14- isi.docx

56
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang P engertian sehat menurut WHO (World Health Organization), yaitu kesehatan adalah keadaan (status) sehat utuh secara fisik, mental (rohani) dan sosial dan bukan hanya suatu keadaan yang bebas dari penyakit, cacat, dan kelemahan (Daldiyono,2006:11-12). Pengertian tersebut sejalan dengan pengertian sehat menurut UU kesehatan RI No. 36 tahun 2009, Bab I Pasal 1 adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Masih banyak jenis penyakit yang dapat mengganggu kesehatan, terutama penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme yaitu bakteri, jamur, virus, atau parasit. Penyakit yang sering sekali menyerang wanita dan disebabkan oleh jamur adalah keputihan. Keputihan atau Flour albus merupakan sekresi vaginatal abnormal pada wanita. Keputihan yang disebabkan oleh infeksi biasanya

Upload: didik-abdul-rahman

Post on 29-Jan-2016

281 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: 14- ISI.docx

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pengertian sehat menurut WHO (World Health Organization), yaitu

kesehatan adalah keadaan (status) sehat utuh secara fisik, mental (rohani) dan

sosial dan bukan hanya suatu keadaan yang bebas dari penyakit, cacat, dan

kelemahan (Daldiyono,2006:11-12). Pengertian tersebut sejalan dengan

pengertian sehat menurut UU kesehatan RI No. 36 tahun 2009, Bab I Pasal 1

adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang

memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis.

Masih banyak jenis penyakit yang dapat mengganggu kesehatan, terutama

penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme yaitu bakteri, jamur, virus, atau

parasit.

Penyakit yang sering sekali menyerang wanita dan disebabkan oleh jamur

adalah keputihan. Keputihan atau Flour albus merupakan sekresi vaginatal

abnormal pada wanita. Keputihan yang disebabkan oleh infeksi biasanya disertai

dengan rasa gatal di dalam vagina dan disekitar bibir vagina bagian luar kerap

pula disertai bau busuk, dan menimbulkan rasa nyeri sewaktu berkemih.

Keputihan dapat disebabkan oleh berbagai hal, seperti infeksi mikroorganisme

yaitu bakteri, jamur, virus atau parasit. Salah satu infeksi jamur yang

menyebabkan keputihan adalah Candida albicans.(Shadine,2009:1-3)

Candida albicans dianggap spesies terpatogen dan menjadi penyebab

utama kandidiasis. Jamur ini tidak terdapat di alam bebas, tetapi dapat tumbuh

Page 2: 14- ISI.docx

2

sebagai saproba pada berbagai alat tubuh manusia, terutama yang mempunyai

hubungan dengan dunia luar. Kandidiasis mempuyai gambaran klinik dengan

variasi yang sangat luas, bergantung pada alat yang terkena, bersifat akut atau

menahun. Kelainan dapat berupa rangsangan setempat, reaksi alergi, granuloma,

atau nekrosis, baik mengenai satu alat ataupun sistemik. Dapat tampak kelainan

pada kulit, kuku, selaput lendir atau alat-alat dalam. Kandidiasis dapat di temukan

pada semua umur, pria dan wanita, dan mempunyai penyebaran di seluruh dunia.

(suprihatin,1982:6-10)

Pengobatan kandidiasis hanya dilakukan dengan mengendalikan

pertumbuhan jamur, yaitu dengan cara lokal atau sistemik. Pengobatan lokal

diberikan pada tempat infeksi sedangkan pengobatan sistemik dapat

mempengaruhi seluruh tubuh. Obat yang dipakai untuk memerangi kandida

adalah obat anti jamur. Hampir semua namanya diakhiri dengan “-azol”, misalnya

klotrimazol, nistanin, flokonazol, dan intrakonazol.(Iswati,2010:171) Selain

dengan cara medis, keputihan pun dapat diobati dengan pengobatan herbal.

(Shadine,2009:30) Pengobatan Herbal adalah pengobatan yang menggunakan

semua bahan alami yang mengandung zat-zat atau bahan-bahan yang bersifat

terapi atau penyembuhan. (Suparni dan wulandari,2012:1) Pengobatan herbal

dapat di peroleh secara tradisional dan modern.

Berdasarkan Permenkes RI nomor 006 tahun 2012 Bab 1 pasal 1 Obat

Tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan

hewan, bahan mineral, sediaan galenik atau campuran dan bahan-bahan tersebut,

yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan dan dapat di

terapkan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat. Sedangkan Obat

Page 3: 14- ISI.docx

3

modern adalah obat yang dibuat dengan menggunakan teknologi mesin. Obat

jenis ini biasanya diproduksi di perusahaan-perusahaan farmasi dengan bahan

kimia dan mempunyai satu keunggulan dibandingkan dengan obat tradisional,

yakni lebih steril dan lebih terjaga kebersihannya.

(anneahira.2011 http://www.anneahira.com/obat-modern.html)

Sirih hijau (Piper betle L) adalah nama sejenis tumbuhan merambat yang

bersandar pada batang pohon lain. Tanaman merambat ini tingginya bisa

mencapai 15 meter, daunnya yang tunggal berbentuk jantung, berwarna hijau, dan

berujung runcing. (Agoes, 2010:109) Ciri daun sirih hijau daun ketiga dari pucuk

(umur fisiologis muda), daun keenam dari pucuk (umur fisiologis sedang), dan

daun kedelapan dari pucuk (umur fisiologis tua). (Muthoharoh. 2011 http://karya-

ilmiah.um.ac.id/index.php/biologi/article/view/16789)

Daun sirih hijau (Piper betle L.) mengandung Eugenol yang memiliki sifat

anti fungal. Dengan sifat anti fungal ini, daun sirih dapat digunakan untuk

menghambat tumbuh dan berkembangnya yeast (sel tunas) dari Candida albicans.

(Daun sirih. 2013 http://daun-sirih.blogspot.com/2013/08/manfaat-daun-

sirih.html) Manfaat daun sirih hijau diantaranya mengobati gigi dan gusi bengkak,

mengobati demam berdarah, obat batuk, obat mata, obat sakit jantung, obat asma,

serta obat bagi penyembuhan keputihan. (Elshabrina, 2013)

Melihat kemampuan daun sirih hijau untuk mengatasi keputihan, sekarang

diproduksi berbagai macam produk kewanitaan untuk mengatasi keputihan

berbahan baku daun sirih hijau. Antara lain merek R sabun sirih adalah produk

sabun cair yang menggunakan formulasi ekstrak daun sirih hijau. Produsen merek

R sabun sirih mengklaim bahwa sabun sirih ini mampu menjaga keharuman alami

Page 4: 14- ISI.docx

4

dan kebersihan vagina agar terhindar dari kuman. (Moeljanto dan

mulyono,2003:14)

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh (Maytasari,2010)

Universitas Sebelas Maret Surakarta, Fakultas Kedokteran tentang Perbedaan

Efek Antifungi Minyak Atsiri Daun Sirih Hijau, Minyak Atsiri Daun Sirih Merah

dan Resik-V Sabun Sirih Terhadap Pertumbuhan Candida albicans, didapatkan

minyak atsiri daun sirih hijau konsentrasi 10% yang menghasilkan rerata diameter

zona hambat sebesar 33,67 mm sudah sensitive terhadap Candida albicans,

sedangkan minyak atsiri daun sirih merah 10% dan 15% memiliki hasil resistent,

minyak atsiri daun sirih merah 20% dan 25% memiliki hasil intermediate serta

Resik-V memiliki hasil intermediate dibandingkan dengan antibiotik flukonazol

yang sensitive terhadap Candida albicans bila diameter zona hambat yang

dihasilkan ≥19 mm. Maka penulis ingin melakukan penelitian perbandingan

efektivitas air perasan daun sirih hijau (Piper betle L) dengan obat herbal daun

sirih hijau (Piper betle L) kemasan terhadap pertumbuhan jamur Candida

albicans.

B. Perumusan Masalah

Dari latar belakang diatas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Berapakah konsentrasi efektif dari air perasan daun sirih hijau

(Piper betle L) yang dapat menghambat pertumbuhan jamur Candida

albicans ?

2. Berapakah konsentrasi efektif dari sabuh cair sirih kemasan yang dapat

menghambat pertumbuhan jamur Candida albicans ?

Page 5: 14- ISI.docx

5

3. Berapakah perbandingan efektivitas antara air perasan daun sirih hijau

(Piper betle L) dengan sabun cair sirih kemasan terhadap pertumbuhan

jamur Candida albicans ?

C. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui konsentrasi efektif dari air perasan daun sirih hijau (Piper

betle L) yang dapat menghambat pertumbuhan jamur Candida albicans.

2. Mengetahui konsentrasi efektif dari sabun cair sirih kemasan yang dapat

menghambat pertumbuhan jamur Candida albicans.

3. Mengetahui perbandingan efektivitas antara air perasan daun sirih hijau

(Piper betle L) dengan sabun cair sirih kemasan terhadap pertumbuhan

jamur Candida albicans.

D. Manfaat Penelitian

Memberika informasi kepada pembaca tentang perbandingan efektifitas

antara air perasan daun sirih hijau (Piper betle L) dengan sabun cair sirih

kemasan terhadap pertumbuhan jamur Candida albicans.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dalam lingkup bidang keilmuan kimia atau toksikologi,

dengan objek penelitian bidang mikologi yang bersifat eksperimental dengan air

perasan daun sirih hijau (Piper betle L) dan sabun cair sirih kemasan sebagai

variabel bebas dan pertumbuhan jamur Candida albicans sebagai variabel terikat.

Subjek penelitian adalah air perasan daun sirih hijau (Piper betle L) dan sabun

cair sirih kemasan untuk menghambat pertumbuhan jamur Candida albicans.

Daun sirih didapat dari daun kedelapan dari pucuk (umur fisiologis tua),

berwarna hijau tua, berbentuk jantung, dan berujung runcing. Sabun cair sirih

Page 6: 14- ISI.docx

6

kemasan didapat dari salah satu merek sabun cair sirih kemasan yang beredar di

pasaran, berbentuk cair dan mengandung ekstrak daun sirih hijau. Air perasan dan

sabun cair sirih kemasan dengan konsentrasi 10%, 20%, 30%, 40%, 50%, dan 0%

sebagai kontrol negatif, nistatin sebagai kontol positif dengan lima kali

pengulangan. Penelitian ini dilakukan dengan metode difusi dan dilaksanakan di

Laboratorium Mikrobiologi Balai Laboratorium Kesehatan Provinsi Lampung

pada bulan April sampai bulan Mei 2014.

Page 7: 14- ISI.docx

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Penelitian

1. Jamur

Jamur adalah mikroorganisme yang termasuk golongan eukariotik dan

tidak termasuk golongan tumbuhan. Jamur berbentuk sel atau benang bercabang

dan mempunyai dinding sel yang sebagian besar terdiri atas kitin dan glukan, dan

sebagian kecil dari selulosa atau kitosan. Gambaran tersebut yang membedakan

jamur dengan sel hewan dan sel tumbuhan. Sel hewan tidak mempunyai dinding

sel, sedangkan sel tumbuhan sebagian besar adalah selulosa. Jamur mempunyai

protoplasma yang mengandung satu atau lebih inti, tidak mempunyai klorofil dan

berkembang biak secara aseksual, seksual atau keduanya.( Sutanto;dkk,2008:307)

Jamur bersifat heterotrofik yaitu organisme yang tidak mempunyai klorofil

sehingga tidak dapat membuat makanan sendiri melalui proses fotosintesis seperti

tanaman. Hidupnya jamur memerlukan zat organik yang berasal dari hewan,

tumbuh-tumbuhan, serangga dan lain-lain, kemudian dengan menggunakan enzim

zat organik tersebut diubah dan dicerna menjadi zat anorganik yang kemudian

diserap oleh jamur sebagai makanannya. (Sutanto;dkk,2008:307)

Berdasarkan bentuk selnya jamur mencakup:

a. Khamir

Khamir, yaitu sel-sel yang berbentuk bulat, lonjong, atau memanjang yang

berkembang biak dengan membentuk tunas dan membentuk koloni yang basah

atau berlendir.

Page 8: 14- ISI.docx

8

b. Kapang

Terdiri atas sel-sel memanjang dan bercabang yang disebut hifa. Hifa

tersebut dapat bersekat sehingga terbagi menjadi banyak sel, atau tidak bersekat

dan disebut hifa sensorik (coenocytic).

Hifa dapat bersifat sebagai:

1) Hifa vegetatif, yaitu berfungsi mengambil makanan untuk

pertumbuhan.

2) Hifa reproduktif, yaitu membentuk spora.

3) Hifa udara, yaitu yang berfungsi mengambil oksigen.

(Sutanto;dkk,2008:308)

Spora pada jamur dapat dibentuk secara aseksual dan seksual.

a. Spora aseksual disebut talospora, yaitu spora yang langsung dibentuk

dari hifa reproduktif. Spora yang termasuk talospora ialah:

1) Blastospora

Blastospora, yaitu spora yang berbentuk tunas pada permukaan sel,

ujung hifa semu atau pada sekat (septum) hifa semu.

2) Artrospora

Artrospora yaitu spora yang dibentuk langsung dari hifa dengan

banyak septum yang kemudian mengadakan fragmentasi sehingga

hifa tersebut terbagi menjadi banyak artrospora yang berdinding

tebal.

3) Klamidospora

Klamidospora yaitu spora yang dibentuk pada hifa diujung, di tengah

atau menonjol ke lateral, dan disebut klamidospora terminal,

Page 9: 14- ISI.docx

9

interkaler, dan lateral. Diameter klamidospora tersebut lebih lebar

dari hifa yang berdinding tebal.

4) Aleuriospora

Aleuriospora yaitu spora yang dibentuk pada ujung atau sisi dari hifa

khusus yang disebut konidiofora. Aleuriospora ini uniseluler dan

kecil, disebut mikrokonidia (mikro aleuriospora), atau multiseluler,

besar atau panjang, disebut makrokonidia (makro aleuriospora).

5) Sporangiospora

Sporangiospora yaitu spora yang dibentuk di dalam ujung hifa yang

menggelembung, disebut sporangium.

6) Konidia

Konidia yaitu spora yang dibentuk di ujung sterigma bentuk fialid.

Sterigma dibentuk diatas konidiofora. Konidia membentuk susunan

seperti rantai.

a. Spora seksual dibentuk dari fusi dua sel atau hifa. Termasuk golongan

sepora seksual ialah:

1) Zigospora

Zigospora yaitu spora yang dibentuk dari fusi (penggabungan) dua

hifa yang sejenis membentuk zigot dan didalam zigot terbentuk

zigospora.

2) Oospora

Oospora yaitu spora yang dibentuk dari fusi dua hifa yang tidak

sejenis (anteridium dan oogonium)

Page 10: 14- ISI.docx

10

3) Askospora

Askospora yaitu spora yang dibentuk di dalam askus sebagai hasil

penggabungan (fusi) dua sel atau dua jenis hifa.

4) Basidiospora

Basidiospora yaitu spora yang dibentuk pada basidium sebagai hasil

penggabungan dua jenis hifa. (Sutanto;dkk,2008:308-309)

a. Candida albibicans

1) Taksonomi

Candida adalah organisme komensal dan flora normal, yang berperan

dalam keseimbangan mikroorganisme di dalam tubuh kita, serta dapat ditemukan

dalam traktus intestinal, kulit dan traktus genito-urinaria. Mikroorganisme ini

paling sering menyebabkan infeksi jamur oportunistik di dunia. Candida juga

merupakan koloni yang paling sering ditemukan pada kulit dan mukosa manusia.

(Hardjoeno;dkk,2007:228)

Menurut lodder, 1970, taksonomi Candida ialah sebagai berikut :

Fungi imperfecti atau Deuteromycota

Famili : Cryptococcaceae

Sub famili : Candidoidea

Genus : Candida

Spesies pada manusia : Candida albicans

Candida stellatoidea

Candida tropicalis

Candida pseudotropicalis

Candida krusei

Page 11: 14- ISI.docx

11

Candida parapsilosis

Candida guilliermondii (Suprihatin,1982:4)

Penyebab terbanyak kandidosis atau kandidiasis adalah Candida albicans,

spesies dengan patogenitas paling tinggi. Candida dikenal sebagai jamur di

morfik karena mampu membentuk sel ragi dan hifa semu. Sel ragi atau

blastospora/blastokonidia merupakan sel bulat atau oval dengan atau tanpa tunas.

Hifa semu terbentuk dengan cara elongasi sel ragi yang membentuk rantai yang

rapuh. (Sutanto;dkk, 2008:356)

2) Morfologi Jamur Candida

Gambar 1. Morfologi Candida albicans(Sumber:STI-Biotechnologies,2013

http://biotechnologie.ac-montpellier.fr/spip.php?article17)

Sel jamur Candida berbentuk bulat, lonjong atau bulat lonjong, dengan

ukuran 2 – 5µ x 3 - 6µ hingga 2 – 5,5µ x 5 – 28,5µ, bergantung pada umurnya.

Koloninya pada medium padat sedikit menimbul dari permukaan medium, dengan

permukaan halus, licin atau belipat-lipat, berwarna putih kekuningan dan berbau

ragi. Besar koloni bergantung pada umur. Pada tepi koloni dapat dilihat hifa semu

sebagai benang-benang halus yang masuk ke dalam medium. Pada medium cair

jamur biasanya tumbuh pada dasar tabung. C. tropicalis membentuk gumpalan-

Page 12: 14- ISI.docx

12

gumpalan kasar yang mengapung di dalam medium cair, sedang C. Krusei

tumbuh dengan membentuk selaput tipis pada permukaannya. (Suprihatin;dkk,

1982:4-5)

3) Patogenitas Jamur Candida

Jamur Candida dapat hidup sebagai saprofit atau sebaiknya disebut

saproba, tanpa menyebabkan suatu kelainan apapun di dalam berbagai alat tubuh

baik manusia maupun hewan. Pada keadaan tertentu maka sifat jamur dapat

berubah menjadi patogen dan menyebabkan penyakit yang disebut kandidiasis

(Candidiasis) atau kandidosis (Candidosis). C. albicans dianggap spesies

terpatogen dan menjadi etiologi terbanyak kandidiasis, tetapi spesies yang lain ada

juga yang dapat menyebabkan penyakit bahkan ada yang berakhir fatal.

(Suprihatin;dkk, 1982:5)

b. Kandidiasis

Kandidiasis adalah infeksi primer atau sekunder oleh genus Candida yang

terutama adalah Candida albicans. Manifestasi klinisnya sangat bervariasi dari

akut, subakut dan kronis ke episodik. Kelainan dapat lokal di mulut, tenggorokan,

kulit, kepala, vagina, jari-jari tangan, kuku, bronkhi, paru atau saluran pencernaan

atau menjadi sistemik misalnya septisemia, endokarditis dan meningitis.

(Budimulja;dkk, 2001:67)

1) Klasifikasi dan Gambaran Klinis

Berbagai jenis kandidiasis mempunyai ciri khas yang bergantung pada

alat-alat yang terkena. Conant (1971) membagi kandidiasis sebagai berikut :

Page 13: 14- ISI.docx

13

a) Kandidiasis selaput lendir, meliputi:

(1) Kandidiasis oral

Kadidiasis oral disebut juga “Oral trush”, memberikan gambaran klinis

berupa stomatitis akut. Pada selaput lendir mulut tampak bercak-bercak putih

kekuningan yang timbul dari dasar selaput lendir yang merah yang disebut

membran palsu. Membran palsu ini dapat meluas sampai menutupi lidah dan

palatum mole. Lesi-lesi ini dapatjuga terlepas dari selaput ledir sehingga dasarnya

tampak merah dan mudah berdarah.( Siregar, 2004:46-47)

(2) Perlece

Kelainan tampak pada kedua sudut mulut, yang terjadi perlunakan kulit

yang mengalamierosi. Dasarmya merah dan bibir menjadi pecah-pecah, kemudian

tejadi fisura pada kedua sudut mulut. (Siregar,2004:49)

(3) Kandidiasis vaginitis dan vulvovaginitis

Vaginitis karena kandida selalu disertai oleh vulvovaginitis. Hal ini

disebabkan terjadi kontak langsung dari sekret-sekret vagina yang mengalami

infeksi sehingga daerah vulva ikut mengalami infeksi. Pada mukosa vagina

terlihat adanya bercak putih kekuningan, meninggi dari permukaan, yang disebut

vaginal trush.(Siregar, 2004:49)

(4) Kandidiasis balanitis dan balanoptisis

Sering terjadi pada pria yang tidak dikhitan, di mana glans penis tertutup

terus oleh preputium. Balanitis tampak berupa bercak-bercak eritema dan erosi

pada glan penis dan sering disertai dengan pustulasi.(Siregar,2004:50)

Page 14: 14- ISI.docx

14

(5) Kandidiasis mukokutan kronis

Biasanya banyak ditemukan pada anak-anak dan penderita yang

mengalami bermacam-macam defisiensi. Kelainan-kelainan yang timbul berupa

bercak-bercak merah pada daerah-daerah mukokutan, erosi, dan pada perasaan

timbul rasa panas dan gatal.(Siregar,2004:50)

b) Kandidiasis kutis, meliputi:

(1) Kandidiasis intertriginosa

Merupakan kandidiasis terbanyak pada orang dewasa. Mengenai lipatan

kulit, pada lipatan paha sering merupakan perluasan dari infeksipada vulva dan

vagina. Lesi pada penyakit yang akut, mula-mula kecil kemudian meluas,berupa

makula eritem, batas tegas, pada bagian tepi kadang-kadang tampak papul dan

skuama, serta sering terjadi erosi/basah, yang berasal dari vasikel yang pecah. Di

sekelilingnya terdapat lesi-lesi satelit berupa vesikel atau pustul yang kecil.

(Budimulja;dkk,2001:58)

(2) Kandidiasis generalisata

Penyakit ditemukan pada penderita dengan kondisi sistemik yang buruk,

seperti pada dibetes, penderita dengan defek ektodermal dan debil, atau dapat juga

pada orang yang berdiam lama dalam air sehingga penyakitnya disebut water-bath

dermatitis, menggunakan pakaian basah atau menggunakan semacam krim pada

seluruh tubuh dengan oklusi. Lesi eritem, menyerupai dermatitis, bisa terdapat

vesikel, atau pustula pada daerah yang luas.(Budimulja;dkk,2001:59)

(3) Paronikia

Merupakan kandidiasis yang banyak ditemukan, terutama pada wanita

yang sering kontak dengan air. Yang sering terkena adalah jari tangan keempat

Page 15: 14- ISI.docx

15

dan kelima. Ditandai dengan edem kemerahan pada tepi kuku yang terasa nyeri,

menyerupai paronikia oleh bakteri, dan bila dilakukan penekanan kadang-kadang

keluar eksudat seperti krim.(Budimulja;dkk,2001:59)

(4) Granuloma kandidiasis

Kebanyakan penderitanya adalah anak-anak. Lesi umumnya mengenai

wajah namun dapat juga timbul pada kulit kepala berambut (skalp),jari tangan,

badan, kaki, dan faring. Kelainan berupa papul hiperkeratotik yang ditutupi

dengan krusta tebal kuning kecoklatan (granuloma). Kadang-kadang lesi tumbuh

menonjol sampai 2 cm menyerupai tanduk.

( Budimulja;dkk,2001:60)

c) Kandidiasis sistemik

Kandidemia dapat disebabkan oleh kateter yang terpsang terus-menerus,

pembedahan, penyalahgunaan obat intravena, aspirasi, atau kerusakan pada kulit

atau saluran cerna.(jawetz,melnick,dan adelberg,2007:659)

2) Obat-obat Antikandida

a) Nistatin

Nistatin adalah suatu antimikotik golongan polien, yang telah diisolasi dari

Streptomyces naursei pada tahun 1949 dan bersifat fungidal. Sebagai obat pertama

yang dipasarkan, maka nistatin paling banyak dipakai dan dianggap obat pilihan

untuk kandidia.(Irianto,2013:75)

b) Mikonazol (Daktarin)

Mikonazol (Daktarin) berkhasiat terhadap kandida, dermatofita, serta

berbagai bakteri gram positif. Daya kerjanya adalah dengan mengadakan

disintegrasi jamur.(Irianto,2013:75)

Page 16: 14- ISI.docx

16

c) Klotrinazol (Canesten)

Klotrinazon (Canesten) bersifat fungistatik pada dosis tinggi. Daya

kerjanya berdasarkan kemampuannya untuk menghalangi terbentuknya asam

amoni esensial jamur, terutama pada dermatofita dan kandida di samping jamur-

jamur lainnya.(Irianto,2013:75)

d) Ekonazol

Ekonazol merupakan suatu derivat imidazol yang mempunyai struktur

mirip mikonazol. Daya kerjanya terhadap kandida menyebabkan perubahan

permeabilitas dinding sel, penetrasi obat ini ke dalam sel kandida menghambat

sintesa asam ribonukleat dan protein, selanjutnya metabolisme lemak pun

dipengaruhi dan akhirnya reaksi ini mengakibatkan rusaknya sistem membran

intrasitoplasmik dan mengakibatkan pengendapan lemak yang terdiri dari hasil

akhir metabolisme di dalam mitokondria.(Irianto,2013:75)

3) Pengukuran Aktivitas Antimikroba

Cara untuk pengukuran aktivitas antimikroba dapat dilakukan dengan dua

metode, yaitu:

a) Metode dilusi

Sejumlah zat antimikroba dimasukkan ke dalam medium padat atau cair.

Biasanya digunakan pengenceran dua kali lipat zat antimikroba. Medium akhirnya

diinokulasi dengan organisme yang di uji dan diinkubasi. Tujuan akhirnya untuk

mengetahui seberapa banyak jumlah zat antimikroba yang diperlukan untuk

menghambat pertumbuhan atau membunuh organisme yang di uji.

(Jawetz,melnick,dan adelberg,2007:170)

Page 17: 14- ISI.docx

17

b) Metode difusi

Metode yang paling luas digunakan adalah uji difusi cakram. Cakram

kertas filter yang mengandung sejumlah tertentu obat ditempatkan di atas

permukaan medium padat yang telah diinokulasi pada permukaan dengan

organisme uji. Setelah inkubasi diameter zona jernih inhibisi di sekitar cakram

diukur sebagai ukuran kekuatan inhibisi obat melawan organisme uji tertentu.

(Jawetz,melnick,dan adelberg,2007:170)

2. Daun sirih

a. Morfologi daun sirih

Sirih merupakan tanaman merambat mencapai ketinggian hingga 15 meter

dan mempunyai batang berwarna coklat kehijauan yang beruas-ruas sebagai

tempat keluarnya akar. Helaian daun berbentuk jantung, tumbuh berselang seling,

bertangkai, dan dilengkapi dengan daun pelindung. Bila daun diremas

memberikan aroma sedap. Bunga berupa bulir terdapat di ujung cabang dan

berhadapan dengan daun. Buah buni, berbentuk bulat dan berbulu.

(Mursito,2000:108)

Tanaman sirih bila sudah tumbuh akan merambat pada sebuah pohon yang

tumbuh di sekitarnya atau pada anjang-anjang yang sengaja dibuat orang untuk

merambat pohon sirih tersebut. Daerah tempat tumbuh tanaman sirih yaitu pada

ketinggian 5-700 meter di atas permukaan laut. Pohon sirih banyak ditanam orang

di halaman dekat pohon dadap, randu, dan lain-lain. Tumbuhan ini termasuk

familia atau suku Piperaceae. (Tampubolon,1995:109)

Page 18: 14- ISI.docx

18

b. Nama daerah dari daun sirih

Setiap daerah di Indonesia menyebut sirih sesuai dengan bahasa yang

mereka gunakan. Contohnya, orang Sumatera menyebut sirih dengan sebutan

ranub, blo, sereh, purokawo, belo, ibun, cambai, sireh, suruh, serasa, ifan, taufao;

Jawa: sedah, suruh, seureuh, sere; Nusa Tenggara: base, sedah, nahi, kuta, mota,

taa, mokeh, malu; Kalimantan: uwit, buyu, sirih, uduh sifat, uruisepa; Sulawesi:

gapura, ganjang, baulu, buya, bolu, komba, lalama, sangi, dondili; Maluku: mota,

ani-ani, papek, raunge, nien, rambika, kamu, kakina, bido, garmo, amu; Papua:

afo, nai wadok, mirtan, freedor, dedami, mera, wangi, manaw, reman. (Moeljanto

dan Mulyono,2003:11)

c. Jenis-jenis daun sirih

Daun sirih yang dikenal ada 3 jenis, yaitu sirih merah, sirih hitam dan sirih

hijau. Namun yang paling banyak dikenal dan digunakan dimasyarakat adalah

daun sirih merah dan hijau, yang bisa dibedakan hanya dengan melihat warna

daunnya. Daun sirih pada umumnya banyak ditemui ditanam dipekarangan orang

yang hidup dipedesaan, dimana mereka masih banyak menggunakan obat dari

bahan alami termasuk sirih serta untuk keperluan nyirih. Namun setelah khasiat

sirih diketahui secara ilmiah, kini daun sirih sudah banyak dijadikan sebagai

bahan untuk sabun kesehatan, obat kebersihan kewanitaan, minyak sirih dan lain-

lain. (Yuli, 2013 http://www.carakhasiatmanfaat.com/artikel/khasiat-daun-sirih-

hijau.html )

Page 19: 14- ISI.docx

19

1) Daun sirih hijau (Piper betle Linn)

a) Morfologi daun sirih hijau

Tanaman sirih hijau atau Chavica betle L. Atau pula Piper betle L.

termasuk famili Piperaceae. Daun sirih hijau memang telah secara tradisional

digunakan oleh orang-orang tua kita, ini berarti telah sejak dahulu diketahui

khasiatnya sebagai bahan obat. Daun sirih hijau mempunyai bau yang khas

aromatik, rasanya agak pedas, helai-helai daun berbentuk bulat telur, ada pula

yang bulat telur memanjang. Ujung daun meruncing, sedangkan pangkal daun

berbentuk jantung. Ukuran daun, panjang sekitar 5 cm sampai 18 cm, lebar sekitar

2 cm sampai 20 cm. Warna daun hijau tua, hijau muda agak kekuning-kuningan.

Tempat tumbuh tanaman ini di berbagai daerah di tanah air kita, merambat, dan

banyak pula dipelihara sebagai tanaman pekarangan. (Kartasapoetra,2004:27)

Klasifikasi Daun sirih hijau (Piper betle L.)

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Piperales

Famili : Piperaceae

Genus : Piper

Species : Piper betle Linn (Oktavishynta,2013)

Page 20: 14- ISI.docx

20

Gambar 2. Daun sirih hijau (Piper betle L.)(Sumber: Fastmarker.2014 http://fastmarker.com/wp-content/uploads/2014/01/99-

Daun-Sirih.jpg)

Seluruh bagian tanaman sirih hijau mengandung zat aktif yang berefek

merangsang saraf pusat, merangsang daya fikir, merangsang kejang,

meningkatkan gerak, peristaltik, serta meredakan sifat mendengkur. Daun sirih

memiliki efek mencegah ejakulasi prematur, mengurangi sekresi cairan pada liang

vagina, mematiakn jamur Candida albicans, antikejang, antidiare, analgesik,

anestetik, pereda kejang pada otot polos, pengendali gerak, penekan kekebalan

tubuh, dan pelindung hati.(Agoes,2010:110)

b) Zat aktif daun sirih hijau (Piper betle L.)

Secara umum, daun sirih hijau (Piper betle L.) mengandung minyak asitri

hingga 4% (terdiri dari hidroksi kavikol, kavikol, kavibetol, estragol, eugenol,

metil eugenol, karvakrol, terpen, seskuiterpen), tanin, diastase, gula, dan pati.

(Mursito,2000:109)

Eugenol yang memiliki sifat anti fungal. Dengan sifat anti fungal ini, daun

sirih dapat digunakan untuk menghambat tumbuh dan berkembangnya yeast (sel

tunas) dari Candida albicans. Daun sirih juga mengandung zat antiseptik yang

berperan dalam membunuh bakteri. Sifat antiseptik yang dimiliki daun sirih

Page 21: 14- ISI.docx

21

disebabkan dari turunan fenol yaitu kavikol, dimana sifat antiseptiknya lima kali

lebih efektif bila dibandingkan fenol biasa. Selain dari dua sifat diatas, Daun sirih

hijau juga memiliki efek antibakteri terhadap Streptococcus mutans,

Streptococcus viridans, Streptococcus sanguis, Staphylococcus aureus, dan

Actinomyces viscosus.

(Daun sirih. 2013 http://daun-sirih.blogspot.com/2013/08/manfaat-daun-

sirih.html)

Struktur senyawa fenol dan turunannya dapat dilihat pada gambar 3

Gambar 3. Struktur kimia senyawa fenol dan turunannya(Sumber: Lansida.2010 http://lansida.blogspot.com/2010_07_01_archive.html )

2) Sabun cair sirih kemasan

Sabun cair sirih kemasan memiliki keunggulan yakni terbuat dari ekstrak

daun sirih hijau yang sudah dikenal manfaatnya sejak zaman dahulu sebagai

antiseptik dan antibakteri, pH atau derajat keasaman bersifat netral sehingga aman

digunakan pada setiap saat, mampu memelihara kecantikan kulit dan menjaga

kesehatan kulit, mengatasi masalah keputihan, serta memberikan kesegaran di

sekitar vagina. (Moeljanto dan mulyono,2003:14)

Page 22: 14- ISI.docx

22

a) Zat aktif Sabun cair sirih kemasan

Kandungan dalam sabun cair sirih kemasan yakni ekstrak daun sirih hijau,

triclosan, asam laktat, cocamidopropyl betaine, TEA-lauryl sulfate, polysorbate

20, sodium methylparaben, pengharum, dan air yang telah di murnikan.

Kandungan ekstrak daun sirih hijau inilah yang diklaim berfungsi sebagai

mengatasi keputihan.(Moeljanto dan mulyono,2003:14) Kegunaan kandungan lain

yang terdapat di dalam sabun cair sirih kemasan dapat diuraikan sebagai berikut:

1) Ticlosan merupakan agen antibakteri dan antifungi yang sering

digunakan dalam sabun antiseptik. (U.S. Food and Drug

Administration,2010: dalam Maytasari,2010)

2) Cocamidopropyl betaine berfungsi sebagai surfaktan sintesis yang

membuat molekul sabun tersuspensi dengan mudah di dalam air.

3) TEA lauryl sulfat adalah deterjen yang umum digunakan dalam bahan

pembersih di berbagai macam produk perawatan. (sepp,2010: dalam

Maytasari,2010)

4) Polisobat 20, dikenal pula sebagai Tween 20, berfungsi sebagai deterjen

dan emulgator bagi obat herbal daun sirih hijau kemasan.

5) Methylparaben memiliki fungsi antiseptik dan sering digunakan sebagai

bahan di produk makanan, sabun pembersih, obat dan kosmetik.

(Huaxin,2007: dalam Maytasari,2010)

b) Pengertian Ekstrak

Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat

aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang

sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau

Page 23: 14- ISI.docx

23

serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah

ditetapkan.(Farmakope Indonesia,1995:7)

Ekstrak daun sirih hijau yang terkandung di dalam obat herbal daun sirih

hijau kemasan adalah sedian pekat yang diperoleh dengan cara mengekstraksi zat

aktif dari daun sirih hijau dengan pelarut yang sesuai, kemudian semua pelarut

diuapkan dan larutan yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi

baku yang telah ditetapkan.

Page 24: 14- ISI.docx

24

B. Kerangka teori

Sumber : (Mursito, 2000)(Daunsirih, 2013 http://daun-sirih.blogspot.com/2013/08/manfaat-daun-sirih.html)(Moeljanto dan mulyono, 2003)

Sebagai anti jamur

Sirih merupakan tanaman merambat, batang berwarna coklat kehijauan yang beruas-ruas, daun berbentuk jantung, bunga berupa

bulir, dan buah berbentuk bulat dan berbulu

Daun sirih hijau (Piper betle L) mengandung senyawa Eugenol

turunan dari senyawa fenol.

Pertumbuhan jamurCadida albicans terhambat

Sabun cair sirih kemasan salah satu kandungannya adalah ekstrak daun sirih, didalam ekstrak daun

sirih mengandung senyawa Eugenol

Page 25: 14- ISI.docx

25

C. Kerangka konsep

D. Definisi operasional

VariabelDefinisi Alat ukur Cara ukur Hasil ukur

Skala ukur

1. variabel bebas

1. Air perasan daun sirih hijau (Piper betle Linn)

Air perasan daun sirih hijau didapat dari daun kedelapan dari pucuk (umur fisiologis tua), berwarna hijau tua, berbentuk jantung, dan berujung rucing.

Blender, kasa steril, labu ukur, pipet volume

Daun sirih diperas, kemudian dibuat seri pengenceran dengan rumusV1 x %1 = V2 x %2

Konsentrasi 0% (Kontrol Negatif), Nistatin (Kontol positif) 10%, 20%, 30%, 40%, 50%

Interval

2. Sabun cair sirih kemasan

Sabun cair sirih kemasan didapat dari salah satu merek obat herbal daun sirih hijau kemasan yang beredar di pasaran, berbentuk cair, dan mengandung ekstrak daun sirih hijau.

Labu ukur, pipet volume

Sabun cair sirih dibuat seri pengenceran dengan rumusV1 x %1 =V2 x %2

Konsentrasi 0% (kontrol Negatif), Nistatin (Kontrol Positif) 10%, 20%, 30%, 40%, 50%

Interval

Air perasan daun sirih hijau (Piper betle Linn)

Pertumbuhan Candida albicans

Sabun Cair Sirih kemasan

Page 26: 14- ISI.docx

26

3. Variabel terikat

Pertumbuhan jamur Candida albicans

Diameter daya hambat dengan adanya zona jernih di sekitar disk yang mengandung air perasan daun sirih hijau dan sabun cair sirih kemasan

Mistar Metode difusi dengan mengukur diameter zona hambat dan dibandingkan dengan kontrol positif antibiotik nistatin dan kontrol negatif disk blank

1. Efektif, jika ada diameter zona hambat disekitar disk ≥ antibiotik

2. Tidak efektif, jika terdapat zona hambat disekitar disk ≤ antibiotik

ordinal

Page 27: 14- ISI.docx

27

BAB III

METODA PENELITIAN

A. Rancangan penelitian

Penelitian ini bersifat eksperimental dengan air perasan daun sirih hijau

(Piper betle L) dan Sabun cair sirih kemasan sebagai variabel bebas dan

pertumbuhan jamur Candida albicans sebagai variabel terikat. Menggunakan

konsentrasi 10%, 20%, 30%, 40%, 50% dengan 0% sebagai kontrol negatif dan

nistatin sebagai kontol positif dengan lima kali pengulangan, Pengulangan didapat

dari rumus Federer penentuan pengulanagan untuk uji eksperimental yaitu (T-1)

(n-1) ≥15. Dimana T adalah jumlah perlakuan dan n adalah banyaknya

pengulangan. Menggunakan metode difusi dengan melihat zona hambat terbentuk.

Perhitungan pengulangan:

(T-1) (n-1) ≥ 15

(T-1) (5-1) ≥ 15

4T – 4 ≥ 15

4T ≥ 15 + 4

T ≥ 19/4

T ≥ 4,75

T ≥ 5

B. Subjek penelitian

Subjek penelitian adalah air perasan daun sirih hijau (Piper betle L) dan

sabun cair sirih kemasan untuk menghambat pertumbuhan jamur Candida

albicans. Daun sirih hijau (Piper betle L) didapat dari daun kedelapan dari pucuk

Page 28: 14- ISI.docx

28

(umur fisiologis tua), berwarna hijau tua, berbentuk jantung, dan berujung

runcing. Sabun cair sirih kemasan didapat dari salah satu merek sabun cair sirih

kemasan yang beredar di pasaran, berbentuk cair, dan mengandung ekstrak daun

sirih hijau. Jamur Candida albicans didapatkan dari strain murni jamur Candida

albicans .

C. Lokasi dan waktu penelitian

Tempat penelitian di Laboratorium Mikrobiologi Balai Laboratorium

Kesehatan Provinsi Lampung . Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan April

sampai bulan Mei 2014.

D. Pengumpulan data

Pengumpulan data dilakukan dengan cara mengamati ada atau tidaknya

zona hambatan disekitar kertas disk dan dilanjutkan dengan pengukuran diameter

zona hambatan yang terbentuk menggunakan mistar dalam satuan mili meter

dengan lima kali pengulangan pada masing-masing konsentrasi. Hasil yang

diperoleh didokumentasikan dan dicatat kemudian diolah dengan rumus statistika.

F hitung= Kuadrat Tengah perlakuanKuadrat Tengah galat

Mengetahui apakah harga F yang diobservasi atau F hitung itu signifikan

atau tidak pada taraf signifikasi tertentu, F hitung itu perlu dibadingkan dengan

harga kritik F menurut distribusi teoretik F. Harga kritik F ini telah disusun dalam

tabel harga F teoretik atau Ft pada bermacam-macam taraf signifikansi.

(Tjokronegoro,1981:480)

1. Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Tabung reaksi, rak

tabung, kertas pembungkus, ose, inkubator, autoclave, lampu spritus, petridisk,

Page 29: 14- ISI.docx

29

pipet volume, pipet tetes, disk blank, kapas lidi steril, pinset, timbangan elektrik,

erlenmeyer, oven, blender.

Bahan yang digunakan adalah Aquades, Larutan NaCl 0,85%, Larutan

standar Mac Farland 1, Larutan pembanding (Nistatin), Sabaroud Dextrose Agar

(SDA), Strain murni Candida albicans, dan Larutan uji sabun cair sirih kemasan

konsentrasi 100% diencerkan menjadi konsentrasi 10%,20%, 30%, 40%, 50%.

Dan air perasan daun sirih hijau (Piper betle L) dengan konsentrasi 100%

diencerkan menjadi konsentrasi 10%,20%, 30%, 40%, 50%.

2. Prosedur kerja penelitian

a. Sterilitas

1) Alat yang digunakan dalam penelitian ini dibersihkan dan

dikeringkan terlebih dahulu.

2) Kemudian dibungkus dengan kertas pembungkus.

3) Sterilisasi di oven pada suhu 1600 selama 1 jam

(Soemarno, 2000:11)

b. Pembuatan suspensi jamur Candida albicans

Diambil satu mata ose jamur Candida albicans dibuat suspensi dengan

menambahkan larutan NaCl 0,85% di dalam tabung, sampai didapatkan

kekeruhan yang disesuaikan dengan standar kekeruhan Mac Farland 1. Jika

kurang keruh, suspensi ditambahkan koloni sedangkan jika lebih keruh

ditambahkan NaCl 0,85%. (Soemarno,2000:117)

Page 30: 14- ISI.docx

30

c. Persiapan Larutan Uji

1) Air Perasan Daun sirih hijau (Piper betle L)

Berdasarkan uji pendahuluan yang dilakukan penulis dalam 200 gram

daun sirih hijau didapatkan 100 ml larutan daun sirih hijau. Untuk penelitian ini

penulis menggunakan 200 gram daun sirih hijau, daun sirih hijau dicuci sampai

bersih, kemudian ditiriskan untuk mengurangi kadar air pada daun sirih hijau,

setelah itu daun sirih hijau dipotong kecil-kecil lalu dihaluskan dengan blender.

Saring dengan menggunakan kain kasa steril sampai ampas daun sirih hijau

dengan air perasannya terpisah sehingga diperoleh larutan uji dengan konsentrasi

100% kemudian dibuat seri pengenceran menggunakan aquadest dengan

konsentrasi 10%, 20%, 30%, 40%, 50%.

2) Sabun cair sirih kemasan

Sabun cair sirih kemasan yang digunakan berbentuk cair. Konsentrasi

sabun cair tersebut dianggap 100% kemudian dibuat seri pengenceran

menggunakan aquadest dengan konsentrasi 10%, 20%, 30%, 40%, 50%.

Konsentrasi 0% digunakan sebagai kontrol negatif dan antibiotik nistatin sebagai

kontrol positif.

3) Uji Daya Hambat

a) Lidi kapas steril dimasukkan ke dalam tabung yang berisi suspensi

jamur yang sudah distandarisasi kekeruhannya. Dibiarkan 5 menit

agar cairan dapat meresap kedalam kapas kemudian diangkat dan

ditekan pada dinding tabung sambil diputar.

Page 31: 14- ISI.docx

31

b) Lidi kapas steril tersebut dipulaskan pada permukaan media

Sabouraud Dextrose Agar (SDA) sampai seluruh permukaan tertutup

rapat dengan pulasan.

c) Sabouraud Dextrose Agar (SDA) didiamkan di atas meja selama 10

menit sehingga suspensi jamur menyerap ke dalam agar.

d) Disk direndam dengan larutan uji selama 15 menit pada konsentrasi

10%, 20%, 30%, 40%, 50%. Setelah 15 menit, disk diambil dengan

pinset steril dan ditempelkan di atas media Sabouraud Dextrose Agar

(SDA) yang telah dilakukan pemulasan suspensi jamur dan diberi

jarak 15 mm antar disk.

e) Konsentrasi 0% sebagai kontrol negatif dan nistatin sebagai kontrol

positif diambil dengan pinset steril dan diletakkan di atas media

Sabouraud Dextrose Agar (SDA)

f) Media Sabouraud Dextrose Agar (SDA) yang sudah ada disk obat

diinkubasi pada suhu 370C selama 2 x 24 jam.

g) Ada atau tidaknya zona hambatan yang terbentuk di sekitar kertas

disk diamati, diukur dan dicatat diameternya.

(Soemarno,2000:117-118)

Page 32: 14- ISI.docx

32

3. Alur Penelitian

Hasil

Pengolahan data

Pengumpulan data hasil percobaan

Penempelan kertas disk pada Sabouraud Dextrose Agar (SDA) yang telah dipulas dengan suspensi jamur

Pemulasan pada media Sabouraud Dextrose Agar (SDA)

Pembuatan suspensi jamur Candida albicans yang setara dengan Mc

Farland 1

Disk kosong direndam dalam larutan uji

Masing-masing dibuat konsentrasi 10%, 20%, 30%, 40%, dan 50%

Pembuatan Larutan Uji1. Air Perasan Daun sirih

hijau (Piper betle L)2. Sabun cair sirih kemasan

Persiapan Sampel dan Alat

Penelusuran Pustaka

Page 33: 14- ISI.docx

33

E. Pengolahan Dan Analisa Data

Data yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel (Pada, Lampiran 6)

kemudian diolah menggunakan uji ANOVA (analysis of varians).

Page 34: 14- ISI.docx

34

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Setelah dilakukan efektivitas air perasan daun sirih hijau (Piper betle L)

dengan sabun cair sirih kemasan terhadap pertumbuhan Candida albicans

didapatkan hasil bahwa pada konsentrasi 10%, 20%, 30%, 40%, dan 50% air

perasan daun sirih hijau dan sabun cair sirih kemasan tidak dapat menghambat

pertumbuhan jamur Candida albicans yang ditandai dengan tidak adanya zona

hambatan disekitar disk, dari hasil tersebut kemudian dijumlahkan dan dihitung

rata-rata pada kontrol positif seperti tabel dibawah ini:

Tabel 2Diameter zona hambat air perasan daun sirih hijau (Piper betle L) terhadap

jamur Candida albicans

Pengulangan Diameter zona hambat air perasan daun sirih hijau (mm) dalam berbagai konsentrasi

Kontrol

10% 20% 30% 40% 50% Positif Negatif1 0 0 0 0 0 13,43 02 0 0 0 0 0 13,48 03 0 0 0 0 0 13,48 04 0 0 0 0 0 13,45 05 0 0 0 0 0 13,47 0

Jumlah 0 0 0 0 0 67,31 0Rata-Rata 0 0 0 0 0 13,46 0

Tabel 3Diameter zona hambat sabun cair sirih kemasan terhadap

jamur Candida albicans

Pengulangan Diameter zona hambat sabun cair sirih kemasan (mm) dalam berbagai konsentrasi

Kontrol

10% 20% 30% 40% 50% Positif Negatif1 0 0 0 0 0 13,43 02 0 0 0 0 0 13,48 03 0 0 0 0 0 13,48 04 0 0 0 0 0 13,45 0

Page 35: 14- ISI.docx

35

5 0 0 0 0 0 13,47 0Jumlah 0 0 0 0 0 67,31 0

Rata-Rata 0 0 0 0 0 13,46 0

Keterangan : Kontrol positif (+) Nistatin

Konrol negatif (-) Disk Blank

B. Pembahasan

Dari hasil penelitian efektivitas menunjukkan bahwa air perasan daun sirih

hijau (Piper betle L) dan sabun cair sirih kemasan tidak mampu menghambat

pertumbuhan jamur Candida albicans pada konsentrasi 10%, 20%, 30%, 40%,

dan 50%. Hal ini dibuktikan dengan tidak adanya zona hambat pada konsentrasi

10%, 20%, 30%,40%, dan 50%.

Menurut Mursito (2000:109) daun sirih hijau (Piper betle L.) mengandung

minyak asitri hingga 4% (terdiri dari hidroksi kavikol, kavikol, kavibetol, estragol,

eugenol, metil eugenol, karvakrol, terpen, seskuiterpen), tanin, diastase, gula, dan

pati. Menurut Moeljanto dan mulyono (2003:14) di dalam sabun cair sirih

kemasan mengandung ekstrak daun sirih hijau, triclosan, asam laktat,

cocamidopropyl betaine, TEA-lauryl sulfate, polysorbate 20, sodium

methylparaben, pengharum, dan air yang telah dimurnikan.

Penelitian yang dilakukan oleh Maytasari (2010) tentang Perbedaan Efek

Antifungi Minyak Atsiri Daun Sirih Hijau, Minyak Atsiri Daun Sirih Merah dan

Resik-V Sabun Sirih Terhadap Pertumbuhan Candida albicans, didapatkan

minyak atsiri daun sirih hijau konsentrasi 10% sudah sensitive (Mampu

menghambat) terhadap Candida albicans, sedangkan minyak atsiri daun sirih

merah 10% dan 15% memiliki hasil resistent (Tidak mampu menghambat),

minyak atsiri daun sirih merah 20% dan 25% memiliki hasil intermediate (Mampu

Page 36: 14- ISI.docx

36

menghambat sebagian) serta Resik-V memiliki hasil intermediate (Mampu

menghambat sebagian) terhadap Candida albicans.

Hasil dari penelitian sebelumnya tidak sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh penulis, Hal ini terjadi kemungkinan disebabkan Eugenol yang

memiliki sifat anti jamur didalam daun sirih hijau (Piper betle L) dengan cara

perasan hanya sedikit yang terambil sehingga belum mampu menghambat

pertumbuhan Candida albicans. Sedangkan pada penelitian Maytasari (2010)

metode yang digunakan untuk mendapatkan minyak atsirih yang terdapat didalam

daun sirih sebagai anti jamur adalah metode destilasi. Menurut Ibrahim dan

Sitorus (2013) destilasi adalah metode pemisahan yang didasarkan karena adanya

perbedaan titik didih antara komponen-komponen yang akan dipisahkan. Secara

teoritis bila perbedaan titik didih antara komponen makin besar maka pemisahan

dengan cara destilasi akan berlangsung makin baik yaitu hasil yang diperoleh

makin murni. Sehingga pada penelitian sebelumnya daun sirih mampu

menghambat pertumbuhan jamur Candida albicans karena zat yang dibutuhkan

sebagai anti jamur di dalam daun sirih diperoleh secara murni tanpa tambahan zat-

zat lainnya.

Tidak adanya zona hambat pada sabun cair sirih kemasan disebabkan

karena tidak diketahuinya konsentrasi ekstrak daun sirih hijau yang terkandung di

dalam sabun cair sirih kemasan sebagai anti jamur sehingga dengan pengenceran

konsentrasi 10%-50% zat yang digunakan sebagai anti jamur telah mengalami

pengenceran sehingga zat tersebut tidak bekerja secara maksimal. Dalam

penggunaannya di masyarakat, sabun cair sirih kemasan tidak dilakukan

pengenceran sebelum digunakan.

Page 37: 14- ISI.docx

37

Tidak adanya zona hambat pada air perasan daun sirih hijau (Piper betle L)

dan sabun cair sirih kemasan kemungkinan disebabkan karena konsentrasi yang

digunakan hanya 10%-50%. Pada konsentrasi 10%-50% zat yang digunakan

sebagai anti jamur telah mengalami pengenceran. Menurut Chang (2004),

Pengenceran adalah proses penambahan pelarut kedalam suatu larutan, yang akan

mengurangi konsentrasi (molaritas) larutan tanpa mengubah jumlah mol total zat

terlarut yang terdapat di dalam larutan. Dengan konsentrasi 10%-50% zat yang

dibutuhkan telah mengalami pengenceran yang sangat tinggi sehingga zat tersebut

tidak bekerja secara efektif.

Tidak adanya zona hambat dapat dikarenakan pula pada saat perendaman

disk obat pada larutan uji selama 15 menit, larutan uji belum terserap secara

maksimal kedalam disk obat sehingga disk obat dari hasil perendaman belum

mampu menghambat pertumbuhan jamur Candida albicans, Sedangkan pada

penelitian Maytasari (2010) metode yang digunakan adalah sumuran. Menurut

Haryadi;dkk (2012) metode sumuran adalah pada media agar ditambahkan

suspensi bakteri, kemudian dibuat lubang dan ditetesi antibiotic. Dengan metode

sumuran zat yang digunakan sebagai anti jamur langsung bereaksi dengan jamur

yang telah ditanam di dalam media sehingga dengan metode sumuran zat tersebut

bekerja secara efektif untuk menghambat pertumbuhan jamur Candida albicans.

Page 38: 14- ISI.docx

38

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa:

1. Air perasan daun sirih hijau (Piper betle L.) dengan konsentrasi 10%, 20%,

30%, 40%, dan 50% tidak menghambat pertumbuhan jamur Candida

albicans, dan tidak terdapat konsentrasi efektif dalam menghambat

pertumbuhan jamur Candida albicans.

2. Sabun cair sirih kemasan dengan konsentrasi 10%, 20%, 30%, 40%, dan

50% tidak menghambat pertumbuhan jamur Candida albicans, dan tidak

terdapat konsentrasi efektif dalam menghambat pertumbuhan jamur

Candida albicans.

B. Saran

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dari zat antijamur yang terdapat di

dalam daun sirih hijau. Untuk mendapatkan zat antijamur yang terdapat di

dalam daun sirih hijau (Piper betle L.) untuk menghambat pertumbuhan

jamur Candida albicans menggunakan metode lain selain perasan dan

destilasi seperti ekstraksi.

2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut efektivitas air perasan daun sirih

hijau (Piper betle L.) dengan sabun cair sirih kemasan terhadap

pertumbuhan Candida albicans dengan konsentrasi lebih tinggi dari 50%

dan dengan menggunakan metode difusi