postpartum blues isi.docx

34
BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG Kehamilan merupakan episode dramatis terhadap kondisi biologis, perubahan psikologis dan adaptasi dari seorang wanita yang pernah mengalaminya. Sebagian besar kaum wanita menganggap bahwa kehamilan adalah peristiwa kodrati yang harus dilalui tetapi sebagian wanita mengganggap sebagai peristiwa khusus yang sangat menentukan kehidupan selanjutnya. Perubahan fisik dan emisional yang kompleks, memerlukan adaptasi terhadap penyesuaian pola hidup dengan proses kehamilan yang terjadi. Konflik antara keinginan prokreasi, kebanggaan yang ditumbuhkan dari norma-norma sosial cultural dan persoalan dalam kehamilan itu sendiri dapat merupakan pencetus berbagai reaksi psikologis, mulai dari reaksi emosional ringan hingga ke tingkat gangguan jiwa yang berat. Masa nifas adalah suatu masa dimana tubuh menyesuaikan baik fisik maupun psikologis terhadap proses melahirkan yang lamanya kurang lebih 6 minggu. Selain itu pengertian masa nifas adalah masa mulainya persalinan sampai pulihnya alat-alat dan anggota badan yang berhubungan dengan kehamilan/persalinan (Ahmad Ramli. 1989). Dari dua pengertian di atas kelompok meyimpulkan bahwa masa nifas adalah masa sejak selesainya persalinan hingga pulihnya alat-alat kandungan dan anggota badan serta psikososial yang berhubungan dengan kehamilan/persalinan selama 6 minggu. 1

Upload: chairani-surya-utami

Post on 25-Oct-2015

55 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Postpartum blues isi.docx

BAB I

PENDAHULUAN

I.1    LATAR BELAKANG

Kehamilan merupakan episode dramatis terhadap kondisi biologis, perubahan psikologis dan

adaptasi dari seorang wanita yang pernah mengalaminya. Sebagian besar kaum wanita

menganggap bahwa kehamilan adalah peristiwa kodrati yang harus dilalui tetapi sebagian wanita

mengganggap sebagai peristiwa khusus yang sangat menentukan kehidupan selanjutnya.

Perubahan fisik dan emisional yang kompleks, memerlukan adaptasi terhadap penyesuaian pola

hidup dengan proses kehamilan yang terjadi. Konflik antara keinginan prokreasi, kebanggaan

yang ditumbuhkan dari norma-norma sosial cultural dan persoalan dalam kehamilan itu sendiri

dapat merupakan pencetus berbagai reaksi psikologis, mulai dari reaksi emosional ringan hingga

ke tingkat gangguan jiwa yang berat.

Masa nifas adalah suatu masa dimana tubuh menyesuaikan baik fisik maupun psikologis

terhadap proses melahirkan yang lamanya kurang lebih 6 minggu. Selain itu pengertian masa

nifas adalah masa mulainya persalinan sampai pulihnya alat-alat dan anggota badan yang

berhubungan dengan kehamilan/persalinan (Ahmad Ramli. 1989). Dari dua pengertian di atas

kelompok meyimpulkan bahwa masa nifas adalah masa sejak selesainya persalinan hingga

pulihnya alat-alat kandungan dan anggota badan serta psikososial yang berhubungan dengan

kehamilan/persalinan selama 6 minggu. Dalam proses adaptasi pada masa postpartum terdapat

tiga metode yang meliputi ”immediate puerperineum” yaitu 24 jam pertama setelah melahirkan,

”early puerperineum” yaitu setelah 24 jam hingga 1 minggu, dan ”late puerperineum” yaitu

setelah satu minggu sampai 6 minggu postpartum.

Perubahan psikologi pascapartum pada seorang ibu yang baru melahirkan terbagi dalam tiga

fase:

1. Taking in dimana pada fase ini ibu ingin merawat dirinya sendiri, banyak bertanya dan

bercerita tentang pengalamannya selama persalinan yang berlangsung 1 sampai 2 hari.

2. Taking hold dimana pada fase ini ibu mulai fokus dengan bayinya yang berlangsung 4

sampai 5 minggu.

1

Page 2: Postpartum blues isi.docx

3. Letting-go dimana ibu mempunyai persepsi bahwa bayinya adalah perluasan dari dirinya,

mulai fokus kembali pada pasangannya dan kembali bekerja mengurus hal-hal lain.

Perubahan tersebut merupakan perubahan psikologi yang normal terjadi pada seorang ibu

yang baru melahirkan. Namun, kadang-kadang terjadi perubahan psikologi yang abnormal.

Gangguan psikologi pascapartum dibagi menjadi tiga kategori yaitu postpartum blues atau

kesedihan pascapartum, depresi pascapartum nonpsikosis, dan psikosis pascapartum. Pada

makalah ini kami akan membahas secara khusus mengenai post partum blues. Beberapa

penyesuaian dibutuhkan oleh wanita dalam menghadapi aktivitas dan peran barunya sebagai ibu

pada minggu-minggu atau bulan-bulan pertama setelah melahirkan, baik dari segi fisik maupun

segi psikologis. Sebagian wanita berhasil menyesuaikan diri dengan baik, tetapi sebagian lainnya

tidak berhasil menyesuaikan diri dan mengalami gangguan-gangguan psikologis dengan berbagai

gejala atau sindroma yang oleh para peneliti dan klinisi disebut post-partum blues.

Dalam dekade terakhir ini, banyak peneliti dan klinisi yang memberi perhatian khusus pada

gejala psikologis yang menyertai seorang wanita pasca salin, dan telah melaporkan beberapa

angka kejadian dan berbagai faktor yang diduga mempunyai kaitan dengan gejala-gejala

tersebut. Berbagai studi mengenai post-partum blues di luar negeri melaporkan angka kejadian

yang cukup tinggi dan sangat bervariasi antara 26-85%, yang kemungkinan disebabkan karena

adanya perbedaan populasi dan kriteria diagnosis yang digunakan.

I. 2 RUMUSAN MASALAH

1.      Apa definisi dari demam postpartum blues

2.      Apa saja penyebab dari postpartum blues

3.      Apa tanda dan gejala dari postpartum blues

4.      Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan postpartum blues

I. 3 TUJUAN

1.      Untuk mengetahui definisi dari postpartum blues

2.      Untuk mengetahui apa saja penyebab dari postpartum blues

3.      Untuk mengetahui apa tanda dan gejala dari postpartum blues

4.      Untuk mengetahui Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan

2

Page 3: Postpartum blues isi.docx

I.4    MANFAAT

1.      Bagi Penulis

Setelah menyelesaikan makalah ini diharapkan kami sebagai mahasiswa dapat

meningkatkan pengetahuan dan wawasan mengenai masalah postpartum blues

2.      Bagi Pembaca

Diharapkan agar pembaca dapat mengetahui tentang postpartum blues lebih

dalam, terutama bagi para ibu, sehingga dapat mencegah serta mengantisipasi diri

dari masalah tersebut.

3.      Bagi Petugas Kesehatan

Diharapkan dapat menambah wawasan dan informasi dalam penanganan pada ibu

dengan postpartum blues sehingga dapat meningkatkan pelayanan keperawatan

yang baik.

4.      Bagi Institusi Pendidikan

Dapat menambah informasi tentang masalah postpartum blues pada ibu.

3

Page 4: Postpartum blues isi.docx

BAB II

TINJAUAN TEORI

II.1 PENGERTIAN

Post-partum blues sendiri sudah dikenal sejak lama. Savage pada tahun 1875 telah menulis

referensi di literature kedokteran mengenai suatu keadaan disforia ringan pasca-salin yang

disebut sebagai ‘milk fever ‘ karena gejala disforia tersebut muncul bersamaan dengan laktasi.

Dewasa ini, post-partum blues (PPB) atau sering juga disebut maternity blues atau baby blues

dimengerti sebagai suatu sindroma gangguan afek ringan yang sering tampak dalam minggu

pertama setelah persalinan atau pada saat fase taking in, cenderung akan memburuk pada hari

ketiga sampai kelima dan berlangsung dalam rentang waktu 14 hari atau dua minggu pasca

persalinan.

Post-partum blues ini dikategorikan sebagai sindroma gangguan mental yang ringan oleh

sebab itu sering tidak dipedulikan sehingga tidak terdiagnosis dan tidak ditatalaksanai

sebagaimana seharusnya, akhirnya dapat menjadi masalah yang menyulitkan, tidak

menyenangkan dan dapat membuat perasaan-perasaan tidak nyaman bagi wanita yang

mengalaminya, dan bahkan kadang-kadang gangguan ini dapat berkembang menjadi keadaan

yang lebih berat yaitu depresi dan psikosis pasca-salin, yang mempunyai dampak lebih buruk,

terutama dalam masalah hubungan perkawinan dengan suami dan perkembangan anak, karena

stres dan sikap ibu yang tidak tulus terus-menerus bisa membuat bayi tumbuh menjadi anak yang

mudah menangis, cenderung rewel, pencemas, pemurung dan mudah sakit. Keadaan ini sering

disebut puerperium atau trimester keempat kehamilan.

Baby blues adalah keadaan di mana seorang ibu mengalami perasaan tidak nyaman

(kesedihan atau kemurungan)/gangguan suasana hati setelah persalinan, yang berkaitan dengan

hubungannya dengan si bayi, atau pun dengan dirinya sendiri. Ketika plasenta dikeluarkan pada

saat persalinan, terjadi perubahan hormon yang melibatkan endorphin, progesteron, dan estrogen

dalam tubuh Ibu, yang dapat mempengaruhi kondisi fisik, mental dan emosional Ibu.

Individu yang Berisiko

4

Page 5: Postpartum blues isi.docx

Secara global diperkirakan terdapat 20% wanita melahirkan menderita post partum blues, di

Belanda diperkirakan sekitar 2-10% ibu melahirkan mengidap gangguan ini. Beberapa kondisi

yang dapat memunculkan depresi post partum blues;

1. Ibu yang pernah mengalami gangguan kecemasaan termasuk depresi sebelum hamil

2. Kejadian-kejadian sebagai stressor yang terjadi pada ibu hamil, seperti kehilangan

suaminya.

3. Kondisi bayi yang cacat, atau memerlukan perawatan khusus pasca melahirkan yang

tidak pernah dibayangkan oleh sang ibu sebelumnya.

4. Melahirkan di bawah usia 20 tahun.

5. Tidak adanya perencanaan kehamilan atau kehamilan yang tidak diharapkan

6. Ketergantungan pada alkohol atau narkoba

7. Kurangnya dukungan yang diberikan oleh anggota keluarga, suami, dan teman

8. Kurangnya komunikasi, perhatian, dan kasih sayang dari suami, atau pacar, atau

orang yang bersangkutan dengan sang ibu.

9. Mempunyai permasalahan keuangan menyangkut biaya, dan perawatan bayi.

10. Kurangnya kasih sayang dimasa kanak-kanak

11. Adanya keinginan untuk bunuh diri pada masa sebelum kehamilan.

   II.2 Etiologi

Etiologi atau penyebab pasti terjadinya postpartum blues sampai saat ini belum diketahui.

Namun, banyak faktor yang diduga berperan terhadap terjadinya postpartum blues, antara lain:

1. Faktor hormonal yang berhubungan dengan perubahan kadar estrogen, progesteron,

prolaktin dan estradiol. Penurunan kadar estrogen setelah melahirkan sangat berpengaruh

pada gangguan emosional pascapartum karena estrogen memiliki efek supresi aktifitas

enzim monoamine oksidase yaitu suatu enzim otak yang bekerja menginaktifasi

noradrenalin dan serotonin yang berperan dalam perubahan mood dan kejadian depresi.

2. Faktor demografi yaitu umur dan paritas.

3. Pengalaman dalam proses kehamilan dan persalinan

4. Latar belakang psikososial ibu, seperti; tingkat pendidikan, status perkawinan, kehamilan

yang tidak diinginkan, riwayat gangguan kejiwaan sebelumnya, sosial ekonomi serta

keadekuatan dukungan sosial dari lingkungannya (suami, keluarga dan teman). Apakah

5

Page 6: Postpartum blues isi.docx

suami menginginkan juga kehamilan ini, apakah suami, keluarga, dan teman memberi

dukungan moril (misalnya dengan membantu pekerjaan rumah tangga, atau berperan

sebagai tempat ibu mengadu/berkeluh-kesah) selama ibu menjalani masa kehamilannya

atau timbul permasalahan, misalnya suami yang tidak membantu, tidak mau mengerti

perasaan istri maupun persoalan lainnya dengan suami, problem dengan orang tua dan

mertua, problem dengan si sulung.

5. Takut kehilangan bayinya atau kecewa dengan bayinya.

6. Namun ada beberapa pendapat yang menyebutkan bahwa Post partum blues tidak

berhubungan dengan perubahan hormonal, biokimia atau kekurangan gizi. Antara 8%

sampai 12% wanita tidak dapat menyesuaikan peran sebagai orang tua dan menjadi

sangat tertekan sehingga mencari bantuan dokter. Dengan kata lain para wanita lebih

mungkin mengembangkan depresi post partum jika mereka terisolasi secara sosial dan

emosional serta baru saja mengalami peristiwa kehidupan yang menakan.

7. Ada juga yang berpendapat bahwa kemunculan dari postpartum blues ini disebabkan oleh

beberapa factor dari dalam dan luar individu. Penelitian dari Dirksen dan De Jonge

Andriaansen (1985) menunjukkan bahwa depresi tersebut membawa kondisi yang

berbahaya bagi perkembangan anak di kemudian hari. De Jonge Andriaansen juga

meneliti beberapa teknologi medis (penggunaan alat-alat obstetrical) dalam pertolongan

melahirkan dapat memicu depresi postpartum blues ini. Misalnya saja pada pembedahan

caesar, penggunaan tang, tusuk punggung, episiotomi dan sebagainya. Perubahan hormon

dan perubahan hidup ibu pasca melahirkan juga dapat dianggap pemicu.

II.3 Manifestasi Klinis

Gejala-gejala postpartum blues ini bisa terlihat dari perubahan sikap seorang ibu. Gejala

tersebut biasanya muncul pada hari ke-3 atau ke-6 hari setelah melahirkan. Beberapa perubahan

sikap tersebut diantaranya Ibu sering tiba-tiba menangis karena merasa tidak bahagia, penakut,

tidak mau makan, tidak mau bicara, sakit kepala sering berganti mood, mudah tersinggung

(iritabilitas), merasa terlalu sensitif dan cemas berlebihan, tidak bergairah, khususnya terhadap

hal yang semula sangat diminati, tidak mampu berkonsentrasi dan sangat sulit membuat

keputusan, merasa tidak mempunyai ikatan batin dengan si kecil yang baru saja di lahirkan ,

insomnia yang berlebihan. Gejala-gejala itu mulai muncul setelah persalinan dan pada umumnya

6

Page 7: Postpartum blues isi.docx

akan menghilang dalam waktu antara beberapa jam sampai beberapa hari. Namun jika masih

berlangsung beberapa minggu atau beberapa bulan itu dapat disebut postpartum depression.

   II.4 Patofisiologi

Sejarah kehamilan adalah factor utama yang bisa menimbulkan terjadinya baby blues ini atau

biasa dikenal dengan post partum blues. Riwayat seperti kehamilan yang tidak di inginkan,

adanya problem dengan orang tua atau mertua, kurangnya biaya untuk persalinan, kurangnya

perhatin yang diberikan pada si ibu dan factor ari etiologi serta factor psikolog lainnya

merupakan penyebab utama. Penurunan kadar estrogen setelah melahirkan sangat berpengaruh

pada gangguan emosional pascapartum karena estrogen memiliki efek supresi aktifitas enzim

monoamine oksidase yaitu suatu enzim otak yang bekerja menginaktifasi nonadrenalin dan

serotonin yang berperan dalam perubahan mood dan kejadian depresi. Karena proses ini pula

seorang ibu setelah melahirkan mengalami perubahan pada tingkat emosional. Biasanya ibu akan

mengalami kenaikan dalam resons psikologisnya, sensitive dan lebih membutuhkan perhatian,

kasih sayang dari orang di sekitarnya yang di anggap penting baginya. Keabnormalitasan pada

post partum blues ini mengakibatkan rasa tidak nyaman, kecemasan yang mendalam pada diri

ibu, tek jarang terkadang seorang ibu menangis tanpa sebab yang pasti. Khawatir pada bayinya

dengan kekhawatiran yang berlebihan

    II.5 Pemeriksaan Penunjang

Sampai saat ini belum ada alat test khusus yang dapat mendiagnosa secara langsung post

partum blues. Secara medis, dokter menyimpulkan beberapa simtom yang tampak dapat

disimpulkan sebagai gangguan depresi post partum blues bila memenuhi kriteria gejala yang ada.

Kekurangan hormon tyroid yang ditemukan pada individu yang mengalami kelelahan luar biasa

(fatigue) ditemukan juga pada ibu yang mengalami post partum blues mempunyai jumlah kadar

tyroid yang sangat rendah.

Skrining untuk mendeteksi gangguan mood/depresi sudah merupakan acuan pelayanan pasca

salin yang rutin dilakukan. Untuk skrining ini dapat dipergunakan beberapa kuesioner dengan

sebagai alat bantu. Endinburgh Posnatal Depression Scale (EPDS) merupakan kuesioner dengan

validitas yang teruji yang dapat mengukur intensitas perubahan perasaan depresi selama 7 hari

pasca salin. Pertanyaan-pertanyaannya berhubungan dengan labilitas perasaan, kecemasan,

7

Page 8: Postpartum blues isi.docx

perasaan bersalah serta mencakup hal-hal lain yang terdapat pada post-partum blues . Kuesioner

ini terdiri dari 10 (sepuluh) pertanyaan, di mana setiap pertanyaan memiliki 4 (empat) pilihan

jawaban yang mempunyai nilai skor dan harus dipilih satu sesuai dengan gradasi perasaan yang

dirasakan ibu pasca salin saat itu. Pertanyaan harus dijawab sendiri oleh ibu dan rata-rata dapat

diselesaikan dalam waktu 5 menit. Cox et. Al., mendapati bahwa nilai skoring lebih besar dari 12

(dua belas) memiliki sensitifitas 86% dan nilai prediksi positif 73% untuk mendiagnosis kejadian

post-partum blues . EPDS juga telah teruji validitasnya di beberapa negara seperti Belanda,

Swedia, Australia, Italia, dan Indonesia. EPDS dapat dipergunakan dalam minggu pertama pasca

salin dan bila hasilnya meragukan dapat diulangi pengisiannya 2 (dua) minggu kemudian.

    II.6 Penatalaksanaan

Post-partum blues atau gangguan mental pasca-salin seringkali terabaikan dan tidak ditangani

dengan baik. Banyak ibu yang ‘berjuang’ sendiri dalam beberapa saat setelah melahirkan.

Mereka merasakan ada suatu hal yang salah namun mereka sendiri tidak benar-benar mengetahui

apa yang sedang terjadi. Apabila mereka pergi mengunjungi dokter atau sumber-sumber lainnya

Untuk minta pertolongan, seringkali hanya mendapatkan saran untuk beristirahat atau tidur lebih

banyak, tidak gelisah, minum obat atau berhenti mengasihani diri sendiri dan mulai merasa

gembira menyambut kedatangan bayi yang mereka cintai.

Penanganan gangguan mental pasca-salin pada prinsipnya tidak berbeda dengan penanganan

gangguan mental pada momen-momen lainya. Para ibu yang mengalami post-partum blues

membutuhkan pertolongan yang sesungguhnya. Para ibu ini membutuhkan dukungan

pertolongan yang sesungguhnya. Para ibu ini membutuhkan dukungan psikologis seperti juga

kebutuhan fisik lainnya yang harus juga dipenuhi. Mereka membutuhkan kesempatan untuk

mengekspresikan pikiran dan perasaan mereka dari situasi yang menakutkan. Mungkin juga

mereka membutuhkan pengobatan dan/atau istirahat, dan seringkali akan merasa gembira

mendapat pertolongan yang praktis. Dengan bantuan dari teman dan keluarga, mereka mungkin

perlu untuk mengatur atau menata kembali kegiatan rutin sehari-hari, atau mungkin

menghilangkan beberapa kegiatan, disesuaikan dengan konsep mereka tentang keibuan dan

perawatan bayi. Bila memang diperlukan, dapat diberikan pertolongan dari para ahli, misalnya

dari seorang psikolog atau konselor yang berpengalaman dalam bidang tersebut.

8

Page 9: Postpartum blues isi.docx

Para ahli obstetri memegang peranan penting untuk mempersiapkan para wanita untuk

kemungkinan terjadinya gangguan mental pasca-salin dan segera memberikan penanganan yang

tepat bila terjadi gangguan tersebut, bahkan merujuk para ahli psikologi/konseling bila memang

diperlukan. Dukungan yang memadai dari para petugas obstetri, yaitu: dokter dan bidan/perawat

sangat diperlukan, misalnya dengan cara memberikan informasi yang memadai/adekuat tentang

proses kehamilan dan persalinan, termasuk penyulit-penyulit yang mungkin timbul dalam masa-

masa tersebut serta penanganannya.

Post-partum blues juga dapat dikurangi dengan cara belajar tenang dengan menarik nafas

panjang dan meditasi, tidur ketika bayi tidur, berolahraga ringan, ikhlas dan tulus dengan peran

baru sebagai ibu, tidak perfeksionis dalam hal mengurusi bayi, membicarakan rasa cemas dan

mengkomunikasikannya, bersikap fleksibel, bergabung dengan kelompok ibu-ibu baru. Dalam

penanganan para ibu yang mengalami post-partum blues dibutuhkan pendekatan

menyeluruh/holistik. Pengobatan medis, konseling emosional, bantuan-bantuan praktis dan

pemahaman secara intelektual tentang pengalaman dan harapan-harapan mereka mungkin pada

saat-saat tertentu. Secara garis besar dapat dikatakan bahwa dibutuhkan penanganan di tingkat

perilaku, emosional, intelektual, sosial dan psikologis secara bersama-sama, dengan melibatkan

lingkungannya, yaitu: suami, keluarga dan juga teman dekatnya.

    

9

Page 10: Postpartum blues isi.docx

BAB III

LANDASAN TEORITIS ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN

“POSTPARTUM BLUES”

III.1 PENGKAJIAN

Pengenalan gejala mood merupakan hal yang penting untuk dilakukan oleh perawat perinatal.

Rencana keperawatan harus merefleksikan respons perilaku yang diharapkan dari gangguan

tertentu. Rencan individu didasarkan pada karakteristik wanita dan keadaannya yang spesifik.

Suami atau pasangan wanita tersebut juga dapat mengalami gangguan emosional akibat perilaku

wanita tersebut.

Pengkajian pada pasien post partum blues menurut Bobak ( 2004 ) dapat dilakukan pada

pasien dalam beradaptasi menjadi orang tua baru. Pengkajiannya meliputi ;

a.        Identitas klien.

Data diri klien meliputi : nama, umur, pekerjaan, pendidikan, alamat, medical record

dan lain-lain

b.        Keluhan Utama

Mudah marah, cemas, melukai diri

c.         Riwayat Kesehatan

1. Riwayat Kesehatan Sekarang

Pada Ibu dengan depresi postpartum biasanya terjadi kurang nafsu makan, sedih –

murung, mudah marah, kelelahan, insomnia, anorexia, merasa terganggu dengan

perubahan fisik, sulit konsentrasi, melukai diri

2. Riwayat Kesehatan Dahulu

Berhubungan dengan kejadian pada persalinan masa lalu serta kesehatan pasien

3. Riwayat kesehatan keluarga

Berhubungan dengan dukungan keluarga terhadap keadaan pasien

d.        Riwayat Persalinan

Banyak ibu memperlihatkan suatu kebutuhan untuk memeriksa proses kelahiran itu

sendiri dan melihat kembali perilaku mereka saat hamil dalam upaya retrospeksi diri

(Konrad, 1987). Selama hamil, ibu dan pasangannya mungkin telah membuat suatu

rencana tertentu tentang kelahiran anak mereka, hal-hal yang mencakup kelahiran

10

Page 11: Postpartum blues isi.docx

pervagina dan beberapa intervensi medis. Apabila pengalaman mereka dalam

persalinan sangat berbeda dari yang diharapkan (misalnya ; induksi, anestesi epidural,

kelahiran sesar), orang tua bisa merasa kecewa karena tidak bisa mencapai yang telah

direncanakan sebelumnya.

Apa yang dirasakan orang tua tentang pengalaman melahirkan sudah pasti akan

mempengaruhi adaptasi mereka untuk menjadi orang tua.

e. Dampak pengalaman melahirkan

Banyak ibu memperlihatkan suatu kebutuhan untuk memeriksa proses kelahiran itu

sendiri dan melihat kembali perilaku mereka saat hamil dalam upaya retrospeksi diri

(Konrad, 1987). Selama hamil, ibu dan pasangannya mungkin telah membuat suatu

rencana tertentu tentang kelahiran anak mereka, hal-hal yang mencakup kelahiran

pervagina dan beberapa intervensi medis. Apabila pengalaman mereka dalam

persalinan sangat berbeda dari yang diharapkan (misalnya ; induksi, anestesi epidural,

kelahiran sesar), orang tua bisa merasa kecewa karena tidak bisa mencapai yang telah

direncanakan sebelumnya. Apa yang dirasakan orang tua tentang pengalaman

melahirkan sudah pasti akan mempengaruhi adaptasi mereka untuk menjadi orang tua.

f. Citra diri ibu

Suatu pengkajian penting mengenai konsep diri, citra tubuh, dan seksualitas ibu.

Bagaimana perasaan ibu baru tentang diri dan tubuhnya selama masa nifas dapat

mempengaruhi perilaku dan adaptasinya dalam menjadi orang tua. Konsep diri dan

citra tubuh ibu juga dapat mempengaruhi seksualitasnya. Perasaan-perasaan yang

berkaitan dengan penyesuaian perilaku seksual setelah melahirkan seringkali

menimbulkan kekhawatiran pada orang tua baru. Ibu yang baru melahirkan bisa

merasa enggan untuk memulai hubungan seksual karena takut merasa nyeri atau takut

bahwa hubungan seksual akan mengganggu penyembuhan jaringan perineum.

g. Interaksi Orang tua – Bayi

Suatu pengkajian pada masa nifas yang menyeluruh meliputi evaluasi interaksi orang

tua dengan bayi baru. Respon orang tua terhadap kelahiran anak meliputi perilaku

adaptif dan perilaku maladatif. Baik ibu maupun ayah menunjukkan kedua jenis

perilaku maupun saat ini kebanyakan riset hanya berfokus pada ibu. Banyak orang tua

baru mengalami kesulitan untuk menjadi orang tua sampai akhirnya keterampilan

11

Page 12: Postpartum blues isi.docx

mereka membaik. Kualitas keibuan atau kebapaan pada perilaku orang tua membantu

perawatan dan perlindungan anak. Tanda-tanda yang menunjukkan ada atau tidaknya

kualitas ini, terlihat segera setelah ibu melahirkan, saat orang tua bereaksi terhadap

bayi baru lahir dan melanjutkan proses untuk menegakkan hubungan mereka.

h. Perilaku Adaptif dan Perilaku Maladaptif

Perilaku adaptif berasal dari penerimaan dan persepsi realistis orang tua terhadap

kebutuhan bayinya yang baru lahir dan keterbatasan kemampuan mereka, respon

social yang tidak matur, dan ketidakberdayaannya. Orang tua menunjukkan perilaku

yang adaptif ketika mereka merasakan suka cita karena kehadiran bayinya dan karena

tugas-tugas yang diselesaikan untuk dan bersama anaknya, saat mereka memahami

yang dikatakan bayinya melalui ekspresi emosi yang diperlihatkan bayi dan yang

kemudian menenangkan bayinya, dan ketika mereka dapat membaca gerakan bayi dan

dapat merasa tingkat kelelahan bayi. Perilaku maladaptif terlihat ketika respon orang

tua tidak sesuai dengan kebutuhan bayinya. Mereka tidak dapat merasakan kesenangan

dari kontak fisik dengan anak mereka. Bayi – bayi ini cenderung akan dapat

diperlakukan kasar. Orang tua tidak merasa tertarik untuk melihat anaknya. Tugas

merawat anak seperti memandikan atau mengganti pakaian, dipandang sebagai sesuatu

yang menyebalkan. Orang tua tidak mampu membedakan cara berespon terhadap

tanda yang disampaikan oleh bayi, seperti rasa lapar, lelah keinginan untuk berbicara

dan kebutuhan untuk dipeluk dan melakukan kontak mata. Tampaknya sukar bagi

mereka untuk menerima anaknya sebagai anak yang sehat dan gembira.

i. Struktur dan fungsi keluarga

Komponen penting lain dalam pengkajian pada pasien post partum blues ialah melihat

komposisi dan fungsi keluarga. Penyesuaian seorang wanita terhadap perannya

sebagai ibu sangat dipengaruhi oleh hubungannya dengan pasangannya, ibunya

dengan keluarga lain, dan anak-anak lain. Perawat dapat membantu meringankan tugas

ibu baru yang akan pulang dengan mengkaji kemungkinan konflik yang bisa terjadi

diantara anggota keluarga dan membantu ibu merencanakan strategi untuk mengatasi

masalah tersebut sebelum keluar dari rumah sakit.

Sedangkan Pengkajian Dasar data klien menurut Marilynn E. Doenges ( 2001 ) Adalah :

12

Page 13: Postpartum blues isi.docx

a. Aktivitas / istirahat Insomnia mungkin teramati.

b. SirkulasiEpisode diaforetik lebih sering terjadi pada malam hari.

c. Integritas Ego

Peka rangsang, takut/menangis (" Post partum blues " sering terlihat kira-kira 3 hari

setelah kelahiran).

d. Eliminasi

Diuresis diantara hari ke-2 dan ke-5.

e. Makanan/cairan

Kehilangan nafsu makan mungkin dikeluhkan mungkin hari – hari ke-3.

f. Nyeri/ketidaknyamanan

Nyeri tekan payudara/pembesaran dapat terjadi diantara hari ke-3 sampai ke-5

pascapartum.

g. Seksualitas

Uterus 1 cm diatas umbilikus pada 12 jam setelah kelahiran, menurun kira-kira 1 lebar

jari setiap harinya. Lokhia rubra berlanjut sampai hari ke-2- 3, berlanjut menjadi lokhia

serosa dengan aliran tergantung pada posisi (misalnya ; rekumben versus ambulasi

berdiri) dan aktivitas (misalnya ; menyusui). Payudara : Produksi kolostrum 48 jam

pertama, berlanjut pada susu matur, biasanya pada hari ke-3; mungkin lebih dini,

tergantung kapan menyusui dimulai.

III.2 DIAGNOSA NANDA NOC NIC

NO NANDA NOC NIC

1 Nyeri akut

Definisi :

Serangan mendadak

atau perlahan dari

intensitas ringan

sampai berat yang di

antisipasi atau

diprediksi durasi

Tingkat kenyamanan

Indikator:

Melaporkan kondisi fisik

yang membaik

Melaporkan kondisi

psikologis yang membaik

Mengekspresikan

kegembiraan terhadap

Manajemen nyeri

kaji tipe intensitas,

karakteristik dan lokasi

nyeri

kaji tingkatan skala nyeri

untuk menentukan dosis

analgesik

anjurkan istirahat ditempat

13

Page 14: Postpartum blues isi.docx

nyeri kurang dari 6

bulan

Batasan

karakteristik

peningkatan

tekanan intra

okuler (TIO)

yang ditandai

dengan mual

dan muntah.

Adanya laporan

nyeri secara

verbal dan non

verbal

Nafsu makan

menurun

Mual, muntah

lingkungan sekitar

Mengekspresikan kepuasan

dengan control nyeri

Kontrol Nyeri

Indikator:

Mengenal factor penyebab

Mengenal serangan nyeri

Mengenal gejala nyeri

Melaporkan control nyeri

Tingkat Nyeri

Indicator:

Melaporkan nyeri

Frekuensi nyeri

Ekspresi wajah karena nyeri

Perubahan tanda-tanda vital

tidur dalam ruangan yang

tenang

atur sikap fowler 300 atau

dalam posisi nyaman.

ajarkan klien teknik

relaksasai dan nafas dalam

anjurkan klien menggunakan

mekanisme koping yang

baik disaat nyeri terjadi

Hindari mual, muntah karena

ini akan meningkatkan TIO

Alihkan perhatian pada hal-

hal yang menyenangkan

Hilangkan atau kurangi

sumber nyeri

Pemberian analgesik

Berikan analgesik sesuai order

dokter.

Perhatikan resep obat, nama

pasien, dosis dan rute

pemberian secara benar

sebelum pemberian obat.

2 Kecemasan b.d

ketidaksiapan

menjadi ibu.

1. Kontrol ansietas

Indikator:

Monitor intensitas ansietas

Mengeliminasi precursor

ansietas

Menurunkan stimulasi

lingkungan ketika ansietas

Mencari informasi untuk

Penurunan Ansietas

Aktivitas:

Gunakan pendekatan yang

hangat

Jelaskan semua

prosedur/kondisi yang

terjadi pada pasien

Pahami perspektif pasien

14

Page 15: Postpartum blues isi.docx

menurunkan ansietas

Menggunakan strategi

koping yang efektif

Melaporkan penurunan

durasi ansietas

Mempertahankan hubungan

sosial

Melaporkan tidur yang

adekuat

Mengontrol respon ansietas

2. Koping

Indikator:

Mengidentifikasi pola

koping yang efektif

Melaporkan penurunan

stress

Menyatakan penerimaan

terhadap situasi

Memanfaatkan dukungan

sosial yang ada

Melaporkan penurunan perasaan

negative

terhadap situasi yang penuh

stress

Berikan informasi factual

tentang diagnosa, tindakan,

dan prognosis

Berikan penguatan kepada

pasien

Ciptakan atmosfir untuk

memfasilitasi kepercayaan

pasien

Dukung pasien untuk

menyatakan perasaan,

persepsi, dan kekhawatiran

Identifikasi ketika terjadi

perubahan tingkat ansietas

Kontrol simulasi sesuai

dengan kebutuhan pasien

Tentukan kemampuan

pasien untuk mengambil

keputusan

Berikan medikasi untuk

mengurangi ansietas

3 Gangguan Pola

Tidur b.d partus

yang lama dan

perasaan bahagian

akan segera

melahirkan

Tidur

- Jam tidur cukup

- Tidur berkualitas

- Pola tidur baik

- Efisiensi tidur

- Merasa lebih baik ketika

bangun tidur

Istirahat

- Pola Istirahat baik

Sleep Enhancement

- Tentukan pola tidur/aktivitas

pasien

- Tentukan efek pola tidur

terhadap pengobatan pasien

- Minta pasien untuk

menghilangkan stress

sebelum tidur

- Pantau pola tidur pasien dan

15

Page 16: Postpartum blues isi.docx

- Keadaan fiik beristirahat

- Keadaan mental beristirahat

- Keadaan emosional

beristirahat

Perawatan kesehatan fisik

- Fisik yang fit

- Pola tidur dan istirahat baik

- Fungsi fisik yang baik

jumlah waktu tidur

Gangguan

- Pastikan pasien memastikan

teknik distraksi yang

diinginkan, missal nya

music, humor, dan

membayangkan gambar

- Instruksikan pasien untuk

menstimulasi beragam

rangsangan (missal nya

music, berhitung, menonton,

dan membaca)

- Minta partisipasi dari

keluarga untuk

mengajarkan teknik nya jika

diperlukan

Terapi Musik

- Definisikan perubahan

spesifik dalam perilaku dan

psikologi yang mengganggu

(Misal nya relaksasi,

stimulasi, konentrasi, dan

reduksi nyeri)

- Tentukan ketertarikan

individu pada music

- Pastikan tape/CD pada alat

dapat bekerja dengan baik

4 Kurang pengetahuan

(keluarga) tentang

perawatan bayi dan

pemulihan diri

Pengetahuan: perawatan bayi

Indikator:

Mendeskripsikan

karakteristik bayi normal

Pengajaran: Perawatan Bayi

Aktivitas:

Demonstarikan dan jelaskan

tentang perawatan bayi

16

Page 17: Postpartum blues isi.docx

berhungan dengan

kurang terpaparnya

keluarga terhadap

informasi yang

adekuat

Mendeskripsikan

perkembangan bayi normal

Mendeskripsikan posisi

bayi yang tepat

Mendeskripsikan isapan

ASI bayi yang nutritive dan

yang tidak

Mendeskripsikan teknik

menyusui bayi

Mendeskripsikan cara

memandikan bayi

Mendeskripsikan perawatan

tali pusat

Mendeskripsikan pola

tidur-bangun bayi

Mendeskripsikan

komunikasi dengan bayi

Mendeskripsikan kebutuhan

adanya perawatan khusus

kepada orang tua dan

keluarga

Berikan panduan tentang

perkembangan selama 1

tahun kehidupan

Berikan informasi tentang

penambahan makanan

cairan selama 1 tahun

pertama

Berikan informasi tentang

perkembangan gigi dan

higien oral selama 1 tahun

pertama

Dorong orang tua untuk

berbicara dan bercerita

kepada bayi

Berikan panduan tentang

perubahan pola tidur selama

1 tahun pertama

Berikan panduan tentang

perubahan pola eliminasi

selama 1 tahun pertama

Dorong orang tua untuk

memegang , menyentuh dan

masase bayi

Dorong keluarga untuk

memberikan stimulasi

auditori,dan visual untuk

meningkatkan pertumbuhan

Dorong orang tua bermain

dengan bayi

17

Page 18: Postpartum blues isi.docx

Demonstarsikan cara orang

tua menstimulasi

perkembangan bayi

Informasikan kepada orang tua

pentingnya perawatan kesehatan

bayi dan imunsasi bayi secara

teratur

  

BAB IV

PENUTUP

18

Page 19: Postpartum blues isi.docx

1) KESIMPULAN

Post partum blues adalah keadaan di mana seorang ibu mengalami perasaan tidak nyaman

(kesedihan atau kemurungan)/gangguan suasana hati setelah persalinan, yang berkaitan dengan

hubungannya dengan si bayi, atau pun dengan dirinya sendiri. Ketika plasenta dikeluarkan pada

saat persalinan, terjadi perubahan hormon yang melibatkan endorphin, progesteron, dan estrogen

dalam tubuh Ibu, yang dapat mempengaruhi kondisi fisik, mental dan emosional Ibu.

2) SARAN

Post partum blues dapat dicegah dengan cara :

1) Anjurkan ibu untuk merawat dirinya, yakinkan pada suami atau keluarga untuk selalu

memperhatikan si ibu

2) Menu makanan yang seimbang

3) Olah raga secara teratur

4) Mintalah bantuan pada keluarga atau suami untuk merawat ibu dan bayinya.

5) Rencanakan acara keluar bersama bayi berdua dengan suami

6) Rekreasi

Cara mengatasi gangguan psikologi pada nifas dengan postpartum blues ada dua cara yaitu :

1. Dengan cara pendekatan komunikasi terapeutik

Tujuan dari komunikasi terapeutik adalah menciptakan hubungan baik antara bidan

dengan pasien dalam rangka kesembuhannya dengan cara :

a.          Mendorong pasien mampu meredakan segala ketegangan emosi

b.         Dapat memahami dirinya

c.          Dapat mendukung tindakan konstruktif.

d.         Dengan cara peningkatan support mental

Beberapa cara peningkatan support mental yang dapat dilakukan keluarga diantaranya :

a) Sekali-kali ibu meminta suami untuk membantu dalam mengerjakan pekerjaan

rumah seperti : membantu mengurus bayinya, memasak, menyiapkan susu dll.

b) Memanggil orangtua ibu bayi agar bisa menemani ibu dalam menghadapi

kesibukan merawat bayi

c) Suami seharusnya tahu permasalahan yang dihadapi istrinya dan lebih perhatian

19

Page 20: Postpartum blues isi.docx

terhadap istrinya

d) Menyiapkan mental dalam menghadapi anak pertama yang akan lahir

e) Memperbanyak dukungan dari suami

f) Suami menggantikan peran isteri ketika isteri kelelahan

g) Ibu dianjurkan sering sharing dengan teman-temannya yang baru saja melahirkan

h) Bayi menggunakan pampers untuk meringankan kerja ibu

i) mengganti suasana, dengan bersosialisasi

j) Suami sering menemani isteri dalam mengurus bayinya

2. Selain hal diatas, penanganan pada klien postpartum blues pun dapat dilakukan pada

diri klien sendiri, diantaranya dengan cara :

a.          Belajar tenang dengan menarik nafas panjang dan meditasi

b.         Tidurlah ketika bayi tidur

c.          Berolahraga ringan

d.         Ikhlas dan tulus dengan peran baru sebagai ibu

e.          Tidak perfeksionis dalam hal mengurusi bayi

f.          Bicarakan rasa cemas dan komunikasikan

g.         Bersikap fleksibel

h.         Kesempatan merawat bayi hanya datang 1 x

i.           Bergabung dengan kelompok ibu

WOC POSTPARTUM BLUES

Post Partum Blues

20

Page 21: Postpartum blues isi.docx

F. Hormonal

Estrogen Progesterone Prolaktin Oxitoksin Endorphin( + ) / ( - ) ( + ) / ( - )

Estrogen Stimulan Prolaktin Kontraksi Rasa senangKel,Susu rahim + / - &

Enzym Stimulant mengurangiPayudara >> rasa nyeriMonoamin Kel,Susu Nyeri

& aereola

In aktifasimelebar dan Produksi Partus Rasalbh gelap Asinoradrenalin lama Bahagia

& serotonin Tdk nyamanCemas( minder ) Ggn pola

Perubahan tidurmood & Resiko ggndepresi proses

menyusuiAnstabil F. Demografikoping ( usia )

individual ResikoPerubahan peran

Resiko menjadi ortu F. PengalamanPerubahan dlm prosesEmosional kehamilan dan

persalinan

Kurang pengetahuanF. Latar

mengenai perawatanbelakang

diri dan bayipsikososial

Potensial terhadap F. Takut kehilanganpertumbuhan koping bayinya ataukeluarga

kecewa dgn bayinya

DAFTAR PUSTAKA

21

Page 22: Postpartum blues isi.docx

Herdman, Heather.2010. Diagnosis Keperawatan. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran

Morhead, Sue. 2008. Nursing Outcomes Classification (NOC). America : Mosby

Mc Closkey Dochterman, Joanne. 2004. Nursing Interventions Classification (NIC). America :

Mosby

Marylin E. Doengoes, Mary Frances Moorhouse, Alice C.Geissler ( 2000 ), Rencana Asuhan

Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien

Edisi 3.Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Bobak, Lowdermilk, Jensen. ( 2004 ). Buku Ajar : Keperawatan maternitas edisi - 4. Jakarta: v

EGC.

www.http//post-partum-blues.html,

www.http//askep-post-partum-blues.html,

\www.http//askep-pada-post-partum-dengan_8492.html

22