jbptitbpp gdl enggarrind 31419 3 2008ta 2

Upload: stanislaus-rizal

Post on 14-Oct-2015

27 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

ttg data mu..qiqi

TRANSCRIPT

  • LAPORAN TUGAS AKHIR (KL-40Z0) Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe Deck On Pile

    di Pelabuhan Garongkong, Propinsi Sulawesi Selatan

    Bab 2

    Gambaran Umum Lokasi Pekerjaan

  • Laporan Tugas Akhir (KL-40Z0) Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pelabuhan Garongkong, Propinsi Sulawesi Selatan

    2-1

    Bab 2

    Gambaran Umum Lokasi Pekerjaan Laporan Tugas Akhir (KL-40Z0)

    Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pelabuhan Garongkong, Propinsi Sulawesi Selatan

    2.1 Lokasi Pekerjaan dan Aksesibilitas 2.1.1 Posisi Administratif dan Geografis

    Lokasi pekerjaan Survei Investigasi dan Desain Pelabuhan Garongkong ini terletak di lingkungan Garongkong, Kelurahan Mangempang, Kecamatan Barru, Kabupaten Barru, Propinsi Sulawesi Selatan. Lokasi pekerjaan dapat dilihat selengkapnya pada peta orientasi Gambar 2.1.

    Kabupaten Barru dengan Kota Barru sebagai ibukota kabupaten terletak di ketinggian antara 0-1700 m di atas permukaan laut. Kota Barru berjarak 100 km sebelah Utara Kota Makassar, dan 50 km di sebelah selatan Kota Pare-Pare. Kabupaten ini memiliki garispantai sepanjang 78 km. Secara administratif, kabupaten ini terdiri atas 7 kecamatan, 14 kelurahan, dan 40 desa. Luas wilayah kabupaten ini adalah 1.174 km2 dengan batas-batas sebagai berikut:

    Sebelah Utara : Kabupaten Sidrap dan Kota Pare-Pare Sebelah Selatan : Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Sebelah Timur : Kabupaten Singkang atau Kabupaten Soppeng Sebelah Barat : Selat Makassar

  • Laporan Tugas Akhir (KL-40Z0) Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pelabuhan Garongkong, Propinsi Sulawesi Selatan

    2-2

    Gambar 2.1 Peta orientasi lokasi pekerjaan Pelabuhan Garongkong.

    LOKASI

    PEKERJAAN

  • Laporan Tugas Akhir (KL-40Z0) Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pelabuhan Garongkong, Propinsi Sulawesi Selatan

    2-3

    Gambar 2.2 Situasi Pantai Garongkong (sumber: Google Earth).

    2.1.2 Aksesibilitas

    Kawasan Pelabuhan Garongkong berjarak 100 km (ke arah Utara) dari Kota Makassar, sedangkan dari Pare-Pare berjarak sejauh 55 km. Kondisi jalan darat yang menghubungkan Makassar dengan Garongkong serta Pare-Pare dengan Garongkong cukup baik.

    2.1.3 Gambaran Umum Lokasi

    Pada saat ini kawasan pelabuhan belum memiliki fasilitas kepelabuhanan yang beroperasi, kawasan yang terletak di tepi pantai ini masih kosong dan belum ditempati masyarakat. Sejauh ini hanya terdapat bagian dari pembangunan Pelabuhan Ferry Garongkong yang belum selesai. Progres sementara yang telah dilaksanakan adalah pembangunan causeway dan trestle.

  • Laporan Tugas Akhir (KL-40Z0) Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pelabuhan Garongkong, Propinsi Sulawesi Selatan

    2-4

    2.2 Kondisi Fisik Lokasi Pekerjaan 2.2.1 Topografi dan Bathimetri

    Kondisi topografi kawasan Pelabuhan Garongkong berupa daratan rendah yang berada pada ketinggian 1-5 m dari permukaan laut, dan terletak di sepanjang pantai Kabupaten Barru. Kondisi dasar laut di sepanjang pesisir Pantai Garongkong pada umumnya landai dengan kemiringan sekitar 2%. Material pasir putih dan batu karang dijumpai di seluruh permukaan pantai. Pada bagian belakang pantai banyak tambak milik penduduk sekitar.

    2.2.2 Gelombang

    Pantai Garongkong terletak di sebelah Timur Selat Makassar. Berdasarkan studi terdahulu yang pernah dilakukan Dinas Perhubungan Kabupaten Barru, ketinggian gelombang rata-rata di pantai sekitar 0,5 m sampai 1,5 m. Pada saat musim angin ketinggian gelombang dapat mencapai 2,0 m.

    2.2.3 Pasang Surut dan Arus

    Berdasarkan studi terdahulu, tinggi pasang surut di lokasi pelabuhan adaalah 2,0 m. Sementara itu arus yang mengalir di perairan Garongkong bergerak dari arah utara ke selatan. Kecepatan arus maksimum sekitar 2 knot.

    2.2.4 Klimatologi

    Kecepatan maksimum angin sekitar 7 knot dan biasanya terjadi pada musim hujan. Data angin dikumpulkan dari Stasiun Meteorologi milik BMG di Makassar. Iklim wilayah kabupaten Barru adalah bulan basah berturut-turut terjadi pada bulan Oktober sampai dengan bulan Maret, sedangkan bulan kering berturut-turut terjadi pada bulan April sampai dengan September.

    2.2.5 Erosi dan Sedimentasi

    Sejauh ini tidak ada erosi yang terjadi di kawasan Garongkong, demikian pula halnya dengan sedimentasi yang terjadi. Hal ini berkaitan erat dengan kondisi vegetasi bukit yang mengelilingi kawasan darat Garongkong yang memiliki kondisi baik.

    2.2.6 Kondisi Tanah

    Tanah di Kabupaten Barru umumnya merupakan jenis tanah regosol yang meliputi 38 % dari luas seluruh wilayah. Jenis-jenis tanah lain yang dikandung adalah litosol, alluvial, dan mediterran. Kabupaten Barru juga memiliki sifat geologi yaitu sari endapan gunung berapi yang meliputi 27,59% dari total wilayah kabupaten.

  • Laporan Tugas Akhir (KL-40Z0) Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pelabuhan Garongkong, Propinsi Sulawesi Selatan

    2-5

    2.2.7 Gempa

    Berdasarkan kode gempa Indonesia (SNI.03-1726-1989), Pelabuhan Garongkong terletak pada zona gempa 3, dengan koefisien gempa horizontal sebesar 0,13.

    2.3 Kabupaten Barru 2.3.1 Kependudukan dan Perekonomian

    Kabupaten ini memiliki luas wilayah 1.174,72 km dan berpenduduk sebanyak 150.000 jiwa. Menurut Registrasi Penduduk sampai akhir tahun 2004 di Kabupaten Barru berjumlah 159.698 jiwa yang terdiri atas 76.222 atau 48,09 % laki-laki dan 82.278 atau 54,91 % perempuan dengan pendapatan penduduk sebesar 135,62 jiwa/km2 dan memiliki 6.626 Kepala Keluarga. Pendapatan perkapita penduduk Kabupaten Barru berdasarkan harga berlaku pada tahun 2004 sebesar Rp. 4.410.079,82.

    Kepadatan penduduk yang tertinggi terdapat di Kecamatan Tanete Rilau. Sedangkan kepadatan penduduk yang paling rendah terdapat di Kecamatan Pujananting. Tenaga kerja produktif (usia 10 tahun keatas) yang bekerja pada tahun 2004 berjumlah 45.203 jiwa dan yang mencari pekerjaan sebesar 1.608 jiwa. Tingkat partisipasi angkatan kerja sebesar 49,14 % dan pengangguran terbuka sebesar 3,43 %.

    Tabel 2.1 Jumlah Penduduk Kabupaten Barru

    Sumber : BPS Sulawesi Selatan

    2.3.2 Rencana Tata Ruang Kabupaten Barru

    Dalam rencana tata ruang Kabupaten Barru diarahkan pada beberapa kawasan andalan sebagai kawasan yang diharapakan tumbuh dan berkembang lebih cepat dibandingkan dengan daerah lainnya. Penetapan kawasan ini berdasarkan potensi wilayah secara keseluruhan dan memiliki nilai strategis, kawasan andalan yang dimaksud adalah sebagai berikut. 1. Kawasan andalan Barru dan sekitarnya dengan pusat kawasan di Kota Barru. Kawasan

    ini ditetapkan dengan fungsi sebagai pengembangan pendidikan, perdagangan, pemerintahan, simpul jasa transportasi, dan perikanan darat.

    2. Kawasan andalan Pekkae dan sekitarnya yang berpusat di Pakkae. Kawasan ini diarahkan sebagai kawasan pengembangan tanaman pangan, palawija, dan holtikultura serta perikanan laut.

    No. Tahun Jumlah Penduduk (Jiwa) 1. 2001 151.464

    2. 2002 152.412

    3. 2003 156.661

    4. 2004 157.680

    5. 2005 158.500

  • Laporan Tugas Akhir (KL-40Z0) Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pelabuhan Garongkong, Propinsi Sulawesi Selatan

    2-6

    3. Kawasan andalan Batu Pute sebagai pusat pengembangan transportasi laut yakni Pelabuhan Awerange.

    4. Kawasan andalan Mangkoso, kawasan ini diarahkan sebagai pusat pengembangan pendidikan keislaman, perikanan, palawija, dan holtikultura.

    5. Kawasan andalan Palanro dan sekitarnya diarahkan sebagai kawasan pengembangan bahari, tanaman pangan, palawija, dan holtikultura.

    2.3.3 Pertanian

    Pada tahun 2004 sektor pertanian mempunyai andil besar dalam PRDB Kabupaten Barru yaitu sebesar 49,22%. Mata pencaharian penduduk Kabupaten Barru pada umumnya adalah bertani, komoditas unggulan yang dikembangkan saat ini antara lain : Padi

    Areal persawahan 13.028 ha, didukung oleh irigasi sederhana (setengah teknik) dan irigasi dengan rata-rata produksi per han 5,41 ton GKG/ tahun. Produksi ini cenderung meningkat, Namur penanganan pasca panen relatif tradisional sehingga kualitas beras yang dihasilkan belum mencapai kualitas ekspor khususnya bila panen bertepatan dengan musim hujan oleh karena itu peluang bagi investor untuk menanamkan modalnya pada sektor industri pengolahan pasca panen. Pemasaran hasil panen saat ini meliputi Makassar dan sekitarnya, Kalimantan Timur, dan Jakarta.

    Jagung Kabupaten Barru sangat cocok untuk tanaman jagung. Areal panen jagung saat ini mencapai 4.508 ha dengan produksi rata-rata 4.074 ton/ha. Produksi rata-rata ini masih rendah karena masih dilakukan dengan budidaya tradisional. Areal untuk pertanaman jagung meliputi: Lahan sawah : 2.569 ha Lahan kering : 3.266 ha Pertanaman jagung di Kabupaten Barru didukung oleh industri pakan ternak yang dibangun sebagai hasil kerjasama investor lokal dengan investor dari Belanda yang difasilitasi oleh Pemerintah Kabupaten Barru. Pabrik ini mulai beroperasi pada bulan Februari 2004 dengan kapasitas 50 ton/ hari.

    Kacang Tanah Kacang tanah adalah salah satu komoditas unggulan yang telah dikembangkan secara turun temurun oleh masyarakat Kabupaten Barru. Varietas yang dikembangkan selama ini adalah varietas kelinci dan varietas gajah. Pada tahun 2005 dilakukan penanaman yang diperuntukkan untuk pengadaan bibit sehingga merupakan peluang bagi investor menanamankan modalnya pada industi pengelolaan hasil. Bagi investor yang berminat dapat bermitra dengan kelompok tani antara pengusaha lokal dan dapat difasilitasi oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Barru.

    Cabe Merah Tanaman cabe merah sangat cocok dikembangkan di Kabupaten Barru, karena produksinya sangat tinggi rata-rata mencapai 15 ton/ hari. Teknologi budidaya cabe telah banyak dikuasai masyarakat berkat kerjasama teknologi dengan JICA Jepang. Produksi cabe cenderung meningkatkan, namun belum didukung oleh industri pengeliolaan cabe sehingga mengalami kesulitan pemasaran. Komoditas tersebut merupakan peluang bagi investor untuk menanamkan modalnya pada industri pengolahan cabe untuk dipasarkan ke konsumen atau pabrikan.

  • Laporan Tugas Akhir (KL-40Z0) Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pelabuhan Garongkong, Propinsi Sulawesi Selatan

    2-7

    2.3.4 Perkebunan

    Kebijaksanaan yang ditempuh dalam membangun perkebunan yang diarahkan untuk peningkatan kebutuhan dalam daerah, sekaligus mendorong kegiatan agrobisnis. Sasaran pembangunan perkebunan adalah terbentuknya perkebunan yang potensial, terciptanya perwilayahan komoditi perkebunan, pemantapan kemitraan, dan peningkatan kesejahteraan petani. Hal ini dapat dilakukan melalui : Optimalisasi usaha tani perkebunan pada lahan potensial. Pelestarian dan fungsi sumber daya alam. Perwilayahan komoditas. Pemberdayaan sumber daya manusia. Memacu pertumbuhan ekonomi pedesaan. Jenis komoditi hasil perkebunan di Kabupaten Barru antara lain : Kopi

    Jenis kopi yang dikembangkan di wilayah Kabupaten Barru adalah kopi robusta dan kopi arabika. Tanaman kopi ini tersebar pada 5 Kecamatan yaitu Kecamatan Barru, Kecamatan Tanete Rilau, Kecamatan Tanete Riaja, Kecamatan Soppeng Riaja, dan Mallusetasi.

    Jambu Mete Komoditi jambu Mete' di Wilayah Kabupaten Barru merupakan 1 emas komoditi andalan pada sektor perkebunan, mencapai areal tanaman sekitar 5593 Ha.

    Kemiri Tanaman Kemiri manempati tempat kedua setelah jambu mete'. Hal ini terlihat bahwa luas areal yang ditanami kemiri sekitar 2121 Ha.

    Komoditas kelapa Di Kabupaten Barru tahun 2003 dikembangkan dua jenis kelapa yaitu kelapa dalam dan kelapa hibrida dengan luas areal 1933 Ha.

    Komoditas Cengkeh Cengkeh yang dikembangkan diwilayah Kabupaten Barru tidaklah sama dengan komoditas lainnya, karena tidak semua wilayah yang ada, bisa ditanami cengkeh.

    Komoditas Tembakau Tembakau pun tidak dapat ditanami pada sembarang tempat. Hal ini sangat dipengaruhi oleh keadaan tanah. Namun demikian tembakau yang diproduksi dengan jumlah yang sangat terbatas, tetapi dibandingkan dengan harga pasaran, maka tembakau dari Kab. Barru lebih tinggi harganya dibanding dengan tembakau dari daerah sekitar yaitu antara Rp 25000/kg.

    Kakao Komoditas Kakao yang selama ini dikembangkan diwilayah Kabupaten Barru sangat dipengaruhi oleh keadaan musim, sehingga kelihatan bahwa sampai akhir tahun 2003 mampu menghasllkan sekitar 69,60 Ton.

    Tanaman Pala Untuk Komoditas pala pada tahun 2003, hanya dikembangkan pada 2 Wilayah Kecamatan, yaitu Kecamatan barru dan Kecamatan soppeng Riaja. Dengan luas 63 Ha, 13 Ha di Kecamatan Barru dan 50 Ha di Kacamatan Soppeng Riaja.

  • Laporan Tugas Akhir (KL-40Z0) Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pelabuhan Garongkong, Propinsi Sulawesi Selatan

    2-8

    2.3.5 Perindustrian

    Potensi Kabupaten Barru yang merupakan daerah potensial untuk pengembangan industri memiliki keunggulan lokasi yakni terletak diantara Kota Makassar dan Kota Pare-Pare serta masuk dalam Kawasan Pengembangan Ekonomi Trepadu (KAPET) Pare-Pare, sehingga segala fasilitas/ insentif fiskal dan non fiskal untuk wilayah KAPET dapat dinikmati oleh investor yang menanamkan modalnya di Kabupaten Barru.

    Jenis industri yang mempunyai peluang untuk dikembangkan investor antara lain industri yang berbasis pada sumber daya alam sperti industri pengolahan hasil pertanian, kehutanan, dan pertambangan (industri semen dan industri marmer) serta industri pendukung pertanian dan kelautan serta industri jasa lainnya. Disamping itu berbagai kemudahan perizinan yang menjadi kewenangan daerah danterutama dapat diberikan kemudahan dan dijamin oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Barru. Selain peluang investasi tersebut di atas terdapat pula peluang bagi investor untuk menanamkan modalnya pada Pembangunan Kawasan Industri di Desa Bojo Kecamatan Mallusetasi Kabupaten Barru.

    2.3.6 Perikanan Perikanan laut di Kabupaten Barru memiliki potensi yang potensial yang terdiri dari :

    1. Areal penangkapan ikan : 56.160 Ha 2. Areal budidaya laut : 1.400 Ha 3. Areal budidaya tambak : 3.500 Ha 4. Areal budidaya kolam/air tawar : 39 Ha 5. Taman laut dan pulau-pulau kecil untuk wisata bahari eco tourism sebanyak 7 buah.

    Tingkat pemanfaatan/ eksploitasi potensi sumber daya kelautan dan perikanan Kab. Barru belum maksimal karena petani dan nelayan tradisonal menghadapi kendala pada keterbatasan pengetahuan dan teknologi serta dana untuk biaya pengadaan sarana dan prasarana penangkapan dan budidaya. Sarana dan prasarana kelautan dan perikanan yang ada saat ini diantaranya :

    Hatchery (udang/ bandeng) : 11 unit Backyard (udang/ bandeng) : 47 unit Cold Storage : 1 unit PPI/ TPI : 2 unit Pabrik Es : 4 unit Bagang Rambo : 72 unit Armada penangkapan : 1388 unit Pabrik pakan ternak & udang : 1 unit

  • Laporan Tugas Akhir (KL-40Z0) Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pelabuhan Garongkong, Propinsi Sulawesi Selatan

    2-9

    Perkembangan produksi kelautan dan perikanan Kabpaten Barru selama 3 (tiga) tahun terakhir, baik budidaya maupun hasil tangkapan para nelayan adalah sebagai berikut.

    Tahun 2001 sebesar 19.589.8 ton Tahun 2002 sebesar 20.064.0 ton atau naik 2,4 % Tahun 2003 sebesar 20.340.7 ton atau naik 1.4 %

    Komoditi unggulan perikanan laut adalah ikan kerapu, cakalang/ tuna, dan kakap. Komoditas bududaya tambak unggulan adalah udang, bandeng dan rumput laut. Pembangunan pada sektor kelautan dan perikanan Kabupaten Barru belum menunjukkan hasil yang maksimal karena pengelolaannya masih relatif tradisional dan terbatasnya pengetahuan dan teknologi serta dana untuk investasi sarana dan prasarana yang memadai.

    2.3.7 Peternakan

    Pengembangan bidang peternakan di Kabupaten Barru diprioritaskan pada pengembangan peternakan rakyat guna mendorong diversifikasi pangan dalam rangka mencukupi kebutuhan protein hewani, yaitu daging dan telur. Usaha Dinas Peternakan dalam memenuhi kebutuhan yaitu:

    Penyebaran bibit ayam buras. Penyebaran bibit ternak itik. Penyebaran ternak sapi. Penyebaran bibit ternak kambing. Penyebaran pejantan unggul. Penyebaran inseminasi buatan. Penyebaran bibit rumput. Penyebaran rumah potong hewan. Pengendalian dan pencegahan penyakit hewan.

    Selain itu Pemerintah telah mengeluarkan Perda Nomor 10 Tahun 2003 tentang pemeliharaan dan penertiban ternak dalam rangka upaya untuk meningkatkan populasi ternak dan tetap terciptanya keamanan dan ketertiban pemakaian jalan dari gangguan hewan yang berkeliaran secara bebeas, yang senantiasa menimbulkan kecelakaan lalu lintas maka telah dilakukan penanganan untuk mengurangi dampak negatif tersebut dengan menetapkan kebijaksanaan ternak secara teratur. Kondisi protein dan sumber daya yang dimiliki sub sektor peternakan yang pengembangannya akan terus dipacu yaitu : 1. Sapi dan Kerbau

    Hewan ternak ini cukup menjanjikan karena disamping dilakukan pengembangann ternak juga dilakukan penggemukan. Jumlah populasi ternak sapi mencapai 33.332 ekor. Sementara produksi daging sapi mencapai 166.159,36 kg dan daging kerbau mencapai 25.200 kg.

    2. Kuda Jumlah populasi ternak kuda mencapai 6.473 ekor, dan dikembangkan diseluruh wilayah kecamatan, karena disamping dagingnya dikonsumsi, juga dipakai untuk membajak sawah.

  • Laporan Tugas Akhir (KL-40Z0) Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pelabuhan Garongkong, Propinsi Sulawesi Selatan

    2-10

    3. Kambing Ternak kambing di Kabupaten Barru juga cukup berkembang. Sesuai data dari Dinas Peternakan Kabupaten Barru, jumlah populasi ternak sekitar 4925 ekor, produksi daging kambing sebesar 142,50 kg.

    4. Unggas Pengembangana ayam ras, khususnya pedagang dan petelur di Kabupaten Barru cukup berhasil walau dalam situasi kritis dan merebaknya penyakit flu burung dan penyakit lainnya. Jumlah populasi ternak ayam buras sebanyak 243.292 ekor, ayam ras petelur 31.043 ekor, ayam ras pedaging 43.500 ekor, dan itik sebanyak 66.889 ekor. Untuk produksi telur ayam buras 291.950 butir, ayam ras 335.264 butir, dan telur itik sebanyak 481.601 butir.

    Prospek pengembangan sub sektor peternakan di Kabupaten Barru di masa mendatang masih sangat terbuka mengingat potensi lahan yang tersedia yaitu padang penggembalaan seluas 4.813 ha yang didukung lahan untuk layanan makanan ternak 30.577 ha, sehingga peluang investasi ternak sapi yang bisa dikembangkan adalah 37.176 unit ternak.

    2.3.8 Kehutanan

    Luas hutan yang ada di Kabupaten Barru saat ini adalah 65.185 ha yang terdiri dari hutan lindung 49.801 ha dan muatan produksi terbata 15.384 ha. Pada hutan produksi terbatas terdapat pohon yang tumbuh subur antara lain:

    Pohon pinus mercury : 2.350 ha Pohon eboni : 1450 ha Pohon jati unggul : 4.959 ha

    Untuk pengembangan ketiga jenis tanaman kehutanan yang bernilai ekonomis tertinggi tersebut, tersedia lahan seluas 3.000 5.000 ha. Dengan kondisi dan potensi lahan tersebut membuka peluang bagi investor untuk menanamkan modalnya pada pengembangan ketiga jenis kayu tersebut.

    2.3.9 Pariwisata

    Kabupaten Barru adalah salah satu kabupaten yang berada pada pesisir barat Provinsi Sulawesi Selatan, yang memiliki garis pantai sepanjang 78 km.Kabupaten Barru berada pada jalur trans Sulawesi dan merupakan daerah lintas wisata antara kota Makassar dengan Kabupaten Tanah Toraja sebagai tujuan wisata serta berada dalam kawasan pengembangan ekonomi terpadu (KAPET) Pare-Pare.

  • Laporan Tugas Akhir (KL-40Z0) Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pelabuhan Garongkong, Propinsi Sulawesi Selatan

    2-11

    2.4 Provinsi Sulawesi Selatan 2.4.1 Kependudukan dan Perekonomian

    Jumlah penduduk Provinsi Sulawesi Selatan pada tahun 2005 mengalami kenaikan 1,56 % menjadi 7.494.701 jiwa dengan rata-rata laju pertambahan sebesar 1,67 % per tahun selama lima tahun terakhir, sedangkan kabupaten yang memiliki penduduk terendah adalah Kabupaten Selayar yang berjumlah 111.220 jiwa dengan rata-rata tingkat pertumbuhan sebesar 1,69 % per tahun. Untuk mengetahui jumlah penduduk Provinsi Sulawesi Selatan tahun 2001-2005 dapat dilihat pada tabel berikut ini.

    Tabel 2.2 Jumlah Penduduk Provinsi Sulawesi Selatan

    Sumber BPS Sulawesi Selatan

    Pendapatan Domestik Regional Bruto (PRDB) untuk Provinsi Sulawesi Selatan dari tahun 2000 hingga 2004, disajikan pada tabel berikut ini.

    Tabel 2.3 Pertumbuhan PRDB Provinsi Sulawesi Selatan

    Sumber BPS Sulawesi Selatan

    No. Tahun Jumlah Penduduk (Jiwa)

    1. 2001 7.004.066

    2. 2002 7.059.769

    3. 2003 7.280.141

    4. 2004 7.379.370

    5. 2005 7.494.701

    No. Tahun PRDB Menurut Harga Berlaku PRDB Menurut Harga Konstan

    Pertumbuhan (Persen)

    1. 2000 30.856.443,00 30.856.443,00 4.89

    2. 2001 34.884.547,00 34.884.547,00 5.16

    3. 2002 38.655.017,00 38.655.017,00 4.11

    4. 2003 43.023.895,00 43.023.895,00 5.32

    5. 2004 48.749.624,00 48.749.624,00 5.30

  • Laporan Tugas Akhir (KL-40Z0) Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pelabuhan Garongkong, Propinsi Sulawesi Selatan

    2-12

    2.4.2 Rencana Tata Ruang Provinsi Sulawesi Selatan

    Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRWP), Sulawesi Selatan yang berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 44 tahun 2001, didasarkan pada Undang-undang Nomor 24 tahun 1992 tentang Penataan Ruang dan Kebijakan Pembangunan Daerah yang tertuang dalam Rencana Strategis Provinsi Sulawesi Selatan.

    RTRWP Sulawesi Selatan merupakan arahan pengaturan pemanfaatan ruang wilayah Provinsi Sulawesi Selatan yang berfungsi mewujudkan keterkaitan dan kesinambungan perkembangan antar wilayah di dalam Provinsi Sulawesi Selatan. Arahan pengembangan kawasan pada RTRWP meliputi arahan pengembangan kawasan budidaya, kawasan pesisir, dan laut. Kawasan andalan dan kawasan penunjangan pertanahan. Sistem kota-kota dan arahan pengembangan prasarana wilayah. RTRWP Sulawesi Selatan menghasilkan hierarki pusat-pusat pelayanan sebagai dasar penyusunan struktur tata ruangnya.

    2.5 Prasarana dan Sarana Transportasi 2.5.1 Jaringan Transportasi Darat

    A. Jaringan Jalan Raya

    Jaringan jalan trans Sulawesi dari Makassar kearah lokasi Garongkong, menyusuri pesisir barat Kabupaten Barru. Kondisi jalan ini relatif baik dan sejauh ini menjadi urat nadi utama perhubungan darat di kabupaten ini. Lokasi Pelabuhan Garongkong terletak 2 km dari jalan trans Sulawesi ini.

    Kondisi jalan arteri primer umumnya relatif baik dengan konstruksi jalan aspal hotmix yang menjadi jalan utama yang menghubungkan Kabupaten Barru dengan kabupaten atau kota lainnya. Panjang jalan di kabupaten ini mencapai 633,12 km dimana 85 % diantaranya dalam kondisi bagus.

    Jalur transportasi darat antar desa dan dari desa ke ibukota kecamatan atau kabupaten belum terbuka lancar. Untuk transportasi darat, tersedia jenis oplet minibus dan bentor yaitu sejenis becak yang digerakkan dengan sepeda motor. Kedua jenis angkutan tersebut beroperasi di dalam kota, sedangkan untuk luar kota tersedia bus-bus berukuran sedang.

    B. Jaringan Penyebrangan

    Di Sulawesi Selatan telah beroperasi lima pelabuhan penyebrangan yang dari tahun ke tahun arus mobilitas penumpang dan barang melalui pelabuhan penyebrangan ini mengalami peningkatan. Kelima pelabuhan penyebrangan ini adalah

    1. Pelabuhan Penyebrangan Bajoe yang menghubungkan Provinsi Sulawesi Selatan dengan Sulawesi Tenggara.

    2. Pelabuhan Penyebrangan Bira Pamatata yang menghubungkan Pulau Sulawesi dengan Pulau Selayar.

    3. Pelabuhan Penyebrangan Siwa yang menghubungkan Siwa dengan Lasasua/ Batunong di Sulawesi Tenggara.

    4. Pelabuhan Penyebrangan Pattubukan (Pulau Selayar) yang menghubungkan Pulau Sulawesi dan Pulau NTT (Reo).

  • Laporan Tugas Akhir (KL-40Z0) Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pelabuhan Garongkong, Propinsi Sulawesi Selatan

    2-13

    5. Pelabuhan Bira yang menghubungkan Pulau Sulawesi dengan Pulau Muna di Sulawesi Utara.

    C. Pelabuhan Ferry Andi Mattalatta

    Selain dari lima pelabuhan penyebrangan yang telah disebutkan di atas, di Provinsi Sulawesi Selatan ini terdapat pelabuhan penyebrangan yang sedang dalam proses pembangunan yaitu Pelabuhan Ferry Andy Mattalata.

    Pelabuhan ferry ini menggunakan sistem dolphin dan sistem bongkar muat tipe pelencengan. Pelabuhan penyebrangan ini direncanakan akan melayani kapal ferry dengan kapasitas 3000 GRT yang menghubungkan Provinsi Sulawesi Selatan dengan Batulicin, Provinsi Kalimantan Selatan serta Lamongan di Jawa Timur.

    Pelabuhan ferry ini direncanakan sebagai penghubung antara dermaga dengan fasilitas darat berupa trestle sepanjang 84 m, lebar 6,5 m, lajur pejalan kaki 1,5 m, dan lebar lajur kendaraan 5 m, dan juga causeway trestle sepanjang 65,5 m dan lebar lajur kendaraan 6,5 m yang terbuat dari konstruksi beton bertulang di atas tiang pancang.

    2.5.2 Jaringan Transportasi Air A. Pelabuhan Makassar Pelabuhan Makassar adalah pelabuhan terbesar di Kawasan Timur Indonesia yang terletak di pesisir barat Kota Makassar, ibukota Provinsi Sulawesi Selatan. Pelabuhan Makassar ini merupakan pusat perdagangan, sehingga dengan lokasinya yang sangat strategis Pelabuhan Makassar yang berada di posisi Alur Laut Kepulauan Indonesia 2 (ALKI 2) ini menjadi jalur pelayaran yang menghubungkan antara kawasan barat dan kawasan timur Indonesia. Pelabuhan Makassar ini terdiri atas empat buah pangkalan yaitu Pangkalan Soekarno dan Pangkalan Hatta sebagai dermaga kargo, Pangkalan Paotere sebagai dermaga untuk kapal tradisional, dan Pangkalan Hasanuddin sebagai dermaga khusus kapal ferry.

    Tabel 2.4 Fasilitas Umum Pelabuhan Makassar

    No. Uraian Volume Satuan

    1 Daratan 66,66 Ha 2 Kolam Perairan 319,38 Ha 3 Dasar Perairan 16-18 m 4 Breakwater 1.581 m 5 Galangan Kapal - 6 Gedung Kantor 1.716 m2 7 Terminal Penumpang 4000 m2 8 Lapangan Parkir 5,39 m2

  • Laporan Tugas Akhir (KL-40Z0) Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pelabuhan Garongkong, Propinsi Sulawesi Selatan

    2-14

    Arus perpindahan barang dan penumpang dari dan ke Kota Makassar yang melalui Pelabuhan Makassar ini dinilai cukup ramai, yaitu dengan daerah tujuan sepertu Pulau Kalimantan, Jawa, dan Kepulauan Timur Indonesia dibandingkan dengan pelabuhan-pelabuhan kecil yang berada di Pulau Sulawesi. Hal ini memperlihatkan Pelabuhan Makassar layak sebagai pelabuhan pintu gerbang bagian Timur Indonesia dan memilki peran penting sebagai pendorong perkembangan pelabuhan-pelabuhan relatif kecil yang berada di sekitarnya.

    B. Pelabuhan Awerange Pelabuhan Awerange ini termasuk dalam wilayah Kabupaten Barru yang selama ini digunakan untuk melayani pelayanan kargo namun terbatas pada kapal-kapal pelayaran rakyat.

    C. Pelabuhan Pare-Pare Pelabuah Pare-Pare terdiri atas tiga buah pangkalan, yaitu Pangkalan Nusantara, Pangkalan Cappa Ujung, dan Pangkalan Lontangnge. Pelabuhan Pare-Pare memilik permasalahan terbatasnya aksesibilitas dari dan ke pelabuhan karena lokasi pelabuhan berbatasan langsung dengan pemukiman penduduk sehingga menyulitkan manuver kendaraan kargo dengan ukuran besar.

    2.5.3 Jaringan Transportasi Udara Di Kabupaten Barru tidak terdapat lapangan udara, sehingga tidak terdapat jaringan transportasi udara yang berkembang di kabupaten ini. Prasarana dan sarana transportasi udara yang terdekat dari lokasi Garongkong berada di Makassar (Ujung Pandang) yaitu Bandar Udara Hassanuddin. Di kota tersebut terdapat jaringan penerbangan komersil yang melayani beberapa rute penerbangan antar pulau dan internasional .

    2.6 Arah dan Strategi Pembangunan Pelabuhan Pembangunan Kawasan Pelabuhan Garongkong secara garis besar dilandasi oleh pertimbangan sebagai berikut : 2.6.1 Pertimbangan terhadap Kondisi Pelabuhan Sekitar Di Kawasan Pelabuhan Garongkong terdapat beberapa pelabuhan yang telah beroperasional yaitu Pelabuhan Makassar, Pelabuhan Biringkasi, Pelabuhan Awerange, dan Pelabuhan Pare-Pare. Akan teteapi sejauh ini Kabupaten Barru hanya dilayani oleh Pelabuhan Awerange dan Provinsi Sulawesi Selatan secara umum dilayani oleh Pelabuhan Makassar dan Pelabuhan Pare-Pare.

    A. Pelabuhan Makassar Sebagai pelayan kegiatan perekonomian dan pintu gerbang utama Provinsi Sulawesi Selatan, Pelabuhan Makassar masih memiliki kendala pelayanan transportasi yaitu: 1. Akses dari daerah hinterland ke lokasi pelabuhan yang harus melalui Kota Makassar.

    Adapun kondisi transportasi darat saat ini di Kota Makassar memiliki tingkat kemacetan yang cukup tinggi, selain mengakibatkan waktu jalan yang lebih lama juga menimbulkan biaya transportasi yang tinggi. Kondisi ini pada jangka panjang akan berdampak tidak baik bagi iklim perekonomian, terutama dalam skala besar dalam lingkup Provinsi Sulawesi Selatan.

  • Laporan Tugas Akhir (KL-40Z0) Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pelabuhan Garongkong, Propinsi Sulawesi Selatan

    2-15

    2. Pengembangan Pelabuhan Makassar terkendala masalah ketersediaan lahan. Pengembangan ke arah samping selatan terhambat oleh cagar budaya (Fort of Rotterdam). Sementara pengembangan ke arah utara akan berbenturan dengan Pelabuhan Paotere. Pengembangan pelabuhan ke arah sisi daratan pun akan mendapati kendala ketersediaan lahan yang telah padat oleh kegiatan masyarakat di Kota Makassar.

    B. Pelabuhan Pare Pare Sebagai pendukung Pelabuhan Makassar sebagai pintu gerbang alternatif bagi wilayah utara Provinsi Sulawesi Selatan, Pelabuhan Pare-Pare masih memiliki kendala yang hampir serupa dengan kendala yan dimiliki oleh Pelabuhan Makassar, diantaranya ialah sebagai berikut. 1. Aksesibilitas atau pintu masuk menuju pelabuhan kurang cukup memadai terutama

    untuk angkutan besar seperti trailer. 2. Akses masuk ke lokasi pelabuhan yang harus melalui jalanan yang sempit dan cukup

    padat oleh pemukiman penduduk di sebelah kiri dan kanan jalan tersebut.

    C. Pelabuhan Awerange Pelabuhan yang terdapat di sebelah utara Pelabuhan Garongkong ini memiliki permasalahan yang identik, yaitu kendala masalah lahan atau areal darat untuk pengembangan lebih lanjut. Selain itu akses dari dan keluar masukpelabuhan pun terbatas, tidak dapat dilalui oleh kendaraan kontainer. Namun sejauh ini, Pelabuhan Awerange memegang peranan penting bagi kegiatan kargo umum, seperti beras dan ternak (outgoing cargo) serta pupuk (incoming cargo), yang secara langsung menunjang kegiatan perekonomian Kabupaten Barru dan sekitarnya.

    D. Pelabuhan Biringkasi Terdapat pula Pelabuhan Biringkasi yang terletak di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan (pangkep). Pelabuhan ini berperan untuk melayani kegiatan perekonomian di wilayah Kepulauan Sangkarang dan Kepulauan Pabiring yang terletak di bagian barat dari Provinsi Sulawesi Selatan.

    2.6.2 Pertimbangan Menyangkut Kondisi Kawasan Pelabuhan Garongkong Dari uraian sebelumnya diketahui bahwa pengembangan pelabuhan alternatif di Kawasan Garongkong strategis, mengingat masih terdapat kendala-kendala pada pelabuhan sekitar, terutama guna pengembangan jangka panjang. Diantaranya ialah sebagai berikut. 1. Areal darat yang masih kosong, sehingga penataan ruang kawasannya akan lebih

    mudah untuk jangka pendek maupun sebagai lahan cadangan untuk pengembangan selanjutnya.

    2. Berada tidak jauh dari jalan negara di lintasan Makassar - Pare-pare. Kawasan Pelabuhan Garongkong berada 2 km dari poros jalan negara tersebut. Untuk memudahkan akses dari dan menuju kawasan, Pemerintah Kabupaten Barru dan Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan saat ini sedang membangun jalan dengan lebar 24 m. Jalan yang berada tepat di muka rencana Pelabuhan ferry Andi Mattalatta yang sedang dibangun.

    3. Areal laut yang terlindung dari gelombang yang datang dari laut lepas dengan adanya Pulau Panikiang sebagai barrier alami dan kondisi air laut yang tenang.

  • Laporan Tugas Akhir (KL-40Z0) Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pelabuhan Garongkong, Propinsi Sulawesi Selatan

    2-16

    4. Berada di lintasan kapal dari Laut Jawa ke arah utara Pulau Sulawesi. 5. Faktor internal yaitu kemacetan pada jalur darat yang menghabiskan biaya tinggi

    sehingga solusi alternatif pembangunan pelabuhan di Kawasan Garongkong menjadi kian efisien.

    Maka dapat disimpulkan arah dan strategi pengembangan Pelabuhan Garoingkong seperti diuraikan dalam tabel di bawah ini.

    Tabel 2.5 Arah dan Strategi Pengembangan Pelabuhan

    No. Hal Uraian

    1. Arah Pengembangan Sebagai solusi alternatif kendala keterbatasan lahan pengembangan pelabuhan di sekitar Provinsi Sulawesi Selatan

    2. Strategi Pengembangan Tahap pertama: Pembangunan Infrastruktur Pelabuhan

    Tahap selanjutnya : Pengembangan Infrastruktur Pelabuhan

    2.7 Peranan Pelabuhan Garongkong di Masa yang Akan Datang Pada bulan Juni 1997, pemerintah Indonesia menerbitkan Sistem Transportasi Nasional (SISTRANAS) sebagai langkah pertama dalam merumuskan rencana transportasi berskala nasional. SISTRANAS diharapkan mampu mendukung dan mendorong perkembangan nasional dan wilayah, memperkuat kesatuan negara dan juga untuk meningkatkan hubungan internasional. Dilihat dari konteks SISTRANAS, Pelabuhan Garongkong nantinya diharapkan menjadi Pelabuhan Pengumpan Nasional (Feeder). Agar dapat memenuhi fungsi tersebut, maka perkembangan Pelabuhan Garongkong harus disesuaikan agar keseimbangan seluruh wilayah dan bahkan keseimbangan nasional dapat tercapai. Dengan perannya sebagai Pelabuhan Pengumpan, maka Pelabuhan Garongkong melayani Pelabuhan Utama Primer seperti Pelabuhan Tanjung Priok.