baby blues syndroma fix

Upload: dicewulandaryy

Post on 09-Jan-2016

38 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

fjgfjgujygy

TRANSCRIPT

BAB 1PENDAHULUAN

Pasca melahirkan adalah periode dimana ibu menjalani hari yang melelahkan. Kelelahan ini terkait dengan keadaan sang bayi maupun perubahan kondisi fisik dan psikis ibu dimana hal ini dapat memicu perasaan tertekan (stres). Banyak ibu baru melahirkan mengalami depresi pasca persalinan atau lebih dikenal sebagai baby blues syndrome. Baby blues syndrome atau sering disebut juga dengan istilah maternity blues atau postpartum blues adalah gangguan emosi ringan yang biasanya terjadi dalam kurun waktu 2 minggu atau 14 hari setelah ibu melahirkan. Istilah blues ini mengacu pada arti keadaan tertekan. Sesuai dengan arti katanya, maka tanda-tanda dari sindrom ini adalah adanya gejala-gejala gangguan emosi seperti menangis, sering merasa cemas, tidak percaya diri, sulit beristirahat dengan tenang dan mood yang sering berubah-ubah. Sindrom ini dialami oleh hampir sekitar 15-85% ibu pasca melahirkan. Baby blues syndrome perlu dibedakan dengan postpartum depression, dimana pada postpartum depression gejalanya lebih berat dan sering serta onsetnya lebih dari 2 minggu.1-3Banyak faktor yang bisa menyebabkan baby blues syndrome, yaitu: faktor dari ibu, bayi yang dilahirkan dan lingkungan sekitar. Kelelahan saat melahirkan, kesulitan menyusui, trauma melahirkan dan depresi saat mengandung dan canggung mengurus bayi adalah beberapa contoh faktor yang berasal dari ibu. Faktor kesulitan menyusui dan canggung mengurus bayi biasanya terjadi pada kelahiran pertama, hal ini dikarenakan sang ibu belum terbiasa dan berpengalaman mengurus bayi. Bahkan ada beberapa ibu yang takut menyentuh bayinya karena melihat bayinya sangat kecil dan rapuh. Faktor hormon juga berpengaruh dalam terjadinya sindrom ini, dimana perubahan keseimbangan hormon akibat melahirkan membuat ketidak-seimbangan emosi dari sang ibu. Kondisi dari bayi yang baru lahir merupakan faktor yang berasal dari sang bayi, contohnya saja: bayi lahir dengan berat badan rendah atau bayi lahir dengan kondisi yang tidak normal. Faktor dari lingkungan dapat berasal dari mertua, tetangga bahkan suami atau ayah bayi sendiri.Meskipun gejalanya cukup ringan bila dibandingkan dengan postpartum depression, bukan berarti sindrom ini bisa diabaikan begitu saja. Penanganan yang bisa dilakukan antara lain: istirahat yang cukup, berolahraga teratur, mengkonsumsi makanan yang bergizi, dan yang paling penting adalah melakukan relaksasi agar emosi tetap terjaga. Hypnotherapy juga sangat efektif untuk menjaga kestabilan emosional.Dukungan moral dari keluarga dan lingkungan akan membantu mempercepat pemulihan akibat baby blues syndrome ini.

BAB IIILUSTRASI KASUS

2.1 Keterangan Umum 2.1.1 Identitas PasienNama pasien: Ny. S Umur: 27 tahunJenis Kelamin: PerempuanAlamat: Desa Lubuk Gedang, Kabupaten Bengkulu UtaraAgama: IslamPendidikan : SMAPekerjaan : Ibu rumah tanggaTanggal Masuk RS: 2 September 2015, pukul 11.00 WIB

2.1.2 Identitas suami Nama suami: Tn. S Umur : 32 tahunAlamat : Desa Lubuk Gedang, Kabupaten Bengkulu UtaraAgama: IslamPendidikan: SMAPekerjaan : Petani

2.2 ANAMNESIS (Autoanamnesis dan Alloanamnesis)Seorang pasien wanita umur 27 tahun masuk ke Bangsal Kebidanan RSUD Arga Makmur tanggal 2 September 2015 pukul 02.45 wib dengan :Keluhan Utama :Demam sejak 7 hari yang laluRiwayat Penyakit Sekarang : Demam dirasakan sejak 7 hari yang lalu, demam dirasakan terus menerus, demam disertai mengigil, demam tidak turun dengan obat penurun panas, pasien mengeluhkan tangan dan kaki terasa dingin disertai dengan mual, muntah (-). Sulit tidur pada malam hari sejak 1 minggu ini, pasien hanya tertidur 1 2 jam saja setiap malamnya, sulit untuk memulai tidur dan pasien sangat mudah terbangun saat tidur. Nyeri ulu hati sejak 1 hari ini, pasien juga mengeluhkan pusing. Pasien tidak selera makan sejak 1 minggu ini. Pasien baru selesai melahirkan 10 hari yang lalu dan dibantu oleh Bidan. Menurut suami pasien, pasien sering merasa sedih tanpa sebab sejak beberapa hari selesai melahirkan, terkadang pasien tidak bisa diajak berkomunikasi. Sesekali pasien menolak untuk memberikan ASI kepada bayinya saat ditanya alasannya pasien tidak mengenali bayinya. Ini pertama kalinnya pasien bersikap seperti ini, sebelumnya pasien adalah orang yang ceria dan aktif dalam bergaul. Persalinan ini adalah persalinan anak ke 2 pasien dan menurut suami pasien ini adalah anak yang mereka inginkan bersama karena anak pertama mereka sudah berusia 6 tahun.Riwayat Menarche :Menarche umur 14 tahun, teratur 1 x sebulan, lama 6-7 hari, 2-3 kali ganti duk/hari nyeri tidak ada.Riwayat Penyakit Dahulu : Riwayat gangguan tidur sebelum hamil dan saat hamil disangkal Riwayat gangguan mood sebelum hamil dan saat hamil disangkal Tidak pernah menderita penyakit jantung, paru, gondok, hati, ginjal, DM, dan hipertensi Riwayat alergi obat dan makanan disangkalRiwayat Penyakit Keluarga :Riwayat keluarga memiliki penyakit keturunan, menular dan kejiwaan disangkal

Riwayat perkawinan :Menikah 1 kali tahun 2007 sampai sekarangRiwayat kehamilan/abortus/persalinan : 2/0/21. 2008, laki laki, lupa beratnya, aterm, spontan, dukun, hidup2. 2015, laki laki, 2600 gram, aterm, spontan, bidan hidupRiwayat kontrasepsi :IUD (tahun 2008 -2013)Riwayat imunisasi : (-)Riwayat kebiasaan :Merokok (-), alkohol (-), narkoba(-)Riwayat kehidupan pribadi :1. Riwayat prenatal dan perinatal.Pasien pernah bertanya kepada orang tua pasien bahwa pasien lahir normal dan dibantu oleh dukun di rumah. Tidak ditemukan kelainan atau cacat bawaan. Saat bayi pasien tidak mendapatkan ASI eksklusif sampai 6 bulan. Pasien sewaktu bayi di jaga oleh orang tua pasien. Pasien adalah anak ketiga dari lima bersaudara.2. Riwayat masa kanak awal (usia 1-3 tahun)Pertumbuhan dan perkembangan masa kanak awal sesuai dengan usia pasien. Pasien tinggal dan di asuh oleh kedua orang tuanya.3. Riwayat masa kanak pertengahan (usia 4 11 tahun)Pasien tumbuh dan berkembang dengan normal. Pasien bersekolah sampai tamat SD. Di sekolah pasien cukup aktif mengikuti kegiatan sekolah saat itu, karena pasien.4. Riwayat masa kanak akhir dan remajaPergaulan pasien wajar. Pasien sekolah sampai tamat SMA. Pasien tidak melanggar aturan di sekolah. Pasien memiliki pacar semasa SMA dan sekarang menjadi suami pasien. 5. Riwayat masa dewasa a. Riwayat pendidikan.Penderita bersekolah sampai SMA.b. Riwayat pekerjaan.Saat ini penderita hanya sebagai ibu rumah tanggac. Riwayat perkawinan.Penderita sudah menikah dan mempunyai 2 orang anak.d. Kehidupan beragama.Penderita jarang sholat dan jarang mengikuti pengajiane. Aktifitas sosial.Penderita dikenal baik di lingkungan sekitarnya dan sering membantu tetangga jika sedang menyelenggarakan acara.f. Riwayat pelanggaran hukum.Penderita tidak memiliki riwayat pelanggaran hukum.g. Situasi kehidupan sekarangPasien tinggal bersama suami dan kedua anaknya di rumah permanen, atap dari seng, lantai keramik, dihuni oleh 4 orang, dan memiliki 2 buah kamar. Pasien tidur bersama suami, dan anak-anaknya. Kebutuhan rumah tanggga sehari-hari dan biaya anak-anaknya dinafkahi oleh suami. Untuk kebutuhan pribadi pasien mengharapkan pemberian dari suami.h. Riwayat keluarga.Penderita adalah anak ketiga dari lima bersaudara. Penderita hidup berkecukupan. Hubungan antar keluarga baik dan harmonis.

2.3 PEMERIKSAAN STATUS MENTALIS (Status Psikiatri)2.3.1 Deskripsi umum1) PenampilanPenderita adalah seorang perempuan, usia 27 tahun, tampak sesuai dengan usia, penampilan kurang rapi, kulit sawo matang, menggunakan penutup kepala hitam (songkok), menggunakan kaos oblong berwarna pink dan memakai kain sarung. Ekspresi wajah terlihat tidak bersemangat dan tampak kesakitan.2) Perilaku dan aktivitas psikomotorSelama wawancara, penderita berbaring ditempat tidur. Penderita dapat menjawab pertanyaan dengan kata-kata yang jelas dan sesekali mengernyit kesakitan. Penderita dapat menoleh sewaktu dipanggil dan mampu menjawab pertanyaan dengan jawaban yang jelas. Perhatian penderita tidak mudah teralih.3) Sikap terhadap pemeriksa.Kooperatif, penderita dapat menjawab pertanyaan pemeriksa dengan baik dan sopan.

2.3.2 Mood dan Afek1) Mood: cemas2) Afek: normal3) Keserasian: serasi

2.3.3 Karakteristik bicaraSelama wawancara penderita dapat menjawab pertanyaan dengan baik, lancar dan cepat dari topik satu pindah ke topik yang lain. Artikulasi jelas, volume kuat dan intonasi jelas, kontak mata baik.

2.3.4 Gangguan persepsiTidak ada gangguan persepsi

2.3.5 PikiranBentuk pikiran : koheren dan logisIsi pikir : kekhawatiran yang berlebihan

2.3.6 Kesadaran dan fungsi kognitifTingkat kesadaran : kompos mentisOrientasi : Orientasi waktu, tempat dan orang baikDaya konsentrasi : ketika cemas pasien sulit untuk berkonsentrasiPerhatian : pada saat wawancara penderita mampu memusatkan perhatian dan tidak mudah teralih.

2.3.7 Daya ingat : Daya ingat jangka panjang : Tidak terganggu. Daya ingat jangka pendek : Tidak terganggu.Daya ingat segera : Tidak terganggu.

2.3.8 Daya nilaiUjian daya nilai : Baik. Saat ditanyakan beda apel dengan mangga, pasien dapat membedakannya.Penilaian realitas : Baik

2.3.9 TilikanDerajat tilikan yaitu Tilikan derajat 6. Pasien menyadari sepenuhnya tentang situasi dirinya dan mau untuk diperbaiki.

2.3.10 Taraf dapat dipercayaPada umumnya dapat dipercaya.

2.4 PEMERIKSAAN FISIKKeadaan umum: SedangKesadaran: Kompos mentisTanda vital Tekanan Darah: 140/90 mmHg Frekuensi nadi: 92 x/menit, kualitas cukup, reguler Suhu: 39,9 oC Frekuensi nafas: 24 x/menitBerat badan: 50 kgTinggi badan: 153 cmKulit Warna: Sawo matang Sianosis : Tidak ada Turgor: Cepat kembaliKepalaMata Konjungtiva: anemis Sklera: Sklera ikterik (-) Pupil : Diameter 3 mm/3 mm, isokor, refleks cahaya +/+Telinga : Bentuk simetris, sekret tidak ada, membran timpani utuhHidung Epistaksis: Tidak ada Sekret: Tidak ada Edema : Tidak ada Polip : Tidak diperiksaMulut: Normal, mukosa bibir basah, sianosis tidak adaLeher : Pembesaran kelenjar getah bening (-)Thorak Inspeksi: Bentuk: Simetris Retraksi: Ada Palpasi: Fremitus kiri dan kanan normal Perkusi: Sonor Auskultasi: Suara napas Ekspirasi memanjang, rhonki (-/-), Wheezing (+/+) Jantung : Inspeksi: Iktus tidak terlihat Palpasi: Apeks tidak teraba, thrill tidak ada Perkusi: Batas kanan ICS IV LPS dextra Batas kiri ICS V LMK sinistra Batas atasICS II LPS sinistra Auskultasi : Irama reguler, S1 dan S2 tunggal, bising tidak ada Abdomen Inspeksi: Simetris Palpasi: Soepel, Hati dan Lien tidak teraba Perkusi: Timpani Auskultasi: Bising usus (+) normalEkstremitas Ekstremitas atas: Akral hangat, tidak ada oedem, tidak sianosis, CRT < 2s Ekstremitas bawah: Akral hangat, tidak ada oedem, tidak sianosis, CRT < 2sNeurologis : Reflek fisiologis +/+, Reflek patologis -/-

2.5 PEMERIKSAAN FISIK OBSTETRIK (Status Obstetrikus)Muka : Cloasma gravidarum (-)Mamae : Membesar, A/P hiperpigmentasiAbdomen Inspeksi: Tampak sedikit membuncit Palpasi: FUT 3 jari diatas sympisis, NT (+), kontraksi jelek (+) Perkusi: Timpani Auskultasi : Bising usus (+) normalGenitalia Inspeksi : Vulva tenang, lochea serosa (+) Inspekulo: portio licin, OUE tertutup, erosi/laserasi (-), fluksus (+) perdarahan tidak aktif

VT/Bimanual Vagina : Tumor (-), laserasi (-) Portio : Licin, OUE tertutup, Corpus uteri: Antefleksi sebesar bola kasti Adneksa parametrium: Kanan dan Kiri lemas, tumor (-), NT (-) Cavum douglass: Tidak menonjol

2.6 PEMERIKSAAN LABORATORIUM SEDERHANAPemeriksaan Darah Rutin :HB: 10,2 g/dl Leukosit: 11.100 sel/mm3Hitung Jenis Leukosit:Basofil: 0 % Eosinofil: 0 % NeutrofilBatang : 0 % Netrofil segmen : 77%Limfosit: 15 % Monosit: 8 % Hematokrit: 31 %Trombosit : 419.000 sel/mm3Eritrosit: 4,0 juta/mm3DDR: (-) Widal test : Titer 0 (-), Titer H 1/160Gula darah sewaktu: 156 mg/dlPemeriksaan Urine Rutin :Warna : KuningKejernihan : JernihProtein : (+) positifSedimen Epitel : (+) postifSilinder : (-) negatifLeukosit : 5 10 /LPBEritrosit: 10 50 /LPBUSG: Uterus uk 12x8x4 cm, tampak darah intra uterine

2.7 DIAGNOSISDiagnosa kerja:Febris ec Infeksi Puerperium + Baby Blue syndrome2.8 PENATALAKSANAANPenatalaksanaan awal di igd Pukul 02.45 WIB- O2 2-3 liter/menit- IVFD Asering 20 gtt/i - Paracetamol 3x500 mg rawat inap Penatalaksanaan ruang rawat inap- Dilakukan evakuasi stom cell didalam cavum uteri - IVFD Asering 20 gtt/i -levofloxacin drip 2x 1gr ( skin test)- Paracetamol drip 3x 500 mg- Promavit 2x1- Istirahat yang cukup- Makan makanan yang bergizi- Lakukan relaksasi

Follow upTanggal 3 september 2015S: Demam (+), sulit tidur (+), pasien menangis semalaman dan tidak ingin menyusui bayinyaO: Keadaan umum: lemas Kesadaran: Compos mentis Tanda vital Tekanan Darah: 110/70 mmHg Frekuensi nadi: 77 x/menit, kualitas cukup, reguler Suhu: 38,9 oC Frekuensi nafas: 24 x/menitSG: Kepala: mata : CA+/+, SI -/-SO: Payudara: bengkak (+),NT (-), ASI (+) Abdomen: datar, TFU 2 jari diatas sympisis, kontraksi uterus (+). Genitalia: Vulva tenang, lochea serosa (+)A: Febris ec infeksi purperium + Baby blue syndromaP : - IVFD RL 20 gtt/i - levofloxacin drip 2x 1gr - Paracetamol drip 3x 500 mg - Promavit 2x1 - Memberikan dukungan dan semangat kepada pasienTanggal 4 september 2015S: Demam (+), sulit tidur (+), pasien menanyakan bayinya dan ingin menyusui bayinyaO: Keadaan umum: Sedang Kesadaran: Compos mentis Tanda vital Tekanan Darah: 120/70 mmHg Frekuensi nadi: 84 x/menit, kualitas cukup, reguler Suhu: 38 oC Frekuensi nafas: 24 x/menitSG: Kepala: mata : CA+/+, SI -/-SO: Payudara: bengkak (+),NT (-), ASI (+) Abdomen: datar, TFU 2 jari diatas sympisis, kontraksi uterus (+). Genitalia: Vulva tenang, lochea serosa (+)A: Febris ec infeksi purperium + Baby blue syndromaP : - IVFD Asering 20 gtt/i - levofloxacin drip 2x 1gr - Paracetamol drip 3x 500 mg - Promavit 2x1

Tanggal 5 september 2015S: Demam (-), sulit tidur (+), pasien terlihat sedihO: Keadaan umum: Sedang Kesadaran: Compos mentis Tanda vital Tekanan Darah: 110/70 mmHg Frekuensi nadi: 80 x/menit, kualitas cukup, reguler Suhu: 37 oC Frekuensi nafas: 24 x/menitSG: Kepala: mata : CA+/+, SI -/-SO: Payudara: bengkak (+),NT (-), ASI (+) Abdomen: datar, TFU 2 jari diatas sympisis, kontraksi uterus (+). Genitalia: Vulva tenang, lochea serosa (+)A: Febris ec infeksi purperium + Baby blue syndromaP : - IVFD Asering 20 gtt/i - levofloxacin drip 2x 1gr - Paracetamol drip 3x 500 mg (K/P) - Promavit 2x1 - Clobazam 1x1 (K/P)

BAB IIITINJAUAN PUSTAKA3.1 DefinisiBaby blues adalah suatu gangguan psikologis sementara yang ditandai dengan memuncaknya emosi pada minggu pertama setelah melahirkan. Menurut Cunningham, baby blues adalah gangguan suasana hati yang berlangsung selama 3-6 hari pasca melahirkan.

3.2 Epidemiologi Baby blues sudah dikenal sejak lama. Savage pada tahun 1875 telah menulis referensi di literatur kedokteran mengenai suatu keadaan disforia ringan pasca-salin yang disebut sebagai milk fever karena gejala disforia tersebut muncul bersamaan dengan laktasi. Dewasa ini, baby blues syndrome atau sering juga disebut maternity blues atau postpartum blues dimengerti sebagai suatu sindroma gangguan afek ringan yang sering tampak dalam minggu pertama setelah persalinan, dan ditandai dengan gejala-gejala seperti: reaksi depresi/sedih/disforia, menangis, mudah tersinggung (iritabilitas), cemas, labilitas perasaan, cenderung menyalahkan diri sendiri, gangguan tidur dan gangguan nafsu makan. Gejala-gejala ini mulai muncul setelah persalinan dan pada umumnya akan menghilang dalam waktu antara beberapa jam sampai beberapa hari. Namun pada beberapa minggu atau bulan kemudian, bahkan dapat berkembang menjadi keadaan yang lebih berat. Baby blues ini dikategorikan sebagai sindrom gangguan mental yang ringan oleh sebab itu sering tidak dipedulikan sehingga tidak terdiagnosis dan tidak ditatalaksana sebagaimana seharusnya, akhirnya dapat menjadi masalah yang menyulitkan, tidak menyenangkan dan dapat membuat perasaan-perasaan tidak nyaman bagi wanita yang mengalaminya, dan bahkan kadang-kadang gangguan ini dapat berkembang menjadi keadaan yang lebih berat yaitu depresi dan psikosis pasca-salin, yang mempunyai dampak lebih buruk, terutama dalam masalah hubungan perkawinan dengan suami dan perkembangan anaknya. Dalam dekade terakhir ini, banyak peneliti dan klinisi yang memberi perhatian khusus pada gejala psikologis yang menyertai seorang wanita pasca salin, dan telah melaporkan beberapa angka kejadian dan berbagai faktor yang diduga mempunyai kaitan dengan gejala-gejala tersebut. Berbagai studi mengenai baby blues syndrome di luar negeri melaporkan angka kejadian yang cukup tinggi dan sangat bervariasi antara 26-85%, yang kemungkinan disebabkan karena adanya perbedaan populasi dan kriteria diagnosis yang digunakan.

3.3 Etiologi Penelitian menunjukkan penyebab baby blues syndrome adalah faktor hormonal yang akan mempengaruhi keadaan kimiawi otak. Itu merupakan proses biologis dan bukan merupakan kesalahan seorang ibu atau bergantung pada kepribadian yang lemah. Baby blues syndrome terjadi 50-80% pada ibu baru. Kondisi ini ditunjukkan dengan peningkatan respon emosi. Ibu baru akan menunjukkan mood yang mudah berubah, mudah menangis, gelisah, irritabilitas, kesulitan tidur dan merasa tidak sehat. Lebih dari 50% dari ibu yang mengalami depresi sebelumnya setelah melahirkan anak akan menjadi depresi kembali pada kelahiran berikutnya. Wanita akan lebih rentan apabila pada saat hamil mereka sudah mengalami depresi atau memiliki gejala mood premenstruasi sebelum hamil. Apabila wanita tersebut mengalami depresi selama hidupnya, risiko untuk berkembang menjadi postpartum depression juga akan meningkat dari 10 sampai 25% begitu pula dengan wanita yang mengidap penyakit bipolar (manic-depressive illness) akan menempatkan wanita pada peningkatan risiko untuk mengalami postpartum depression. Ibu yang melahirkan bayi dengan berat badan di bawah normal cenderung 3,64 kali berpeluang lebih besar mengalami baby blues dibandingkan dengan ibu yang melahirkan bayi dengan berat badan normal. 3.3.1 Ketidakseimbangan hormonal. Jumlah hormon wanita seperti estrogen dan progesteron meningkat secara tajam pada saat kehamilan. Pada minggu-minggu setelah melahirkan, jumlah hormon estrogen dan progesteron lebih menurun dari jumlah sebelum kehamilan. Fluktuasi tiba-tiba pada tingkat hormonal ini berhubungan dengan gejala dari depresi yang dialami seorang ibu baru. Wanita lebih rentan pada ketidakseimbangan hormonal dari pria. Itu disebabkan terjadinya reaksi kimia antara hormon dan otak yang meningkatkan risiko terjadinya baby blues syndrome. 3.3.2 Hormon Thyroid. Kelenjar thyroid berukuran kecil dan terletak di leher. Beberapa wanita mengalami penurunan hormon thyroid setelah melahirkan. Rendahnya hormon thyroid akan menyebabkan gejala depresi, irritabilitas, berkurangnya minat pada aktivitas biasa, kelemahan dan peningkatan berat badan. Akan tetapi tidak semua wanita mengalami baby blues syndrome akibat ketidakseimbangan hormon thyroid. 3.3.3 Perubahan gaya hidup. Ibu baru mengalami banyak perubahan gaya hidup, dan beberapa diantaranya akan berkontribusi dalam terjadinya baby blue syndrome. Lingkungan yang meningkatkan risiko gejala baby blues syndrome antara lain: Perubahan jadwal sehari-hari akibat bayi yang baru lahir Kepikiran pada berat badan dan bentuk tubuh setelah hamil Kelelahan dan kurang tidur setelah melahirkan anak Sedikitnya dukungan dalam merawat bayi Khawatir akan kemampuan untuk menjadi ibu yang baik depresi Yang perlu diperhatikan sementara perubahan gaya hidup meningkatkan risiko menjadi depresi pada beberapa wanita, lainnya dapat mengatasi perubahan tersebut tanpa mengalami.

3.4 Patofisiologi Baby blues bisa disebabkan oleh beberapa faktor antara lain faktor biologis dan faktor emosi. Ketika bayi lahir, terjadi perubahan level hormon yang sangat mendadak pada ibu. Hormon kehamilan (estrogen dan progesteron) secara mendadak mengalami penurunan 72 jam setelah melahirkan dan juga disertai penurunan kadar hormon yang dihasilkan oleh kelenjar tiroid yang menyebabkan mudah lelah, penurunan mood, dan perasaan tertekan serta di lain sisi terjadi peningkatan dari hormon menyusui.Perubahan hormon yang cepat inilah bisa mencetuskan terjadinya baby blue syndrome. Level neurosteroid berasal dari hormon progesteron yang mengalami fluktuasi selama siklus menstruasi dan memuncak saat kehamilan. Hormon sex yang dinamakan neurosteroid berikatan dengan beberapa tipe reseptor termasuk reseptor GABAA untuk memodulasi eksitabilitas dari sel otak. Kekurangan delta subunit reseptor GABAA pada wanita menunjukkan sikap depresi dan gangguan cemas setelah melahirkan. Pemberian antidepresan saat kehamilan akan berefek panjang pada sistem serotonin dan berpengaruh pada sensitivitas reseptor GABAA.Sebagian besar ibu tidak siap untuk untuk menghadapi kelahiran bayinya, mereka juga sangat khawatir bayi mereka yang terkena penyakit jaundice dan kesulitan makan yang merupakan memiliki masalah kesehatan yang umum bagi bayi. Selain itu, ibu yang pertama kali memiliki bayi merasa tidak sanggup merawat bayinya seorang diri di rumah baik itu dari segi kasih sayang maupun dari segi finansial. Baby blues syndrome juga sangat mungkin terjadi oleh para ibu yang pernah mengalami trauma melahirkan atau mengalami kejadian yang sangat menyedihkan selama mengandung.

3.5 Gambaran Klinis Baby blues syndrome ditandai perasaan sedih, seperti menangis, perasaan kesepian atau menolak bayi, cemas, bingung, lelah, merasa gagal dan tidak bisa tidur. Baby blues syndrome relatif ringan dan biasanya berlangsung 2 minggu. Perbedaan dengan postpartum depression adalah pada frekuensi, intensitas dan lamanya durasi gejala. Dalam postpartum depression, gejala yang lebih sering, lebih intens dan lebih lama. Beberapa gejala baby blue syndrome:1-31. Dipenuhi oleh perasaan kesedihan dan depresi disertai dengan menangis tanpa sebab 1. Mudah kesal, mudah tersinggung dan tidak sabar 1. Tidak memiliki atau kurang bertenaga 1. Cemas, merasa bersalah dan tidak berharga 1. Menjadi tidak tertarik dengan bayi atau menjadi terlalu memperhatikan dan kuatir terhadap bayinya 1. Tidak percaya diri 1. Sulit beristirahat dengan tenang atau tidur lebih lama 1. Peningkatan berat badan yang disertai dengan makan berlebihan 1. Penurunan berat badan yang disertai tidak mau makan 1. Perasaan takut untuk menyakiti diri sendiri atau bayinyaBerikut adalah perbedaan gejala klinis dari baby blues syndrome, postpartum depression dan postpartum psychotic:

Tabel 1. Perbedaan gejala klinis dari baby blues syndrome, postpartum depression dan postpartum psychotic.Baby Blues SyndromePostpartum DepressionPostpartum Psychotic

Terjadi pada 30-75% ibu melahirkan Gangguan suasana hati dan pikiran (mood) Munculnya rasa sedih Murung, gelisah, tidak nyaman Kebingungan yang subjektif Menjadi mudah/sering menangis Kadang sulit tidur Terjadi 3-5 hari setelah melahirkan Berlangsung selama beberapa hari sampai beberapa minggu Tanpa pemicu khusus Tidak dipengaruhi kondisi social budaya dan tingkat ekonomi Bisa terjadi pada orang yang tidak pernah dan berasal dari anggota keluarganya yang tidak pernah mengalami penyimpangan mood Tidak berpikir ingin bunuh diri Jarang ada yang berpikir ingin menyakiti sang bayi Hampir tidak pernah merasa bersalah dan tidak berdaya. Bisa kembali normal dengan sendirinya bila dukungan dan bantuan anggota keluarga lain bisa membuat sang ibu baru tersebut tenang Terjadi pada 10-15% ibu melahirkan Gangguan suasana hati dan pikiran dengan perasaan tertekan yang merata Mudah/sering menangis Hampir selalu sulit tidur Terjadi antara 3-6 bulan setelah melahirkan, biasanya 12 minggu Berlangsung selama beberapa bulan, bila tidak mendapatkan perawatan bisa mencapai beberapa tahun Pemicu utama terjadi bila tidak mendapatkan dukungan dari suami dan/atau anggota keluarga Sangat dipengaruhi kondisi social budaya dan tingkat ekonomi Sangat erat hubungannya dengan pengalaman penyimpangan mood yang pernah/sedang dialami. Bisa terjadi pada ibu yang anggota keluarga lainnya pernah mengalami penyimpangan mood. Kadang berpikir ingin menyakiti sang bayi. Sering merasa berlebihan merasa bersalah dan tidak berdaya Perlu mendapatkan bantuan dan treatment Terjadi pada 0,1-0,2% ibu melahirkan Depresi dengan gangguan mood Khayalan yang kacau (bayi cacat/meninggal, mengingkari kelahiran, menganggap dirinya belum menikah, perawan, terus menerus meragukan keyakinan diri, mudah terpengaruh, memberontak) Mengeluh letih, tidak bisa tidur, gelisah, menangis, emosi tidak terkendali, curiga, bingung, bukan dirinya sendiri, kata-kata menyakitkan, obsesi pada kesehatan bayi. Mengeluh tidak bisa berdiri, tidak bisa berjalan/bergerak Terjadi beberapa hari. Rata-rata 2-3 minggu setelah kelahiran, hampir selalu dalam kurun 8 minggu 50% berasal dari keluarga yang pernah mengalami penyimpangan mood. Ingin bunuh diri atau membunuh sang bayi. Bisa merasa ada suara-suara yang menyuruhnya bunuh diri atau membunuh sang bayi Dari populasi penderita, 5% bunuh diri, 4% membunuh bayinya, 67% mengalami kejadian kedua kali penyimpangan emosional (affective disorder) sepanjang tahun Proses kelahiran menjadi salah satu ketegangan yang berkembang menjadi penyimpangan mood yang hebat Harus mendapatkan bantuan, pengawasan dan treatment

Berikut adalah perbedaan antara baby blues syndrome dengan postpartum depression. Tabel 2. Perbedaan baby blues dan postpartum depressionKarakteristikBaby Blues SyndromePostpartum Depression

Insidens30-75% dari wanita yang melahirkan10-15% dari wanita yang melahirkan

Onset3 5 hari setelah melahirkanDalam waktu 3-6 bulan setelah melahirkan

DurasiHari sampai mingguBulan sampai tahun jika tidak diobati

Stressor terkaitTidak adaAda, terutama kurang dukungan

Pengaruh sosial dan budayaTidak ada; ada dalam semua budaya dan kelas sosioekonomiAda hubungan yang kuat

Riwayat gangguan moodTidak ada hubunganAda hubungan yang kuat

Riwayat gangguan mood dalam keluargaTidak ada hubunganAda hubungan

Rasa sedihAdaAda

Mood labilAdaSering pada awalnya kemudian depresi secara bertahap

AnhedoniaAdaSering

Gangguan tidurKadang-kadangHampir selalu

Keinginan untuk bunuh diriTidak adaKadang-kadang

Keinginan untuk menyakiti bayiJarangSering

Rasa bersalah, ketidakmampuanTidak ada, jika ada biasanya ringanSering dan biasanya berat

Rujukan: Sadock BJ, Sadock VA. Kaplan & Sadocks Synopsis of Psychiatry: Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry. 10th edition. New York: Lippincott Williams & Wilkins; 2007. 3.6 Diagnosis Baby blues syndrome adalah tekanan atau stress yang dialami oleh seorang wanita pasca melahirkan karena penderita beranggapan bahwa kehadiran bayi akan mengganggu atau merusak suatu hal dalam hidupnya seperti karier, kecantikan/penampilan dan aktivitas rutin yang dianggap penting dalam hidupnya. Penderita baby blues syndrome kebanyakannya adalah kalangan wanita karier, artis, model dan wanita modern tetapi sindrom ini tidak menutup kemungkinan menyerang pada wanita muda (pernikahan dini) dan semua wanita pasca melahirkan. Perubahan sikap yang negatif dengan kondisi emosional yang kurang terkontrol seperti sering marah, cepat tersinggung, dan menjauh dari bayi yang baru dilahirkan, susah tidur dan tiba-tiba sering menangis. Apabila ini tidak segera ditangani berdampak negatif terhadap kesehatan jiwa penderita. Sindrom ini umumnya terjadi dalam 14 hari pertama setelah melahirkan, dan cenderung lebih buruk sekitar hari ketiga atau empat setelah persalinan. Seseorang terdiagnosis baby blues syndrome apabila terlihat secara psikologis kejiwaannya seperti di bawah ini: Perasaan cemas, khawatir ataupun was was yang berlebihan, sedih, murung, dan sering menangis tanpa ada sebab (tidak jelas penyebabnya). Seringkali merasa kelelahan dan sakit kepala dalam beberapa kasus sering migrain. Perasaan ketidakmampuan, misalnya dalam mengurus anak. Adanya perasaan putus asaJika pasien mengalaminya lebih dari 2 minggu, bisa jadi pasien mengalami postpartum depression. Apabila gejala diatas tidak disadari dan lama kelamaan tekanan atau stres yang dirasakan semakin kuat atau semakin besar maka penderita akan mengalami depresi pasca melahirkan yang berat. Jika telah mengalami hal ini maka diperlukan penanganan secara berkala, gejala dari depresi tersebut adalah: Kelelahan yang berkepanjangan, susah tidur, dan insomnia. Hilangnya perasaan bahagia dan minat untuk melakukan hal-hal yang menyenangkan. Tidak memperhatikan diri sendiri dan menarik diri dari keluarga dan teman. Tidak memperhatikan atau bahkan perhatian yang berlebihan pada anak. Perasaan takut telah menyakiti anak. Tidak tertarik pada seks. Perasaan berubah-ubah dengan ekstrim, terganggu proses berpikir dan konsentrasi. Kesulitan dalam membuat keputusan sederhana.Sampai saat ini belum ada alat test khusus yang dapat mendiagnosa secara langsung postpartum blues. Secara medis, dokter menyimpulkan beberapa simptom yang tampak dapat disimpulkan sebagai gangguan depresi postpartum blues bila memenuhi kriteria dan gejala yang ada. Kekurangan hormone thyroid yang ditemukan pada individu yang mengalami kelelahan luar biasa (fatique) ditemukan juga pada ibu yang mengalami postpartum blues mempunyai jumlah kadar thyroid yang sangat rendah. Skrining untuk mendeteksi gangguan mood/depresi sudah merupakan acuan pelayanan pasca salin yang rutin dilakukan. Untuk skrining ini dapat dipergunakan beberapa kuesioner dengan alat bantu. Endinburgh Postnatal Depression Scale (EPDS) merupakan kuesioner dengan validasi yang teruji yang dapat mengukur intensitas perubahan perasaan depresi selama 7 hari pasca salin. Pertanyaan-pertanyaan berhubungan dengan labilitas perasaan, kecemasan, perasaan bersalah serta mencakup hal-hal lain yang terdapat pada postpartum blues. Kuesiner ini terdiri dari 10 pertanyaan, dimana setiap pertanyaan memiliki 4 pilihan jawaban yang mempunyai nilai skor dan harus dipilih satu sesuai dengan gradasi perasaan yang dirasakan ibu pasca salin saat itu. Pertanyaan harus dijawab sendiri oleh ibu dan rata rata dapat diselesaikan dalam waktu 5 menit, nilai scoring lebih besar 12 memiliki sensitifitas 86% dan nilai prediksi positif 73% untuk mendiagnosis postpartum blues. EPDS dapat dipergunakan dalam minggu pertama pasca salin dan bila hasilnya meragukan dapat diulangi pengisiannya 2 minggu kemudian.

3.7 PenatalaksanaanDisebabkan keparahan postpartum blues biasanya ringan dan menghilang secara spontan, tidak ada pengobatan khusus selain dukungan dan reassurance yang diindikasikan. Gejala-gejala yang timbul mungkin menyebabkan penderitaan tetapi biasanya tidak mempengaruhi kemampuan ibu untuk berfungsi dan merawat bayinya. Konsultasi kejiwaan umumnya tidak diperlukan. Namun, pasien harus diinstruksikan untuk menghubungi dokter kandungan atau primary care providernya jika gejala menetap lebih dari dua minggu untuk menidentifikasi dini gangguan afektif yang lebih parah. Wanita dengan riwayat penyakit jiwa, terutama depresi postpartum harus dipantau lebih dekat karena mereka berisiko lebih tinggi untuk terkena penyakit nifas yang signifikan.1Postpartum blues seringkali terabaikan dan tidak ditangani dengan baik. Banyak ibu yang berjuang sendiri dalam beberapa saat setelah melahirkan. Mereka merasakan ada suatu yang salah namun mereka sendiri tidak benar-benar mengetahui apa yang sedang terjadi. Apabila mereka pergi mengunjungi dokter atau sumber-sumber lainnya untuk minta pertolongan, seringkali hanya mendapatkan saran untuk beristirahat atau tidur lebih banyak, tidak gelisah, minum obat atau berhenti mengasihani diri sendiri dan mulai merasa gembira menyambut kedatangan bayi yang mereka cintai. Penangganan gangguan mental pascasalin pada prinsipnya tidak berbeda dengan penangganan gangguan mental pada momen-momen lainnya. Para ibu yang mengalami postpartum blues membutuhkan pertolongan yang sesungguhnya. Para ibu ini membutuhkan dukungan psikologis seperti juga kebutuhan fisik lainnya yang harus juga dipenuhi. Mereka membutuhkan kesempatan untuk mengekspresikan pikiran dan perasaan mereka dari situasi yang menakutkan. Mungkin juga mereka membutuhkan pengobatan dan/atau istirahat, dan seringkali merasa gembira mendapat pertolongan praktis. Dengan bantuan dari teman dan keluarga, mereka mungkin perlu untuk mengatur atau menata kembali kegiatan rutin sehari-hari, atau mungkin menghilangkan beberapa kegiatan, disesuaikan dengan konsep mereka tentang keibuan dan perawatan bayi. Bila memang diperlukan dapat diberikan pertolongan dari para ahli, misalnya dari seorang psikolog atau konselor yang berpengalaman dalam bidang tersebut. Para ahli obstetri memegang peranan penting untuk mempersiapkan para wanita untuk kemungkinan terjadinya gangguan mental pasca-salin dan segera memberikan penangganan yang tepat bila terjadi gangguan tersebut, bahkan merujuk kepada para ahli psikologi/konseling bila memang diperlukan. Dukungan yang memadai dari para petugas obstetri, yaitu: dokter dan bidan/perawat sangat diperlukan, misalnya dengan cara memberikan informasi yang memadai/adekuat tentang proses kehamilan dan persalinan, termasuk penyulit-penyulit yang mungkin timbul dalam masa-masa tersebut serta penangganannya. Postpartum blues juga dapat dikurangi dengan cara belajar tenang dengan menarik nafas panjang dan meditasi, tidur ketika bayi tidur, berolahraga ringan, ikhlas dan tulus dengan peran baru sebagai ibu, tidak perfeksionis dalam hal menguruskan bayi, membicarakan rasa cemas dan mengkomunikasikannya, bersikap fleksibel, bergabung dengan kelompok ibu-ibu baru. Dalam penangganan para ibu yang mengalami postpartum blues dibutuhkan pendekatan menyeluruh/holistik. Pengobatan medis, konseling, emosional, bantuan-bantuan praktis dan pemahaman secara intelektual tentang pengalaman dan harapan-harapan mereka mungkin pada saat-saat tertentu. Secara garis besar dapat dikatakan bahwa dibutuhkan penanganan ditingkat perilaku, emosional, intelektual, social dan psikologis secara bersama-sama dengan melibatkan lingkungannya yaitu: suami, keluarga, dan juga teman dekatnya.

BAB IVPEMBAHASAN KASUS

Telah dilaporkan suatu kasus seorang wanita dewasa berusia 27 tahun dengan diagnosis kerja yaitu Febris ec Infeksi Puerperium + Baby Blue syndrome. Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan status mental, pemeriksaan fisik, pemeriksaan obstetri dan pemerikasaan penunjang. Dari anamnesis didapatkan pasien demam sejak 7 hari yang lalu. Pasien telah melahirkan ditolong oleh bidan 10 hari yang lalu. Pasien mengeluhkan sulit tidur sejak 1 minggu ini. Hari pertama haid terakhir pasien lupa, riwayat antenatal tidak rutin dibidan. Sudah menikah 8 tahun, KB setelah anak pertama 6 tahun. Pemeriksaan fisik Tanda vital Tekanan Darah: 110/70 mmHg Frekuensi nadi: 80 x/menit, kualitas cukup, reguler Suhu: 37 oC Frekuensi nafas: 24 x/menit

Status mental: PenampilanPenderita adalah seorang perempuan, usia 27 tahun. Ekspresi wajah terlihat tidak bersemangat dan tampak kesakitan. Perilaku dan aktivitas psikomotorPerhatian penderita tidak mudah teralih. Sikap terhadap pemeriksa.Kooperatif Mood dan Afek Mood: cemas Afek: normal Keserasian: serasi

Karakteristik bicaraArtikulasi jelas, volume kuat dan intonasi jelas, kontak mata baik. Gangguan persepsiTidak ada gangguan persepsi PikiranBentuk pikiran : koheren dan logisIsi pikir : kekuatiran yang berlebihan Kesadaran dan fungsi kognitifTingkat kesadaran : kompos mentisOrientasi : Orientasi waktu, tempat dan orang baikDaya konsentrasi : ketika cemas pasien sulit untuk berkonsentrasiPerhatian : tidak mudah teralih. Daya ingat : Daya ingat jangka panjang : Tidak terganggu. Daya ingat jangka pendek : Tidak terganggu.Daya ingat segera : Tidak terganggu. Daya nilaiUjian daya nilai : Baik. Penilaian realitas : Baik TilikanDerajat tilikan yaitu Tilikan derajat 6. Taraf dapat dipercayaPada umumnya dapat dipercaya.

Status generalisata: Kepala: mata : CA+/+, SI -/- Status obstetrikus: Payudara: bengkak (+),NT (-), ASI (+) Abdomen: datar, TFU 3 jari diatas sympisis, kontraksi uterus (+). Genitalia: Vulva tenang, lochea serosa (+) Inspekulo: Portio licin, OUE tertutup, erosi/laserasi (-), fluksus (+) perdarahan tidak aktif USG: Uterus uk 12x8x4 cm, tampak darah intra uterineBerdasarkan temuan temuan diatas, maka sudah dapat ditegakkan kasus ini merupakan demam yang disebabkan oleh infeksi puerperium dan baby blue sindroma karena onset terjadinya sebelum 2 minggu post partum.Terapi farmakologi dan non farmakologi yang dberikan antara lain : Dilakukan evakuasi hematom didalam cavum uteri dengan melakukan dilatasi pada portio menggunakan busi hegar agar perdarahan yang terperangkap di cavum uteri dapat dialirkan. IV Line Asering 20 gtt/i, pemberian antibiotik levofloxacin drip 2x 1gr ( skin test) untuk mengatasi infeksinya. Dan pemberian Paracetamol drip 3x 500 mg sebagai analgetik dan antipiretik, pemberian Promavit 2x1sebagai multivitamin. Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang penyakitnya dan istirahat yang cukup, berolahraga teratur, mengkonsumsi makanan yang bergizi, dan yang paling penting adalah melakukan relaksasi agar emosi tetap terjaga.

DAFTAR PUSTAKA1. Sadock BJ, Sadock VA. Kaplan & sadocks comprehensive textbook of psychiatry. 7th edition. New York: Lippincott Williams & Wilkins; 2000. 1. Sadock BJ, Sadock VA. Kaplan & sadocks synopsis of psychiatry: behavioral sciences/clinical psychiatry. 10th edition. New York: Lippincott Williams & Wilkins; 2007. 1. Ryan D. Psychiatric disorders in the postpartum period. BC Med Journal. 2005; 47:100-3.

29