jbptitbpp-gdl-arienaftal-34246-5-2009ts-4 (1).pdf

Upload: onco-talla

Post on 09-Jan-2016

13 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • Tesis

    47

    Bab IV Prosedur dan Hasil Penelitian

    IV.1 Pengambilan Conto

    Sample atau conto adalah pengambilan sebagian kecil dari material untuk dapat

    mewakili keseluruhan material secara representatif yang diperlukan untuk

    pengujian atau analisis untuk menaksir sifat dan komposisi dari badan utama,

    yang dikumpulkan dengan metode tertentu dan tidak mengalami perubahan fisika

    dan kimia.

    Conto batubara diambil langsung pada permukaan (face) batubara yang sudah

    terbuka (expose coal) tambang PT. Berau Coal site Lati. Conto yang diambil pada

    1 (satu) seam (lapisan) batubara dilakukan pada sepanjang profil singkapan

    batubara secara vertikal yang mewakili ketebalan batubara tersebut dengan

    menggunakan metode channel sampling. Selain itu untuk variasi secara lateral,

    conto diambil pada lebih dari satu lokasi dan juga seam yang berbeda.

    Dari satu lokasi titik pengambilan conto, dibagi lagi menjadi beberapa bagian (per

    ply) yang menurut kenampakan megaskopis dimana pengamatan mulai dari roof

    hingga floor batubara. Lapisan batubara dipisahkan menjadi tiga bagian, yaitu

    bagian atas (top), bagian tengah dan bagian bawah (bottom). Conto dipisahkan

    secara ply by ply, pada top dan bottom coal, conto dipisahkan setebal 0,25 0,6 m

    sebagai contoh tersendiri. Bagian tengah atau tubuh juga dipisahkan sebagai conto

    tersendiri. Conto yang terdiri dari 3 unit dalam satu titik diberi kode conto secara

    berturut-turut dari atas ke bawah; -1, -2, dan -3 (Gambar IV.1)

  • Tesis

    48

    Gambar IV.1. Sketsa pembagian conto batubara dalam 1 (satu) lapisan batubara

    (tanpa skala).

    Pengambilan conto dilakukan pada (urutan secara stratigrafi dari atas ke bawah,

    lihat Bab 3): Seam T, Seam R, dan Seam Q. Selain itu pada beberapa titik diambil

    conto batuan pengotor (parting) yang terdapat di batubara dan batuan penutup

    yang menjadi alas batubara dimana pada posisi tersebut terdapat garis batas yang

    jelas antara batubara dengan batuan pengapit. Peta lokasi dan koordinat titik

    pengambilan conto seperti terlihat pada Gambar IV.2 dan Tabel IV.1.

    Tabel IV.1. Titik koordinat lokasi pengambilan conto.

    Conto Seam Tipe conto Koordinat/Lokasi Lithotype

    T T Outcrop 1170 33 46.6 E / 020 19 35" N Banded (BD)

    R-E R Outcrop 1170 34 37.3 E / 020 18 02.9 N Brigth Banded (BB)

    R-W R Outcrop 1170 32 58.9 E / 020 18 42.2 N Brigth Banded (BB)

    Q-E Q Outcrop 1170 34 49.5 E / 020 18 18.2 N Brigth Banded (BB)

    Q-W Q Outcrop 1170 32 57.6 E / 020 18 30.6 N Brigth Banded (BB)

    Selain data primer berupa conto batubara yang diambil langsung di lapangan,

    penelitian ini juga menggunakan data sekunder berupa data hasil analisis kualitas

    batubara dari pemboran yang telah dilakukan oleh PT. Berau Coal periode tahun

    2001 2003 untuk mengetahui sebaran data kadar kualitas secara lateral.

  • Tesis

    49

    Gambar IV.2. Peta titik lokasi pengambilan conto.

    IV.2. Preparasi Conto

    Penelitian dilakukan dengan analisis petrografi untuk mengetahui keterdapatan

    dan komposisi maseral dan mineral, analisis proksimat untuk mengetahui

    komposisi batubara, analisis abu untuk mengetahui komposisi mineral dalam

    batubara, analisis AAS untuk mengetahui komposisi mineral dalam batubara dan

    analisis SEM untuk mengetahui tekstur dan struktur mikro mineral dan maseral

    batubara. Diperlukan conto batubara dalam bentuk butiran dan sayatan poles.

    Semua preparasi conto dan pengujian conto dilakukan di Laboratorium Batubara,

    Kimia Mineral dan Batuan Puslitbang Tekmira, Bandung.

  • Tesis

    50

    IV.2.1. Conto butir

    Selanjutnya masing-masing fraksi ukuran butir dibagi menjadi dua bagian guna

    kepentingan analisis proksimat dan analisis petrografi. Untuk analisis proksimat

    diperlukan ukuran -65 mesh, sehingga conto yang berukuran lebih dari itu

    dilakukan pemilihan dengan coning dan quaterring yang selanjutnya dilakukan

    penggerusan dengan menggunakan ball mill sampai didapat ukuran -65 mesh.

    Sisa conto disimpan sebagai cadangan. Proporsi ukuran butir yang lolos harus

    memenuhi standar ASTM mengenai berat minimum untuk conto batubara yang

    representatif.

    Tabel IV.2. Proporsi ukuran butir dan massa (ASTM 1996)

    Ukuran butir (mm)( lolos >95% )

    Berat minimum (g)

    4,75 40002,36 10000,85 5000,25 50

    IV.2.2. Conto sayatan poles

    Ukuran butir conto yang diperlukan untuk pengamatan petrografi adalah -20 mesh

    guna pembuatan sayatan poles. Masing-masing fraksi batubara yang ada dari hasil

    preparasi awal dengan metode pemilihan coning dan quaterring di reduksi hingga

    ukuran -20 mesh. lalu dicampur dengan resin sebagai bahan pengikat. Setelah itu

    dilakukan pencetakan dalam bentuk briket kemudian di poles dalam beberapa

    tahap hingga mencapai permukaan yang halus.

    Batubara fraksi ukuran -20 mesh tersebut kemudian dicampur dengan bubuk resin

    (transophic powder) dengan perbandingan 1 : 1. Campuran selanjutnya

    dimasukkan ke dalam cetakan dan dipanaskan pada suhu kamar sampai suhu

    2000C. Setelah suhu mencapai 2000C, pemanas dimatikan dan cetakan diberi

    tekanan sampai 2000 psi. Hasil cetakan dapat dikeluarkan setelah temperatur

    mencapai suhu kamar. Tahap berikutnya adalah pemolesan untuk membuat

    polished briquette yang dimulai dengan pemolesan menggunakan alat pemoles

  • Tesis

    51

    (grinder-polisher) kemudian dihaluskan dengan silicon carbide ukuran 800 mesh

    dan 1000 mesh di atas permukaan kaca lalu dipoles menggunakan alumina oxide

    ukuran 0.3 m; 0.05 m dan terakhir dengan 0.01 m di atas kain sutra. Setelah dipotong dan dipoles, polished briquette menjadi sayatan poles. Sayatan poles

    diletakan di atas kaca preparat dengan dudukan lilin malam kemudian dilakukan

    leveling.

    IV.3. Analisis Proksimat

    Perhitungan analisis proksimat dengan menggunakan basis air dried karena

    dilakukan pada conto yang telah kering pada kondisi temperatur kamar.

    IV.3.1. Penentuan kadar kelembaban air (Moisture)

    Kadar kelembaban air dari batubara setelah mencapai kesetimbangan dengan

    suasana laboratorium dan dilakukan dengan cara memanaskan 1 gram conto

    batubara ukuran -65 mesh dalam oven iso-temperatur moisture pada suhu 105

    5C dalam waktu 1 jam. Berat air lembab didapat dari kehilangan berat selama pemanasan (ASTM D.3173).

    IV.3.2. Penentuan kadar abu (Ash content)

    Penentuan kadar abu dilakukan dengan cara menimbang sisa hasil pembakaran

    sempurna conto batubara. Analisis dilakukan dengan cara menimbang 1 gram

    batubara ukuran -65 mesh lalu dibakar di dalam tungku dengan suhu 450 500Cselama 1 jam pertama, kemudian suhu dinaikan sampai suhu 815 10C untuk 2 jam berikutnya (ASTM D.3174).

    IV.3.3. Penentuan kadar zat terbang (Volatile matter)

    Penentuan kadar zat terbang merupakan kehilangan massa ketika batubara

    dipanaskan dalam suasana terisolasi dengan udara di bawah kondisi standar.

    Penentuan dilakukan dengan cara pemanasan conto batubara ukuran -65 mesh

    dengan berat 1 gram tanpa oksidasi pada suhu 950 20C selama 7 menit. Estimasinya dilakukan dengan perhitungan berat yang hilang setelah pemanasan

    dikoreksi kadar air lembabnya (ASTM D.3175).

  • Tesis

    52

    IV.3.4. Penentuan kadar karbon padat (Fixed carbon)

    Kadar karbon padat diperoleh dari hasil perhitungan 100% - % (air lembab + abu

    + zat terbang) (ASTM D.3172).

    IV.4. Analisis Nilai Kalori

    Nilai kalori batubara merupakan indikasi panas yang terkandung dalam batubara.

    Dengan cara sampel batubara dengan berat tertentu (dalam analisis ini sebesar 1

    gram) dibakar dalam suatu adiabatic bomb calorimeter. Nilai kalori dihitung dari

    suhu yang diamati sebelum dan setelah pembakaran. Nilai yang didapat dikoreksi

    dengan kandungan unsur oksigen dan hidrogen di luar air yang terdapat dalam

    batubara. Hasil analisis proksimat dan nilai kalori dapat dilihat pada Tabel IV.3

    Tabel IV.3. Hasil analisis proksimat dan nilai kalori batubara.

    Moisture in air dried sample

    AshVolatile matter

    Fixed carbon

    Caloric valueNo Sample ID

    %, adb %, adb %, adb %, adb Cal/gr, adb1 T-1 19.09 3.48 36.09 41.34 52282 T-2 18.38 1.07 39.53 41.02 55843 T-3 20.02 1.31 37.33 41.34 54394 R-E-1 20.46 2.72 38.77 38.05 54585 R-E-2 20.36 2.72 36.76 40.16 53226 R-E-3 20.97 2.06 35.02 41.95 53667 R-W-1 18.29 3.22 38.52 39.97 55698 R-W-2 17.17 2.75 39.69 40.39 56519 R-W-3 17.44 2.22 35.64 44.70 4973

    10 Q-E-1 18.76 2.75 38.91 39.58 554411 Q-E-2 19.19 2.77 34.95 43.09 534912 Q-E-3 19.27 3.19 35.63 41.91 539913 Q-W-1 20.63 6.37 32.69 40.31 507014 Q-W-2 19.71 2.89 35.93 41.47 553815 Q-W-3 19.54 2.57 36.78 41.11 5572

    ASTM ASTM ASTM By Diff ASTMMetode

    D. 3173 D. 3174 D. 3175 D. 5865

  • Tesis

    53

    IV.5. Analisis Petrografi

    IV.5.1. Analisis komposisi maseral dan mineral

    Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif untuk menentukan komposisi

    maseral yang membentuk lapisan batubara. Setiap maseral dan komponen lain

    (mineral) yang terdapat dalam sayatan poles diidentifikasi dan dihitung jumlahnya

    dengan suatu alat penghitung otomatis (point counter). Hasil pengamatan

    dikelompokan sesuai dengan kelompok maseral sedangkan mineral dikelompokan

    sendiri. Hasil pengamatan dinyatakan dalam persen volume. Pengamatan

    dilakukan dengan menggunakan mikroskop sinar pantul baik dengan sinar biasa

    maupun sinar ultraviolet. Mikroskop yang digunakan adalah merk Zeiss

    Axioplane yang ada di Laboratorium Petrografi Batubara Tekmira, Bandung. Alat

    ini juga dilengkapi dengan automatic point counting model F yang berfungsi

    sebagai alat hitung dalam analisis secara kuatitatif.

    Penentuan komposisi maseral dan mineral didasarkan pada Australian Standar

    (AS-2856, 1986) dengan jumlah pengamatan minimal sebanyak 500 kali. Jarak

    antara titik pengamatan diset 0,5 mm baik terhadap sumbu mendatar maupun

    vertikal.

    Pengamatan dengan sinar biru (fluorescence) diperlukan untuk mengamati

    maseral liptinit pada batubara berperingkat rendah (lignit/brown coal), Liptinit

    pada batubara berperingkat tinggi (bituminus) dengan reflektan diatas 1,3% tidak

    akan memberikan cahaya fluorescence.

    IV.5.2. Analisis reflektansi vitrinit

    Analisis reflektansi vitrinit merupakan penelitian kualitatif dengan mengukur nilai

    reflektan dari grup maseral vitrinit. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan

    alat Carl Zeiss Microscope Axioplane Pol Transmitted and Reflected Light dengan

    perlengkapan MPP (micro photometer processor system) Compas Photometer,

    yang dilengkapi dengan beberapa lensa objektif MPL 32x/0,65 oil p, serta standar

    reflektansi yang telah diketahui nilainya. Pengamatan dilakukan dibawah medium

    minyak imersi (imersion oil) yang memiliki indeks bias refraksi 1,518 pada

  • Tesis

    54

    panjang gelombang 546 nm dan temperatur 230C. Standar reflektasi yang

    digunakan ialah spinel sintetik dengan besaran reflektansi 0,586 %.

    Pengukuran dilakukan pada 30 titik, dimana tiap titik diukur nilai maksimum.

    Dilakukan analisis statistik terhadap data hasil pengukuran untuk memperoleh

    nilai rata-rata maksimum (R maxv ). Klasifikasi maseral dan peringkat batubara

    yang digunakan dalam penelitian ini adalah sistem Australian Standart, 1986.

    Hasil analisis pengamatan petrografi ditunjukkan pada Tabel IV.5 dan Tabel IV.6.

    Tabel IV.4. Hubungan reflektansi vitrinit dan peringkat (rank) batubara (Australia Standart, 1986).

    R maxv (%) Peringkat Batubara

    0,20 0,24 Gambut

    0,24 0,40 Brown coal / Lignite

    0,40 0,60 Subbituminous

    0,60 1,10 High volatile bituminous

    1,10 1,50 Medium volatile bituminous

    1,50 2,00 Low volatile bituminous

    2,00 2,50 Semi-anthrasite

    2,50 5,00 Anthrasite

    5,00 Meta-anthrasite

  • Tesis

    55

    Tabel IV.5. Hasil pengamatan kelompok maseral dan nilai reflektasi vitrinit conto batubara.

    Kode conto Seam Lithotype V (%) L (%) I (%) Rv (%)T-1 T BD 84 1.2 7.8 0.46T-2 T BD 82.2 5.4 9.4 0.45T-3 T BD 84.6 5 5.4 0.45

    R-E-1 R BB 73.6 6 14.4 0.45R-E-2 R BB 77.2 9.4 11 0.45R-E-3 R BB 89.6 3.8 4.4 0.45R-W-1 R BB 68.8 12.4 17 0.46R-W-2 R BB 70.6 10.2 12.6 0.45R-W-3 R BB 82.4 1.4 2.6 0.45Q-E-1 Q BB 72.6 6.8 12.6 0.46Q-E-2 Q BB 79.6 7 10.6 0.46Q-E-3 Q BB 76.6 8.4 14 0.46Q-W-1 Q BB 73.6 4 6.2 0.46Q-W-2 Q BB 82.4 6.4 5.6 0.46Q-W-3 Q BB 74 5.8 13.6 0.46

    Ket: BD = Banded Dull, BB = Bright banded, V = Vitrinite, L = Liptinite, I = Inertinte, dan Rv =

    nilai reflektansi

  • Tesis

    56

    Tabel IV.6. Hasil pengamatan petrografi conto batubara.

    CONTO BATUBARAT-1 T-2 T-3 R-E-1 R-E-2 R-E-3 R-W-1 R-W-2 R-W-3 Q-E-1 Q-E-2 Q-E-3 Q-W-1 Q-W-2 Q-W-3

    KELOMPOK MASERAL

    SUB KELOMPOK MASERAL

    MASERAL

    % vol % vol % vol % vol % vol % vol % vol % vol % vol % vol % vol % vol % vol % vol % vol

    TextuniteTelovitrinite Texto-ulminite

    (Humotelinite) E-ulmininiteVITRINITE Telocollinite 29 33.4 54.2 41.6 44.6 49.6 18.4 29.6 39 43.6 40 41.6 40.6 32.6 44.4

    Attrinite(HUMINITE)

    Detrovitrinit Densinite 14 15 3.6 4.6 5 8 2 5.6 15.4 6 4.4 5 4.4 6.6 1(Humodetrinite) Desmocollinite 31.4 27.4 18.4 22 21.6 23.6 35 28 20.6 20 23.6 21.4 24.6 33.6 23

    Corpogelinite 9.6 6.4 8.4 5.4 6 8.4 13.4 7.4 7.4 3 11.6 8.6 4 9.6 5.6Gelovitrinite Porigelinite

    (Humocollinite) EugeliniteSporinite 0.6 0.4 1.6 0.8 1 1.6 0.8 0.4Cutinite 1 1 0.4 2 1.4 1 2 0.4 0.8 1.6 0.2 1 1 1.4Resinite 1.2 3.4 3 5 6 2.4 7.4 6 3.4 4 6 3 4.4 4.4

    LIPTINITE/ Liptodetrinite 1 0.4 0.6 0.4EXINITE Alginite 0.6

    Suberinite 0.4 0.2 1 1.8 1.4 1 1.4 0.4 0.6ExudatiniteFluoriniteBituminiteFusinite 0.4 0.6 0.6Semifusinite 4.6 1.4 1 7 1.4 1 7 2.6 0.6 0.4 2 7.4 2.6 0.4 5.4Telo-inertinite

    Sclerotinite 1.6 4.6 3.4 5.4 8 3 5.4 6.6 2 8.6 5.6 4.4 2.6 4.6 4.6Inertodetrinite 1.6 3.4 0.6 2 1.6 0.4 4 3.4 3.6 3 1.6 1 0.6 3.6

    Detro-inertiniteMicrinite

    INERTINITE

    Gelo-inertinite MacrinitePyrit 3.4 0.4 4 2 0.4 0.6 0.4 2.6 6.6 5 1.2 0.6 8.6 4.6 5.6Clay 3.6 2.6 1 4 2 1.6 1.4 4 7 3 1.6 0.4 7.6 1 1MINERALS MATTER

    CarbonateTOTAL 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100

  • Tesis

    57

    IV.6. Analisis Kimia Abu

    Analisis kimia abu batubara berguna untuk memprediksi perilaku abu dan juga

    untuk mengidentifikasi kandungan konsentrasi tinggi komponen tertentu yang

    dapat memberikan permasalahan dalam aplikasi misalnya dipakai untuk

    memprediksi karakter abu yang berkaitan dengan sifat slagging dan fouling secara

    empiris.

    Conto batubara berukuran -65 mesh dimasukkan dalam furnace lalu dipanaskan

    pada suhu 8150C hingga mencapai berat konstan. Abu yang tersisa dipanaskan

    lagi pada suhu 10500C kemudian dilebur dengan lithium metaborate lalu

    dimasukkan ke dalam cetakan. Hasil cetakan ini dianalisis dengan spektrometer

    X-ray Flourescene (XRF). Semua unsur utama yang terdeteksi dinyatakan sebagai

    oksida. Tabel IV.7 memperlihatkan hasil analisis kimia abu batubara.

  • Tesis

    58

    Tabel IV.7. Hasil pengujian kimia conto abu batubara.

    Keterangan: LOI = lost of ignition

    Hasil Pengujian Conto Abu BatubaraNo Sample ID

    % SiO2 % SO3 % Al2O3 % Fe2O3 % Na2O % K2O % CaO % MgO % TiO2 % P2O5 % MnO % LOI % H2O1 T-1 66.40 0.29 17.09 7.35 0.21 3.64 0.86 1.59 0.85 0.66 0.06 0.58 0.222 T-2 52.80 3.28 16.44 15.04 0.39 1.12 3.61 2.59 0.73 0.01 0.17 3.41 0.203 T-3 24.20 15.64 9.46 27.30 1.23 0.64 11.25 6.13 0.63 1.54 0.54 1.08 1.425 R-E-1 20.50 12.15 14.03 6.19 14.25 0.44 18.21 6.59 0.78 3.16 0.03 3.36 0.506 R-E-2 20.40 11.47 12.59 8.72 13.51 0.43 16.42 6.15 1.06 2.52 0.08 6.33 2.187 R-E-3 17.60 28.70 2.21 11.18 16.17 0.54 14.47 6.69 0.13 0.59 0.04 1.24 0.978 R-W-1 26.80 9.28 9.44 7.77 11.66 0.43 25.30 5.94 0.33 0.02 0.09 2.67 0.449 R-W-2 17.50 27.40 4.75 5.73 11.11 0.42 22.00 6.74 0.38 0.08 0.09 3.31 0.94

    10 R-W-3 43.00 7.26 13.12 17.35 3.81 3.28 4.36 2.12 1.01 0.43 0.06 3.81 0.3411 Q-E-1 5.99 40.60 2.57 13.14 11.02 0.56 16.88 6.49 0.15 0.38 0.05 1.72 0.1012 Q-E-2 23.60 25.90 5.74 9.27 11.90 1.07 14.01 6.06 0.51 0.55 0.05 0.96 0.5813 Q-E-3 36.20 21.60 2.18 6.23 11.33 0.47 12.60 5.07 0.41 1.97 0.04 1.40 0.2214 Q-W-1 50.80 11.11 11.77 4.17 3.89 2.19 6.50 2.74 0.48 0.62 0.03 5.35 0.2615 Q-W-2 13.00 35.90 2.16 16.93 8.73 0.47 14.24 5.67 0.53 0.13 0.05 1.78 0.1616 Q-W-3 11.30 31.70 2.32 24.10 8.62 0.80 13.79 6.15 0.23 0.14 0.05 0.36 0.5417 P-R2/ P-Q-W 50.10 0.33 12.74 1.78 0.34 3.53 0.28 0.70 0.82 0.14 0.01 28.80 11.0618 P-R3/ P-R-E 40.80 0.02 28.30 1.06 0.38 0.32 0.32 0.25 1.70 0.08 0.01 26.30 4.1819 B-R-N 86.30 0.04 7.30 0.95 0.44 1.20 0.27 0.29 0.35 0.02 0.03 2.34 3.51

  • Tesis

    59

    IV.7. Analisis Bentuk Belerang

    Analisis bentuk belerang (form of sulphur) dilakukan untuk mendapatkan

    informasi disposisi sulfur selama pemanfaatan dan hasil sulfur selama proses

    pembakaran dan karbonisasi. Hasil dari analisis ini menghasilkan data berupa

    kandungan belerang total, belerang organik, belerang piritik, dan belerang sulfat.

    Analisis pengambilan data kuantitatif dilakukan di laboratorium untuk

    mendapatkan data kandungan belerang total, belerang piritik, dan belerang sulfat.

    Sedangkan belerang organik diperoleh secara by different yaitu kandungan

    belerang total dikurangi belerang piritik dan belerang sulfat.

    Kadar belerang total ditentukan dengan bantuan alat infra red detection (LECO S

    144 DR) dimana conto batubara dibakar dalam combustion tube furnace pada

    suhu 13500C dalam aliran oksigen murni. Gas belerang oksida yang terbentuk

    akan diserap oleh infra red dan kadar sulfur yang diperoleh ditampilkan pada

    monitor.

    Belerang sulfat ditentukan dengan mengekstraksi conto batubara dengan HCl,

    sulfat hasil ekstraksi diendapkan sebagai BaSO4 dan ditetapkan dengan

    gravimetrik. Belerang piritik ditentukan dengan cara mengekstraksi residu conto

    batubara dengan HNO3 dengan ekstraksi sulfat dan selanjutnya Fe ditetapkan

    dengan AAS. Hasil analisis bentuk belerang dapat dilihat pada tabel Tabel IV.8.

  • Tesis

    60

    Tabel IV.8. Tabel hasil analisis bentuk belerang.

    Belerang Total Belerang Sulfat Belerang Pirit Belerang OrganikNo Sample ID

    %, adb %, adb %, adb %, adb1 T-1 0.91 0.042 0.126 0.7422 T-2 0.21 0.002 0.017 0.1913 T-3 0.86 0.15 0.068 0.6424 R-E-1 0.18 0.013 0.004 0.1635 R-E-2 0.18 0.01 0.003 0.1676 R-E-3 0.39 0.018 0.003 0.3697 R-W-1 0.27 0.068 0.003 0.1998 R-W-2 1.14 0.035 0.027 1.0789 R-W-3 4.79 0.398 0.491 3.901

    10 Q-E-1 1.43 0.039 0.052 1.33911 Q-E-2 0.71 0.009 0.003 0.69812 Q-E-3 0.52 0.015 0.009 0.49613 Q-W-1 1.88 0.006 0.303 1.57114 Q-W-2 1.44 0.082 0.194 1.16415 Q-W-3 1.08 0.036 0.314 0.73

    ASTM ASTM ASTM ASTMMetode

    D. 4239 D. 2492 D. 2493 D. 2494

    IV.8. Analisis Scanning Electron Microscope (SEM)

    Pengamatan melalui analisis SEM dilakukan untuk mengetahui perilaku mineral

    di dalam batubara khususnya untuk mineral berukuran mikro yang tidak dapat

    teramati dengan analisis petrografi. Untuk mineral natrium yang tergolong sebagai

    unsur jarang dalam batubara keterdapatannya termasuk jarang dalam hal jumlah

    dan sangat kecil dalam ukurannya sehingga diperlukan perbesaran yang lebih

    tinggi lagi untuk dapat mengamatinya. Analisis SEM dilakukan 2 jenis yaitu

    fotomikrograf dan area mapping. Fotomikrograf dilakukan untuk mendapatkan

    analisis kualitatif perilaku mineral dalam batubara dan area mapping untuk

    mengetahui kandungan unsur-unsur dalam batubara secara semi kuantitatif dan

    perilaku sebarannya dalam batubara.

    Preparasi conto untuk analisis SEM dengan menghancurkan/mereduksi ukuran

    conto terlebih dahulu secara alami sampai dengan ukuran 2 mm. Selanjutnya

    conto ditempelkan pada specimen holder dengan menggunakan electrivity

    conductor dotite atau pasta perak. Proses pemanasan terhadap conto dilakukan

  • Tesis

    61

    pada suhu + 300C sampai pasta kering. Setelah itu dibersihkan untuk

    menghilangkan debu-debu pengotor yang berasal dari udara luar. Specimen conto

    diberi lapisan tipis (coating) yang dimaksudkan agar conto yang diuji dapat

    memiliki sifat konduktif.

    Setelah preparasi selesai dilakukan, conto dapat dimasukkan ke dalam specimen

    chamber pada mesin SEM tipe JEOL JSM-6360 LA untuk dilakukan deskripsi

    dan interpretasi material conto.

    Pengamatan area mapping terhadap kandungan dan keterdapatan unsur

    mineralisasi di dalam batubara dilakukan terhadap 16 conto yang terdiri dari 15

    conto batubara yang mewakili Seam T, Seam R bagian timur dan barat dari sayap

    sinklin (R-E dan R-W) dan Seam Q bagian timur dan barat sinklin dari sayap

    sinklin (Q-E dan Q-W) yang masing-masing terdiri dari 3 bagian yang mewakili

    bagian atas, tengah, dan bawah dari lapisan batubara; 1 conto lapisan sisipan

    (parting) yang terdapat pada Seam P, sedangkan pengamatan struktur mikro

    secara fotomiktograf dilakukan terhadap 4 (empat) conto batubara yaitu R-E-1, R-

    E-2, Q-E-2, dan Q-E-3. Unsur-unsur yang terdeteksi hasil analisis SEM dengan

    metode area mapping terlihat pada Tabel IV.9 dan hasil lengkapnya dapat dilihat

    pada Lampiran.

  • Tesis

    62

    Tabel IV.9. Unsur terdeteksi dalam conto batubara hasil analisis SEM area mapping dan kemungkinan mineralisasi yang ada.

    Kode Conto Unsur terdeteksi Keterangan

    T-1 C, Al, Si, S, Cu, Fe, O

    Al, Si, dan O diperkirakan dalam bentuk mineral oksida sebagai Al2O3 dan mineral kuarsa (SiO2). Mineral kuarsa hadir dalam bentuk granular/membulat sebagai mineral detritus yang berasosiasi dengan grup maseral vitrinit. Unsur S, Cu, dan Fe membentuk mineral sulfida dan beberapa berasosiasi sebagai kelompok mineral silikat. Mineral pirit dan kelompok mineral lempung juga hadir dari hasil analisis petrografi.

    T-2 C, S, Ca, Cu, O

    Ca dan S membentuk mineral gipsum yang hadir sebagai pengisi rekahan pada batubara (cleat). Unsur S diperkirakan sebagai belerang sulfat (SO3) dan piritik (FeS2). Mineral karbonat mungkin hadir dalam bentuk CaO (lime). Selain itu kelompok mineral lempung juga dimungkinkan hadir dari hasil analisis petrografi.

    T-3 C, S, Ca, Fe, Cu, O

    Ca dan S membentuk nodul gipsum sebagai mineral sulfat yang berasosiasi dengan kelompok maseral vitrinit; Mineral lain yang S juga kemungkinannya belerang sulfat dan belerang piritik (FeS2). Terlihat keterdapatan mineral lempung dari hasil analisis petrografi. Sedangkan Cu sendiri merupakan unsur minor yang terdapat dalam batubara.

    R-E-1 C, Na, Al, S, Ca, O

    Unsur Al dan O diperkirakan hadir sebagai mineral oksida (Al2O3), berupa nodul-nodul dalam batubara. Selain itu juga terdapat mineral-mineral lempung dan sulfat. Unsur Na menyebar secara merata pada batubara sebagai inklusi, keberadaannya dalam lapisan batubara menyeluruh secara lateral tanpa memperlihatkan anomali kadar tinggi pada titik tertentu.Hasil analisis petrografi juga memberikan kehadiran mineral pirit dan kelompok mineral lempung pada conto ini.

    R-E-2 C, Ca, Na, Al, Cu, Pb, O

    Terdapat indikasi kehadiran mineral karbonat dan oksida dalam bentuk nodul-nodul. Unsur Na menyebar secara merata pada batubara sebagai inklusi, keberadaannya dalam seam batubara menyeluruh secara lateral tanpa memperlihatkan anomali kadar tinggi pada titik tertentu. Pirit dan mineral lempung (kemungkinan kaolinit) tampak pada analisis petrografi.

    R-E-3 C, S, Ca, Cu, Zn, Ti

    Adanya unsur Ca dan Si merupakan elemen-elemen yang terkandung dalam mineral silikat; unsur S diperkirakan belerang sulfat dan piritik (hasil analisis petrografi); Cu, Zn, Timerupakan unsur minor yang biasa juga terdapat pada batubarayang diperkirakan membentuk mineral oksida misalnya brookite (TiO2) dan kemungkinan lainnya dalam bentuk mineral sulfida.

    R-W-1 C, S, Ca, F, Zn, O

    Unsur Ca diperkirakan hadir sebagai elemen yang terkandung dalam mineral silikat dan karbonat; S kemungkinan belerang sulfat dan sebagai sulfida; Zn, F merupakan unsur minor yang biasa juga terdapat pada batubara.

    R-W-2 C, Mg, Al, Si, K, Fe, O

    Mineral K, Al, Si, O diperkirakan membentuk mineral silikat (K-Feldspar, ortoklas). Kemungkinan lain hadir dalam bentuk mineral oksida. Fe, Zn, Rb merupakan unsur minor yang biasa terdapat pada batubara, kemungkinan hadir dalam bentuk oksidan dan hidroksida.

    R-W-3 C, S, Fe, Ca, Al, Cu, O

    Adanya unsur Ca, Al, kemungkinan terkandung dalam mineral silikat dan oksida; Cu, Fe merupakan unsur minor yang biasa juga terdapat pada batubara; S dapat merupakan belerang sulfat atau bergabung dengan Fe membentuk pirit. Hidroksida dan

  • Tesis

    63

    mineral lempung uga diperkirakan terdapat pada conto.

    Q-E-1 C, Si, Fe, S, Ca, Cu, O

    Adanya unsur Ca merupakan elemen yang terkandung dalam mineral silikat; Si juga pembentuk mineral kuarsa; S selain kemungkinan belerang sulfat (CaSO4.2H2O) dan sebagai belerang pirit, Cu merupakan unsur minor yang biasa juga terdapat pada batubara.

    Q-E-2 C, Al, Si, S, Ca, Ti, O

    Adanya unsur Ca dan Si merupakan elemen-elemen yang terkandung dalam mineral silikat; Si juga pembentuk nodul kuarsa; S kemungkinan belerang sulfta; Ti merupakan unsur minor yang biasa juga terdapat dalam batubara yang kemungkinan terbentuk sebagai mineral oksida (brookite).

    Q-E-3 C, Al, S, Ca, Cu, Zn, Ti, O

    Adanya unsur Al, Ca menunjukkan adanya mineral silikat; S kemungkinan belerang sulfat dan piritik (hasil analisis belerang dan petrografi); Ti merupakan unsur minor yang biasa juga terdapat pada batubara yang kemungkinan terbentuk sebagai mineral oksida (brookite). Sedangkan mineral lain yang dimungkinkan ada ialah kelompok mineral lempung (hasil pengamatan petrografi).

    Q-W-1 C, Ca, Ba, S, Al, Cu, O

    Ba dan S membentuk nodul-nodul barit (barium sulfat); Al merupakan bagian dari material silikat; Cu merupakan unsur minor yang kemungkinan membentuk mineral oksida. Pirit dan mineral lempung juga dimungkinkan terdapat pada conto ini yang terlihat pada pengamatan petrografi dan analisis bentuk belerang.

    Q-W-2 C, Al, Si,S, Cu, O

    Si membentuk nodul kuarsa; Al unsur minor yang membentuk oksida Al2O3; S diperkirakan sebagai belerang sulfat dan kemungkinan juga belerang organik yang berasosiasi dengan maseral serta sebagai belerang piritik yang dihasilkan dari pengamatan petrografi dan analisis bentuk belerang. Cu merupakan unsur minor dalam batubara. Kehadiran mineral lempung juga tampak pada pengamatan petrografi.

    Q-W-3 C, Si, S, O

    Si bagian dari nodul kuarsa (SiO2) yang diyakini sebagai mineral singenetik yaitu mineral detritus hasil pelabukan batuan yang kaya mineral kuarsa dan terbawa oleh air ke dalam rawa dan terendapkan bersamaan dengan pembentukan gambut; S disamping sebagai nodul pirit kemungkinannya sebagai belerang sulfat atau organik. Selain itu mungkin terdapat mineral lempung yang tampak pada pengamatan petrografi.

    Q-Parting C, Al, Si, S, K, Fe, ODominasi mineral kuarsa (SiO2) dan mineral oksida lainnya. S kemungkinannya belerang organik; Fe, Cu unsur-unsur minor dalam batubara.