jenis obesitas

6
Jenis obesitas: a. Tipe Android (tipe buah apel) Kegemukan tipe ini ditandai dengan penumpukan lemak yang berlebihan dibagian tubuh sebelah atas yaitu disekitar dada, bahu, leher dan muka. Pada muka ini lebih mudah menurunkan berat badan dibanding tipe Genoid (tipe buah pear) asal bersamaan dengan diet dan olah raga yang tepat. b. Tipe Genoid (tipe buah pear) Pada tipe ini lemak tertimbun dibagian tubuh sebelah bawah yaitu disekitar perut, pinggul, paha, pantat, dan umumnya banyak ditemui pada wanita yang lebih sukar untuk menurunkan berat badan. e. Gaya Hidup Seberapa sering anak-anak muda kita berjalan kaki, Ke mal atau ke kafe sewaktu weekend banyak yang mengendarai mobil, Banyak diantaranya yang malas ikut kegiatan ekstrakulikuler, dan mereka merasa lebih nyaman di kamar sambil main PS. Itulah yang menyebabkan tidak adanya output energi, f. Lingkungan Pengaruh keluarga, biasanya dari keluarga mampu membelikan anak atau keluarganya makanan, atau uang saku yang berlebihan, pengaruh trend makanan junk fod seperti kentang goreng, pizza, burger, salad, ice cream,dll. Faktor Endokrin Hipotiroid menjadi obesitas, kemungkinan karena hilangnya aktivitas katabolisme, juga karena kerja tiroksin untuk liposis, dapat dilihat pada miksudem

Upload: andik-ok

Post on 08-Dec-2015

14 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

jenis obesitas

TRANSCRIPT

Page 1: Jenis obesitas

Jenis obesitas:

a. Tipe Android (tipe buah apel)

Kegemukan tipe ini ditandai dengan penumpukan lemak yang berlebihan dibagian tubuh sebelah atas yaitu disekitar dada, bahu, leher dan muka. Pada muka ini lebih mudah menurunkan berat badan dibanding tipe Genoid (tipe buah pear) asal bersamaan dengan diet dan olah raga yang tepat.

b. Tipe Genoid (tipe buah pear)

Pada tipe ini lemak tertimbun dibagian tubuh sebelah bawah yaitu disekitar perut, pinggul, paha, pantat, dan umumnya banyak ditemui pada wanita yang lebih sukar untuk menurunkan berat badan.

e. Gaya Hidup

Seberapa sering anak-anak muda kita berjalan kaki, Ke mal atau ke kafe sewaktu weekend banyak yang mengendarai mobil, Banyak diantaranya yang malas ikut kegiatan ekstrakulikuler, dan mereka merasa lebih nyaman di kamar sambil main PS. Itulah yang menyebabkan tidak adanya output energi,

f. Lingkungan

Pengaruh keluarga, biasanya dari keluarga mampu membelikan anak atau keluarganya makanan, atau uang saku yang berlebihan, pengaruh trend makanan junk fod seperti kentang goreng, pizza, burger, salad, ice cream,dll.

Faktor Endokrin

Hipotiroid menjadi obesitas, kemungkinan karena hilangnya aktivitas katabolisme, juga karena kerja tiroksin untuk liposis, dapat dilihat pada miksudem

Resisten insulin pada diabetes tipe II sering merupakan akibat obesitas, menurunnya reseptor insulin terutama di otot skelet, hati dan jaringan lemak.

Fenomena ini diikuti dengan menurunnya kemampuan insulin untuk transpor glukose, oksidasi glukose, dan hipogenesis leh sel adipose.

Sensitivitas penghambat liposis dalam sel lemak individu obesitas menjadi naik.

c. Faktor Sarafi (nerognik)

Pada manusia kerusakan fungsional atau strktural seperti tumor, trauma dan inflamasi sampai dengan memberikan obesitas.

Page 2: Jenis obesitas

Lesi pada nukleus ventromesdialis hipotalamus menyebabkan binatang makan secara berlebihan dan menjadi gemuk. Lesi yang sedemikian juga menyebabkan kelebihan produksi insulin, yang selanjutnya meningkatkan penyimpanan lemak.Juga, kebanyakan penderita tumor hipofisis yang menekan hipotalamus wenjadi gemuk secara bertahap, sehigga menggambarkan bahwa obesitas pada manusia, juga dapat dengan pasti dihasilkan karena kerusakan hipotalamus.

Namun pada orang gemuk normal, hampir tidak ditemukan adanya kerusakan hipotalamus.Walaupun demikian, mungkin bahwa pengaturan fungsional hipotalamus atau pusat makan neurogenik lain berbeda dengan orang gemuk, dibandingkan dengan orang yang tidak gemuk.

2.4 Patofisiologi

Metabolisme glukosa berperan penting dalam mengatur penumpukan lemak, selama kelebihan kalori disimpan sebagai lemak dan kekurangan glukosa akan terjadi pelepasan lemak sebagai sumber energi. Individu yang obesitas mampu menyimpan lemaknya dengan mudah, namun tidak mampu melepas lemak ini atau membakarnya untuk energi.

Faktor heredity juga berperan penting dalam perkrmbangan obesity. Individu yang obes ditandai dengan kebiasaan makan pada malam hari dan sering kali tidak makan saat pagi hari.

Ada teori yang menjelaskan mengenai perkembangan obesitas yaitu pertama, teori sel adipose menjelaskan jumlah sel di jaringan adipose meningkat maka ukuran sel lemak juga meningkat. Kedua, teori point set bahwa individu yang mempunyai tingkat predetermine untuk berat badan relatif stabil selama usia dewasa, maka dengan meningkatnya intake kalori maka metabolic rate meningkat untuk membakar kelebihannya, bila intake dikuirangi maka metabolisme menurun untuk menyimpan energi.

Faktor sosial budaya juga berperan penting dalam peningkatan berat badan.pola makan tiap budaya dan sosial berbeda. Begitu juga denga faktor psikologis bisa memberikan suatu dasar untuk pola makan. Pada remaja juga kebiasaan makannya adalah mencoba berbagai makanan dan senang makan dengan kawan bermainn dibandingkan dengan keluarga. Para remaja umumnya emosional mereka yang dipengaruhi adalah gangguan body image, harga diri rendah, isolasi sosial, depresi dan merasa ditolak.

Obesitas terjadi karena adanya kelebihan energi yang disimpan dalam bentuk jaringan lemak. Gangguan keseimbangan energi ini dapat disebabkan oleh faktor eksogen (obesitas primer) sebagai

Page 3: Jenis obesitas

akibat nutrisional (90%) dan faktor endogen (obesitas sekunder) akibat adanya kelainan hormonal, sindrom atau defek genetik (meliputi 10%).

Pengaturan keseimbangan energi diperankan oleh hipotalamus melalui 3 proses fisiologis, yaitu : pengendalian rasa lapar dan kenyang, mempengaruhi laju pengeluaran energi dan regulasi sekresi hormon. Proses dalam pengaturan penyimpanan energi ini terjadi melalui sinyal-sinyal eferen (yang berpusat di hipotalamus) setelah mendapatkan sinyal aferen dari perifer (jaringan adipose, usus dan jaringan otot). Sinyal-sinyal tersebut bersifat anabolik (meningkatkan rasa lapar serta menurunkan pengeluaran energi) dan dapat pula bersifat katabolik (anoreksia, meningkatkan pengeluaran energi) dan dibagi menjadi 2 kategori, yaitu sinyal pendek dan sinyal panjang. Sinyal pendek mempengaruhi porsi makan dan waktu makan, serta berhubungan dengan faktor distensi lambung dan peptida gastrointestinal, yang diperankan oleh kolesistokinin (CCK) sebagai stimulator dalam peningkatan rasa lapar. Sinyal panjang diperankan oleh fat-derived hormon leptin dan insulin yang mengatur penyimpanan dan keseimbangan energi.

Apabila asupan energi melebihi dari yang dibutuhkan, maka jaringan adiposa meningkat disertai dengan peningkatan kadar leptin dalam peredaran darah. Leptin kemudian merangsang anorexigenic center di hipotalamus agar menurunkan produksi Neuro Peptide –Y (NPY), sehingga terjadi penurunan nafsu makan. Demikian pula sebaliknya bila kebutuhan energi lebih besar dari asupan energi, maka jaringan adiposa berkurang dan terjadi rangsangan pada orexigenic center di hipotalamus yang menyebabkan peningkatan nafsu makan. Pada sebagian besar penderita obesitas terjadi resistensi leptin, sehingga tingginya kadar leptin tidak menyebabkan penurunan nafsu makan.

Pemeriksaan Diagnostik

1. Pemeriksaan metabolik atau endorin

Dapat menyatakan ketidaknormalan misalnya hipotiroidisme, hipogonadisme, peningkatan pada insulin, hiperglikemi. Dapat juga menyebabkan gangguan neuroendokrin dalam hipotalamus yang mengakibatkan berbagai gangguan kimia.

2. Pemeriksaan antropometrik

Dapat memperkirakan rasio lemak dan otot.

Komplikasi

Seorang obesitas menghadapi risiko masalah kesehatan yang berat, antara lain:

Hipertensi.

Penambahan jaringan lemak meningkatkan aliran darah. Peningkatan kadar insulin berkaitan dengan retensi garam dan air yang meningkatkan volum darah. Laju jantung meningkat dan kapasitas pembuluh darah mengangkut darah berkurang. Semuanya dapat menungkatkan tekanan darah.

Page 4: Jenis obesitas

Diabetes.

Obesitas merupakan penyebab utama DM t2. Lemak berlebih menyebabkan resistensi insulin, dan hiperglikemia berpengaruh negatif terhadap kesehatan.

Dislipidemia.

Terdapat peningkatan kadar low-density lipoprotein cholesterol (jahat), penurunan kadar high-density lipoprotein cholesterol (baik) dan peningkatan kadar trigliserida. Dispilidemia berisiko terbentunya aterosklerosis.

4. Penyakit jantung koroner dan Stroke

Penyakit-penyakit ini merupakan penyakit kardiovaskular akibat aterosklerosis.

Osteoartritis.

Morbid obesity memperberat beban pada sendi-sendi.

6. Apnea tidur.

Obesitas menyebabkan saluran napas yang menyempit yang selanjutnya menyebabkan henti napas sesaat sewaktu tidur dan mendengkur berat.

Asthma

Anak dengan BBL atau obes cenderung lebih banyak mengalami serangan asma atau pembatasan keaktifan fisik.

8. Kanker

Banyak jenis kanker yang berkaitan dengan BBL misalnya pada perempuan kanker payudara, uterus, serviks, ovarium dan kandung empedu; pada lelaki kanker kolon, rektum dan prostat.

9. Penyakit perlemakan hati

Baik peminum alkohol maupun bukan dapat mengidap penyakit perlemakan hati (non alcoholic fatty liver disease = NAFLD) atau non alcoholic steatohepatitis (NASH) yang dapat berkembang menjadi sirosis.

10. Penyakit kandung empadu

Orang dengan BBL dapat menghasilkan banyak kolesterol yang berisiko batu kandung empedu.