paper isi.docx

45
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menemukan adanya perubahan pola penyakit dan resistensi kuman penyakit terhadap antibiotik yang ada saat ini. Resistensi kuman penyakit terhadap antibiotik yang telah ada disebabkan karena terjadinya mutasi gen. Timbulnya mutan-mutan baru sering mengakibatkan antibiotik tidak dapat digunakan sesuai dosis yang telah dianjurkan. Mengatasi masalah tersebut, maka usaha penemuan obat antibiotik baru terus dilakukan. Saat ini penelitian cenderung dikembangkan ke arah laut karena sebagian besar sumber daya alamnya belum dimanfaatkan secara maksimal. Inverte-brata laut merupakan produsen senyawa bioaktif terbesar di antara biota lainnya seperti spons, cnidarians, bryozoa, tunicates dan alga dan beberapa organisme laut menghasilkan senyawa kimia yang tidak terdapat atau jarang ditemukan pada organisme yang hidup di darat. Beberapa senyawa tersebut telah ditemukan memiliki sifat biomedik yang berguna untuk pengobatan penyakit pada manusia (Dali dkk, 2011). Indonesia telah dikenal luas sebagai negara kepulauan yang sebagian besar wilayahnya adalah lautan dan mempunyai garis pantai terpanjang di dunia yaitu 1

Upload: adam-oktavianus-samuel

Post on 28-Sep-2015

78 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB I PENDAHULUAN1.1 Latar BelakangPerkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menemukan adanya perubahan pola penyakit dan resistensi kuman penyakit terhadap antibiotik yang ada saat ini. Resistensi kuman penyakit terhadap antibiotik yang telah ada disebabkan karena terjadinya mutasi gen. Timbulnya mutan-mutan baru sering mengakibatkan antibiotik tidak dapat digunakan sesuai dosis yang telah dianjurkan. Mengatasi masalah tersebut, maka usaha penemuan obat antibiotik baru terus dilakukan. Saat ini penelitian cenderung dikembangkan ke arah laut karena sebagian besar sumber daya alamnya belum dimanfaatkan secara maksimal. Inverte-brata laut merupakan produsen senyawa bioaktif terbesar di antara biota lainnya seperti spons, cnidarians, bryozoa, tunicates dan alga dan beberapa organisme laut menghasilkan senyawa kimia yang tidak terdapat atau jarang ditemukan pada organisme yang hidup di darat. Beberapa senyawa tersebut telah ditemukan memiliki sifat biomedik yang berguna untuk pengobatan penyakit pada manusia (Dali dkk, 2011).Indonesia telah dikenal luas sebagai negara kepulauan yang sebagian besar wilayahnya adalah lautan dan mempunyai garis pantai terpanjang di dunia yaitu sekitar 80.791,42 km. Besarnya potensi biota laut membuat para ilmuan dan produsen senyawa antibiotik dunia mulai melirik laut sebagai sumber antibiotik potensial. Hal ini mungkin disebabkan karena sebagian besar sumber daya alam di laut belum dieksploitasi secara maksimal dan juga kebutuhan dunia saat ini terhadap antibiotik jenis baru semakin mendesak, karena antibiotik standar yang ada sekarang semakin berkurang efektivitasnya karena banyak bakteri patogen yang sudah mulai resisten terhadap antibiotik tersebut. Tingginya kasus infeksi baik yang endemik maupun epidemik serta penggunaan obat-obat yang terus menerus diduga sebagai penyebab terjadinya resistensi (Dali dkk, 2011).Beberapa biota laut seperti spons dan alga telah banyak diteliti, dieksplorasi dan dikembangkan untuk digunakan sebagai sumber bahan baku obat di industri farmasi. Eksplorasi dan penelitian biota laut untuk keperluan farmasi telah berkembang pesat dalam kurun waktu 30 40 tahun terakhir. Hal ini diakselerasi dengan meningkatnya kesadaran pelaku industri dan konsumen obat (farmasi) dalam dan luar negeri untuk memprioritaskan penggunaan obat dari bahan alami yang dikenal dengan istilah "back to nature" (Dali dkk, 2011).Berbagai sumber daya hayati merupakan potensi pembangunan yang sangat penting sebagai sumber-sumber pertumbuhan ekonomi baru. Pemanfatan rumput laut oleh manusia dilakukan melalui kegiatan seperti ekstraksi bahan bahan bioaktif yang digunakan untuk bahan industri farmasi dan kosmetika, yang berasal dari makro alga laut telah teridentifikasi dan persentase terbesar berupa senyawa bioaktif yang merupakam metabolit sekunder. Rumput laut dimanfaatkan sebagai bahan baku dan bahan tambahan untuk pembuatan makanan, obat-obatan dan kosmetik (Anggadiredja,1994) dan (Brotowidjoyo et al., 1995) dalam (Sudira, 2011).Sekitar 500 produk alami yang berasal dari makro alga laut telah diidentifikasi, dan persentase terbesar adalah berupa senyawa bioaktif yang merupakan metabolit sekunder. Kemampuan rumput laut untuk menghasilkan metabolit sekunder, berupa metabolit terhalogenisasi dimungkinkan terjadi karena kondisi lingkungan yang mencekam, seperti terpenoid terhalogen pada rumput laut dan aktogenin bromine sebagai antibiotika, ekstrak dari rumput laut mempunyai aktivitas anti bakteri B. subtilis dan E. coli. Senyawa kimia yang dihasilkan dapat berupa polyfenol. Polyfenol merupakan senyawa fenol terhidroksilasi seperti hidroksi koumarin hidroksianat serta turunannya, flavanol, flavanon, antosianin, proastosianin (tannin) hidroksistilben, auron, dan sebagainya. Senyawa bioaktif tersebut bersifat sitotoksik terhadap sel myeloma. Meskipun penemuan dan pemakaian kemoterapi menunjang hasil yang baik tetapi efek sampingnya sangat besar. Aktivitas antikanker sangat luas dalam tumbuh-tumbuhan. Berbagai zat yang terkandung dari beberapa tanaman yang berkhasiat sebagai anti kanker telah berhasil diisolasi. Praskrining aktivitas senyawa bioaktif tersebut terhadap ekstrak tanaman menunjukan hasil positif (Mc.Laughlin, 1991; Anggadiredja, 1994; Suptijah, 2002; Sidharta, 2003; Karou et al., 2005; Putra, 2006) dalam (Sudira, 2011).Rumput laut atau makroalga laut merupakan sumber terbaharukan yang potensial dalam lingkungan laut. Sekitar 6000 spesies rumput laut telah diidentifikasi dan dikelompokkan sebagai alga hijau (Chlorophyta), alga coklat (Phaeophyta) dan alga merah (Rhodophyta). Produksi rumput laut secara global di dunia pada tahun 2004 lebih dari 15 juta ton, yaitu 1,3 juta ton panen bebas dan 14,8 juta ton hasil aquakultur. Rumput laut sebagai bahan baku diet telah diketahui sejak dahulu di daerah oriental karena bahan tersebut bergizi dan merupakan sumber vitamin, dietary fibre, mineral dan protein yang sangat baik. Produk hidrokoloid yang dihasilkan rumput laut juga telah digunakan sebagai bahan kosmetik, farmasi dan industri pangan (Dawczynski et al., 2007; FAO, 2007; Lee et al., 2008; Chandini et al., 2008) dalam (Sormin, 2011).

1.2 Tujuan1. Mengetahui manfaat makroalga dalam bidang medis2. Mengetahui potensi makroalga sebagai senyawa antikanker

BAB IITINJAUAN PUSTAKA2.1 KankerKanker merupakan kumpulan sel abnormal yang terbentuk oleh sel-sel yang tumbuh secara terus-menerus, tidak terbatas, tidak terkoordinasi dengan jaringan sekitarnya dan tidak berfungsi fisiologis. Kanker terjadi karena timbul dan berkembang biaknya jaringan sekitarnya (infiltratif) sambil merusaknya (dekstrutif), dapat menyebar kebagian lain tubuh, dan umumnya fatal jika dibiarkan. Pertumbuhan sel-sel kanker akan menyebabkan jaringan menjadi besar dan disebut sebagai tumor. Tumor merupakan istilah yang dipakai untuk semua bentuk pembengkakan atau benjolan dalam tubuh. Sel-sel kanker yang tumbuh cepat dan menyebar melalui pembuluh darah dan pembuluh getah bening. Penjalarannya kejaringan lain disebut sebagai metastasis. Kanker mempunyai karakteristik yang berbeda-beda (Anonim, 2011).Kanker atau disebut juga dengan karsinoma, merupakan penyakit yang disebabkan rusaknya mekanisme pengaturan dasar perilaku sel, khususnya mekanisme pertumbuhan dan diferensiasi sel yang diatur oleh gen. Faktor genetik diduga kuat sebagai pencetus utama terjadinya kanker. Banyak orang beranggapan bahwa tumor sama dengan kanker. Padahal pengertian kanker dan tumor sangat jauh berbeda. Bahwa tumor adalah pengertian untuk benjolan yang ada pada tubuh yang semakin membesar, sedangkan pengertian kanker adalah sel tubuh kita sendiri yang mengalami perubahan (transformasi) sehingga bentuk, sifat dan kinetiknya berubah, sehingga tumbuhnya menjadi autonom, liar, tidak terkendali dan terlepas dari koordinasi petumbuhan normal dan bersifat ganas (Anonim, 2011).2.1.1 Penyebab Tumor/KankerPenyebab utama kanker tidak diketahui. Tetapi dipercaya bahwa ada bahan tertentu yang dapat menyebabkan timbulnya kanker. Empatpuluh persen pria menderita kanker disebabkan karena tembakau termasuk diantaranya adalah kanker paru-paru. Pecandu berat minuman alkohol dapat menyebabkan kanker oesophagal, lambung dan kerongkongan. Kanker juga dapat timbul dari hasil limbah industri seperti asbes, nikel, aspal, jelaga dan dalam dosis tinggi penggunaan sinar-x dapat mendorong kearah kanker kulit, kanker paru-paru dan leukemia. Bahwa ada hubungan antara memakan daging yang berlebihan dengan timbulnya kanker itu sendiri (Najib, 2009).

2.1.2 Sifat Tumor/KankerSel kanker itu tumbuh terus tanpa batas (immortal), liar, semaunya sendiri, terlepas dari kendali pertumbuhan normal sehingga terbentuk suatu tumor (benjolan) yang terpisah dari bagian tubuh normal. Sel-sel tumor itu mendesak (ekspansif) sel-sel normal disekitarnya. Sel-sel kanker itu dapat bergerak sendiri seperti amoeba dan lepas dari gerombolan sel-sel tumor induknya, masuk diantara sel-sel normal disekitarnya (Franks L.M dan Teich N.M, 1998) dalam (Najib, 2009).2.2 Biologi AlgaAlga adalah tumbuhan tingkat rendah yang tidak berpembuluh dan termasuk dalam kelompok Thallophyta atau dikenal dengan tumbuhan bertalus. Tidak memiliki akar batang dan daun sejati tetapi hanya menyerupai saja. Hidup menempel pada substrat dengan menggunakan holdfast. Berklorofil a untuk fotosintesis dan juga mengandung pigmen lainnya. Pemanfaatan alga untuk menunjang kehidupan manusia telah banyak dilakukan didalam berbagai bidang baik pangan maupun sandang. Semua usaha pemanfaatan alga telah dilakukan baik sacara tradisional maupun intensif dalam berbagai aspek, seperti dalam budidaya untuk mendapatkan hasil panen yang maksimal, juga di berbagai bidang industri, dalam skala kecil, industri rumah tangga dan dalam skala besar, pabrik dan lain-lain. Di bawah ini akan dibahas tentang klasifikasi dan morfologi alga (Anonim, 2012)

2.3 Klasifikasi dan MorfologiKlasifikasi alga laut, makroalga terdiri dari tiga divisio yaitu Rhodophyta alga merah, Phaeophyta alga coklat dan Chlorophyta alga hijau. Sedangkan makroalga terdiri juga atas tiga divisio yaitu divisio Chlorophyta alga hijau, Rhodophyta alga merah dan Heterokontophyta alga coklat, nama divisi alga coklat dari ketiga penulis berbeda. Ternyata dengan berkembangnya ilmu taksonomi maka banyak para ahli mengelompokkan alga pada tingkat divisio yang sama namanya tetapi ada yang berbeda. Begitu juga ada yang mengelompokkan Chlorophyceae, Rhodophyceae dan Phaeophycea kedalam kelas tetapi yang lain memasukkannya ke tingkat taksa yng lebih tinggi sedikit yaitu sub phylum/division. Memang taksonomi alga ini masih sulit dasar pengelompokkannya menurut kata beberapa ahli alga (Dawes, 1981), (Klinger dan Dewreede, 1988) dalam (Anonim, 2012).Makroalga umumnya epifit memiliki bagian talus yang khusus untuk menempel pada subsrat bagian yang menyerupai akar, ini disebut holdfast. Tipe holdfast pada makroalga adalah sebagai berikut : a. Talus benar-benar diluruskan/menyebar menempel pada substrat (encrusting) b. Rhizoids/ rhizoidal pada pangkal talus c. Heterotrichy (lembaran/lampiran)Cabang dimodifikasi membentuk dasar untuk lampiran, pertumbuhan kembali cepat dari dasar jika sistem hilang d. Diskoid Pada jaringan (parenchymatous atau pseudoparenchymatous) membentuk dasar makroalga yang lebih besar e. Haptera Cabang/batang membentuk seperti jari-jari (Sze, 1986) dalam (Anonim, 2012).

2.4 Potensi Zat Antikanker dari Makroalga LautAlga hijau, alga merah ataupun alga coklat merupakan sumber potensial senyawa bioaktif yang sangat bermanfaat bagi pengembangan (a) industri farmasi seperti sebagai antibakteri, antitumor, antikanker atau sebagai reversal agent dan (b) industri agrokimia terutama untuk antifeedant, fungisida dan herbisida. Kemampuan alga laut untuk memproduksi metabolit sekunder terhalogenasi yang bersifat sebagai senyawa bioaktif dimungkinkan terjadi, karena kondisi lingkungan hidup alga yang ekstrem seperti salinitas yang tinggi atau digunakan untuk mempertahankan diri dari ancaman predator (Dali dkk, 2011).Dalam beberapa dekade terakhir, berbagai variasi struktur senyawa bioaktif yang sangat unik dari isolat alga laut telah berhasil diisolasi. Namun berdasarkan studi pustaka yang telah dilakukan, pemanfaatan sumber bahan bioaktif dari alga ini terutama dari kelompok protein belum banyak dilakukan. Studi pendahuluan terhadap senyawa nonpolar dari beberapa spesies makroalga dilaporkan mempunyai potensi antibiotik, antibakteri, dan antitumor (Dali dkk, 2011).Senyawa-senyawa yang telah berhasil diisolasi dari alga sebagai antikanker antara lain Sesquiterpenoid dari alga Caulerpa taxifolia, Kahalalide F dari alga Bryopsis, senyawa peptida dari alga Chlorella vulgaris, -karoten dari alga Rhodymenia pseudopalmata, Eucheuma serra agglutinin (ESA) yang merupakan senyawa lektin dari alga Eucheuma serra, fraksi protein dari alga Gelidium amansii dan Turbinaria decurrens, serta ekstrak protein dari kapang endofit Xylaria psidii KT30 yang diisolasi dari alga merah Kappaphycus alvarezii (Nurhajrah dkk, 2014).Sejauh ini belum banyak data penelitian yang mengeksplorasi senyawa bioaktif protein dari alga merah, khususnya alga merah Eucheuma spinosum sebagai bahan baku obat antikanker, sehingga dianggap perlu dilakukan eksplorasi yang lebih luas terhadap potensi yang dimiliki oleh alga merah tersebut (Nurhajrah dkk, 2014).

2.4.1 FucoidanFukoidan adalah senyawa polisakarida yang secara substansional terdiri atas L-fukosa dan golongan ester sulfat, terutama terdapat pada rumput laut coklat. Dalam jangka waktu sepuluh tahun terakhir, bioaktivitas dari fukoidan telah banyak diteliti. Bahkan belakangan ini telah diteliti aplikasi fukoidan untuk obat. Dalam beberapa tahun terakhir, struktur fukoidan telah berhasil diidentifikasi dan bioaktivitasnya berhasil diketahui. Fukoidan mempunyai banyak bioaktifitas antara lain sebagai antikoagulan, antioksidan, antikomplementari, anti pembengkakan, pelindung lambung, dan pengatur kadar lipid darah (Sinurat dan Marraskuranto, 2012).

Metode Isolasi dan Struktur FukoidanBeberapa hasil penelitian tentang isolasi fukoidan dan rumput laut coklatyang sudah dipublikasikan antara lain : fukoidan dari rumput laut coklatSargassum stenopyllum dengan cara mengendapkan fukoidan menggunakanCaCh 2 %, dari hasil isolasi tersebut diperoleh rendemen fukoidan 2,4% daritepung rumput laut. Fukoidan di isolasi dari rumput laut coklatjenis Ecklonia cava kaya akan sulfat (0,92 sulfat/total gula) dengan komposisiutama fukoidan terdiri dari fukosa dan galaktosa dalam jumlah kecil memperoleh fukoidan dan rumput laut Undario pinnatifida Sporophyll dengan rendemen 3,9% dari berat tepung melalui ekstraksi menggunakan asam, diendapkan dengan metanol dan pengendapan berikutnya dengan CaCb 2 %. mengisolasi fukoidan Lessonia vadosa dengan cara mengesktraksinya menggunakan CaCh 2 %, dan hasil ekstraksi tersebut diperoleh rendemen 4,4% dari tepung rumput laut (Duarte, 2001; Atlhukorala et al., 2006; Kim et al., 2007; Chandia dan Matsuhiro, 2008) dalam (Sinurat, 2011).2.4.2 KaragenanDewasa ini hanya makroalga merah dan coklat yang merupakan bahan penting dari polisakarida komersial. Karagenan dan agar serta isolat agarosa-nya yang murni, diperoleh dari ganggang merah, tetapi bukan dari marga yang sama. Algin diperoleh dari banyak jenis ganggang coklat. Alginat, yaitu garam dari asam alginat atau algin tersusun dari satuan asam D-manuronat dan L-guluronat. Karagenan adalah senyawa kompleks polisakarida tersulfatkan dengan satuan struktur dasar karabiosa, yang terdiri dari rangkaian secara bergantian disakarida D-galaktosa dan 3,6-anhidro-D-galaktosa. Gel kappa-karagenan dengan adanya ion kalium membentuk gel sangat kaku, sedangkan lambda-karagenan tidak membentuk gel, tetapi larutan kental, lota karagenan dengan adanya ion kalsium membentuk gel elastis. Tipe-tipe karagenan ini mempunyai sifat anionik kuat sehingga menunjukkan derajat reaktifitas tinggi terhadap protein (Soediro, 1998)Agar-agar, campuran polisakarida yang diekstraksi dari ganggang merah tertentu telah mempunyai kedudukan berarti dalam perdagangan, karena kemampuannya membentuk gel dalam air pada konsentrasi rendah. Agarobiosa, disakarida yang membentuk agarosa terdiri dari D-galaktosa dan 3,6-anhidro-L-galaktosa. Kurun waktu 10 tahun terakhir ini banyak dilaporkan organisme bahari sebagai sumber senyawa antitumor, antikanker, dan antivirus. Senyawa antitumor misalnya mersenen dari Merceneia sp, Loligo sp, dan halotoksin dari Halictona viridis (karang). Senyawa antivirus paolin-2 ditemukan pada Loligo sp, Haliotis sp, Slrombus sp, Tegula sp, Codakia sp, dan tiram lainnya. Karagenan yang semula digunakan untuk bahan penolong pada pembuatan bentuk sediaan obat dan sediaan makanan hasil olahan, mulai dikemukakan aktifitasnya sebagai antivirus (Soediro, 1998).United States-Japan Seminar on Bioorganic Chemistry, banyak dikemukakan hasil penelitian tentang senyawa alam bahari antikanker seperti didemnin dan turunannya, turunan alkaloid piridin (nifatesin), turunan bromotirosin (purealin-A), amfidinolid-E, bromoisokumarin, 13-deoksitedanolid, dan sebagainya. Pada seminar ini dikemukakan juga senyawa anti-HIV (Human Immunodeficiency Virus) yang dikembangkan dari senyawa metabolit sekunder antivirus dari bahari. Misalnya dari karagenan adalah lambda-karagenan yang diperoleh dari ganggang bahari Chondrus sp. dan ganggang lain seperti Schizimenia pacifica yang ekstraknya dilaporkan sebagai inhibitor sangat kuat dan selektif terhadap replikasi HIV pada kultur T4-limfosit. Sampai saat ini belum diketahui senyawa aktif dari ekstrak tersebut. Rumput laut (ganggang merah, coklat, hijau) yang mengandung alginat, agar dan karagenan dilaporkan menurunkan kadar kolesterol darah. Sargassum tortile (ganggang coklat) mempunyai aktifitas antileukemia dengan senyawa aktifnya dihidroksisargakuinon. Jenis rumput laut seperti Gelidium spp., Gracilaria spp., Hypnea spp., Chondrus crispus, dan Eucheuma cotonii masih merupakan sumber utama metabolit nonaktif yang digunakan sebagai bahan penolong pada pembuatan sediaan obat dan bahan makanan. Tetapi karagenen dari Chondrus crispus dilaporkan mempunyai aktifitas antipeptik, antiulser, antrikoagulon, antitrombik, dan antivirus (Soediro, 1998).2.4.3 UlvaUlva terdiri dari asam polisakarida dalam dinding sel alga hijau (Ulva dan enteromorpha). Mereka mengandung sulfat yang tinggi dan penyusun dasarnya terdiri dari rhamnose 3-sulfat, xylose, xylose 2-sulfat, asam glukuronat, dan unit asam iduronic. Ulva menunjukkan beberapa fisiokimia dan bentuk biologis yang berpotensi untuk makanan, farmasi, pertanian, dan aplikasi kimia. Pembentukan radikal bebas sesuai dengan ketegangan oksidatif yang diperkirakan menjadi kontributor utama untuk pembentukan sel-sel kanker dalam tubuh manusia. Beberapa kelompok penelitian menyarankan berat molekul rendah sulfat polisakarida telah menunjukkan aktivitas antioksidan yang kuat dari berat molekul tinggi sulfat polisakarida. Singkatnya, perbedaan berat molekul ulva dari Ulva pertusua (Chlorophyta) diselidiki untuk pengurangan H2O2 dan aktifitas antioksidan mereka. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berat molekul rendah ulva memiliki aktivitas antioksidan yang kuat. Penjelasan untuk hal ini adalah bahwa berat molekul rendah sulfat polisakarida membuat pemasukkan dalam sel lebih efisien dan menyumbangkan proton lebih efektif dibandingkan dengan berat molekul tinggi sulfat polisakarida. Kemampuan antioksidasi dari ulva dapat dimanfaatkan untuk pembuatan senyawa obat yang dapat mengontrol perkembangan kanker (Qi et al., 2005; Lahaye and Robic, 2007) dalam (Kim et al,. 2011).

BAB III PHLOROTANNINPhlorotannin adalah senyawa polifenol yang hanya terdapat pada alga coklat, tetapi tidak ditemukan pada tumbuhan terestrial, dan dibentuk dari unit phloroglucinol (1,3,5-trihydroxybenzene). Phlorotannin mempunyai berat molekul (BM) yang bervariasi mulai BM rendah yaitu monomer phloroglucinol dan oligomer seperti eckol, dieckol, bieckol, phlorofucofuroeckol (100-1000Da), sampai polimer dengan BM tinggi (650 kDa). Berdasarkan banyak penelitian telah terbukti bahwa phlorotannin dengan BM rendah (100-1000Da) mempunyai aktivitas biologi yang luas seperti antiproliferasi dan antioksidan antiinflamasi efek protektif terhadap ionizing radiation inhibitor matriks metalloproteinase kemampuan untuk mengabsorpsi radiasi UV sitoprotektif terhadap stres oksidatif inhibitor HIV-1 reverse transcriptase dan protease inhibitor tirosinase (Mc Innes et al., 1984; Nakamura et al.,1996; Nagayama et al., 2002; Shibata et al., 2002; Swanson dan Druehl, 2002; Burtin, 2003; Kang et al., 2005; Kang et al., 2006; Athukorala et al., 2006; Kim et al., 2006; Shin et al., 2006; Roleda et al., 2006; Yuan dan Walsh, 2006) dalam (Anonim, 2013).Salah satu marga yang paling menonjol dari kelas alga coklat adalah Sargassum, terdapat 150 spesies yang tersebar di perairan daerah tropik, subtropik, dan beriklim dingin. Saat ini, spesies Sargassum polycystum baru digunakan secara komersial sebagai pupuk di Filipina. Oleh karena itu, pengembangan makroalga khususnya alga coklat marga Sargassum di dalam produk obat dan kosmetik masih terbuka luas. Phlorotannin dalam Sargassum kjellamanianum merupakan antioksidan yang aktif (Anonim, 2013).Banyak penelitian menunjukkan bahwa ekstrak alkohol (metanol/etanol) dan ekstrak air beberapa spesies Sargassum mempunyai aktivitas antioksidan yang tinggi dan dihubungkan dengan kandungan senyawa fenolik seperti phlorotannin di dalamnya. Telah dibuktikan bahwa phlorotannin dengan BM rendah dapat diisolasi dengan pelarut etil asetat dari ekstrak metanol/etanol alga coklat (Kang et al., 2003; Kim et al.,2005) dalam (Anonim, 2013).Penelitian ini difokuskan pada pengembangan fraksi etil asetat ekstrak metanol beberapa spesies dari alga coklat marga Sargassum yang diduga mengandung phlorotannin dengan BM rendah sebagai agen fotoprotektif melalui penelusuran mekanisme sebagai antioksidan topikal. Meskipun antioksidan dapat diberikan kepada kulit melalui diet dan suplementasi oral, namun proses fisiologis yang berhubungan dengan penyerapan, kelarutan, transportasi, dan metabolisme membatasi jumlah bentuk aktif yang dapat diberikan pada kulit (Anonim, 2013). Oleh karena itu, fraksi etil asetat ekstrak metanol ke-4 spesies alga coklat marga Sargassum yang diambil dari Pantai Drini, Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta tersebut yaitu Alga A (S. polycystum C. Agardh), Alga B (S. hystrix v. buxifolium (Chauvin J. Agardh), Alga C (S.cymosum C.Agardh), dan Alga D (S.polyceratum Montagne) dikembangkan ke arah antioksidan topikal, yang diaplikasikan langsung pada kulit sebagai agen fotoprotektif (Anonim, 2013).Phlorotatnnin merupakan senyawa polifenol dari alga yang hanya dikenal pada alga coklat (Phaeophyta). Kisaran berat molekul phlorotatmin lebar (400 - 400.000 Da) dengan kadar bervariasi antara 0,5-20% berat kering. Phlorotannin ini dibentuk dari unit phloroglucinol (1,3,5 trihydroxybenzene) yang saling berikatan membentuk polyphloroglucinols dengan berat molekul (BM) rendah (102-103Da), sedang (103-104Da). dan tinggi (>104Da). Polyphloroglucinol dengan BM rendah sering terdapat dalam jumlah kecil dari total polifenol tetapi relatif mudah dimurnikan dalam bentuk individual isomer. Beberapa aktivitas biologi phlorotatmin dengan BM rendah yang telah diteliti adalah: antiproliferasi dan antioksidan. Antiinflamasi, efek protektif terhadap ionizing radiation, inhibitor matriks metalloproteinase, kemampuan untuk mengabsorpsi sinar UV, dan sitoprotektif terhadap stres oksidatif (Mclnnes et al., 1984; Nakamura et al., 1996; Nagayama et al., 2002; Swanson and Druehl, 2002; Kang et al., 2003; Kang et al., 2005; Athukorala et al., 2006; Kang et al., 2006; Kim et al., 2006; Roleda et al., 2006; Shin et al., 2006; Yuan and Walsh, 2006) dalam (Hertiani dkk, 2011).Indonesia sangat potensial untuk mendapatkan keuntungan yang sangat besar dari pengembangan produk alam kelautan. Pada dekade terakhir, pengembangan produk alam dari biota laut sangat dibutuhkan untuk industri farmasi, makanan, dan kosmetik. Salah satu alga coklat (Phaeophyceae) yang banyak dijumpai di perairan Indonesia adalah marga Sargassum Jenis alga Sargassum yang banyak tersebar di pantai selatan pulau Jawa dari Binuangeun Pantai Krakal diantaranya adalah S. binderi. S. crassifoliuni. S. duplicatum, S.hystrbc, dan Sargassum sp (Kadi, 2007) dalam (Hertiani dkk, 2011). Fokus penelitian ini adalah isolasi crude phlorotatmin dari 3 spesies alga coklat marga Sargassum yaitu S. polycystum C. Agardh, S. hystrix v. Buxifolium (Chauvin J. Agardh) dan S.polyceratium Montagne dan penentuan kadar polifenol dengan metode Folin Ciocalteu. Selanjutnya, ditentukan serapan UV pada panjang gelombang 290-380 nm (daerah UV A dan B terestrial) karena diharapkan phlorotannin dapat dikembangkan sebagai agen fotoprotektif yaitu pada penyerapan UV dengan spektrum luas dalam upaya penghambatan kanker kulit dan penuaan dini (photoaging) (Hertiani dkk, 2011).

Gambar 1. Struktur molekul beberapa jenis phlorotannin yang diisolasi dari alga coklat E. cava : eckol (1), 8.8-hieckol (2). 8,4-dieckol (3), and phlorofucofuroeckol A (4) (Ahn et al.,. 2004)BAB IVKAROTENOIDKarotenoid merupakan pigmen yang paling umum terdapat di alam dan disintesis oleh semua organisme fotosintetik dan fungi. Karotenoid berasal dari kelas terpenoid, berupa rantai poliena dengan 40 karbon yang dibentak dari delapan unit isoprena C5, yang memberikan struktur molekul karotenoid yang khas. Karotenoid dikelompokan menjadi 2 kelompok: (1) karoten, yang merupakan kelompok hidrokarbon (C40H56) dan (2) xantofil, yang merupakan turunan karoten teroksigenasi. Semua xantofil disintesis oleh tanaman tinggi, sementara violaxantin, anteraxantin. zeaxantin, neoxantin dan lutein, juga dapat disintesis oleh mikroalgae (Gross, 1991; del Campo et al., 2007; Vilchez et al., 2011) (Fretes dkk, 2012). Karotenoid merupakan salah satu contoh senyawa metabolit sekunder dari jenis terpenoid. Karotenoid adalah kelompok pigmen alami yang berwarna merah, orange atau kuning dan larut dalam lipid. Senyawa ini telah banyak digunakan sebagai pewarna alami makanan dan kosmetik, selain itu juga dikenal sebagai komponen penting pada pertumbuhan tanaman dan fotosintesis, serta sebagai sumber vitamin A pada manusia. Karotenoid terdapat dalam berbagai buah berwarna seperti pepaya, pisang, tomat, cabe merah, mangga, wortel, ubi jalar dan pada beberapa bunga yang berwarna kuning dan merah. Diperkirakan lebih dari 100 juta ton karotenoid diproduksi setiap tahun di alam (Medplant.nmsu.edu) dalam (Zetra dan Yulfi, 2010).Pigmen karotenoid mempunyai struktur alifatik atau alisiklik yang pada umumnya disusun oleh delapan unit isoprena, dimana kedua gugus metil yang dekat pada molekul pusat terletak pada posisi C1 dan C6, sedangkan gugus metil lainnya terletak pada posisi C1 dan C5 serta diantaranya terdapat ikatan ganda terkonjugasi.Gambar 2. Rumus struktur -karoten (Anonim, 2011).

Semua senyawa karotenoid mengandung sekurang-kurangnya empat gugus metil dan selalu terdapat ikatan ganda terkonjugasi diantara gugus metil tersebut. Adanya ikatan ganda terkonjugasi dalam ikatan karotenoid menandakan adanya gugus kromofora yang menyebabkan terbentuknya warna pada karotenoid. Semakin banyak ikatan ganda terkonjugasi, maka makin pekat warna pada karotenoid tersebut yang mengarah ke warna merah. (Heriyanto dkk, 2009. Wikipedia, 2010) dalam (Anonim, 2011).Hingga saat ini telah teridentifikasi 700 jenis karotenoid berdasarkan perbedaan struktur molekulnya. Sumber karotenoid yang paling penting berasal dari tumbuhan. Tumbuhan dan algae, karotenoid memegang peranan penting dalam proses foto- sintesis bersama dengan klorofil. Sebagai pigmen yang jumlahnya berlimpah di alam, karotenoid juga memiliki manfaat yang luar biasa bagi kehidupan manusia. Karotenoid memberikan kontribusi yang besar bagi berbagai sektor kehidupan terutama sebagai sumber vitamin A yang bermanfaat bagi organ visual, pewarna makanan, bahan aditif pada makanan, penambah sel darah merah, antioksidan, antibakteria, meningkatkan imunitas, serta pengganti sel-sel yang rusak (Britton et al., 1995; Zeb dan Mehmood, 2004; Ndiha dan Limantara, 2009; Kusmiati et al., 2010; Fretes dkk, 2012).Berdasarkan beberapa hasil penelitian, algae merupakan salah satu penghasil karotenoid terbesar. Karotenoid algae menunjukkan keragaman struktur dan sekitar 100 karotenoid yang berbeda telah ditemukan pada algae. Lebih dari 40 karoten dan xantofil telah diisolasi dan dikarakterisasi dari mikroalga. Review ini akan memfokuskan pada jenis-jenis karotenoid yang bersumber dari makro dan mikro algae, potensinya bagi kesehatan, aplikasi serta bioteknologi yang dikembangkan untuk peningkatan produksi biopigmen dari algae (Britton et al., 1995; Jin et al., 2003; Fretes dkk, 2012).Karotenoid adalah suatu kelompok pigmen yang berwarna kuning, orange, atau merah orange, yang ditemukan pada tumbuhan, kulit, cangkang / kerangka luar (eksoskeleton) hewan air serta hasil laut lainnya seperti molusca (calm, oyster, scallop), crustacea (lobster, kepiting, udang) dan ikan (salmon, trout, sea beam, kakap merah dan tuna). Karotenoid juga banyak ditemukan pada kelompok bakteri, jamur, ganggang dan tanaman hijau (Anonim, 2011).

4.1 Karotenoid dari Makroalgae

Makroalgae adalah salah satu sumber daya laut yang penting untuk pangan, pakan dan obat sejak zaman kuno di Barat. Makroalgae dikelompokkan dalam tiga divisi utama yaitu Chlorophyceae (alga hijau), Phaeophyceae (alga coklat) dan Rhodophyceae (alga merah) (Kumar, 2009). Anggota Rhodophyceae biasanya dapat dijumpai di perairan dangkal hingga zona intertidal. Salah satu anggota Rhodophyceae yang terkenal dan telah banyak dibudidayakan untuk kepentingan perekonomian adalah jenis Kappaphycus alvarezii (Gambar 3.a). K. alvarezii memiliki warna tallus yang bervariasi dari merah, coklat, hingga hijau. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui kandungan karotenoid pada K. Alvarezii terdiri dari zeaxantin, -karoten, violaxantin, kriptoxantin, xantofil. dan lutein. Sementara karotenoid yang terkandung pada Porphyridium cruentum antara lain c/s-zeaxantin, transzeaxantin, -karoten dan cis -karoten (Andersson et al., 2006; Abidin et al., 2010; de Fretes et al., 2011; de Fretes et al., 2012).Alga coklat kaya akan fukoxantin dan pigmen fotosintesis lain yaitu klorofil a dan c, -karoten dan violaxantin. Keberadaan klorofil a pada alga coklat dilengkapi dengan pigmen aksesoris yaitu klorofil c dan karotenoid yang berfungsi melindungi klorofil a dari foto-oksidasi. Hasil penelitian menunjukan komposisi karotenoid pada Sargassum sp. (Gambar 3.b), yaitu fukoxantin, xantofil, dan -karoten (Atmadja, 1996; Green dan Dunford, 1996; Hegazi. 2002; Burtin, 2003; Zapata et al., 2006; Merdekawati, 2009; de Fretes et al., 2012). (a) (b) (c)Gambar 3. Makroalga : Kappaphycus alvarezii (Alga merah) (a), Sarggasum sp. (Alga coklat) (b), Caulerpa sp. (Alga hijau) (c)

Selain memiliki klorofil sebagai pigmen fotosintesisnya, alga hijau juga memiliki karotenoid sebagai pigmen tambahan. Karotenoid utama yang dimiliki alga hijau diantaranya -karoten, lutein, violaxantin, anteraxantin, zeaxantin, dan neoxantin. Hasil penelitian yang dilakukan oleh, siponoxantin hadir sebagai karotenoid utama pada Caulerpa prolifera (Gambar 3.c). Selain itu C. prolifera juga mengandung siponein, neoxantin, violaxantin, mikroxantin, mikronon, lutein, -karoten dan -karoten (Atmadja, 1996; Hegazi et al., 1998; Burtin, 2003; de Fretes et al., 2012).

BAB IVKESIMPULANLingkungan laut menawarkan keadaan yang sangat menantang yang memungkinkan organisme laut untuk mengumpulkan metabolit yang unik dan efektif untuk tumbuh dalam situasi yang demikian berat. Oleh karena itu, organisme laut dan metabolitnya dianggap sebagai sumber daya yang luar biasa di bidang makanan, obat, dan prospek farmasi. Penyelidikan ilmiah telah membuktikan efektivitas dari alga laut sebagai makanan fungsional yang dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit manusia. Antioksidan dan, khususnya, kemampuan antikanker dari polisakarida alga laut diturunkan, turunan phloroglucinol, dan karotenoid telah jelas tentang pencalonan mereka mungkin sebagai pemimpin untuk merancang obat-obatan antikanker (Kim et al,. 2011).Namun, terlepas dari sumber daya yang luas diperkaya dengan bahan kimia, flora laut yang sebagian besar belum diselidiki untuk senyawa timbal antikanker dan strategi penelitian harus terfokus pada skrining lebih alga laut sebagai sumber daya potensial untuk phytochemical yang bisa menyembuhkan penyakit mematikan ini, kanker manusia. Dan dengan pendekatan canggih yang tersedia, penelitian tersebut harus dilanjutkan untuk uji klinis untuk membentuk metabolit alga laut sebagai senyawa antikanker yang potensial (Kim et al,. 2011).

DAFTAR PUSTAKA

Abidin D, Rondonuwu FS, Zainuri M. 2010. Analysis of photosynthetic pigments and proximate content at Porphyridium cruentum. Proceeding of Natural Pigments Conference For South East Asia. Malang, p. 231-237.

Andersson M, Schubert H, Pedersen M, Snoeijs P. 2006. Different patterns of Carotenoid composition and photo-synthesis acclimation in two tropical red algae. Marine Biology 149: 653-665. DOI: 10.1007/s00227-005-0174-3.

Anggadiredja, J.T. 2004. Deversity of Antibacterial Subtance from seected Indonesia seeweds (Disertasi). Jakarta : University of Indonesia , Faculty Of mathematics and Natural Sciences Graduate Study Program Biology

Anonim. 2011, Chapter II_3, [pdf], http://repository.usu.ac.id/bitstream /123456789/20091/4/Chapter%20II.pdf diakses pada tanggal 17 Juni 2014

.2011, Chapter II_2, [pdf], http://repository.usu.ac.id/bitstream /123456789/16397/4/Chapter%20II.pdf diakses pada tanggal 30 Juni 2014

.2012, bioteknologi-alga-i, [pdf], http://deislierh2012.files.wordpress.com/2012/04/bioteknologi-alga-i.pdf diakses pada tanggal 20 Juni 2014

.2013, S3-2013-261565-chapter1, [pdf],http://etd.ugm.ac.id/index.php?mod=download&sub=DownloadFile&act=view&typ=html&file=261565.pdf&ftyp=potongan&tahun=2013&potongan=S3-2013-261565-chapter1.pdf diakses pada tanggal 23 Juni 2014

Athukorala, Y., Kim, K.N., and Jeon,Y.J., 2006, Antiproliferative and antioxidant properties of an enzymatic hydrolysate from brown alga, Ecklonia cava, Food Chem.Toxicol., 44(7), 1065-1074.

Athukorala Yasantha, Lee Ki-Wan, Kim Se-Kwon, Jeon You-Jin., 2006. Anticoagulant activity of marine green and brown algae collected from Jeju Island in Korea., J. Bioresouree Technologi.,Elsevier. Pp.1-6

Atmadja WS, Kadi A, Sulistijo, Rachmaniar. 1996. Pengenalan Jenis-Jenis Rumput Laut Indonesia. Puslitbang Oseanologi-LIPI, Jakarta.

Britton G, Jensen SL, Pfander H. 1995. Carotenoids (IA): Isolation and Analysis. Birkhauser Verlag, Switzerland.

Brotowidjoyo, MD.,Djoko Tribowo, Eko Mulyantoro, 1995. Pengantar Lingkungan Perairan dan Budidaya Air, Cetakan Pertama Liberty, Yogyakarta

Burtin P. 2003. Nutritional value of seaweeds. EJEAF Che 2: 498-503.

Chandia, N.P.; Matsuhiro, B. 2008. Characterization of a fucoidan from Lessonia vadosa (Phaeophyta) and lts anticoagulant and elicitor properties. Int. J. Biol Macromol., 42, 235-240.

Chandini SK, Ganesan P, Suresh PV, Bhaskar N. 2008. Seaweeds as a source of nutritionally beneficial compounds- A review. J Food Sci Technology 45:1-13.

Dawczynski C, Schubert R, Jahreis G. 2007. Amino acids, fatty acids, and dietary fibre in edible seaweed products. Food Chemistry 38:674-677.

Dawes, C.J. 1981. Marine Botany. Jhon Wiley and sonc.inc. Published dimultanconly. Canada.

Dali S, Natsir H, Usman H, dan Ahmad A 2011. Bioaktivitas Antibakteri Fraksi Protein Alga Merah Gelidium amansii dari perairan Cikoang Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan. Program Studi Kimia, FMIPA UNHAS. Makassar.

de Fretes H, Susanto AB, Limantara L, Prasetyo B, Heriyanto, Brotosudarmo THP. 2011. Composition and Content of Pigment, Photostability and Thermostability Studies of Crude Pigment Extracts from Red, Brown, and Green Varieties of Red Algae Kappaphycus alvarezii (Doty) Doty. Seminar ICONS, Universitas Ma Chung, Malang.

de Fretes H, Susanto A.B, Prasetyo .B, dan Limantara .L. (2012). Karotenoid dari Makroalgae dan Mikroalgae: Potensi Kesehatan Aplikasi dan Bioteknologi dalam J.Teknol. dan Industri Pangan [Online], vol 13 (5), 8 halaman. Tersedia: http://journal.ipb.ac.id/index.php/jtip/article/viewFile/6164/495diakses pada tanggal 24 Juni 2014

del Campo AJ, Garcia-Gonzalez M, Guerrero MG. 2007. Outdoor cultivation of microalgae for carotenoid production: Current state and perspectives. Appl Microb Biotechnol 74: 1163-1174. DOI: 10.1007/s00253-007-0844-9.

Duarte, M.; Cardoso, M.; Noseda, M.. 2001., Structural studies on fucoidans from the brown seaweed Sargassum stenophyllum. Carbohydr. Res, 333, 281-293.

FAO 2007. Year book of fishery statistics 2005 (Vol 100-1/2). Rome: Food and Agricultural Organization.

Franks L.M dan Teich N.M. 1998. Introduction to the Cellular and Molecular Biology of Cancer. Oxford University Press, Oxford, 1997. No. of pages: 468.

Green BR, Durnford DG. 1996. The chlorophyll carotenoid proteins of oxygenic photosynthesis. Annu Rev Plant Physiol Plant Mol Biol 47: 685-714. DOI: 10.1146/annurev.arplant.47.1.685.

Gross J. 1991. Pigment in Vegetables (Chlorophylls and Carotenoids). Van Norstran Reinhold. New York. DOI: 10.1007/978-1-4615-2033-7.

Hegazi MM, Perez-Ruzafa A, Almela L, Candela ME. 1998. Separation and identification of chlorophylls and carotenoids from Caulerpa prolifera, Jania rubens, and Padina pavonica by reversed-phase high-performance liquid chromatography. J Chromatography A 829: 153-159. DOI: 10.1016/S0021-9673(98)00803-6.

Hegazi MM. 2002. Separation, identification and quantification of photosynthetic pigments from three Red Sea seaweeds using reversed-phase high-performance liquid chromato-graphy. Egyp J Biol 4:1-6.

Hertiani T, Ikawati Z, dan Wahyono D. (Eds) (2011). Kandungan Polifenol Alga dari Tiga Spesies Alga Coklat Marga Sargassum dan Implikasinya Terhadap Penyerapan Radiasi Ultraviolet (UV) B dan UV A. Prosiding Seminar Nasioanal Eight Star Performance Pharmacist

Jin E, Polle JEW, Lee HK, Hyun SM, Chang M. 2003. Xanthophylls in microalgae: From biosynthesis to bio- technological mass production and application. J Microbiol Biotechnol 13:165-174.

Kadi, A., 2007, Beberapa catatan kehadiran marga Sargassum di perairan Indonesia, http://www.oseanografi.lipi.go.id/volxxxno.42.pdf. Diakses tanggal 20 Februari 2007

Kang, K.A., Park,Y., Hwang, H.J., Kim, S.H., Lee,J.G., and Shin,H.C., 2003, Antioxidative properties of brown alga polyphenolics and their perspective as chemopreventive against vascular risk factors, Arch.Pharm.Res, 26(4),286-293.

Kang, K.A., Lee, K.H., Chae, S., Koh,Y.S., Yoo, B.S., Kim, J.H., Ham, Y.M.. Baik. J.S., Lee. N.H., and Hyun, J.W., 2005a, Triphlorethol-A from Ecklonia cava protects V-79-4 lung fibroblast against hydrogen peroxide induced cell damaged, Free Radic. Res., 39 (8), 883-892.

Kang, K.A., Lee, K.H., Chae, S., Zhang, R., Jung, M.S., Ham, Y.M., Baik, J.S., and Hyun, J.W., 2005b, Cytoprotective effect of phloroglucinol on oxidative stress induced cell damaged via catalase activation, J. Cell Biochem97(3), 609-620.

Kang, K.A., Lee, K.H., Chae, S., Zhang, R., Jung, M.S., Ham, Y.M., Baik, J.S., and Hyun, J.W., 2005c, Cytoprotective effect of phloroglucinol on oxidative stress induced cell damaged via catalase activation, J.Cell Biochem97(3), 609-620.

Kang, K.A., Zhang, R.. Lee. K.H.. Chae. S., Kim, B.J.. Kwak, Y.S., Park, J.W., Lee. N.H., and Hyun, J.W., 2006, Protective effect of triphlorethol-A from Ecklonia cava against ionizing radiation in vitro, J.Racliat.Res., 47(1), 61-68.

Karou. D, Dicko,M.H.,Simpore.J, and Traore, A.S, 2005. Antioxidant and Antibacterial Activities of Polyphenol from Ethnomedical Plants of Burkina Faso,Available from :http://www.academic journals .org/AJB

Kim, MM, Ta, Q.V., Mendis, E.. Rajapakse, N., Jung, W.K.. Byun, H.G.. Jeon, Y.J. and Kim, S.K., 2006, Phlorotannins in Ecklonia cava extract inhibit matrix metalloproteinase activity, Life ScL, 79(15), 1436-1443

Kim W.J et al. 2007. Purification and anticoagulant activity of fucoidan Bom Korean Undaria pinnatifida Sporophyll. Journal Alga. Vol.22 (3). Pp. 247-252.

Kim, S. K., Thomas, N. V., dan Li Xifeng. 2011. 238-Marine Medicinal Foods Implications and Applications, Macro and Microalgae-Steve Taylor-012, [pdf],(http://file.zums.ac.ir/ebook/238Marine%20Medicinal%20Foods%20%20Implications%20and%20Applications,%20Macro%20and%20Microalgae-Steve%20Taylor-012.pdf, diakses 14 juni 2014 )

Klinger, T. and R.E. De Wreede1988Stipe rings, age, and size in populations ofLaminariasetchelliiSilva (Laminariales, Phaeophyta) in British Columbia, Canada.Phycologia 27: 234-240.

Kumar NJI, Kumar RN, Bora A, Kaur Amb M, Chakraborthy S. 2009. An Evaluation of the pigment composition of eighteen Marine Macroalgae collected from Okha Coast, Gulf of Kutch, India. Our Nature 7: 48-55. DOI: 10.3126/on.v7i1.2553.

Kusmiati, Agustini NWS, Tamat SR, Irawati M. 2010. Ekstraksi dan purifikasi senyawa lutein dari mikroalga Chlorella pyrenoidosa Galur Lokal Ink. J Kimia Indonesia 5: 30-34.

Lahaye, M. and Robic, A. (2007). Structure and functional properties of ulvan, a Polysaccharide from green seaweeds. Biomacromolecules 8, 17651774.

Lee SB, Lee JY, Song DG, Pan CH, Nho CW, Kim MC. 2008. Cancer chemopreventive effects of Korean seaweeds extracts. Food SciBiotechnol 17:613-622.

McInnes,A.G., Ragan',M.A., Smith, D.G., and J . A . Walter, J.A., 1984, High molecular weight phloroglucinol-based tannins from brown algae: Structural variants, Hydrobiologia, 116/117, 597-602.

Mc.Laughlin, J.L.,1991.Crown Gall Tumours On Potato Disc.and Brine Shrip Lethality Tow Simple Bioassay for Higher Plant Screening and Fractination in Hosttman,K .Method In Plants Biochemistrry Academic Press,6, P.1 32

Merdekawati W. 2009. Kandungan dan aktifitas antioksidan klorofil a dan -karoten Sargassum sp. J Kelautan Nasional 2:144-145.

Nagayama, K., Iwamura, Y., Shibata,T., Hirayama , L, and Nakamura, T., 2002, Bactericidal activity of phlorotannins from the brown alga Ecklonia kurome, JAC, 50, 889-893.

Nakamura, T., Nagayama, K., Uchida, K., and Tanaka, R., 1996, Antioxidant activity of phlorotannins isolated from the brown alga Eisenia bicyclis\ Fisher. Sci., 62(6), 023-926.

Najib Ahmad. 2009. Terapi Herbal Untuk Tumor/Kanker. Fakultas Farmasi UMI. Makassar.

Ndiha BBA, Limantara L. 2009. Karotenoid pada Bahan Makanan. Prosiding Seminar Nasional Biologi, Lingkungan dan Pembelajarannya. Jurdik Biologi. FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta, p. 75-84.

Nurhajrah, Ahmaf A, Seniwati 2014. ISOLASI DAN IDENTIFIKASI PROTEIN BIOAKTIF DARI ALGA MERAH Eucheuma spinosum SERTA POTENSINYA SEBAGAI ANTIKANKER. Program Studi Kimia, FMIPA UNHAS. Makassar.

Putra, S.E, 2006 Biota Laut Sebagai Biotarget industri [citied.2006 Agt 10] Available from :www.energi.lipi.go.id/utama cgi artikel 1211586897

Qi, H., Zhang, Q., Zhao, T., Chen, R., Zhang, H., Niu, X., and Li, Z. (2005). Antioxidant activity of different sulfate content derivatives of polysaccharide extracted from Ulva pertusa (Chlorophyta) in vitro. Int. J. Biol. Macromol. 37, 195199.

Roleda, M. Y., Clayton, M.N., and Wiencke, C., 2006a, Screening capacity of UV absorbing compounds in spore of Arctic Laminariales, J. Exp. Mar. Biol. Ecol., 338, 123-133.

Roleda, M.Y., Wiencke, C., and Luder, U.H., 2006b, Impact of ultrviolet radiation on cell structure, UV-absorbing compounds, photosynthesis, DNA damage, and germination in zoospores of Arctic Saccorhiza dermatodea, J. Exp. Marine Biol. Ecol., 57(14), 3847-3856.

Shin, H.C. Hwang. H.J., Kang, K.J., and Lee. B.H., 2006, An oxidative and antiinflammatory agent for potential treatment of osteoarthritis from Ecklonia cava, Arch. Pharm. Res., 29(2), 165-171.

Sidharta,B.R,2003 Screening of Antibiosis Activity From Green Algae (Chlorophyta) From Darini Beach, Yogyakarta a preliminary Study. Biota Vol VII (2) 53 -58

Sinurat, Ellya. (2011). Isolasi dan Karakterisai serta Uji Aktivitas Fukoidan sebagai Antikoagulan dari Rumput Laut Coklat (Sargassum crassifolium). Program Magister Ilmu Kimia, FMIPA Universitas Indonesia. Depok.

Sinurat dan Marraskuranto, 2012. Fukoidan dari Rumput Laut Coklat dan Bioaktifitasnya. Squalen. Vol 7. No 3, December 2012: 131-138

Sormin, Radja B D. 2011. Komposisi Kimia dan Potensi Bioaktif Sayur Laut (Porphyra sp). Program Studi Teknologi Hasil Perikanan, FPIK Universitas Pattimura. Ambon.

Sudira, I Wayan. (2011). Cytotoxic analysis of raw extract of six sea weeds species againts myeloma cell. Makalah ilmiah-5 Kongres Nasional Pertama Asosiasi Farmakologi dan Farmasi Veteriner Indonesia, Denpasar.

Soediro, Iwang. (1998) Produk Alam Bahari dan Pemanfaatannya. The Journal on Indonesian Medical Plants. 4, (2), 2-3.

Suptijah, P. 2002, Rumput laut: Prospek dan Tantangannya, http://www.toumotou.net/702 04212/ Pipih Suptijah. Htm 48 k

Swanson, A.K. and Druehl,L.D., 2002, Induction, exudation and the UV protective role of kelp phlorotannins, Aguatic Bot.,73, 241-253.

Sze, P. 1986, Algae. Second edition.Wm.c.Brown Publishers. Dubuque, Melbourne, Australia, Oxford, England.256 p

Vilchez C, Forjan E, Cuaresma M, Bedmar F, Garbayo I, Vega JM. 2011. Marine carotenoids: biological functions and commercial applications. Mar Drugs 9: 319-333. DOI: 10.3390/md9030319.

Yuan, Y.V. and Walsh, N.A., 2006, Antioxidant and antiproliferative activities of extracts from a variety of edible seaweeds, J. F d. Chem. Toxicol., 44, 1144-1150.

Zapata M, Garrido JL, Jeffrey SW. 2006. Chlorophyll c pigments: Current status. Dalam Griman B, Porra JP, Rudiger W, Scheer H. Chlorophylls and Bacterio chlorophylls: Biochemistry, Biophysics, Functions, and Applications. Springer 25: 39-53.

Zeb A, Mehmood S. 2004. Carotenoids contents from various sources and their potential health applications. Pakistan J Nut 3:199-204. DOI: 10.3923/pjn.2004.199.204.

Zetra, dan Yulfi. 2010, ITS-Undergraduate-7613-1400100059-bab1, [pdf], http://digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-7613-1400100059-bab1.pdf diakses pada tanggal 17 Juni 2014

1