jbptitbpp gdl suyatinim2 31342 3 2008ts 2

18
Bab II Tinjauan Pustaka II.1 Polimer Polimer adalah molekul yang mempunyai massa molekul besar. Polimer dapat diperoleh dari alam dan juga dapat disintesis di laboratorium. Para ahli kimia telah berhasil menggali pengetahuan yang dapat digunakan untuk membuat polimer yang sesuai dengan tujuan tertentu, dan pengetahuan tersebut menyebabkan industri polimer dapat berkembang dengan pesat . Polimer alam seperti halnya selulosa, pati dan protein telah dikenal dan digunakan manusia berabad-abad lamanya untuk keperluan pakaian dan makanan, sedangkan industri polimer merupakan hal yang baru. Karet alam digunakan dalam tenunan berkaret sebelum Goodyear menemukan proses vulkanisasi pada tahun 1839. Selulosa nitrat yang dihasilkan dari reaksi kertas dengan asam nitrat pertama kali dibuat secara industri sekitar tahun 1870, damar fenolik pada tahun 1907, polifeniletena atau polistirena pada tahun 1930, dan polietena atau polietilena (poliena) pada tahun 1933. Sejak itu terobosan baru banyak dilakukan untuk menciptakan polimer baru maupun pengembangan polimer yang sudah ada. 5 Polimer yang disebut juga makromolekul adalah molekul besar yang dibangun oleh pengulangan kesatuan kimia yang kecil dan sederhana. Kesatuan-kesatuan berulang itu setara atau hampir sama dengan monomer, yaitu bahan dasar pembuat polimer seperti yang diperlihatkan pada Tabel II.1 berikut : Tabel II.1 Beberapa contoh monomer pembentuk polimer Polimer Monomer Unit ulang Poli (etena) CH 2 =CH 2 -(CH 2 -CH 2 -) Poli(kloroetena) CH 2 =CHCl -(CH 2 -CHCl-) Selulosa C 6 H 12 O 6 -(C 6 H 10 O 5 -)

Upload: irsandi-dwi-oka-kurniawan

Post on 17-Nov-2015

5 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

aksdhklahdk.ahdklhas.dhakdsbaklgsdlajbdslgajdagjdska,jdsvajdjasdv,jadskjdsajds,gsagdjsadkgjsadkgdskgsadkjggkgkgdsakgadskgasdkgadskgkadsjgkjdsgjkadsgkjasdgkjagdskjadskjk

TRANSCRIPT

  • Bab II Tinjauan Pustaka

    II.1 Polimer

    Polimer adalah molekul yang mempunyai massa molekul besar. Polimer dapat

    diperoleh dari alam dan juga dapat disintesis di laboratorium. Para ahli kimia

    telah berhasil menggali pengetahuan yang dapat digunakan untuk membuat

    polimer yang sesuai dengan tujuan tertentu, dan pengetahuan tersebut

    menyebabkan industri polimer dapat berkembang dengan pesat .

    Polimer alam seperti halnya selulosa, pati dan protein telah dikenal dan digunakan

    manusia berabad-abad lamanya untuk keperluan pakaian dan makanan, sedangkan

    industri polimer merupakan hal yang baru. Karet alam digunakan dalam tenunan

    berkaret sebelum Goodyear menemukan proses vulkanisasi pada tahun 1839.

    Selulosa nitrat yang dihasilkan dari reaksi kertas dengan asam nitrat pertama kali

    dibuat secara industri sekitar tahun 1870, damar fenolik pada tahun 1907,

    polifeniletena atau polistirena pada tahun 1930, dan polietena atau polietilena

    (poliena) pada tahun 1933. Sejak itu terobosan baru banyak dilakukan untuk

    menciptakan polimer baru maupun pengembangan polimer yang sudah ada. 5

    Polimer yang disebut juga makromolekul adalah molekul besar yang dibangun

    oleh pengulangan kesatuan kimia yang kecil dan sederhana. Kesatuan-kesatuan

    berulang itu setara atau hampir sama dengan monomer, yaitu bahan dasar

    pembuat polimer seperti yang diperlihatkan pada Tabel II.1 berikut :

    Tabel II.1 Beberapa contoh monomer pembentuk polimer

    Polimer Monomer Unit ulang

    Poli (etena) CH2=CH2 -(CH2-CH2-)

    Poli(kloroetena) CH2=CHCl -(CH2-CHCl-)

    Selulosa C6H12O6 -(C6H10O5-)

  • 5

    II.2 Selulosa

    Jaringan berserat dalam dinding sel mengandung selulosa. Polisakarida ini adalah

    polimer alam yang paling banyak terdapat dan tersebar di alam. Jutaan ton

    selulosa digunakan setiap tahun untuk membuat perabot kayu, tekstil dan kertas.

    Sumber utama selulosa adalah kayu. Umumnya kayu mengandung sekitar 50%

    selulosa, 18%-33% lignin, 17% pentosan, 7 % holoselulosa , dan 6 % air. 7,8

    Selulosa merupakan polimer alam dengan rumus molekul (C6H10O5)n dimana n

    merupakan jumlah unit ulang dari senyawa tersebut. Hemiselulosa adalah polimer

    dengan lima monomer yang berbeda, yakni jenis heksosa: glukosa, mannosa,

    galaktosa, dan jenis pentosa : xylosa, arabinosa.

    Struktur selulosa dapat dilihat pada Gambar II.1 berikut :

    Gambar II 1 Struktur Selulosa

    Pada saat dilakukan pengolahan secara kimia misalnya pada pembuatan pulp,

    jumlah dan struktur dari hemiselulosa biasanya berubah secara drastis karena

    hemiselulosa lebih mudah terdegradasi dan terlarut daripada selulosa. Oleh

    karena itu komposisinya dalam pulp akan lebih sedikit dibandingkan selulosa.

    OO

    OH

    OH

    OO

    OH

    OH

    HO HOO1

    4dst O

    OH

    OH

    HOO

    O

    OH

    OH

    HOO

    dst

    SELULOSARantai 1

    Rantai 2

    Rantai 1

    Rantai 2

    Lapisan 1

    Lapisan 2

  • 6

    Mikrofibril selulosa Susunan kristalin sebuah misel

    Molekul selulosa

    Molekul selulosaPolisakarida selain selulosa

    http//www.fibersource.com

    Selulosa merupakan komponen kayu terbesar yang jumlahnya mencapai hampir

    setengah beratnya. Selulosa merupakan polimer linier dengan berat molekul tinggi

    tersusun seluruhnya atas monomer -D glukosa. Karena sifat-sifat kimia dan

    fisiknya maupun stuktur supra molekulnya, maka selulosa dapat memenuhi

    fungsinya sebagai komponen utama dinding sel tumbuhan.9

    Poliosa (hemiselulosa) sangat dekat asosiasinya dengan selulosa dalam dinding

    sel. Kelima monomer pembentuk hemiselulosa yakni, glukosa, manosa, galaktosa,

    xilosa dan arabinosa merupakan konstituen utama poliosa. Sejumlah poliosa

    mengandung senyawa tambahan asam uronat. Rantai molekulnya jauh lebih

    pendek bila dibandingkan dengan selulosa, dan dalam beberapa senyawa

    mempunyai rantai cabang .

    Susunan selulosa dalam dinding sel tanaman dapat dilihat pada Gambar II.2

    berikut:

    Gambar II 2 Susunan selulosa dalam sel tanaman Disamping selulosa, bahan lain dalam kayu adalah lignin. Struktur lignin terdiri

    dari fenil propana yang membentuk 3 dimensi antara rantai samping propana

  • 7

    dengan cincin benzen. Zat-zat lain yang terkandung adalah asam resin, asam

    lemak, terpentil dan alkohol. 9

    Lignin merupakan komponen makromolekul urutan kedua dalam kayu. Struktur

    molekul lignin sangat berbeda bila dibandingkan dengan polisakarida karena

    terdiri atas sistem aromatik yang tersusun atas unit-unit fenilpropana. Dari segi

    morfologi, lignin merupakan senyawa amorf (non kristalin) yang terdapat dalam

    lamela tengah majemuk maupun dalam dinding sekunder yang berfungsi pengikat

    antar sel serta menguatkan dinding sel kayu. Sedikit gambaran tentang struktur

    kayu dapat dilihat pada Gambar II.3 berikut :

    Gambar II 3 Lapisan-lapisan dalam kayu 7 Polimer yang terdapat dalam kayu dalam jumlah sedikit adalah pati. Sel

    parenkim kayu mengandung protein sekitar 1% berat, terutama terdapat dalam

    bagian batang, yaitu kambium dan kulit bagian dalam. Di samping komponen-

    komponen dinding sel terdapat juga sejumlah zat yang disebut bahan tambahan

    atau ekstraktif kayu. Meskipun komponen-komponen tersebut hanya memberikan

    kontribusi beberapa persen pada massa kayu, namun dapat memberikan pengaruh

    yang besar pada sifat-sifat dan kualitas pengolahan kayu.

    Fibril selulosa dalam dinding sel

    Fibril Mikrofibril

    Mikrofibril

    Rantai selulosa

    Polimer glukosa

    Fibril selulosa dalam dinding sel

    Monomer glukosa

    Sel tanaman

    Dinding sel tanaman

  • 8

    Selulosa tediri atas unitunit anhidroglukopiranosa yang terikat membentuk rantai

    molekul. Karena itu selulosa dapat dinyatakan sebagai polimer linier -D glukosa

    dengan struktur rantai yang seragam. Unit-unit dari -D glikosida terikat dengan

    ikatan (1-4) glikosidik. Dua unit glukosa yang berdekatan bersatu dengan

    mengeleminasi satu molekul air diantara gugus hidroksil pada C1 dan C4.

    Kedudukan dari gugus OH pada C1 membutuhkan pemutaran unit glukosa

    berikutnya melalui sumbu C1-C4 cincin piranosa. Secara tepat unit ulang dari

    rantai selulosa adalah unit selobiosa dengan panjang 1,03 nm. 10

    Ikatan 1,4 glikosidik pada selulosa dapat dilihat pada Gambar II. 4 berikut :

    Gambar II 4 Ikatan 1,4 glikosidik pada selulosa

    Ada beberapa peneliti yang mengemukakan tentang stuktur molekul selulosa.

    Anselme Payen mengatakan bahwa komponen terbesar penyusun dinding sel dari

    kayu adalah senyawa polimer yang disebut selulosa. Postulat Nageli

    mengemukakan bahwa serat selulosa terbentuk dari partikel-partikel anisotropik,

    submikroskopik dan kristalin yang disebut misel. Freudenbeg mengemukakan

    bahwa selulosa merupakan polimer dari polikondensasi unit glukosa melalui

    ikatan -1,4 glikosidik dengan derajat polimerisasi 200-10.000 bergantung pada

    metode isolasi dan pemurniannya. 11

    Sangat sukar untuk mengukur massa molekul relatif selulosa, karena selulosa

    tidak mudah larut, dan cenderung tidak stabil selama proses. Cara yang sering

  • 9

    digunakan untuk menentukan massa molekul relatif selulosa adalah melalui

    pembentukan selulosa nitrat dengan tidak merusaknya. Dengan cara ini didapat

    massa molekul relatif selulosa sebesar 1 juta. 5

    II.2.1 Sifat-Sifat Kimia Selulosa

    Selulosa memiliki kekuatan tarik yang tinggi, berwarna putih dan tidak larut

    dalam air, alkohol, aseton dan pelarut organik lainnya. Selulosa dapat dipisahkan

    dari kayu dengan mengekstraksinya dengan asam sulfit atau sulfida. Selulosa

    dapat diesterifikasi dengan asam nitrat, yang dalam hal ini digunakan dalam

    pembuatan selulosa nitrat untuk memperoleh dinitrat dan trinitrat.

    Selulosa dinitrat disebut juga pirosilin, tak larut dalam eter dan dalam alkohol,

    tetapi bila dua pelarut tersebut dicampur dengan volume yang sama maka larutan

    itu dapat melarutkan selulosa dinitrat. Larutan yang diperoleh disebut kolodion,

    dan bila dibentangkan hingga pelarutnya cepat menguap maka akan diperoleh film

    transparan tidak berwarna. Kolodion bila dipanaskan dengan kamper akan

    diperoleh seluloid, yang merupakan bahan plastik, sedangkan selulosa trinitrat

    yang juga disebut guncotton, digunakan sebagai bahan bakar roket atau sebagai

    propellant.12

    Selulosa dapat diasetilasi menggunakan asam asetat anhidrida dengan asam sulfat

    pekat sebagai katalisator, menghasilkan diasetat atau triasetat. Selulosa asetat

    dapat larut dalam pelarut metilen klorida-alkohol, dan bila campuran ini kemudian

    ditekan hingga pelarutnya menguap, akan diperoleh film yang digunakan untuk

    fotografi. Bila larutan selulosa asetat ditekan pada suatu tabung yang disebut

    spinneret dan pelarutnya kemudian diuapkan akan diperoleh serat yang halus yang

    disebut rayon. Asetat rayon digunakan sebagai bahan industri.5,12

    Larutan natrium hidroksida dari selulosa bila direaksikan dengan CS2 akan

    membentuk xantat. Selulosa dapat juga bereaksi dengan etil klorida membentuk

    etil selulosa yang digunakan untuk membuat plastik.

  • 10

    Secara garis besar skema reaksi selulosa menghasilkan turunannya dapat dilihat

    pada Gambar II. 5 berikut :

    Gambar II 5 Reaksi-reaksi selulosa untuk membuat turunannya Sifat-sifat turunan selulosa dapat dilihat pada Tabel II.2 berikut:

    Tabel II.2 Beberapa sifat Turunan Selulosa

    Pirosiklin Selulosa asetat Xanthat 1. Larutan dalam eter dan etanol disebut kolodium

    1. Larutan dalam aseton digunakan untuk semen

    1. Disemprotkan dengan spineret dalam asam membentuk rayon.

    2. Larutan dalam ester dan keton digunakan sebagai pernis.

    2. Disemprotkan dengan spineret membentuk rayon asetat dan sigaret filter.

    2. Dituangkan melalui kepala pemintal dalam asam membentuk selopan.

    3. Bentuk gelatin +kampher menghasilkan seluloid. Selulosa trinitrat digunakan untuk guncotton

    3. Ditekan pada suatu pemanas untuk menguapkan pelarutnya menghasilkan film.

    Etil Selulosa untuk plastik

    pirosiklin

    Selulosa

    kapas kayu

    EtCl

    NaOH, CS2

    Xanthat Selulosa diasetat

    Ac2O3 H2SO4 HNO3/H2SO4

  • 11

    II.2.2 Isolasi dan Pemurnian Selulosa

    Pemisahan selulosa dari kayu melibatkan pelarutan kayu dengan larutan belerang

    dioksida dan hidrogen sulfit atau larutan hidroksida dan natrium sulfida dalam air

    pada proses sulfat (Kraft). Pada proses ini lignin dilarutkan sehingga diperoleh

    selulosa. Sumber selulosa yang lain adalah kapas. 5

    Pada tahun 1900-an Cross dan Bevan melarutkan bagian tanaman yang diduga

    mengandung selulosa dengan larutan NaOH berkonsentrasi tinggi. Komponen

    yang tidak larut mereka beri nama selulosa , sedangkan bagian yang larut diberi

    nama dan selulosa, yang kemudian pada penelitian selanjutnya diketahui

    bahwa senyawa dan selulosa tersebut bukan merupakan selulosa, akan tetapi

    jenis karbohidrat lain yang dikenal dengan nama hemiselulosa. selulosa yang

    diperkenalkan oleh Cross dan Bevan adalah selulosa yang kita kenal sekarang. 4

    Walaupun lebih sering dikenal dengan sebutan selulosa, stereokimia dari

    selulosa sendiri tidak dalam konfigurasi karena posisi gugus OH pada C nomor

    1 sejajar dengan gugus OH pada atom C nomor 6 pada proyeksi Hawort seperti

    terlihat pada Gambar II.6 berikut :

    Gambar II 6 Proyeksi Hawort Selulosa untuk menunjukkan ikatan

  • 12

    Pada konfigurasi ini semua gugus OH berada dalam posisi ekuatorial sehingga

    secara molekuler rantai selulosa berbentuk rantai lurus.

    Pemurnian selulosa dari senyawa lain dalam kayu dilakukan melalui proses

    pulping . Proses ini pada prinsipnya merupakan proses pemisahan selulosa dari

    lignin dan hemiselulosa yang mengelilingi dan mengikatnya. Lignin yang sudah

    rusak oleh larutan penyangganya akan mudah larut dalam air sehingga dapat

    dipisahkan dari selulosa.

    Lignin merupakan salah satu penyusun utama kayu yang bukan serat, tidak larut

    dalam air atau pelarut organik, juga tidak larut dalam jenis asam dan basa lemah,

    tetapi cepat larut dalam alkali kuat dan mudah teroksidasi. Lignin sangat

    mempengaruhi warna pulp menjadi gelap sehingga kadar lignin diusahakan

    sekecil mungkin .

    Isolasi lignin dapat dilakukan dengan beberapa cara diantaranya ekstraksi dengan

    etanol 95% yang mengandung HCl 3%. Pelarut lain yang digunakan untuk

    mengekstrak lignin adalah dioksan : H2O (9 : 1). Hemiselulosa mudah larut dalam

    alkali dingin, tetapi tidak larut dalam air dan terhidrolisis oleh asam mineral (HCl

    dan H2SO4) menjadi gula dan senyawa lainnya. Hemiselulosa menyebabkan

    ikatan serat lebih kuat sehingga memperkuat daya tahan sobek pada kertas.

    Proses pulping untuk memisahkan selulosa dari lignin dan komponen lainnya

    dapat dilakukan dengan cara mekanik, semikimia dan kimia. Proses kimia dapat

    menghasilkan pulp yang lebih baik dari pada proses semikimia dan mekanik.

    Proses secara kimia dapat dilakukan dengan cara proses kraft (sulfat), sulfit,

    asam nitrat, soda dan soda klor. 13

    Tahapan pemutihan (klorinasi) lebih lanjut bertujuan agar kemurnian selulosa

    menjadi lebih baik tanpa terjadi banyak pemutusan rantai selulosanya. Pemucatan

    atau pemutihan secara berlebihan akan menyebabkan terdegradasinya selulosa

  • 13

    sehingga kondisi proses harus dipilih agar degradasi dapat ditekan sekecil

    mungkin.

    Selulosa yang terjadi masih dalam bentuk aslinya, yaitu berupa serat halus yang

    berukuran beberapa millimeter saja. 14 Selulosa ini perlu diubah bentuknya agar

    menjadi serat yang panjang. Untuk itu diperlukan pelarutan melalui proses

    pembentukan selulosa xantat. Pulp yang telah larut (dissolving pulp) direaksikan

    dengan natrium hidroksida 18% selama 1 jam untuk menghilangkan hemiselulosa

    yang terkandung di dalamnya, Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :

    C6H10O5 + NaOH C6H9O5Na + H2O

    Alkali selulosa yang terbentuk kemudian diperam (aging), biasanya pada suhu

    10oC selama waktu tertentu agar derajat polimerisasi dapat diturunkan. Selulosa

    xantat dibentuk dengan mereaksikan selulosa alkali dengan karbon disulfida pada

    suhu 10oC selama 2 jam dengan reaksi:

    C6H9O5Na + CS2 10 C6H9O5CS2Na

    Selulosa xantat yang berupa padatan berwarna kuning jingga dilarutkan dalam

    larutan natrium hidroksida encer pada suhu 10oC selama 4 jam, sehingga

    terbentuk larutan viskos warna kuning jingga. Larutan ini dibiarkan pada suhu

    20oC selama kurang lebih 18 jam, kemudian disemprotkan melalui lubang

    spinneret dan masuk ke dalam larutan pengkoagulasi yang terdiri dari campuran

    asam sulfat, natrium sulfat dan zeng sulfat. Dalam larutan tersebut selulosa xantat

    diuraikan kembali menjadi selulosa dalam bentuk serat panjang. 14

    II.2.3 Kereaktifan Selulosa

    Karena adanya gugus hidroksil, selulosa mempunyai kereaktifan yang khas.

    Meskipun demikian gugus OH pada C1 adalah gugus aldehid yang diturunkan dari

    pembentukan cincin melalui ikatan hemiasetal intramolekul. Itulah sebabnya

    gugus OH pada C1 mempunyai sifat pereduksi. Gusus OH pada C4 adalah

    hidroksil alkoholat sehingga bersifat bukan pereduksi. Pada selulosa memiliki

    gugus OH primer dan gugus OH sekunder. Gugus OH primer posisinya tidak

    terhalang sehingga memiliki kereaktifan tertinggi. 15

  • 14

    Ditinjau dari strukturnya, selulosa mempunyai kelarutan yang besar dalam air,

    karena banyaknya kandungan gugus hidroksil yang dapat membentuk ikatan

    hidrogen dengan air (antaraksi yang tinggi antara pelarut-pelarut). Akan tetapi

    kenyataannya tidak demikian, dan selulosa bukan hanya tidak larut dalam air,

    tetapi juga dalam pelarut lain. Penyebabnya adalah kekakuan rantai dan tingginya

    gaya antar rantai akibat ikatan hidrogen antar gugus hidroksil pada rantai yang

    berdekatan. Faktor ini juga yang menyebabkan tingginya kristalinitas serat

    selulosa. Jika ikatan hidrogen berkurang, gaya antaraksi pun berkurang, dan oleh

    karenanya gugus hidroksil selulosa harus diganti sebagian atau seluruhnya, agar

    dapat larut dalam sejumlah pelarut, baik melalui esterifikasi maupun asetilasi.6

    Ikatatan hidrogen pada selulosa dapat terjadi antara atom O dan H antar molekul

    selulosa. Salah satu contoh ikatan hidrogen dapat dilihat pada Gambar II.7

    berikut :

    Gambar II 7 Ikatan hidrogen pada selulosa 16

    Ikatan hidrogen

  • 15

    II.3 Selulosa Asetat Adanya gugus OH yang berbeda-beda kereaktifannya menyebabkan selulosa

    dapat dimodifikasi menjadi ester selulosa melalui reaksi esterifikasi terhadap

    gugus hidroksil, dan molekul selulosa dapat ditulis sebagai Rcell-OH untuk

    menghasilkan ester organik. 15

    Gugus hidroksil pada sakarida seperti selulosa dan turunan yang lainnya lebih

    mudah diproteksi dengan asetilasi dengan penambahan asam asetat anhidrida dan

    piridin pada suhu kamar atau pemanasan asam asetat anhidrida dan natrium asetat.

    Variasi kondisi pada proses asetilasi memberikan isomer yang berbeda. Jika

    pemanasan dengan reagen natrium asetat dan asam asetat anhidrida dengan katalis

    ZnCl2 pada suhu 0oC akan dihasilkan pentaasetat. 17

    Selulosa asetat merupakan ester paling penting yang berasal dari asam organik.

    Selulosa ini digunakan untuk cat, plastik, film, benang, membran filtrasi, dan

    membran untuk pemisahan metanol-metil tersier butil ester, juga untuk membran

    proses osmosa balik limbah aluminium.1,2,3 Selulosa asetat merupakan ester-ester

    propionate, butirat, isobutirat yang berbentuk padat, amorf putih, dan hasilnya

    dapat dibuat dalam bentuk granular, flake dan serbuk1.

    Selulosa asetat dapat dibuat melalui proses asetilasi dengan asam asetat anhidrida

    dan asam sulfat pekat sebagai katalisator selama 8 10 hari pada suhu 35oC. Pada

    reaksi ini dua unit glukosa pada posisi 1, 4 ikatan glikosidik bereaksi dengan

    octa-asetat (atau asam asetat yang lain) membentuk selulosa asetat. 18

    Selulosa asetat dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu selulosa monoasetat,

    diasetat dan triasetat. Produk ini dipengaruhi oleh kereaktifan gugus hidroksil

    dalam selulosa, sehingga masuknya gugus asetil menjadi tidak serempak. Jenis

    selulosa asetat tergantung pada derajat substitusinya. Selulosa asetat memiliki

    derajat substitusi (DS) sekitar 2,5, umumnya antara 2,3 2,7 dengan massa

    molekul lebih besar dari 40.000. Selulosa mono asetat memiliki DS lebih kecil

    atau sama dengan 2, dan titik leleh sekitar 235oC, selulosa diasetat memiliki DS 2-

  • 16

    2,8 dengan kandungan asetil 35%-43,5%, dan titik leleh 235oC-257oC, selulosa

    triasetat memiliki DS 2,8-3, dengan titik leleh 265oC-295oC, dan kandungan asetil

    43,5%-44,4%. 19

    Reaksi Asetilasi secara umum dapat dituliskan pada Gambar II.8 berikut

    :

    Gambar II 8 Reaksi Asetilasi

    hidrolisis

    OCH 2OCCH 3

    OCCH 3

    O

    O

    O

    O

    OCCH 3

    O

    O

    OCCH 3

    O

    OCCH 3

    O

    CH 2OCCH 3

    O

    + 2 CH 3C-OH

    OO

    CH 2OCCH 3

    OH

    O

    O

    O

    OCCH 3

    O

    O

    OCCH 3

    O

    CH 2OCCH 3

    O

    OH

    Asetat anhidrida

    H2SO4 +

    6 H3C-COOH O

    CH2OH

    OH

    OH

    O

    O

    OH

    CH2OH

    O

    OH

  • 17

    Mekanisme Reaksi Asetilasi dapat dilihat pada Gambar II. 9 berikut.

    Gambar II 9 Mekanisme reaksi asetilasi

    Selain selulosa asetat, selulosa nitrat merupakan turunan selulosa yang banyak

    dimanfaatkan untuk bahan plastik (dinitrat), sedangkan trinitrat (guncotton)

    digunakan sebagai bahan bakar roket dan propellant. Selulosa xantat juga banyak

    disintesis untuk digunakan sebagai selofan bahan pembungkus. 21

    II.4 Karakterisasi

    II.4.1 Analisis Termal Deferensial ( DTA) dan TGA (Thermal Gravimetric Analysis)

    TGA adalah metode analisis yang didasari pada perubahan berat akibat

    pemanasan. Analisis TGA merupakan teknik mengukur berat suatu sistem bila

    temperaturnya berubah dengan laju tertentu, sedangkan DTA didasari pada

    perubahan panas akibat perubahan temperatur. Analisis DTA merupakan teknik

    mengukur perubahan kandungan panas sebagai fungsi perubahan temperatur.

    Gambar Alat DTA/TGA dapat dilihat pada lampiran D

    CH3CH3CH3

    +

    O

    O O H

    CH3O

    HCH3

    +

    CH3

    CH3O

    O

    CH3

    O

    OHCH 3CH3

    O

    C

    OO H

    CH3O+

    H

    -H +

  • 18

    Data yang diperoleh dari masing-masing teknik tersebut berupa kurva yang

    dikenal sebagai termogram. Termogram memberikan informasi mengenai sifat

    termal sampel terhadap perubahan temperatur.

    Berikut adalah salah satu contoh termogram dari DTA/TGA

    Gambar II 10 Termogram analisis DTA/TGA dari PEG dan Resin

    Gambar di atas adalah termogram PEG dan Resin yang memperlihatkan

    perbedaan kestabilan antara ke dua molekul. Resin memiliki kestabilan termal

    lebih besar dari pada PEG (poli etilen glikol) . Pada suhu sekitar 350C- 420oC

    PEG mengalami degradasi sampai 100%. Sementara resin stabil sampai suhu

    1000oC

    Teknik ini dilakukan dengan cara merekam secara terus menerus perbedaan

    temperatur antara contoh yang diukur dengan materi pembanding yang inert

    sebagai fungsi dari temperatur tungku. DTA dan TGA masing-masing saling

    melengkapi (komplemen) satu terhadap lainnya, tetapi interval suhu pengukuran

    DTA jauh lebih besar.22

    Agar diperoleh hasil yang reproduksibel semua prosedurnya mengikuti cara

    standar. Materi sampel harus halus (100 mesh). Hasil pengukuran antara T

    sebagai fungsi T merupakan indikasi penyerapan atau kehilangan energi dari

    sampel yang diteliti.23

  • 19

    II.4.2 Analisis Fourier Transform Infrared ( FT-IR ) Spektrometer

    Analisis ini digunakan untuk penentuan struktur senyawa organik dan juga

    analisis kuantitatifnya. FT-IR dapat digunakan untuk analisis sampel dalam

    wujud gas, cair maupun padatan. Wujud cuplikan padat dapat bermacam-macam

    diantaranya, kristal, amorf, serbuk, gel dan lain-lain.

    Ada tiga cara yang umum untuk memperoleh spektra bentuk padatan : pellet KBr,

    mull, dan bentuk film/lapisan tipis. Padatan juga dapat ditentukan dalam bentuk

    larutan tetapi spektra larutan mungkin memberikan kenampakan yang berbeda

    dari spektra bentuk padat, karena gaya-gaya intermolekul akan berubah. Pellet

    KBr dibuat dengan mencampur cuplikan (0,1% -2,0% berat) dengan KBr,

    kemudian ditekan hingga diperoleh pellet. KBr harus kering akan lebih baik bila

    penumbukan dilakukan di bawah lampu inframerah untuk mencegah terjadinya

    kondensasi uap dari atmosfer yang akan memberikan serapan lebar di sekitar 3500

    cm-1. 24

    Mull atau pasta dibuat dengan mencampur cuplikan dengan setetes minyak, pasta

    kemudian dilapiskan di antara dua keping NaCl yang transparan. Cuplikan yang

    sering digunakan sebagai pasta adalah parafin cair (Nujol).

    Lapisan tipis padatan dapat dilapiskan pada kepingan NaCl dengan cara

    meneteskan larutan sampel dalam pelarut yang mudah menguap pada permukaan

    kepingan NaCl dan dibiarkan hingga pelarut menguap.

    Keunggulan FT-IR memiliki sinyal noise yang lebih rendah, dapat mendeteksi

    sinyal-sinyal lemah dari vibrasi molekul, sampel yang diperlukan sedikit, dan

    dapat mendeteksi sampel yang memiliki absorpsi tinggi.

    Pita-pita inframerah dalam sebuah spektrum dapat dikelompokkan menurut

    intensitasnya: kuat (s strong), medium (m) dan lemah (w, weak). Suatu pita lemah

    yang tumpang tindih dengan suatu pita kuat disebut sh, shoulder dan istilah ini

    bersifat kualitatif.

  • 20

    Posisi pita serapan pada spektrum inframerah tergantung pada nilai (massa

    tereduksinya), semakin ringan massa atom-atom yang ada dalam ikatan, frekuensi

    akan semakin tinggi. Selain itu dipengaruhi juga oleh kekuatan ikatan, semakin

    kuat ikatan semakin besar pula frekuensinya. Intensitas pita serapan dipengaruhi

    oleh perubahan momen dipolnya, semakin polar suatu ikatan dalam molekul,

    intensitas pita semakin kuat. Sedangkan lebar puncak serapan tergantung pada

    adanya ikatan hidrogen dalam molekul, semakin banyak ikatan hidrogen puncak

    serapan semakin melebar. 24

    Banyaknya gugus yang identik dalam sebuah molekul meningkatkan intensitas

    relatif pita absorpsinya dalam suatu spektrum. Misalnya absorpsi suatu gugus CH

    tunggal relatif lemah. Akan tetapi jika suatu senyawa mempunyai banyak ikatan

    CH, maka efek gabungan dari absorpsi CH akan menghasilkan suatu puncak yang

    bersifat medium atau bahkan kuat.25 Hampir semua senyawa organik mengandung

    ikatan CH, dan serapan yang disebabkan oleh vibrasi ulur CH nampak pada kira-

    kira 2800-3300 cm-1. Puncak ulur CH berguna dalam menentukan hibridisasi

    atom karbonnya. Beberapa data serapan C-C atau C-H berdasarkan hibridisasinya

    diperlihatkan pada Tabel II.3 berikut :

    Tabel II.3 Beberapa data serapan C-C dan C-H berdasarkan hibridisasinya

    Hibridisasi Vibrasi gugus Serapan (cm-1) C-H (alkana/alkil) 2800 3000 C-C 1100

    sp3

    C-H ( geminal ) 1360 - 1385 =C-H 3000 3300 -C=C- 1600 1700

    sp2

    C -C (aril) 1450 - 1600 C-H 3300 sp CC 2100 - 2250

  • 21

    Spektrum IR selulosa standart dapat dilihat pada Gambar II. 11 berikut:

    Gambar II 11 Spektrum IR selulosa standart