isolasi praktek
TRANSCRIPT
ASAM HIDROKSI BENZOAT
1. Asam salisilat
Pembakuan NaOH dengan asam oksalat
Pembakuan HCl dengan natrium bikarbonat
Timbang asam oksalat 50 mg – 60 mg
Tambahkan 50ml aquades + indicator pp pada erlenmeyer
Titrasi dengan NaOH 0,1N
Timbang natrium bikarbonat 50 mg – 60 mg
Tambahkan 50ml aquades + indicator pp pada erlenmeyer
Titrasi dengan HCl 0,1N
Ekstraksi asam salisilat
TITRASI ASIDI ALKALIBROMOMETRIIODOMETRISPEKTROFOTOMETRI
1g salep + 30ml eter , dan 70ml NaOH . kocok , gunakan corong pisah Pisahkan
Ambil Larutan eter ,pisahkan pada Erlenmeyer
Lakukan beberapa kali ekstraksi, dengan
penambahan NaOH , lalu + HCl
Hasil ekstrak , diuapkan. Di penangas air hingga eter hilang
(baunya)Lakukan titrasi
balik, hasil ekstrak tersebut.
Dengan titran HCl
Sisa basis , tetesi dengan FeCl3 . untuk mengetahui keberadaan asam
salisilat.
2. Na Salisilat1. Isolasi senyawa dalam sediaan
a. Uji Blanko
Larutkan sampel dalam air hangat + HCl pekat + eter
Kemudian gojog dalam corong pisah. Diamkan beberapa saat, setelah terbentuk 2 lapisan (eter berada d lapisan atas dan air dilapisan bawah) Keluarkan lapisan air
tampung pada beacker glassMasukkan kembali lapisan air kedalam corong pisah, kemudian tambahkan eter yang baru sebanyak 30 ml. Gojog kembali corong
pisah, diamkan beberapa saat sampai terbentuk 2 lapisan. Ulangi ekstraksi tersebut
sebanyak 4 kaliKemudian lakukan uji kualitatif pada lapisan air dengan menambahkan FeCl3 → warna ungu (menandakan masih adanya salisilat
dalam air). Apabaila tidak menunjukan perubahan warna menandakan bahwa sampel
telah tertarik oleh eter
Uapkan lapisan eter, sampai terbentuknya serbuk atau kristal putih. Kemudian larutkan
serbuk tersebut dalam etanol 70%
Sebelum dilakukan titrasi, lakukan terlebih dahulu uji blanko dan pembakuan NaOH
Masukan larutan NaOH 0,1 N kedalam buret
Masukan etanol 70 % sebanyak 10 ml ke dalam erlenmeyer
Tambahkan inikator fenolftalein ± sebanyak 3 tetes ke dalam erlenmeyer
Lakukan titrasi, hentikan titrasi ketika perubahan warna terjadi (bening ke merah
muda)
b. Pembakuan NaOH
3. Titrasi sampel
TITRASI ASAM BASA LANGSUNG
Masukan larutan NaOH 0,1 N kedalam buret
Masukan asam oksalat 60-70 mg ke dalam erlenmeyer, kemudian larutkan dalam 25 ml
aquades
Tambahkan inikator fenolftalein ± sebanyak 3 tetes ke dalam erlenmeyer
Lakukan titrasi, hentikan titrasi ketika perubahan warna terjadi (bening ke merah muda). Lakukan titrasi sebanyak 3 kali dengan berat asam oksalat
yang mendekati
Masukan larutan NaOH 0,1 N kedalam buret
Masukan 10 ml sampel yang telah dilarutkan dalam etanol 70 %.
Tambahkan indikator fenolftalein sebanyak 3 tetes. Lakukan titrasi, hentikan titrasi ketika perubahan warna terjadi (bening ke merah muda). Lakukan
titrasi minimal sebanyak 5 kali.
3. NIPASOL
Isolasi Senyawa Nipasol dari salep
a. Preparasi Larutan Baku Standar Nipasol (teknis)
1 g + 30 ml eter
larutan sisa
Sulfonamid,Asam hidrofil
Senyawa N-kuarterner
Dikocok dengan2 x 70 ml NaOH 1
N
Fase NaOH Fase eter
+ 20 ml 12 N HCl, dikocok dengan 1 x 20 ml eter
Fase air Fase eter (Nipasol)
Uapkan
Residu dilarutkan dengan etanol 96
%
Uji kualitatif Nipasol+ FeCl3
merah(+ nipasol)
Tidak ada perubahan
warna(- nipasol)
Timbang 10 mg Nipasol (teknis)
Larutkan dalam 10 ml etanol 96% dalam labu ukur
Lakukan pengenceran larutan baku standardengan konsentrasi 300 ppm, 400 ppm, 500 ppm, 600 ppm, 700 ppm, 800 ppm, masing-
masing dalam10 ml
b. Penentuan Kadar Sampel (No.41)
Nyalakan power switch pada spektrofotometer UV-Vis.
Pilihlah menu spektrum pada spektrofotometer UV-Vis
Ukur panjang gelombang maksimal larutan standar nipasol (teknis) dengan memiliki
absorban yang baik yaitu 0,2 – 0, 8, jika belum mencapai nilai absorban tersebut maka perlu
pemekatan larutan sedangkan jika nilai absorban lebih tinggi dari nilai tersebut maka
perlu pengenceran
Kemudian pilih kembali menu Fotomethric untuk membuat kurva kalibrasi dengan mengukur
absorban 6 deret konsentrasi larutan baku standar nipasol ( 300 ppm, 400 ppm, 500 ppm, 600 ppm, 700 ppm, 800 ppm) dengan panjang gelombang
maksimal larutan standar yang diperoleh sebelumnya
Atur panjang gelombang pada 190-400 nm, kemudian masukan larutan blanko (etanol 96%)
Keluarkan larutan baku standar dan kuvet diisi dengan sampel yang telah dilarutkan dengan 10
ml etanol 96%. Kemudian ukur serapan pada panjang gelombang maksimalnya.
Print hasil pengukuran panjang gelombang larutan baku standar dan larutan sampel
4. Asam benzoat Ekstraksi
sampel dilarutkan dalam eter 30 ml kemudian ditambahkan NaOH 0,1N 70 ml
masukkan dalam corong pisah dan kocok hingga homogen, diamkan hingga menjadi 2 fase
Lakukan uji kualitatif
jika masih ada zat lain, ambil kembali bagian fase bawah, kemudian tambahkan NaOH 0,1N sebanyak 30 ml
masukkan dalam corong pisah kembali dan kocok hingga homogen, diamkan hingga menjadi 2 fase
ambil bagian fase bawah disatukan dengan yang sebelumnya , kemudian ditambahkan HCl pekat 10 ml dan dietil eter 20 ml kocok hingga homogen
ambil bagian bawahnya, uapkan hingga mendapatkan asam benzoat murni
Spektrofotometri UV-Vis
Siapkan bahan dan pembanding
Lakukan pengenceran pada sampel dan pembanding karena terlalu pekat sehingga akan mempengaruhi panjang gelombang dan nilai absorbans
Operasikan spektrofotometer sesuai dengan petunjuk alat
Netralkan alat spektrofotometer dengan larutan blanko menjadi nol dan tentukan panjang gelombang maksimum
Ambil larutan standar kemudian masukan kedalam kuvet
Ukur absorbans dari larutan pembanding
Ukur absorbans dari sampel
Buat grafik hubungan panjang gelombang dan absorbans
Hitung kadar sampel
5. NIPAGIN
6. ASETOSAL
7. METIL SALISILAT
8. NATRIUM BENZOAT
ISOLASI
a) Dari sedian larutan sempel Natrium benzoate
b) Natrium benzoat di buat menjadi Asam benzoat
c) Natrium benzoat di (+) HCl perlebih sampai Ph 1
d) (+) eter untuk menarik Asam benzoate
e) Uapkan eter untuk menarik Asam benzoate
f) Asam benzoat larutkan dalam etanol dalam labu ukur untuk menentukan abs
g) Nyalakan spektro biarkan 15 menit supaya stabil
PENENTUAN KADAR SAMPEL
Pastikan sisi mulus menghadap ke depan dan bergerigi menghadap ke samping, tutup tempat kuvet
Pada mode menu pilih spectrum,karena kita akan menentukan panjang gelombangnya.(tekan, no2)
b. Untuk range ketik : Atur fhotometri dari 400 – 200, lalu tekan F1, untuk BaseCorr.
Start untuk mengetahui spectrum.
Posisi awal, 1 retrunt
Larutan standar, masukkan pada kuvet
(Langkah sama seperti pada blanko)
Lihat absorban , Feak F2
Lihat grafik sesuai jalurnya, misalnya F1
Catat hasil yang keluar
h) Lakukan etanol sebagai larutan pembanding
i) Pembuatan larutan baku
j) Timbang Asam benzoate PA ( Pro Analisi ), larutkan dengan pelarut etanol dengan
konsentrasi 2000 ppm , penentuan panjang gelombang maksimal .
k) Lakukan salah satu dari larutan baku yang sudah tersedia untuk di ketahui absorbansinya
dengan 200ppm, 250ppm, 300ppm, 350ppm, 400,ppm, 450ppm, 500ppm
l) Atur fhotometri dari 200nm-400nm
m) Cetak kurva yang terbentuk dan tentukan panjang gelombang maksimal
n) Setting spektro pada metode kuantity dan tetapkan panjang gelombang sesuai hasil
sebelumnya. Lakukan pengukuran serupa (absorban) untuk masing-masing larutan baku.
Catat untuk setiap harga serupa untuk tiap larutan
o) Buat kurva standar antara konsentrasi (ppm) vs absorbansi (A) tentukan persamaan garisnya
dengan metode regrasi linier
Penetapan kadar sampel
a) Masukan sampel yang berupa larutan ke dalam kurva (bila sampel salep atau padatan)
larutkan dahulu dengan aquades
b) Ukuran serapan panjang gelombang maksimal kisaran absorban yang terbuat pada
spektrofotometri hingga antara 0,2-0,8 atau 15% sampai 70% jika dibaca berlebihan pada
transmisi , bila diluar sama lakukan pengenceran apabila lebih rentang maka titrat nya.
TURUNAN KUINOLIN
A. KININ SULFATIsolasi Senyawa Kinin Sulfat dari Sampel
a. Penetapan Kadar Kinin Sulfat dari Sampel (No. K 15)
a. Pembuatan Larutan Baku Sekunder NaOH 0,1 N
b. Indikator phenolftalein 0,5 %
c. Pembakuan NaOH
sampel + aquades +50 ml ammonia 6 N
(pH 10)
+ 2 x 15 ml CHCl3
Fase CHCl3 Fase air
Uapkan
Analit (kinin) +Etanol 20 ml
Analisis sampel(titrasi kembali asam basa)
Larutkan dengan aquades yang telah didihkan dan didinginkan
Masukan botol, tutup dengan rapat
+ 100 mg phenolfalein+ 10 ml aquades Terus
diadukSaring jika terbentuk endapan
Timbang 4 gr NaOH
+ 2 -3 tetes indikator fenolftalein
+ 2 -3 tetes indikator fenolftalein
Hitung Normalitas NaOH yang sebenarnya :
Normalitas NaOH = berat asamoksalat (mg)
BEasamoksalat xV NaOH ( titrasi)
d. Penetapan Kadar sampel
Sampel No. K5 : Kinin sulfas
Timbang50 – 70 mg
H2C204.2H2O
+ 50 ml aquades
Titrasi dihentikan saat terjadi
perubahan warna indikator
10 ml Sampel + 25 HCl 1 N
Titrasi dihentikan saat terjadi perubahan warna indikator
Hitung Konsentrasinya
(Konsentrasi sampel (HCl) berlebih)
Gravimetri
A. DATA HASIL PENGAMATAN
No sampel : K5 Kinin Sulfas
BM kinin : 656
BM kinin sulfas : 782,96
Berat sampel : 0,59 gram
Cawan kosong : 32,68 gram
Cawan +sampel : 32,98 gram
Sampel : = (cawan+sampel) – (cawan Kosong)
= 32,98 – 32,68
Cawan di oven
Kinin sulfas
Cawan masukan ke
desikator
Timbang cawan sampai Konstan
= 0,3 gram
Perhitungan
Berat kinin sulfas=BM Kinin SulfatBM Kinin
X Berat Sampel¿ 782,95656
x300Mg
¿385,05 Mg
%Kadar=Berat Kinin SulfatBerat Sampel
x100 %
¿ 385,05590
x100 %
¿65,26 %
B. KLOROKUIN FOSFAT
Isolasi senyawa dalam sediaan
Uji Blanko
Larutkan sampel dalam air + amonium hidroksida + klorform
Kemudian gojog dalam corong pisah. Cek pH sampai mencapai pH 10. Kemudian diamkan beberapa saat, setelah terbentuk 2 lapisan (air berada d lapisan atas dan kloroform dilapisan
bawah) Keluarkan lapisan kloroform tampung dalam erlenmeyer.Lapisan air dalam corong pisah, kemudian
ditambahkan kloroform yang baru sebanyak 15 ml. Gojog kembali corong pisah, diamkan beberapa saat sampai terbentuk 2 lapisan. Kemudian lakukan uji kualitatif pada lapisan air
dengan menambahkan pereaksi dragondorff → terbentuknya endapan coklat hitam (menandakan
masih adanya klorokuin dalam air). Apabaila tidak terbentuk endapan menandakan bahwa
sampel telah tertarik oleh kloroformUapkan hasil ekstraksi(lapisan kloroform), sampai terbentuknya serbuk putih. Kemudian
larutkan serbuk tersebut dalam HCl 0,1N berlebih.
Sebelum dilakukan titrasi, lakukan terlebih dahulu uji blanko dan pembakuan NaOH
b. Pembakuan NaOH
3. Titrasi sampel
Masukan larutan NaOH 0,1 N kedalam buret
Masukan HCl 0,1N sebanyak 10 ml ke dalam erlenmeyer
Tambahkan inikator fenolftalein ± sebanyak 3 tetes ke dalam erlenmeyer
Lakukan titrasi, hentikan titrasi ketika perubahan warna terjadi (bening ke merah
muda)
Masukan larutan NaOH 0,1 N kedalam buret
Masukan asam oksalat 60 -70 mg ke dalam erlenmeyer, kemudian larutkan dalam 25 ml
aquades
Tambahkan inikator fenolftalein ± sebanyak 3 tetes ke dalam erlenmeyer
Lakukan titrasi, hentikan titrasi ketika perubahan warna terjadi (bening ke merah muda). Lakukan titrasi sebanyak 5 kali dengan berat asam oksalat
yang mendekati
Masukan larutan NaOH 0,1 N kedalam buret
Masukan 10 ml sampel yang telah dilarutkan dalam HCl 0,1N.
Tambahkan indikator fenolftalein sebanyak 3 tetes. Lakukan titrasi, hentikan titrasi ketika perubahan warna
terjadi (bening ke merah muda). Lakukan titrasi sebanyak 3 kali.
ANALGETIK ANTIPIRETIK
A. Na Diklofenak
Isolasi senyawa dalam sediaan
B. PCT
Isolasi paracetamol
Metode penetapan kadar dengan titrasi nitrimetri
Larutkan sampel dalam etanol 96%
Masukkan dalam tabung sentrifuga. Masukkan tabung kedalam alat sentrifugasi. proses
sentrifugasi berlangsung selama 30 menit.
Masukkan larutan luminal kedalam beacker glass
sampel + etanol
centrifuge
terdapat 2 fase, ambil fase etanol
refluks selama 30 menit
o Pembakuan NaNO2 dengan Asam Sulfanilat
o Penetapan kadar sampel No.2
Timbang dengan seksama 65 mg asam sulfanilat
Larutkan dalam labu Erlenmeyer dengan menggunakan aquadest 25 ml
Tambahkan HCl 0,1N sebanyak 5 ml
Dinginkan suhu sampai suhu 15oC, tambah KBr
Titrasi dengan larutan NaNO2 0,1N yang akan dibakukan kembali sampai terjadi perubahan warna larutan ungu menjadi biru kehijauan
hitung kadar NaNO2 0,1 N
Pipet larutan sample dengan pipet volume sebanyak 10 ml
Tambahkan HCl 0,1N sebanyak 5 ml
Dinginkan suhu sampai suhu dibawah 15oC, tambahkan KBr
Titrasi dengan larutan NaNO2 0,1 N sampai terjadi perubahan warna larutan ungu menjadi biru kehijauan
Hitung kadar % zat aktif dalam sampel no 2
A. Data Hasil Praktikum
Pembakaun NaNO2 dengan Asam Sulfanilat
N NatriumNitrit=berat Asam Sulfanilat (mg )
BEasamsulfanilat x V NatriumNitrit= 65
173,19x 4=0,093N
N NatriumNitrit=berat Asam Sulfanilat (mg )
BEasamsulfanilat x V NatriumNitrit= 65
173,19x 3,8=0,098N
N NatriumNitrit=berat Asam Sulfanilat (mg )
BEasamsulfanilat x V NatriumNitrit= 65
173,19x 3,8=0,098N
Rata−rataN NatriumNitrit=0,093+0,098+0,0983
=0,096N
Penetapan Kadar Sampel No. 2
Volume sampel Volume NaNO2
10 ml 9,3 ml
10 ml 8,9 ml
10 ml 8,9 ml
V sampel x N sampel = V NaNO2 x N NaNO2
Mmol = 9,033 x 0,096
mgBM
paracetamol=0,867
mg paracetamol = BM paracetamol x 0,867
= 151 x 0,867
= 130,917 mg
kadar sampel= 130,917mgberat sampel
x100 %=130,917mg724mg
x 100 %=18 %
Berat Asam Sulfanilat Volume NaNO2
65 mg 4 ml
65 mg 3,8 ml
65 mg 3,8 ml
C. IBUPROFEN
Isolasi sampel
Pembakuan NaOH 0,1N
Sampel no.19 (ibuprofen) Dilarutkan dalam etanol 90% sebanyak 25 ml
Masukan kedalam wadah sentrifuge dan sentrifuge selama 20 menit
Filtrat dilarutkan dengan etanol sampai 100 ml.
Masukan kedalam erlenmeyer
Hasil sentrifuge disaring, residu dibuang.
Titrasi dengan NaOH 0,1 N sampai larutan berwarna merah muda
Larutkan dalam 20 ml aquadest
Lakukan titrasi sebanyak 3 kali
Asam oksalat yg sudah ditimbang
Tambahkan 3 tetes indikator penolftalein
Penetapan Kadar Ibuprofen
Amil 10 ml larutan ibuprofen dengan pipet volume
Masukan kedalam labu erlenmeyer
Lakukan titrasi sebanyak 3 kali
Titrasi dengan NaOH 0,1 N sampai larutan berwarna merah muda
Tambahkan indikator penolftalein 3 tetes
D. ASAM MEFENAMAT
Sampel
Sampel dilarutkan dengan NaOH
Dimasukan kedalam tabung sentrifuge
Disentrifuge
Terbentuk dua fase , fase endapan dan fase NaOH
Ambil fase NaOH
Ambil 10ml sampel, kemudian masukan kedalam erlenmayer
Tambahkan idikator pp
Titrasi dengan HCl 0,1 N
E. INDOMETASIN
Isolasi sampel
Pembakuan HCl dengan natrium bikarbonat
sampel + etanol
sentrifuge
endapan zat eksipiencairan etanol + zat
aktif yang akan diteliti
di identifikasi dengan metode
titrasi asam basa tidak langsung
Timbang natrium bikarbonat 50 mg – 60 mg
Tambahkan 50ml aquades + indicator pp pada erlenmeyer
Titrasi dengan HCl 0,1N
Pembakuan NaOH dengan asam oksalat
Analisis kuantitatif sampel
Timbang asam oksalat 50 mg – 60 mg
Tambahkan 50ml aquades + indicator pp pada erlenmeyer
Titrasi dengan NaOH 0,1N
5ml larutan sampel dalam etanol + 10ml NaOH 0,1N + 2 tetes indikator fenolftalein
dititrasi oleh HCl 0,1N
perubahan warna dari pink menjadi bening
PIRAZOLON
A. LUMINAL
A. Isolasi senyawa dalam sediaan
2. Penentuan panjang gelombang serapan maksimum.
3. Penentuan linieritas kurva kalibrasi.
Larutkan sampel dalam Na2CO3
Masukkan dalam tabung sentrifuga. Masukkan tabung kedalam alat sentrifugasi. proses
sentrifugasi berlangsung selama 30 menit.
Masukkan larutan luminal kedalam beacker glass
Pipet 6 ml larutan induk baku
dimasukkan ke dalam labu 10 ml
Kemudian diukur serapannya engan spektrofotometer UV-Vis pada rentang panjang gelombang 200 nm - 400 nm
1. Penetapan kadar tablet Luminal secara Spektrofotometri UV-Vis
Pipet larutan induk baku pembanding berturut-turut
Kemudian dimasukkan ke dalam labu 10 ml, tambahkan Na2CO3 0,1 N sampai garis batas
Konsentrasi larutan masing-masing 150 ppm, 125 ppm, 100 ppm
Kemudian larutan ini diukur pada panjang gelombang maksimum yang diperoleh
Pipet 1 ml filtrat sampel
kemudian dimasukkan ke dalam labu tentukur 10 ml, diencerkan dengan Na2CO3 0,1 N sampai garis
tanda
Kemudian dipipet dan masukkan kedalam kuvet
Kemudian diukur serapannya pada panjang gelombang maksimum. Serapan yang diperoleh
disubstitusikan pada persamaan regresi
B. TRAMADOL HCl
C. ANTALGIN
Based core Spektrofotometer dengan larutan HCl 0,5N
Ubah panjang gelombang pada spektrofotometer menjadi 200 - 400
Ukur absorbansi larutan pembanding Tramadol HCl 2500ppm
Ukur Absorbansi sampel Tramadol HCl (Tanpa pengenceran terlebih dahulu)
Sampel + 1 ml glyserin
Tambahkan air 25 ml
Di centrifuge
Terdapat dua fase :
1. Endapan2. Antalgin yang terlarut
dalam fase air
Titrasi iodimetri :
ANTIBIOTIK
A. TETRASIKLIN
Isolasi Sampel
Analisis Kuantitatif Dengan Menggunakan Spektrofotometri UV-Vis
a. Pembuatan Larutan Standar Baku Tetrasiklin HCl.
b. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum.
c. Penentuan Panjang Gelombang Sampel ( Nomor T-1)
Sampel
dihomogenkan
dan ditimbang.
dilarutkan
dalam aquades
sentifuge
terdapat dua fase
. Ambil
fase airnya.
timbang Tetrasiklin HCl
10 mg
larutkan dalam 100 mL aquades
buat deret konsentrasi
10 ppm, 15ppm, 20
ppm, 25 ppm,30 ppm,
Mengoptimalkan alat spektrofoto
mer UV-VIS
Di ukur dengan panjang
gelombang 400-200
Ambil laruta
n blanko
Tentukan adsorbansi antara 0.2-
0,8
Ambil fase air yang telah di
sentifuge
larutkan dalam 100
mL aquades
dibuat konsentrasi
ppm
tentukan panjang
gelombang dengan
spektrofotometri UV-
Vis
Sampel ditambahkan HCl 2 tetes
Tambahkan kloroform sebagai indikator
Titrasi dengan iodium sampai terjadinya perubahan warna menjadi hijau
B. AMOXICILIN
sampel
HCl 20ml
Setelah dilarutkan lalu masukan tabung sentrifuge.
Kemudian disetrifuge selama 20menit kedalam alat sentrifuge
Lalu didekantasi antara fase atas dan bawah diambil larutan atas.
Lalu dihidrolisis dengan cara di refluks selama 15menit dengan lar. HCl 0,1 N.
Setelah didapat hasil hidrolisis kemudian dititrasi dengan metode iodometri (titrasi tidak langsung)
C. KLORAMFENIKOL
Isolasi kloramfenikol
Metode penetapan kadar dengan titrasi nitrimetri
o Pembakuan NaNO2 dengan Asam Sulfanilat
sampel + etanol
centrifuge
terdapat 2 fase, ambil fase etanol
refluks selama 30 menit
Timbang dengan seksama 65 mg asam sulfanilat
Larutkan dalam labu Erlenmeyer dengan menggunakan aquadest 25 ml
Tambahkan HCl 0,1N sebanyak 5 ml
Dinginkan suhu sampai suhu 15oC, tambah KBr
Titrasi dengan larutan NaNO2 0,1N yang akan dibakukan kembali sampai terjadi perubahan warna larutan ungu menjadi biru kehijauan
hitung kadar NaNO2 0,1 N
o Penetapan kadar sampel K 21
D. AMPISILIN
Isolasi senyawa dalam sediaan
Pembakuan
Pipet larutan sample dengan pipet volume sebanyak 10 ml
Tambahkan HCl 0,1N sebanyak 5 ml
Dinginkan suhu sampai suhu dibawah 15oC, tambahkan KBr
Titrasi dengan larutan NaNO2 0,1 N sampai terjadi perubahan warna larutan ungu menjadi biru kehijauan
Hitung kadar % zat aktif dalam sampel K 21
Larutkan sampel dalam NaOH
Masukkan kedalam tabung sentrifuge, kemudian disentrifuge selama 30 menit.
Terbentuk fase larutan dan endapan. Ambil fase larutan, masukkan kedalam labu dasar
bulat
Lakukan hidrolisis dengan cara merefluks sampel yang telah dilarutkan. Proses refluks
dilakukan selama 30 menit.
3. Titrasi sampel
Masukan larutan Natrium tiosulfat kedalam buret
Masukan K2Cr2O7 100 mg ke dalam erlenmeyer, kemudian tambahkan 5 ml HCl, 5 ml asam asetat, natrium asetat, KI seujung
spatel
Titrasi dengan natrium tiosulfat sampai terjadinya perubahan warna kuning orange
menjadi kuning pucat.
Tambahkan indikator amylum sampai terbentuk warna biru. Titrasi kembali dengan
natrium tiosulfat sampai warna biru menghilang.
Masukan larutan Natrium tiosulfat kedalam buret
Masukan 10 ml sampel yang telah dilarutkan dan dihidrolisis ke dalam erlenmeyer
Tambahkan 5 ml HCl, 5 ml asam asetat, natrium asetat, KI seujung spatel. Lakukan titrasi sampai
warna kuning orange memudar. Kemudian tambahkan indikator amylum sampai terbentuk
wara biru. Titrasi kembali dengan natrium tiosulfat sampai warna biru menghilang.
E. INH
1. Isolasi INH
2. Titrasi INH
Ditimbang sampel isoniazid sebanyak 1 g.
Di pipet sampel sebanyak 10 ml
Ditambahkan dengan KBr.
Ditambahkan 10 ml HCl encer.
Didinginkan dalam baskom berisi air es, dijaga agar suhu tidak lebih dari 150C.
Dititrasi dengan NaNO2 hingga menunjukkanwarna biru segera pada saat
digoreskan tetesan larutannya pada kertas kanji
Dicatat volume titrasinya
-sampel ditimbang bobotnya, kemudian di bagi 3 masing-
masing sebanyak 1 gram
-larutkan dalam Aquades hingga larut.
-masukan dalam tabung sentrifuge
sentrifuge selama 15 menit
F. RIFAMPICIN
isolasi
ekstraksi cair-cair + kloroform + air
kocok
ambil fase kloroform
analiit
Timbang , kemudian
Sampel A Sampel B Sampel C
Sentrifuge
Terbentuk 2 fasa :
- Fasa metanol- Fasa endapan
Dekantasi
Ambil fase metanol
Titrasi iodometri
Dilarutkan dengan methanol 10 ml
SAMPEL
G. GENTAMISIN
Sampel G2
Konstan kan terlebih dahulu cawan uap yang akan digunakan , caranya :
- Cawan dimasukan kedalam open dengan suhu 100°C
- Kemudian ditimbang
- Seterusnya lakukan hal yang sama sampai cawan tersebut konstan.
Isolasi sampel dalam bentuk salep
Timbang sampel
Sampel dilarutkan dalam eter kemudian Masukan kedalam corong pisah
Fase eter
Tambahkan aquadest dan kocok kemudian Diamkan sampai
terbentuk dua lapisan
Fase air
Tambahkan NaOH 1N sampai pH 13 kemudian msukan kedalam
corong pisah
Tambahkan eter, kocok dan diamkan sampai terbentuk dua lapisan
Fase eter Fase NaOH
Uapkan dalam cawan yang sudah konstan
Mengukur kadar sampel dengan metode gravimetri
H. ETAMBUTOL HCl
Isolasi sampel
Gerus etambutol dalam sediaan tablet
Timbang, kemudian bagi 3 bagian
Larutkan dalam etanol
Fortex (untuk menghomogenkan)
Sentrifuge selama 15 menit, kemudian ambil fase etanol
Titrasi dengan metode argentometri (mohr)
Sampel yang sudah di uapkan
Masukan kedalam open dengan suhu 100°C selama 15 menit
Kemudian cawan ditimbang
Kemudian cawan dimasukan kedalam desikator selama 15 menit
Lakukan langkah tersebut sampai cawannya konstan
Penentuan kadar
VITAMIN
A. VIT B1
. Isolasi senyawa dalam sediaan
2. Pembakuan NaOH
Ambil 10 ml larutan sampel dengan pipet volume
Masukan kedalam erlenmeyer lalu tambahkan 3 tetes indikator K2CrO4
Titrasi dengan AgNO3
Masukkan dalam tabung sentrifuge, kemudian lakukan proses sentrifugasi selama ± 30 menit. Larutkan kembali
endapan dengan aquades. Lakukan kembali proses sentrigasi.
Ambil fase larutan, kemudian masukkan ke dalam gelas kimia.
Timbang asam oksalat ± 60-70 mg
Masukkan larutan NaOH 0,1 N kedalam buret.
Masukkan asam oksalat dalam erlenmeyer larutkan dengan aquades ± 25 mL. Tambahkan indikator brom tymol blue ± 3
tetes.
Larutkan sampel dalam Aquades
4. Penetapan Kadar Thiamin HCl
B. VIT B2
C. VIT B6
Isolasi
Titrasi Asam Basa
Tablet digerus dan ditimbang
Sampel ditimbang, lalu dibagi 2
Larutkan sampel dengan air dalam tabung sentrifuge lalu kocok
lalu sampe di sentrifuge selama 15 menit
ambil fase air
Lakukan proses titrasi, sampai terjadi perubahan warna (kuning ke biru) dan hentikan proses titrasi. Lakukan pengulangan titrasi sampai diperoleh ± 3 data yang
mendekati.Pipet larutan sampel ± 10 mL tambahkan aquades sebanyak 25 mL.
Tambahkan indikator brom tymol blue sebanyak 3 tetes. Lakukan titrasi, hentikan titrasi ketika terjadi perubahan
warna (kuning ke biru).
D. VIT B12
a. Preparasi Larutan Baku Standar Sinaokobalamin
b. Penentuan Kadar Sampel (No. D)
Sampel (hasil sentrifuge)
pipet 10 mL sampel, masukan ke dalam erlenmeyer
Masukkan dalam erlenmeyer tambahkan 3 tetes indikator PP.
Titrasi menggunakan NaOH 0,1N sampai terjadi perubahan warna menjadi merah muda.
Nyalakan power switch pada spektrofotometer UV-Vis.
Pilihlah menu spektrum pada spektrofotometer UV-Vis
Atur panjang gelombang pada 400-800 nm, kemudian masukan larutan blanko (aquadest)
Timbang 30 mg Sianokobalamin
Larutkan dalam 100 ml aquadest dalam labu ukur
Lakukan pengenceran larutan baku standardengan konsentrasi 150 ppm, 187,5 ppm, 214,28 ppm, 250 ppm, 300 ppm, masing-
masing dalam10 ml
E. VIT C
Ukur panjang gelombang maksimal larutan standar nipasol (teknis) dengan memiliki
absorban yang baik yaitu 0,2 – 0, 8, jika belum mencapai nilai absorban tersebut maka perlu
pemekatan larutan sedangkan jika nilai absorban lebih tinggi dari nilai tersebut maka
perlu pengenceran
Kemudian pilih kembali menu Fotomethric untuk membuat kurva kalibrasi dengan mengukur
absorban 5 deret konsentrasi larutan baku standar nipasol ( 150 ppm, 187,5 ppm, 214,28 ppm, 250
ppm, 300 ppm) dengan panjang gelombang maksimal larutan standar yang diperoleh
sebelumnya
Keluarkan larutan baku standar dan kuvet diisi dengan sampel. Kemudian ukur serapan pada
panjang gelombang maksimalnya.
Print hasil pengukuran panjang gelombang larutan baku standar dan larutan sampel
XANTIN
A. KAFEIN
B. TEOFILIN
C. Cara Kerja
ISOLASI TEOFILIN
1. Sampel ditimbang 1 gram
2. Dilarutkan dalam 10 ml larutan alkali hidroksida
3. Larutan sampel disentrifuge selama 10 menit.
4. Hasil sentrifuge didekantasi.
sampel cafein+zat eksipiendilarutkan dalam etanol
di sentrifuga
endapan zat eksipien
larutan cafein dalam etanol
Pembakuan Larutan AgNO3 0,1 N
1. 10 ml larutan NaCl dipipet ke dalam labu Erlenmeyer
2. Tambahkan 1 ml indikator K2CrO4
3. Titrasi dengan larutan AgNO3 0,1 N sampai terbentuk endapan berwarna merah coklat.
Pembakuan Larutan KCNS 0,1 N.
1. Pipet 10 ml larutan AgNO3 0,1 N ke dalam labu Erlenmeyer
2. Tambahkan 5 mL HNO3 6N dan 1 mL indikator Ferialuin.
3. Titrasi dengan larutan KCNS 0,1 N sampai terjadi endapan berwarna merah coklat.
PENETAPAN KADAR TEOFILIN Metode Volhard
Sampel hasil dekantasi di tambah AgNO3 berlebih (20 mL) dalam labu erlenmeyer.
Kocok kuat lalu panaskan di atas water bath sampai terbentuk endapan putih
Setelah tidak terbentuk lagi endapan, saring endapan.
Endapan dicuci dengan aqua bidestilata lalu dicuci lagi dengan HNO3 pekat
Pada fitratnya ditambahkan 2mL indikator ferialuin.
Titrasi dengan larutan KCNS 0,1 N sampai terbentuk endapan berwarna merah coklat.
D. AMINOPILIN
a. Isolasi Senyawa Aminofilin dari Sampel (25)
b. Penetapan Kadar Aminofilin dari Sampel (25)
Pembakuan Larutan Standar AgNO3 0,5 N
Hitung Normalitas AgNO3 :
Normalitas AgNO3 = berat NaCl (mg)
BE NaCl x AgNO3( titrasi)
Sampel ditimbang,
dibagi menjadi 2 bagian ( 1 bagian untuk isolasi dan 1 bagian untuk cadangan )
Sentrifuge selama 10 menit
Timbang 100-500 mg NaCl (yang telah dioven pada duhu 110oC selama 1 jam)
secara kuantitatif
+ 60 ml aquadest (larutan diaduk hingga homogen)
Dekantasi
Sampel siap untuk dianalisis
+ 100-500 mg NaCl
+ 50 ml aquades, bilas corong
Titrasi dengan AgNO3 hingga
terbentuk endapan warna merah bata
Pembakuan Larutan Standar NH4CNS
Hitung Normalitas NH4CNS :
Normalitas NH4CNS = V AgN O3 x N AgNO3
V NH 4CNS
Penetapan Kadar sampel (25)
+ 10 ml sampel
+ 8 ml amonia encer
+ 25 ml larutan baku AgNO3
+ 5 ml larutan HNO3 encer Titrasi dengan
NH4CNS hingga terbentuk endapan coklat kemerahan
Panaskan pada penangas air selama 15 menit, dinginkan, saring, dan lakukan
pencucian residu 3 x 10 ml air
+ HNO3 encer
+ 2 ml indikator Fe(III)
Titrasi dengan NH4CNS hingga
terbentuk endapan coklat kemerahan
A. DATA HASIL PRAKTIKUM
a. Pembakuan Larutan AgNO3
Berat NaCl Volume AgNO3
350 mg 11,8 ml
350 mg 11,9 ml
N AgNO3 = mg NaCl
BE NaCl x V AgNO3
a. N AgNO3 = 350 mg
58,5 x 11,8
= 0,507 N
b. N AgNO3 = 350 mg
58,5 x 11,9
= 0,503 N
N AgNO3 rata-rata = 0,507 + 0,503
2
= 0,5 N
b. Pembakuan Larutan NH4CNS
Volume AgNO3 Volume NH4CNS
10 ml 11 ml
10 ml 11 ml
N NH4CNS = V AgNO3 x N AgNO3
N NH4CNS
a. N NH4CNS = 10 x 0,5
11
= 0,45 N
b. N NH4CNS = 10 x 0,5
11
= 0,45 N
N NH4CNS rata-rata = 0,45 N + 0,45 N
2
= 0,45 N
c. Penentuan Kadar Sampel (25)
Berat sampel seluruh = 1,33 g
Berat sampel analisis = 502,4 mg
Volume Sampel Volume AgNO3 Volume NH4CNS
10 ml 25 ml 26,1 ml
10 ml 25 ml 25,5 ml
10 ml 25 ml 26,3 ml
Rata – rata volume NH4CNS = 25,97 ml
Perhitungan kadar sampel
V AgNO3 berlebih yang bereaksi dengan NH4CNS
V AgNO3 x N AgNO3 = V NH4CNS x N NH4CNS
V AgNO3 = V NH4CNS x N NH4CNS
N AgNO3
= 25,97 ml x 0,45 N
0,5 N
= 23,37 ml
V AgNO3 yang bereaksi dengan sampel
= volume AgNO3 yang ditambahkan – volume AgNO3 belebih
= 25 ml – 23, 37 ml
= 1,63 ml
Kadar sampel
Vsampel x N sampel = V AgNO3 x N AgNO3
mg = 1,63 ml x 0,45 N
BE
mg = 0,733 x 198,18
mg = 145,36
Kadar aminofilin = BM aminofilin x 134,56 mg
BM teofilin
= 420,44 x 145,36 mg
198,18
= 295,18 mg
% kadar = Berat hasil x 100 %
Berat sampel
= 295,18 mg x 100%
502,4 mg
= 58,75 %