pemicu blok 18-1.doc

33
Luise 07/ 8132 Afifah 08 KLASIFIKASI SISTEM ANGEL 1. DEFINISI Sistem Angle didasarkan pada hubungan anteroposterior rahang dengan yang lainnya (Berdasar pada relasi mesio- distal gigi, lengkung gigi dan rahang). Angle awalnya menyajikan klasifikasinya pada teori bahwa maksila molar pertama selalu berada di posisi yang benar. Namun hipotesis ini belum dibuktikan dengan penelitian cephalometric. Penekanan pada hubungan gigi molar permanen pertama menyebabkan dokter untuk Mengabaikan kerangka wajah itu sendiri dan berpikir hanya dalam hal posisi gigi. Oleh karena itu, kerusakan otot dan masalah pertumbuhan tulang seringkali terabaikan. Bahkan saat ini, ada kecenderungan untuk hanya memperhatikan hubungan gigi satu. Perubahan hubungan molar yang pertama terjadi dalam berbagai tahap perkembangan gigi. Sebuah korelasi yang lebih baik antara konsep Angle dan perawatannya diperoleh jika seseorang menggunakan kelompok Angle untuk mengklasifikasikan kerangka hubungan. Hubungan molar Kelas II dapat menghasilkan beberapa cara yang berbeda, masing-masing memerlukanstrategi yang

Upload: m-khahfi-kejora

Post on 14-Feb-2015

318 views

Category:

Documents


19 download

TRANSCRIPT

Page 1: pemicu blok 18-1.doc

Luise 07/ 8132

Afifah 08

KLASIFIKASI SISTEM ANGEL

1. DEFINISI

Sistem Angle didasarkan pada hubungan anteroposterior rahang dengan yang lainnya

(Berdasar pada  relasi mesio-distal gigi, lengkung gigi dan rahang).

Angle awalnya menyajikan klasifikasinya pada teori bahwa maksila molar pertama

selalu berada di posisi yang benar. Namun hipotesis ini belum dibuktikan dengan penelitian

cephalometric. Penekanan pada hubungan gigi molar permanen pertama menyebabkan dokter

untuk Mengabaikan kerangka wajah itu sendiri dan berpikir hanya dalam hal posisi gigi. Oleh

karena itu, kerusakan otot dan masalah pertumbuhan tulang seringkali terabaikan. Bahkan saat

ini, ada kecenderungan untuk hanya memperhatikan

hubungan gigi satu. Perubahan hubungan molar yang pertama terjadi dalam berbagai

tahap perkembangan gigi. Sebuah korelasi yang lebih baik antara konsep Angle dan

perawatannya diperoleh jika seseorang menggunakan kelompok Angle untuk mengklasifikasikan

kerangka hubungan. Hubungan molar Kelas II dapat menghasilkan beberapa cara yang

berbeda, masing-masing memerlukanstrategi yang berbeda dalam perawatan,

tetapi pola skeletal Klas II tidak salah, karena itu mendominasi oklusi dan

perawatannya. Dokter sekarang menggunakan sistem Angle berbeda

dari awalnya disajikan, untuk dasar klasifikasi telah bergeser dari geraham ke hubungan tulang.

Sistem Angle sendiri tidak memperhitungkan perbedaan akun pada bidang vertikal atau

lateral. Meskipun hubungan anteroposterior gigi dapat menjadi pertimbangan yang paling

penting, sistem klasifikasi ini kadang-kadang menyebabkan terabainya masalah

seperti overbite dan sempitnya lengkungan. Meskipun demikian, klasifikasi system Angle

adalah yang paling tradisional, paling praktis, dan yang paling populer digunakan saat ini.

(Moyers, 1973)

2. MACAM-MACAM

Page 2: pemicu blok 18-1.doc

a) Kelas I (Neutroklusi)

Merupakan maloklusi dengan hubungan anteroposterior yang normal antara rahang atas

dan mandibula di kelas ini. triangular- ridge dari titik puncak mesiobuccal dari

molar permanen pertama rahang atas berartikulasi dengan bukal groove dari mandibula

molar pertama permanen. Dasar tulang pendukung gigi-geligi rahang bawah adalah

langsung dari rahang atas tersebut, dan tidak terlalu jauh hubungan anterior atau posterior

dengan kranium. Oleh karena itu ,maloklusi ini terbatas pada malposisi dari gigi itu

sendiri yang mungkin sejajar, salah tempat pada basis tulangnya (protrusi dentalveolar),

dll (Moyers, 1972).

Maloklusi kelas I

Tipe I : crowded anterior

Tipe II: seperti Protusi maksila anterior

Tipe III : crossbite anterior

Tipe IV : Croosbite posterior

Tipe V mesial drifting posterior

b) Kelas II (Distoklusi)

Maloklusi dimana hubungan distal antara mandibular ke maksila.

Divisi Kelas II:

I) DIVISI I.-distoklusi dimana incisivus maksila biasanya di labioversi yang ekstrim.

Page 3: pemicu blok 18-1.doc

2) DIVISI 2.-Distoklusi dimana incisor central maksila mendekati normal atau

sedikit di anteroposterior linguoversi, sedangkan gigi insisivus

lateral maksila telah tipping secara labial dan mesial.

3) SUBDIVISI.-ketika distoklusi terjadi padahanya satu sisi lengkung gigi, unilateral,

disebut sebagai subdivisi dari divisinya.

c) Kelas III (Mesioklusi)

Maloklusi dimana terdapat hubungan mesial mandibula dengan maksila. Groove mesial

dari molar permanen pertama mandibular berartikulasi dengan cusp mesiobuccal dari

molar permanen pertama maksila (Moyers, 1972)

Yang dimaksudkan dengan maloklusi kelas III menurut Dr. Angle ialah Lengkung

gigi dan korpus dari mandibula mempunyai relasi yang bilateral mesial terhadap

lengkung gigi maksila. Dengan perkataan lain mandibulanya terlalu benar

(macromandible).

Kriteria Dr. Angle tentang relasi lengkung - lengkung gigi atas dan bawah ialah:

Posisi molar-molar tetap pertama.

Pada oklusi normal, bonjol (cusp) mesio-bukal molar pertama atas terletak Pada

lekuk (groove) bukal dari molar pertama bawah.

Pada maloklusi kelas III letak bonjol mesio bukal dari molar permanen pertama

rahang maksila berhadapan dengan ruang interdental di antara molar pertama dan molar

kedua mandibula. Sebab itulah maka Lischer menamakan juga Mesioclusion. Bila karena

salah satu sebab, terjadi pedanan local dari molar-molar ini,..atau gigi-gigi telah hilang,

maka oklusi dari kaninus digunakan sebagai penuntun. Pada oklusi normal, kaninus atas

molar sebagian dari sisi distal kaninus bawah dan seba gian dari sisi premolar pertama

bawah. (Isnaniah Malik, 1989)

Page 4: pemicu blok 18-1.doc

3. CIRI-CIRI

a. Kelas I

Hubungan molar pertama maloklusi kelas I adalah normal mesiodistal, tetapi ada

deviasi dari lengkung gigi seperti rotasi, crossbite, overjet, overbite,dan openbite.

Kekurangan lengkung biasanya bersamaan dan menjadikannya tidak mungkin untuk

mengakomodasi gigi pada lengkung gigi di posisi normal tanpa mengurangi jumlah gigi

dengan pencabutan (Salzmann, 1974).

Lengkung mandibula normalnya mesiodistal berhubungan terhadap lengkung

maksila, dengan mesiobukal cusp dari M1 permanen maksila menutupi grove bukal dari

M1 permanen mendibula dan mesio lingual cusp M1 maksila menutupi fossa oclusal dari

M1 permanen mandibula ketika rahang diistirahatkan dan gigi dalam keadaan tekanan.

http://anggatama.wordpress.com/2010/04/03/oklusi-dan-maloklusi

Maloklusi Angle Klas I

  - Relasi molar inter-arch normal

 - Tonjol mesiobukal M1 rahang atas beroklusi pada cekung

 - bukal M1 rahang bawah.

 - Crowding, spacing, rotasi dll.

 - Relasi skeletal normal, fungsi otot-otot normal.

 - Dapat bimaxillary protrusion

http://www.doktergigionline.com/2011/05/klasifikasi-oklusi-angle.html

b. Kelas II

Cusp mesiobukal M1 maksila menutupi antara cusp mesio bukal M1 mandibula

permanen dan aspek distal dari P1 mandibula. Juga mesiolingual cusp M1 maksila

menutupi mesiolingual cusp dari M1 permanen mandibula.

Angle membagi class II maloklusi dalam 2 divisi dan 1 subdivisi berdasarkan angulasi

labiolingual dari maksila, yaitu;

1. Kelas II – divisi I

Dengan relasi Molar terlihat seoerti tipe kelas II, gigi insisivus maksila labio version.

Page 5: pemicu blok 18-1.doc

2. Kelas II – divisi II

Dengan relasi molar terlihat seperti tipe kelas II, Insisivus maksila mendekati normal

secara anteroposterior atau secara ringan dalam linguoversion sedangakan I2 maksila

tipped secara labial atau mesial.

3. Kelas II – subdivisi

Saat relasi kelas II molar, terjadi pada satu sisi pada lengkung dental.

http://anggatama.wordpress.com/2010/04/03/oklusi-dan-maloklusi

Maloklusi Angle Klas II:

Tonjol disto-bukal M1 Rahang atas beroklusi pada cekung bukal M1 Rahang bawah.

Maloklusi   Klas   II   divisi   1

 - Incisivus Rahang atas proklinasi

 - Overjet besar

 - Deep overbite

 - Aktifitas otot abnormal

 - Bibir atas hipotonus

 - Bibir bawah terletak di palatinal incisivus Rahang atas (lip trap)

 - Bentuk lengkung gigi  V-shape

 

Maloklusi Angle Klas II divisi1

postur lidah ke bawah aktivitas otot pipi tidak ada yang mengimbangi

 

Maloklusi   Angle   Klas   II   divisi   2

 - Relasi molar Klas II

 - Inklinasi Incisivus sentral ke lingual

Page 6: pemicu blok 18-1.doc

 - Incisivus lateral tipping ke labial

 - Deep overbite

 - Lengkung berbentuk persegi

Maloklusi   Angle   Klas   II   Subdivisi

Jika relasi molar Klas II hanya pada 1 sisi, sisi yang lain Klas I

 Klas II divisi 1 subdivisi 

 Klas II divisi 2 subdivisi

http://www.doktergigionline.com/2011/05/klasifikasi-oklusi-angle.html

c. Kelas III

Lengkung dan badan mandibula berada pada mesial lengkung maksila dengan

cusp mesiobukal M1 permanen maksila beroklusi pada ruang interdental di antara ruang

distal dari cusp distal pada M1 permanen mandibula dan aspek mesial dari cusp mesial

m2 mandibula. (Moyers, 1972)

Dewey memperlengkap klasifikasi dari Dr. Angle ia membagi maloklusi kelas III dalam tiga tipe :

1.Tipe I. Bentuk lengkung gigi atas dan bawah baik dan bila ditinjau satu persatu, sering kita mengira hubungan oklusi tentu akan baik pula. Letak gigi pada umumnya rata, baik di lengkung maksila maupun di lengkung mandibula. Gigitan menunjukkan edge to edge. Pengobatan pada tipe ini kerapkali kurang memuaskan, karena sering timbul retensi akibat kurangnya incisor overlap.

2. Tipe II Incisivi mandibula berjubel-jubel dan dalam posi si linguo-versi terhadap incisivi maxilla.

3.Tipe III. Lengkung gigi maksila kurang baik pertumbuhannyasedangkan lengkung gigi mandibula tumbuh berlebih-le- bihan, Incisivi maxilla kerapkali berjubel-jubel dan linguo-versi terhadap incisivi inferiores yang pa da umumnya rata susunannya. Pada tipe ini deformitas fasial dalam bentuk prognathisma terlihat paling jelas.

Tipe III

Page 7: pemicu blok 18-1.doc

Maloklusi kelas III dibedakan pula dalam :

Subdivisi, kalau hanya sesisi saja yang menderita (unilateral). Pada mesioclusion unilateral inilah sering kita temui garis tengah yang abnormal.Menurut Dickson pembagian dalam bilateral dan uni lateral ini pada waktu sekarang tidak banyak digunakan lagi, karena banyak sarjana menganggap, lengkung gigi harus dipandang sebagai satu kesatuan, variasi-variasi antara kedua alat harus dianggap sebagai perpindahan lokal dari segmen-segmen bukal pada satu sisi. Perpindahan ini hanya bersangkut-paut dengan mahkota melulu, tiada relasi dengan rahang sebagai satu kesatuan.

Istilah-istilah lain yang sering dipakai untuk menyatakan maloklusi kelas III ialah : Progenis, Progna- thisme; Prognathisme Mandibuler, Protrusi Mandibuler.

Akhirnya, bila dinyatakan dengan indeks, maka baru dinamakan Progenia kalau gnathis indeksnya diatas 103. Yang dimaksudkan dengan gnathis indeks ialah derajat prominensia mandibula, dinyatakan dalam prosentasi oleh jarak dari basion ke bagian terdepan dari mandibula terhadap jarak basion ke titik tengah dari sutura nasalis.

4. Etiologi Maloklusi Kelas III

Pertumbuhan yang berlebihan dari mandibula mempunyai penyebab yang bermacam - macam, dapat karena keturunan, dapat disebabkan gangguan hormonal, dapat pula karena penyakit-penyakit depresiensi den infeksi, kelainan prenatal dan pengaruh lingkungan pada waktu anak dalam masa pertumbuhan.

Faktor predisposisi yang terdiri dari :1. Faktor hereditas. 2. Faktor hormonal. 3. Kelainan-kelainan prenatal.4. Penyakit-penyakit infeksi dan defisiensi.

Sedangkan pengaruh lingkungan kita golongkan sebagai pe nyebab yang mempunyai pengaruh langsung (hausa determi- nasi).lebih dari separuh maloklusi yang timbul, disebabkan karena hasil pemeriksaan statistik menunjukkan bahwa faktor lingkungan ini. Penyebab yang dapat secara langsung menimbulkan maloklusi kelas III adalah :1. Makroglosi. 2. Trauma. 3. Kebiasaan-kebiasaan jelek, seperti : menonjolkan lidah,- mengisap jari dan sebagainya. 4. Gigi susu posterior atas yang tanggal sebelumnya waktu5. Gigi susu molar bawah yang tanggal sebelum waktunya. 6. Retensi yang terlalu lama dari

Page 8: pemicu blok 18-1.doc

insisif susu atas.

(Isnaniah Malik, 1989)

4. IDENTIFIKASI

Pada maloklusi true Klas III, hubungan rahang Klas III Angle dijumpai adanya crossbite

anterior baik pada keadaan relasi sentrik maupun oklusi sentrik. Maloklusi pseudo Klas III

biasanya ditandai dengan hubungan rahang Klas I atau Klas III ringan dan disertai dengan

hubungan insisivi maksila dan mandibula edge to edge pada keadaan relasi sentrik tetapi pada

oklusi sentrik terdapat crossbite anterior. Hal ini dapat disebabkan karena adanya pergerakan

mandibula ke depan untuk menghindari kontak prematur antara insisivi maksila dan mandibula

sewaklu gigi menutup.

http://www.researchgate.net/publication/

42349659_Perawatan_Maloklusi_Pseudo_Klas_III_Dengan_Pesawat_Bionator_Tipe_III

Cara menegakkan Diangnosa Maloklusi Kelas III

Hal yang penting di dalam menentukan klasifikasi - yang dapat dari maloklusi adalah hubungan mandibula dengan gigi-gigi yang terdapat padanya dengan kranium.Andaikata hanya berdasarkan hubungan mandibula dengan gigi.-giginya, maka ini -sering membingungkan dan _tidak jelas dalam menentukan klasifikasi maloklusi. Terdapat tanda- tanda lain yang penting yang dapat dipakai sebagai pegangan dalam menentukan lokasi mandibula, antara lain :

Hubungan bidang inklinasi.

Hubungan bidang inklinasi merupakan petunjuk yang baik untuk mengetahui hubungan dan posisi terhadap basis kranii, asal saja posisi dari tiap-tiap gigi di dalam deretan lengkung mempunyai relasi yang normal terhadap tulang basal. Yang menjadi patokan yang penting dalam hubungan ini adalah gigi molar tetap atas pertama dan kaninus atas. Bila pada waktu beroklusi, bonjol mesial molar bawah dilihat dari mesial - distal berkontak dengan bagian distal premolar kedua atas dan bagian mesial molar pertama atas, juga letak kaninus atas interlock antara kaninus bawah dan premolar bawah. Maka berarti mandibula dengan gigi-gigi yang terdapat padanya mempunyai hubungan yang normal dengan basis kranii , dan digolongkan sebagai maloklusi kelas I ( Neuroklusi ).

Bila terlihat keadaan di mana gigi-gigi dan lengkung gigi bawah terletak lebih mesial

Page 9: pemicu blok 18-1.doc

daripada normal dalam hubungannya dengan gigi-gigi dan lengkung gigi atas. Bonjol mesio bukal molar pertama atas terletak lebih distal daripada "bucca 1 groove" molar pertama bawah. Maka jelaslah ini menun jukkan keadaan maloklusi kelas III.

1, 1

Gambar 4.

Maloklusi kelas III.1. Buccal groove, molar pertamabawah.2. Mesiobucca1 cusp molar pertama atas.3. Posisi gigi kaninus atas.4. Posisi gigi kaninus bawah.

2. Dengan mempelajari foto muka baik pandangan depan pun dari samping.maupun dari foto muka kita dapat mempelajari gambaran muka untuk menentukan derajat dan distribusi pertumbuhan mandibula. Penilaian dari foto muka dapat memberikan hasil yang meragukan, terutama bila terdapat suatu keadaan otot- otot yang abnormal, sering terlihat di regio simfisis mandibula. Hipertropi dan hipertonus otot-otot mentalis , quadrati labii inferior, triangularis, dan orbikularis oris sering menutupi gejala pergerakan ke arah distal dari mandibula. Di samping itu kita juga dapat mempelajari dari foto oklusi gigi geligi, baik dari samping maupun foto gigi dari depan, sehingga dapat dilihat keadaan oklusi gigi secara nyata.

3. Gambaran sefa lometrik.Gambaran sefalometrik sangat berguna untuk mem perlihatkan gambaran pertumbuhan yang abnormal dan kelainan - kelainan letak gigi.Pada kasus-kasus maloklusi di mana terdapat penebalan otot-otot sekitar mulut sehingga dengan gambaran foto muka tidak dapat ditarik kesimpulan. Maka dengan membuat gambaran

Page 10: pemicu blok 18-1.doc

sefalometrik dapat memberikan keterangan yang memuaskan.

Radiogram profil ini akan memperlihatkan hubungan antara gigi insisif dengan tulang di bawahnya. Pada neuroklusi, posisi aksial insisif bawah adalah tegak lurus dengan mandibula.

Terdapat beberapa analisa dalam sefalometrik, antara lain analisa menurut Downs. Dalam analisanya Downs membagi studi dalam dua pokok yaitu pola skeletal (skeletal pattern) dan relasi gigi terhadap pola skeletal (dental pattern). Downs memakai bidang Frankfurt horizontal sebagai dasar orientasi. Downs menentukan hubungan antero posterior dengan memakai titik-titik A dan B. Dia menghubungkan titik A dan titik B ini masing-masing dengan Sella Tursica dan Nasion. Garis-garis ini membentuk sudut-sudut dengan Dataran Sella- Nasion. Besar SNA rata-rata adalah 80°. Besar SNB rata-rata 77°. Angka-angka ini adalah nilai rata-rata apabila basis geligi mempunyai relasi yang normal terhadap basis cranii. Selisih SNA dan yaitu ,SNB menunjukkan derajat prognathisma mandibular. Kalau ANB lebih besar dari 3°, make relasi mandibula terhadap maksila ada lah post normal, sedangkan bile ANB negatif, mandibula adalah pre normal terhadap maksila.

Keuntungan metoda Down ini ialah relasi kedua titik A dan B ditentukan terhadap Basis Cranii. Juga kedua titik ini terletak pada basis apikalis sehingga mempunyai relasi terhadap posisi apikal dari insisif.

Skeletal I

Skeletal III

Page 11: pemicu blok 18-1.doc

Gambar 5.

Gambaran sefalometrik skeletal I dan skeletal III.

Differential Diagnosis antara Kelas III sejati dan Pseudo

Kelas III

1.Kelas III sejati.

Dinamakan juga skeletal kelas III dan terjadi bila korpus mandibula mempunyai panjang yang abnormal (macromandible). Menurut Schwarz prognathisma sejati hanya mungkin terjadi bile orang mempunyai predisposisi herediter ke arah pertumbuhan korpus mandibula yang berlebih- lebihan.

2.Pseudo kelas III.

Sering dinamakan juga Postural kelas III atau prognathisma tipe dento-alveolaris. Pseudo kelas III ini dalam klasifikasi Dr. Angle sebenarnya termasuk - maloklusi kelas I tipe 3, karena perkembangan mandibula normal dan maksilalah yang pertumbuhannya tidak baik. Juga retensi terlalu lama dari insisif susu dapat menyebabkan pseudo kelas III. Terlihat insisif atas dalam keadaan retrusi, sehingga insisif rahang bawah labial letaknya: Sebab itulah bahkan ada sarjana yang mengusulkan untuk menamakan pseudo kelas III sebagai Maloklusi kelas III divisi 2, analog dengan maloklusi kelas II divisi 2 dari Dr. Angle. Kelas III, sejati dapat dinamakan maloklusi kelas III divisi 1, analog dengan maloklusi kelas II divisi 1 dari Angle.

Page 12: pemicu blok 18-1.doc

Untuk mengetahui apakah mandibula yang bertumbuh berlebih-lebihan, atau maksila yang tumbuhnya kurang dari normal, atau kedua-duanya, make studi dengan cephalometri berguna sekali.Bila sudut SNA kurang dari angka rata-rata yaitu 800, dan bile SNB sudutnya sama besar dengan angka rata-rata, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa maksila yang tidak baik pertumbuhannya dan maloklusi adalah pseudo kelas III.Bila sudut SNA sesuai dengan angka rata-rata,tetapi SNB jauh lebih besar dari 770, maka maloklusi ini 2dalah kelas III sejati.

Gambar 6.

Panjang basis cranii diukur dari posisi Nasion yang mempengaruhi sudut ANB.

Ini berarti bahwa panjang basis cranii (dataran S- N) mempunyai hubungan erat dengan maloklusi. Oleh karena itu sudut rata-rata SNA harus disesuaikan untuk bermacam- macam bangsa.

Gambar 7. Pseudo kelas III (titik-titik menunjukkan posisi yang normal).

Page 13: pemicu blok 18-1.doc

Gambar 8. Skeletal kelas III (titik-titik menunjukkan posisi yang normal).

(Isnaniah Malik, 1989)

 

  Publikasi ilmiah 6 : Edisi  ini menyajikan karya tulis  drg Wayan Ardhana,MS.SpOrt.  Bagian Ortodonsia FKG UGM

  

PERAWATAN GIGITAN SILANG GIGI DEPAN PADA GIGI SUSU DENGAN DATARAN GIGITAN MIRING AKRILIK CEKAT

(Laporan Kasus)

Wayan Ardhana

 Bagian Ortodonsia FKG UGM, Program Studi  Ortodonsia PPDGS FKG UGM

 

 

ABSTRAK

Gigitan silang gigi depan jika dibiarkan berkembang akan dapat mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan maksila dan tidak terkontrolnya pertumbuhan mandibula ke depan sehingga dapat menjadi  maloklusi skeletal kelas III yang sangat merusak penampilan wajah. Perawatan sangat perlu dilakukan pada usia dini sejak periode gigi susu. Dua kasus maloklusi pseudo kelas III dengan gigitan silang gigi depan pada periode gigi susu telah dirawat menggunakan dataran gigitan miring akrilik yang dipasang secara cekat pada gigi depan bawah. Maloklusi dapat terkoreksi dalam waktu 2-3 bulan, oklusi dapat dikembalikan kerelasi normalnya dan tetap dalam keadaan normal saat dilakukan observasi  ketika semua gigi depan permanen

Page 14: pemicu blok 18-1.doc

telah erupsi.

Kata kunci : Gigitan silang gigi depan, periode gigi susu,  dataran gigitan miring cekat

Abstracts

Untreated anterior crossbite will be able to  inhibit the  maxillary growth  and  subsequent uncontrolled forward  growth of  the mandible  can   lead  to class III skeletal malocclusion and  therefore  an unattractive appearance. Care needs to be done at a very early age and can be started during primary dentition period. Two cases of pseudo class III malocclusion with anterior  cross bite of primary dentition have been treated using fixed acrylic  bite plane  mounted on the lower front teeth. Malocclusion can be corrected in 2-3 months, and  normal occlusion can be restored  and remained  stable  when all the

Keywords: Anterior crossbite, primary dentition period,  fixed bite plane 

PENDAHULUAN

Gigitan silang gigi depan (anterior crossbite)  didefinisikan sebagai gigitan dengan

keseluruhan atau beberapa gigi depan atas baik pada gigi susu maupun gigi permanen berada

pada posisi lingual dalam hubungannya terhadap gigi depan bawah.1,2,3  Keadaan ini seharusnya

menjadi  keprihatinan yang sangat besar bagi setiap keluarga  terutama orang tua dimulai sejak

tahap awal periode tumbuh kembang gigi anak, karena keadaan ini jika dibiarkan dapat

mengakibatkan gangguan estetika dan fungsional yang sangat serius bagi perkembangan anak

dikemudian hari, tetapi di masyarakat kita hal ini kurang menjadi perhatian.

Jika keadaan ini  melibatkan keseluruhan gigi depan, dari gigi kaninus sampai kaninus

keadaan tersebut disebut sebagai gigitan silang menyeluruh (full anterior cross bite) sedangkan jika

hanya melibatkan satu atau beberapa gigi saja disebut sebagai gigitan silang individual (individual

anterior cross bite). Pada keadaan awal, pada periode gigi susu adanya gigitan silang gigi depan ini

mengakibatkan mandibula dipaksa berada pada posisi lebih kedepan terhadap posisi maksila 

sedangkan bentuk dan ukuran mandibula biasanya masih normal, keadaan ini juga disebut sebagai

maloklusi pseudo kelas III. Jika keadaan ini tidak segera dirawat dan dibiarkan berkembang, sejalan

dengan pertumbuhan dan perkembangan anak, akan dapat mempengaruhi integritas rahang yaitu

terhambatnya pertumbuhan maksila dan tidak terkontrolnya pertumbuhan mandibula ke depan

sehingga kelainan crossbite anterior ini akan melibatkan tulang rahang. Keadaan ini disebut

sebagai  maloklusi  kelas III skeletal  yang sejati (true skeletal class III).4,5

Perawatan gigitan silang gigi depan, baik karena faktor dentoalveolar maupun sudah

melibatkan skeletal sangat dianjurkan dilakukan sedini mungkin dari sejak periode gigi susu atau

Page 15: pemicu blok 18-1.doc

periode gigi campuran walaupun perawatan dini ini tidak menjamin dikemudian hari tidak perlu

dilakukan perawatan ortodontik lagi. Tujuan dari perawatan dini pada maloklusi tipe ini adalah

hanya untuk mengoreksi gigitan silang gigi anterior yang dikemudian hari sering mengakibatkan

terbentuknya maloklusi kelas III sejati yang dapat sangat seriusmengganggu estetika penampilan

gigi-geligi dan wajah serta menghambat efektifitas fungsi gigi sebagai organ pengunyah dan bicara.

Keadaan ini hanya mungkin dikoreksi dengan parawatan interdisipliner yaitu kerjasama antara

tindakan bedah ortognasi dan perawatan ortodontik.1

Tidak banyak dijumpai kasus gigitan silang gigi depan pada gigi susu yang di bawa oleh

orang tua ke tempat praktek untuk mendapat perawatan, mungkin karena ketidakmengertian para

orang tua, kesulitan mengajak anak ke dokter gigi karena rasa takut anak akan perawatan yang

akan dilakukan atau anggapan bahwa kelainan pada gigi susu tidak penting karena dikemudian hari

akan diganti dengan gigi permanen, juga mungkin karena insiden kasusnya memang sedikit.

Walaupun demikian mengingat dampak maloklusi yang mungkin ditimbulkan pada anak dikemudian

hari, hal ini seharusnya menjadi tanggung jawab profesional para dokter gigi anak dan para

ortodontis untuk memberi edukasi kepada orang tua agar segera sedini mungkin memeriksakan jika

menjumpai kelainan ini pada anaknnya.

Ada beberapa cara yang dapat dipakai untuk merawat kasus gigitan silang gigi anterior baik

pada periode gigi susu maupun periode gigi campuran (mixed dentition) dengan segala kelebihan

dan kekurangannya, seperti penggunaan bilah lidah (tongue blades), mahkota dari logam (reversed

stainless steel crown), lereng dari resin komposit yang dibonding (bonded resin composite slopes),

alat ortodontik lepasan rahang atas dengan Z springs (Howley appliance), alat ortodontik lepasan 

rahang bawah dengan dataran gigitan miring (removable mandibular inclined bite plane) atau

disebut sebagai alat ortodontik dari Bruckl(Bruckl appliance) penggunaan dataran miring cekat dari

akrilik pada rahang bawah  (lower fixed acrylic inclined bite planes) yang juga disebut

sebagai Catlans appliance atau menggunakan alat cekat partial braces .7,8,9,10

Penggunaan bilah lidah hanya efektif untuk pasien-pasien yang kooperatif, pada

penggunaan alat ini tidak memungkinkan didapatkan kontrol besar dan arah kekuatan yang

digunakan ketika alat dipakai. Demikian juga pada penggunaan alat ortodontik lepasan walaupun

dengan cara ini pemberian kekuatan dapat lebih terkontrol tetapi kemampuan anak untuk dapat

memakai alat ini sangat diragukan. Penggunaan mahkota logam pernah dilaporkan sukses dapat

mengoreksi gigitan silang gigi depan tetapi mempunyai dua kerugian yaitu penampilan yang kurang

estetis dan keterbatasan penyesuaian lereng yang sudah dibentuk dengan pengecoran. Sedangkan

Page 16: pemicu blok 18-1.doc

pada penggunaan lereng dari bonded resin komposite walau dapat sukses mengoreksi cross bite

anterior dan dengan estetik yang cukup baik tetapi kesulitan terletak pada penghilangan komposit

dari permukaan mahkota yang dibonding tanpa menimbulkan kerusakan pada email  gigi10.

Tujuan dari laporan kasus ini adalah untuk membahas perawatan ortodontik dua kasus

gigitan silang penuh gigi susu, menggunakan dataran gigitan miring dari resin akrilik (Catlans

appliance) yang dipasang secara cekat pada gigi depan bawah.

TINJAUAN PUSTAKA

Insiden kasus-kasus gigitan silang  gigi depan distribusinya  sangat ditentukan oleh faktor

etnik khususnya pada orang Jepang dijumpai sangat tinggi sampai mendekati 10 % sedangkan

pada ras kulit putih sangat sedikit, kurang dari 1%. Pada anak-anak di China diperkirakan mencapai

2-3 %, sedangkan di USA pernah dilaporkan bahwa sebanyak 3% kasus-kasus gigitan silang gigi

depan telah tercatat pada pasien-pasien ortodontik,5,6,7 di Indonesia belum diketahui secara pasti

persentase kasus ini,  perkiraan mungkin juga bisa mencapai 2-3 % seperti di  China.

Sebagai etiologi,  kasus-kasus  gigitan silang pada maloklusi pseudo kelas III ini selain

faktor genetik dapat terjadi karena (1) faktor  dental yaitu erupsi ektopik gigi insisvus sentral atas

dan tanggal prematurnya gigi molar susu, (2) faktor  fungsional seperti  anomali posisi lidah, 

ganguan neuromuskular dan saluran pernafasan, (3) faktor skeletal berupa diskrepansi transversal

ringan pada  tulang maksila.6

Gigitan silang pada gigi anterior selain dapat mengganggu estetika penampilan gigi-geligi

dan wajah dapat pula mengakibatkan beberapa gangguan lain seperti terjadinya keausan pada 

email permukaan labial gigi insisivus atas, kompensasi gigi insisivus bawah terhadap posisi

mandibula, dapat juga mengakibatkan tipisnya plat tulang alveolar dibagian labial dan/ atau

terjadinya resesi gingiva.1,7,11

Perawatan gigitan silang gigi depan secara dini sangat disarankan agar memungkinkan

gigi-gigi insisivus permanen erupsi mencapai oklusi yang benar pada waktunya serta mencegah

gigi-gigi mengalami keausan yang tidak normal, tekanan gigitan yang tidak terarah terhadap

jaringan priodontal, penyimpangan perkembangan tulang alveolar dan  pertumbuhan yang tidak

seimbang pada kondilus.12

Pada saat perencanaan perawatan, analisis ketersediaan ruang yang cukup untuk gigi-gigi

Page 17: pemicu blok 18-1.doc

yang mengalami  gigitan silang sangat penting untuk dilakukan agar gigi tersebut dapat melompat 

menempati posisi normalnya, tetapi perawatan yang dilakukan pada periode gigi susu yaitu pada

anak umur sekitar 2-5 tahun terutama menjelang  gigi permanen erupsi keterbatasan ruang sangat

jarang dijumpai karena  rahang telah bekembang untuk mengakomodasi erupsinya gigi permanen

pengganti yang ukurannya lebih besar kecuali pada gigi premolar.13            

Kesulitan yang mungkin dihadapi pada anak sekitar umur 2 – 4 tahun  adalah anak sedang

menjalani keadaan emosi yang tidak menyenangkan (terrible two’s) karena tingkah lakunya yang

tidak kooperatif dan sering menjengkelkan. Pada saat periode perkembangan emosi ini, anak selalu

bergerak tidak pernah diam dan konflik selalu terjadi dengan saudara kandung, pengasuh  dan

orang tua.14    

Beberapa jenis alat ortodontik pernah disarankan untuk merawat maloklusi dengan gigitan

silang pada gigi depan. Penggunaan salah satu dari masing-masing alat tersebut harus

mempertimbangkan pelbagai hal agar alat ortodontik tersebut dapat efektif untuk mengoreksi

maloklusi, seperti berdasarkan (1) jumlah gigi depan yang terlibat yaitu yang bersifat menyeluruh

atau individual, (2) periode tumbuh kembang gigi yaitu periode gigi susu atau periode gigi

campuran, (3) pertimbangan umur berkaitan dengan kemampuan dan tingkat kooperatif pasien

memakai alat tersebut, selain itu juga (4) pertimbangan estetik.

Penggunaan bilah lidah (tongue blade) merupakan cara klasik yang paling mudah dilakukan

akan efektif apabila dilakukan pada fase awal erupsi gigi insisivus permanen, hanya saja dengan

cara ini ketika alat di pakai, besar dan arah penggunaan kekuatan tidak terkendali. Tingkat

keberhasilan penggunaan alat ini sangat ditentukan oleh tingkat kooperatif pasien untuk bekerja

sama  mentaati aturan cara dan waktu penggunaannya yang dalam banyak kasus sangat sulit

untuk didapatkan.10

Gambar 1. Bilah lidah (tongue blade) untuk koreksi                  gigitan silang pada gigi depan10

Penggunaan  lereng dari resin komposit yang yang dibonding (bonded resin composite

slopes) dapat dengan mudah mengoreksi gigitan silang individual gigi depan permanen dalam

waktu singkat tanpa menimbulkan kerusakan pada jaringan periodontal.8

Page 18: pemicu blok 18-1.doc

Gambar 2. Gigitan silang gigi depan dikoreksi dengan lereng dariresin komposit (bonded resin composite slopes) 8

Penggunaan dataran miring cekat dari akrilik pada rahang bawah  (lower fixed acrylic

inclined bite plane)   yang juga disebut sebagai Catlans appliance juga merupakan pilihan lain yang

dilaporkan sangat efektif digunakan mengoreksi gigitan silang gigi depan baik pada periode gigi

susu maupun periode gigi campuran.7

Gambar 3. Dataran miring cekat akrilik pada rahang bawah (lowerfixed acrylic inclined bite planes/Catlans appliance) 7

Penggunaan alat lepasan Hawley appliance yang dilengkapi dengan Z springs dapat

dijadikan pilihan jika pasien kooperatif dan sudah mampu memakai alat lepasan di dalam mulut

terutama pada pasien anak-anak usia remaja 6-13 tahun.10

Gambar 4. Howley appliance yang dilengkapi dengan Z springs10

Koreksi gigitan silang gigi anterior pada periode gigi susu dan gigi campuran dapat

dilakukan dengan menggunakan alat ortodontik lepasan dengan dataran gigitan miring yang disebut

sebagai Bruckl appliancemerupakan alat fungsional sederhana pada rahang bawah yang bekerja

pada dataran miring mengoreksi gigitan silang pada gigi depan,  dapat berfungsi sebagai alat

retensi setelah perawatan aktif selesai dan dapat ditambahkan gigi jika diperlukan sebagai gigi

palsu pengganti gigi yang tanggal terlalu dini.2

Gambar 5. Alat ortodontik lepsan dengan dengan dataran                   miring rahang bawah (Bruckl appliance) 2

Page 19: pemicu blok 18-1.doc

Balters bionantor dapat digunakan dengan efektif untuk mengoreksi maloklusi pseudo kelas

III pada periode gigi campuran, koreksi maloklusi dental dapat dicapai  dalam beberapa bulan

pemakaian alat dan stabilitas hasil perawatan memindah posisi mesial mandibula dan

mengembalikan pertumbuhan mandibula kearah normal.6

Gambar 6. Balters bionantor digunakan untuk mengoreksi         maloklusi pseudo kelas III pada periode gigi campuran6

Alat cekat braces yang menggunakan partial labial/lingual archwire yang disebut sebagai alat cekat

sederhana (simple fixed appliance)15 atau alat cekat sebagian berupa  sistem  braces 2x4 atau 2x6 

(partial braces system).16 Alat ini dapat digunakan pada kasus-kasus gigitan silang gigi insisvus

permanen pada periode gigi campuran juga merupakan alternatif pilihan yang perlu

dipertimbangkan terutama pada pasien-pasien yang tidak kooperatif memakai alat lepasan.

         

Gambar 7. Alat cekat braket sebagian (partial braces) 2x416

 

LAPORAN KASUS

Kasus I

Seorang ibu datang ke tempat praktek pribadi mengantar anaknya laki-laki umur 4 tahun 2

bulan, dengan keluhan gigi depan atas masuk dibelakang gigi depan bawah, seperti halnya terjadi

pada kedua kakaknya yang sedang mendapat perawatan ortodontik dengan kasus yang sama.

Anaknya minta sendiri untuk dipasang alat seperti kakaknya.

Pemeriksaan klinis: Anak sangat kooperatif, tidak ada bad habit. Ekstra oral, muka tampak

simetris, profil  agak cekung, dagu sedikit maju. Intra oral : Semua gigi susu sudah erupsi penuh,

tidak kada karies. Gigi molar pertama  permanen belum erupsi, relasi molar pertama gigi susu kelas

III Angle, relasi gigi anterior dari gigi kaninus sampai kaninus crossbite, lengkung gigi rahang bawah

sedikit lebih besar dari rahang atas.

Page 20: pemicu blok 18-1.doc

Diagnosis : Maloklusi Angle kelas III, (pseudo kelas III)  disertai dengan full crossbite gigi

anterior karena faktor genetik.

Gambar 8. Foto wajah, profil dan gigi pasien kasus I sebelum perawatan 

Rencana perawatan: Ditetapkan untuk dirawat dengan alat cekat mandibular fixed inclined

bite planeyang dibuat dari clear transparent acrylic orthoplast. Pemilihan alat ini dengan

pertimbangan tidak mudah dilepas oleh pasien, tidak memenuhi mulut, pemakaiannya tidak

memerlukan perawatan khusus dirumah selain menjaga kebersihannya. Dilakukan pencetakan

rahang atas dan bawah dengan sendok cetak ukuran kecil (untuk anak-anak) untuk pembuatan

model studi dan model kerja, anak sangat kooperatif saat dicetak.

Gambar 9. Foto Mandibular fixed inclined bite plane untuk pasien kasus I

Gambar 10. Foto wajah dan gigi pasien kasus I ketika alat dipasang

Page 21: pemicu blok 18-1.doc

Perawatan: Pemasangan alat dilakukan dengan disemen Zn Phosphat pada gigi depan

bawah dengan kemiringan 45o terhadap bidang oklusal, ketika dipasang gigi posterior tampak tidak

kontak berjarak sekitar 0,5 cm.  Monitoring kemajuan perawatan dilakukan dengan

observasi “jumping” gigi depan atas setiap kontrol  dua minggu sekali. Instruksi pada pasien,

mengunyah makanan  supaya dilakukan pada gigi depan.

Gambar 11. Foto wajah dan gigi pasien kasus I ketika alat dilepas

         

           Gambar 12. Foto wajah dan gigi pasien kasus I dua minggu setelah alat dilepas

Hasil perawatan : Kontrol dua minggu pertama, ibunya melaporkan tidak ada masalah,

anak tidak kesulitan ketika alat dipakai makan. Pada kontrol dua minggu II, gigi atas

belum jumping, anak tampak sangat kooperarif tidak merasa terganggu dengan adanya alat

tersebut dalam mulut. Pada kontrol dua minggu ke III, gigi anterior atas tampak  sudah jumping, tapi

diputuskan untuk dilepas pada kontrol berikutnya. Pada kontrol dua minggu IV, alat dilepas dengan

pengeburan plat akrilik dibagian labial gigi depan kemudian dicungkil dengan waxmesh, pelepasan

alat sedikit mengalami kesulitan karena plat bagian labial agak tebal, tetapi ini sangat dibantu oleh

anaknya yang sangat kooperatif. Setelah dilepas didapatkan crossbite terkoreksi tapi gigi depan

tampak openbite, gingiva tampak merah karena peradangan, diobati dengan yodgliserin. Pada

kontrol dua minggu V, Didapatkan openbite menghilang, gigitan normal

dengan overjet dan overbite sekitar 1 mm. Observasi setelah dua tahun kemudian,  ke empat gigi

insisivus permanen atas dan bawah telah erupsi penuh  dengan ovejet dan overbite normal, relasi

gigi molar pertama kelas I Angle. Instruksi kepada orang tuanya, anak akan diobservasi kembali 

setelah berumur 13-14 tahun, yaitu  setelah semua gigi permanen erupsi kecuali gigi molar 3.

Page 22: pemicu blok 18-1.doc

Kasus II

            Sepasang suami isteri, datang ketempat praktek pribadi atas saran orang tua dari pasien

kasus I, menghantarkan anaknya, anak pertama, perempuan umur 3 tahun 4 bulan dengan keluhan

gigi depan gigitannya terbalik. Orang tua anak  tidak menunjukkan profil muka kelas III, profil orang

tua dari bapak dan ibunya tidak jelas diketahui.

Pemeriksaan klinis: Ekstra oral, pasien sangat tidak kooperatif, tidak mau membuka mulut,

sangat takut untuk diperiksa, yang dapat dilakukan pada awal kunjungan hanya perkenalan,

pendekatan untuk menghilangkan rasa takut dan pemeriksaan umum serta pencatatan identitas.

Pengamatan pada muka tampak normal simetris, profil normal, dagu posisi normal terhadap rahang

atas. Tidak ada bad habit.  Pemeriksaan gigi dan pencetakan tidak bisa dilakukan, ditunda sampai 6

kali kunjungan karena pasien takut ketika diperiksa, pada kunjungan ke tujuh pasien baru mau

membuka mulut untuk diperiksa dan bisa diyakinkan bahwa diperiksa tidak sakit, pasien belum mau

dicetak.  Hasil pemeriksaan intra oral : semua gigi susu sudah erupsi penuh. Gigi molar pertama

permanen belum erupsi, tidak ada karies, hubungan molar pertama gigi susu kelas III Angle, gigitan

gigi depan terbalik.

PEMBAHASAN

Kasus gigitan silang gigi depan sangat penting untuk mendapat perawatan sedini mungkin

karena akan dapat mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan maksila dan tidak terkontrolnya

pertumbuhan mandibula ke anterior. Keadaan ini mengakibatkan kelainan akan dapat berkembang

menjadi maloklusi kelas III skeletal sejati yang sangat merusak penampilan wajah dan

perawatannya dapat menjadi lebih sulit jika nantinya membutuhkan tindakan bedah selain

perawatan ortodontik. Edukasi kepada masyarakat sangat perlu dilakukan terutama kepada ibu-ibu

sejak anaknya bersekolah di taman kanak-kanak, bahwa perawatan gigitan silang jika dijumpai

dapat dilakukan sejak periode gigi susu. Perawatan gigitan silang pada gigi depan dapat dilakukan

dengan beberapa pilihan metode atau macam alat yang dipakai. Perawatan menggunakan dataran

gigitan miring dari akrilik yang dipasang secara cekat pada gigi depan rahang bawah dapat sangat

mudah diadaptasi oleh anak pada usia dini (periode gigi susu) sedangkan faktor kesulitan yang

mungkin dihadapi  pada tahap awal adalah mengatasi rasa takut anak berhadapan dengan dokter

gigi. Perawatan aktif dapat dilakukan dalam waktu singkat sekitar 2-3 bulan dan dengan biaya yang

tidak mahal dibandingkan jika perawatan dilakukan pada usia dewasa. Tujuan perawatan hanya

untuk meloncatkan gigi depan atas ke posisi normalnya sehingga hubungan mandibula terhadap

maksila dapat kembali normal sebelum terjadi distorsi pertumbuhan tulang rahang. Hasil perawatan

Page 23: pemicu blok 18-1.doc

dapat mengembalikan relasi rahang dan oklusi gigi kehubungannya  yang normal dengan demikian

kelainan pertumbuhan skeletal ke arah yang lebih parah dapat dihindari. Observasi setelah gigi

depan permanen semua erupsi, didapatkan oklusi masih tetap dalam keadaan normal. Untuk

mengamati perkembangan lebih lanjut masih perlu dilakukan observasi ketika nanti anak berumur

12-14 tahun  yaitu pada saat gigi permanen telah erupsi semua,  kecuali gigi molar 3.

 

KESIMPULAN

Perawatan gigitan silang dengan menggunakan dataran gigitan miring cekat dari akrilik

pada rahang bawah dapat dilakukan dari sejak periode gigi susu dengan hasil yang memuaskan.

Perawatan dengan alat ini mempunyai beberapa keuntungan: (1) pembuatannya mudah dan biaya

tidak mahal. (2) anak tidak kesulitan memakai karena dipasang secara cekat (3)  tidak perlu

dilakukan perawatan khusus dirumah selain menjaga kebersihannya, (4) tidak perlu dilakukan

pengaktifan alat dan gigitan silang gigi depan dapat terkoreksi secara cepat, (5) walaupun tidak

menjamin tidak akan dilakukan perawatan ortodontik lagi dikemudian hari, setidak-tidaknya

perkembangan kearah kelainan skeletal yang lebih parah dapat dihindari.

DAFTAR PUSTAKA

1.     Salzmannn JA. Orthodontics in Daily Practice, JB Lippincott Company, Philadelphia,1974; 211-

245.

2.     Jirgensone I, Liepa A, dan Abeltins A.  Anterior Crossbite Correction in Primary and Mixed

Dentition with Removable Inclined Plane (Bruckl Appliance). Stomatologija, BDMJ, 2008; 10 (4),

140-144.

3.     Nakasima A, Ichinose M, Nakata S. Genetic and Inveronmental factors in Development of So-

called Pseudo and True Mesioclusions. Am J Orthod Denthofac Orthop, 1986; 90: 106-116.

4.     Rabie ABM, Gu Y. Diagnostic Criteria for Pseudo Class III Malocclusion. Am J Orthod

Denthofac Ortho, 2000: 11: 1-9.

5.     Nakasima A, Ichinose M dan Nakata S. Hereditary Factors in The Craniofacial Morphology of

Angle Class II and Class III Malocclusion. Am J Orthod Denthofac Ortho, 1982; 82:150-156.

Page 24: pemicu blok 18-1.doc

6.     Giancotti A, Masselli A, Mampieri G dan Spano E.  Pseudo Class III Malocclusion Treatmenth

with Balter’s Bionator. JO, 2003; 30: 203-215.

7.     Valentine F dan Howitt JW. Implications of early anterior crossbite correction, Journal of

Dentistry for Children, 1970; 37 (5) :420–427.

8.  Bayrak S dan Tunc ES.  Treatment of anterior dental crossbite using bonded resin-composite

slopes: case reports, European Journal of Dentistry2008; 2: 303–307.

9.     Olsen CB. Anterior crossbite correction in uncooperative or disabled children. Case

reports, Australian Dental Journal, 1996; 41 (5): 304–309.

10.  Dwijendra KS, Doifode D dan Nagfal D. Treatment option for a “Peg lateral” in crossbite : A

Case report,IJCD, 2011; 2 (2): 25-27.

11.  Skeggs RM dan Sandler PJ, Rapid correction of anterior crossbite using a fixed appliance: a

case report,Dental Update, 2002, 29, (60): 299–302.

12.  Lee BD. Correction of crossbite, Dental Clinics of North America, 1978; 22 (4): 647-668.

13.  Melson B, Attina L, Santuari M dan Attena. Relationshps between  swallow pattern, mode of

respiration and development of malocclusion, Angle Orthod, 1987; 57(2): 113-120.

14.  Proffit WR , Fields HW, Ackerman JL, Bailey LTJ dan Tulloch JFC. Contemporary

Orthodontics, 3rd Edition, Mosby, St Louis, Misouri, USA, 2000; 24-113.  15.  Asher RS, Kuster

CG, dan Erickson L. Anterior dental crossbite correction using a simple fixed appliance : Case

report. Pedeatr Dent. 1986; 8 (1): 53-55

15. Asher RS, Kuster CG, dan Erickson L. Anterior dental crossbite correction using a simple fixed

appliance : Case report. Pedeatr Dent. 1986; 8 (1): 53-55

16.  Hesse K, Major P, Nebbe B dan Dunncan M. Align: Orthodontics imagine the posihbelities,

Website;http://www.alignortho.com/Portals/0/2x4%20AND%202x6%20APPLIANCE.pdf.

Diunduh pada 10 Okt. 2011.

 Adobe Acrobat Reader 4.0 or higher is recommended to view these articles. If you do not currently have Adobe Acrobat Reader, click on the button to download your free copy of Acrobat Reader to view .pdf files.

Page 25: pemicu blok 18-1.doc

  

 Lihat   Makalah Selanjutnya

 Komponen Penjangkar pada Alat Ortodontik Lepasan

 Penambahan Komponen Alat Cekat untuk Mengatasi Kesulitan pada Perawatan Ortodontik

 Hubungan antara Pengukuran Inklinasi Gigi Insisivus Sentral Secara Linier pada Model Studi

 Hubungan Status Gizi dan Dimensi Lengkung Gigi dengan Dimensi Bibir Atas

 Pengaruh Konfigurasi Bentuk Bengkokan Kawat Ortodontik dalam Plat Akrilik

 Perawatan Gigitan Silang Gigi Depan pada Gigi Susu dengan Dataran   Giditan   Miring Akrilik Cekat     (Laporan Kasus)

  

DAFTAR PUSTAKA

Moyers, Robert R. 1973. Handbook Of Orthodontics, 4 th edition. YEAR BOOK MEDICAL

PUBLISHERS,.INC. London

Salzmann J. A. 1974. Othodontics in Daily Practice. J. B. Lippincott Company

Malik, Isnaniah. 1989. Maloklusi Kelas III Angle. Makalah disajikan dalam Seminar

Pendidikan Sp-1 Bidang Ortodonti, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Padjajaran,

Bandung, 1989.