laporan kasus anak daffa
DESCRIPTION
aTRANSCRIPT
Laporan Kasus
1. Data demografik pasien:
No. Rekam Medis : 32 99 07
Nama : An. MDF
Usia : 11 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Status : Belum Menikah
Kebangsaan : Indonesia
Agama : Islam
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : Jl. Jati Padang No. 10
2. Pengumpulan data:
Jenis anamnesa: auto anamnesa dan allo anamnesa
Anak bersifat apatis, sehingga lebih banyak informasi didapatkan dari orang
tua pasien.
Keluhan utama
Demam, muntah, dan penurunan nafsu makan yang berawal pada waktu berbeda.
Riwayat penyakit sekarang
Pasien anak laki-laki datang dengan keluhan demam, muntah, dan penurunan
nafsu makan yang memiliki jangka waktu yang berbeda-beda. Demam yang
dirasakan pasien dimulai sejak 12 jam sebelum masuk rumah sakit (SMRS).
Demam terjadi terus menerus tanpa penurunan, walau begitu demam yang
dirasakan oleh pasien tidak terlalu panas. Ibu pasien menyangkal adanya
menggigil karena suhu badan pasien yang tinggi, hanya saja pasien mengatakan
kepada ibunya bahwa ia merasa demam. Ibu pasien menyangkal pemberian obat
atau tindakan lainnya seperti kompres, yang diberikan kepada pasien.
Pasien mengeluh muntah yang terjadi 2 kali di rumah beberapa jam SMRS.
Muntah yang dikeluhkan pasien berisi cairan yang baru saja ia minum, tidak ada
1
warna lain seperti kemerahan (darah), busa, lendir ataupun kehijauan. Muntah
baru terjadi pada hari itu, tetapi ibu pasien mengeluh bahwa pasien telah
merasakan mual sejak beberapa hari sebelumnya. Mual dan muntah yang
dikeluhkan pasien tidak berhubungan dengan pola makan, tidak ada rasa asam
atau pahit pada lidah, serta tidak ada nyeri ulu hati yang dikeluhkan oleh pasien.
Saat di UGD, pasien muntah 1 kali dan saat ditampung berisi cairan dan
jumlahnya tidak banyak serta tidak ada darah, lendir ataupun busa pada muntah.
Penurunan nafsu makan yang diderita oleh pasien sudah berlangsung sekitar 4
bulan SMRS. Penurunan nafsu makan ini tidak terlalu jelas, karena pasien tidak
mau berbicara mengenai penyebab sulitnya pasien untuk diajak makan. Ibu pasien
pun berkata bahwa ibu pasien hanya dapat memaksa pasien untuk minum susu
karena ia takut anaknya kekurangan asupan gizi. Pasien tidak memiliki gangguan
dalam buang air besar dan air kecil. Ibu pasien menyangkal adanya batuk, keringat
malam ataupun penurunan berat badan secara drastis pada pasien. Penurunan
nafsu makan membuat pasien kehilangan berat badannya sebanyak 8 kg, sehingga
sekarang menjadi lebih kurus dibandingkan ketika ia sehat.
Saat ditanyakan apakah pasien merasakan pusing, ibu pasien menyangkal,
tetapi pasien mengaku iya. Rasa pusing yang dimaksud oleh pasien adalah sakit
kepala, dan kepalanya terasa berat. Hal ini sudah berlangsung lama, tetapi pasien
tidak menjawab apakah rasa sakitnya bersifat progresif atau tetap. Pasien
mengeluh dada pasien terasa berat, seperti ditekan. Pasien mengaku sulit bernafas
tetapi hanya bersifat ringan. Sulit bernafas tidak diketahui mulai sejak kapan.
Ibu pasien menyangkal adanya riwayat kejang sebelumnya pada pasien,
maupun tidak sadarkan diri sebelumnya. Ibu pasien menyangkal adanya riwayat
stroke, hipetensi, diabetes, dan alergi.
Riwayat penyakit keluarga
Tidak ada anggota keluarga pasien yang pernah mengalami keluhan serupa
dengan yang dialami pasien.
Pemeriksaan fisik
Dilakukan pemeriksaan fisik pada hari Senin tanggal 19 Juli 2014 di Rumah Sakit
Marinir Cilandak
2
Status Generalisata
Keadaan umum: sakit berat
Tinggi badan : 145 cm
Berat badan : 38 Kg
IMT : 18.07 kg/m2 (Kurus menurut klasifikasi WHO)
Tanda-tanda vital
- Kesadaran : compos mentis (apatis)
- GCS : E4V5M6
- Tekanan darah : 100/70 mmHg
- Nadi : 100 kali/menit
- Laju pernapasan : 25 kali/menit
- Suhu tubuh : 36.9 0C
Pemeriksaan Fisik Sistematis
- Kepala : Normosefali, pucat (-)
- Rambut
o Warna: hitam
o Distribusi: merata
o Kekuatan rambut: baik
- Leher : Pembesaran KGB(-), massa(-), lesi(-), deviasi trakea(-)
- Mata : Konjungtiva anemis (-/-), reflex cahaya langsung
(+/+), reflex cahaya tidak langsung (+/+), sklera
ikterik (-/-)
- Telinga : simetris, deformitas (-/-), lesi (-/-)
- Hidung : simetris, deviasi septum nasi (-), lesi (-)
- Mulut
- Bibir : mukosa bibir merah dan basah
3
- Lidah : tidak kotor, gerakan baik, simetris
- Tonsil : T1/T1, hiperemis (-), bercak (-)
- Faring : hiperemis (-), tenang
- Thorax
- Inspeksi : lesi (-), deformitas (-), ictus cordis (-), pernafasan
simetris, retraksi otot pernafasan (-), deformitas (-)
- Palpasi : nyeri tekan (-)
- Perkusi : sonor pada seluruh lapang paru
- Auskultasi
o Bunyi napas : Suara nafas vesikuler pada kedua lapang paru
Ronchi (-/-), wheezing (-/-)
o Bunyi jantung : S1S2 normal, reguler, murmur (-), gallop (-)
- Abdomen
- Inspeksi : abdomen datar, massa (-)
- Palpasi : supel, nyeri tekan (-), massa (-)
- Perkusi : timpani pada seluruh lapang perut
- Auskultasi : bising usus (+) normal
- Punggung : Kifosis (-), lordosis (-), skoliosis (-)
- Ekstrimitas : Akral hangat, edema tungkai atas (-/-), edema tungkai
Bawah (-/-), sianosis (-), capillary refill normal.
- Kulit : Sianosis (-), ikterik (-), turgor kulit normal
- Pemeriksaan neurologis
o Rangsang meningeal
Kaku kuduk (-), Brudzinski I (-), Brudzinski II (-), Kernig
(-), Laseque (-)
o Saraf cranial
4
N. I : normosmia
N.II : visus normal, refleks cahaya langsung (+/+)
N. III, IV, : tidak ada gangguan pergerakan bola mata,
VI Refleks pupil (+/+), ptosis (-)
N. V : tidak ada rasa baal di daerah muka
N. VII : Pergerakan bibir simetris, kelopak mata dapat
menutup dengan kuat, dan kerutan dahi
simetris
N. VIII : tidak ada gangguan pendengaran
N. IX : uvula di tengah, tidak terjadi perubahan suara
N. X : tidak ada kesulitan menelan
N. XI : kekuatan otot leher untuk menengok ke kiri
dan ke kanan normal, dapat mengangkat bahu.
N. XII : lidah ditengah pada saat di dalam mulut dan
saat dijulurkan
o Refleks fisiologis
Biceps, triceps, patella, dan achiles dalam batas normal
o Refleks patologis
Babinski (-), chaddock (-), Oppenheim (-), Gordon (-)
o Motorik
Kekuatan ekstemitas atas 5/5
Kekuatan ekstremitas bawah 5/5
Tonus: normotonus, spastic (-), flaccid (-)
Trofi: normotrofi
Gerakan involunter (-)
o Sensorik
Objektif dan subjektif dalam batas normal
tidak ada rasa baal atau kesemutan, paraestesia (-)
5
o Autonomik
Buang air besar normal, konstipasi (-), diare (-)
Buang air kecil normal, incontinensia urine (-), Keringat
merata di seluruh tubuh
o Fungsi luhur
Apraxia (-), alexia (-), agraphia (-), fingeragnosia (-),
disorientasi kiri-kanan (-), acalculia (-)
3. Pemeriksaan tambahan
a. Laboratorium
- Hemoglobin: 12.0 gr/dL (N: 12 gr/dL – 16 gr/dL)
- Hematokrit: 30% (N: 37% - 54%)
- Leukosit: 16.000 /µL (N: 5.000/µL – 10.000/µL)
- Trombosit: 296.000 /µL (N: 150.000/µL – 450.000/µL)
b. Brain CT-Scan tanpa kontras
Tampak lesi hiperdens dengan perifocal edema di region frontal kanan dengan
temporal kiri disertai penyembitan sulci dan fissure sylvii
Sistema ventrikel lateralis, III sempit
Ventrikel IV normal di tengah
Cysterna agak sempit
Tak tampak midline shift, SOL
Regio sella dan parasellar normal
Differensiasi white dan gray matter baik, di luar lesi
Cerebellum dan batang otak normal
Sejauh terevaluasi, bulbus oculi dan retrobulbar tampak kelainan
Tulang-tulang intak
Ekstrakranial tak tampak kelainan
Kesan: perdarah intracerebral regio frontal kanan dan temporal kiri + edema
cerebri
6
4. Riwayat perawatan
13 Juli 2014:
S: pusing berputar, mual, muntah.
O:
7
TTV:
- Kesadaran : Composmentis
- GCS : E4V5M6
- Tekanan darah : 140/100 mmHg
- Nadi : 64 kali/menit
- Laju pernapasan : 20 kali/menit
- Suhu tubuh : 36.1 0C
A: ICH frontal, edema cerebri, hipertensi
P:
IVFD RL 20 tpm
Inj certriaxon 2 x 1 gr iv
Inj ondancentron 3 x 8mg iv
Inj transamin 3 x 500 mg iv
Inj neulin 2 x 500 mg iv
Inj manitol 4 x 125 mg iv
Inj tramadol 3 x 100 mg iv
14 Juli 2014:
S: pusing berputar, mual, muntah.
O:
TTV:
- Kesadaran : Composmentis
- GCS : E4V5M6
- Tekanan darah : 140/100 mmHg
- Nadi : 64 kali/menit
- Laju pernapasan : 20 kali/menit
- Suhu tubuh : 36.1 0C
A: ICH frontal, edema cerebri, hipertensi
P:
IVFD RL 20 tpm
8
Inj certriaxon 2 x 1 gr iv
Inj ondancentron 3 x 8mg iv
Inj transamin 3 x 500 mg iv
Inj neulin 2 x 500 mg iv
Inj manitol 4 x 125 mg iv
Inj tramadol 3 x 100 mg iv
15 Juli 2014:
S: pusing berputar, mual, muntah.
O:
TTV:
- Kesadaran : Composmentis
- GCS : E4V5M6
- Tekanan darah : 160/100 mmHg
- Nadi : 78 kali/menit
- Laju pernapasan : 20 kali/menit
- Suhu tubuh : 36.7 0C
A: ICH frontal, edema cerebri, hipertensi
P:
IVFD RL 20 tpm
Inj certriaxon 2 x 1 gr iv
Inj ondancentron 3 x 8mg iv
Inj transamin 3 x 500 mg iv
Inj neulin 2 x 500 mg iv
Inj manitol 4 x 125 mg iv
Inj tramadol 3 x 100 mg iv
Amlodipin 1 x 5 mg tab oral
16 Juli 2014:
S: pusing berputar, mual, muntah.
O:
TTV:
9
- Kesadaran : Composmentis
- GCS : E4V5M6
- Tekanan darah : 110/80 mmHg
- Nadi : 78 kali/menit
- Laju pernapasan : 22 kali/menit
- Suhu tubuh : 37.0 0C
A: ICH frontal, edema cerebri, hipertensi terkontrol
P:
IVFD RL 20 tpm
Inj certriaxon 2 x 1 gr iv
Inj ondancentron 3 x 8mg iv
Inj transamin 3 x 500 mg iv
Inj neulin 2 x 500 mg iv
Inj manitol 4 x 125 mg iv
Inj tramadol 3 x 100 mg iv
Amlodipin 1 x 5 mg tab oral (tunda)
17 Juli 2014:
S: pusing berputar, mual, muntah.
O:
TTV:
- Kesadaran : Composmentis
- GCS : E4V5M6
- Tekanan darah : 150/100 mmHg
- Nadi : 78 kali/menit
- Laju pernapasan : 22 kali/menit
- Suhu tubuh : 37.0 0C
A: ICH frontal, edema cerebri, hipertensi terkontrol
P:
IVFD RL 20 tpm
10
Inj certriaxon 2 x 1 gr iv
Inj ondancentron 3 x 4 mg iv
Inj transamin 3 x 500 mg iv
Inj neulin 2 x 500 mg iv
Inj manitol 4 x 125 mg iv
Inj tramadol 3 x 100 mg iv
Betahistin 3 x 6 mg tab oral
Dramamin 3 x 50 mg tab oral
Amlodipin 1 x 5 mg tab oral
18 Juli 2014:
S: pusing keliyengan
O:
TTV:
- Kesadaran : Composmentis
- GCS : E4V5M6
- Tekanan darah : 150/90 mmHg
- Nadi : 80 kali/menit
- Laju pernapasan : 22 kali/menit
- Suhu tubuh : 36.5 0C
Pemeriksaan Laboratorium:
- Hemoglobin: 13.8 gr/dL (N: 12 gr/dL – 16 gr/dL)
- Hematokrit: 41.2 % (N: 37% - 54%)
- Leukosit: 11.000 /µL (N: 5.000/µL – 10.000/µL)
- Trombosit: 321.000 /µL (N: 150.000/µL – 450.000/µL)
Pemeriksaan CT-Scan tanpa kontras:
- Sulci dan gyri dalam batas normal
- Sistem sisterna tidak melebar
11
- Lesi hiperdens region mid frontal tampak berkurang, hanya perifokal edem
terlihat lebih luas bila dibanding foto sebelumnya
- Lesi hiperdens temporoparietal kiri tampak sudah menghilang
- Kalsifikasi region glandula pinealis, ganglia basalis, dan pleksus
choroideus bilateral, sistem ventrikel lateralis kanan agak sempit
- Midline lurus di tengah
- Pons dan cerebellum dalam batas normal
- Tidak terlihat adanya fraktur atau impresi tulang kepala
- Kesan: dibanding dengan CT Scan sebelumnya tampak lesi hiperdens mid
frontal berkurang, sedangkan perifokal edem prominent.
A: ICH frontal, edema cerebri, hipertensi terkontrol
P:
IVFD RL 20 tpm
Inj ondancentron 3 x 4 mg iv
Inj transamin 3 x 500 mg iv
Inj neulin 2 x 500 mg iv
Inj manitol 3 x 125 mg iv
Inj tramadol 3 x 100 mg iv
Inj ranitidine 2 x 50 mg
Betahistin 3 x 6 mg tab oral
Dramamin 3 x 50 mg tab oral
Amlodipin 1 x 10 mg tab oral
12
13
19 Juli 2014:
S: pusing keliyengan
O:
TTV:
- Kesadaran : Composmentis
- GCS : E4V5M6
- Tekanan darah : 140/90 mmHg
- Nadi : 68 kali/menit
- Laju pernapasan : 20 kali/menit
- Suhu tubuh : 36.0 0C
A: ICH frontal, edema cerebri, hipertensi terkontrol
P:
IVFD RL 20 tpm
Inj ondancentron 3 x 4 mg iv
Inj transamin 3 x 500 mg iv
Inj neulin 2 x 500 mg iv
Inj manitol 2 x 125 mg iv
Inj tramadol 3 x 100 mg iv
Inj ranitidine 2 x 50 mg
Betahistin 3 x 6 mg tab oral
Dramamin 3 x 50 mg tab oral
Amlodipin 1 x 10 mg tab oral
20 Juli 2014:
S: -
O:
TTV:
- Kesadaran : Composmentis
- GCS : E4V5M6
- Tekanan darah : 100/60 mmHg
- Nadi : 80 kali/menit
14
- Laju pernapasan : 20 kali/menit
- Suhu tubuh : 36.0 0C
A: ICH frontal, edema cerebri perbaikan, hipertensi terkontrol
P:
Betahistin 3 x 6 mg tab oral
Amlodipin 1 x 10 mg tab oral
Neulin ps 2 x 1 caps oral
5. Rangkuman Pemeriksaan
Pasien laki-laki berumur 37 tahun datang dengan keluhan pusing, mual, dan lemas
setelah mengalami kecelakaan kendaraan bermotor 1 hari yang lalu. Pusing
dirasakan pasien sejak semalam dan terus-menerus, tidak dipengaruhi oleh
perubahan posisi. Pusing dirasakan pasien sebagai sensasi berputar. Mual juga
dialami pasien sejak semalam disertai muntah sebanyak 1 kali. Muntah berisi
makanan tanpa disertai adanya darah dan lendir. Muntah tidak menyembur. 1 hari
yang lalu pasien mengalami kecelakan motor. Pasien mengatakan bahwa pasien
mengantuk pada saat mengendarai sepeda motor hingga akhirnya menabrak
sebuah mobil di depannya dan terbentur di bagian kepala. Sejak saat itu pasien
tidak sadarkan diri hingga dibawa kerumah pasien oleh orang-orang di sekitar
lokasi terjadinya kecelakaan. Pasien baru sadar saat ia berada di rumah dan tidak
dapat mengingat kejadian yang terjadi setelah ia menabrak mobil tersebut.
Menurut cerita keluarga pasien, pasien mengeluarkan darah dari hidung saat
terjadi kecelakaan tanpa disertai keluar darah dari telinga dan mulut.
Pasien tidak memiliki riwayat stroke, hipetensi, diabetes, dan alergi.
Pada pemeriksaan fisik, tidak ditemukan adanya tanda-tanda yang menunjukkan
adanya kelainan. Namun pada pemeriksaan laboratorium didapatkan peningkatan
kadar leukosit hingga 16.000/uL darah. sedangkan pada pemeriksaan CT-Scan
tanpa kontras didapatkan kesan perdarah intracerebral regio frontal kanan dan
temporal kiri + edema cerebri.
15
6. Analysis
Diagnosis kerja
Berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang, pasien
ini didiagnosa mengalami perdarahan intra cerebral dan edema akibat cedera
kepala ringan. Diagnosa ini ditegakkan berdasarkan terdapatnya nilai GCS 15,
terjadinya kehilangan kesadaran pada saat terjadinya trauma, tetapi tidak disertai
dengan adanya fraktur pada tengkorak. Pada cedera kepala ringan dapat terjadi
kontusio serebri. Pada pemeriksaan fisik tidak ditemukan kelainan neurologis.
Namun pada pemeriksaa darah rutin didapatkan peningkatan leukosit hingga
16.000/uL dan pada pemeriksaan CT-scan didapatkan Kesan perdarahan
intracerebral regio frontal kanan dan temporal kiri + edema cerebri.
7. Disease review
Cedera kepala
Cedera kepala adalah segala bentuk cedera yang terdapat pada kepala termasuk
kulit, tulang, dan otak. Terdapat beberapa klasifikasi pada cedera kepala termasuk
neuronal injuries, hemorrhages, vascular injuries, cranial nerve injuries, dan
subdural hygromas. Terdapat klasifikasi lain yang membagi cedera kepala
menjadi terbuka dan tertutup.
Cedera kepala tertutup adalah keadaan dimana duramater tetap intak pada cedera
kepala. Bila terdapat objek yang masuk dan menembus selaput duramate, maka
disebut penetrating head injury.
Luka pada jaringan otak pada saat terjadinya trauma pada kepala dapat berlokasi
di tempat benturan maupun pada sisi sebaliknya yang disebut countercoup effect.
Beberapa hal yang dapat terjadi akibat cedera kepala antara lain fraktur tulang
tengkorak, laserasi kulit kepala, subdural hematoma, perdarahan extradural,
epidural hematoma, perdarahan subarachnoid, concussion, contusio cerebri,
dementia, coma, dan kematian.
Concussion adalah cedera kepala traumatik ringan dimana hal ini dapat
mengakibatkan perubahan kognitif dan emosi pada penderita. Beberapa gejalanya
16
dapat berupa kekakuan, lemas, bingung, muntah, gangguan penglihatan, dan sakit
kepala.
Cerebral contusio merupakan salah satu bentuk cedera otak yang menunjukkan
adanya memar dari jaringan otak. Sama seperti memar pada jaringan lainnya,
memar yang terjadi pada jaringan otak berhubungan dengan perdarahan micro dari
pembuluha darah otak yang bocor ke jaringan otak. Biasanya contusion serebri
dapat sembuh dengan sendirinya.
Gejala yang ditimbulkan dari contusio serebri tergantung pada berat ringannya
dari cedera yang terjadi. Gejala yang dapat timbul antara lain sakit kepala,
kebingungan, tidak bisa tidur, pusing, kehilangan kesadaran, mual, muntah,
kejang, dan gangguan koordinasi. Gangguan memori, penglihatan, pendengaran,
berbicara, dan berpikir juga dapat terjadi pada penderita contusio serebri
Biasanya contusio serebri sering terjadi pada korteks cerebri yang diakibatkan
oleh penonjolan-penonjolan pada anatomi tulang tengkorak. Biasanya
berhubungan dengan edema yang dapat menimbulkan peningkatan tekanan
intracranial. Sehingga sulit dibedakan antara contusio atau perdarahan intracranial.
Edema terparah yang terjadi pada contusio serebri terdapat pada sekitar 6 hari
pasca trauma. Sehingga penatalaksanaan yang utama pada penderita contusio
serebri adalah mencegah terjadinya edema. Diantaranya mencegah terjadinya
hipotensi, hiponatremi, hipercapni (menyebabkan peningkatan CO2 dalam darah).
Bila terdapat peningkatan TIK yang terlalu tinggi, maka dapat dilakukan operasi.
17
8. Daftar Pustaka
Carlson, Neil R. (2013). "Physiology of Behavior". In Campanella, Craig.
Neurological Disorders. Pearson Education, Inc. pp. 526–527.
Hamilton M, Mrazik M, Johnson DW (July 2010). "Incidence of delayed intracranial
hemorrhage in children after uncomplicated minor head injuries". Pediatrics 126 (1):
e33–9
Khoshyomn S, Tranmer BI (May 2004). "Diagnosis and management of pediatric
closed head injury". Seminars in Pediatric Surgery 13 (2): 80–86.
Granacher RP (2007). Traumatic Brain Injury: Methods for Clinical & Forensic
Neuropsychiatric Assessment, Second Edition. Boca Raton: CRC. p. 26.
18