josephine blok 10.doc
TRANSCRIPT
Struktur Panggul dan Pengaruh Ukuran Panggul
pada Persalinan
Josephine Claudia
102013396
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jln. Arjuna Utara No. 6 Jakarta 11510
Telephone : (021) 5694-2061 Email : jojo. Claudia12 @gmail .com
Pendahuluan
Pintu masuk pelvis dibagi menjadi dua bagian, yaitu pelvis spuria (palsu)
dan pelvis vera (asli). Pelvis spuria terletak di atas pintu masuk pelvis dan tidak
begitu penting untuk persalinan. Pelvis vera meliputi pintu masuk pelvis dan
seluruh daerah yang terletak di bawahnya. Pelvis vera dikatakan mempunyai pintu
masuk pelvis, suatu ruangan, dan pintu ke luar dan membentuk saluran yang
melengkung yang dilewati fetus saat dilahirkan.1
Tulang Panggul
Tulang pelvis memberikan hubungan yang kuat dan stabil antara batang
badan dan extremitas inferior. Fungsi utamanya adalah meneruskan berat badan
dari columna vertebralis ke femur; memuat, menyokong, dan melindungi viscera
pelvis dan menyediakan tempat perlekatan otot-otot batang badan dan extremitas
inferior. Tulang pelvis terdiri dari empat, yaitu dua ossa coxae yang membentuk
dinding lateral dan anterior, serta os sacrum, dan os coccygys yang merupakan
bagian columna vertebralis dan membentuk dinding belakang.1
Ossa coxae
Os coxae terdiri dari tiga bagian komponen, yaitu : ilium, ischium, dan
pubis. Saat dewasa tulang-tulang ini telah menyatu seluruhnya pada asetabulum.
Kedua ossa coxae bersendi satu dengan yang lain di sebelah anterior pada
symphisis pubica dan di posterior tiap tulang panggul ini memiliki artikulasi
1
dengan os sacrum pada articulatio sacroiliaca (suatu sendi sinovial).2
Ilium memiliki batas yaitu crista iliaca. Crista iliaca berjalan ke belakang
dari spina iliaca anterior superior menuju spina iliaca posterior superior. Di bawah
tonjolan tulang ini terdapat spina inferiornya. Permukaan aurikularis ilium disebut
permukaan glutealis karena di situlah perlekatan muskulus gluteus. Linea glutealis
inferior, anterior, dan posterior membatasi perlekatan glutei ke tulang.
Permukaan-dalam ilium halus dan berongga membentuk fossa iliaca. Fossa iliaca
merupakan tempat melekatnya muskulus iliacus. Permukaan aurikularis ilium
berartikulasi dengan sacrum paada sendi sakro-iliaca (sendi sinovial).
Ligamentum sakro-iliaca posterior, interosus, dan anterior memperkuat sendi
sakro-iliaca. Linea iliopektinalis berjalan di sebelah anterior permukaan dalam
ilium dari permukaan aurikularis menuju pubis. Garis ini membentuk batas lateral
pintu atas panggul.2,4
Ischium terdiri dari spina di bagian posterior yang membatasi incisura
ischiadica major (atas) dan minor (bawah). Tuberositas ischia adalah penebalan
bagian bawah korpus ischium yang menyangga berat badan saat duduk. Ramus
ischium menonjol ke depan dari tuberositas ini dan bertemu serta menyatu dengan
ramus pubis inferior.2,4
Pubis terdiri dari korpus serta rami pubis superior dan inferior. Tulang ini
berartikulasi dengan tulang pubis di tiap sisi simfisis pubis (suatu sendi
kartilaginosa sekunder). Permukaan superior dari korpus memiliki crista pubicum
dan tuberculum pubicum. Foramen obturatorium merupakan lubang besar yang
dibatasi oleh rami pubis dan ischium.2,4
Ossa Sacrum
Sacrum terdiri dari lima vertebra rudimenter yang menyatu membentuk
tulang berbentuk baji yang cekung ke arah anterior. Pinggir atas atau basis ossis
sacri bersendi dengan vertebra lumbalis V. Pinggir inferior yang sempit bersendi
dengan os coccygis. Pinggir anterior dan atas vertebra sacralis pertama menonjol
ke depan sebagai batas posterior apertura pelvis superior, disebut promontorium
os sacrum, yang merupakan bagian penting bagi ahli kandungan untuk
2
menentukan ukuran pelvis.1, 2
Foramina vertebralia bersama-sama membentuk canalis sacralis. Lamina
arcus vertebralis sacralis V dan kadang-kadang lamina arcus vertebrae sacralis IV
tidak bersatu di garis tengah dan membentuk hiatus sacralis. Canalis sacralis berisi
radix anterior dan posterior nervi lumbales, sacrales, dan coccygeum filum
terminale; dan lemak fibrosa. Canalis sacralis juga berisi bagian bawah spatium
subarachnoideum yang meluas ke bawah sampai sejauh vertebra sacralis II.1
Os sacrum pada perempuan memiliki ukuran lebar yang lebih besar dari
ukuran panjangnya bila dibandingkan dengan os sacrum pada laki-laki. Os sacrum
condong ke depan sehingga membentuk sudut dengan vertebra lumbalis V, disebut
angulus lumbo sacralis.1
Os Coccygis
Os coccygis terdiri dari empat vertebra rudimenter yang bersatu
membentuk tulang segitiga kecil yang basisnya bersendi dengan ujung bawah
sacrum. Vertebra coccygea hanya terdiri atas corpus, namun vertebra pertama
mempunyai proccesus transversus rudimenter dan cornu coccygeum. Cornu
adalah sisa pediculus dan processus articularis superior yang menonjol ke atas
untuk bersendi dengan cornu sacrale.1
Rangka Panggul
Rangka pelvis terdiri dari pelvis major (false / greater pelvis, pelvis spuria)
dan pelvis minor (true / lesser pelvis, pelvis vera), yang dibatasi oleh pintu atas
panggul.5
Pelvis major dibentuk oleh fossa iliaca kanan dan kiri, yang sebagian
diisi oleh m. Iliopsoas. Pelvis major ini merupakan bagian rongga abdomen yang
batas inferiornya adalah pintu atas panggul dan perioteneum parietale, yang
meluas ke bawah hingga pelvis minor dan menutupi sebagian rektum, kandung
kemih, dan genitalia interna perempuan. Pelvis major sedikit kepentingan
kliniknya, dimana pelvis major melindungi isi abdomen dan setelah kehamilan
bulan ketiga, membantu menyokong uterus gravidarum. Selama stadium awal
persalinan, pelvis major membantu menuntun janin masuk ke pelvis minor.1,6
3
Pelvis minor (sering disebut rongga pelvis saja) merupakan rongga yang
terletak di antara pintu atas dan pintu bawah panggul, di sebelah posteroinferior
pintu atas panggul. Pengetahuan mengenai bentuk dan ukuran pelvis perempuan
sangat penting untuk ahli obstetrik, karena pelvis minor merupakan saluran tulang
yang harus dilalui oleh janin pada proses persalinan.1,6
Pelvis minor mempunyai pintu masuk, pintu keluar, dan sebuah cavitas.
Apertura pelvis superior, atau pintu atas panggul (PAP) di posterior dibatasi oleh
promontorium ossis sacri, di lateral oleh linea terminalis, dan di anterior oleh
symphisis pubica.1
Apertura pelvis inferior, atau pintu bawah panggul (PBP) di posterior
dibatasi oleh os coccygis, di lateral oleh tuber ischiadicum, dan di anterior oleh
arcus pubicus. Apertura pelvis inferior bukan merupakan bentuk yang rata, tetapi
mempunyai tiga incisura yang lebar. Di anterior terdapat arcus pubicus di antara
rami ischiopubicum dan di lateral terdapat incisura ischiadica.1
Cavitas pelvis terletak di antara apertura pelvis superior dan apertura
pelvis inferior. Cavitas pelvis berbentuk saluran dangkal dan melengkung dengan
dinding depan yang sempit dan dinding belakang yang lebih dalam.1
Ukuran Panggul
Keberhasilan dan kesulitan pelahiran terutama ditentukan oleh kesesuaian
ukuran dan bentuk pelvis dengan kepala fetus. Untuk itu perlu diketahui beberapa
ukuran acuan, seperti beberapa conjugata, distantia, dan diameter.6
Pada apertura pelvis superior, ukuran-ukuran yang perlu diketahui adalah
conjugata vera, diameter obliqua pelvis, dan diameter transversa pelvis.6,7
Diameter obliqua pelvis adalah jarak dari articulatio sacroiliaca satu sisi ke
eminentia iliopubica sisi yang lain, melewati titik potong antara diameter
transversa pelvis dan conjugata vera.
Conjugata vera (diameter anteroposterior pintu atas panggul) adalah jarak
dari bagian tengah promontorium ke permukaan posterosuperior symphisis
pubica; disebut juga conjugata anatomica pelvis.
Diameter transversa pelvis adalah jarak transversal terbesar pada pintu atas
4
panggul.
Pada apertura pelvis inferior ukuran-ukuran yang perlu diketahui adalah
diameter anteroposterior pelvis, diameter obliqua pelvis, dan diameter transversa
pelvis.7
Diameter anteroposterior pelvis adalah jarak dari os coccygis ke symphisis
pubica
Diameter transversa pelvis adalah jarak antara kedua tuber ischiadicum
Diameter obliqua pelvis adalah jarak dari ½ ligamentum sacrotuberosum
sampai batas antara os ischium dan os pubis pada ramus ischiopubis sisi
lain.
Selain itu, ada ukuran panggul yang lain, yaitu:6,7
Conjugata diagonalis merupakan jarak dari permukaan bawah symphisis
pubica ke promontorium. Pengukuran pelvis dilakukan melalui
pemeriksaan colok vagina, jari tengah dan telunjuk dimasukkan ke dalam
vagina sampai ujung jari tengah menyentuh promontorium. Jarak yang
terukur tersebut merupakan conjugata diagonalis.
Conjugata obstetrica merupakan jarak dari tepi dorsal symphisis pubica ke
promontorium. Panjang conjugata obstetrica ini merupakan diameter
terkecil yang harus dilalui kepala fetus sewaktu pelahiran.
Diameter obliqua pelvis adalah jarak dari articulatio sacroiliaca satu sisi ke
eminentia iliopubica sisi yang lain, melewati titik potong antara diameter
transversa pelvis dan conjugata vera.
Conjugata vera (diameter anteroposterior PAP) merupakan jarak dari tepi
atas symphisis pubica ke promontorium. Menurut statistik, ukuran
conjugata vera dapat diperkirakan dengan panjang conjugata diagonalis
dikurangi 1,5-2 cm.
Pengaruh Ukuran Panggul dalam Proses Melahirkan
Dalam obstetri yang terpenting bukan panggul sempit secara anatomis
5
melainkan panggul sempit secara fungsional artinya perbandingan antara kepala
dan panggul. Kondisi panggul sempit dikenal pula dengan sebutan Cephalopelvic
Disproportion (CPD)8.
CPD terjadi jika kepala bayi atau ukuran tubuh bayi lebih besar daripada luas
panggul ibu. Sehingga dalam proses persalinan, bayi tidak mungkin dapat
melewati panggul ibu, Jika telah diketahui adanya kondisi CPD, maka jalan paling
aman untuk melahirkan adalah melalui bedah cesar.8
Kesempitan panggul dibagi sebagai berikut8 :
Kesempitan pintu atas panggul
Kesempitan panggul tengah
Kesempitan pintu bawah panggul
Kesempitan pintu atas panggul
Pintu atas panggul dianggap sempit kalau konjugata vera kurang dari 10
cm atau kalau diameter transversa kurang dari 12 cm. kesempitan pada konjugata
vera (panggul picak) umumnya lebih menguntungkan daripada kesempitan pada
semua ukuran (panggul sempit seluruhnya). Oleh karena pada panggul sempit
kemungkinan lebih besar bahwa kepala tertahan oleh pintu atas panggul, maka
dalam hal ini serviks uteri kurang mengalami tekanan kepala.8
Hal ini dapat mengakibatkan inersia uteriserta lambannnya pendataran
dan pembukaan serviks. Apabila pada panggul sempit pintu atas panggul tidak
tertutup dengan sempurna oleh kepala janin, ketuban bisa pecah pada pembukaan
kecil dan ada bahaya pula terjadinya prolapsus funikuli. Pada panggul picak
turunnya belakang kepala bias tertahan dennga akibat terjadinya defleksi kepala,
sedang pada panggul sempit seluruhnya ditemukan rintangan pada semua ukuran;
kepala memasuki rongga panggul dengan hiperfleksi.8
Bentuk Panggul
Pada tahun 1993, Caldwel dan Moloy membedakan empat macam tipe pelvis
6
berdasarkan bentuk pintu atas panggul, yaitu:6,7
1. Pelvis gynecoid, terdapat pada 41% perempuan, merupakan bentuk tipikal
pelvis perempuan, bentuknya membulat dan diameter transversanya
terletak seluruhnya di depan os sacrum.
2. Pelvis android, terdapat pada 33% perempuan kulit putih, merupakan
bentuk tipikal pelvis laki-laki, bentuknya seperti hati dan diameter
transversanya terletak lebih dekat ke os sacrum.
3. Pelvis anthropoid, terdapat pada 24% perempuan kulit putih, bentuknya
oval dan diameter anteroposteriornya panjang, sama dengan atau lebih
besar dari diameter transversanya.
4. Pelvis platypelloid, terdapat pada 2% perempuan, diameter
anteroposteriornya pendek dan diameter transversanya panjang.
Promontoriumnya juga menonjol.
Gambar. 1 Bentuk Pelvis4
Otot-Otot Panggul
Rangka dinding pelvis minor dibentuk oleh ossa coxae (dinding anterior dan
lateral) dan os sacrum (dinding posterior). Pada rangka tersebut terdapat foramen
7
obturatum yang tertutupi membrana obturatoria. Permukaan dalam rangka dinding
pelvis hampir seluruhnya ditempati oleh dua buah otot, m. Obturatorius internus
(dinding anterolateral) dan m. Piriformis (dinding posterior).6
Musculus obturatorius internus berasal dari bagian tulang yang
mengelilingi foramen obturatum dan permukaan dalam membrana
obturatorius yang tebal. Otot ini beralih menjadi tendo yang berputar 900
mengelilingi foramen ischiadicum minus di sebelah medial ligamentum
sacrotuberale, kemudian berjalan ke lateral dan meninggalkan rongga
pelvis; selanjutnya, otot ini berjalan di belakang articulatio coxae menuju
insertionya pada permukaan medial trochanter major femoris. Otot ini
disarafi oleh nervus obturatorius (dari segmen L5, S1, dan S2).
Musculus piriformis mempunyai tiga origo, yaitu pada permukaan dalam
vertebra sacralis II, III, IV. Otot ini berjalan ke lateral, meninggalkan
pelvis melalui foramen ischiadicum majus dan menutupi hampir seluruh
foramen tersebut, kemudian menuju insertionya pada ujung atas trochanter
major femoris. Otot ini disarafi oleh nervi sacrales (segmen S1 dan S2).
Otot-otot dasar pelvis membentuk bangunan seperti corong, berfungsi
untuk menahan bagian bawah rectum, prostata (pada laki-laki) atau vagina (pada
perempuan), dan urethra; “corong” ini melandai ke bawah dan ke depan. Otot-otot
yang menyusun dasar pelvis terdiri dari m. Coccygeus (di belakang) dan m.
Levator ani (di depan). Kedua otot tersebut bersama-sama disebut diaphragma
pelvis. Diaphragma pelvis ini memisahkan rongga pelvis dengan perineum.6
Musclus Levator Ani
Musculus levator ani mempunyai tepi anterior yang bebas dan terpisah
dari otot sisi lainnya karena ada vagina, urethra, dan rectum. Integritas dasar
pelvis terutama bergantung pada m. Levator ani, termasuk bagiannya yang disebut
puborectal sling, yaitu lengkungan otot yang berjalan ke depan mengelilingi
bagian bawah rectum.6
Otot ini terbagi menjadi dua bagian, m. iliococcygeus dan m.
pubococcygeus. Musculus pubococcygeus terbagi menjadi tiga bagian, m.
8
Pubooccygeus sendiri, m. puborectalis, dan m. levator prostatae (pada laki-laki)
atau pubovaginalis (pada perempuan).6
Pada perempuan,serabut-serabut otot paling depan (m. pubovaginalis)
berjalan ke bagian bawah vagina, ikut membentuk musculus sphincter vaginae,
dan berakhir di insertionya pada centrum tendineum perinei.6
Serabut-serabut paling medial m. pubococcygeus berjalan ke bawah
belakang, melekat pada capsula prostatica, menjadi m. levator prostatae (pada
laki-laki), atau melekat pada dinding lateral vagina, menjadi m. pubovaginalis
(pada perempuan), dan berakhir di insertionya pada centrum tendineum perinei.6
M. puborectalis dan m. pubovaginalis berfungsi untuk memperkuat otot-
otot sphincter pada canalis analis dan vagina. Bagian m. Levator ani lainnya
terletak diposterior, yaitu m.iliococcygeus. Otot ini mempunyai origo pada fascia
prounda musculi obturatorii interni; serabut-serabutnya berjalan ke medial menuju
insertionya pada bagian samping os coccygis dan ligamentum anococcygcum.6
Musculus levator ani disarafi oleh ramus ventralis nervi sacralis III-IV dan
ramus perinealis nervi pudendi.6
Musculus Coccygeus
Musculus coccygeus terletak di belakang-samping m. Levator ani dan
mempunyai origo pada spina ischiadica. Serabut-serabut otot ini berjalan melebar
ke lateral (berbentuk segitiga) menuju insertionya pada tepi lateral bagian bawah
os sacrum dan os coccygis. Otot ini disarafi oleh nervus sacralis IV. Musculus
coccygeus, bersama m, levator ani, memegang peranan penting sebagai struktur
penyangga organ-organ viscera pelvis dan mempertahankan posisi normal organ-
organ tersebur, terutama pada perempuan.6
Saat tidur sekalipun, otot ini tetap aktif bekerja. Kontraksi diaphragma
pelvis (termasuk m. Coccygeus) akan meningkatkan tekanan intraabdominal dan
begitu juga sebaliknya, peningkatan tekanan intraabdominal akan memicu refleks
kontraksi diaphragma pelvis, mencegah terdorongnya organ-organ viscera pelvis
ke bawah. Sewaktu defekasi atau pelahiran, m. Coccygeus akan menarik os
coccygis kembali ke depan; tulang ini sebelumnya tertekan ke belakang akibat
desakan kepala fetus atau desakan feses.6
9
Vaskularisasi Panggul
Pelvis didarahi oleh arteri iliaca interna, arteri sacralis mediana, dan arteri
rectalis superior.6
Arteri Rectalis Superior
Arteri rectalis superior merupakan cabang terakhir a. Mesenterica inferior
yang berjalan ke bawah menyilang di depan a. Iliaca communis sinsitra. Setinggi
vertebra sacralis III pada kedua sisi rectum, arteri ini bercabang dua.6
Arteri Sacralis Mediana
Arteri sacralis mediana merupakan cabang kecil yang berasal dari bagian
dorsal aorta abdominalis, kurang lebih 1 cm di atas bifurcatio aortae. Arteri ini
berjalan ke bawah menuju os coccygis dan memberikan cabang-cabang pada
kedua sisi vertebra lumbalis V, yaitu arteriae lumbales imae (fifth lumbar
arteries).6
Arteri Iliaca Interna
Arteri iliaca interna berjalan ke bawah, mulai dari articulatio lumbosacralis
hingga insicura ischiadica major, kemudian memberikan cabang-cabang visceral
dan parietal.6
Cabang visceral dari arteri iliaca interna adalah sebagai berikut.6
1. Arteri umbilicalis. Setelah mempercabangkan a. Vesicalis superior,
lumennya menutup dan menjadi tali fibrosa yang berjalan pada kedua sisi
vesica urinaria. Selanjutnya tali fibrosa tersebut berjalan menuju umbilicus
sebagai ligamentum umbilicale medianum. A. Vesicalis superior berjalan
ke bagian atas vesica urinaria.
2. Arteri vesicalis inferior. Arteri ini berjalan di sepanjang m. Levator ani,
menuju basis vesica urinaria, bagian bawah ureter, serta (pada laki-laki)
vesicula seminalis, ductus deferens, dan prostata.
3. Arteri ductus deferetis. Arteri ini bisa juga berasal dari a. Vesicalis superior
10
atau inferior, dan hanya ada pada laki-laki; mendarahi ductus deferens,
vesicula seminalis dan testis.
4. Arteri rectalis media. Arteri ini berjalan ke medial menuju rectum, lalu
membentuk anastomosis dengan arteria rectalis superior dan inferior.
5. Arteri vaginalis. Arteri ini hanya ada pada perempuan, analog dengan a.
Vesicalis inferior pada laki-laki, atau merupakan cabang dari arteri
tersebut; mendarahi cervix uteri, vagina, fundus vesica urinaria, dan
rectum.
6. Arteri uterina. Arteri ini menuju perbatasan antara cervix dan corpus uteri
di atas fornix lateralis vaginae; juga mendarahi ligamentum teres uteri.
Selanjutnya, a. Uterina berjalan ke atas di dalam ligamentum latum uteri,
sepanjang sisi lateral uterus sampai sisi medial tuba uterina.
Sedangkan cabang parietal dari arteri iliaca interna adalah sebagai berikut.6
1. Arteri iliolumbalis. Arteri ini berjalan ke atas menuju fossa iliaca dan
bercabang dua, ramus iliacus (mendarahi m. Iliacus dan os ilium) dan
ramus lumbalis, yang berjalan ke belakang m. Psoas major dan berakhir
pada m. Quadratus lumborum.
2. Arteri sacralis lateralis. Arteri ini berjalan ke medial dan memberikan
cabang-cabang spinal melalui foramina sacralia anteriora
3. Arteri glutea superior. Arteri yang besar ini berjalan ke belakang
meninggalkan pelvis melalui foramen ischiadicum majus di atas m.
Piriformis, kemudian memasuki regio glutealis.
4. Arteri glutea inferior. Arteri ini meninggalkan pelvis melalui foramen
ischiadicum majus di bawah m. Piriformis, kemudian memasuki regio
glutealis.
5. Arteri obturatoria. Arteri ini berjalan mengelilingi dinding lateral pelvis di
bawah peritoneum, meninggalkan pelvis melalui foramen obturatum atau
canalis obturatorius.
6. Arteri pudenda interna. Arteri ini menyilang plexus ischiadicus dan
meninggalkan pelvis mlalui foramen ischiadicum majus di bawah m.
Piriformis. Selanjutnya, a. Pudenda interna melengkung di belakang spina
11
ischiadica, melalui foramen ischiadicum minus, lalu memasuki perineum.
Vena Iliaca Interna
Kecuali v. Iliolumbalis dan v. umbilicalis, semua cabang v. Iliaca interna
menampung darah dari bagian-bagian bersesuaian yang didarahi oleh cabang-
cabang a. Iliaca interna. Vena ini selanjutnya bersatu dengan v.Iliaca externa
menjadi v. Iliaca communis. Cabang-cabang yang mengalirkan darahnya ke v.
Iliaca interna meliputi vena-vena extrapelvis, yaitu vv. Gluteae superiores, v.
Obturatoria, dan v. Pudenda interna, serta vena-vena intrapelvis, yaitu vv. Sacrales
laterales, vv. Rectales mediae (bersama-sama v. Rectalis superior dan v. Rectalis
inferior, ikut membentuk plexus venosus rectalis interna dan externa), vv.
Vesicales (dari plexus vesicalis), vv. Uterinae (plexus venosus uterinus), dan
plexus venosus vaginalis.6
Persarafan Panggul
Persarafan bagian panggul terdiri dari cabang-cabang anterior saraf spinal
lumbales dan sacrales. Cabang-cabang dari L1-L3, serta sebagian dari L4
membentuk plexus lumbales. Beberapa cabangnya termasuk saraf obturatorius
dan saraf femoral. Cabang dari L5 dan sisa dari L4 bersatu untuk membentuk
truncus lumbosacralis. Truncus lombosacralis akan kemudian bersatu dengan
saraf dari S1-S3 dan membentuk plexus sacralis. Cabang-cabang saraf utama dari
plexus sacralis adalah saraf sciatic (saraf peroneal dan saraf tibialis).9
Organ Rongga Panggul
Organ dalam rongga panggul meliputi kolon sigmoid, rektum, ureter, dan
vesica urinaria. Organ dalam rongga panggul pria dengan wanita berbeda. Pada
wanita terdapat vagina, uterus, tuba fallopi, dan ovarium.10
Ureter
Kedua ureter merupakan saluran muscular yang terbentang dari ren ke facies
posterior vesica urinaria. Urine didorong sepanjang ureter oleh kontraksi
peristaltic tunica muskularis , dibantu oleh tekanan filtrasi glomeroli. Setiap ureter
12
mempunyai panjang sekitar 10 inci (25 cm) dan menyerupai oesophagus (panjang
oesophagus 10 inci) karena mempunyai 3 penyempitan sepanjang perjalanannya,
yaitu :1
1. Uretero pelvic junction, yaitu tempat pelvis renalis berhubungan dengan
ureter
2. Flexura marginalis, tempat ureter melengkung pada waktu menyilang
aperture pelvis superior
3. Tempat bermuaranya ureter ke vesica urinaria
Ureter masuk ke pelvis dan menyilang bifurkatio arteria iliaca communis
didepan articulation sacroiliaca. Ureter kemudian berjalan ke bawah pada dinding
lateral pelvis menuju ke daerah spina ischiadica dan berbelok ke depan untuk
masuk ke angulus lateralis vesica urinaria. Dekat bagian terminal, ureter disilang
oleh ductus deferens . Ureter berjalan miring menembus dinding vesica urinaria
sekitar ¾ inci (1,9 cm) sebelum bermuara ke dalam vesica urinaria.1
Vesica Urinaria
Vesica urinaria terletak tepat dibelakang pubis didalam cavitas pelvis.
Vesica Urinaria cukup baik untuk menyimpan urine dan pada orang dewasa
kapasitas maksimumnya kurang lebih 500ml. Vesica urinaria yang kosong pada
orang dewasa seluruhnya terletak didalam pelvis,bila vesica urinaria terisi,
dinding atasnya terangkat sampai masuk region hypogastricum. Pada anak kecil ,
vesica urinaria yang kosong menonjol diatas aperture pelvis superior , kemudian
bila cavitas pelvis membesar, vesica urinaria terbenam didalam pelvis untuk
menempati posisi seperti pada orang dewasa.1,10
Vagina
Vagina merupakan organ jalan lahir bayi dan aliran menstruasi, fungsinya
adalah sebagai organ kopulasi perempuan. Panjangnya sekitar 8 cm sampai 10 cm.
Vagina menghadap uterus dengan sudut sekitar 450dari vestibula genitaliaeksternal
dan terletak antara kandung kemih dan uretra di sisi anteriordan rectum di sisi
posterior. Dinding vagina tersusun atas satu lapisan otot polos dan
13
epitheliumskuamosa bertingkat terkeratinisasi yang dikenal sebagai
lapisanvagina.Vagina dilembabkan dan dilumasi oleh cairan yang berasal dari
kapiler pada dinding vaginal dan sekresi dari kelenjar serviks. pH cairan vagina
bergantung pada kadar estrogen.11
Uterus dan Tuba Fallopi
Ukuran uterus normal sekitar 8 cm pada wanita nuli para. Uterus terdiri
atas: fundus (bagian yang terletak di atas pintu tuba fallopi), korpus, dan serviks.
Serviks terbenam dalam dinding anterior vagina sehingga dibagi menjadi bagian
supravaginalis dan vaginalis. Kavitas interna serviks berhubungan dengan kavitas
korpus pada os interna dan dengan vagina pada os eksterna. Tuba fallopi terletak
pada tepi bebas ligamentum latum dan berfungsi untuk membawa ovum dari
ovarium menuju kornu uteri, tuba dibagi menjadi: pars infundibulum, ampula,
istmus, dan interstisial. Uterus terdiri atas dinding otot yang tebal (miometrium)
dan dilapisi oleh membrana mukosa (endometrium). Endomterium mengalami
perubahan siklik yang nyata selama menstruasi.2
Ligamentum latum adalah batas lateral utama dari uterus.Pada sebagian
besar wanita, uterus terletak anteversi, yaitu aksis serviks melengkung ke depan
pada aksis vagina. Pada sebagian wanita uterus terletak retroversi.2
Vaskularisasi terutama dari a. Uterina (cabang a. Iliaca interna). Arteri ini
berjalan dalam ligamentum latum dan, setinggi os interna, menyilang ureter pada
sudut kanan untuk mencapai dan memasok darah ke uterus sebelum melakukan
anastomosis dengan a. Ovarica (cabang aorta abdominalis).2
Ovarium
Masing-masing ovarium mengandung sejumlah folikel primordial yang
berkembang pada saat awal kehidupan fetus dan menunggu saat pematangan
menjadi ovum. Selain produksi ovum, ovarium juga bertanggung jawab
menghasilkan hormon seksual. Tiap ovarium dikelilingi oleh kapsula fibrosa,
yang disebut tunica albugenia.2
Ovarium terletak di sebelah dinding samping pelvis dan ditahan pada posisi ini
oleh dua struktur: ligamentum latum yang melekat ke ovarium di sebelah
14
posterior oleh mesovarium; dan ligamentum ovarica yang menahan ovarium ke
kornu uterus.2
Pemeriksaan Vagina Touche
Vagina toucher adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan memasukkan
jari ke dalam liang sanggama untuk mengetahui pasien yang baru datang sudah
inpartu/belum, menetapkan titik awal suatu persalinan dan menetapkan ramalan
perjalanan persalinan. Ukuran panggul dalam yang perlu diperhatikan saat vagina
touche saat mengukur conjugata diagonalis dimana jika promontorium tercapai
dengan jari yang berada di liang sanggama diukur conjugata diagonalis yaitu dari
pinggir bawah symphisis sampai promontorium. Selain itu yang perlu
diperhatikan adalah ukuran conjugata diagonalis memberi perkiraan conjugata
vera dengan mengurangi ukuran conjugata diagonalis – 1,5 cm. Dimana conjugata
diagonalis adalah 12, cm atau lebih.8
Penutup
Tulang pelvis terdiri dari empat, yaitu dua ossa coxae , os sacrum, dan os
coccygys. Rangka pelvis terdiri dari pelvis major dan pelvis minor (saluran tulang
yang harus dilalui oleh janin pada proses persalinan). Keberhasilan dan kesulitan
pelahiran terutama ditentukan oleh kesesuaian ukuran dan bentuk pelvis dengan
kepala fetus, sehingga perlu diketahui ukuran panggul.
Daftar Pustaka
1. Snell RS. Anatomi klinik untuk mahasiswa kedokteran edisi 6. Jakarta:
EGC; 2006. h. 306-49.
2. .Faiz O, Moffat D. At a glance series: anatomi. Jakarta: Erlangga; 2004. h.
51-7.
3. Paulsen, Waschke. Sobotta atlas of human anatomy latin nomenclature :
general anatomy and musculoskeletal system. 15th ed. Munich: Elsevier
GmbH; 2011. h. 203,250-3.
4. Verrals S. Anatomi & fisiologi: terapan dalam kebidanan edisi 3. Jakarta:
EGC; 2003. h. 28-48.
15
5. Agur AMR, Dalley AF. Grant’s atlas of anatomy. 13th ed. Philadelphia:
Lippincott Williams & Wilkins; 2013. h. 315.
6. Widjaja IH. Anatomi pelvis. Jakarta: EGC; 2010. h. 3-38.
7. Kasim YI. Buku ajar traktus urogenitalis edisi 2. Jakarta: Ukrida; 2010. h.
5-6.
8. Simkin P, Ancheta R. Buku saku persalinan. Jakarta: EGC; 2005.
9. Faiz O, Moffat D. Anatomy at a glance. Turin: Blackwell Science Ltd;
2002. p. 51-7.
10. Sherwood L. Fisiologi manusia:dari sel ke sistem. Edisi ke-2. Jakarta:
EGC; 2001. h.410-51.
11. Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: EGC, 2003.
h.353-8.
16