilakukan pemriksaan yang meliputi pemeriksaan secara pediatric dan

neurologis. Diperiksa keadaan umum, tanda-tanda vital, kepala, jantung, paru,

abdomen, hati, dan limpa, anggota gerak dan sebagainya (Hasan, 2007).

Pada pemeriksaan neurologis diperhatikan kesadaran, kecakapan, motorik

dan mental, tingkah laku, berbagai proses intrakranium, fundus okuli,

penglihatan, pendengaran, saraf otak lain, sistem motorik, sistem sensorik,

reflek fisiologis dan patologis (Hasan, 2007).

3. Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan laboratorium darah yang dilakukan pemeriksaan darah tepi

rutin. Pemeriksaan lain dilakukan sesuai indikasi, misal pemeriksaan gula

darah dan elektrolit.

b. Pemeriksaan Elektroensefalogram (EEG)

Pemeriksaan EEG dilakukan atas indikasi membantu menegakan diagnosisi

epilepsi, menentukan prognosis pada kasus tertentu, mempertikambangkan

pengehentian obat anti epilepi, membantu menentukan letak fokus, dan bila

ada perubahan bentuk bangkitan dari bangkitan sebelumnya (Utomo, 2011).

c. Pemeriksaan radiologis

Page 18: kasus anak epilepsi

Indikasi pemeriksaan radiologi pada pasien epilepsi adalah pada semua

bangkitan pertama yang diduga kelainan structural, adanya perubahan

bentuk bangkitan, terdapatnya defisit neurologis fokal, epilepsi dengan

bangkitan parsial, bangkitan pertama diatas usia 25 tahun, dan untuk

persiapan tindakan pembedahan epilepsy (Utomo, 2011).

4. Gold Standard Diagnosis

Baku emas untuk diagnosis epilepsi adalah pemantauan video EEG secara

simultan, yang mengaitkan temuan EEG dengan serangan. Pemeriksaan ini juga

dapat digunakan untuk mengetahui tipe bangkitan dan prognosis (Price dan

Wilson, 2006).

E. Penatalaksanaan

1. Medikamentosa

a. Obat-obat yang menginaktivasi kanal Na+

Inaktivasi kanal Na dapat menurunkan kemampuan saraf unruk

menghantarkan muatan listrik. Contoh obatnya adalah, fenitoin,

katbamazepin, lamotrigin, okskarbazepin, dan valproat.

b. Obat-obat yang meningkatkan transmisi inhibitor GABAnergik

1) Agonis reseptor GABA : meningkatkan transmisi inhibitor dengan

meningkatkan kerja reseptor GABA, contoh : benzodiazepine,

barbiturate.

2) Menghambat GABA transaminase : meningkatkan konsentrasi GABA,

contoh : Vigabatrin

3) Menghambat Gaba Transporter : untuk memperlama aksi GABA,

contoh : tiagabin

4) Meningkatkan konsentrasi GABA pada cairan cerebrospinal :

menstimulasi pelepasan GABA dari non-vesikula pool, contoh :

gabapentin

Page 19: kasus anak epilepsi

c. Penatalaksanaan pada status epileptikus

2. Nonmedikamentosa

a. Hindari faktor pemicu (jika ada)

b. Tidak memasukan makanan dan minuman ketika kejang dan beberapa saat

setelah kejang

c. Pengawasan oleh keluarga

d. Awasi tanda vital

F. Prognosis

1. Umumnya baik, 70-80% pasien yang mengalami epilepsi akan sembuh, dan

kurang daril 50%-nya akan bisa lepas obat.

Page 20: kasus anak epilepsi

2. 20-30% mungkin akan berkembang menjadi epilepsi kronis, pada keadaan ini

pengobatan menjadi semakin sulit, dan 5% diantaranya akan tergantung pada

orang lain dalam kehidupan sehari-hari.

3. Pasien dengan lebih dari satu jenis epilepsi, mengalami retardasi mental dan

gangguan psikiatri neurologik, pada keadaan seperti ini prognosis epilepsi

dikatakan buruk.

G. Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi akibat epilepsi diantarnya adalah sebagai

berikut :

1. Gangguan kognitif, terdapat bukti jelas bahwa kejang dapat menyebabkan

defisit fungsi kognitif yang dapat bertahan sampai satu jam atau lebih setelah

kejang.

2. Penurunan daya ingat

3. Pemusatan perhatian, hal ini sering terjadi pada penderita epilepsi. Penurunan

atensi lebih sering terjadi pada anak dengan epilepsi dibandingkan populasi

umum

4. Gangguan psikiatri telah menjadi pusat perhatian sejak lama pada pusat

penanganan epilepsy kelas 3. Studi pada populasi menggunakan kriteria DSM

IV.

Page 21: kasus anak epilepsi

KESIMPULAN

1. Epilepsi merupakan salah satu penyebab terbanyak morbiditas di bidang saraf anak

2. Epilepsi adalah kelainan otak yang ditandai oleh adanya faktor predisposisi yang

dapat mencetuskan bangunan epileptikm perubahan neurologis, kognitif, psikologis

dan adanya konsekuensi sosial yang diakibatkannya.

3. Dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik, dapat disimpulkan bahwa An. Rena,

umur 6 tahun menderita epilepsy.

Page 22: kasus anak epilepsi

DAFTAR PUSTAKA

Wishwadewa, W N. et al. 2008. Kualitas hidup anak epilepsy dan faktor-faktor yang

mempengaruhi di departemen ilmu Kesehatan anak FKUI/RSCM Jakarta. Sari pediatric.

10 : 272 -279

Murtasid. et al. 2011. Pengaruh obat anti epilepsy terhadap gangguan daya ingat pada

epilepsy anak. Sari Pediatric. 12 ; 302 – 306

Suwarba, I G N M. 2011. Insidens dan karakteristik klinis epilepsy pada anak. Sari

pediatric. 13 : 123 – 128

Fisher RS, Boas WE, Blume W, Elger C, Genton P, Lee P, et al. 2005. Epileptic seizures

and epilepsy: definition proposed by the International League Against Epilepsy (ILAE)

and the International Bureau for Epilepsy (IBE). Epilepsia; 46(4):470-2

Price, S. A. dan Wilson, L. M. 2006. Patofisiologi Konsep klinis Proses Proses Penyakit.

Edisi 6. Volume 2. Jakarta : EGC. Hal.1158-1164

Utomo, Tranggono Y. 2011. Dosis dan Lama Pemberian Fenitoin Sebagai Faktor Risiko

Timbulnya Hiperplasia Ginggiva Pada pasien Epilepsi. Tesis. Program pascasarjana

Magister Ilmu Biomedik dan Program Pendidikan Dokter Spesialis Ilmu Penyakit Saraf

Universitas Diponegoro: Semarang (Dipublikasikan)

Ikawati, Zullies. 2009. Epilepsi:Lecture Notes. (Online) Diakses di:

zulliesikawati.staff. ugm .ac.id/wp.../ epilepsy .pdf Pada tanggal 10 Desember 2012.

Harsono, Kustiowati E, Gunadharma S. 2008. Pendahuluan, definisi, klasifikasi, etiologi,

dan terapi. Dalam: Pedoman Tata Laksana Epilepsi. Jakarta: PERDOSSI hal.1-13