pemicu 2 blok 9
DESCRIPTION
Tugas Kuliah FKGTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Lesi pra-ganas adalah kondisi penyakit yang secara klinis belum menunjukkan tanda-tanda yang
mengarah pada lesi ganas, namun di dalamnya sudah terjadi perubahan-perubahan patologis
yang merupakan tanda akan terjadinya keganasan. Untuk membantu menegakkan diagnosa lesi
tersebut diperlukan pemeriksaan histopatologi dan sitologi. Pemeriksaan sitologi maupun
histopatologi harus didukung dengan teknik pengambilan spesimen yang baik agar didapatkan
gambaran mikroskopis yang akurat. Adapun tujuan pemeriksaan laboratorium tersebut adalah
untuk menegakkan suatu diagnosis, menjadi pedoman di dalam penatalaksanaan pasien,
menentukan prognosis, skrining suatu penyakit, dan pemantauan terapi.
1.2 DESKRIPSI TOPIK
Seorang pasein berumur 40 tahun datang berobat ke praktek dokter gigi dengan keluhan adanya
luka di pii bagian kanan. Hal ini sudah dialami pasien 6 bulan terakhir. Luka ini pernah diobati
tetpai tidak sembuh-sembuh. Selain itu paien juga mengeluhkan adanya benjolan di daerah
bawah rahang kanan, tanpa sakit. Pasien sering mengeluh protesa yang dipakai mencucuk pipi.
Berdasarkan pemeriksaan oleh dokter gigi, pada rongga mulut terdapat adanya ulkus (tukak)
dipipi kanan (daerah bukal) dengan diameter 1,5 cm, tepi ulkus yang meninggi dan tidak teratur.
Dijumpai kawat (klamer) gigi palsu RA dibagian molar kanan atas yang mengiritasi mukosa pipi.
Pada pemeriksaan leher dijumpai pembengkakan yang berdiameter 3 cm pada daerah
submandibula kanan, konsistensi keras, tidak sakit, mobile (bergerak). Dari hasil pemeriksaan
histopatologi didiagnosa sebagai karsinoma sel skuamous rongga mulut (squamous cell
carsinoma) yang bermetastasi ke KGB regio submandibular kanan. Berdasarkan hasil radiologi
foto thorak, tidak dijumpai kelainan pada paru, dan jantung masih dalam batas normal.
PRODUK
1. Jelaskan cara pengambilan spesimen pemeriksaan patologi anatomi untuk kasus luka di
pipi.
2. Jelaskan cara pengambilan spesimen dengan kasus pembengkakan submandibular untuk
pemeriksaan di laboratorium patologi anatomi.
3. Jelaskan tujuan, indikasi, serta kontradiksi pemeriksaan biopsi lesi pada rongga mulut.
4. Jelaskan cara pengambilan darah dan interpretasi dalam menegakkan diagnosa.
5. Berdasarkan kasus diatas, tentukan tingkat sistem TNM.
6. Jelaskan tanda-tanda gambaran mikroskopis karsinoma sel skuamus.
7. Jelaskan lesi-lesi jaringan lunak pada rongga mulut.
8. Jelaskan etiologi yang dapat menyebabkan luka pada rongga mulut.
9. Jelaskan proses wound healing dan faktor-faktor intrinsik dan ekstrinsik pada
penyembuhan luka.
10. Jelaskan perbedaan gambaran klinis dan histopatologis tumor jiank dan ganas.
BAB II
PEMBAHASAN
METODE PENGAMBILAN EKSFOLIATIF SITOLOGI MULUT1
Kapas lidi
1. Lesi dibersihkan dengan mormal saline
2. Kapas lidi diputarkan ke lesi 3600
3. Kemudian ditransfer ke objek glass berputar 3600
4. Fiksasi dengan alkohol 96%, kirim ke lab PA
Cytobrush
1. Lesi dibersihkan dengan normal saline
2. Dibrush dengan alat cytobrush
3. Dibrush ke objek glass
4. Fiksasi, kirim ke lab PA
Spatel/ smear
1. Lesi dibersihakan dengan normal saline
2. Lesi dikerok dengan spatel
3. Ditransfer ke objek glass
4. Fiksasi, kirim ke lab PA
PROSEDUR FNAB (FINE NEEDLE ASPIRATION BIOPSY)2
Alat yang digunakan: tabung suntik plastik ukuran 10-20 ml, jarum halus, pistolette, kaca objek,
dan desinfektan alkohol/betadine.
Cara pengambilan :
1. Tumor dipegang lembut
2. Jarum diinsersi segera ke dalam tumor
3. Piston di dalam tabung suntik ditarik ke arah proksimal, tekanan di dalam tabung
menjadi negatif, jarum dimanuver mundur-maju. Dengan cara demikian sejumlah sel
massa tumor masuk ke dalam lumen jarum suntik
4. Piston dalam tabung dikembalikan pada posisi semula dengan cara melepaskan
pegangan
5. Aspirat dikeluarkan dan dibuat sediaan hapus, dikeringkan di udara dan dikirimkan ke
laboratorium Patologi Anatomi
TUJUAN BIOPSI3
1. Mengetahui morfologi tumor: tipe histologic tumor, subtipe tumor dan grading sel.
2. Radikalitas operasi
3. Staging tumor: besar specimen dan tumor dalam centimeter, luas ekstensi tumor, bentuk
tumor, dan nodus regional.
INDIKASI BIOPSI3
1. Lesi yang menetap lebih dari 2 minggu tanpa diketahui penyebabnya
2. Lesi yang membesar dan tidak memberikan reaksi pada perawatan lokal 10 sampai 12
hari
3. Lesi hiperkeratotik yang menetap
4. Tumor yang menetap, baik yang nampak atau terdeteksi dengan palpasi
5. Pembesaran yang tidak diketahui penyebabnya dan menetap untuk waktu yang lama
6. Lesi yang mempengaruhi fungsi lokal misalnya fibroma
7. Lesi tulang yang tidak teridentifikasi secara spesifik setelah pemeriksaan klinis dan
radiografis
8. Lesi yang mempunyai karakteristik sebagai keganasan
KONTRADIKSI BIOPSI3
Pasien dengan penyakit yang sangat serius, pada subjek dengan beberapa
yang memburuk, atau dimana terdapat komplikasi sekunder.
Kasus lesi yang terletak pada daerah yang sangat dalam atau pada daerah dengan akses
yang sangat sulit dimana teknik bedah terbukti sulit atau berbahaya, dimana terdapat
resiko kerusakan pada struktur di sekitarnya.
Lesi yang bersumber dari pembuluh darah, seperti hemangioma, karena resiko
pendarahan yang persisten dan besar
Kasus neurofibroma multiple, karena resiko terbentuknya neurosacroma atau pada tumor
dikelenjar saliva yang lebih besar.
CARA PENGAMBILAN DARAH4
1. Siapakan alat dan bahan seperti:
a. Spuit ukuran 5-10cc
b. Kapas alcohol dantempatnya
c. Antikoagulan (untuk mencegah hemolisis)
d. Botol/tabung penampung darah
e. Karet pembendung
f. Sarung tangan bersih
2. Prosedur:
a. Cuci tangan (steril)
b. Gunakan sarung tangan
c. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
d. Ambil spuit sesuai dengan ukuran (5-10ml)
e. Tentukan vena yang akan diambil darahnya (diutamakan mediana cubiti)
f. Desinfeksi dengan kapas alcohol
g. Lakukan pengikatan dengan karet pembendung pada bagian atas vena yang akan diambil
darahnya
h. Lakukan pengambilan darah dengan cara menusukkan vena dengan jarum spuit
menghadap ke atas dengan sudut 300-400 terhadap kuli, kemudian lepas karet
pembendung dan lakukan pengambilan darah
i. Setelah darah diambil, masukkan ke dalam botol penampung yang telah diberi
antikoagulan sesuai dengan jenis pemeriksaan dan tekan daerah penusukan selama 2-5
menit
j. Catat tanggal pengambilan
k. Buka darung tangan
l. Cuci Tangan
Nilai lab normal pada anak dan dewasa menurut American Academy of Pediatrics5:
Darah Rutin / Darah Lengkap
Usia Hb
(g/dL)
Ht
(%)
Eritrosit
(mill/mm3)
RDW MCV
(fL)
MCH
(pg)
MCHC
(%)
Trombosit (x
103/mm3)
0-3 hari 15.0-
20.0
45-
61
4.0-5.9 <18 95-
115
31-37 29-37 250-450
1-2
minggu
12.5-
18.5
39-
57
3.6-5.5 <17 86-
110
28-36 28-38 250-450
1-6 bulan 10.0-
13.0
29-
42
3.1-4.3 <16.5 74-96 25-35 30-36 300-700
7 bulan –
2 tahun
10.5-
13.0
33-
38
3.7-4.9 <16 70-84 23-30 31-37 250-600
2-5 tahun 11.5-
13.0
34-
39
3.9-5.0 <15 75-87 24-30 31-37 250-550
5-8 tahun 11.5-
14.5
35-
42
4.0-4.9 <15 77-95 25-33 31-37 250-550
13-18
tahun
12.0-
15.2
36-
47
4.5-5.1 <14.5 78-96 25-35 31-37 150-450
Laki-laki 13.5- 41- 4.5-5.5 <14.5 80- 26-34 31-37 150-450
dewasa 16.5 50 100
Wanita
dewasa
12.0-
15.0
36-
44
4.0-4.9 <14.5 80-
100
26-34 31-37 150-450
Sel Darah Putih dan Hitung Jenis
Usia Leukosit
(x 103/mm3)
Seg Bat Limf Mono Eos Bas
0-3 hari 9.0-35.0 32-62 10-18 19-29 5-7 0-2 0-1
1-2 minggu 5.0-20.0 14-34 6-14 36-45 6-10 0-2 0-1
1-6 bulan 6.0-17.5 13-33 4-12 41-71 4-7 0-3 0-1
7 bulan – 2 tahun 6.0-17.0 15-35 5-11 45-76 3-6 0-3 0-1
2-5 tahun 5.5-15.5 23-45 5-11 35-65 3-6 0-3 0-1
5-8 tahun 5.0-14.5 32-54 5-11 28-48 3-6 0-3 0-1
13-18 tahun 4.5-13.0 34-64 5-11 25-45 3-6 0-3 0-1
Dewasa 4.5-11.0 35-66 5-11 24-44 3-6 0-3 0-1
Seg = neutrofil segmen
Bat = neutrofil batang
Limf = limfosit
Mono = monosit
Eos = eosinofil
Bas = basofil
Laju Endap Darah (LED) and Hitung Retikulosit
Laju endap darah, Westergren Anak 0-20 mm/jam
Pria dewasa 0-15 mm/jam
Wanita dewasa 0-20 mm/jam
Sedimentation rate, Wintrobe Anak 0-13 mm/jam
Pria dewasa 0-10 mm/jam
Wanita dewasa 0-15 mm/jam
Hitung Retikulosit Newborns (<28 hari) 2%-6%
1-6 bulan 0%-2.8%
Dewasa 0.5%-1,5%
Interpretasi5:
Leukosit dan Hitung Jenis Leukosit
Leukosit atau sel darah putih adalah komponen sel darah yang berperan dalam sistem kekebalan
tubuh untuk melawan berbagai infeksi. Apabila jumlah leukosit melebihi nilai normal disebut
leukositosis. Leukositosis dapat disebabkan infeksi, inflamasi, keganasan dan lain-lain.
Sedangkan apabila jumlah leukosit lebih rendah dari nilai normal disebut leukopenia.
Leukopenia juga dapat disebabkan oleh infeksi, inflamasi, dan keganasan.
Eritrosit
Eritrosit atau sel darah merah yang berfungsi membawa oksigen ke seluruh tubuh. Di dalam sel
darah merah terdapat protein yang berfungsi mengikat oksigen, yaitu haemoglobin. Apabila
jumlah eritrosit di bawah nilai normal ada kemungkinan terdapat anemia. Apabila eritrosit lebih
dari normal, ada kemungkinan polisitemia. Namun untuk menentukan anemia atau polisitemia
perlu melihat nilai hemoglobin.
Hemoglobin (Haemoglobin)
Hemoglobin atau sering kita kenal Hb adalah protein di dalam sel darah merah yang berfungsi
mengikat oksigen. Bila hemoglobin lebih rendah dari nilai normal maka disebut anemia. Apabila
nilai hemoglobin lebih tinggi dari nilai normal maka disebut polisitemia.
Banyak kondisi yang dapat menyebabkan anemia di antaranya kekurangan/defisiensi zat besi,
defisiensi asam folat, talasemia, infeksi kronik, keganasan dan lain-lain
Hematokrit
Hematokrit adalah perbandingan volume sel darah merah terhadap volume darah secara
keseluruhan. Nilai hematokrit biasanya dikaitkan dengan ada tidaknya perembesan plasma pada
kasus demam berdarah dengue. Pada kasus demam berdarah dengue (DBD), apabila terdapat
peningkatan hematokrit berarti terdapat rembesan plasma ke luar pembuluh darah.
Trombosit
Trombosit adalah sel darah yang berperan pada proses pembekuan atau menghentikan
perdarahan. Trombositopenia adalah jumlah trombosit lebih rendah dari nilai normal.
Trombositopenia dapat disebabkan infeksi virus (termasuk demam dengue atau demam berdarah
dengue), keganasan, ITP, perdarahan, dan lain-lain. Sedangkan trombositosis adalah peningkatan
jumlah trombosit melebihi nilai normal. Trombositosis dapat disebabkan infeksi, keganasan,
reaksi dari kerusakan jaringan, dan lain-lain.
Laju Endap Darah
Laju endap darah adalah kecepatan sel darah merah (eritrosit) mengendap dalam satuan mm/jam.
Laju endap darah yang tinggi biasanya dikaitkan dengan adanya infeksi akut, infeksi kronik dan
inflamasi.Interpretasi hasil pemeriksaan harus dilakukan oleh dokter dan menyesuaikan
korelasinya dengan kondisi klinis pasien.
TINGKAT SISTEM TNM6
TNM rongga mulut menurut UICC 2002:
T(Tumor Primer):
To : Tidak ditentukan
Tis : Carsinoma in situ
T1 : tumor < 2 cm
T2 : tumor 2-4 cm
T3 : tumor >4
T4 : tumor menginvasi jaringan sekitarnya
N (Kelenjar Limfe Regional/ Nodus) :
N0 : Tidak terasa pembesaran kelenjar
N1 : single ipsilateral node ≤ 3 cm
N2A : single ipsilateral node 3-6 cm
N2B : multiple ipsilateral nodes ≤ 6 cm
N2C : kontralateral atau bilateral nodes ≤ 6cm
N3 : node > 6 cm
M(Metastasis) :
M0 : Tidak ada metastase
M1 : Terdapat metastase jauh
Mx : Metastase tidak dapat ditentukan
STADIUM
STADIUM TNM System
I T1 N0 M0
II T2 N0 M0
III T3 N0 M0
T1 N1 M0
T3 N1 M0
IVA T4 N0 M0
T4 N1 M0
T4 N2 M0
IVB T1-4 N3 M0
IVC T1-4 N1-3 M1
Pada kasus tersebut termasuk dalam stadium III, karena berdasarkan lesi yang berdiameter 1,5
cm termasuk dalam T1 , terjadi pembengkakan di kelenjar getah bening yang berdiameter 3 cm
termasuk dalam N1, dan tidak terjadinya metastase jauh itu termasuk dalam M0.
GAMBARAN MIKROSKOPIS KARSINOMA SEL SKUAMOUS7&8
Berdasarkan derajat diferensiasinya karsinoma sel skuamosa rongga mulut dibagi atas
diferensiasi baik, sedang dan jelek.
Diferensiasi baik :
Gambaran karsinoma sel skuamosa yang berdiferensiasi baik adalah adanya sel
keratinisasi, pertumbuhan sejumlah sel epitel atau gambaran keratin seperti mutiara dengan besar
yang bervariasi. Pertumbuhannya lambat dan tidak mengalami metastase yang cepat, sehingga
memiliki prognosa yang baik. Pada lesi tipikal kelompok sel meligna ini dapat dijumpai secara
aktif menginvasi jaringan konektif dengan bentuk yang tidak teratur.
Diferensiasi Sedang :
Karsinoma sel skuamosa rongga mulut yang mengalami diferensiasi sedang memiliki
gambaran tertentu sehingga epithelium skuamosa juga kurang jelas. Bentuk karakteristik dari sel
ini berubah dari satu dan yang lainnya , tersusun secara tipikal. Laju pertumbuhan sel individu
lebih cepat an hal ini ditunjukkan dengan mitosis yang lebih besar dan bahkan lebih bervariasi
dalam ukuran bentuk dan kegagalan untuk melakukan fungsi sel skuamosa yang berdiferensiasi
terbentuknya karatin.
Diferensiasi jelek :
Karsinoma sel skuamosa dengan diferensiasi jelek menghasilkan sedikit petunjuk sel-sel
asal dengan sering menimbulkan kesulitan dalam mendiagnosa karena gambaran histology
malignan yang primitive tidak meniliki karakteristik, yang dengan cepat membagi sel-sel . Sel-
sel ini bahkan menunjukkan kurangnya daya kohesif yang sangat tidak teratur, adanya anaplasia,
pembentukan, pembentukan tumor sel giant dan sejumlah mitosis serta tidak ada pembentukan
keratin.
LESI-LESI JARINGAN LUNAK RONGGA MULUT7&8
Lesi Primer
1. Makula
Bercak pada kulit/mukosa, berbatas jelas, bentuk dan ukuran bervariasi, datar (tak ada
peninggian) hanya berupa perubahan warna. Warna : Merah, coklat keputihan, merah kebiruan,
biru kecoklatan. Contoh penyakit : Hyperemia, petechiae, purpura, ecchymoses
2. Papula
Adalah bercak putih pada kulit/mukosa, berbatas jelas, dan ada peninggian. Ukuran: dari titik
sampai < 1 cm. Warna bervariasi: kemerahan, kekuningan, abu2 keputihan. Contoh: Lichen
planus (pada mukosa) dan Fordyce’s spot.
3. Plak
Suatu bentuk variasi dari papula; diameter > 1 cm; warna : putih keabuan dan mengadakan
perluasan ke tepi; timbul bentuk yang melandai. Permukaan halus, menonjol atau bentuk fisura.
Contoh: Leukoplakia
4. Nodula
Pemadatan massa jaringan yang berbatas jelas dan berisi jaringan ikat dilapisi epitel dan Dapat
terjadi karena iritasi kronis. Dasar nodula: Melibatkan submukosa dan daerah dibawah
epidermis. Contoh: Iritasi fibroma
5. Vesikula
Peninggian pada kulit atau mukosa yang berisi bahan cair (serum, plasma, darah)dan berbentuk
vesikula karena infeksi virus. Ukuran: dari titik 1 sampai 5 mm; jumlah: bisa tunggal atau
banyak. Contoh: Herpes.
6. Bula
Adalah bentukan seperti vesikula tetapi diameternya > 5 mm. Bila pecah dapat menjadi
ulser/ulkus yang sembuh dengan jaringan parut. Contoh: pemphigus vulgaris.
7. Pustula
Adalah bentukan yang sama seperti vesikula/bula tetapi berisi nanah /pus. Contoh: penyakit
impetigo, pada kulit berupa bisul-bisul kecil.
8. Keratosis
Adalah penebalan yang tidak normal dari lapisan terluar epitel (stratum korneum). Warna: putih
sampai keabuan. Contoh: linea alba bukalis, leukoplakia, lichen planus.
9. Wheals
Adalah bentukan yang sama seperti papula, diameter lebih kecil, cepat sembuh dan berisi serum.
Contoh: bintil karena gigitan serangga
10. Tumor
Suatu neoplasma yang pertumbuhan jaringan bebas, baru, pembelahan sel yang progresif dan
tidak terkontrol, tidak punya kegunaan fisiologis. Istilah yang dipakai pada massa padat dari
jaringan, diameter > 1 cm dan dapat berwarna apapun. Lokasi: pada jaringan lunak RM
manapun. Klinis: Lesi bulat menimbul dan tumor menetap bertangkai/ulseri ditengahnya.
11. Gelegata
Gelegata merupakan elevasi sementara kulit yang disebabkan oleh edema dermis dan dilatasi
kapiler sekitarnya. Biasanya berkaitan dengan respon alergi terhadap bahan asing.
Lesi Sekunder
Yaitu merupakan lesi yang muncul setelah lesi primer muncul pada jaringan lunak rongga
mulut. Ada beberapa macam lesi sekunder, antara lain :
1. Erosi
Dapat sembuh tanpa jaringan parut. Contoh: Lichen Planus tipe erosi
2. Ulseri
Rasa nyeri bertambah dan bila ditekan menimbulkan perdarahan karena kerusakan sampai
lamina propia. Contoh: ulkus traumatikus; stomatitis aftosa rekuren.
3. Fisura
Ini merupakan retakan kecil yang meluas melalui epidermis dan memaparkan dermis. Dapat
terjadi pada kulit kering dan pada inflamasi kronik.
4. Sikatriks
Adalah bentukan jaringan baru yang berlebihan pada penyembuhan luka. Contoh: Keloid
5. Deskuamasi
Adalah pengelupasan lapisan epitel (stratum korneum). Ini bisa fisiologis → pengelupasan epitel
sehingga kulit mengalami regenerasi
6. Pseudomembran
Adalah membran palsu. Contoh: Kandidiasis Pseudomembran Akut.
7. Eschars
Adalah cacat atau kerusakan pada kulit / mukosa akibat luka bakar.
8. Krusta
Ini terbentuk dari serum, darah atau nanah yang mengering pada kulit. Masing-masing dapat
dikenal dengan warna berikut : merah kehitaman (krusta darah), kuning kehitaman (krusta
nanah), berwarna madu (krusta serum). Contoh: Eritema Multiformis
9. Sinus
Adalah suatu saluran atau fistula yang memanjang dari rongga supuratif, kista atau abses ke
permukaan epidermis. Contoh: Aktinomikosis.
Lesi - Lesi lainya
Jenis lesi-lesi lainnya pada jaringan lunak rongga mulut yaitu : lesi putih, lesi merah dan lesi
berpigmen.
1. Lesi Merah Rongga Mulut
Merupakan lesi yg paling sering terjadi. Penyebab lesi merah rongga mulut: Inflamasi pada
mukosa, erosi, atrofi, purpura, vaskuler, neoplasma.
2. Lesi- Lesi Putih
Penyebab utama dari lesi putih rongga mulut adalah leukodema. Penyebab lokal antara lain
keturunan (misalnya nevus spon putih), leukoplakia, neoplasama, infeksi, dan penyakit
mukokutan.
3. Lesi Mukus Berpigmen
Merupakan perubahan warna mukosa rongga mulut, dimana daerah antara warna coklat ke warna
hitam. Jenis: intrinsik dan ekstrinsik. Penyebab dari pigmentasi rongga mulut terdiri dari :
pigmentasi ras, inflamasi kronis, tatto amalgam, tatto grafit, dan obat-obatan.
ETIOLOGI LUKA RONGGA MULUT7
Etiologi yang dapat menyebabkan luka pada rongga mulut adalah
A. Faktor lokal
Biasanya merupakan segala macam bentuk iritasi kronis, antara lain:
1. Trauma
a. Trauma dapat berupa gigitan tepi atau akar gigi yang tajam.
b. Iritasi dari gigi yang malposisi.
c. Pemakaian protesa yang kurang baik sehingga menyebabkan iritasi.
d. Adanya kebiasaan jelek, antara lain kebiasaan jelek menggigit-gigit jaringan
mulut, pipi, maupun lidah.
2. Kemikal atau termal
Pada penggunaan bahan-bahan yang kaustik mungkin diikuti oleh terjadinya leukoplakia dan
perubahan keganasan.
B. Faktor kaustik
1. Tembakau
Terjadinya iritasi pada jaringan mukosa mulut tidak hanya disebabkan oleh asap rokok dan panas
yang terjadi pada waktu merokok, tetapi dapat juga disebabkan oleh zat-zat yang terdapat di
dalam tembakau yang ikut terkunyah.
2. Alkohol
Telah banyak diketahui bahwa alkohol merupakan salah satu faktor yang memudahkan
terjadinya leukoplakia, karena pemakaian alkohol dapat menimbulkan iritasi pada mukosa.
3. Bakterial
Leukoplakia dapat terjadi karena adanya infeksi bakteri, penyakit periodontal yang disertai
higiene mulut yang jelek.
c. Faktor sistemik
1. Umur
Luka pada orang tua lebih sulit sembuh,ada hubungannya dengan penyakit degeneratif.
2. Hormonal
Contoh: Penyakit DM
3. Nutrisi.
Protein,Vitamin C penting untuk pembentukan fibroblast dan kolagen
PROSES PENYEMBUHAN LUKA (WHOUD HEALING)9
- Fase Inflamasi
Berlangsung sampai hari ke-5. Akibat luka terjadi pendarahan, tubuh akan berusaha
menghentikannya dengan vasokonstriksi, pengerutan ujung pembuluh yang terputus (retraksi)
dan reaksi hemostasis. Hemostasis terjadi karena keluarnya trombosit, trombosit mengeluarkan
prostaglandin, tromboksan, bahan kimia tertentu dan asam amino tertentu yang mempengaruhi
pembekuan darah, mengatur tonus dinding pembuluh darah dan kemotaksis terhadap leukosit.
Sel radang keluar dari pembuluh darah secara diapedesis dan menuju daerah luka secara
kemotaksis. Sel Mast mengeluarkan serotinin dan histamin yang meningkatkan permiabilitas
kapiler, terjadi eksudasi cairan oedema. Dengan demikian akan timbul tanda-tanda radang.
Leukosit, limfosit dan monosit menghancurkan dan memakan kotoran dan kuman. Pertautan
pada fase ini hanya oleh fibrin, belum ada kekuatan pertautan luka sehingga disebut fase
tertinggal (lag phase).
- Fase Proliferasi atau Fibroplasi
Berlangsung dari akhir masa inflamasi sampai kira-kira minggu ke-3. Pada fase ini terjadi
proliferasi dari fibroblast yang menghasilkan mukopolisakarida, asamaminoglisin dan prolin
yang akan mempertautkan tepi luka. Pada fase ini terbentuk jaringan granulasi. Pembentukan
jaringan granulasi berhenti setelah seluruh permukaan luka tertutup epitel dan mulailah proses
pendewasaan penyembuhan luka, pengaturan kembali dan penyerapan yang berlebih.
- Fase Remodelling/Fase Resorbsi/Fase penyudahan
Pada fase ini terjadi proses pematangan yang terdiri dari penyerapan kembali jaringan
yang berlebih, pengerutan sesuai dengan gaya gravitasi dan akhirnya perupaan kembali jaringan
yang baru terbentuk. Fase ini berakhir bila tanda radang sudah hilang.
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PROSES PENYEMBUHAN LUKA
Faktor intrinsik:
- Koagulasi; Adanya kelainan pembekuan darah (koagulasi) akan menghambat penyembuhan
luka.
- Gangguan sistem Imun (infeksi,virus); Gangguan sistem imun akan menghambat dan
mengubah reaksi tubuh terhadap luka, kematian jaringan dan kontaminasi.
- Penyakit Kronis; Penyakit kronis seperti TBC, Diabetes, juga mempengaruhi sistem imun.
Faktor ekstrinsik:
- Obat-obatan; Pemberian sitostatika, obat penekan reaksi imun,kortikosteroid dan sitotoksik
mempengaruhi penyembuhan luka denganmenekan pembelahan fibroblast dan sintesis kolagen.
- Teknik Penjahitan; Tehnik penjahitan luka yang tidak dilakukan lapisan demi lapisan akan
mengganggu penyembuhan luka.
PERBEDAAN GAMBARAN HISTOPATOLOGIS TUMOR JINAK DAN GANAS10
Tumor Jinak Gamabaran Histopatologis Tumor Ganas
Relatif normalKarakteristik sel secara histology
Tampak perubahan yang jelas
Mitosis sedikit Aktivitas mitosis Aktivitas Mitosis cepatRelative lambat Tingkat pertumbuhan Cepat dan meluasExpansif Sifat pertumbuhan InvasiveBerkapsul Pembatas Berbentuk, berkapsulTidak bermetastasis Metastasis BermetastasisRelatif sedikit Vaskularisasi Meningkat Tidak mengalami nekrosis Nekrosis Sebagian besar mengalami
nekrosis
BAB III
PENUTUP
Exfoloative Sitology adalah metode pengambilan spesimen berupa sel-sel epitel yang terlepas
secara fisiologi dari suatu luka.Tujuan exfoliative sitology yaitu screening(deteksi dini kanker
rongga mulut), menurunkan insidensi terjadinya kanker, menurunkan mortality terhadap
penderita kanker, dan memudahkan pengobatannya. Metode pengambilan spesimen Exfoliative
Sitology pada rongga mulut, antara lain Imprint, Kapas lidi, Cytobrush, Smear/ Spatel dan
kumur-kumur.
FNAB (Fine Needle Aspiration Biopsy) adalah teknik pengambilan spesimen berupa sejumlah
sel dari ekstrak tumor atau nodul dengan menggunakan jarum atau tabung suntik. FNAB
biasanya dilakukan pada lesi kelenjar liur atau semua lesi yang diperkirakan berisi cairan. Teknik
ini lebih diminati oleh pasien karena prosedurnya yang sederhana, tidak sakit, lebih murah, dan
hasil pemeriksaan yang cepat.
Dalam menegakkan diagnosis suatu karsinoma diperlukan pemeriksaan laboratorium yaitu
pemeriksaan darah lengkap untuk menemukan sel tumor pada peredaran darah. Dalam penentuan
derajat atau stadium cancer digunakan metode TNM (T=Tumor primer, N=Nodul,
M=Metastase).
Karsinoma sel skuamous ditandai dengan proliferasi sel-sel epitel skuamosa, pembentukan
keratin yang abnormal, susunan sel yang tidak teratur dan terbentuknya tumor nest yang
berinfiltrasi ke jaringan sekitarnya. Luka pada rongga mulut dapat disebabkan oleh faktor lokal
dan sistemik. Faktor lokal berupa trauma ataupun kebiasaan merokok, menyirih dan meminum
alkohol.
Proses penyembuhan luka terdiri dari 3 fase yaitu, fase inflamasi, proliferasi dan remodelling.
Proses ini dipengaruhi oleh faktor intrinsik dan ekstrinsik. Tumor jinak memiliki ciri-ciri
pertumbuhan yang lambat, aktivitas mitosis yang lambat, tidak memiliki kemampuan
bermetastasis, memiliki kapsul sebagai pembatas dan bersifat ekspansif. Berbeda dengan tumor
ganas yang memiliki ciri-ciri pertumbuhan yang cepat, aktivitas mitosis yang tinggi, mampu
bermetastasis, tidak memiliki kapsul dan bersifat infiltratif.
DAFTAR PUSTAKA
1. Nn
2.
3. Sudiono J. Pemeriksaan patologis untuk Diagnosis Neoplasma Mulut.Jakarta:
EGC;57-58
4. Hidayat A. Ed. Buku Saku Praktikum Keperawatan Anak. Jakarta: EGC, 2007: 37-40.
5. http://www.pediatriccareonline.org/pco/ub/view/Pediatric-Drug-Lookup/ 153930/0 /normal_ laboratory_values_for_children
6. Miloro M, ghali GE, Larsen PE, Waite PD. Peterson’s principles of Oral and Maxilofacial Surgery. Eds,2nd.2004, London: Hamilton; 623-624
7. http://ayu-dani91.blogspot.com/2011/06/lesi-lesi-jaringan-lunak-rongga-mulut.html8. http://drganjoz.blogspot.com/2011/02/blok-10-lbm-1.html9. perawatpskiatri.com/2009/03/proses-penyembuhan-luka.html
10. Wim de jong. Kanker, apakah itu? Pengobatan,Harapan Hidup,dan Dukungan Keluarga.2004, Jakarta: Arcan;1-9.
LAPORAN PEMICU III
“LUKA DI PIPI”
DISUSUN OLEH :
GRUP C
KELAS B
??????????
Yohanna M. Hutabarat (110600120)
Elsi Silalahi (110600122)
Ivan (110600123)
Maya Indah Triastuti (110600124)
Patria Fajar Wibowo (110600125)
Garry B. Gunawan (110600126)
Hendry D. P. (110600127)
Anusyiah Melanie (110600128)
Angeline James (110600129)
Nurul Sukma Mustafa (110600130)
Michiko (110600131)
Zilda Fania (110600132)
Grace A. Siahaan (110600133
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA