jbptitbpp gdl armainihar 21835 3 2010ta 2

15
5 BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Profil PT Timah Tbk Daerah cadangan timah di Indonesia merupakan suatu bentangan wilayah sejauh lebih dari 800 km, disebut sebagai The Indonesian Tin Belt” , yang merupakan bagian dari “The South East Asian Tin Belt” yang membujur sejauh kurang lebih 3000 km dari daratan Asia kearah Thailand, Semenanjung Malaysia dan Indonesia mencakup wilayah Pulau-pulau Karimun, Kundur, Singkep dan sebagian di daratan Sumatera (Bangkinang) di utara terus ke selatan yaitu Pulau-pulau Bangka, Belitung dan Karimata hingga ke daerah sebelah barat Kalimantan. Penambangan timah di Indonesia sudah berlangsung lebih dari 200 tahun, yaitu di Bangka mulai tahun 1711, di singkep tahun 1812 dan di Belitung sejak tahun 1852. Dengan kekayaan cadangan yang melimpah, Indonesia merupakan salah satu negara produsen timah terbesar di dunia. Bijih timah di Indonesia pertama kali di gali pada tahun 1709 di sungai Olim, Toboali, Pulau Bangka. Pengerjaannya dilakukan secara primitif oleh penduduk dengan cara pendulangan dan mencangkul dengan sistem penggalian sumur Palembang atau kolong/parit. Bijih timah yang dihasilkan pada waktu itu dijual kepada pedagang-pedagang yang datang dari Portugis, Spanyol dan juga dari Belanda. Keadaan ini berubah ketika Belanda datang ke Indonesia, pada saat mana penggalian timah mulai digiatkan. Sejak tahun 1720 penggalian timah dilakukan secara besar-besaran dibiayai oleh para pengusaha Belanda yang tergabung dalam VOC yang kemudian memonopoli dan menguasai seluruh tambang di Pulau Bangka. Pada tahun 1816 Pemerintah Belanda mengambil alih tambang-tambang di pulau Bangka dan dikelola oleh badan yang diberi nama “Bangka Tin Winning Bedrijf”(BTW). Sedangkan di Pulau Belitung dan di Pulau Singkep diserahkan kepada pengusaha swasta Belanda, masing- masing kepada Gemeenschappelijke Mijnbouw Maatschappij Biliton (Biliton Mij) atau lebih dikenal dengan nama GMB di Pulau Belitung,dan NV singkep Tin Exploitatie Maatschappij atau dikenal dengan nama NV SITEM di Pulau Singkep. Secara historis pengusahaan pertambangan timah di Indonesia dibedakan dalam dua masa pengelolaan. Yang pertama sebelum tahun 1960 dikenal dengan nama masa pengelolaan

Upload: zola1st

Post on 05-Dec-2015

17 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

Lereng

TRANSCRIPT

Page 1: Jbptitbpp Gdl Armainihar 21835 3 2010ta 2

5

BAB II TINJAUAN UMUM

2.1 Profil PT Timah Tbk

Daerah cadangan timah di Indonesia merupakan suatu bentangan wilayah sejauh lebih dari 800

km, disebut sebagai “The Indonesian Tin Belt” , yang merupakan bagian dari “The South East

Asian Tin Belt” yang membujur sejauh kurang lebih 3000 km dari daratan Asia kearah

Thailand, Semenanjung Malaysia dan Indonesia mencakup wilayah Pulau-pulau Karimun,

Kundur, Singkep dan sebagian di daratan Sumatera (Bangkinang) di utara terus ke selatan yaitu

Pulau-pulau Bangka, Belitung dan Karimata hingga ke daerah sebelah barat Kalimantan.

Penambangan timah di Indonesia sudah berlangsung lebih dari 200 tahun, yaitu di Bangka

mulai tahun 1711, di singkep tahun 1812 dan di Belitung sejak tahun 1852. Dengan kekayaan

cadangan yang melimpah, Indonesia merupakan salah satu negara produsen timah terbesar di

dunia.

Bijih timah di Indonesia pertama kali di gali pada tahun 1709 di sungai Olim, Toboali, Pulau

Bangka. Pengerjaannya dilakukan secara primitif oleh penduduk dengan cara pendulangan dan

mencangkul dengan sistem penggalian sumur Palembang atau kolong/parit. Bijih timah yang

dihasilkan pada waktu itu dijual kepada pedagang-pedagang yang datang dari Portugis,

Spanyol dan juga dari Belanda. Keadaan ini berubah ketika Belanda datang ke Indonesia, pada

saat mana penggalian timah mulai digiatkan. Sejak tahun 1720 penggalian timah dilakukan

secara besar-besaran dibiayai oleh para pengusaha Belanda yang tergabung dalam VOC yang

kemudian memonopoli dan menguasai seluruh tambang di Pulau Bangka.

Pada tahun 1816 Pemerintah Belanda mengambil alih tambang-tambang di pulau Bangka dan

dikelola oleh badan yang diberi nama “Bangka Tin Winning Bedrijf”(BTW). Sedangkan di

Pulau Belitung dan di Pulau Singkep diserahkan kepada pengusaha swasta Belanda, masing-

masing kepada Gemeenschappelijke Mijnbouw Maatschappij Biliton (Biliton Mij) atau lebih

dikenal dengan nama GMB di Pulau Belitung,dan NV singkep Tin Exploitatie Maatschappij

atau dikenal dengan nama NV SITEM di Pulau Singkep.

Secara historis pengusahaan pertambangan timah di Indonesia dibedakan dalam dua masa

pengelolaan. Yang pertama sebelum tahun 1960 dikenal dengan nama masa pengelolaan

Page 2: Jbptitbpp Gdl Armainihar 21835 3 2010ta 2

6

Belanda, dimana Bangka, Belitung dan Singkep merupakan badan usaha yang terpisah dan

berdiri sendiri. Bangka dikelola oleh badan usaha Pemerintah Belanda sedangkan Belitung dan

Singkep oleh perusahaan swasta Belanda. Status kepemilikan usaha ini memberikan ciri

manajemen dan organisasi yang berbeda satu dengan yang lain. Ciri perbedaan itu diwujudkan

dalam perilaku organisasi dalam arti luas, baik struktur ataupun budaya kerjanya.

Masa yang kedua adalah masa Pengelolaan Negara Republik Indonesia. Status berdiri sendiri

dari ketiga wilayah tersebut masih terus berlangsung tetapi dalam bentuk Perusahaan

Negara(PN) berdasarkan Undang-Undang No.19 PRP tahun 1960, yaitu PN Tambang Timah

Belitung dan PN Tambang Timah Singkep.

Selanjutnya berdasarkan PP No.87 tahun 1961 ketiga Perusahaan Negara Tersebut

dikoordinasikan oleh Pemerintah dalam bentuk Badan Pimpinan Umum Perusahaan Tambang-

tambang Timah Negara (BPU Tambang Timah) dengan pembagian tugas dan wewenang

seperti bentuk “Holding Company”.

Perubahan selanjutnya terjadi pada tahun 1968 dimana ketiga PN dan BPU ditambah Proyek

Pabrik Peleburan Timah Mentok dilebur menjadi satu dalam bentuk PN Tambang Timah, yang

terdiri dari unit Penambangan Timah(UPT) Bangka, Belitung,dan singkep serta Unit Peleburan

Timah Mentok(Unit Peltim).

Dengan pertimbangan member keleluasaan bergerak di sektor ekonomi umumnya,terutama

dalam menghadapi persaingan, status PN Tambang Timah ini pada tahun pada tahun 1976

diubah lagi menjadi bentuk perseroan yaitu PT Tambang Timah (Persero) dengan Bangka,

Belitung, Singkep dan Peleburan Timah Mentok tetap sebagai unit kegiatan operasi yang

dipimpin masing-masing oleh Kepala Unit sedangkan Kantor Pusat berada di Jakarta sehingga

secara manajemen perubahan dimaksud belum terintegrasi dalam arti sebenarnya.

Bahwa ciri geografis masih tetap melekat dengan pembagian wewenang dan tanggung jawab

secara sektoral merupakan warisan sejarah, dan ini menjadi salah satu penyebab terjadinya

kesenjangan-kesenjangan dalam pengambilan keputusan yang melatarbelakangi perlunya

perubahan mendasar.

Page 3: Jbptitbpp Gdl Armainihar 21835 3 2010ta 2

7

2.2 Letak dan Kesampaian Daerah Penyelidikan

Posisi geografis Provinsi Kepulauan Bangka Belitung adalah 1050'-3010'LS dan 1050-1080BT.

Secara administratif daerah penelitian yaitu Tambang Besar Nudur dan Tambang Besar Mawas

termasuk kedalam wilayah Kabupaten Bangka Selatan tepatnya di Desa Bencah Kecamatan

Toboali. Wilayah ini dapat ditempuh dengan menggunakan kendaraan dalam waktu sekitar 3

(tiga) jam dari ibukota provinsi, Pangkal Pinang dengan jalan darat ke arah tenggara. Keadaan

Pulau Bangka beserta posisi daerah penelitian dilihat dari citra satelit dapat ditunjukkan pada

gambar 2.1

Gambar 2. 1 Peta Kepulauan Bangka Belitung (Sumber : www.Google Earth.com)

Tambang Besar Nudur dan Mawas berada di Desa Bencah, Kecamatan Toboali Kabupaten

Bangka Selatan. Kabupaten Bangka Selatan dengan ibukota Toboali merupakan kabupaten

hasil pemekaran Kabupaten Bangka pada tahun 2003. Daerahnya meliputi bagian selatan Pulau

Bangka, termasuk pulau-pulau kecil seperti Pulau Lepar, Pulau Pongok dan Pulau Nanas.

Kabupaten Bangka Selatan merupakan pusat penghasil beras Kepulauan Bangka Belitung. Juga

merupakan daerah tujuan transmigran dari Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.

Page 4: Jbptitbpp Gdl Armainihar 21835 3 2010ta 2

8

2.3 Geologi Regional

Wilayah Asia Tenggara sepanjang Thailand, Malaysia dan Indonesia (Sumatera) merupakan

daerah mineralisasi endapan timah placer. Kemenerusan daerah mineralisasi ini membentuk

Sabuk Timah Asia Tenggara yang terbagi menjadi dua zona yaitu West Belt dan East Belt

Timah. West Belt merupakan endapan placer ekonomis yang sangat penting, sabuk ini

memiliki tubuh endapan granit mesozonal, banyak muncul mineralisasi greisen dan sistem urat

yang berasosiasi dengannya. Selain itu juga didapatkan endapan timah pada skarn.Endapan

timah placer pada East Belt akan lebih sedikit dibandingkan West Belt, sabuk ini memiliki

tubuh granit yang epizonal dimana kehadiran greisen hanya secara lokal yang terdapat pada

East Belt. Sedangkan Pulau Kundur dan Pulau Bangka dilalui oleh West Belt, sehingga

berpotensi mengandung endapan timah placer lebih banyak (Hosking,1997).

Pada masa Paleozoikum, Pulau Bangka dan laut sekitarnya merupakan daratan, sedangkan pada

Zaman Karbon sampai Perm, Pulau Bangka dan Kepulauan Riau merupakan laut dangkal.

Pada Mesozoikum terjadilah pembentukan pegunungan (Orogenesa), maka Pulau Bangka dan

Kepulauan Riau muncul kembali. Pulau Bangka merupakan suatu pulau yang terdiri dari

perbukitan dan pantai dimana di Pulau Bangka tersebut banyak dijumpai batuan granit yang

merupakan source utama dari logam timah.

Pembentukan timah placer ditentukan oleh kerangka waktu tentatif dalam sejarah

pembentukannya sebagai berikut :

1.Selama iklim kering di zaman Miosen akhir sampai Pliosen Awal terbentuk regolith di

Paparan Sunda.Regolith tersebut terdiri dari laterit dan endapan placer mineral-mineral berat

dari eluvial dan kolovial yang selanjutnya merupakan batuan dari batuan dasar.

2.Secara tidak selaras pada Pliosen Awal sampai Plistosen Awal, diatas batuan dasar

diendapkan Older Sedimentary Cover yang merupakan lapisan boulder yang mengandung

endapan timah ekonomis.

3.Pada akhir Plistosen Awal terjadi peningkatan curah hujan (presipitasi) sehingga arus air

mengkonsentrasikan endapan timah sebagai residual elutriation, kaksa, dan mincan (braided

stream).

Page 5: Jbptitbpp Gdl Armainihar 21835 3 2010ta 2

9

4.Proses laterasi selanjutnya terjadi pada Plistosen Tengah menghasilkan braided sistem

kedua yang mengubah endapan lama dan mengendapkan kembali sebagai mincan yang lebih

muda.

Gambar 2. 2 Peta Geologi Pulau Bangka (Sumber: PT. Timah Tbk, Divisi Eksplomin, 2009)

Pada gambar 2.2 diatas, batuan yang tertua di Bangka adalah batuan metamorf Kompleks

Pemali (CPp) berumur Paleo-Perm yang terdiri dari batuan filit, sekis dengan sisipan kuarsit

serta lensa-lensa batu gamping. Diabas Penyabung merupakan batuan yang berumur lebih

muda (Permo Trias, PTrd) dari Kompleks Pemali yang terdiri dari batuan diabas dan

menerobos Kompleks Pemali, dimana diabas ini kemudian diterobos oleh batuan granit klabat

(TrJkg). Pada awal Trias, bersamaan dengan pembentukan Diabas Penyabung terbentuk

formasi Tanjung Genting (Trt) terdiri dari perselingan batupasir malihan, batupasir, batupasir

lempung dan batu lempung dengan lensa-lensa batugamping, tersebar sangat luas meliputi

hampir seluruh bagian Pulau Bangka. Pada akhir Trias-PertengahanJura, aktivitas magma

membentuk Granit Klabat (TrJkg) yang menerobos semua satuan batuan terdahulu. Pada

Page 6: Jbptitbpp Gdl Armainihar 21835 3 2010ta 2

10

Pliosen diendapkan Formasi Ranggam (TQr) yang terdiri dari perselingan batu pasir dan batu

lempung,sementara pada zaman Kuarter (kala Holosen) terbentuk endapan alluvial.

Terdapat 3 (tiga) kategori endapan placer timah di wilayah ini yaitu: konsentrasi residual pada

lereng-lereng sungai dan lembah (kulit), placer para-allochton (kaksa) yang langsung menutupi

batuan induk termineralisasi dan alluvial alochton (mincan) yang membentuk lapisan dalam

sedimen pengisi lembah-lembah.Endapan pertama dan kedua berhubungan langsung dengan

mineralisasi primer yang berasosiasi dengan terobosan granit, sementara kategori ketiga

merupakan hasil rombakan dari batuan induk dan mineralisasi primer.

Batuan yang merupakan sumber bahan galian timah adalah batuan dasar granit berumur Trias

hingga batuan sedimen karbonan berumur Perm, dan juga batuan sedimen berumur Tersier.

Bahkan sekuen batuan sedimen dibagian tenggara Pulau Bangka di dominasi oleh Kelompok

Ranggam dengan kandungan timah alluvial yang berasal dari hasil erosi granit tipe S berumur

Jura berasal dari endapan placer yang tersebar di darat dalam wilayah pertambangan, dengan

mineral utama kasiterit dan mineral-mineral ikutan terdiri dari : monazite, xenotim, ilmenit,

turmalin, zircon dan kuarsa.

2.4 Kondisi Morfologi dan Iklim

2.4.1 Morfologi

Keadaan alam Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sebagian besar merupakan dataran rendah,

lembah dan sebagian kecil pegunungan dan perbukitan. Ketinggian dataran rendah rata-rata

sekitar 50 m diatas permukaan laut dan ketinggian daerah pegunungan antara lain untuk

Gunung Maras mencapai 699 m di kecamatan Belinyu (Pulau Bangka), Gunung Tajam Kaki

ketinggiannya kurang lebih 500 m diatas permukaan laut di Pulau Belitung. Sedangkan untuk

daerah perbukitan seperti Bukit Menumbing ketinggiannya mencapai kurang lebih 455 m di

Kecamatan Mentok dan Bukit Mangkol dengan ketinggian sekitar 395 m diatas permukaan laut

di Kecamatan Pangkalan Baru.

Sementara keadaan tanah Kepulauan Bangka Belitung secara umum mempunyai pH atau reaksi

tanah yang asam rata-rata dibawah 5 (lima), akan tetapi memiliki kandungan aluminium yang

sangat tinggi. Di dalamnya mengandung banyak mineral bijih timah dan bahan galian berupa

pasir, pasir kuarsa, batu granit, kaolin, tanah liat, dll.

Page 7: Jbptitbpp Gdl Armainihar 21835 3 2010ta 2

11

Keadaan tanah terdiri dari :

Podsolik dan Litosol: Warnanya coklat kekuning-kuningan berasal dari batu plutonik

masam yang terdapat di daerah perbukitan dan pegunungan.

Asosiasi Podsolik: Warnanya coklat kekuning-kuningan dengan bahan induk kompleks

batu pasir kwarsit dan batuan plutonik masam.

Asosiasi Aluvial, hedromotif dan clay humus serta regosol: berwarna kelabu muda,

berasal dari endapan pasir dan tanah liat.

2.4.2 Iklim

Kepulauan Bangka Belitung memiliki iklim tropis yang dipengaruhi angin musim yang

mengalami bulan basah selama tujuh bulan sepanjang tahun dan bulan kering selama lima

bulan terus menerus. Tahun 2007 bulan kering terjadi pada bulan Agustus sampai dengan

Oktober dengan hari hujan 11-15 hari perbulan. Untuk bulan basah hari hujan 16-27 hari

perbulan, terjadi pada bulan Januari sampai dengan bulan Juli dan bulan November sampai

bulan Desember.

Tahun 2007 kelembaman udara di Provinsi Kepulaun Bangka Belitung berkisar antara 77,4 %

sampai dengan 87,3 % dengan rata-rata perbulan mencapai 83,1 %, dengan curah hujan antara

58,3 mm sampai dengan 476,3 mm dan tekanan udara selama tahun 2007 sekitar 1010,1

milibar. Rata-rata suhu udara selama tahun 2007 di provinsi ini mencapai 26,70 C dengan rata-

rata suhu udara maksimum 29,90 C dan rata-rata suhu udara minimum 24,90 C. Suhu udara

maksimum tertinggi terjadi pada bulan Oktober dengan suhu udara 31,70 C, sedangkan untuk

suhu udara minimum terendah terjadi pada bulan Februari dan maret dengan suhu udara

sebesar 23,20 C.

2.4.3 Flora dan Fauna

Di Kepulauan Bangka Belitung tumbuh bermacam-macam jenis kayu berkualitas yang

diperdagangkan ke luar daerah seperti: kayu meranti, ramin, mambalong, mandaru, bulin, dan

kerengas. Tanaman hutan lainnya adalah: kapuk, jelutung, pulai, gelam, meranti rawa,

mentagor, mahang, bakau dan lain-lain. Hasil hutan lainnya merupakan hasil ikutan terutama

madu alam dan rotan.Madu Kepulauan Bangka Belitung terkenal dengan sebutan madu pahit.

Sedangkan tumbuhan hutan yang lain yang terdapat di kepulauan Bangka Belitung bermacam-

Page 8: Jbptitbpp Gdl Armainihar 21835 3 2010ta 2

12

macam kayu seperti: kayu ramin, meranti, jelutung, pulai, gelam, bitanggor, meranti rawa,

cempedak air, mahang, bakau dan lain-lain sebagainya.

Fauna di Kepulauan Bangka Belitung lebih memiliki kesamaan dengan fauna di Kepulauan

Riau dan semenanjung Malaysia daripada dengan daerah Sumatera. Beberapa jenis hewan yang

dapat ditemui di Kepulauan Bangka Belitung antara lain: rusa, beruk, monyet, lutung, babi

hutan, tringgiling, kancil, musang, elang, ayam hutan, pelanduk, berjenis-jenis ular dan biawak.

2.5 Kegiatan Penambangan

Pada umumnya saat ini penambangan timah dilakukan di darat dengan menggunakan tambang

semprot (gravel pumps) dan di laut dengan kapal keruk (dredging). Penambangan di darat tidak

memerlukan teknologi yang rumit, sehingga dapat dijalankan dalam skala kecil sekalipun.

Proses penambangan di darat dapat dilihat pada gambar 2.3 di bawah. Sementara itu

penambangan di laut memerlukan investasi yang besar terkait penggunaan teknologi yang lebih

kompleks. Namun saat ini masyarakat melakukan penambangan bijih timah di laut dalam skala

kecil dengan peralatan yang lebih sederhana. Penambangan di perairan dilakukan dengan

menggunakan kapal isap dan kapal keruk. Kapal isap umumnya digunakan untuk pembuatan

kanal yang akan dilalui oleh kapal keruk. Sedangkan kapal keruk digunakan untuk pemberaian,

pengangkutan, dan konsentrasi yang berlangsung secara berurutan dalam satu rangkaian kapal

keruk. Armada kapal keruk mempunyai kapasitas mangkok (bucket) mulai dari ukuran 7 cuft

sampai dengan 24 cuft. Masing-masing kapal keruk mempunyai jangkauan kedalaman

pengerukan yang berbeda-beda yaitu 16, 30, dan 50 m yang operasionalnya disesuaikan dengan

kedalaman dasar laut dan batuan dasarnya.

Penambangan di darat dilakukan dengan sistem tambang semprot. Kegiatan pertama adalah

melakukan pengupasan tanah penutup atau overburden. Pengupasan tanah penutup tersebut

dapat dilakukan dengan dua metode yaitu dengan pompa semprot atau monitor dan pompa isap

atau pompa tanah untuk membuang lapisan penutup ke lapisan overburden disposal, selain itu

juga dapat dilakukan dengan menggunakan backhoe dan truk untuk memindahkannya ke

overburden disposal. Tahap berikutnya setelah pengupasan tanah penutup adalah

penambangan bijih timah dengan menggunakan giant monitor, pompa semprot dan isap.

Page 9: Jbptitbpp Gdl Armainihar 21835 3 2010ta 2

13

Gambar 2.3 Kegiatan Penambangan Darat Sistem Tambang Semprot (Sumber: Foto-foto lokasi kunjungan ke Tambang Besar Mapur Sungai Liat, 2009)

Penambangan di perairan dengan kapal keruk umumnya lebih kompleks dibandingkan

penambangan darat. Proses penambangan di laut dapat dilihat pada gambar 2.4 di bawah.

Perencanaan operasi penambangan diperairan hanya didasarkan pada informasi geologi yang

diperoleh dari hasil pengeboran. Sedangkan penambangan darat selain didasarkan pada

informasi geologi juga didukung oleh pengamatan visual langsung dilapangan. Selain itu

penambangan dengan kapal keruk tidak bisa dilakukan untuk selective mining dengan dimensi

yang relatif lebih kecil karena medan kerja minimal kapal keruk yang cukup luas dan tidak bisa

berpindah-pindah lokasi. Hal ini berbeda dengan sistem penambangan darat yang lebih

fleksibel untuk melakukan selective mining. Batasan teknis kapal keruk lain yang harus

dipertimbangkan adalah arah kemajuan penambangan yang harus disesuaikan dengan arah arus

laut.

Page 10: Jbptitbpp Gdl Armainihar 21835 3 2010ta 2

14

Gambar 2. 4 Kegiatan Penambangan Lepas Pantai (Offshore) Sistem Kapal Keruk (Sumber:Foto-foto lokasi kunjungan ke penambangan kapal keruk Duyung wilayah operasi Belinyu, 2009)

Operasi darat PT Timah Tbk dilaksanakan oleh Divisi Proda (Produksi Darat) yang

membawahi 5 (lima) wilayah produksi, yaitu WP 1 Sungai Liat, WP 2 Belinyu, WP 3 Toboali,

WP 4 Jebus/Muntok, dan WP 5 Belitung. Selain itu Perusahaan memiliki sebuah unit produksi

di Kundur , Kepulauan Riau untuk produksi wilayah Karimun. Selain itu , PT Timah Tbk

mengoperasikan 15 unit kapal keruk dan menyewa 2 unit Kapal Isap, dengan kapasitas

produksi total 8.372.000 ton Sn/thn, yang beroperasi di 6 wilayah laut sekitar Pulau Bangka

dan Belitung. Peta wilayah kuasa pertambangan PT Timah Tbk dapat dilihat pada gambar 2.5

dibawah ini:

Page 11: Jbptitbpp Gdl Armainihar 21835 3 2010ta 2

15

Gambar 2.5 Peta wilayah kuasa pertambangan PT Timah Tbk (Sumber: PT. Timah Tbk, Divisi Eksplomin, 2009)

Sampai dengan tahun 2008, PT Timah Tbk memiliki wilayah eksplorasi di 125 KP dengan luas

521.066,43 Ha meliputi Sungai Liat, Belinyu, Toboali, Jebus/Mentok dan Belitung, serta Pulau

Kundur–Kepri.

Tambang Besar (TB) Nudur dan Tambang Besar (TB ) Mawas merupakan kawasan tambang

darat yang dilakukan oleh PT Tambang Timah untuk Wilayah Produksi Toboali , tepatnya di

Desa Bencah Kecamatan Toboali Kabupaten Bangka Selatan. TB Nudur sendiri dibagi menjadi

4 (empat) kolong yaitu Nudur I,Nudur II, Nudur III, dan Nudur IV. Sedangkan TB Mawas

dibagi menjadi 2 (dua) kolong yaitu Mawas I dan Mawas II. Karakteristik utama

pengklasifikasian TB dan 3 (tiga) jenis skala tambang lainnya dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Page 12: Jbptitbpp Gdl Armainihar 21835 3 2010ta 2

16

Tabel 2.1 Klasifikasi Tambang Darat

Berdasarkan kegiatan penambangan yang sudah dilakukan terdapat perbedaan perolehan

tambang (produksi) yang signifikan antara tambang darat dan kapal keruk. KH adalah koefisien

hasil yang menunjukkan prosentase penambangan yang sebenarnya terhadap rencana

penambangan. Umumnya KH untuk kapal keruk sekitar 95 % sedangkan KH untuk tambang

darat umumnya lebih besar dari 100 % dengan rata-rata 130%. Perbedaan ini disebabkan

operasional kapal keruk yang mempunyai batasan-batasan teknis yang lebih kompleks.

2.6 Kegiatan Pengolahan

2.6.1 Pengolahan Bijih Timah

Proses penambangan menghasilkan bijih timah yang umumnya mengandung kadar ± 20% Sn.

Untuk meningkatkan kadar bijih timah atau konsentrat yang berkadar rendah, bijih timah

tersebut diproses di Washing Plant. Melalui Proses tersebut bijih timah dapat ditingkatkan

kadar (grade) Sn-nya dari 20-30% Sn menjadi 72% Sn (berupa tinshed) untuk memenuhi

persyaratan peleburan. Selain itu untuk memisahkan konsentrat dari mineral ikutan lainnya,

Kategori Unit Tambang Skala Kecil

Tambang Non-Konvensional

Tambang Semprot Tambang Besar

Jumlah Unit 3812 3 5 7

Kapasitas m3/hr < 5 20-30 50-100 > 100

Kedalaman m 0-12 0-6 6−10 > 10

Volume m3/hr 5.000-200.000 200.000-500.000 500.000-1000.000 > 1.000.000

Peralatan Berat Unit 1 1 2 3

Media Pencucian

Palong Palong Palong Jig (primary &

secondary)

Pompa semprot Unit

Jet-pump (small monitor) (1) 1 1 ≥ 2

Page 13: Jbptitbpp Gdl Armainihar 21835 3 2010ta 2

17

seperti Monazite ,Ilmenite, Xenotime, Zircon dan Tourmalin. Kelima mineral tersebut

mengandung unsur-unsur radioaktif Uranium, Thorium dan Radium. Limbah dalam proses ini

berupa Terak/Slag I yang memiliki kadar 20-30% Sn.

Gambar 2.6 Proses Pengolahan Bijih Timah (Sumber: PT. Timah Tbk, Divisi Pusmet, 2009)

2.6.2 Kegiatan Peleburan

Proses peningkatan kadar bijih timah yang berasal dari penambangan di laut maupun di darat

diperlukan untuk mendapatkan produk akhir berupa logam timah berkualitas dengan kadar Sn

yang tinggi dengan kandungan pengotor (impurities) yang rendah. Untuk mendapatkan logam

timah dengan kualitas yang lebih tinggi, maka harus dilakukan proses pemurnian terlebih

dahulu dengan menggunakan suatu alat pemurnian yang disebut crystallizer. Dalam tahap ini

limbah dikenal dengan nama Terak/Slag 2 yang memilki kadar 1-2% Sn.

Page 14: Jbptitbpp Gdl Armainihar 21835 3 2010ta 2

18

Gambar 2.7 Proses Peleburan Bijih Timah (Sumber: PT. Timah Tbk, Divisi Pusmet, 2009)

Pusat Metalurgi (Pusmet) Mentok dan Kundur bertanggung jawab atas pencucian dan

pengolahan bijih timah serta penyimpanan persediaan logam timah sebelum dijual. Pencucian

bijih dipusatkan di Pusat Pencucian Bijih Timah (PPBT) Mentok, Pemali dan Kundur.

2.7 Kegiatan Pemasaran

Kegiatan pemasaran mencakup kegiatan penjualan dan pendistribusian logam timah.

Pendistribusian logam timah hampir 95% dilaksanakan untuk memenuhi pasar di luar negeri

atau ekspor dan sebesar 5% untuk memenuhi pasar domestik. Negara tujuan ekspor logam

timah antara lain adalah wilayah Asia Pasifik yang meliputi Jepang, Korea, Taiwan, Cina dan

Singapura, wilayah Eropa meliputi Inggris, Belanda, Perancis, Spanyol dan Italia serta Amerika

dan Kanada. Pendistribusian dilaksanakan melalui pelabuhan di Singapura untuk ekspor

sedangkan untuk domestik dilaksanakan secara langsung dan melalui gudang di Jakarta. Tipe

pembeli logam timah dapat dikelompokkan atas pengguna langsung (end user) serta pabrik

atau industri solder serta industri pelat timah serta pedagang besar (trader).

Produk akhir PT Timah Tbk pada umumnya berupa timah batangan (ingot) yang memiliki

kadar 99,85% Sn yang terdaptar di London Metal Exchange (LME). Selain itu perusahaan

Page 15: Jbptitbpp Gdl Armainihar 21835 3 2010ta 2

19

menghasilkan produk lain seperti Bangka Tin (kadar Sn 99,9x%), Mentok Tin (kadar Sn

99,85%), Banka Low Lead (LL100 ppm, Banka LL50ppm, Banka LL40ppm, Banka LL80ppm,

Banka LL200ppm), Banka Four Nine (kadar Sn 99,99%), semuanya dengan berbagai ukuran

dan bentuk sesuai dengan permintaan konsumen. Saat ini tengah dikembangkan kemungkinan

produksi timah dalam bentuk cair untuk memenuhi kebutuhan pasar.

Berbagai contoh produk pemasaran PT Timah Tbk (sumber : www.pt timah.co.id)

Banka Tin (kadar Sn 99,9%) Banka Small Ingot, Tin Shot, Pyramid, dan Anoda

Mentok Tin (kadar Sn 99,85%)