askep postpartum blues

38
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Postpartum atau masa nifas adalah masa 2 jam setelah lahirnya placenta sampai enam minggu berikutnya. Waktu yang tepat dalam rangka pengaeasan Postpartum adalah 2-6 jam, 2jam-6hari, 2jam-6minggu (atau boleh juga disebut 6 jam, 6 hari dan 6 minggu ). Kehamilan merupakan episode dramatis terhadap kondisi biologis, perubahan psikologis dan adaptasi dari seorang wanita yang pernah mengalaminya. Sebagian besar kaum wanita menganggap bahwa kehamilan adalah peristiwa kodrati yang harus dilalui tetapi sebagian wanita mengganggap sebagai peristiwa khusus yang sangat menentukan kehidupan selanjutnya. Perubahan fisik dan emisional yang kompleks, memerlukan adaptasi terhadap penyesuaian pola hidup dengan proses kehamilan yang terjadi. Konflik antara keinginan prokreasi, kebanggaan yang ditumbuhkan dari norma-norma sosial cultural dan persoalan dalam kehamilan itu sendiri dapat merupakan pencetus berbagai reaksi psikologis, mulai dari reaksi emosional ringan hingga ke tingkat gangguan jiwa yang berat. Postpartum blues merupakan kesedihan atau kemurungan setelah melahirkan, biasanya hanya 1

Upload: gustadino

Post on 21-Jan-2016

519 views

Category:

Documents


71 download

TRANSCRIPT

Page 1: Askep Postpartum Blues

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Postpartum atau masa nifas adalah masa 2 jam setelah lahirnya

placenta sampai enam minggu berikutnya. Waktu yang tepat dalam rangka

pengaeasan Postpartum adalah 2-6 jam, 2jam-6hari, 2jam-6minggu (atau

boleh juga disebut 6 jam, 6 hari dan 6 minggu ). Kehamilan merupakan

episode dramatis terhadap kondisi biologis, perubahan psikologis dan

adaptasi dari seorang wanita yang pernah mengalaminya. Sebagian besar

kaum wanita menganggap bahwa kehamilan adalah peristiwa kodrati yang

harus dilalui tetapi sebagian wanita mengganggap sebagai peristiwa

khusus yang sangat menentukan kehidupan selanjutnya.

Perubahan fisik dan emisional yang kompleks, memerlukan

adaptasi terhadap penyesuaian pola hidup dengan proses kehamilan yang

terjadi. Konflik antara keinginan prokreasi, kebanggaan yang

ditumbuhkan dari norma-norma sosial cultural dan persoalan dalam

kehamilan itu sendiri dapat merupakan pencetus berbagai reaksi

psikologis, mulai dari reaksi emosional ringan hingga ke tingkat gangguan

jiwa yang berat.

Postpartum blues merupakan kesedihan atau kemurungan setelah

melahirkan, biasanya hanya muncul sementara waktu yakni sekitar dua

hari hingga dua minggu sejak kelahiran bayi. Beberapa penyesuaian

dibutuhkan oleh wanita dalam menghadapi aktivitas dan peran barunya

sebagai ibu pada minggu-minggu atau bulan-bulan pertama setelah

melahirkan, baik dari segi fisik maupun segi psikologis. Sebagian wanita

berhasil menyesuaikan diri dengan baik, tetapi sebagian lainnya tidak

berhasil menyesuaikan diri dan mengalami gangguan-gangguan

psikologis, salah satunya yang disebut Postpartum Blues.

1

Page 2: Askep Postpartum Blues

B. Rumusan masalah

1. Apa itu postpartum blues.

2. Bagaimana etilogi dari postpartum bules.

3. Bagaimana gejala dari postpartum blues.

4. Bagaimana masalah dari postpartum blues.

5. Bagaimana cara penanganan postpartum blues.

6. Bagaimana pencegahan dari postpartum blues.

7. Bagaimana penatalaksanaan dari postpartum blues.

8. Bagaimana asuhan keperawatan dari postpartum blues.

C. Tujuan

1. Tujuan umum

Tujuan umum penulis dalam menyusun makalah ini adalah untuk

mendukung kegiatan pembelajaran, khususnya pada mata kuliah

Keperawatan Jiwa II tentang asuhan keperawan jiwa pada kasus

postpartum blues.

2.Tujuan Khusus

a) Untuk mengetahui postpartum blues

b) Untuk mengetahui etilogi dari postpartum bules.

c) Untuk mengetahui gejala dari postpartum blues.

d) Untuk mengetahui masalah dari postpartum blues.

e) Untuk mengetahui cara penanganan postpartum blues.

f) Untuk mengetahui pencegahan dari postpartum blues.

g) Untuk mengetahui penatalaksanaan dari postpartum blues.

h) Untuk mengetahui asuhan keperawatan dari postpartum blues.

2

Page 3: Askep Postpartum Blues

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian

Postpartum blues merupakan kesedihan atau kemurungan setelah

melahirkan, biasanya hanya muncul sementara waktu yakni sekitar dua

hari hingga dua minggu sejak kelahiran bayi. Beberapa penyesuaian

dibutuhkan oleh wanita dalam menghadapi aktivitas dan peran barunya

sebagai ibu pada minggu-minggu atau bulan-bulan pertama setelah

melahirkan, baik dari segi fisik maupun segi psikologis. Sebagian wanita

berhasil menyesuaikan diri dengan baik, tetapi sebagian lainnya tidak

berhasil menyesuaikan diri dan mengalami gangguan-gangguan

psikologis, salah satunya yang disebut Postpartum Blues.

Post partum syndrome atau distress post partum adalah suatu

kondisi di mana seseorang ibu seringkali merasa uring-uringan, muram

atau bentu-bentuk rasa tak bahagia lainnya. Fase ini dalam jangka waktu

dua hari sampai dua minggu pasca persalinan. Syndrome ini masih

tergolong normal dan sifatnya sementara.

Macam-macam post partum syndrome

a. Baby blues

Merupakan bentuk yang paling ringan dan berlangsung hanya

beberapa hari saja. Gejala berupa perasaan sedih, gelisah, seringkali

uring-uringan dan khawatir tanpa alasan yang jelas. Tahapan baby

blues ini hanya berlangsung dalam waktu beberapa hari saja. Pelan-

pelan si ibu dapat pulih kembali dan mulai bisa menyesuaikan diri

dengan kehidupan barunya.

b. Depresi post partum

Bentuk yang satu ini lumayan agak berat tingkat

keparahannya yang membedakan ibu tidak bisa tidur atau sulit untuk

tidur. Dapat terjadi dua minggu sampai setahun setelah melahirkan

3

Page 4: Askep Postpartum Blues

c. Psychosis post partum

Jenis ini adalah yang paling parah. Ibu dapat mengalami

halusinasi, memiliki keinginan untuk bunuh diri. Tak saja psikis si ibu

yang nantinya jadi tergantung secara keseluruhan

B. Etiologi

1. Perubahan Hormon

Faktor hormonal yang berhubungan dengan perubahan kadar estrogen,

progesteron, prolaktin dan estradiol. Penurunan kadar estrogen setelah

melahirkan sangat berpengaruh pada gangguan emosional pascapartum

karena estrogen memiliki efek supresi aktifitas enzim monoamine

oksidase yaitu suatu enzim otak yang bekerja menginaktifasi

noradrenalin dan serotonin yang berperan dalam perubahan mood dan

kejadian depresi.

2. Faktor demografi yaitu umur dan paritas.

3. Pengalaman dalam proses kehamilan dan persalinan.

4. Latar belakang psikososial ibu, seperti; tingkat pendidikan, status

perkawinan, kehamilan yang tidak diinginkan, riwayat gangguan

kejiwaan sebelumnya, sosial ekonomi serta keadekuatan dukungan

sosial dari lingkungannya (suami, keluarga dan teman). Apakah suami

menginginkan juga kehamilan ini, apakah suami, keluarga, dan teman

memberi dukungan moril (misalnya dengan membantu pekerjaan

rumah tangga, atau berperan sebagai tempat ibu mengadu/berkeluh-

kesah) selama ibu menjalani masa kehamilannya atau timbul

permasalahan, misalnya suami yang tidak membantu, tidak mau

mengerti perasaan istri maupun persoalan lainnya dengan suami,

problem dengan orang tua dan mertua, problem dengan si sulung.

5. Takut kehilangan bayinya atau kecewa dengan bayinya.

wanita lebih mungkin mengembangkan depresi post partum jika

mereka terisolasi secara sosial dan emosional serta baru saja

mengalami peristiwa kehidupan yang menakan. Ibu mengalami

ketakutan pada bayinya tentang adanya ketidaksempurnaan pada

bayinya.

4

Page 5: Askep Postpartum Blues

C. Gejala/Tanda-tanda

1. Perasaan sedih yang menyeluruh

2. Ketidakmampuan berhenti menangis

3. Peningkatan kecemasan (mengenai kesehatan diri sendiri dan bayinya)

4. Rasa tidak aman

5. Kelelahan yang berlebihan

6. Sulit tidur bahkan setelah bayi lahir

7. Tidak menyukai atau takut menyentuh bayinya

8. Sedikit perhatian terhadap penampilan diri

D. Masalah pada postpartum blues

Beberapa masalah yang dapat timbul pada klien yang mengalami

Postpartum Blues diantaranya :

1.Menangis dan ditambah  ketakutan tidak bisa memberi asi

2.Frustasi karena anak tidak mau tidur

3.Ibu merasa lelah, migraine dan cenderung sensitive

4.Merasa sebal terhadap suam

5.Masalah dalam menghadapi omongan ibu mertua

6.Menangis dan takut apabila bayinya meninggal

7.Menahan rasa rindu dan merasa jauh dari suami

8.Menghabiskan waktu bersama bayi yang terus menerus menangis

sehingga membuat ibu frustasi

9.Perilaku anak semakin nakal sehingga ibu menjadi stress

10. Adanya persoalan dengan suami

11. Stress bila bayinya kuning

12. Adanya masalah dengan ibu

13. Terganggunya tidur ibu pada malam hari karena bayinya menangis

14. Jika ibu mengalami luka operasi, yang rasa sakitnya menambah

masalah bagi ibu.

15. Setiap kegiatan ibu menjadi terbatas karena hadirnya seorang bayi

16. Takut melakukan hubungan suami isteri karena takut mengganggu

bayi

17. Kebanyakan para ibu baru ingin pulang ke rumah orangtuanya dan

berada didekat ibunya.

5

Page 6: Askep Postpartum Blues

E. Penanganan postpartum blues

Dalam menjalani adaptasi setelah melahirkan, ibu akan mengalami

fase-fase sbb:

1. Fase Taking in yaitu periode ketergantungan yang

berlangsung pada hari pertama sampai hari kedua setelah melahirkan.

Pada saat itu focus perhatian ibu terutama pada dirinya sendiri.

Pengalaman selama proses persalinan sering berulang diceritakannya.

Hal ini membuat cenderung inu menjadi pasif terhadap

lingkungannya.

2. Fase taking hold Yaitu periode yang berlangsung antara 3-

10 hari setelah melahirkan. Pada fase ini ibu merasa khawatir akan

ketidakmampuannya dan rasa tanggung jawabnya dalam merawat

bayi. Pada fase ini ibu memerlukan dukungan karena saat ini

merupakan kesempatan yang baik untuk menerima berbagai

penyuluhan dalam merawat diri dan bayinya sehingga timbul percaya

diri.

3. Fase letting go merupakan fase menerima tanggung jawab

akan peran barunya yang berlangsung sepuluh hari setelah

melahirkan. Ibu sudah dapat menyesuaikan diri, merawat diri dan

bayinya sudah meningkat.

Penanganan gangguan mental postpartum pada prinsipnya tidak

berbeda dengan penanganan gangguan mental pada momen-momen

lainnya. Para ibu yang mengalami post-partum blues membutuhkan

pertolongan yang sesungguhnya. Para ibu ini membutuhkan dukungan

pertolongan yang sesungguhnya. Para ibu ini membutuhkan dukungan

psikologis seperti juga kebutuhan fisik lainnya yang harus juga dipenuhi.

Mereka membutuhkan kesempatan untuk mengekspresikan pikiran dan

perasaan mereka dari situasi yang menakutkan. Mungkin juga mereka

membutuhkan pengobatan dan/atau istirahat, dan seringkali akan merasa

gembira mendapat pertolongan yang praktis. Dengan bantuan dari teman

dan keluarga, mereka mungkin perlu untuk mengatur atau menata kembali

kegiatan rutin sehari-hari, atau mungkin menghilangkan beberapa

kegiatan, disesuaikan dengan konsep mereka tentang keibuan dan

6

Page 7: Askep Postpartum Blues

perawatan bayi. Bila memang diperlukan, dapat diberikan pertolongan

dari para ahli, misalnya dari seorang psikolog atau konselor yang

berpengalaman dalam bidang tersebut.

Para ahli obstetri memegang peranan penting untuk

mempersiapkan para wanita untuk kemungkinan terjadinya gangguan

mental pasca-salin dan segera memberikan penanganan yang tepat bila

terjadi gangguan tersebut, bahkan merujuk para ahli psikologi/konseling

bila memang diperlukan. Dukungan yang memadai dari para petugas

obstetri, yaitu: dokter dan bidan/perawat sangat diperlukan, misalnya

dengan cara memberikan informasi yang memadai/adekuat tentang proses

kehamilan dan persalinan, termasuk penyulit-penyulit yang mungkin

timbul dalam masa-masa tersebut serta penanganannya.

Dibutuhkan pendekatan menyeluruh/holistik dalam penanganan

para ibu yang mengalami post-partum blues . Pengobatan medis,

konseling emosional, bantuan-bantuan praktis dan pemahaman secara

intelektual tentang pengalaman dan harapan-harapan mereka mungkin

pada saat-saat tertentu. Secara garis besar dapat dikatakan bahwa

dibutuhkan penanganan di tingkat perilaku, emosional, intelektual, sosial

dan psikologis secara bersama-sama, dengan melibatkan lingkungannya,

yaitu: suami, keluarga dan juga teman dekatnya.

Cara mengatasi gangguan psikologi pada nifas dengan postpartum blues

ada dua cara yaitu :

1. Dengan cara pendekatan komunikasi terapeutik

Tujuan dari komunikasi terapeutik adalah menciptakan

hubungan baik antara bidan dengan pasien dalam rangka

kesembuhannya dengan cara:

a. Mendorong pasien mampu meredakan segala ketegangan

emosi

b. Dapat memahami dirinya

c. Dapat mendukung tindakan konstruktif.

d. Dengan cara peningkatan support mental

7

Page 8: Askep Postpartum Blues

Beberapa cara peningkatan support mental yang dapat

dilakukan keluarga diantaranya :

a. Sekali-kali ibu meminta suami untuk membantu dalam

mengerjakan pekerjaan rumah seperti : membantu mengurus

bayinya, memasak, menyiapkan susu dll.

b. Memanggil orangtua ibu bayi agar bisa menemani ibu dalam

menghadapi kesibukan merawat bayi

c. Suami seharusnya tahu permasalahan yang dihadapi istrinya dan

lebih perhatian terhadap istrinya

d. Menyiapkan mental dalam menghadapi anak pertama yang akan

lahir

e. Memperbanyak dukungan dari suami

f. Suami menggantikan peran isteri ketika isteri kelelahan

g. Ibu dianjurkan sering sharing dengan teman-temannya yang baru

saja melahirkan

h. Bayi menggunakan pampers untuk meringankan kerja ibu

i. Mengganti suasana, dengan bersosialisasi

j. Suami sering menemani isteri dalam mengurus bayinya

Selain hal diatas, penanganan pada klien postpartum blues pun

dapat dilakukan pada diri klien sendiri, diantaranya dengan cara :

a. Belajar tenang dengan menarik nafas panjang dan meditasi

b. Tidurlah ketika bayi tidur

c. Berolahraga ringan

d. Ikhlas dan tulus dengan peran baru sebagai ibu

e. Tidak perfeksionis dalam hal mengurusi bayi

f. Bicarakan rasa cemas dan komunikasikan

g. Bersikap fleksibel

h. Kesempatan merawat bayi hanya datang 1 x

i. Bergabung dengan kelompok ibu

pasien post partum depression dapat memperoleh bantuan dari

psikiateer atau ahli kejiwaan dan psikologi. Pada terapi penyembuhan

8

Page 9: Askep Postpartum Blues

yang awal, pasien tidak akan diberikan obat-obatan untuk diminum,

tetapi lebih kepada dukungan secara psikologis yang juga melihat

orang-orang terdekat pasien. Jangan takut memberi informasi kepada

pihak-pihak yang dapat membantu.

2) Perawatan depresi

Ada dua macam perawatan depresi :

a. Terapi bicara :

Adalah sesi bicara dengan terapi, psikologi atau pekerja

sosial untuk mengubah apa yang difikir, rasa dan lakukan oleh

penderita akibat menderita depresi.

b. Obat medis

Obat anti depresi yang diresepkan oleh dokter, sebelum

mengkonsumsi obat anti depresi, sebaiknya didiskusikan benar

obat mana yang tepat dan aman bagi bayi untuk dikonsumsi oleh

ibu hamil atau ibu menyusui.

F. Pencegahan postpartum blues

Menurut para ahli, stres dalam keluarga dan kepribadian si ibu,

memengaruhi terjadinya depresi ini. Stres di keluarga bisa akibat faktor

ekonomi yang buruk atau kurangnya dukungan kepada sang ibu.Hampir

semua wanita, setelah melahirkan akan mengalami stres yang tak

menentu, seperti sedih dan takut. Perasaan emosional inilah yang

memengaruhi kepekaan seorang ibu pasca melahirkan.

Hingga saat ini, memang belum ada jalan keluar yang mujarab

untuk menghindari Postpartum Blues. Yang bisa dilakukan, hanyalah

berusaha melindungi diri dan mengurangi resiko tersebut dari dalam diri.

Sikap proaktif untuk mengetahui penyebab dan resikonya, serta meneliti

faktor-faktor apa saja yang bisa memicu juga dapat dijadikan alternative

untuk menghindari Postpartum Blues. Selain itu juga dapat

mengkonsultasikan pada dokter atau orang yang profesional, agar dapat

meminimalisir faktor resiko lainnya dan membantu melakukan

pengawasan.

9

Page 10: Askep Postpartum Blues

Berikut ini beberapa kiat yang mungkin dapat mengurangi resiko

Postpartum Blues yaitu :

a. Pelajari diri sendiri

Pelajari dan mencari informasi mengenai Postpartum Blues,

sehingga Anda sadar terhadap kondisi ini. Apabila terjadi, maka Anda

akan segera mendapatkan bantuan secepatnya.

b. Tidur dan makan yang cukup

Diet nutrisi cukup penting untuk kesehatan, lakukan usaha

yang terbaik dengan makan dan tidur yang cukup. Keduanya penting

selama periode postpartum dan kehamilan.

c. Olahraga

Olahraga adalah kunci untuk mengurangi postpartum.

Lakukan peregangan selama 15 menit dengan berjalan setiap hari,

sehingga membuat Anda merasa lebih baik dan menguasai emosi

berlebihan dalam diri Anda.

d. Hindari perubahan hidup sebelum atau sesudah

melahirkan

Jika memungkinkan, hindari membuat keputusan besar seperti

membeli rumah atau pindah kerja, sebelum atau setelah melahirkan.

Tetaplah hidup secara sederhana dan menghindari stres, sehingga

dapat segera dan lebih mudah menyembuhkan postpartum yang

diderita.

e. Beritahukan perasaan

Jangan takut untuk berbicara dan mengekspresikan perasaan

yang Anda inginkan dan butuhkan demi kenyamanan Anda sendiri.

Jika memiliki masalah dan merasa tidak nyaman terhadap sesuatu,

segera beritahukan pada pasangan atau orang terdekat.

f. Dukungan keluarga dan orang lain diperlukan

Dukungan dari keluarga atau orang yang Anda cintai selama

melahirkan, sangat diperlukan. Ceritakan pada pasangan atau 

orangtua Anda, atau siapa saja yang bersedia menjadi pendengar yang

baik. Yakinkan diri Anda, bahwa mereka akan selalu berada di sisi

Anda setiap mengalami kesulitan.

g. Persiapkan diri dengan baik

10

Page 11: Askep Postpartum Blues

Persiapan sebelum melahirkan sangat diperlukan.

h. Senam Hamil

Kelas senam hamil akan sangat membantu Anda dalam

mengetahui berbagai informasi yang diperlukan, sehingga nantinya

Anda tak akan terkejut setelah keluar dari kamar bersalin. Jika Anda

tahu apa yang diinginkan, pengalaman traumatis saat melahirkan akan

dapat dihindari.

i. Lakukan pekerjaan rumah tangga

Pekerjaan rumah tangga sedikitnya dapat membantu Anda

melupakan golakan perasaan yang terjadi selama periode postpartum.

Kondisi Anda yang belum stabil, bisa Anda curahkan dengan

memasak atau membersihkan rumah. Mintalah dukungan dari

keluarga dan lingkungan Anda, meski pembantu rumah tangga Anda

telah melakukan segalanya.

j. Dukungan emosional

Dukungan emosi dari lingkungan dan juga keluarga, akan

membantu Anda dalam mengatasi rasa frustasi yang menjalar.

Ceritakan kepada mereka bagaimana perasaan serta perubahan

kehidupan Anda, hingga Anda merasa lebih baik setelahnya.

k. Dukungan kelompok Postpartum Blues

Dukungan terbaik datang dari orang-orang yang ikut

mengalami dan merasakan hal yang sama dengan Anda. Carilah

informasi mengenai adanya kelompok Postpartum Blues yang bisa

Anda ikuti, sehingga Anda tidak merasa sendirian menghadapi

persoalan ini.

11

Page 12: Askep Postpartum Blues

G. ASUHAN KEPERAWATAN POST PARTUM BLUES

I. PENGKAJIAN

Pengenalan gejala mood merupakan hal yang penting untuk

dilakukan oleh perawat perinatal. Rencana keperawatan harus

merefleksikan respons perilaku yang diharapkan dari gangguan

tertentu. Rencan individu didasarkan pada karakteristik wanita dan

keadaannya yang spesifik. Suami atau pasangan wanita tersebut juga

dapat mengalami gangguan emosional akibat perilaku wanita tersebut.

Pengkajian pada pasien post partum blues menurut Bobak

( 2004 ) dapat dilakukan pada pasien dalam beradaptasi menjadi orang

tua baru. Pengkajiannya meliputi ;

a. Identitas klien.

Data diri klien meliputi : nama, umur, pekerjaan,

pendidikan, alamat, medical record dan lain-lain

b. Keluhan Utama

Mudah marah, cemas, melukai diri

c. Riwayat Kesehatan

1) Riwayat Kesehatan Sekarang

Pada Ibu dengan depresi postpartum biasanya terjadi kurang

nafsu makan, sedih – murung, mudah marah, kelelahan,

insomnia, anorexia, merasa terganggu dengan perubahan fisik,

sulit konsentrasi, melukai diri

2) Riwayat Kesehatan Dahulu

Berhubungan dengan kejadian pada persalinan masa lalu serta

kesehatan pasien

3) Riwayat kesehatan keluarga

Berhubungan dengan dukungan keluarga terhadap keadaan

pasien

d. Riwayat Persalinan

Banyak ibu memperlihatkan suatu kebutuhan untuk

memeriksa proses kelahiran itu sendiri dan melihat kembali

perilaku mereka saat hamil dalam upaya retrospeksi diri (Konrad,

12

Page 13: Askep Postpartum Blues

1987). Selama hamil, ibu dan pasangannya mungkin telah

membuat suatu rencana tertentu tentang kelahiran anak mereka,

hal-hal yang mencakup kelahiran pervagina dan beberapa

intervensi medis. Apabila pengalaman mereka dalam persalinan

sangat berbeda dari yang diharapkan (misalnya ; induksi, anestesi

epidural, kelahiran sesar), orang tua bisa merasa kecewa karena

tidak bisa mencapai yang telah direncanakan sebelumnya.

Apa yang dirasakan orang tua tentang pengalaman melahirkan

sudah pasti akan mempengaruhi adaptasi mereka untuk menjadi

orang tua.

e. Citra Diri Ibu

Suatu pengkajian penting mengenai konsep diri, citra

tubuh, dan seksualitas ibu. Bagaimana perasaan ibu baru tentang

diri dan tubuhnya selama masa nifas dapat mempengaruhi perilaku

dan adaptasinya dalam menjadi orang tua. Konsep diri dan citra

tubuh ibu juga dapat mempengaruhi seksualitasnya. Perasaan-

perasaan yang berkaitan dengan penyesuaian perilaku seksual

setelah melahirkan seringkali menimbulkan kekhawatiran pada

orang tua baru. Ibu yang baru melahirkan bisa merasa enggan

untuk memulai hubungan seksual karena takut merasa nyeri atau

takut bahwa hubungan seksual akan mengganggu penyembuhan

jaringan perineum.

f. Interaksi Orang Tua-Bayi

Suatu pengkajian pada masa nifas yang menyeluruh

meliputi evaluasi interaksi orang tua dengan bayi baru. Respon

orang tua terhadap kelahiran anak meliputi perilaku adaptif dan

perilaku maladatif. Baik ibu maupun ayah menunjukkan kedua

jenis perilaku maupun saat ini kebanyakan riset hanya berfokus

pada ibu. Banyak orang tua baru mengalami kesulitan untuk

menjadi orang tua sampai akhirnya keterampilan mereka membaik.

Kualitas keibuan atau kebapaan pada perilaku orang tua membantu

perawatan dan perlindungan anak. Tanda-tanda yang menunjukkan

ada atau tidaknya kualitas ini, terlihat segera setelah ibu

13

Page 14: Askep Postpartum Blues

melahirkan, saat orang tua bereaksi terhadap bayi baru lahir dan

melanjutkan proses untuk menegakkan hubungan mereka.

g. Perilaku Adaptif dan Perilaku Maladaptif

Perilaku adaptif berasal dari penerimaan dan persepsi

realistis orang tua terhadap kebutuhan bayinya yang baru lahir dan

keterbatasan kemampuan mereka, respon social yang tidak matur,

dan ketidakberdayaannya. Orang tua menunjukkan perilaku yang

adaptif ketika mereka merasakan suka cita karena kehadiran

bayinya dan karena tugas-tugas yang diselesaikan untuk dan

bersama anaknya, saat mereka memahami yang dikatakan bayinya

melalui ekspresi emosi yang diperlihatkan bayi dan yang kemudian

menenangkan bayinya, dan ketika mereka dapat membaca gerakan

bayi dan dapat merasa tingkat kelelahan bayi. Perilaku maladaptif

terlihat ketika respon orang tua tidak sesuai dengan kebutuhan

bayinya. Mereka tidak dapat merasakan kesenangan dari kontak

fisik dengan anak mereka. Bayi-bayi ini cenderung akan dapat

diperlakukan kasar. Orang tua tidak merasa tertarik untuk melihat

anaknya. Tugas merawat anak seperti memandikan atau mengganti

pakaian, dipandang sebagai sesuatu yang menyebalkan. Orang tua

tidak mampu membedakan cara berespon terhadap tanda yang

disampaikan oleh bayi, seperti rasa lapar, lelah keinginan untuk

berbicara dan kebutuhan untuk dipeluk dan melakukan kontak

mata. Tampaknya sukar bagi mereka untuk menerima anaknya

sebagai anak yang sehat dan gembira.

h. Struktur dan Fungsi Keluarga

Komponen penting lain dalam pengkajian pada pasien post

partum blues ialah melihat komposisi dan fungsi keluarga.

Penyesuaian seorang wanita terhadap perannya sebagai ibu sangat

dipengaruhi oleh hubungannya dengan pasangannya, ibunya

dengan keluarga lain, dan anak-anak lain. Perawat dapat membantu

meringankan tugas ibu baru yang akan pulang dengan mengkaji

kemungkinan konflik yang bisa terjadi diantara anggota keluarga

dan membantu ibu merencanakan strategi untuk mengatasi

masalah tersebut sebelum keluar dari rumah sakit.

14

Page 15: Askep Postpartum Blues

i. Perubahan Mood.

Kurang nafsu makan, sedih – murung, perasaan tidak

berharga, mudah marah, kelelahan, insomnia, anorexia, merasa

terganggu dengan perubahan fisik, sulit konsentrasi, melukai diri,

anhedonia, menyalahkan diri, lemah dalam kehendak, tidak

mempunyai harapan untuk masa depan, tidak mau berhubungan

dengan orang lain. Di sisi lain kadang ibu jengkel dan sulit untuk

mencintai bayinya yang tidak mau tidur dan menangis terus serta

mengotori kain yang baru diganti. Hal ini menimbulkan kecemasan

dan perasaan bersalah pada diri ibu walau jarang ditemui ibu yang

benar–benar memusuhi bayinya.

j. Kebiasaan sehari-hari

1) Kebersihan perorangan

Biasanya kebersihan perorangan tidak terjaga (kebersihan

kurang)

2) Tidur

Biasanya klien mengalami gangguan tidur, gelisah

3) Data sosek

Biasanya gangguan psikologis ini banyak ditemukan pada

ekonomi rendah

4) Data psikologis

Biasanya klien murung, gelisah, rasa tidak percaya kepada

orang lain, cemas, menari diri.

k. Pemeriksaan Fisik

1) Aktivitas/ istirahat

Biasanya aktivitas dan istirahat klien terganggu

2) Sirkulasi

Biasanya nadi meningkat, (tachikardia), TD kadang meningkat

3) Eliminasi

Biasanya klien sering BAK, kadang terjadi diare

4) Makanan/ cairan

15

Page 16: Askep Postpartum Blues

Biasanya terjadi anoreksia, mual atau muntah, haus ,

membrane mukosa kering

5) Neurosensori

Biasanya klien mengeluh sakit kepala

6) Pernafasan

Biasanya pernafasan cepat dan dangkal

7) Nyeri dan ketidaknyamanan

Biasanya terjadi nyeri/ ketidaknyamanan pada daerah abdomen

dan kepala

8) Integritas Ego

Biasanya klien ansietas, gelisah

9) Seksualitas

Biasanya seksualitas terganggu dan penurunan libido

10) TTV

Biasanya nadi meningkat, pernafasan meningkat, TD

meningkat

II. DIAGNOSA

1) Koping individu tidak efektif berhubungan

dengan stress kelahiran, konsep diri negative, system pendukung,

yang tidak adekuat

Batasan Karakteristik:

a. Gangguan tidur

b. Penyalahgunaan bahan kimia

c. Penurunan penggunaan dukungan sosial

d. Konsentrasi yang buruk

e. Kelelahan

f. Problem solving tidak adekuat

g. Mengeluhkan ketidakmampuan koping atau ketidakmampuan

untuk meminta bantuan

h. Ketidak mampuan memenuhi kebutuhan dasar

i. Perilaku merusak terhadap diri atau orang lain

j. Ketidakmampuan memnuhi harapan peran

16

Page 17: Askep Postpartum Blues

k. Tingkat kesakitan/penyakit yang tinggi

l. Perubahan dalam pola komunikasi

m. Menggunakan bentuk koping yang  meghalangi/mengganggu

perilaku adaptif

n. Kurangnya perilaku yang bertujuan langsung/resolusi masalah,

termasuk ketidakmampuan untuk merawat, dan kesulitan

mengorganisasikan informasi

2) Kecemasan berhubungan dengan stress

psikologi

Batasan karakteristik :

a. Perilaku

1. Penurunan produktivitas

2. Gelisah

3. Insomnia

4. Resah

b. Afektif

1. Kesedihan yang mendalam

2. Takut

3. Gugup

4. Mudah tersinggung

5. Nyeri hebat

6. Ketakutan

7. Distres

8. Khawatir

9. Cemas

c. Fisiologi

1) Goyah

2) Peningkatan respirasi (simpatis)

3) Peningkatan keringat

4) Wajah tegang

5) Anoreksia (simpatis)

6) Kelelahan (parasimpatis)

7) Gugup (simpatis)

8) Mual (parasimapatis)

17

Page 18: Askep Postpartum Blues

9) Pusing (parasimpatis)

d. Kognitif

1. Bingung

2. Kerusakan perhatian

3. Ketakutan terhadap hal yang tidak jelas

4. Sulit berkonsentrasi

3) Kerusakan interaksi sosial berhubungan dengan

depresi berat

Batasan Karakteristik :

a. Mengungkapka /menunjukan ketidakmampuan untuk menerima

atau mengkomunikasikan rasa kepuasan, rasa memiliki,

menyayangi, ketertarikan atau membagi pengalaman

b. Mengungkapkan / menunjukan ketidaknyamanan dalam situasi

sosial

c. Menunjukkan penggunaan perilaku interaksi social tidak

berhasil

d. Keluarga melaporkan perubahan gaya hidup atau pola interaksi

4) Kerusakan pola tidur berhubungan dengan

kelelahan, kekhawatiran financial.

Batasan  karakteristik :

a. Terbangun dalam waktu lama

b. Insomnia dalam waktu lama

c. Kerusakan pola normal karena diri sendiri

d. Insomnia pagi hari

e. Terbangun lebih awal atau terlambat bangun

f. Mengeluh untuk mulai tidur

g. Tidur tidak puas

h. Tiga kali atau lebih bangun di malam hari.

5) Risiko kekerasan terhadap diri sendiri

berhubungan dengan status emosional post partum

Batasan karakteristik :

a. Putus asa

b. Penolakan 

c. Cemas

18

Page 19: Askep Postpartum Blues

d. Panic

e. Mudah marah

f. Permusuhan

III. INTERVENSI

N

o

Diagno

sa

Tujuan

&

kriteria

hasil

intervensi Rasional

1 §

Koping

individ

u tidak

efektif

berhubu

ngan

dengan

stress

kelahira

n,

konsep

diri

negativ

e,

system

penduk

ung,

yang

tidak

adekuat

Anxiety

Control

(1402)

Indikasi

:

Pasien

dapat

instensi

tas

cemas

Pasien

dapat

Mengg

unakan

strategi

koping

efektif

Pasien

-  Beri dorongan

kepada pasien

untuk

mengungkapkan

pikiran dan

perasaan.

-  Bantu pasien

untuk

menfokuskan

pada situasi saat

ini,.

-  Sediakan

pengalihan

melalui televise,

radio,

permainan serta

terapi okupasi.

-  Sediakan

. untuk

mengeksternalisasika

n kecemasan.

· sebagai alat untuk

mengidentifikasi

mekanisme koping

yang dibutuhkan

untuk mengurangi

kecemasan

· untuk mengurangi

kecemasan dan

memperluas focus

· aktifitas dapat

mengalihkan stresor

pasien

19

Page 20: Askep Postpartum Blues

dapat

Mengg

unakan

teknik

relaksas

i untuk

meneka

n

kecema

san

penguatan yang

positif ketika

apsien mampu

meneruskan

aktivitas sehari-

hari dan

lainnnya

meskipun

mengalami

Kecemasan.

2 §

Kecemasa

n

berhubung

an dengan

stress

psikologi

- Pasien

dapat

Mengguna

kan

strategi

koping

efektif

- Pasien

dapat

Mengguna

kan teknik

relaksasi

untuk 

menekan

kecemasan

-  Beri dorongan

kepada pasien

-  Bantu pasien

untuk

menfokuskan pada

situasi saat ini,

sebagai alat

-  Sediakan

pengalihan melalui

televise, radio,

permainan serta

terapi okupasi

-  Sediakan

penguatan yang

positif ketika

apsien mampu

·  untuk mengungkapkan

pikiran dan

perasaanuntuk

mengeksternalisasikan

kecemasan.

·  untuk mengidentifikasi

mekanisme koping yang

dibutuhkan untuk

mengurangi kecemasan.

·  untuk mengurangi

kecemasan dan

memperluas focus.

20

Page 21: Askep Postpartum Blues

meneruskan

aktivitas sehari-

hari dan lainnnya

meskipun

mengalami

Kecemasan.

3 §

Kerusakan

interaksi

sosial

berhubung

an dengan

depresi

berat

-  Pasien

dapat

berkerjasa

ma

-  Pasien

dapat

mengontro

l

Ketenanga

n

-  Pasien

dapat

Relaksasi

- mendorong pasien

dalam

pengembangan

hubungan

- mendorong untuk

berhubungan

dengan orang lain

- mendorong untuk

beraktivitas dalam

masyarakat / social

- mendorong untuk

berbagi masalah

dengan orang lain

· hubungan dengan orang

lain dapat mengurangi

tingkat stresor

· aktifitas dapat

membantu mengurangi

beban fikiran

· untuk endapatkan solusi

dari orang lain

4 §

Kerusakan

pola tidur

berhubung

an dengan

kelelahan,

kekhawatir

an

financial.

-  Pola tidur

teratur

-  Kualitas

tidur baik

- Pantau pola tidur

dan catat hubungan

faktor-faktor fisik

- Hindari suara

keras dan

penggunaan lampu

saat tidur malam

- Cari teman

sekamar yang

cocok bagi pasien,

jika

· Pola tidur yang efektif

membuat pasien lbih

segar

· Suara keras dapat

mengganggu tidur

pasien

· Teman sekaamar

sebagai tempat berbagi

masalah

· Tidur siang dapat

memenuhi kebutuhan

21

Page 22: Askep Postpartum Blues

memungkinkan.

- Berikan tidur

siang jika

diperlukan untuk

memenuhi

kebutuhan tidur

tidur

5 § Risiko

kekerasan

terhadap

diri sendiri

berhubung

an dengan

status

emosional

post

partum

Mengenal 

penangana

n klien

dengan

perilaku

kekerasan 

Penangana

n klien

dengan

perilaku

kekerasan

-  Cara

yang

dipilih

untuk

membantu

merubah

perilaku

klien

-  Tingkat

kemarahan

·Bantuan kontrol

marah

-   Observasi tanda-

tanda perilaku

kekerasan

padaklien

-   Bantu klien

mengidentifikasi

tanda-tanda

perilakukekerasan

: (emosi,

fisik,social,

spiritual,)

-   Jelaskan pada

klien tentang

respon marah

-   Dukung dan

fasilitasi klien

untuk mencari

bantuansaat

muncul marah

-   Diskusikan

bersama klien

pangaruh

negatif  perilaku

kekerasan terhadap

dirinya, orang

·      Tanda-tanda

kemarahan dapat

beresiko terjadi

kekerasan terhadap diri

sendiri maupun orfang

lain

·      Pasien mengetahui

respon marah

·      Meminimalisir resiko

kekerasan

22

Page 23: Askep Postpartum Blues

laindan lingkungan

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Postpartum blues merupakan kesedihan atau kemurungan setelah

melahirkan, biasanya hanya muncul sementara waktu yakni sekitar dua hari

hingga dua minggu sejak kelahiran bayi.

Post-partum blues (PPB) atau sering juga disebut maternity blues atau

baby blues dimengerti sebagai suatu sindroma gangguan afek ringan yang

sering tampak dalam minggu pertama setelah persalinan, dan ditandai dengan

gejala-gejala seperti : reaksi depresi /sedih/disforia, menangis , mudah

tersinggung (iritabilitas), cemas, labilitas perasaan, cenderung menyalahkan

diri sendiri, gangguan tidur dan gangguan nafsu makan. Gejala-gejala ini

mulai muncul setelah persalinan dan pada umumnya akan menghilang dalam

waktu antara beberapa jam sampai beberapa hari. Namun pada beberapa

23

Page 24: Askep Postpartum Blues

minggu atau bulan kemudian, bahkan dapat berkembang menjadi keadaan

yang lebih berat.

B. Saran

Semoga makalah yang kami buat dapat bermanfaat bagi semua orang

yang membacanya. Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat membantu

mata kuliah “Keperawatan Jiwa II”. Selain itu diperlukan lebih banyak

referensi dalam penyusunan makalah ini agar lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman

Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawaatan Pasien. EGC:

Jakarta

http://khaidirmuhaj.blogspot.com/2009/01/askep-nifas-pada-gangguan-

psikososial.html

http://askep-askeb.cz.cc/2010/07/depresi-postpartum.html

Bobak, Lowdermilk, Jensen. (2004). Buku Ajar: Keperawatan Maternitas

edisi-4. Jakarta: EGC.

24

Page 25: Askep Postpartum Blues

Diposting oleh Agus Sutiono dalam Postpartum Blues. 2008. Tags: Konsep

Dasar dan Askep Postpartum Blues.

http://agussutionopathy.blogspot.com/2008/05/bab-i-tinjauan-pustaka-

konsep-dasar.html. diakses tanggal 09 januari 2011.

Diposting Oleh zietraelmart dalam Postpartum Blues. 2008. Tags: Ilmu Jiwa

Kebidanan.http://zietraelmart.multiply.com/journal/item/8/POST_PARTU

M_BLUES. diakses tanggal 09 januari 2011.

Marilyn E. Doenges. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Penerjemah

Kariasa I Made,  Jakarta : EGC.

Yosep, Iyus. 2009. Keperawatan Jiwa (edisi revisi). Bandung : Refika

ADITAMA

25