perbedaan kejadian postpartum blues pada …... · maupun latar belakang sosial ekonomi, dan dapat...

45
PERBEDAAN KEJADIAN POSTPARTUM BLUES PADA PERSALINAN SEKSIO SESARIA DAN PERSALINAN SPONTAN SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran FIFIANA DEWI PERMATASARI G0008213 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET Surakarta 2011 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user

Upload: trinhkiet

Post on 06-Feb-2018

216 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERBEDAAN KEJADIAN POSTPARTUM BLUES PADA …... · maupun latar belakang sosial ekonomi, dan dapat dialami lagi pada kehamilan ... estrogen, ketidakstabilan kelenjar tiroid, dan menurunnya

PERBEDAAN KEJADIAN POSTPARTUM BLUES PADA PERSALINAN

SEKSIO SESARIA DAN PERSALINAN SPONTAN

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

FIFIANA DEWI PERMATASARI

G0008213

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

Surakarta

2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 2: PERBEDAAN KEJADIAN POSTPARTUM BLUES PADA …... · maupun latar belakang sosial ekonomi, dan dapat dialami lagi pada kehamilan ... estrogen, ketidakstabilan kelenjar tiroid, dan menurunnya

1

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Melahirkan seorang anak dapat menyebabkan suatu perubahan besar yang

melibatkan gejolak fisik dan emosional yang cukup berarti. Perubahan

fisiologis tubuh dan rasa sakit yang diderita mengakibatkan perasaan tegang.

Perasaan bahagia yang timbul sering kali juga diiringi dengan perasaan was-

was, takut, dan panik karena perasaan gelisah menghadapi kenyataan akan

hadirnya tangis bayi dalam keluarga ataupun khawatir terhadap kesehatan dan

keadaan bayi yang akan lahir. Menjadi seorang ibu juga berarti melepas

identitas masa lalu seorang perempuan, melepas masa anak dan remaja yang

begitu menyenangkan dan merubahnya menjadi masa yang penuh tanggung

jawab (Marshall, 2004). Pada masa itu perempuan dituntut untuk mampu

merawat dan membesarkan anaknya menjadi pribadi yang baik dengan tetap

mempertahankan peranan sebelumnya. Tanggung jawab besar inilah yang

sering memicu perempuan mengalami depresi setelah persalinannya (Suhemi,

2009).

Perempuan setelah melahirkan dapat mengalami simptom yang mirip

dengan simptom depresi pasca melahirkan, yang dikenal dengan postpartum

blues, yang dialami hampir 80 persen perempuan yang baru melahirkan. Hal

ini berbeda dengan depresi pasca melahirkan karena postpartum blues hanya

gangguan yang dialami paling lama enam minggu dan intensitas terjadinya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 3: PERBEDAAN KEJADIAN POSTPARTUM BLUES PADA …... · maupun latar belakang sosial ekonomi, dan dapat dialami lagi pada kehamilan ... estrogen, ketidakstabilan kelenjar tiroid, dan menurunnya

2

juga lebih ringan. Postpartum blues dibedakan dari depresi postpartum dilihat

pada jangka waktunya dan segi intensitasnya. Depresi postpartum terjadi

secara konstan dan terus-menerus, sedangkan pada postpartum blues lebih

ringan. Perempuan yang mengalami postpartum blues masih bisa menikmati

tidur nyenyak apabila dijauhkan dari kewajiban mengurus bayinya. Selain itu,

hiburan tertentu masih dapat mengembalikan kegembiraannya (Handi, 2004).

Postpartum blues maupun depresi postpartum dapat terjadi pada perempuan

manapun tanpa mempertimbangkan usia, ras, agama, tingkat pendidikan,

maupun latar belakang sosial ekonomi, dan dapat dialami lagi pada kehamilan

selanjutnya (Barsky, 2006).

Penelitian ini penting dilakukan karena gangguan postpartum blues pada

ibu pasca persalinan masih dianggap sebagai hal yang wajar sehingga

seringkali terabaikan dan tidak tertangani dengan baik (Iskandar, 2004). Selain

ibu merasa enggan menceritakan gejala-gejala yang dirasakannya, hal ini

terjadi karena pihak penyedia layanan kesehatan biasanya menganggap

masalah ibu hanya sekedar “aktivitas hormon” atau menganggapnya sebagai

postpartum blues yang bersifat sementara saja dan akan hilang dengan

sendirinya (Beck, 1999). Meskipun pihak penyedia layanan kesehatan

memiliki program yang berkesinambungan terkait dengan kesehatan fisik ibu

dan bayi, namun tidak semua yang memberikan perhatian lebih pada

kesehatan psikologis ibu. Padahal perempuan mempunyai kebutuhan khusus

karena kodratnya untuk haid, hamil, melahirkan, dan menyusui sehingga

memerlukan pemeliharaan yang lebih intensif dalam hidupnya, baik fisik

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 4: PERBEDAAN KEJADIAN POSTPARTUM BLUES PADA …... · maupun latar belakang sosial ekonomi, dan dapat dialami lagi pada kehamilan ... estrogen, ketidakstabilan kelenjar tiroid, dan menurunnya

3

maupun psikologis. Kurangnya perhatian pada aspek psikologis

mengakibatkan gangguan ini berkembang menjadi gangguan emosional yang

lebih parah seperti depresi postpartum (Depkes Indonesia, 2001).

Lebih lanjut, tingkat keparahan gejala maupun dampak terjadinya depresi

postpartum menjadikan gangguan ini tidak dapat diabaikan. Penanganan

terhadapnya baru akan menjadi perhatian lebih dan membutuhkan intervensi

dari pihak-pihak profesional karena akan mempunyai dampak lebih buruk

terutama dalam hubungan perkawinan dengan suami dan dengan anaknya

(Iskandar, 2004).

Berdasarkan uraian di atas, peneliti merasa penting mengadakan suatu

penelitian untuk mengetahui perbedaan postpartum blues antara persalinan

seksio sesaria dan spontan karena diharapkan dapat memberikan pandangan

yang representatif tentang status kesehatan mental perempuan pasca

persalinan sehingga dapat digunakan sebagai dasar bahwa intervensi khusus

perlu diberikan pada perempuan pasca persalinan baik dengan persalinan

spontan ataupun dengan seksio sesaria.

B. Perumusan Masalah

Adakah perbedaan kejadian postpartum blues antara persalinan seksio

sesaria dan spontan?

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 5: PERBEDAAN KEJADIAN POSTPARTUM BLUES PADA …... · maupun latar belakang sosial ekonomi, dan dapat dialami lagi pada kehamilan ... estrogen, ketidakstabilan kelenjar tiroid, dan menurunnya

4

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya perbedaan kejadian

postpartum blues antara persalinan dengan seksio sesaria dan persalinan

spontan.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritik

Penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan dalam bidang

ilmu Obstetri Ginekologi tentang perbedaan postpartum blues antara

persalinan seksio sesaria dan spontan.

2. Manfaat terapan

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai dasar dilakukannya

pencegahan postpartum blues dengan intervensi khusus pada pasien pasca

persalinan.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 6: PERBEDAAN KEJADIAN POSTPARTUM BLUES PADA …... · maupun latar belakang sosial ekonomi, dan dapat dialami lagi pada kehamilan ... estrogen, ketidakstabilan kelenjar tiroid, dan menurunnya

5

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Postpartum Blues

a. Definisi

Postpartum blues merupakan suatu keadaan sebagai akibat dari

proses melahirkan dan merupakan suatu transisi perasaan yang dialami

perempuan pasca melahirkan yang umumnya terjadi, yang berlangsung

singkat dan bukan suatu masalah yang serius (Henshaw, 2003).

Postpartum blues merupakan hal yang umum terjadi pada perempuan

pasca melahirkan dan akan hilang dengan sendirinya sebelum mencapai

hari kesepuluh (Kennerly, 1989). Seorang perempuan yang mengalami

postpartum blues di satu minggu pertama dan tidak kunjung hilang

hingga kurun waktu dua minggu setelah melahirkan berisiko dua

setengah kali lipat mengalami depresi postpartum dua bulan berikutnya

(Iskandar, 2004).

b. Etiologi

Faktor hormonal seringkali disebut sebagai faktor utama yang

dapat memicu timbulnya postpartum blues. Faktor ini melibatkan

terjadinya perubahan kadar sejumlah hormon dalam tubuh ibu pasca

persalinan, yaitu menurunnya kadar hormon progesteron, hormon

estrogen, ketidakstabilan kelenjar tiroid, dan menurunnya tingkat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 7: PERBEDAAN KEJADIAN POSTPARTUM BLUES PADA …... · maupun latar belakang sosial ekonomi, dan dapat dialami lagi pada kehamilan ... estrogen, ketidakstabilan kelenjar tiroid, dan menurunnya

6

endorfin (hormon kesenangan). Meskipun demikian, masih banyak

faktor lain yang perlu dipertimbangkan dalam terjadinya postpartum

blues seperti harapan persalinan yang tidak sesuai dengan kenyataan,

adanya perasaan kecewa dengan keadaan fisik dirinya juga bayinya,

kelelahan akibat proses persalinan yang baru dilaluinya, kesibukan

mengurus bayi dan perasaan ibu yang merasa tidak mampu atau khawatir

akan tanggung jawab barunya sebagai ibu, kurangnya dukungan dari

suami dan orang-orang sekitar, terganggu dengan penampilan tubuhnya

yang masih tampak gemuk, dan kekhawatiran pada keadaan sosial

ekonomi yang membuat ibu harus kembali bekerja setelah melahirkan

(Kennerly, 1989).

Faktor penyebab depresi dapat secara buatan dibagi menjadi faktor

biologis, faktor genetika dan faktor psikososial. Faktor biologis berasal

dari biogenik amin, norepinefrin dan serotonin merupakan dua

neurotransmiter yang paling berperan dalam patofisiologi gangguan

mood. Faktor neurotransmitter norepinefrin yang dinyatakan oleh

penelitian ilmiah dasar antara turunnya regulasi reseptor b-adrenergik

dan respon antidepresan secara klinis memungkinkan indikasi peran

sistem noradrenergik dalam depresi. Sedangkan penurunan serotonin

dapat mencetuskan depresi, dan beberapa pasien yang bunuh diri

(depresi) memiliki konsentrasi metabolit serotonin yang rendah di dalam

cairan serebrospinal dan juga konsentrasi tempat ambilan serotonin di

trombosit. Data tertentu juga menyatakan bahwa aktivitas dopamin

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 8: PERBEDAAN KEJADIAN POSTPARTUM BLUES PADA …... · maupun latar belakang sosial ekonomi, dan dapat dialami lagi pada kehamilan ... estrogen, ketidakstabilan kelenjar tiroid, dan menurunnya

7

mungkin menurun pada depresi. Selain itu penemuan subtipe baru

reseptor dopamin dan meningkatnya pengertian tentang regulasi

prasinaptik dan pasca sinaptik fungsi dopamin semakin membuktikan

bahwa pnurunan dopamin berhubungan dengan gangguan mood.

(Sadock, 2005).

Faktor neurokimia lainnya seperti GABA (Gama Amino Buteric

Acid) dan neuroaktif peptida (terutama vasopressin dan opiate endogen)

telah dilibatkan dalam patofisiologi gangguan mood (Sadock, 2005).

Sedangkan hipothalamus adalah pusat regulasi neuroendokrin dan

menerima rangsangan neuronal yang menggunakan neurotransmitter

biogenic amin. Bermacam-macam disregulasi endokrin dijumpai pada

pasien gangguan mood (Sadock, 2005; Durand, 2007). Salah satu

hormon yang diduga memiliki peranan adalah CRH (Corticotropin

Releasing Hormon) (Yim, 2009).

Faktor genetika juga berpengaruh, pada penelitian twin studies

menunjukkan bahwa anak kembar identik memiliki kemungkinan dua

sampai tiga kali lebih tinggi untuk menunjukkan gangguan suasana

perasaan dibanding dengan kembar fraternal (Durand, 2007).

Meskipun depresi dapat terjadi pada setiap manusia dengan pola

kepribadian apapun, tetapi manusia dengan tipe kepribadian dependen-

oral, obsesif-kompulsif, histerikal memiliki risiko yang lebih tinggi

mengalami depresi. Faktor psikoanalitik dan psikodinamik juga berperan

mempengaruhi episode pertama gangguan mood. Dalam percobaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 9: PERBEDAAN KEJADIAN POSTPARTUM BLUES PADA …... · maupun latar belakang sosial ekonomi, dan dapat dialami lagi pada kehamilan ... estrogen, ketidakstabilan kelenjar tiroid, dan menurunnya

8

dengan menggunakan binatang yang dipapar dengan kejutan listrik

secara berulang maka binatang akan menyerah dan tidak melakukan

usaha sama sekali untuk menghidari kejutan yang diberika padanya dan

pada manusia depresi juga ditemukan ketidakberdayaan yang mirip. Hal

ini membuktikan bahwa ketidakberdayaan yang dipelajari (learned

helplessness) juga berpengaruh. Hal terakhir yang berpengaruh adalah

interpretasi yang keliru (misinterpretation) kognitif yang sering

menyebabkan distorsi negatif pengalaman hidup, penilaian diri yang

negatif, pesimisme, dan keputusasaan selanjutnya dapat menyebabkan

perasaan depresi. (Durand, 2007)

c. Diagnosis dan Skrining Postpartum Blues

Postpartum blues diukur dengan menggunakan Blues

Questionnaire yang berdasarkan teori postpartum blues dari Kennerley

& Gath. Kuesioner ini terdiri dari 28 item gejala postpartum blues

dengan pilihan jawaban “Ya” dan “Tidak”. Untuk “Ya” diberi skor 1 dan

“Tidak” diberi skor “0”. Gejala yang ada pada Blues Questionnaire yaitu

meneteskan air mata, semangat yang berkurang, mudah lupa, cemas,

emosi yang berlebihan, semangat yang berubah-ubah, kelelahan,

kesulitan untuk menunjukkan perasaan, ingin merasa sendiri, hampa,

mudah gugup, terlalu sensitif, emosi yang naik turun, membayangkan

sesuatu, menyesal pada diri sendiri, merasakan sangat sedih, cepat

marah, menangis terus menerus, tidak bahagia, tidak mempunyai

harapan, tidak merasa gembira, penurunan konsentrasi, penurunan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 10: PERBEDAAN KEJADIAN POSTPARTUM BLUES PADA …... · maupun latar belakang sosial ekonomi, dan dapat dialami lagi pada kehamilan ... estrogen, ketidakstabilan kelenjar tiroid, dan menurunnya

9

keceriaan, berhati-hati/waspada, ketidaknyamanan, tidak percaya diri,

dan merasa tidak tenang. (Kennerly, 1989)

Seseorang dianggap mengalami postpartum blues bila terdapat dua

belas gejala dalam pengisian kuesioner. Blues Questionnaire merupakan

alat ukur sistematis untuk mengetahui gangguan postpartum blues dan

telah diuji validitasnya (Priyastiwi, 2009).

2. Persalinan (Partus)

a. Definisi

Persalinan (partus) adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi

(janin dan uri) yang dapat hidup ke dunia luar, dari lahir melalui jalan

lahir atau jalan lain. Persalinan terjadi karena keterlibatan berbagai

faktor, salah satunya adalah hormon. Teori penurunan hormon

menyebutkan bahwa pada 1-2 minggu sebelum persalinan mulai terjadi

penurunan kadar hormon estrogen dan progesteron. Progesteron bekerja

sebagai penenang otot polos rahim dan akan menyebabkan kontraksi

pembuluh darah sehingga timbul his bila kadar progesteron turun

(Mochtar, 1998).

b. Persalinan Spontan

Persalinan spontan adalah proses lahirnya bayi dengan presentasi

belakang kepala dengan tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan alat-alat atau

pertolongan istimewa serta tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya

berlangsung kurang dari 24 jam (Winkjosastro, 2007).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 11: PERBEDAAN KEJADIAN POSTPARTUM BLUES PADA …... · maupun latar belakang sosial ekonomi, dan dapat dialami lagi pada kehamilan ... estrogen, ketidakstabilan kelenjar tiroid, dan menurunnya

10

Proses persalinan spontan terdiri dari 4 kala, yaitu kala I-IV. Kala I

(pembukaan) adalah waktu untuk pembukaan serviks sampai menjadi

pembukaan lengkap 10 cm. Kala ini ditandai dengan keluarnya lendir

bercampur darah (bloody show) karena serviks mulai membuka (dilatasi)

dan mendatar (effacement). Kala II (pengeluaran janin) dimulai saat

pembukaan sudah lengkap dan berakhir sampai bayi dilahirkan. Pada

fase ini his terkoordinir, kuat, cepat, dan lebih lama, kira-kira 2-3 menit

sekali. Setelah bayi lahir, kontraksi uterus istirahat sebentar. Selanjutnya

dimulai kala III, yaitu waktu pelepasan dan pengeluaran plasenta dan

selaput janin. Kala IV merupakan kala terakhir yang merupakan periode

pengawasan 1 jam setelah bayi dan uri lahir untuk mengamati keadaan

ibu terutama terhadap bahaya perdarah postpartum (Mochtar, 1998;

Mansjoer, 1999; Winkjosastro, 2007).

c. Seksio sesaria

Seksio sesaria adalah suatu persalinan buatan di mana janin

dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding perut dan dinding rahim

dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin di atas 500

gram (Winkjosastro, 2007). Persalinan ini dilakukan dengan beberapa

indikasi baik dari ibu maupun janin. Disproporsi kepala panggul,

plasenta previa, tumor pelvis (obstruksi jalan lahir), kelainan tenaga atau

kelainan his, ruptura uteri imminent (mengancam), serta kegagalan

persalinan yaitu persalinan tidak maju dan tidak ada pembukaan,

disebabkan serviks yang kaku, sering terjadi pada ibu primi tua atau

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 12: PERBEDAAN KEJADIAN POSTPARTUM BLUES PADA …... · maupun latar belakang sosial ekonomi, dan dapat dialami lagi pada kehamilan ... estrogen, ketidakstabilan kelenjar tiroid, dan menurunnya

11

jarak persalinan yang lama (lebih dari delapan tahun) merupakan

indikasi pada ibu sehingga perlu dilakukan seksio sesaria. Sedangkan,

janin besar (> 4000 gram), kelainan gerak, gawat janin, janin kelelahan

dan tidak ada kemajuan dalam persalinan, serta hidrocepalus merupakan

indikasi pada janin sehingga perlu dilakukan seksio sesaria. Selain itu,

ada pertimbangan lain yang digunakan sebagai indikasi seksio sesaria

yaitu ibu dengan risiko tinggi persalinan. Apabila telah mengalami

seksio sesaria atau menjalani operasi kandungan sebelumnya karena

ruptura uteri, sebaiknya persalinan berikutnya juga dengan seksio sesaria

untuk menghindari terjadinya ruptura uteri saat kontraksi uterus pada

persalinan spontan (Mochtar, 1998; Winkjosastro, 2007).

Komplikasi yang terjadi pada tindakan ini menyebabkan trauma

jaringan baik pada ibu maupun janin. Trauma jaringan (fisik) pada ibu

dapat mengakibatkan nyeri pasca seksio sesaria akut yang dapat

berkembang menjadi nyeri pasca persalinan kronik. Keadaan ini dapat

mengganggu kondisi fisik dan psikologis sang ibu (Eisenach, 2008).

Perawatan di rumah sakit yang lebih lama, biaya yang lebih mahal, serta

penundaan ke aktivitas normal yang lebih lama dapat memperparah

gangguan psikologis pada ibu, yaitu depresi pasca persalinan (Patel,

2005; Sword, 2009).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 13: PERBEDAAN KEJADIAN POSTPARTUM BLUES PADA …... · maupun latar belakang sosial ekonomi, dan dapat dialami lagi pada kehamilan ... estrogen, ketidakstabilan kelenjar tiroid, dan menurunnya

12

3. Kondisi Pasca Persalinan (masa nifas)

Kondisi pasca persalinan disebut juga masa nifas (peurperium),

yaitu kondisi di mana masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai

sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra-hamil. Lama masa ini

adalah 6-8 minggu (Mansjoer,1999).

Setelah kelahiran, pembuluh darah mengalami obliterasi akibat

perubahan hialin, dan pembuluh – pembuluh yang lebih kecil

menggantikannya. Uterus secara berangsur-angsur menjadi kecil (involusi)

sehingga kembali seperti sebelum hamil. Kontraksi rahim yang terjadi 2-4

hari pasca persalinan menyebabkan rasa sakit (after pains). Pada masa

awal nifas, peluruhan jaringan desidua menyebabkan keluarnya discharge

vagina dalam jumlah bervariasi yang disebut lokhia. Secara mikroskopis,

lokhia terdiri atas eritrosit, serpihan desidua, sel – sel epitel, dan bakteri.

Selama beberapa hari pertama setelah melahirkan, kandungan darah dalam

lokhia cukup banyak sehingga warnanya merah, lokhia rubra. Setelah 3

atau 4 hari, lokhia menjadi sangat memucat yang kemudian disebut

sebagai lokhia serosa. Setelah sekitar 10 hari, akibat campuran leukosit

dan berkurangnya kandungan cairan, lokhia menjadi berwarna putih atau

putih kekuning – kuningan, yang disebut sebagai lokhia alba

(Winkjosastro, 2007).

Puting susu, areola, duktus & lobus membesar, vaskularisasi

meningkat (Breast Engorgement). Keadaan payudara pada 2 hari pertama

nifas sama dengan keadaan dalam kehamilan. Pada waktu ini buah dada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 14: PERBEDAAN KEJADIAN POSTPARTUM BLUES PADA …... · maupun latar belakang sosial ekonomi, dan dapat dialami lagi pada kehamilan ... estrogen, ketidakstabilan kelenjar tiroid, dan menurunnya

13

belum mengandung susu, melainkan kolustrum yang dapat dikeluarkan

dengan memijat areola mamae. Kolustrum adalah cairan kuning yang

disekresi oleh payudara pada awal masa nifas. Selanjutnya, kira – kira hari

ke 3 pasca persalinan, buah dada menjadi besar, keras dan nyeri. Ini

menandai permulaan sekresi air susu dan kalau areola mamae dipijat,

maka keluarlah cairan putih dari puting susu (Mochtar, 1998;

Winkjosastro, 2007; Maulana, 2008; Suhemi, 2009).

Kandung kemih masa nifas mempunyai kapasitas yang bertambah

besar dan relatif tidak sensitif terhadap tekanan cairan intravesika.

Overdistensi pengosongan yang tidak sempurna dan urine residual yang

berlebihan sering dijumpai. Hal ini diduga karena pengaruh anestesi

terutama anestesi regional dan gangguan temporer fungsi saraf kandung

kemih. Ureter dan pelvis renalis yang mengalami dilatasi akan kembali ke

keadaan sebelum hamil mulai dari minggu ke 2 sampai ke 8 setelah

kelahiran (Ambarwati, 2008).

Selama proses kehamilan dan persalinan terdapat perubahan pada

sistem endokrin. Hormon-hormon yang berperan pada proses tersebut,

antara lain hormon plasenta, hormon pituitary, hipotalamik pituitary

ovarium, hormon oksitosin, dan hormon estrogen dan progesteron

(Ambarwati, 2008; Saleha 2009).

Perubahan sistem muskuloskeletal terjadi pada saat umur

kehamilan semakin bertambah. Adaptasi muskuloskelatal ini mencakup:

peningkatan berat badan, bergesernya pusat akibat pembesaran rahim,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 15: PERBEDAAN KEJADIAN POSTPARTUM BLUES PADA …... · maupun latar belakang sosial ekonomi, dan dapat dialami lagi pada kehamilan ... estrogen, ketidakstabilan kelenjar tiroid, dan menurunnya

14

relaksasi dan mobilitas. Namun demikian, pada saat pasca persalinan

sistem muskuloskeletal akan berangsur-angsur pulih kembali. Ambulasi

dini dilakukan segera setelah melahirkan, untuk membantu mencegah

komplikasi dan mempercepat involusi uteri (Ambarwati, 2008).

Selain itu terdapat perubahan pada dinding perut dan peritoneum.

Dinding perut akan longgar pasca persalinan. Keadaan ini akan pulih

kembali dalam 6 minggu. Selama masa kehamilan, kulit abdomen akan

melebar, melonggar dan mengendur hingga berbulan-bulan. Otot-otot dari

dinding abdomen dapat kembali normal kembali dalam beberapa minggu

pasca melahirkan dengan latihan postnatal. Striae pada dinding abdomen

tidak dapat menghilang sempurna melainkan membentuk garis lurus yang

samar. Setelah janin lahir, ligamen-ligamen, diafragma pelvis dan fasia

yang meregang sewaktu kehamilan dan partus berangsur-angsur menciut

kembali seperti sediakala. Tidak jarang ligamentum rotundum menjadi

kendor yang mengakibatkan letak uterus menjadi retrofleksi (Ambarwati,

2008).

Biasanya ibu mengalami obstipasi setelah persalinan. Hal ini

disebabkan karena pada waktu melahirkan alat pencernaan mendapat

tekanan yang menyebabkan kolon menjadi kosong, pengeluaran cairan

yang berlebihan pada waktu persalinan (dehidrasi), kurang makan,

haemoroid, laserasi jalan lahir. (Ambarwati, 2008).

Satu hari (24jam) postpartum suhu badan akan naik sedikit (37,5°C

- 38°C) sebagai akibat kerja keras waktu melahirkan, kehilangan cairan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 16: PERBEDAAN KEJADIAN POSTPARTUM BLUES PADA …... · maupun latar belakang sosial ekonomi, dan dapat dialami lagi pada kehamilan ... estrogen, ketidakstabilan kelenjar tiroid, dan menurunnya

15

dan kelelahan. Apabila keadaan normal suhu badan menjadi biasa.

Biasanya pada hari ketiga suhu badan naik lagi karena adanya

pembentukan ASI, buah dada menjadi bengkak, berwarna merah karena

banyaknya ASI. Bila suhu tidak turun kemungkinan adanya infeksi pada

endometrium, mastitis, tractus genitalis atau sistem lain. Denyut nadi

normal pada orang dewasa 60-80 kali permenit. Setelah melahirkan denyut

nadi itu akan lebih cepat. Kemungkinan tekanan darah akan rendah setelah

ibu melahirkan karena ada perdarahan. Tekanan darah tinggi pada

postpartum dapat menandakan terjadinya preeklampsi postpartum

(Ambarwati, 2008).

Keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu dan

denyut nadi. Bila suhu nadi tidak normal, pernafasan juga akan

mengikutinya, kecuali ada gangguan khusus pada saluran nafas

(Ambarwati, 2008).

Pada persalinan pervaginam, biasanya perempuan kehilangan darah

sekitar 300 – 400 cc. Bila kelahiran melalui seksio sesarea, maka

kehilangan darah dapat dua kali lipat. Perubahan terdiri dari volume darah

dan hematokrit. Bila persalinan pervaginam, hematokrit akan naik dan

pada seksio sesaria, hematokrit cenderung stabil dan kembali normal

setelah 4-6 minggu. Setelah persalinan, shunt akan hilang dengan tiba-tiba.

Volume darah ibu relatif akan bertambah. Keadaan ini akan menimbulkan

beban pada jantung. Keadaan ini dapat diatasi dengan mekanisme

kompensasi dengan timbulnya haemokonsentrasi sehingga volume darah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 17: PERBEDAAN KEJADIAN POSTPARTUM BLUES PADA …... · maupun latar belakang sosial ekonomi, dan dapat dialami lagi pada kehamilan ... estrogen, ketidakstabilan kelenjar tiroid, dan menurunnya

16

kembali seperti sediakala, umumnya hal ini terjadi pada hari 3-5

postpartum (Ambarwati, 2008).

Selama minggu-minggu terakhir kehamilan, kadar fibrinogen dan

plasma serta faktor-faktor pembekuan darah meningkat. Pada hari pertama

postpartum, kadar fibrinogen dan plasma akan sedikit menurun tetapi

darah lebih mengental dengan peningkatan viskositas sehingga

meningkatkan faktor pembekuan darah. Leukositosis yang meningkat di

mana jumlah sel darah putih dapat mencapai 15.000 selama persalinan

akan tetap tinggi dalam beberapa hari pertama dari masa postpartum.

Jumlah sel darah putih tersebut masih bisa naik lagi sampai 25.000 atau

30.000 tanpa adanya kondisi patologis jika perempuan tersebut mengalami

persalinan lama. Jumlah hemoglobine, hematokrit dan eritrosit akan sangat

bervariasi pada awal-awal masa postpartum sebagai akibat dari volume

darah, volume plasenta dan tingkat volume darah yang berubah-ubah.

Semua tingkatan ini akan dipengaruhi oleh status gizi dan hidrasi

perempuan tersebut. Kira-kira selama kelahiran dan masa postpartum

terjadi kehilangan darah sekitar 200-500 ml. Penurunan volume dan

peningkatan sel darah pada kehamilan diasosiasikan dengan peningkatan

hematokrit dan hemoglobine pada hari ke 3-7 postpartum dan akan

kembali normal dalam 4-5 minggu postpartum (Ambarwati, 2008).

Dalam menjalani adaptasi pada pasca persalinan, ibu akan

mengalami fase sebagai berikut (Ambarwati, 2008; Maulana, 2008;

Suhemi, 2009).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 18: PERBEDAAN KEJADIAN POSTPARTUM BLUES PADA …... · maupun latar belakang sosial ekonomi, dan dapat dialami lagi pada kehamilan ... estrogen, ketidakstabilan kelenjar tiroid, dan menurunnya

17

a. Fase Taking in

Fase ini adalah periode ketergantungan yang berlangsung

pada hari pertama sampai hari kedua setelah melahirkan. Pada saat

itu fokus perhatian ibu terutama pada dirinya sendiri. Pengalaman

selama proses persalinan sering berulang diceritakannya. Hal ini

membuat cenderung ibu menjadi pasif terhadap lingkungannya.

b. Fase taking hold

Periode yang berlangsung antara 3-10 hari setelah

melahirkan. Pada fase ini ibu merasa khawatir akan

ketidakmampuannya dan rasa tanggung jawabnya dalam merawat

bayi. Pada fase ini ibu memerlukan dukungan karena saat ini

merupakan kesempatan yang baik untuk menerima berbagai

penyuluhan dalam merawat diri dan bayinya sehingga timbul

percaya diri.

c. Fase letting go.

Fase ini adalah saat sang ibu menerima tanggung jawab akan

peran barunya yang berlangsung sepuluh hari setelah melahirkan.

Ibu sudah dapat menyesuaikan diri, merawat diri dan bayinya

sudah meningkat.

4. Perubahan Emosional Pasca Melahirkan

Secara umum terdapat tiga jenis reaksi emosional yang dijumpai

pada perempuan pasca persalinan yaitu Maternity blues atau postpartum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 19: PERBEDAAN KEJADIAN POSTPARTUM BLUES PADA …... · maupun latar belakang sosial ekonomi, dan dapat dialami lagi pada kehamilan ... estrogen, ketidakstabilan kelenjar tiroid, dan menurunnya

18

blues atau baby blues, depresi pasca persalinan (DPP), dan psikosis pasca

persalinan (psikosis puerperal) (Marshall, 2004; Yim, 2009).

Psikosis pasca persalinan bisa dikatakan sebagai bentuk paling berat

dari depresi pasca persalinan karena sudah ditandai dengan adanya

ketidakmampuan membedakan antara realita (kenyataan) dan khayalan.

Tanda dan gejala yang dialami oleh seseorang yang mengalaminya antara

lain adalah waham. Waham adalah keyakinan yang salah (tidak sesuai

dengan kenyataan, budaya dan norma yang berlaku) yang tetap

dipertahankan walaupun telah dikoreksi dan diberikan bukti-bukti. Gejala

lain yaitu terjadinya gangguan atau distorsi persepsi, yang antara lain

berupa ilusi dan halusinasi atau adanya perilaku yang tidak wajar, yang

berupa antara lain gaduh gelisah, marah-marah tanpa sebab, mengamuk,

mencelakai diri sendiri atau orang lain (Marshall, 2004; Hay, 2009).

Gejala dan tanda postpartum blues yang muncul antara lain

meneteskan air mata, semangat yang berkurang, mudah lupa, cemas, emosi

yang berlebihan, semangat yang berubah-ubah, kelelahan, kesulitan

menunjukkan perasaan, ingin merasa sendiri, hampa/tidak dapat

merasakan apa-apa, mudah gugup, terlalu sensitif, emosi yang naik turun,

gelisah, membayangkan sesuatu, menyesal pada diri sendiri, merasakan

sangat sedih, cepat marah, menangis terus menerus, tidak bahagia, tidak

mempunyai harapan, tidak merasa gembira, penurunan konsentrasi,

penurunan keceriaan, berhati-hati/waspada, ketidaknyamanan, tidak

percaya diri, dan merasa tidak tenang (Kennerly, 1989).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 20: PERBEDAAN KEJADIAN POSTPARTUM BLUES PADA …... · maupun latar belakang sosial ekonomi, dan dapat dialami lagi pada kehamilan ... estrogen, ketidakstabilan kelenjar tiroid, dan menurunnya

19

Postpartum blues dapat berkembang menjadi depresi pasca

persalinan, dan depresi pasca persalinan juga mampu berkembang menjadi

psikosis pasca persalinan. Dalam hal ini, depresi pasca persalinan

didefiniskan sebagai suatu depresi yang ditemukan pada wanita setelah

melahirkan, yang terjadi dalam kurun waktu 4 hingga 6 minggu. Hal ini

dapat berlangsung hingga beberapa bulan bahkan beberapa tahun bila tidak

diatasi (Dorheim, 2009).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 21: PERBEDAAN KEJADIAN POSTPARTUM BLUES PADA …... · maupun latar belakang sosial ekonomi, dan dapat dialami lagi pada kehamilan ... estrogen, ketidakstabilan kelenjar tiroid, dan menurunnya

20

B. Kerangka Berpikir

Ketererangan:

Garis lurus: faktor yang secara langsung mempengaruhi postpartum blues

Garis putus-putus: faktor luar yang tidak dapat dikendalikan yang turut

mempengaruhi postpartum blues.

Pengalaman persalinan

Persalinan spontan Persalinan seksio sesaria

- Perubahan fisik - Perubahan psikologis

1. Nyeri pasca persalinan

2. Perawatan 3. Biaya 4. Penundaan ke

aktivitas normal

1.Nyeri pasca persalinan lebih parah

2.Perawatan lebih lama

3.Biaya lebih mahal 4.Penundaan ke

aktivitas normal lebih lama

Postpartum blues (+)/(-)

Postpartum blues (+)/(-) a. Hormon

b. Kepribadian c. Kondisi

kehamilan d. Riwayat

menyusui e. Sosial ekonomi f. Dukungan suami

dan keluarga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 22: PERBEDAAN KEJADIAN POSTPARTUM BLUES PADA …... · maupun latar belakang sosial ekonomi, dan dapat dialami lagi pada kehamilan ... estrogen, ketidakstabilan kelenjar tiroid, dan menurunnya

21

C. Hipotesis

Kejadian postpartum blues lebih banyak pada persalinan dengan seksio

sesarea dibandingkan persalinan spontan.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 23: PERBEDAAN KEJADIAN POSTPARTUM BLUES PADA …... · maupun latar belakang sosial ekonomi, dan dapat dialami lagi pada kehamilan ... estrogen, ketidakstabilan kelenjar tiroid, dan menurunnya

22

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis penelitian

Penelitian yang akan dilakukan merupakan observasional analitik

dengan pendekatan cross sectional. Dalam penelitian ini, variabel bebas dan

terikat dinilai secara simultan pada saat yang sama. Jadi tidak ada follow up

pada penelitian ini (Arief, 2008).

B. Lokasi penelitian

Penelitian dilakukan di UPTD RS Daerah Banjarsari dan Rumah

Bersalin Fitri Candra Wonogiri.

.C. Subjek penelitian

Populasi adalah keseluruhan subjek dalam penelitian (Arikunto,

2002). Populasi dalam penelitian ini adalah pasien pasca persalinan yang

menjalani rawat inap di Bangsal Perawatan Kebidanan dan Kandungan di RS

Daerah Banjarsari dan Rumah Bersalin Fitri Candra Wonogiri.

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian adalah

non random purposive quota sampling, yaitu teknik penentuan sampel

berdasarkan pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti (Sugiono, 2007).

1. Kriteria inklusi

a. Umur 20-35 tahun

b. Jenis persalinan spontan atau seksio sesaria

c. Umur kehamilan aterm (36-42 minggu)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 24: PERBEDAAN KEJADIAN POSTPARTUM BLUES PADA …... · maupun latar belakang sosial ekonomi, dan dapat dialami lagi pada kehamilan ... estrogen, ketidakstabilan kelenjar tiroid, dan menurunnya

23

d. Tidak ada riwayat pengobatan depresi sebelumnya

e. Primipara

f. Apgar Score ≥ 7

2. Kriteria eksklusi

a. Skor L-MMPI > 10

b. Komplikasi obstetri (preeklampsia, plasenta previa)

c. Kelainan konginetal mayor

D. Teknik sampling

Pengambilan sampel dilakukan secara teknik non random purposive

quota sampling. Non random purposive quota sampling adalah suatu cara

pengambilan dari suatu populasi di mana untuk mendapatkan sampel

tersebut, peneliti memberikan kriteria inklusi yang dianggap sesuai dengan

tujuan penelitian. Dalam penelitian ini digunakan 66 pasien dari UPTD RS

Daerah Banjarsari dan Rumah Bersalin Fitri Candra, di mana 33 pasien

dengan persalinan normal dan 33 adalah pasien dengan seksio sesaria.

Berdasarkan dalil rule of thumb jumlah minimal sampel yang dapat

dipertanggungjawabkan secara statistik, sudah disepakati dan merupakan

kelaziman bagi para ahli statistik adalah 30 orang. Jumlah tersebut disetujui

karena sudah mendekati distribusi normal. Dan untuk mengantisipasi

kemungkinan berkurangnya sampel maka digunakan rumus n’ = n/1-L. di

mana n’ = ukuran sampel setelah revisi, n = ukuran sampel asli, L = non

response rate/subjek yang hilang. Bila diantisipasi ada 10% subjek yang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 25: PERBEDAAN KEJADIAN POSTPARTUM BLUES PADA …... · maupun latar belakang sosial ekonomi, dan dapat dialami lagi pada kehamilan ... estrogen, ketidakstabilan kelenjar tiroid, dan menurunnya

24

hilang maka didapatkan nilai 33,33, dan dibulatkan menjadi 33 subjek (Murti,

2006). Jadi jumlah sampel 66 dianggap sudah representatif dalam penelitian

ini.

E. Identifikasi variabel

1. Variabel bebas : persalinan spontan dan

seksio sesaria

2. Variabel terikat : postpartum blues

3. Variabel luar :

a. Variabel terkendali : kejujuran.

b. Variabel tidak terkendali : kepribadian, hormon, sosial ekonomi

F. Definisi operasional variabel

1. Persalinan spontan

a. Definisi

Persalinan spontan adalah proses lahirnya bayi dengan presentasi

belakang kepala dengan tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan alat-alat

atau pertolongan istimewa serta tidak melukai ibu dan bayi yang

umumnya berlangsung kurang dari 24 jam (Winkjosastro, 2007).

b. Alat ukur : rekam medik

c. Skala : nominal

2. Persalinan seksio sesarea

a. Definisi

Suatu persalinan buatan di mana janin dilahirkan melalui suatu insisi

pada dinding perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam

keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram (Winkjosastro, 2007).

b. Alat ukur : rekam medik

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 26: PERBEDAAN KEJADIAN POSTPARTUM BLUES PADA …... · maupun latar belakang sosial ekonomi, dan dapat dialami lagi pada kehamilan ... estrogen, ketidakstabilan kelenjar tiroid, dan menurunnya

25

c. Skala: nominal

3. Postpartum Blues

a. Definisi

Suatu keadaan sebagai akibat dari proses melahirkan dan

merupakan suatu transisi perasaan yang dialami perempuan pasca

melahirkan yang umumnya terjadi, yang berlangsung singkat dan

bukan suatu masalah yang serius (Henshaw, 2003).

Alat ukur : kuesioner Blues Questionnaire

b. Cara pengukuran

Pengisian kuesioner Blues Questionnaire dilakukan sendiri oleh

responden dengan didampingi peneliti dan hasil yang diperoleh

akan dinilai dengan skor tertentu.

c. Skala : nominal

G. Instrumen Penelitian

1. Instrumen Lembar persetujuan dan identitas pribadi

2. Skala Inventori Lie Scale Minnesota Multiphasic Personality Inventory

(L-MMPI)

Menurut Graham dalam Handi (2004) instrumen ini digunakan untuk

menguji kejujuran responden dalam menjawab pertanyaan yang ada pada

kuesioner penelitian. Skala L-MMPI berisi 15 butir pernyataan untuk

dijawab responden dengan ”ya” bila butir pertanyaan dalam L-MMPI

sesuai dengan perasaan dan keadaan responden, dan ”tidak” bila tidak

sesuai dengan perasaan dan keadaan responden. Responden dapat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 27: PERBEDAAN KEJADIAN POSTPARTUM BLUES PADA …... · maupun latar belakang sosial ekonomi, dan dapat dialami lagi pada kehamilan ... estrogen, ketidakstabilan kelenjar tiroid, dan menurunnya

26

dipertanggungjawabkan kejujurannya bila jawaban ”tidak” berjumlah 10

atau kurang.

3. Blues Questionnaire

Kuesioner ini terdiri dari 28 item gejala postpartum blues dengan pilihan

jawaban “Ya” dan “Tidak”. Untuk “Ya” diberi skor 1 dan “Tidak” diberi

skor “0”. Postpartum blues dibagi menjadi 7 kelas, di mana masing

masing kelas jumlah gejalanya tidak sama. Seseorang dianggap

mengalami postpartum blues bila terdapat dua belas gejala dalam

pengisian kuesioner. Blues Questionnaire merupakan alat ukur sistematis

untuk mengetahui gangguan postpartum blues dan telah diuji

validitasnya.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 28: PERBEDAAN KEJADIAN POSTPARTUM BLUES PADA …... · maupun latar belakang sosial ekonomi, dan dapat dialami lagi pada kehamilan ... estrogen, ketidakstabilan kelenjar tiroid, dan menurunnya

27

H. Protokol penelitian

I. Analisis Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini akan dianalisis dengan

menggunakan uji Chi-Square dan diolah dengan menggunakan Statistical

Product and Service Solution (SPSS) 17 for Windows.

Kuesioner L-MMPI

Persalinan spontan Persalinan seksio sesaria

Sampel

Kuesioner L-MMPI

Blues questionnair Blues questionnair

Postpartum blues

Tidak postpartum

blues

Postpartum blues

Uji Chi-Square

Tidak postpartum

blues

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 29: PERBEDAAN KEJADIAN POSTPARTUM BLUES PADA …... · maupun latar belakang sosial ekonomi, dan dapat dialami lagi pada kehamilan ... estrogen, ketidakstabilan kelenjar tiroid, dan menurunnya

28

BAB IV

HASIL PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian analtik observational dengan

pendekatan cross sectional. Populasi pada penelitian ini adalah pasien

pasca persalinan yang menjalani rawat inap di Bangsal Perawatan

Kebidanan dan Kandungan di UPTD RS Daerah Banjarsari dan Rumah

Bersalin Fitri Candra Wonogiri. Pengambilan sampel dilakukan secara

teknik non random purposive quota sampling. Dalam penelitian ini

digunakan 66 pasien di Bangsal Perawatan UPF Kebidanan dan Kandungan

UPTD RS Daerah Banjarsari dan Rumah Bersalin Fitri Candra, di mana 33

pasien dengan persalinan normal dan 33 lainnya adalah pasien dengan

persalinan seksio sesaria.

Dari penelitian yang dilakukan dengan pengambilan data dan

pengisian kuesioner pada pasien persalinan spontan dan persalinan seksio

sesaria diperoleh hasil sebagai berikut:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 30: PERBEDAAN KEJADIAN POSTPARTUM BLUES PADA …... · maupun latar belakang sosial ekonomi, dan dapat dialami lagi pada kehamilan ... estrogen, ketidakstabilan kelenjar tiroid, dan menurunnya

29

A. Ciri-ciri Subjek Penelitian

Tabel IV.1 Distribusi Data Responden Berdasarkan Usia

Usia Seksio

sesaria

prosentase Spontan Prosentase

20-29 tahun 28 84,85 % 30 90,91 %

30-35 tahun 5 15,15 % 3 9,09 %

Jumlah 33 100 % 33 100 %

Dari tabel IV. diketahui bahwa berdasarkan usia responden pada

kelompok usia 20-29 tahun pada persalinan seksio sesaria sebanyak 84,85

% sedangkan persalinan spontan sebanyak 90,91 %. Kelompok usia 30-35

tahun sebanyak pada persalinan seksio sesaria sebanyak 15,15 %

sedangkan persalinan spontan sebanyak 9,09 %. Rerata usia persalinan

pada seksio sesaria adalah 25,57 tahun sedangkan pada persalinan spontan

adalah 23,45 tahun.

Tabel IV.2 Distribusi Responden Berdasarkan Penghasilan

Penghasilan Seksio

sesaria

Prosentase Spontan Prosentase

<Rp 1.000.000 9 27,27 % 26 78,79 %

≥Rp 1.000.000 24 72,73 % 7 21,21 %

Jumlah 33 100 % 33 100 %

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 31: PERBEDAAN KEJADIAN POSTPARTUM BLUES PADA …... · maupun latar belakang sosial ekonomi, dan dapat dialami lagi pada kehamilan ... estrogen, ketidakstabilan kelenjar tiroid, dan menurunnya

30

Dari tabel IV.2 diketahui jumlah responden yang mempunyai

penghasilan < Rp 1.000.000 pada persalinan seksio sesaria sebanyak 27,27

% sedangkan pada persalinan spontan sebanyak 78,79 %. Responden yang

mempunyai penghasilan ≥ Rp 1.000.000 pada persalinan seksio sesaria

sebanyak 72,73 % sedangkan pada persalinan spontan sebanyak 21,21 %.

Tabel IV.3 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Persalinan.

Persalinan Jumlah Prosentase

Spontan

Seksio sesario

33

33

50,00 %

50,00 %

Jumlah 66 100,00 %

Dari tabel IV.3 diketahui jumlah responden dengan persalinan

spontan sebanyak 33 orang (50,00 %) dan responden dengan persalinan

seksio sesaria sebanyak 33 orang (50,00 %).

Tabel IV.4 Distribusi Responden Berdasarkan Postpartum Blues.

Postpartum

Blues

Jumlah Prosentase

Ada

Tidak

28

38

42,40 %

57,60 %

Jumlah 66 100,00 %

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 32: PERBEDAAN KEJADIAN POSTPARTUM BLUES PADA …... · maupun latar belakang sosial ekonomi, dan dapat dialami lagi pada kehamilan ... estrogen, ketidakstabilan kelenjar tiroid, dan menurunnya

31

Dari tabel IV.4 diketahui jumlah responden yang ada (mengalami)

postpartum blues sebanyak 28 orang (42,40 %) dan responden tidak

postpartum blues sebanyak 38 orang (57,60 %).

B. Analisis Data.

Untuk mengetahui perbedaan kejadian postpartum blues pada

persalinan seksio sesario dan persalinan spontan uji statistik Chi Kuadrat.

Tabel 5. Tabulasi Silang Hasil Penelitian

Tidak Postpartum Blues

Postpartum Blues

Total

Persalinan SC Count (% of Total)

14 (21.2 %)

19 (28.8 %)

33 (50.0 %)

Persalinan Spontan

Count (% of Total)

24 (36.4 %)

9 (13.6 %)

33 (50.0 %)

Total Count (% of Total)

38 (57.6 %)

28 (41.4 %)

66 (100 %)

Dari penelitian diperoleh hasil pada tabulasi silang responden dengan

persalinan seksio sesaria yang tidak mengalami postpartum blues sebanyak 14

orang (21,2%) dan ada (mengalami) postpartum blues sebanyak 19 orang

(28,8%). Sedangkan responden dengan persalinan spontan yang tidak mengalami

postpartum blues sebanyak 24 orang (36,40%) dan ada (mengalami) postpartum

blues sebanyak 9 orang (13,6%). Dari hasil perhitungan dengan SPSS diperoleh

nilai c² hitung sebesar 6,203 dengan p-value sebesar 0,01, dengan df 1 c² tabel

sebesar 3,8. Oleh karena c²hitung (6,203) > c²tabel (3,8) atau p value (0.01) <

0,05 (a) maka Ho ditolak, sehingga dapat dinyatakan ada perbedaan yang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 33: PERBEDAAN KEJADIAN POSTPARTUM BLUES PADA …... · maupun latar belakang sosial ekonomi, dan dapat dialami lagi pada kehamilan ... estrogen, ketidakstabilan kelenjar tiroid, dan menurunnya

32

bermakna kejadian postpartum blues pada persalinan seksio sesaria dan persalinan

spontan. Risiko prevalensi pada persalinan seksio sesaria sebesar 2,11 yang berarti

risiko postpartum blues dua kali lebih besar pada persalinan seksio sesaria.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 34: PERBEDAAN KEJADIAN POSTPARTUM BLUES PADA …... · maupun latar belakang sosial ekonomi, dan dapat dialami lagi pada kehamilan ... estrogen, ketidakstabilan kelenjar tiroid, dan menurunnya

33

BAB V

PEMBAHASAN

Pospartum blues terdiri dari 28 gejala yang dibagi menjadi 7 kelas, di

mana masing-masing kelas jumlah gejalanya tidak sama. Seorang dikatakan

mengalami postpartum blues jika terdapat 12 gejala dari 28 gejala yang ada.

Dari tabel IV.5 tabulasi silang hasil penelitian sebagian besar kejadian

postpartum blues dialami pada persalinan seksio sesaria yaitu sebesar 28,80 %

sedangkan pada persalinan spontan sebesar 13,60 %. Hasil penelitian sesuai

dengan penelitian dari Gonidakis (2007), sekitar 71,3 % perempuan yang baru

melahirkan di Yunani mengalami postpartum blues di tiga hari pertama

postpartum.

Persalinan seksio sesaria adalah suatu persalinan buatan di mana janin

dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan

syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram. Selain itu

ada pertimbangan lain yang digunakan sebagai indikasi seksio sesaria yaitu

ibu dengan risiko tinggi persalinan. Komplikasi yang terjadi pada tindakan ini

menyebabkan trauma jaringan baik pada ibu maupun janin. Trauma jaringan

(fisik) pada ibu dapat mengakibatkan nyeri pasca seksio sesaria akut yang

dapat mengganggu kondisi fisik dan psikologis sang ibu. Menurut Patel

(2005) dan Sword (2009) menyatakan bahwa perawatan di rumah sakit yang

lebih lama, biaya yang lebih mahal, serta penundaan ke aktivitas normal yang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 35: PERBEDAAN KEJADIAN POSTPARTUM BLUES PADA …... · maupun latar belakang sosial ekonomi, dan dapat dialami lagi pada kehamilan ... estrogen, ketidakstabilan kelenjar tiroid, dan menurunnya

34

lebih lama dapat mempengaruhi gangguan psikologis pada ibu, yaitu depresi

pasca persalinan.

Hasil yang diperoleh pada penelitian ini sesuai dengan penelitian yang

dilakukan oleh Cury (2008), postpartum blues yang muncul pada perempuan

post operatif (SC) terlihat lebih nyata dibandingkan dengan perempuan yang

melahirkan secara normal. Perbedaan sangat nyata terlihat dari waktu

munculnya gejala postpartum blues. Pada perempuan yang melahirkan secara

normal, gejala postpartum blues terlihat memuncak di hari ke tiga dan empat,

sedangkan pada perempuan post SC gejala-gejala postpartum blues muncul

segera setelah operasi dan menghilang secara progresif.

Menurut Iles (1989), perempuan yang menjalani kelahiran dengan SC

lebih berisiko mengalami gangguan mood setelah melahirkan di awal masa

postpartum dibandingkan perempuan yang menjalani persalinan spontan. Hal

tersebut karena stres akibat proses pembedahan yang dilakukan, yang

mengakibatkan perubahan pada sistem endokrin dan psikologis di masa

puerpurium sehingga berakibat berkembangnya postpartum blues yang lebih

nyata terlihat (Stig, 2001).

Postpartum blues yang muncul pada perempuan yang baru melahirkan

karena perubahan hormonal setelah melahirkan, yaitu pengaruh perubahan

hormon estrogen dan progesteron (Kennerley, 1989). Menurut Levy (1987),

pada perempuan post SC, postpartum blues ini muncul karena pengaruh

hormon kortisol. Hormon kortisol ini seperti diketahui meningkat selama

hamil dan setelah operasi yang berakibat pada perubahan mood. Disforia yang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 36: PERBEDAAN KEJADIAN POSTPARTUM BLUES PADA …... · maupun latar belakang sosial ekonomi, dan dapat dialami lagi pada kehamilan ... estrogen, ketidakstabilan kelenjar tiroid, dan menurunnya

35

terjadi karena peningkatan hormon kortisol yang menyebabkan hormon

adrenal makin meningkat karena stres. Postpartum blues merupakan disforia

yang terjadi sebagai reaksi akibat dari stres akut setelah mengalami proses

operasi dan karena trauma fisik akibat pembedahan.

Hasil penelitian Isdinawati (2000) menyebutkan kecenderungan depresi

postpartum perempuan primipara lebih tinggi dibandingkan perempuan

multipara. Perempuan primipara belum mempunyai pengalaman dalam

merawat anak sehingga timbul rasa takut dan khawatir melakukan kesalahan

dalam merawat bayi. Begitu pula dalam melakukan tugas sebagai seorang ibu,

wanita primipara merasa bingung, lebih terbebani, dan merasa kebebasannya

berkurang dengan hadirnya seorang anak (Isdinawati, 2000)

Menurut Freudenthal (1999), postpartum blues yang dialami seorang

perempuan setelah melahirkan terjadi karena sedikit atau tidak ada sama

sekali bantuan dalam merawat anak. Hal tersebut dapat terjadi pada setiap

perempuan, baik pada perempuan primipara maupun multipara. Postpartum

blues yang dialami perempuan setelah melahirkan juga disebabkan kurangnya

pengetahuan perempuan yang baru melahirkan terhadap tugas-tugas baru yang

harus dijalani sebagai seorang ibu (Hunker, 2007).

Menurut Fisher (1997) bahwa perempuan yang menjalani seksio sesaria

emergency akan mengalami perasaan gagal dan penurunan harga diri lebih

besar karena tidak dapat melahirkan dengan normal serta tidak memiliki

persiapan sebelumnya. Kelahiran dengan prosedur seksio sesaria emergency

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 37: PERBEDAAN KEJADIAN POSTPARTUM BLUES PADA …... · maupun latar belakang sosial ekonomi, dan dapat dialami lagi pada kehamilan ... estrogen, ketidakstabilan kelenjar tiroid, dan menurunnya

36

akan membawa dampak psikologis yang negatif bagi perempuan setelahnya

dibandingkan perempuan yang menjalani seksio sesaria elektif. Perempuan

yang menjalani seksio sesaria elektif, persiapan telah dipersiapkan

sebelumnya karena mendapat informasi dari tenaga kesehatan. Perempuan

yang menjalani seksio sesaria elektif akan menerima informasi mengenai

proses seksio sesaria, waktu yang dibutuhkan, dan risiko yang kemungkinan

muncul setelahnya dari staf kesehatan sewaktu pemeriksaan antenatal care.

Proses informasi yang diterima akan membuat wanita yang menjalani seksio

sesaria elektif mempersiapkan diri lebih baik secara fisik maupun mental serta

proses penyembuhannya akan lebih cepat dan tidak menimbulkan trauma yang

berat seperti pada wanita yang menjalani seksio sesaria emergency (Churcill,

2005).

Perempuan yang menjalani seksio sesaria emergency tidak mengetahui

sebelumnya bahwa kehamilannya harus diakhiri dengan seksio sesaria.

Pemberitahuan bahwa proses persalinan akan dilakukan dengan seksio sesaria

dilakukan sesaat sebelum proses operasi, sehingga perempuan yang menjalani

seksio sesaria emergency tidak dapat mengantisipasi perasaannya (Churcill,

2005). Perempuan yang mejalani seksio sesaria emergency tidak memiliki

persiapan dan pengetahuan yang cukup mengenai seksio sesaria dan dampak

yang ditimbulkan setelah seksio sesaria. Seorang perempuan yang menjalani

seksio sesaria emergency akan merasa lebih takut akan kematian atau terluka,

takut kehilangan bayinya, serta kehilangan kesadaran seterusnya akibat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 38: PERBEDAAN KEJADIAN POSTPARTUM BLUES PADA …... · maupun latar belakang sosial ekonomi, dan dapat dialami lagi pada kehamilan ... estrogen, ketidakstabilan kelenjar tiroid, dan menurunnya

37

penggunaan anestesi (loss contact with reality) karena tidak pernah terpikirkan

akan melahirkan dengan seksio sesaria sebelumnya (Ryding, 2000).

Trauma akan kelahiran dengan proses operasi tanpa pemberitahuan

sebelumnya merupakan salah satu penyebab postpartum blues. Selain karena

trauma, proses pemisahan dengan bayi yang baru dilahirkan yang belum

diantisipasi sebelumnya membuat kekhawatiran perempuan yang menjalani

seksio sesaria emergency bertambah. Sebagian besar perempuan yang

menjalani SC, mempunyai masalah pada keadaan ibu dan bayinya sehingga

keadaan keduanya setelah proses persalinan akan dipisahkan sampai keadaan

keduanya stabil. Banyak wanita yang merasa cemas dan khawatir dengan

keadaan fisik bayinya (Hunker, 2007).

Hasil yang diperoleh pada penelitian ini sesuai dengan penelitian yang

dilakukan oleh Iles (1989) yang dilakukan di RS Oxford, kelas postpartum

blues yang paling dominan pada wanita post operasi adalah kelas retardasi

(retardation) dan kelas kepercayaan diri. Kedua kelas tersebut memuncak di

hari pertama dan kedua, selanjutnya menurun sampai hari ke sepuluh. Hal

tersebut bertentangan dengan penelitian yang dilakukan Kennerly dan Gath

(1989) menyebutkan, bahwa gejala postpartum blues yang paling sering

muncul pada wanita yang baru melahirkan berada dalam kelas primary blues

dan retardasi di mana masing-masing proporsinya adalah 36 %.

Penelitian Kane melaporkan, bahwa sekitar 64 % perempuan baru saja

melahirkan mengalami kecemasan, depresi, mood yang labil dan kesulitan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 39: PERBEDAAN KEJADIAN POSTPARTUM BLUES PADA …... · maupun latar belakang sosial ekonomi, dan dapat dialami lagi pada kehamilan ... estrogen, ketidakstabilan kelenjar tiroid, dan menurunnya

38

kognitif (kurangnya konsentrasi dan penurunan memori jangka pendek)

(Henshaw, 2003). Penelitian dari Herlina (2008) menyebutkan, sekitar 7 orang

(18,92%) dari 37 orang perempuan postpartum mengalami depresi ringan

(postpartum blues) dengan menunjukkan gejala-gejala seperti kelelahan,

mudah tersinggung dan mudah menangis tanpa alasan yang jelas.

Banyak perempuan yang baru melahirkan mengalami perasaan bahagia

dan disforia dalam waktu bersamaan (Henshaw, 2003). Penelitian dari Cury

(2008) dengan Stein’s Scale menjelaskan, sekitar 50% perempuan mengalami

postpartum blues mengalami gejala mudah meneteskan air mata dan perasaan

sangat sedih. Penelitian dari Okano dan Nomura cit Rohde (1997)

menjelaskan bahwa gejala yang sering muncul di hari ke tiga sampai hari ke

lima antara lain kelelahan, emosi yang naik turun, dan mudah meneteskan air

mata.

Pada penelitian ini didapatkan tingginya gejala ketidaknyamanan,

kelelahan, dan kegelisahan. Penelitian yang dilakukan oleh Levy (1987)

menyebutkan, gejala yang paling banyak muncul pada perempuan post operasi

yang mengalami postpartum blues adalah ketidaknyamanan (89%), kelelahan

(86%) dan kegelisahan (70%) dengan menggunakan Blues Rating

Questionnaire oleh Stein. Ketidaknyamanan disebabkan adanya luka di dearah

pembedahan yang menyebabkan rasa nyeri lebih hebat yang dirasakan

dibandingkan perempuan yang menjalani persalinan normal.

Ketidaknyamanan juga membuat para perempuan post operasi pembedahan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 40: PERBEDAAN KEJADIAN POSTPARTUM BLUES PADA …... · maupun latar belakang sosial ekonomi, dan dapat dialami lagi pada kehamilan ... estrogen, ketidakstabilan kelenjar tiroid, dan menurunnya

39

kesulitan untuk melakukan aktivitasnya. Kelelahan terjadi karena beban berat

dialami perempuan selama hamil serta proses kelahiran dengan proses

pembedahan yang membuat seorang perempuan merasa tertekan (Iles, 1989).

Kelelahan juga karena proses kala I yang panjang yang dialami perempuan

sebelum melahirkan, di mana pada nulipara dihabiskan waktu sekitar 8 jam,

sedangkan multipara sekitar 5 jam (Cunningham, 2000).

Sekitar 15-80% perempuan yang sedang berada di masa puerpurium

mengalami perasaan yang sangat sedih dan mudah meneteskan airmata.

Ketidaknyamanan fisik, stres sementara yang dialami setelah melahirkan dan

gangguan psikologis akibat perubahan hormonal yang menyebabkan

munculnya gejala-gejala tersebut. Sering meneteskan air mata dialami sekitar

50-80% perempuan yang baru melahirkan. Perasaan meneteskan air mata ini

merupakan perasaan bahagia atas kelahiran sang bayi dengan selamat dan air

mata yang menetes sering tidak disadari oleh para perempuan (Henshaw,

2003).

Postpartum blues yang muncul di masa puerperium tidak muncul begitu

saja tanpa sebab. Banyak sekali faktor yang mempengaruhi munculnya

postpartum blues. Menurut Kennerly dan Gath (1989) terdapat hubungan yang

signifikan antara postpartum blues dengan riwayat penyakit obstetrik. Riwayat

penyakit obstetrik yang biasanya ditemukan adalah abortus di awal kehamilan,

adanya penyakit penyerta selama kehamilan, model persalinan yang dilakukan

serta komplikasi yang ditemukan pada ibu dan bayi, seperti kelelahan dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 41: PERBEDAAN KEJADIAN POSTPARTUM BLUES PADA …... · maupun latar belakang sosial ekonomi, dan dapat dialami lagi pada kehamilan ... estrogen, ketidakstabilan kelenjar tiroid, dan menurunnya

40

perdarahan pada ibu, serta lilitan tali pusat, jaundice, dan mata yang tidak

dapat membuka (sticky eyes) pada bayi. Keadaan seperti di atas akan

mempengaruhi keadaan emosional perempuan yang mengalaminya dan lebih

rentan mengalami gangguan emosional setelah melahirkan.

Kecemasan selama kehamilan merupakan suatu perasaan yang subjektif

yang dialami perempuan yang penuh tekanan emosional selama kehamilan.

Kecemasan yang dialami lebih sering terjadi di trimester tiga atau menjelang

kelahiran yang berhubungan dengan gangguan emosional perempuan terkait

dengan beban untuk melahirkan (Gonidakis, 2007). Kecemasan dan ketakutan

yang muncul di trimester tersebut di antaranya pikiran bagaimana perempuan

postpartum merespon nyeri selama proses persalinan, kehilangan kontrol dan

emosi, serta khawatir akan keadaan bayi dan dirinya sendiri setelah

melahirkan. Kecemasan selama kehamilan ditunjukkan oleh perasaan mudah

tersinggung, mudah menangis, khawatir, dan sering membayangkan sesuatu.

Pernyataan lain yang memperkuat hubungan antara postpartum blues dengan

riwayat kecemasan selama kehamilan adalah penelitian Henshaw (2003),

menjelaskan bahwa kecemasan yang terjadi selama kehamilan akan

berpengaruh sangat besar pada gangguan emosional setelah melahirkan. Hasil

penelitian mengenai hubungan bermakna antara postpartum blues dengan

kecemasan juga dijelaskan dalam penelitian Murata (1998) dan Adewuya

(2005).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 42: PERBEDAAN KEJADIAN POSTPARTUM BLUES PADA …... · maupun latar belakang sosial ekonomi, dan dapat dialami lagi pada kehamilan ... estrogen, ketidakstabilan kelenjar tiroid, dan menurunnya

41

Dukungan sosial diperlukan perempuan yang baru melahirkan untuk

mengurangi stress dan meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan dengan

memberikan keamanan, kontak sosial, penerimaan, rasa memiliki serta kasih

sayang (Rutgers, 2003). Dukungan sosial berhubungan dengan seorang

perempuan untuk mengatasi segala macam perubahan yang terjadi setelah

melahirkan. Penerimaan dukungan sosial oleh perempuan di masa postpartum

meliputi perasaan menerima dukungan sosial, keadekuatan dukungan sosial

yang diterima serta kepuasan dukungan sosial yang diterima (Hunker, 2007).

Dukungan dari suami di masa setelah melahirkan sangat penting dalam

masa penyesuaian diri seorang perempuan sebagai seorang ibu. Aspek yang

lain dapat diperoleh dari orang tua, saudara, keluarga besar, serta teman

(Hopkins, 2008). Menurut Rutgers (2003), aspek dalam dukungan sosial

antara lain dukungan instrumental, penghargaan, emosional, dan dukungan

informasional. Dukungan emosional dan instrumental yang cukup dapat

membantu seorang perempuan meningkatkan keadaan fisiknya setelah

melahirkan dan membantu dalam perawatan anak. Dukungan sosial yang

diberikan oleh tenaga kesehatan dan seorang yang membantu proses

persalinan akan sangat berpengaruh terhadap keadaan psikologis perempuan

yang menerimanya (Hopkins, 2008).

Peneliti menyadari bahwa masih terapat hal yang menjadi keterbatasan

dan kelemahan dalam penelitian ini, antara lain:

1. Waktu pengambilan sampel relatif singkat dan hari postpartum yang tidak

seragam.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 43: PERBEDAAN KEJADIAN POSTPARTUM BLUES PADA …... · maupun latar belakang sosial ekonomi, dan dapat dialami lagi pada kehamilan ... estrogen, ketidakstabilan kelenjar tiroid, dan menurunnya

42

2. Beberapa variabel luar belum dapat dikendalikan dalam penelitian ini, yaitu

kepribadian, hormon, pendidikan, agama, dan sosial ekonomi.

3. Dalam pengisian kuesioner peneliti tidak didampingi oleh pihak yang

berkompeten dalam bidang psikiatri.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 44: PERBEDAAN KEJADIAN POSTPARTUM BLUES PADA …... · maupun latar belakang sosial ekonomi, dan dapat dialami lagi pada kehamilan ... estrogen, ketidakstabilan kelenjar tiroid, dan menurunnya

43

BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

Kejadian postpartum blues lebih banyak pada persalinan dengan seksio sesarea

dibandingkan persalinan spontan. Ada perbedaan yang bermakna kejadian

postpartum blues antara persalinan seksio sesarea dengan persalinan spontan.

Risiko postpartum blues dua kali lebih besar pada persalinan seksio sesaria

dibandingkan persalinan spontan.

B. Saran

1. Perlu dilakukan intervensi khusus seperti penyuluhan dan pendampingan

untuk menurunkan derajat depresi pasca persalinan pada pada perempuan

postpartum.

2. Bagi Rumah Sakit yang bersangkutan disarankan membuat prosedur

pengkajian untuk keadaan psikologis bagi wanita postpartum blues

khususnya pada persalinan seksio sesarea agar dapat mengindentifikasi

gangguan mood postpartum sejak dini

3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai perbedaan postpartum

blues primipara dengan persalinan spontan dan seksio dengan

mengendalikan faktor-faktor luar yang turut mempengaruhi, seperti

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 45: PERBEDAAN KEJADIAN POSTPARTUM BLUES PADA …... · maupun latar belakang sosial ekonomi, dan dapat dialami lagi pada kehamilan ... estrogen, ketidakstabilan kelenjar tiroid, dan menurunnya

44

genetik, kepribadian, hormon, dan sosial ekonomi yang belum dapat

dikendalikan dalam penelitian ini.

4. Sebaiknya dilakukan penelitian pada populasi lain atau yang lebih luas

untuk dapat melakukan generalisasi kesimpulan yang sama dan perlu

dilakukan penelitian lebih lanjut pula dengan sampel yang lebih besar

untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat dan terpercaya.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user