isi.docx

12
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Dizaman yang serba modern ini perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin maju pesat dan berjalan tanpa henti. Perkembangan ini mempengaruhi perilaku menusia yang selalu ingin mendapatkan sesuatu secara instan tanpa harus melakukan pengorbanan lebih dulu. Dengan keadaan yang seperti ini akan memunculkan beragam fenomena yang berkaitan dengan kehidupan manusia. Salah satu fenomena tersebut berkaitan dengan hati nurani manusia sebagai landasan kesadaran dalam melaksanakan perilaku yang nyata. Dewasa ini, hati nurani sering dinomor duakan, sehingga manusia lebih mengutamakan ego dan kepentingan masing-masing tanpa berpikir mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang benar dan mana yang salah. Tanpa disertai landasan hati nurani sebelum bertindak, akan berpengaruh pada moralitas manusia yang semakin buruk. Dengan hati nurani kita diharapkan mengerti dan memahami akan hal baik dan buruk yang berhubungan langsung dengan perilaku manusia secara konkret. Sehingga apabila manusia merefleksikan hati nurani sebagai landasan bertingkah laku, maka akan terciptalah keselarasan kehidupan di dunia. 1

Upload: atrigadis

Post on 24-Dec-2015

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ISI.docx

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

Dizaman yang serba modern ini perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi semakin maju pesat dan berjalan tanpa henti. Perkembangan ini

mempengaruhi perilaku menusia yang selalu ingin mendapatkan sesuatu secara

instan tanpa harus melakukan pengorbanan lebih dulu. Dengan keadaan yang

seperti ini akan memunculkan beragam fenomena yang berkaitan dengan kehidupan

manusia. Salah satu fenomena tersebut berkaitan dengan hati nurani manusia

sebagai landasan kesadaran dalam melaksanakan perilaku yang nyata.

Dewasa ini, hati nurani sering dinomor duakan, sehingga manusia lebih

mengutamakan ego dan kepentingan masing-masing tanpa berpikir mana yang baik

dan mana yang buruk, mana yang benar dan mana yang salah. Tanpa disertai

landasan hati nurani sebelum bertindak, akan berpengaruh pada moralitas manusia

yang semakin buruk.

Dengan hati nurani kita diharapkan mengerti dan memahami akan hal baik

dan buruk yang berhubungan langsung dengan perilaku manusia secara konkret.

Sehingga apabila manusia merefleksikan hati nurani sebagai landasan bertingkah

laku, maka akan terciptalah keselarasan kehidupan di dunia.

1.2 RUMUSAN MASALAH

a. Apa itu hati nurani ?

b. Bagaimana contoh persoalan hati nurani sebagai fenomena moral ?

c. Bagaimana solusi untuk mengatasi persoalan hati nurani sebagai fenomena

moral?

1.3 TUJUAN

a. Untuk mengetahui apa itu hati nurani

b. Untuk mengetahui persoalan nyata mengenai hati nurani sebagai fenomena

moral

1

Page 2: ISI.docx

c. Untuk mengetahui penyelesaian persoalan hati nurani sebagai fenomena moral

1.1 MANFAAT

a. Agar kita dapat mengetahui apa itu hati nurani

b. Agar kita mengetahui persoalan nyata mengenai hati nurani sebagai fenomena

moral

c. Agar kita mengetahui penyelesaian persoalan hati nurani sebagai fenomena

moral

2

Page 3: ISI.docx

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN HATI NURANI

Hati nurani berkaitan dengan kenyataan jika manusia memiliki kesadaran

mengenai apa yang dilakukannya, apakah baik, buruk, pantas atau tidak pantas.

Hati nurani memerintahkan atau melarang kita melakukan sesuatu. Pelanggaran

atas apa yang diperintahkan hati nurani, berrati pelanggaran terhadap integritas diri

kita sendiri

Hati Nurani adalah instansi dalam diri kita yang menilai tentang moralitas

perbuatan-perbuatan kita secara langsung, kini, dan disini. (Sumber :Buku “ Etika ”

karya K. Bertens Hal : 56)

2.2 CONTOH KASUS PERSOALAN HATI NURANI SEBAGAI FENOMENA

MORAL

Setiap manusia mempunyai pengalaman tentang hati nurani dan mungkin

pengalaman itu merupakan perjumpaan paling jelas dengan moralitas sebagai

kenyataan.dengan memandang dari contoh kasus tentang pengalaman hati nurani

yang dipilih oleh kami, kami berharap agarpengalaman tentang hati nurani itu bisa

menjadi jalan masuk yang tepat untuk suatu studi mengenai etika.Berikut ini ada

tiga contoh yang berbeda tentang pengalaman hati nurani :

Pada saat pembagian rapor kenaikan kelas seorang guru berbuat kecurangan

dengan memberi nilai bagus pada salah satu muridnya karena si murid adalah

anak pemilik sekolah tempat ia mengajar. Sebenarnya murid tersebut tidak

pantas untuk naik kelas tetapi karena si orang tua malu anaknya tidak naik

kelas, akhirnya si orang tua memberi uang suap kepada si guru tersebut agar

anaknya dapat naik kelas. Si guru itu sebenarnya tidak ingin menerimanya

tetapi orang tua murid tersebut memaksa, karena tidak ada pilihan lain akhirnya

3

Page 4: ISI.docx

si guru menerimanya. Di dalam hati, si guru merasa tidak enak dengan anak

didiknya yang lain karena sudah memanipulasi nilai. Tetapi bila tidak

menerima uang tersebut, ia tidak bisa menyelesikan masalah keuangan yang

sedang menderanya belakangan ini.

Seorang pegawai Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), diutus oleh atasannya

untuk mewakilkannya dalam sebuah acara seminar yang diadakan disebuah

daerah, acara pada hari itu ditutup dengan sesi pemberian kenang-kenangan

yang diberikan oleh panitia penyelenggara. Tetapi hadiah tersebut ditolaknya

karena kode etik KPK yang melarang menerima hadiah berupa apapun dari

pihak manapun. Walaupun sudah ditolak tetap saja dipaksa untuk diterima, ia

menjelaskan panjang lebar pada panitia tetapi hasilnya nihil, hingga akhirnya

ada seseorang panitia yang tiba-tiba marah-marah karena merasa tidak

dihargai. Dengan berat hati diterimanya hadiah tersebut, ia menyadari ini sudah

melanggar aturan tetapi disisi lain ia juga punya hati untuk menghargai kerja

keras orang lain.

2.3 PEMECAHAN MASALAH

Disini ada beberapa sub materi dari hati nurani sebagai nilai moral yang bisa

dijadikan sebagai tindakan preventif dan represif dalam menanggapi contoh kasus

di atas.

a. Kesadaran dan Hati Nurani

Hanya manusia yang mempunyai kesadaran. Dengan kesadaran kita

sebagai manusia, dimaksudkan untuk memiliki kesanggupan mengenal dirinya

sendiri untuk berefleksi atau bercermin tentang dirinya. Untuk menunjukkan

kesadaran, dalam bahasa Latin dan bahasa-bahasa yang diturunkannya, dipakai

kata conscientia. Kata itu berasal dari kata kerja scire (mengetahui) dan

awalan con- (bersama dengan, turut). Dengan demikian conscientia sebenarnya

berarti “turut mengetahui” dan mengingatkan kita pada gejala “penggandaan”

yang disebut tadi: bukan saya melihat pohon itu, tapi saya juga “turut

mengetahui” bahwa sayalah yang melihat pohon itu. Sambil melihat, saya sadar

akan diri sendiri sebagai subyek yang melihat. Nah, kata conscientia yang sama

4

Page 5: ISI.docx

dalam bahasa Latin (dan bahasa-bahasa yang serumpun dengannya) digunakan

juga untuk menunjukkan “hati nurani”. Dalam hati nurani berlangsung juga

penggandaan yang sejenis. Manusia bukan hanya melakukan perbuatan-

perbuatan yang bersifat moral (baik atau buruk), tapi ada juga yang “turut

mengetahui” tentang perbuatan-perbuatan moral kita. Dalam diri kita, seolah-

olah ada instansi yang menilai dari segi moral perbuatan-perbuatan yang kita

lakukan. Hati nurani merupakan semacam “saksi” tentang perbuatan-perbuatan

moral kita. Kenyataan itu diungkapkan dengan baik melalui kata

Latinconscientia.

b. Hati Nurani Retrospektif dan Hati Nurani Prospektif

- Hati nurani retrospektif memberikan penilaian tentang perbuatan-perbuatan

yang telah berlangsung di masa lampau. Hati nurani ini seakan-akan

menoleh ke belakang dan menilai perbuatan-perbuatan yang sudah

lewat. Contoh pada awal bab ini menyangkut hati nurani retrospektif. Hati

nurani dalam arti retrospektif menuduh atau mencelah, bila perbuatannya

jelek, dan sebaliknya, memuji atau memberi rasa puas, bila perbuatannya

dianggap baik. Jadi, hati nurani ini merupakan semacam instansi kehakiman

dalam batin kita tentang perbuatan yang telah berlangsung.

- Hati nurani prospektif melihat ke masa depan dan menilai perbuatan-

perbuatan kita yang akan datang. Hati nurani dalam arti ini mengajak kita

untuk melakukan sesuatu atau seperti barangkali lebih banyak terjadi

mengatakan “jangan” dan melarang untuk melakukan sesuatu. Di sini pun

rupanya aspek negatif lebih mencolok. Dalam hati nurani prospektif ini

sebenarnya terkandung semacam ramalan.

Simpulan bahwa hati nurani terutama berbicara dalam perbuatan itu sendiri

pada saat dilakukan. Tapi bisa terjadi suatu orientasi ke masa lampau atau suatu

orientasi ke masa depan: ke perbuatan yang sudah berlangsung atau ke

perbuatan yang akan berlangsung lagi.

c. Hati Nurani Bersifat Personal dan Andipersonal

Hati nurani bersifat personal, artinya, selalu berkaitan erat dengan

pribadi bersangkutan. Norma-norma dan cita-cita yang saya terima dalam hidup

5

Page 6: ISI.docx

sehari-hari dan seolah-olah melekat pada pribadi saya, akan tampak juga dalam

ucapan-ucapan hati nurani saya.

Hati nurani diwarnai oleh kepribadian kita. Hati nurani akan berkembang

juga bersama dengan perkembangan seluruh kepribadian kita: sebagai orang

setengah baya yang sudah banyak pengalaman hidup tentu hati nurani saya

bercorak lain daripada ketika masih remaja. Ada alasan lain lagi untuk

mengatakan bahwa hati nurani bersifat personal, yaitu hati nurani hanya

berbicara atas nama saya.

Karena aspek adipersonal itu, orang beragama kerap kali mengatakan

bahwa hati nurani adalah suara Tuhan atau bahwa Tuhan berbicara melalui hati

nurani. Ungkapan seperti itu dapat dibenarkan. Bagi orang beragama hati nurani

memang memiliki suatu dimensi religius. Kalau ia mengambil keputusan atas

dasar hati nurani, artinya kalau ia sungguh-sungguh yakin bahwa ia harus

berbuat demikian dan tidak bisa lain tanpa menghancurkan integritas pribadinya,

maka ia akan mengambil keputusannya di hadapan Tuhan.

Seperti akan dijelaskan lagi, hati nurani tidak melepaskan kita dari

kewajiban untuk bersikap kritis dan mempertanggungjawabkan perbuatan-

perbuatan kita secara obyektif. Tidak dapat dikatakan bahwa hati nurani

merupakan hak istimewa orang beragama saja. Setiap orang mempunyai hati

nurani karena ia manusia. Kenyataan itu justru menyediakan landasan untuk

mencapai persetujuan di bidang etis antara semua manusia, melampaui segala

perbedaanmengenai agama, kebudayaan, posisi ekonomis, dll.

d. Hati Nurani Bersifat Personal dan Andipersonal

Terdapat suatu tendensi kuat dalam filsafat untuk mengakui bahwa hati

nurani secara khusus harus dikaitkan dengan rasio. Kami juga berpendapat

demikian. Alasannya, karena hati nurani memberi suatu penilaian, artinya, suatu

putusan (judgement). Ia menegaskan: ini baik dan harus dilakukan atau itu buruk

dan tidak boleh dilakukan. Mengemukakan putusan jelas merupakan suatu

fungsi dari rasio.

Dapat disimpulkan bahwa kita tidak boleh bertindak sesuatu yang

bertentangan dengan hati nurani. Hati nurani selalu harus diikuti, juga kalau-

6

Page 7: ISI.docx

secara obyektif-ia sesat. Akan tetapi, manusia wajib juga mengembangkan hati

nurani dan seluruh kepribadian etisnya sampai menjadi matang dan seimbang.

Pada orang yang sungguh-sungguh dewasa dalam bidang etis, putusan subyektif

dari hati nurani akan sesuai dengan kualitas obyektif dari perbuatannya. Pada

orang serupa itu, yang baik secara subyektif akan sama dengan yang baik secara

obyektif. Karena itu perlu kita pelajari lagi cara bagaimana keadaaan ideal itu

bisa dicapai.

e. Pembinaan Hati Nurani

Filsuf Prancis Gabriel Madinier (1895-1958) mengemukakan beberapa

pikiran yang pantas diperhatikan. Tempat yang serasi untuk pendidikan moral

adalah keluarga, bukan sekolah.Pendidikan hati nurani, itu harus dijalankan

demikian rupa sehingga si anak menyadari tanggung jawabnya sendiri.

Tujuan akhir pendidikan sebagai keseluruhan adalah kemandirian serta

otonomi anak didik, demikian juga di bidang moral. Anak-anak harus belajar

menjalankan kewajiban mereka karena keyakinan, bukan karena paksaan dari

luar. Ketakutan akan sanksi yang mewarnai permulaan kehidupan moral, lama-

kelamaan harus diganti dengan cinta akan nilai-nilai.

7

Page 8: ISI.docx

BAB III

PENUTUP

3.1 SIMPULAN

Dari sekian materi yang telah kami paparkan, dapat kami simpulkan bahwa

hati nurani sangatlah penting dalam kehidupan kita, karena hati nuranilah yang

akan menuntun kita dalam bertindak. Apabila kita mengalami masalah berkaitan

dengan hati nurani sebaiknya kita mempertimbangkan secara matang baik buruknya

akibat yang akan timbul di kemudian hari.

8

Page 9: ISI.docx

DAFTAR PUSTAKA

9