isolasi geografis

16
Nama : Findhira Retiyani No. Mahasiswa : 11317244011 Kelas : Pendidikan Biologi Intrnasional 1. Pengertian distribusi geografis latitudinal dan longitudinal a. Latitudinal Distribusi latitude menentukan posisi utara-selatan tergantung pada garis lengkung yang teratur di permukaan bumi. Ekuator, garis di bumi yang dibentuk oleh titik di antara dua kutub adalah hal yang paling natural untuk memulai latitude. Jarak utara-selatan dalam bulatan bumi antara tiap derajat latitude authalic adalah sama persis, dan hanya bergantung pada kondisi lingkar bumi. Untuk WGS 84 lingkar authalic adalah 40.030,2km, jarak antara tiap derajat latitude adalah 111,20km. Dalam bulatan authalic Clarke 1866, lingkarnya adalah sama. Karena adanya distribusi geografis ini, maka hewan-hewan yang hidup pada setiap titik garis lengkung bumi mempunyai perbedaan karakteristik. Makhluk hidup yang hidup dan mnetap di daerah garis khatulistiwa dan sekitarnya cenderung mampu bertahan dengan suhu yang panas. Misal : badak, sapi, pohon jati, dan kaktus. Sedangkan makhluk hidup yang hidup di daerah yang mendekati kutub cenderung tahan terhadap suhu dingin.

Upload: findhira13

Post on 24-Nov-2015

72 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

bxfgxcv

TRANSCRIPT

Nama : Findhira RetiyaniNo. Mahasiswa : 11317244011Kelas : Pendidikan Biologi Intrnasional

1. Pengertian distribusi geografis latitudinal dan longitudinala. LatitudinalDistribusi latitude menentukan posisi utara-selatan tergantung pada garis lengkung yang teratur di permukaan bumi. Ekuator, garis di bumi yang dibentuk oleh titik di antara dua kutub adalah hal yang paling natural untuk memulai latitude. Jarak utara-selatan dalam bulatan bumi antara tiap derajat latitude authalic adalah sama persis, dan hanya bergantung pada kondisi lingkar bumi. Untuk WGS 84 lingkar authalic adalah 40.030,2km, jarak antara tiap derajat latitude adalah 111,20km. Dalam bulatan authalic Clarke 1866, lingkarnya adalah sama.

Karena adanya distribusi geografis ini, maka hewan-hewan yang hidup pada setiap titik garis lengkung bumi mempunyai perbedaan karakteristik. Makhluk hidup yang hidup dan mnetap di daerah garis khatulistiwa dan sekitarnya cenderung mampu bertahan dengan suhu yang panas. Misal : badak, sapi, pohon jati, dan kaktus. Sedangkan makhluk hidup yang hidup di daerah yang mendekati kutub cenderung tahan terhadap suhu dingin. Misal : beruang kutub, penguin, tumbuhan lumut, tumbuhan paku, berang-berang.

b. Longitudinal Distribusi longitude, posisi timur- barat di bumi, dihubungkan dengan meridian tanpa batas, tegak lurus dengan parallel.Tidak seperti ekuator di system latitude, tidak ada meridian yang memiliki dasar alami untuk memulai garis yang dikenal posisi timur barat. Selama abad terakhir, banyak Negara mulai menerima merdiain Royal Observatory di Greenwhich dekat London, inggris, sebagai 0o.tahun 1884, secara universal disetujui saat international meridian conference di Washington, DC.

Garis Wallace adalah sebuah garis hipotetis yang memisahkan wilayah geografi hewan Asia dan Australasia. Bagian barat dari garis ini berhubungan dengan spesies Asia; di timur kebanyakan berhubungan dengan spesies Australia. Garis ini dinamakan atas Alfred Russel Wallace, yang menyadari perbedaan yang jelas pada saat dia berkunjung ke Hindia Timur pada abad ke-19. Garis ini melalui Kepulauan Melayu, antara Borneo dan Sulawesi; dan antara Bali (di barat) dan Lombok (di timur). Adanya garis ini juga tercatat oleh Antonio Pigafetta tentang perbedaan biologis antara Filipina dan Kepulauan Maluku, tercatat dalam perjalanan Ferdinand Magellan pada 1521. Garis ini lalu diperbaiki dan digeser ke Timur (daratan pulau Sulawesi) oleh Weber. Batas penyebaran flora dan fauna Asia lalu ditentukan secara berbeda-beda, berdasarkan tipe-tipe flora dan fauna. Garis ini lalu dinamakan "Wallace-Weber".

Garis Weber adalah sebuah garis khayal pembatas antara dunia flora dan fauna di paparan sahul dan di bagian lebih barat Indonesia. garis ini membujur dari utara ke selatan antara kepulauan Maluku dan Papua serta antara Nusa Tenggara Timur dengan Australia. Garis ini dicetuskan oleh Max Carl Wilhelm Weber atau Max Wilhelm Carl Weber2. Ragam burung Finch yang ada akibat isolasi geografisSetelah menyelesaikan pendidikannya di Cambridge, dan melakukan perjalanan mengelilingi dunia dengan para ahli ilmu alam melalui ekspedisi H.M.S. Beagle (1832 1837) dan juga pada ekspedisi Beagle yang berikutnya (1837 1838) ke kepulauan Galapagos, Darwin mengalami masa-masa yang paling krusial dalam kehidupannya berkenaan dengan kenyataan yang terlihat di alam. Dalam ekspedisi ini yang dikerjakan oleh Darwin adalah mengoleksi burung-burung (burung Finch) yang terdapat atau hidup di kepulauan Galapagos. Kenyataan yang dilihat Darwin, bahwa terdapat variasi paruh burung Finch dari satu pulau dengan pulau yang lain di kepulauan Galapagos. Awalnya, Darwin menduga bahwa semua burung Finch yang terdapat di kepulauan Galapagos adalah satu spesies, tetapi kenyataannya setiap pulau memiliki spesies berbeda. Ia menduga bahwa burung-burung finch mengalami perubahan dari suatu nenek moyang yang sama. Dari kenyataan ini Darwin menerima idea yang menyatakan bahwa spesies dapat berubah.Tahap berikutnya, ia mengemukakan teori yang dapat menjelaskan mengapa spesies berubah. Ia mencatat dalam buku catatannya bahwa ada waktu dimana organisme berjuang untuk tetap hidup (survive). Teorinya tidak hanya menjelaskan mengapa spesies berubah, tetapi juga mengapa mereka (burung finch) terbentuk berjuang untuk hidup. Perjuangan untuk hidup (struggle for existence), menghasilkan adaptasi ciri-ciri atau karakter terbaik yang dapat memunginkan organisme tersebut tetap survive kemudian menurunkan ciri-ciri tersebut ke-offspring dan secara otomatis meningkatkan frekuensi dari satu generasi ke generasi berikutnya. Sementara kenyataan lain menunjukkan bahwa lingkungan tidak pernah tetap, tetapi selalu berubah-ubah dari waktu ke waktu.

Burung finch (satu genus dengan burung pipit) di Kepulauan Galapagos yang dulu dipakai Charles Darwin untuk mengembangkan teori evolusi, kini terbukti cocok dengan teori itu, mereka memang berevolusi. Burung-burung finch yang berukuran sedang, yang dulu diteliti Darwin, ternyata perlahan-lahan memperkecil paruhnya untuk mendapatkan aneka jenis biji-bijian. Perubahan ini mulai terjadi sekitar duapuluh tahun setelah kedatangan burung pesaing mereka yang berukuran lebih besar, dan memperebutkan sumber makanan yang sama.Perubahan ukuran paruh menunjukkan bahwa spesies yang berkompetisi untuk mendapatkan makanan dapat mengalami evolusi, demikian kata Peter Grant dari Princeton University, yang memublikasikan hasil penelitiannya itu pada jurnal Science. Sedangkan risetnya didanai oleh National Science Foundation. Grant telah mempelajari burung-burung finch di Kepulauan Galapagos selama beberapa puluh tahun dan pada mulanya bermaksud meneliti perubahan-perubahan yang terjadi ketika beradaptasi dengan kekeringan yang turut pula mengubah jenis makanan yang tersedia di sana.

Tahun 1982 pasangan burung-burung finch besar,Geospiza magnirostris, tiba di pulau itu untuk kawin, dan memulai kompetisi untuk mendapatkan biji-bijian ukuran besar dari tanaman Tribulus. Burung-burung itu bisa membuka dan makan biji-bijian itu tiga kali lebih cepat dari burungGeospiza fortis, sehingga menurunkan persediaan biji jenis ini. Tahun 2003 dan 2004 hujan turun dan kian menipisnya persediaan makanan. Akibatnya burung finch jenisG. fortisberparuh besar banyak yang mati, dan menyisakan hanya yang berparuh lebih kecil, yang mampu memakan biji dari tanaman yang lebih kecil dan tak perlu berkompetisi dengan burungG. magnirostrisyang lebih besar.

Dalam teori evolusi Darwin, perubahan itu dikenal dengan istilahcharacter displacement, yang terjadi ketika seleksi alam yang menghasilkan perubahan padagenerasi berikutnya.Perubahan ini menyebabkan banyaknya jenis burung finch di KepuluanGalapagos. Berikut beberapa jenis burung Finch yang hidup di Kepulaun Galapagosbeserta ciri-ciri paruh dan jenis makanannya1.Platyspiza crassirostriss(burung finch pohon pemakan tumbuhan)-Pemakan tunas tumbuhan-Burung finch pohon-Paruh seperti paruh bebek2. Camarhynchus pallidus(burung finch pelatuk)-Pemakan serangga-Burung finch pohon-Paruh panjang dan runcing (paruh pematuk)3. Camarhynchus parvulus (burung finch pemakan serangga kecil)-Pemakan serangga-Burung finch pohon-Paruh penggenggam4. Camarhynchus psittacula(burung finch pemakan serangga besar)-Pemakan serangga-Burung finch pohon-Paruh penggenggam5. Certhidea olivacea(burung finch berkicau)-Pemakan serangga-Burung finch pohon-Paruh panjang dan runcing6. Geospiza scandens-Pemakan kaktus-Burung finch tanah-Paruh panjang dan runcing7. Geospiza difficilis-Pemakan benih-Burung finch tanah-Paruh tajam untuk menghancurkan makanan8. Geospiza fuliginosa-Pemakan benih/biji-Burung finch tanah-Paruh tajam untuk menghancurkan makanan.Suatu bukti untuk kompetisi masa lalu adalah pengamatan bahwa spesies yang sama tampaknya selalu memperlihatkan beberapa perbedaan relung ketika hidup besama-sama dalam suatu komunitas. Pola pembagian sumberdaya (resource partitioning), di mana spesies simpatrik mengkonsumsi makanan yang sedikit berbeda atau mkenggunakan sumberdaya lain dengan cara yang sedikit berbeda, telah tercatat dengan baik, khususnya pada hewan, terutama kawanan burung finch ini.Bukti kedua akan keutamaan kompetisi datang dari pembandingan spesies-spesies yang berkerabat dengan populasinya kadang-kadang simpatirk dan kadang-kadang allopatrik. Meskipun populasi allopatrik spesies seperti itu strukturnya mirip dan menggunakan sumberdaya yang sama, populasi simpatrik sering kali menunjukkan perbedaan dalam struktur tubuh dan dalam sumber daya yang mereka gunakan. Kecendrungan karakter-karakter agar menjadi lebih berbeda dalam populasi simpatrik dua spesies dibandingkan dengan dalam populasi allopatrik dua spesies, disebut pergantian karakter (character displacement).Burung finch Galapagos memberikan contoh baik mengenai pergantian karakter dalam ukuran paruh dan, barangkali, dalam biji yang dapat mereka makan secara paling efisien. Populasi allopatrikGeopiza fuliginosadanG. fortismemliki paruh yang serupa, tetapi di pulau di mana kedua spesies ini ditemukan, suatu perbedaan yang signifikan mengenai paruh telah di evolusikan. Perbedaan ini barangkali memungkinkan kedua spesies itu menghindari kompetisi dengan cara memekan biji-bijian yang ukurannya beerbeda dan barangkali menunjukkan hantu yang disebabkan oleh kompetisi masa silam.Pembagian relung atau sumberdaya di sini sangat erat kaitannya dengan asas persaingan Gause dimana asas ini memiliki konsekuensi yang sangat penting. Asas Persaingan Gause berbunyi: kompetisi dsecara terus menerus antara dua spesies akan sangat jarang terjadi di dalam komunitas alami. Salah satu dari spesies tersebut pasti mengendalikan spesies lain menuju ke kepunahan atau keterusiran, atau dengan kata lain, seleksi alam akan mengurangi kompetisi di antara keduanyaMekanismeperkembangan burung FicnhKetika Darwin berada di kepulauan Galapagos, ia mengamati beberapa makhluk hidup khususnya hewan memiliki karakteristik yang berbeda dari daerah lainnya. Burung Finch adalah salah satu yang diamati oleh Darwin, burung finch adalah sejenis burung kecil yang pada daratan eropa merupakan burung pemakan biji-bijian. Di Kepulauan Galapagos ia mengamati bahwa terdapat perbedaan karakteristif fisik antara burung yang berhabitat di sini (Galapagos) dengan burung Finch yang berasal dari daratan Eropa.

Mekanisme perkembangan Burung Finch tersebut adalah :1.Telah terjadi proses evolusi pada burung finch, yang menyebabkan terjadinya perubahan fisik burung finch yang terdapat di Kepulauan ini.2.Perubahan-perubahan ini disebabkan karena adanya seleksi alam yang menyebabkan beberapa populasi burung finch mengalami perubahan bentuk fisik.3.Seleksi alam yang terjadi dikarenakan karena minimnya persediaan makanan serta isolasi geografi yang terjadi.4.Perubahan fisik yang terjadi meliputi perubahan pada paruh burung yang disesuaikan dengan jenis makanan yang ada.

5.Proses tersebut telah terjadi dari generasi ke generasi selama ribuan tahun.6.Proses Adaptasi yang terjadi menyebabkan terjadinya perubahan dalam pewarisan sifat makhluk hidup terutama burung finch.Teori yang dikemukakan oleh Darwin, sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh seorang ahli Ekonomi yang bernamaThomas Robert Maltus (1766 -1834)dalam bukunyaEssay on the principle of population. Ia mengatakan bahwapertambahan jumlah populasi penduduk tidak seimbang dengan pertambahan jumlah persediaan makanan. Ia mengatakan bahwa pertambahan jumlah penduduk lebih besar daripada jumlah pertambahan makanan.Hal tersebut yang kemudian memberikan inspirasi kepada Darwin, yang kemudian berpendapat bahwa setiap makhluk hidup berjuang untuk hidup. Pendapatnya ini merupakan awal dari pemikiran tentang adanya mekanisme seleksi alam dalam proses evolusi.Pengaruh Sumber daya alam terhadap perkembangan Burung FicnhParuh burung finch (sejenis burung manyar) menjadi topik pemikiran Darwinyang mendasari evolusi teorinya. Ketika berada di kepulauan Galapagos, bagian dariekspedisi HMS Beagle, Darwin melihat bahwa paruh burung finch berbeda-beda,tergantung dari pulau mana asalnya. Ini adalah salah satu contoh bagaimana burungfinch menyesuaikan diri dengan kondisi pulau yang berbeda-beda. Contohnya, di pulauyang satu, paruh burung finch kuat dan pendek dan cocok untuk memecahkan kulitkacang yang keras. Di pulau lainnya, paruh burung finch sedikit lebih panjang dan lebihtipis, cocok untuk mengisap jenis makanan yang berada di pulau itu. Hal ini membuatDarwin berpikir akan suatu kemungkinan bahwa burung finch tidak diciptakan begitusaja, melainkan melalui proses adaptasi.

Waktu adalah faktor penting dalam evolusi. Proses evolusi memerlukan waktu yang sangat lama. Menurut Darwin, ada dua mekanisme yang mendasari evolusi. Pertama, proses evolusi membawa spesies yang ada untuk berinteraksi dengan kondisi ekologinya. Contohnya, karena hasi evolusi, beberapa burung mempunyai paruh yang hanya bisa dipakai untuk menghisap madu bunga. Selama bunga itu masih tersedia, burung ini akan hidup.Tetapi, bila bunga ini, karena sesuatu hal, punah, maka burung itu kemungkinan besar akan punah juga. Mekanisme yang kedua adalah kelahiran spesies baru dari hasil variasi di spesies yang ada. Ini terjadi bila suatu group makhluk hidup menjadi terpisah dan pada akhirnya mempunyai gaya hidup yang sangat berbeda. Contoh klasik adalah burung finch di atas. Asal mulanya, nenek moyang burung dari bermacam pulau di Galapagos adalah berasal dari daratan Amerika Selatan. Karena bertebaran di bermacam pulau, burung ini akhirnya mengembangkan gaya hidup yangberbeda-beda. Waktu (melalui banyak generasi burung) dan perjuangan untuk hidup (survival) adalah dua hal yang dibutuhkan untuk melahirkan generasi baru burung finch. Waktu yang lebih panjang lagi dan melalui proses yang sama, menurut Darwin akan dapat menjelaskan evolusi dari semua makhluk hidup di muka bumi yang berasal dari satu common ancestor.Keragaman burung finch di Pulau Galapagos menginspirasi Charles Darwin untuk mengembangkan konsep evolusi yang mendasarkan pada seleksi alam. Namun hal tersebut benar-benar terbukti dan berhasil diamati. Salah satu spesies burung finch darat yang berukuran sedang memilih untuk mengembangkan paruh yang berukuran kecil. Hal tersebut dilakukan setelah daerah jelajahnya kedatangan burung pesaing yang lebih besar dalam 20 tahun terakhir. "Perubahan ukuran paruh menunjukkan bahwa persaingan untuk memperoleh jenis makanan dapat mendorong evolusi," kata penelitinya Peter Grant dari Universitas Princeton. Paruh yang kecil akan lebih menguntungkan karena dapat digunakan untuk memangsa biji-bijian yang lebih kecil. Penemuan ini sangat berharga sebab perubahan makhluk hidup karena persaingan jarang bisa diamati."Umumnya, perubahan fisik dapat diamati pada makhluk hidup yang berpindah habitat atau mengalami perubahan iklim sehingga harus menemukan sumber makanan baru," kata Robert C. Fleischer, seorang pakar genetika di Museum Sejarah Alam dan Kebun Binatang Nasional Smithsonian. Menurut Fleischer, ini merupakan kasus evolusi mikro yang berhasil didokumentasikan. Grant mempelajari burung finch darat berukuran sedang dari jenisGeospiza fortisyang sebelumnya tidak menghadapi persaingan untuk mendapatkan makanan berukuran kecil maupun besar. Pada 1982, populasi burung finch darat yang berukuran lebih besar,Geospiza magnirostris, masuk ke wilayah tersebut.

Burung finch yang berukuran lebih besar memangsa biji-bijian berukuran besar dari tumbuhan Tribulus. Karena memiliki paruh lebih besar, Geospiza magnirostris dapat memecah biji-bijian yang berukuran besar tiga kali lebih cepat daripada finch yang berukuran sedang. Biji-bijian besar yang merupakan sumber makanan finch berukuran sedang mulai berkurang. Apalagi, curah hujan tahunan sangat rendah sepanjang 2003 dan 2004. Tingkat kematian spesies Geospiza fortis yang memiliki paruh relatif besar meningkat sehingga populasi yang tersisa hanya yang memiliki paruh kecil yang dapat memecah biji-bijian kecil. Selain itu, finch dengan paruh kecil tidak perlu bersaing dengan Geospiza magnirostris yang hanya mencari biji-bijian besar. Begitulah proses evolusi yang disebut pergeseran karakter di mana seleksi alam akan menghasilkan perubahan bagi generasi berikutnya. Grant melaporkan hasil pengamatannya dalam jurnal Science.

3. Contoh-contoh kategori spesies menurut IUCN (7)a. Extinct(EX; Punah)adalah status konservasi yag diberikan kepada spesies yang terbukti (tidak ada keraguan lagi) bahwa individu terakhir spesies tersebut sudah mati. Dalam IUCN Redlist tercatat 723 hewan dan 86 tumbuhan yang berstatus Punah. Contoh satwa Indonesia yang telah punah diantaranya adalah; Harimau Jawa dan Harimau Bali.b. Extinct in the Wild(EW; Punah Di Alam Liar)adalah status konservasi yang diberikan kepada spesies yang hanya diketahui berada di tempat penangkaran atau di luar habitat alami mereka. Dalam IUCN Redlist tercatat 38 hewan dan 28 tumbuhan yang berstatusExtinct in the Wild.c. Critically Endangered(CR; Kritis)adalah status konservasi yang diberikan kepada spesies yang menghadapi risiko kepunahan di waktu dekat. Dalam IUCN Redlist tercatat 1.742 hewan dan 1.577 tumbuhan yang berstatus Kritis. Contoh satwa Indonesia yang berstatus kritis antara lain;Harimau Sumatra,Badak Jawa, Badak Sumatera,Jalak Bali, Orangutan Sumatera,Elang Jawa, Trulek Jawa,Rusa Bawean.d. Endangered(EN; Genting atau Terancam)adalah status konservasi yang diberikan kepada spesies yang sedang menghadapi risiko kepunahan di alam liar yang tinggi pada waktu yang akan datang. Dalam IUCN Redlist tercatat 2.573 hewan dan 2.316 tumbuhan yang berstatus Terancam. Contoh satwa Indonesia yang berstatus Terancam antara lain; Banteng, Anoa,Mentok Rimba,Maleo, Tapir, Trenggiling,Bekantan, dan Tarsius.e. Vulnerable(VU; Rentan)adalah status konservasi yang diberikan kepada spesies yang sedang menghadapi risiko kepunahan di alam liar pada waktu yang akan datang. Dalam IUCN Redlist tercatat 4.467 hewan dan 4.607 tumbuhan yang berstatus Rentan. Contoh satwa Indonesia yang berstatus Terancam antara lain; Kasuari,Merak Hijau, dan Kakak Tua Maluku.f. Near Threatened(NT; Hampir Terancam)adalah status konservasi yang diberikan kepada spesies yang mungkin berada dalam keadaan terancam atau mendekati terancam kepunahan, meski tidak masuk ke dalam status terancam. Dalam IUCN Redlist tercatat 2.574 hewan dan 1.076 tumbuhan yang berstatus Hampir Terancam. Contoh satwa Indonesia yang berstatus Terancam antara lain; Alap-alap Doria, Punai Sumba,g. Least Concern(LC; Berisiko Rendah)adalah kategori IUCN yang diberikan untuk spesies yang telah dievaluasi namun tidak masuk ke dalam kategori manapun. Dalam IUCN Redlist tercatat 17.535 hewan dan 1.488 tumbuhan yang berstatus Contoh satwa Indonesia yang berstatus Terancam antara lain;Ayam Hutan Merah, Ayam Hutan Hijau, danLandak.h. Data Deficient(DD; Informasi Kurang), Sebuah takson dinyatakan informasi kurang ketika informasi yang ada kurang memadai untuk membuat perkiraan akan risiko kepunahannya berdasarkan distribusi dan status populasi. Dalam IUCN Redlist tercatat 5.813 hewan dan 735 tumbuhan yang berstatus Informasi kurang. Contoh satwa Indonesia yang berstatus Terancam antara lain; Punggok Papua,Todirhamphus nigrocyaneus,i. Not Evaluated(NE; Belum dievaluasi); Sebuah takson dinyatakan belum dievaluasi ketika tidak dievaluasi untuk kriteria-kriteria di atas. Contoh satwa Indonesia yang berstatus Terancam antara lain; Punggok Togian,