makalah baby blues

57
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kehamilan merupakan episode dramatis terhadap kondisi biologis, perubahan psikologis dan adaptasi dari seorang wanita yang pernah mengalaminya. Sebagian besar kaum wanita menganggap bahwa kehamilan adalah peristiwa kodrati yang harus dilalui tetapi sebagian wanita mengganggap sebagai peristiwa khusus yang sangat menentukan kehidupan selanjutnya. Perubahan fisik dan emisional yang kompleks, memerlukan adaptasi terhadap penyesuaian pola hidup dengan proses kehamilan yang terjadi. Konflik antara keinginan prokreasi, kebanggaan yang ditumbuhkan dari norma-norma sosial cultural dan persoalan dalam kehamilan itu sendiri dapat merupakan pencetus berbagai reaksi psikologis, mulai dari reaksi emosional ringan hingga ke tingkat gangguan jiwa yang berat. Perubahan fisik dan emisional yang kompleks, memerlukan adaptasi terhadap penyesuaian pola hidup dengan proses kehamilan yang terjadi. Konflik antara keinginan prokreasi, kebanggaan yang ditumbuhkan dari norma-norma sosial cultural dan persoalan dalam kehamilan itu sendiri dapat merupakan pencetus berbagai reaksi psikologis, mulai dari reaksi emosional ringan hingga ke tingkat gangguan jiwa yang berat. Masa nifas adalah suatu masa dimana tubuh menyesuaikan baik fisik maupun psikologis terhadap proses melahirkan yang lamanya kurang lebih 6 minggu. Selain itu pengertian masa nifas adalah masa mulainya persalinan sampai pulihnya alat-alat dan anggota badan yang berhubungan dengan kehamilan/persalinan (Ahmad Ramli. 1989). Dari 1

Upload: heather-clemons

Post on 18-Jan-2016

690 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

baby bules

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Baby Blues

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kehamilan merupakan episode dramatis terhadap kondisi biologis, perubahan psikologis dan

adaptasi dari seorang wanita yang pernah mengalaminya. Sebagian besar kaum wanita menganggap

bahwa kehamilan adalah peristiwa kodrati yang harus dilalui tetapi sebagian wanita mengganggap

sebagai peristiwa khusus yang sangat menentukan kehidupan selanjutnya. Perubahan fisik dan

emisional yang kompleks, memerlukan adaptasi terhadap penyesuaian pola hidup dengan proses

kehamilan yang terjadi. Konflik antara keinginan prokreasi, kebanggaan yang ditumbuhkan dari

norma-norma sosial cultural dan persoalan dalam kehamilan itu sendiri dapat merupakan pencetus

berbagai reaksi psikologis, mulai dari reaksi emosional ringan hingga ke tingkat gangguan jiwa yang

berat.

Perubahan fisik dan emisional yang kompleks, memerlukan adaptasi terhadap penyesuaian

pola hidup dengan proses kehamilan yang terjadi. Konflik antara keinginan prokreasi, kebanggaan

yang ditumbuhkan dari norma-norma sosial cultural dan persoalan dalam kehamilan itu sendiri

dapat merupakan pencetus berbagai reaksi psikologis, mulai dari reaksi emosional ringan hingga ke

tingkat gangguan jiwa yang berat.

Masa nifas adalah suatu masa dimana tubuh menyesuaikan baik fisik maupun psikologis

terhadap proses melahirkan yang lamanya kurang lebih 6 minggu. Selain itu pengertian masa nifas

adalah masa mulainya persalinan sampai pulihnya alat-alat dan anggota badan yang berhubungan

dengan kehamilan/persalinan (Ahmad Ramli. 1989). Dari dua pengertian di atas kelompok

meyimpulkan bahwa masa nifas adalah masa sejak selesainya persalinan hingga pulihnya alat-alat

kandungan dan anggota badan serta psikososial yang berhubungan dengan kehamilan/persalinan

selama 6 minggu. Dalam proses adaptasi pada masa postpartum terdapat tiga metode yang meliputi

”immediate puerperineum” yaitu 24 jam pertama setelah melahirkan, ”early puerperineum” yaitu

setelah 24 jam hingga 1 minggu, dan ”late puerperineum” yaitu setelah satu minggu sampai 6

minggu postpartum.

Manusia dalam kehidupannya tidak pernah terlepas dari berbagai permasalahan, baik yang

tergolong sederhana sampai yang kompleks. Semua itu membutuhkan kesiapan mental untuk

menghadapinya. Pada kenyataannya terdapat gangguan mental yang sangat mengganggu dalam

1

Page 2: Makalah Baby Blues

hidup manusia, yang salah satunya adalah depresi. Gangguan mental emosional ini bisa terjadi pada

siapa saja, kapan saja, dari kelompok mana saja, dan pada segala rentang usia. Bagi penderita

depresi ini selalu dibayangi ketakutan, kengerian, ketidakbahagiaan serta kebencian pada mereka

sendiri.

Ibu yang baru saja mengalami proses reproduksi sangat membutuhkan dukungan psikologis

dari orang-orang terdekatnya. Kurangnya dukungan dari orang-orang terdekat dapat menyebabkan

penurunan psikologis yang akan menyebabkan ibu menjadi depresi.

Depresi biasanya terjadi saat stress yang dialami oleh seseorang tidak kunjung reda, dan

depresi yang dialami berkorelasi dengan kejadian dramatis yang baru saja terjadi atau menimpa

seseorang. Penyebab depresi bisa dilihat dari faktor biologis (seperti misalnya karena sakit, pengaruh

hormonal, depresi pasca-melahirkan, penurunan berat yang drastis) dan faktor psikososial (misalnya

konflik individual atau interpersonal, masalah eksistensi, masalah kepribadian, masalah keluarga).

Penyebab depresi dari faktor biologis salah satunya adalah depresi pasca-melahirkan. Iskandar

(2007) menerangkan bahwa depresi postpartum terjadi karena kurangnya dukungan terhadap

penyesuaian yang dibutuhkan oleh wanita dalam menghadapi aktifitas dan peran barunya sebagai

ibu setelah melahirkan. Depresi Postpartum merupakan problem psikis sesudah melahirkan seperti

kemunculan kecemasan, labilitas perasaan dan depresi pada ibu.

Perubahan hormon dan perubahan hidup ibu pasca melahirkan juga dapat dianggap pemicu

depresi ini. Diperkirakan sekitar 50-70% ibu melahirkan menunjukkan gejala-gejala awal kemunculan

depresi postpartum, walau demikian gejala tersebut dapat hilang secara perlahan karena proses

adaptasi dan dukungan keluarga yang tepat.

Sampai saat ini belum ada alat test khusus yang dapat mendiagnosa secara langsung depresi

postpartum. Secara medis, dokter menyimpulkan beberapa symtom yang tampak dapat disimpulkan

sebagai gangguan depresi postpartum bila memenuhi kriteria gejala yang ada.

Angka kejadian depresi postpartum di Asia cukup tinggi dan sangat bervariasi antara 26-85%

(Iskandar, 2007), sedangkan di Indonesia angka kejadian depresi postpartum antara 50-70% dari

wanita pasca persalinan (Hidayat, 2007).

2

Page 3: Makalah Baby Blues

Pada makalah ini kami akan membahas secara khusus mengenai berbagai macam komplikasi

post partum. Beberapa penyesuaian dibutuhkan oleh wanita dalam menghadapi aktivitas dan peran

barunya sebagai ibu pada minggu-minggu atau bulan-bulan pertama setelah melahirkan, baik dari

segi fisik maupun segi psikologis. Sebagian wanita berhasil menyesuaikan diri dengan baik, tetapi

sebagian lainnya tidak berhasil menyesuaikan diri dan mengalami gangguan-gangguan psikologis

dengan berbagai gejala atau sindroma yang oleh para peneliti dan klinisi disebut post-partum blues,

atau karena kurangnya penanganan ibu post partum sangat rentan mengalami infeksi dan

perdarahan.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Pengertian depresi post partum blues baby blues

2. Etiologi depresi post partum blues baby blues

3. Klasifikasi depresi post partum blues baby blues

4. Manifestasi klinis depresi post partum blues baby blues

5. Patofisiologi depresi post partum blues baby blues

6. Pemeriksaan penunjang depresi post partum blues baby blues

7. Penatalaksanaan depresi post partum blues baby blues

8. Pencegahan depresi post partum blues baby blues

9. Asuhan keperawatan klien dengan depresi post partum blues baby blues

C. TUJUAN PENULISAN

Tujuan penulisan ini dibedakan menjadi dua yakni :

A. Tujuan umum

Tujuan penulisan ini secara umum adalah agar mahasiswa dapat memahami tentang Asuhan

Keperawatan Klien dengan DEPRESI POST PARTUM BLUES sehingga mempermudah

dalam mengaplikasikan ke dunia keperawatan dan mempermudahkan jika mahasiswa menemui

kasus serupa pada saat kelapangan nantinya.

B. Tujuan khusus

Tujuan penulisan dari makalah ini diantaranya sebagai berikut :

1. Memahami Pengertian depresi post partum blues baby blues

2. Memahami Etiologi depresi post partum blues baby blues

3. Memahami Klasifikasi depresi post partum blues baby blues

3

Page 4: Makalah Baby Blues

4. Memahami Manifestasi klinis depresi post partum blues baby blues

5. Memahami Patofisiologi depresi post partum blues baby blues

6. Memahami Pemeriksaan penunjang depresi post partum blues baby blues

7. Memahami Penatalaksanaan depresi post partum blues baby blues

8. Memahami Pencegahan depresi post partum blues baby blues

9. Memahami Asuhan keperawatan klien dengan depresi post partum blues baby blues

D. METODE PENULISAN

Studi kasus yaitu dengan cara mempelajari buku sumber yang berhubungan dengan masalah

yang di alami oleh klien yang terdapat di perpustakaan dan data juga di dapat dari internet.

E. SISTEMATIKA PENULISAN

Sistematika dalam penulisan makalah ini diantaranya sebagai berikut, BAB I Pendahuluan terdiri

dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, metode penulisan dan sistematika

penulisan. BAB II Tinjauan Teori terdiri dari pengertian, epidiomiologi, etiologi, factor resiko,

klasifikasi, patofisiologi / pathway, manifestasi klinis, pemeriksaan diagnostic dan penatalaksanaan

medis . BAB III Asuhan Keperawatan, terdiri dari pengkajian, diagnosa keperawatan dan Intervensi

keperawatan. BAB IV Penutup terdiri dari kesimpulan dan saran.

4

Page 5: Makalah Baby Blues

BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN POST PARTUM

Post partum adalah masa sesudah persalinan dapat juga disebut masa nifas (puerperium) yaitu

masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya kembali alat kandungan yang lamanya 6

minggu. Post partum adalah masa 6 minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ reproduksi sampai

kembali ke keadaan normal sebelum hamil (Bobak, 2010).

Masa nifas atau masa purpenium adalah masa setelah partus selesai dan berakhir setelah kira-

kira 6-8 minggu (Manjoer, A dkk, 2001). Akan tetapi seluruh alat genetal baruh pulih kembali seperti

sebelumnya ada kehamilan dalam waktu 3 bulan (Ilmu kebidanan, 2007).

Jadi dapat disimpulkan bahwa masa nifas atau post partum adalah masa setelah kelahiran bayi

pervagina dan berakhir setelah alat-alat kandungan kembali seperti semula tanpa adanya

komplikasi.

KLASIFIKASI

Masa nifas dibagi dalam 3 periode yaitu :

1. Post partum dini yaitu keputihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri, berjalan-jalan.

Dalam agama Isalam dianggap telah bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.

2. Post partum intermedial yaitu keputihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6-8

minggu.

3. Post partum terlambat yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna

terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi untuk sehat

sempurna bisa berminggu-minggu, bulanan atau tahunan.

B. PENGERTIAN POST PARTUM BLUES

Baby Blues Syndrome adalah tekanan atau stress yang dialami oleh seorang

wanita pasca melahirkan karena beranggapan bahwa kehadiran bayi akan

5

Page 6: Makalah Baby Blues

mengganggu atau merusak suatu hal dalam hidupnya seperti

karier,kecantikan/penampilan dan aktifitas rutin yang dianggap penting dalam hidupnya.

Penderita baby blue syndrome kebanyakan adalah kalangan wanita karier,artis, model

dan wanita modern, tetapi syndrom ini tidak menutup kemungkinan menyerang pada

wanita muda (pernikahan dini) dan semua wanita pasca melahirkan.Perubahan sikap

yang negatif dengan kondisi emosional yang kurang terkontrolseperti sering marah,

cepat tersinggung, dan menjauh dari bayi yang baru dilahirkan,susah tidur dan tiba-tiba

sering menangis. Apabila ini tidak segera ditangani berdampak negatif terhadap

kesehatan jiwa penderita. Sindrom ini umumnya terjadidalam 14 hari pertama setelah

melahirkan, dan cenderung lebih buruk sekitar hariketiga atau empat setelah persalinan.

Hadi (2004), menyatakan secara sederhana dapat dikatakan bahwa depresi adalah suatu

pengalaman yang menyakitkan, suatu perasaan tidak ada harapan lagi.

Kartono (2002), menyatakan bahwa depresi adalah keadaan patah hati atau putus asa

yang disertai dengan melemahnya kepekaan terhadap stimulus tertentu, pengurangan

aktivitas fisik maupun mental dan kesulitan dalam berpikir, Lebih lanjut Kartono

menjelaskan bahwa gangguan depresi disertai kecemasan , kegelisahan dan keresahan,

perasaan bersalah, perasaan menurunnya martabat diri atau kecenderungan bunuh diri.

Trisna (Hadi, 2004), menyimpulkan bahwa depresi adalah suatu perasaan sendu atau

sedih yang biasanya disertai dengan diperlambatnya gerak dan fungsi tubuh. Mulai dari

perasaan murung sedikit sampai pada keadaan tidak berdaya.

Menurut Duffet-Smith (1995), depresi pascasalin bisa berkaitan dengan terjadinya

akumulasi stres. Ada stres yang tidak dapat dihindari, seperti operasi. Depresi adalah

pengalaman yang negatif ketika semua persoalan tampak tidak terpecahkan.

Monks dkk (1988), menyatakan bahwa depresi postpartum merupakan problem psikis

sesudah melahirkan seperti labilitas afek, kecemasan dan depresi pada ibu yang dapat

berlangsung berbulan – bulan.

Sloane dan Bennedict (1997) menyatakan bahwa depresi postpartum biasanya terjadi

pada 4 hari pertama masa setelah melahirkan dan berlangsung terus 1 – 2 minggu.

6

Page 7: Makalah Baby Blues

Lewellyn–Jones (1994), menyatakan bahwa wanita yang didiagnosa secara klinis pada

masa postpartum mengalami depresi dalam 3 bulan pertama setelah melahirkan.

Wanita yang menderita depresi postpartum adalah mereka yang secara sosial dan

emosional merasa terasingkan atau mudah tegang dalam setiap kejadian hidupnya.

Post-partum blues (PPB) atau sering juga disebut maternity blues atau baby blues

diartikan sebagai suatu sindroma gangguan afek ringan yang sering tampak dalam

minggu pertama setelah persalinan atau pada saat fase taking in, cenderung akan

memburuk pada hari ketiga sampai kelima dan berlangsung dalam rentang waktu 14

hari atau dua minggu pasca persalinan.

Baby blues adalah keadaan di mana seorang ibu mengalami perasaan tidak nyaman

(kesedihan atau kemurungan)/gangguan suasana hati setelah persalinan, yang berkaitan

dengan hubungannya dengan bayi, atau pun dengan dirinya sendiri.

Baby blues adalah keadaan di mana seorang ibu mengalami perasaan tidak nyaman

(kesedihan atau kemurungan)/gangguan suasana hati setelah persalinan, yang berkaitan

dengan hubungannya dengan si bayi, atau pun dengan dirinya sendiri. Ketika plasenta

dikeluarkan pada saat persalinan, terjadi perubahan hormon yang melibatkan

endorphin, progesteron, dan estrogen dalam tubuh Ibu, yang dapat mempengaruhi

kondisi fisik, mental dan emosional Ibu.

Post partum blues merupakan depresi yang terjadi setelah melahirkan (post partum).

Ibu yang baru melahirkan biasanya diharapkan untuk merasa sangat gembira setelah

melahirkan. Tetapi karena perubahan hormonal yang besar waktu melahirkan dan

tantangan untuk merawat bayi, sekitar dua per tiga wanita merasa ssedih. Kira-kira 10

sampai 15 % menderita depresi klinis. Dan sekitar 1 dari 1000 menjadi depresi berat

sehingga perlu masuk rumah sakit demi keselamatannya dan keselamatan bayi mereka.

Post partum blues disebut juga depresi masa nifas, yaitu keadaaan depresi yang terjadi

karena pengaruh perubahan hormonal, adanya proses involusi dan ibu kurang tidur

serta lelah karena mengurus bayi dan sebagainya. Depresi juga biasanya timbul jika ibu

dan keluarganya diilit konflik rumah tangga, anak yang lahir tidak diharapkan keadaan

atau trauma karena telah melahirkan anak cacat.

7

Page 8: Makalah Baby Blues

Post-partum blues ini dikategorikan sebagai sindroma gangguan mental yang ringan oleh

sebab itu sering tidak dipedulikan sehingga tidak terdiagnosis dan tidak ditangani sebagaimana

seharusnya, akhirnya dapat menjadi masalah yang menyulitkan, tidak menyenangkan dan dapat

membuat perasaan-perasaan tidak nyaman bagi wanita yang mengalaminya, dan bahkan kadang-

kadang gangguan ini dapat berkembang menjadi keadaan yang lebih berat yaitu depresi dan psikosis

pasca-salin, yang mempunyai dampak lebih buruk, terutama dalam masalah hubungan perkawinan

dengan suami dan perkembangan anak, karena stres dan sikap ibu yang tidak tulus terus-menerus

bisa membuat bayi tumbuh menjadi anak yang mudah menangis, cenderung rewel, pencemas,

pemurung dan mudah sakit.

Post partum blues disebut juga depresi pasca melahirkan. Menurut Ann Dunnewold, seorang

ahli jiwa di Dallas, 10-20 % perempuan yang baru melahirkan mengalami depresi yang muncul dalam

beragam bentuk bisa berupa kesedihan mendalam, seringa menangis, insomnia atau tidur tidak

nyenyak, mudah tersinggung, kehilangan minat terhadap bayi, kurang berminat terhadap kegiatan

rutin sehari-hari. Bisa juga berupa perasaan ketakutan, hilangnya nafsu makan, lesu atau bahkan

tidur yang berlebih atau tidur tidak nyenyak imsomnia. Kondisi ini bisa berlangsung hingga tiga

sampai enam bulan, bahkan terkadang sampai delapan bulan. Sayangnya, sangat banyak ibu tidak

menyadarinya, demikian juga dengan mereka yang ada di sekitanrnya, termasuk suaminya.

Kondisi yang lebih ringan, disebut baby blues, yang dialami oleh sekitar 80 % dari perempuan

yang baru melahirkan. Pada kondisi ini, perempuan tersebut mengalami tanda-tanda sebagaimana

pada depresi pasca melahirkan, hanya saja dalam intensitas yang lebih ringan dan dalam rentang

waktu yang lebih pendek, paling lama enam minggu. Ia masih bisa tidur nyenyak kalau dijauhkan dari

kewajiban mengurus bayinya. Berbeda dengan perempuan yang terkena depresi pasca melahirkan,

yang tetap saja tidak bias tidur apalagi bergembira sekalipun telah ada tenaga yang membantu

merawat bayinya.

C. EPIDEMIOLOGI

Baby blues sudah dikenal sejak lama. Savage pada tahun 1875 telah menulis referensidi

literatur kedokteran mengenai suatu keadaan disforia ringan pasca-salin yangdisebut sebagai “ milk

fever ” karena gejala disforia tersebut muncul bersamaandengan laktasi. Dewasa ini, baby blue

syndrome atau sering juga disebut maternityblues atau post-partum blues dimengerti sebagai

8

Page 9: Makalah Baby Blues

suatu sindroma gangguan afek ringan yang sering tampak dalam minggu pertama setelah persalinan,

dan ditandaidengan gejala-gejala seperti : reaksi depresi /sedih/disforia, menangis ,mudah

tersinggung (iritabilitas), cemas, labilitas perasaan, cenderung menyalahkan dirisendiri, gangguan

tidur dan gangguan nafsu makan. Gejala-gejala ini mulai munculsetelah persalinan dan pada

umumnya akan menghilang dalam waktu antara beberapa jam sampai beberapa hari. Namun pada

beberapa minggu atau bulan kemudian, bahkan dapat berkembang menjadi keadaan yang lebih

berat.

Baby blues ini dikategorikan sebagai sindrom gangguan mental yang ringan olehsebab itu

sering tidak dipedulikan sehingga tidak terdiagnosis dan tidak ditatalaksanasebagaimana seharusnya,

akhirnya dapat menjadi masalah yang menyulitkan, tidak menyenangkan dan dapat membuat

perasaan perasaan tidak nyaman bagi wanita yangmengalaminya, dan bahkan kadang-kadang

gangguan ini dapat berkembang menjadikeadaan yang lebih berat yaitu depresi dan psikosis pasca-

salin, yang mempunyaidampak lebih buruk, terutama dalam masalah hubungan perkawinan dengan

suami dan perkembangan anaknya.Dalam dekade terakhir ini, banyak peneliti dan klinisi yang

memberi perhatiankhusus pada gejala psikologis yang menyertai seorang wanita pasca salin, dan

telah melaporkan beberapa angka kejadian dan berbagai faktor yang diduga mempunyaikaitan

dengan gejala-gejala tersebut. Berbagai studi mengenai baby blue syndrome diluar negeri

melaporkan angka kejadian yang cukup tinggi dan sangat bervariasi antara 26-85%, yang

kemungkinan disebabkan karena adanya perbedaan populasi dankriteria diagnosis yang digunakan.

Untuk di Indonesia dari penelitian Wratsangka pada tahun 1996 di RS Hasan Sadikin Bandung,

ditemukan 33% wanita pasca persalinan mengalami baby blue syndrome Hasil penelitian di berbagai

tempat yangditelaah Bagian Obstetri dan Ginekologi FKUI-RSCM menunjukkan, paling

sedikitterdapat 26%.

Dalam dekade terakhir ini, banyak peneliti dan klinisi yang memberi perhatian khusus pada

gejala psikologis yang menyertai seorang wanita pasca salin, dan telah melaporkan beberapa angka

kejadian dan berbagai faktor yang diduga mempunyai kaitan dengan gejala-gejala tersebut. Berbagai

studi mengenai post-partum blues di luar negeri melaporkan angka kejadian yang cukup tinggi dan

sangat bervariasi antara 26-85%, yang kemungkinan disebabkan karena adanya perbedaan populasi

dan kriteria diagnosis yang digunakan.

9

Page 10: Makalah Baby Blues

D. FAKTOR RESIKO

Beberapa orang yang beresiko mengalami depresi post partum, terutama sindrom baby blues

diantaranya adalah :

1. Ibu dengan usia di bawah 17 tahun

2. Orang yang mengalami kehamilan yang tidak di inginkan

3. Orang yang pernah mengalami gangguan kejiwaan sebelumnya

4. Alkoholisme

5. Ibu yang belum siap menghadapi persalinan

6. Ibu dengan persalinan sesar

7. Ibu yang memili gangguan atau masalah dalam keluarga

8. Wanita karier,artis, model ( wanita yang belum siap menghadpi perubahan pada fisik

pasca persalinan )

E. KLASIFIKASI SINDROM BLUES

A. Ringan : post partum blues atau sering juga maternity blues atau sindroma ibu baru diartikan

sebagai suatu sindroma gangguan efek yang sering tampak pada minggu pertama setelah

persalinan ditandai dengan gejala –gejala : reaksi depresi atau sedih (disporia), sering

menagis, mudah tersinggung,cemas, labilitas perasaan.

B. Berat : depresi berat dikenal sebagai sindroma depresi non psikotik pada kehamilan namun

umumnya terjadi dalam beberapa minggu sampai bulan setelah kelahiran. Gejala – gejala

depresi berat : perubahan pada mood, gangguan pada pola tidur, perubahan mental dan

libido, dapat pula muncul phobia, ketakutan, menyakiti diri sendiri atau bayinya, depresi

berat akan memiliki resiko tinggi pada wanita atau keluarga yang pernah mengalami

kelainan psikiatrik atau pernah mengalami premenstrual sindrom. Kemungkinan rekuren

pada kehamilan berikutnya.

Penatalaksanaan depresi berat : dukungan keluarga dan lingkungan sekitar, terapi psikologis dari

psikiater dan psikolog, kolaborasi dengan dokter untuk pemberian anti depresan (pemberian

depresan perlu diperhatikan pada wanita hamil dan menyusui ), pasien dengan percobaan bunuh

diri sebaiknya tidak ditinggalkan sendirian dirumah, jika diperlukan lakukan perawatan di RS, tidak

dianjurkan untuk rooming atau rawat gabung dengan bayinya.

10

Page 11: Makalah Baby Blues

F. ETIOLOGI.

Etiologi atau penyebab pasti terjadinya postpartum blues sampai saat ini belum diketahui.

Namun, banyak faktor yang diduga berperan terhadap terjadinya postpartum blues, antara lain:

1. Faktor hormonal yang berhubungan dengan perubahan kadar estrogen, progesteron,

prolaktin dan estradiol. Penurunan kadar estrogen setelah melahirkan sangat berpengaruh

pada gangguan emosional pascapartum karena estrogen memiliki efek supresi aktifitas

enzim monoamine oksidase yaitu suatu enzim otak yang bekerja mengaktifasi adrenalin dan

serotonin yang berperan dalam perubahan mood dan kejadian depresi.

2. Faktor demografi yaitu umur dan paritas.

3. Latar belakang psikososial ibu, seperti; tingkat pendidikan, status perkawinan, kehamilan

yang tidak diinginkan, riwayat gangguan kejiwaan sebelumnya, sosial ekonomi serta

keadekuatan dukungan sosial dari lingkungannya (suami, keluarga dan teman). Apakah

suami menginginkan juga kehamilan ini, apakah suami, keluarga, dan teman memberi

dukungan moril (misalnya dengan membantu pekerjaan rumah tangga, atau berperan

sebagai tempat ibu mengadu atau berkeluh-kesah) selama ibu menjalani masa

kehamilannya atau timbul permasalahan, misalnya suami yang tidak membantu, tidak mau

mengerti perasaan istri maupun persoalan lainnya dengan suami, problem dengan orang tua

dan mertua, problem dengan anak sebelumnya.

4. Takut kehilangan bayinya atau kecewa dengan bayinya.

Namun ada beberapa pendapat yang menyebutkan bahwa Post partum blues tidak

berhubungan dengan perubahan hormonal, biokimia atau kekurangan gizi. Antara 8%

sampai 12% wanita tidak dapat menyesuaikan peran sebagai orang tua dan menjadi sangat

tertekan sehingga mencari bantuan dokter. Dengan kata lain para wanita lebih mungkin

mengembangkan depresi post partum jika mereka terisolasi secara sosial dan emosional

serta baru saja mengalami peristiwa kehidupan yang menakan.

5. Ibu belum siap menghadapi persalinan

6. Ketidaknyamanan fisik yang dialami wanita menimbulkan gangguan pada psikologi ibu

seperti adanya pembengkakan pada payudara yang menyebabkan rasa nyeri ataupun jahitan

yang belum sembuh

7. Marital dysfunction atau ketidak mampuan membina hubungan dengan orang lain, merasa

terisolasi

8. Masalah medis dalam kehamilan (PIH, diabetes melitus, disfungsi tiroid)

11

Page 12: Makalah Baby Blues

9. Pengalaman dalam proses persalinan dan kehamilan yang bersifat trauma (seperti seksio

cesaria,dan epistomi)

10. kelahiran anak dengan kecacatan/penyakit

11. Riwayat depresi, penyakit mental dan alkoholik (orang orang mempunyai latar belakang

gangguan mental dan pernah bermasalah secara psikis sebelum hamil, berisiko tinggi

mengalami post partum blues. Resikonya bias 2-3 kali lipat dibandingkan mereka yang tidak

mempunyai latar belakang masalah tersebut. Pada wanita yang tidak berisiko pun, bila di

saat persalinannya ada masalah, bias meningkatkan insiden PBB. Ibu yang melahirkan

dengan operasi karena terjadi keracunan kehamilan seperti preeclampsia, bias berisiko

mengalami PBB.)

12. Karakter pribadi (harga diri, ketidakdewasaan)

13. Stress dalam keluarga, misalnya : Faktor ekonomi memburuk, persoalan dengan suami,

problem dengan mertua. stress yang dialami wanita itu sendiri misalnya ASI tidak

keluar,frustasi karena bayi tidak mau tidur, stress melihat bayi sakit,rasa bosan dengan

hidup yang dijalani.

Ada juga yang berpendapat bahwa kemunculan dari postpartum blues ini disebabkan oleh

beberapa factor dari dalam dan luar individu. Penelitian dari Dirksen dan De Jonge Andriaansen

(1985) menunjukkan bahwa depresi tersebut membawa kondisi yang berbahaya bagi perkembangan

anak di kemudian hari. De Jonge Andriaansen juga meneliti beberapa teknologi medis (penggunaan

alat-alat obstetrical) dalam pertolongan melahirkan dapat memicu depresi postpartum blues ini.

Misalnya saja pada pembedahan caesar dan episiotomi dan sebagainya. Perubahan hormon dan

perubahan hidup ibu pasca melahirkan juga dapat dianggap pemicu.

Peyebab lain menurut para ahli adalah :

Sarafino (Yanita dan Zamralita, 2001), faktor lain yang dianggap sebagai penyebab

munculnya gejala ini adalah masa lalu ibu tersebut, yang mungkin mengalami penolakan dari

orang tuanya atau orang tua yang overprotective, kecemasan yang tinggi terhadap

perpisahan, dan ketidakpuasaan dalam pernikahan. Perempuan yang memiliki sejarah

masalah emosional rentan terhadap gejala depresi ini, kepribadian dan variable sikap selama

masa kehamilan seperti kecemasan, kekerasan dan kontrol eksternal berhubungan dengan

munculnya gejala depresi.

Llewellyn–Jones (1994), karakteristik wanita yang berisiko mengalami depresi postpartum

adalah : wanita yang mempunyai sejarah pernah mengalami depresi, wanita yang berasal

12

Page 13: Makalah Baby Blues

dari keluarga yang kurang harmonis, wanita yang kurang mendapatkan dukungan dari suami

atau orang–orang terdekatnya selama hamil dan setelah melahirkan, wanita yang jarang

berkonsultasi dengan dokter selama masa kehamilannya misalnya kurang komunikasi dan

informasi, wanita yang mengalami komplikasi selama kehamilan.

Pitt (Regina dkk, 2001), mengemukakan 4 faktor penyebeb depresi postpartum sebagai

berikut :

1. Faktor konstitusional.

Gangguan post partum berkaitan dengan status paritas adalah riwayat obstetri

pasien yang meliputi riwayat hamil sampai bersalin serta apakah ada komplikasi

dari kehamilan dan persalinan sebelumnya dan terjadi lebih banyak pada wanita

primipara. Wanita primipara lebih umum menderita blues karena setelah

melahirkan wanita primipara berada dalam proses adaptasi, kalau dulu hanya

memikirkan diri sendiri begitu bayi lahir jika ibu tidak paham perannya ia akan

menjadi bingung sementara bayinya harus tetap dirawat.

2. Faktor fisik.

Perubahan fisik setelah proses kelahiran dan memuncaknya gangguan mental

selama 2 minggu pertama menunjukkan bahwa faktor fisik dihubungkan dengan

kelahiran pertama merupakan faktor penting. Perubahan hormon secara drastis

setelah melahirkan dan periode laten selama dua hari diantara kelahiran dan

munculnya gejala. Perubahan ini sangat berpengaruh pada keseimbangan.

Kadang progesteron naik dan estrogen yang menurun secara cepat setelah

melahirkan merupakan faktor penyebab yang sudah pasti.

3. Faktor psikologis.

Peralihan yang cepat dari keadaan “dua dalam satu” pada akhir kehamilan

menjadi dua individu yaitu ibu dan anak bergantung pada penyesuaian

psikologis individu. Klaus dan Kennel (Regina dkk, 2001), mengindikasikan

pentingnya cinta dalam menanggulangi masa peralihan ini untuk memulai

hubungan baik antara ibu dan anak.

13

Page 14: Makalah Baby Blues

4. Faktor sosial.

Paykel (Regina dkk, 2001) mengemukakan bahwa pemukiman yang tidak

memadai lebih sering menimbulkan depresi pada ibu – ibu, selain kurangnya

dukungan dalam perkawinan.

Menurut Kruckman (Yanita dan zamralita, 2001), menyatakan terjadinya depresi pascasalin

dipengaruhi oleh faktor :

1. Biologis.

Faktor biologis dijelaskan bahwa depresi postpartum sebagai akibat kadar hormon seperti

estrogen, progesteron dan prolaktin yang terlalu tinggi atau terlalu rendah dalam masa nifas

atau mungkin perubahan hormon tersebut terlalu cepat atau terlalum lambat.

2. Karakteristik ibu, yang meliputi :

A. Faktor umur.

Sebagian besar masyarakat percaya bahwa saat yang tepat bagi seseorang

perempuan untuk melahirkan pada usia antara 20–30 tahun, dan hal ini

mendukung masalah periode yang optimal bagi perawatan bayi oleh seorang

ibu. Faktor usia perempuan yang bersangkutan saat kehamilan dan persalinan

seringkali dikaitkan dengan kesiapan mental perempuan tersebut untuk

menjadi seorang ibu.

B. Faktor pengalaman.

Beberapa penelitian diantaranya adalah pnelitian yang dilakukan oleh Paykel

dan Inwood (Regina dkk, 2001) mengatakan bahwa depresi pascasalin ini lebih

banyak ditemukan pada perempuan primipara, mengingat bahwa peran

seorang ibu dan segala yang berkaitan dengan bayinya merupakan situasi yang

sama sekali baru bagi dirinya dan dapat menimbulkan stres. Selain itu penelitian

yang dilakukan oleh Le Masters yang melibatkan suami istri muda dari kelas

sosial menengah mengajukan hipotesis bahwa 83% dari mereka mengalami

krisis setelah kelahiran bayi pertama.

C. Faktor pendidikan.

Perempuan yang berpendidikan tinggi menghadapi tekanan social dan konflik

peran, antara tuntutan sebagai perempuan yang memiliki dorongan untuk

bekerja atau melakukan aktivitasnya diluar rumah, dengan peran mereka

14

Page 15: Makalah Baby Blues

sebagai ibu rumah tangga dan orang tua dari anak–anak mereka (Kartono,

1992).

D. Faktor selama proses persalinan.

Hal ini mencakup lamanya persalinan, serta intervensi medis yang digunakan

selama proses persalinan. Diduga semakin besar trauma fisik yang ditimbulkan

pada saat persalinan, maka akan semakin besar pula trauma psikis yang muncul

dan kemungkinan perempuan yang bersangkutan akan menghadapi depresi

pascasalin.

E. Faktor dukungan sosial.

Banyaknya kerabat yang membantu pada saat kehamilan, persalinan dan

pascasalin, beban seorang ibu karena kehamilannya sedikit banyak berkurang.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa faktor penyebab depresi postpartum

adalah faktor konstitusional, faktor fisik yang terjadi karena adanya ketidakseimbangan hormonal,

faktor psikologi, faktor sosial dan karakteristik ibu.

G. MANIFESTASI KLINIS

Depresi masa nifas terjadi terutama di minggu-minggu pertama setelah melahirkan, dimana

kadar hormone masih tinggi. Gejala-gejala postpartum blues ini bisa terlihat dari perubahan sikap

seorang ibu. Gejala tersebut biasanya muncul pada hari ke-3 atau 6 hari setelah melahirkan.

Beberapa perubahan sikap tersebut diantaranya adalah :

sering tiba-tiba menangis karena merasa tidak bahagia

penakut

tidak mau makan

tidak mau bicara

sakit kepala sering berganti mood

mudah tersinggung (iritabilitas)

merasa terlalu sensitif dan cemas berlebihan

tidak bergairah, khususnya terhadap hal yang semula sangat diminati

tidak mampu berkonsentrasi dan sangat sulit membuat keputusan

merasa tidak mempunyai ikatan batin dengan si kecil yang baru saja dilahirkan

15

Page 16: Makalah Baby Blues

insomnia yang berlebihan

Gejala-gejala itu mulai muncul setelah persalinan dan pada umumnya akan menghilang dalam

waktu antara beberapa jam sampai beberapa hari. Klien yang menderita post partum blues akan

menunjukkan beberapa hal sebagai berikut :

kesedihan mendalam

sering menangis

insomnia

mudah tersinggung

kehilangan minat terhadap bayi

kurang berminat terhadap rutinitas sehari hari

Bisa juga berupa perasaan ketakutan

hilangnya nafsu makan, lesu

Kondisi ini bias berlangsung hingga tiga sampai enam bulan, bahkan terkadang sampai

delapan bulan. Namun jika masih berlangsung beberapa minggu atau beberapa bulan itu dapat

disebut postpartum depression.

GEJALA LAINNYA YANG BIASA DITEMUKA PADA IBU DENGAN SINDROM BABY BLUES

ADALAH :

A. PHOBIA.

Rasa takut yang irasional terhadap sesuatu benda atau keadaan yang tidak dapat dihilangkan

oleh pasien, biarpun diketahuinya bahwa hal itu irasional adanya. Ibu yang melahirkan dengan

bedah Caesar sering merasakan kembali dan mengingat kelahiran yang dijalaninya. Ibu yang

menjalani bedah Caesar akan merasakan emosi yang bermacam–macam. Keadaan ini dimulai

dengan perasaan syok dan tidak percaya terhadap apa yang telah terjadi. Wanita yang pernah

mengalami bedah Caesar akan melahirkan dengan bedah Caesar pula untuk kehamilan

berikutnya. Hal ini bisa membuat rasa takut terhadap peralatan peralatan operasi dan jarum

(Duffet-Smith, 1995).

B. KECEMASAN.

Ketegangan, rasa tidak aman dan kekhawatiran yang timbul karena dirasakan akan terjadi

sesuatu yang tidak menyenangkan, tetapi sumbernya sebagian besar tidak diketahuinya.

16

Page 17: Makalah Baby Blues

C. MENINGKATNYA SENSITIVITAS.

Periode pasca kelahiran meliputi banyak sekali penyesuaian diri dan pembiasaan diri. Bayi

harus diurus, ibu harus pulih kembali dari persalinan anak, ibu harus belajar bagaimana merawat

bayi, ibu perlu belajar merasa puas atau bahagia terhadap dirinya sendiri sebagai seorang ibu.

Kurangnya pengalaman atau kurangnya rasa percaya diri dengan bayi yang lahir, atau waktu dan

tuntutan yang ekstensif akan meningkatkan sensitivitas ibu (Santrock, 2002).

D. PERUBAHAN MOOD.

Menurut Sloane dan Bennedict (1997), menyatakan bahwa depresi postpartum muncul

dengan gejala sebagai berikut : kurang nafsu makan, sedih – murung, perasaan tidak berharga,

mudah marah, kelelahan, insomnia, anorexia, merasa terganggu dengan perubahan fisik, sulit

konsentrasi, melukai diri, anhedonia, menyalahkan diri, lemah dalam kehendak, tidak

mempunyai harapan untuk masa depan, tidak mau berhubungan dengan orang lain. Di sisi lain

kadang ibu jengkel dan sulit untuk mencintai bayinya yang tidak mau tidur dan menangis terus

serta mengotori kain yang baru diganti. Hal ini menimbulkan kecemasan dan perasaan

bersalah pada diri ibu walau jarang ditemui ibu yang benar–benar memusuhi bayinya.

Menurut Nevid dkk (1997), depresi postpartum sering disertai gangguan nafsu makan dan

gangguan tidur, rendahnya harga diri dan kesulitan untuk mempertahankan konsentrasi atau

perhatian.

Kriteria diagnosis spesifik depresi postpartum tidak terlalu dijelaskan , dimana tidak terdapat

informasi yang adekuat untuk membuat diagnosis spesifik. Diagnosis dapat dibuat jika depresi

terjadi dalam hubungan temporal dengan kelahiran anak dengan onset episode dalam 4 minggu

pasca persalinan.

simptom–simptom yang biasanya muncul pada episode postpartum antara lain perubahan

mood, labilitas mood dan sikap yang berlebihan terhadap bayi. Wanita yang menderita depresi

postpartum sering mengalami kecemasan yang sangat hebat dan sering panik. Meskipun belum ada

kriteria diagnosis spesifik, secara karakteristik penderita depresi postpartum mulai mengeluh

kelelahan, perubahan mood, memiliki episode kesedihan, kecurigaan dan kebingungan serta tidak

mau berhubungan dengan orang lain.

17

Page 18: Makalah Baby Blues

Selain itu, penderita depresi postpartum memiliki perasaan tidak ingin merawat bayinya, tidak

mencintai bayinya, ingin menyakiti bayi atau dirinya sendiri atau keduanya.

Gejala depresi pascasalin ini memang lebih ringan dibandingkan dengan psikosis pascasalin.

Meskipun demikian, kelainan–kelainan tersebut memiliki potensi untuk menimbulkan kesulitan atau

masalah bagi ibu yang mengalaminya (Kruckman dalam Yanita dan Zamralita, 2001).

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa gejala–gejala depresi postpartum antara

lain adalah trauma terhadap intervensi medis yang dialami, kelelahan, perubahan mood, gangguan

nafsu makan, gangguan tidur, tidak mau berhubungan dengan orang lain, tidak mencintai bayinya,

ingin menyakiti bayi atau dirinya sendiri atau keduanya.

H. PATOFISILOLOGI

Baby blues bisa disebabkan oleh beberapa faktor antara lain faktor biologis dan faktor emosi.

Ketika bayi lahir, terjadi perubahan level hormon yang sangat mendadak pada ibu. Hormon

kehamilan (estrogen dan progesteron) secara mendadak mengalami penurunan 72 jam setelah

melahirkan sedangkan hormon menyusui mengalami peningkatan. Hal ini kemudian memodulasi

ekstabilitas otak, sehingga menyebabkan sub unit reseptor GABA teraktivasi, GABA merupakan suatu

reseptor ionotropik yang terdapat diberbagai belahan otak dan memiliki kadar yang tinggi yaitu 1000

kali lebih tinggi dari kadar neorotransmiter, disamping untuk memperantarai hambatan simpatik

yang cepat, GABA juga berfungsi untuk mengambat ion cloroda masuk kedalam darah, jika kadar ion

clorida dalam darah meningkat maka akan menghasilkan kecemasan yang berkepanjangan , dan

akan menyebabkan terlepasnya beberapa hormon otak lain tampa kendali, dan memicu terjadinya

peningkatan CRH dikelenjer hipotalamus. CRH akan merangsang kelenjer adrenal untuk

menghasilkan hormon kortisol . hormon kortisol adalah suatu hormon yang menyebabkan

kekecewaan, kesedihan, perasaan tertekan , dan ketakutan yang berlebihan

18

Page 19: Makalah Baby Blues

I. WOC

19

Perubahan hormon yang terlalu cepat

Kehamilan yang tidak di inginkan

Hormon menyusui meningkat (prolagtin)

Esterogen dan progesteron me 72

jam setelah persalinan

Merasa bersalah pd diri atau lingkungan

Karakteristik ibu

Perubahan energi

gg. nafsu makan

MK : kelelahanResiko kekurangan

nutrisi

Dampak keluarga

Merangsang kel.adrenal untuk

menghasilkan hormon kortisol

Aktivasi sub unit reseptor GABA

Penerimaan yang kurang

MK: Depresi mental

MK : Koping keluarga tidak

efektif

Post partum

Memodulasi ekstabilitas otak

Memicu peningkatan CRH

di kel hipotalamus

Beberapa hormon lain di otak terlepas

tampa kendali

Permeabilitas ion klorida

kedalam sel meningkat

Kekecewaan, perasaan tertekan, kesedihan dn ketakutan yang

mendalam

MK : Koping individu tidak

efektif

Ketidaksanggupan dlm perubahan peran jd ortu

Kesedihan yang mendalam

Ketidakmampuan dlm menerima kehadiran bayiRasa ingin menyakiti

bayi,diri sendiri atau keduanya

MK : resiko PK

Page 20: Makalah Baby Blues

J. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Sampai saat ini belum ada alat test khusus yang dapat mendiagnosa secara langsung post

partum blues. Secara medis, dokter menyimpulkan beberapa simtom yang tampak dapat

disimpulkan sebagai gangguan depresi post partum blues bila memenuhi kriteria gejala yang ada.

Kekurangan hormon tyroid yang ditemukan pada individu yang mengalami kelelahan luar biasa

(fatigue) ditemukan juga pada ibu yang mengalami post partum blues mempunyai jumlah kadar

tyroid yang sangat rendah.

Skrining untuk mendeteksi gangguan mood/depresi sudah merupakan acuan pelayanan pasca

salin yang rutin dilakukan. Untuk skrining ini dapat dipergunakan beberapa kuesioner dengan

sebagai alat bantu. Endinburgh Posnatal Depression Scale (EPDS) merupakan kuesioner dengan

validitas yang teruji yang dapat mengukur intensitas perubahan perasaan depresi selama 7 hari

pasca salin. Pertanyaan-pertanyaannya berhubungan dengan labilitas perasaan, kecemasan,

perasaan bersalah serta mencakup hal-hal lain yang terdapat pada post-partum blues . Kuesioner ini

terdiri dari 10 (sepuluh) pertanyaan, di mana setiap pertanyaan memiliki 4 (empat) pilihan jawaban

yang mempunyai nilai skor dan harus dipilih satu sesuai dengan gradasi perasaan yang dirasakan ibu

pasca salin saat itu. Pertanyaan harus dijawab sendiri oleh ibu dan rata-rata dapat diselesaikan

dalam waktu 5 menit. Hasil menunjukkan positif jika klien mampu menjawab pertyaan dibawah 73%.

EPDS juga telah teruji validitasnya di beberapa negara seperti Belanda, Swedia, Australia,

Italia, dan Indonesia. EPDS dapat dipergunakan dalam minggu pertama pasca salin dan bila hasilnya

meragukan dapat diulangi pengisiannya 2 (dua) minggu kemudian.

K. PENATALAKSANAAN

Post-partum blues atau gangguan mental pasca-salin seringkali terabaikan dan tidak ditangani

dengan baik. Banyak ibu yang ‘berjuang’ sendiri dalam beberapa saat setelah melahirkan. Mereka

merasakan ada suatu hal yang salah namun mereka sendiri tidak benar-benar mengetahui apa yang

sedang terjadi. Apabila mereka pergi mengunjungi dokter atau sumber-sumber lainnya Untuk minta

pertolongan, seringkali hanya mendapatkan saran untuk beristirahat atau tidur lebih banyak, tidak

gelisah, minum obat atau berhenti mengasihani diri sendiri dan mulai merasa gembira menyambut

kedatangan bayi yang mereka cintai.

Penanganan gangguan mental pasca-salin pada prinsipnya tidak berbeda dengan penanganan

gangguan mental pada momen-momen lainya. Para ibu yang mengalami post-partum blues

20

Page 21: Makalah Baby Blues

membutuhkan pertolongan yang sesungguhnya. Para ibu ini membutuhkan dukungan pertolongan

yang sesungguhnya. Para ibu ini membutuhkan dukungan psikologis seperti juga kebutuhan fisik

lainnya yang harus juga dipenuhi. Mereka membutuhkan kesempatan untuk mengekspresikan

pikiran dan perasaan mereka dari situasi yang menakutkan. Mungkin juga mereka membutuhkan

pengobatan dan/atau istirahat, dan seringkali akan merasa gembira mendapat pertolongan yang

praktis. Dengan bantuan dari teman dan keluarga, mereka mungkin perlu untuk mengatur atau

menata kembali kegiatan rutin sehari-hari, atau mungkin menghilangkan beberapa kegiatan,

disesuaikan dengan konsep mereka tentang keibuan dan perawatan bayi. Bila memang diperlukan,

dapat diberikan pertolongan dari para ahli, misalnya dari seorang psikolog atau konselor yang

berpengalaman dalam bidang tersebut.

Para ahli obstetri memegang peranan penting untuk mempersiapkan para wanita untuk

kemungkinan terjadinya gangguan mental pasca-salin dan segera memberikan penanganan yang

tepat bila terjadi gangguan tersebut, bahkan merujuk para ahli psikologi/konseling bila memang

diperlukan. Dukungan yang memadai dari para petugas obstetri, yaitu: dokter dan bidan/perawat

sangat diperlukan, misalnya dengan cara memberikan informasi yang memadai/adekuat tentang

proses kehamilan dan persalinan, termasuk penyulit-penyulit yang mungkin timbul dalam masa-

masa tersebut serta penanganannya.

Post-partum blues juga dapat dikurangi dengan cara belajar tenang dengan menarik nafas

panjang dan meditasi, tidur ketika bayi tidur, berolahraga ringan, ikhlas dan tulus dengan peran baru

sebagai ibu, tidak perfeksionis dalam hal mengurusi bayi, membicarakan rasa cemas dan

mengkomunikasikannya, bersikap fleksibel, bergabung dengan kelompok ibu-ibu baru. Dalam

penanganan para ibu yang mengalami post-partum blues dibutuhkan pendekatan

menyeluruh/holistik. Pengobatan medis, konseling emosional, bantuan-bantuan praktis dan

pemahaman secara intelektual tentang pengalaman dan harapan-harapan mereka mungkin pada

saat-saat tertentu. Secara garis besar dapat dikatakan bahwa dibutuhkan penanganan di tingkat

perilaku, emosional, intelektual, sosial dan psikologis secara bersama-sama, dengan melibatkan

lingkungannya, yaitu: suami, keluarga dan juga teman dekatnya.

L. PENCEGAHAN TERJADINYA POST PARTUM BLUES :

1. Persiapan diri yang baik, artinya persiapan diri yang baik padasaat kehamilan

sangat diperlukan sehingga saat kelahiran memiliki kepercayaan diri yang baik dan

mengurangi terjadinya resiko depresi post partum. Kegiatan yang dapat ibu lakukan

adalah dengan membaca artikel atau buku yang ada kaitannyadengan kelahiran,

21

Page 22: Makalah Baby Blues

mengikuti kelas prenatal, bergabung dengan kelompok senam hamil. Ibu dapat

memperoleh banyak informasi yang diperlukan sehingga pada saat kelahiran ibu sudah

siap dalam hal traumatis yang mungkin mengejutkan dapat dihindari.

2. Olahraga dan nutrisi yang cukup, dengan olahraga dapat menjaga kondisi dan

stamina sehingga dapat membuat kedaan emosi juga lebih baik. Nutrisi yang baik, baik

asupan makanan maupun minum sangat penting pada periode post partum. Usahakan

mendapatkan keseimbangan dari kedua hal ini.

3. Support mental dan lingkungan sekitar, support mental sangat diperlukan pada

periode post partum. Dukungan ini tidak hanya dari suami tapi dari keluarga, teman

dan lingkungan sekitar. Jika ingi bercerita ungkapkan perasaan emosi dan perubahan

hidup yang dialami kepada orang yang dipercaya dapat menjadi penggemar yang baik.

Ibu post partum harus punya keyakinan bahwa lingkungan akan mendukung dan selalu

siap membantu jika mengalami kesulitan. Hal tersebut akan membuat ibu merasa lebih

baik dan mengurangi resiko terjadinya depresi post partum

4. Ungkapkan apa yang dirasakan, ibu post partum jangan memendam perasaan

sendiri. Jika mempunyai masalah harus segera dibicarakan baik dengan suami maupun

teman terdekat. Petugas kesehatan dapat membantu ibu untuk mengungkapkan

perasaan dan emosi ibu agar lebih nyaman.

5. Mencari informasi tentang depresi post partum, informasi tentang depresi post

partum yang kita berikan akan sangabermanfaat sehingga ibu mengetahui faktor –

faktor pemicu sehingga dapat mengantisipikasi atau mencari bantuan jika menghadapi

kondisi tersebut. Ibu juga harus mempelajari keadaan dirinyasehingga ketika sdar

terhadap kondisi ini akan mendapat bantuan secepatnya. Bergabung dengan orang

yang pernah mengalami depresi post partum dapat membantuibu memperoleh

informasi terhadap gejala dan hal nyata yang dialami.

22

Page 23: Makalah Baby Blues

6. Menghindari perubahan hidup yang drastis, maksudnya perubahan hidup yang

drastis sesudah kelahiran aka berpengaruh terhadap emosional ibu sehingga sebisa

mungkin sebaiknya dihindari misalnya pindah kerja, pindah kerumah yang baru.

Hiduplah dengan wajarseperti sebelum melahirkan

7. Melakukan pekerjaan rumah tangga seperti memasak, membersihkan rumah,

merawat tanaman dan pekerjaan rumah tangga lainnya yang dapat membantu

melupakan gejolak emosi yang timbul pada periode post partum. Saat kondisi ibu masih

labil bisa dilampiaskan dengan melakukan pekerjaan rumah tangga. Ibu dapat meminta

dukungan dari keluarga dan lingkungan meski mempunyai pembantu rumah tangga ibu

dapat melakukan aktivitas tersebut.

23

Page 24: Makalah Baby Blues

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN

Pengenalan gejala mood merupakan hal yang paling penting dilakukan oleh perawat perinatal

untuk menentukan rencana keperawatan yang dapat merefleksikan respons perilaku suatu individu

dari gangguan tertentu. Rencana keperawatan yang diberikan pada individu didasarkan pada

karakteristik wanita dan keadaannya yang spesifik yang dialaminya.

Pengkajian pada pasien post partum blues menurut Bobak ( 2004 ) dapat dilakukan pada pasien

dalam beradaptasi menjadi orang tua baru. Pengkajiannya meliputi :

IDENTITAS KLIEN:

Nama :

Umur :

Agama :

Suku / bangsa :

Pendidikan :

Pekerjaan :

Alamat / tlp :

Status perkawinan :

Kawin : (kali)

IDENTITAS PENANGGUNG JAWAB

Nama suami :

Umur :

Suku / bangsa :

Agama :

Pendidikan :

Pekerjaan :

Alamat / tlp :

Lama perkwaninan : (tahun)

24

Page 25: Makalah Baby Blues

2. RIWAYAT KESEHATAN

KELUHAN UTAMA

Biasanya depresi post partum blues ditemukan pada ibu post partum hari ke 3, dengan

keluhan ibu merasa frustasi karena anaknya rewel dan menyebabkan tidurnya terganggu, ibu

mnegatakan sering migrain, lemah, lesu, gelisah, mudah sedih, nafsu makan menurun, sulit

memusatkan konsentrasi, emosi mudah terpancing.

RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG

Klien dengan post partum blues biasanya mengeluhkan mudah menangis secara tiba,

gangguan konsentrasi, nafsu makan menurun, gangguan tidur, lemah, lesuh, sensitivitas meningkat,

sering gelisah, cemas, kesedihan yang mendalam, kehilangan minat terhadap bayi, sakit kepala,

sering berganti mood, tidak bergairah, malas berinteraksi dengn lingkungan atau orang lain, merasa

tidak mempunyai ikatan batin dengan bayi, sulit membuat keputusan, memiliki perasaan ketakutan,

sering panik, tidak ingin merawat bayinya, tidak mencintai bayinya, ingin menyakiti bayinya.

RIWAYAT KESEHATAN DAHULU

Pada riwayat kesehatan dahulu perawat perinatal perlu mengkaji apakah sebelumnya ibu

pernah menderita atau mengalami gangguan jiwa sebelumnya, hal ini perlu dikaji karena ibu yang

mempunyai riwayat gangguan jiwa memiliki resiko 3 x lebih besar untuk menderita depresi post

partum blues dibandingkan ibu yang tidak memiliki riwayat gangguan jiwa. Dan perlu juga dilakukan

pengkajian mengenai riwayat penyakit menahun yang dialami ibu, karena ibu yang menderita

penyakit menahun seperti DM, jantung dan Hepatits akan cenderung mengalami depresi

postpartum baby blues karenan ibu merasa terlalu cemas anaknya akan menderita penyakit yang

sama, cemas yang berlebihan akan mneyebabkan ibu takut kehilangan bayinya dan akhirny dapay

menyebabkan depresi.

RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA

Perlu juga dikaji apakah ada keluarga yang menderita penyakit seperti diabetes, TBC, dan

hepatitis.

RIWAYAT PSIKOSOSIAL

Yang perlu dikaji adalah bagaimana perencanaan kehamilan dan persalinan, perasaan klien dan

keluarga tentang persalinan dan kelahiran anak, bagaimana cara melakukan stress yyang dirasakan,

bagaimana peran dalam struktur keluarga, kesanggupan dan pengetahuan dalam merawat bayi.

25

Page 26: Makalah Baby Blues

RIWAYAT PERSALINAN

Pada riwayat persalinan perlu dikaji adalah persalinan keberapa apakah primigravida, atau

multigravida, primigravida biasanya lebih berpotensi mengalami depresi post partum blues

dibandingkan multigravida, karena primigravida merupakan awal pertama ibu menyesuaikan diri

dengan bayi, dan menyesuiakan diri untuk menjadi orang tua baru, serta ibu juga pertama kali

menyesuaikan diri untuk menghadapi perubahan pada fisik pasca melahirkan, jenis persalinan yang

dilalui ibu apakah pervaginal atau SC, namun kemungkinan multigravida untuk mengalami baby

blues juga ada, ini biasanya ditemukan karena ketidakmampuan anak sebelumnya untuk menerima

kehadiran adik sehingga membuat orang tua menjadi depresi terutama ibu, biasanya disebabkan

karena jarak kelahiran yang terlalu dekat. dan kita jug harus mengkaji apakah ibu dan pasangan telah

mencapai target yang di inginkan dalam persalinan yang telah dilalui karena mungkin saja Selama

hamil, ibu dan pasangannya mungkin telah membuat suatu rencana tertentu tentang kelahiran anak

mereka. Apabila pengalaman mereka dalam persalinan sangat berbeda dari yang diharapkan

(misalnya : induksi, anestesi epidural, kelahiran sesar), orang tua bisa merasa kecewa karena tidak

bisa mencapai yang telah direncanakan sebelumnya. Apa yang dirasakan orang tua tentang

pengalaman melahirkan sudah pasti akan mempengaruhi adaptasi mereka untuk menjadi orang tua.

RIWAYAT PENGGUNAAN KB

Yaitu mengkaji apakah ibu melaksanakan program KB sebelumnya, jika ya jenis kontrasepsi

apa yang disunakan (IUD, PIL, suntik, implan, dan lain-lain), sejak kapan ibu menggunakan

kontrasepsi , apakah ada masalah yang terjadi dan yang paling penting adalah rencana penggunaan

kontrasespi untuk masa yang akan datang.

CITRA DIRI IBU

Suatu pengkajian penting mengenai konsep diri, citra tubuh, dan seksualitas ibu. Bagaimana

perasaan ibu baru tentang diri dan tubuhnya selama masa nifas dapat mempengaruhi perilaku dan

adaptasinya dalam menjadi orang tua. Konsep diri dan citra tubuh ibu juga dapat mempengaruhi

seksualitasnya. Perasaan-perasaan yang berkaitan dengan penyesuaian perilaku seksual setelah

melahirkan seringkali menimbulkan kekhawatiran pada orang tua baru. Ibu yang baru melahirkan

bisa merasa enggan untuk memulai hubungan seksual karena takut merasa nyeri atau takut bahwa

hubungan seksual akan mengganggu penyembuhan jaringan perineum.

26

Page 27: Makalah Baby Blues

INTERAKSI ORANG TUA – BAYI

Suatu pengkajian pada masa nifas yang menyeluruh meliputi evaluasi interaksi orang tua

dengan bayi baru. Respon orang tua terhadap kelahiran anak meliputi perilaku adaptif dan perilaku

maladatif. Bagaimana perilaku yang ditunjukkan ayah ataupun ibu setelah kelahiran bayi, namun

saat ini kebanyakan riset hanya berfokus pada ibu. Banyak orang tua baru mengalami kesulitan

untuk mencapai tahap menjadi orang tua yang memiliki perilaku adaktif dalam merawat anaknya.

Kualitas keibuan atau kebapaan pada perilaku orang tua membantu perawatan dan perlindungan

anak. Tanda-tanda yang menunjukkan ada atau tidaknya kualitas ini, yaitu terlihat segera setelah ibu

melahirkan, saat orang tua bereaksi terhadap bayi baru lahir dan melanjutkan proses untuk

mendekatkan hubungan mereka.

PERILAKU ADAPTIF DAN PERILAKU MALADAPTIF

Perilaku adaptif berasal dari penerimaan dan persepsi realistis orang tua terhadap

kebutuhan bayinya yang baru lahir dan keterbatasan kemampuan mereka, respon social, dan

ketidakberdayaannya. Orang tua menunjukkan perilaku yang adaptif ketika mereka merasakan suka

cita karena kehadiran bayinya dan karena tugas-tugas yang diselesaikan untuk dan bersama

anaknya, saat mereka memahami yang dikatakan bayinya melalui ekspresi emosi yang diperlihatkan

bayi dan ada keinginan spontan dari orang tua untuk menenangkan bayinya jika bayi menangis, dan

ketika mereka dapat membaca gerakan bayi dan dapat merasa tingkat kelelahan bayi. Perilaku

maladaptif terlihat ketika respon orang tua tidak sesuai dengan kebutuhan bayinya. Mereka tidak

dapat merasakan kesenangan dari kontak fisik dengan anak mereka. Bayi – bayi ini cenderung akan

dapat diperlakukan kasar. Orang tua tidak merasa tertarik untuk melihat anaknya. Tugas merawat

anak seperti memandikan atau mengganti pakaian, dipandang sebagai sesuatu yang menyebalkan.

Orang tua tidak mampu membedakan cara berespon terhadap tanda yang disampaikan oleh bayi,

seperti rasa lapar, lelah serta keinginan untuk berinteraksi, untuk dipeluk dan melakukan kontak

mata dengan orang tua. Tampaknya sukar bagi mereka untuk menerima anaknya sebagai anak yang

sehat dan gembira.

STRUKTUR DAN FUNGSI KELUARGA

Komponen penting lain dalam pengkajian pada pasien post partum blues ialah melihat

komposisi dan fungsi keluarga. Penyesuaian seorang wanita terhadap perannya sebagai ibu sangat

dipengaruhi oleh hubungannya dengan pasangannya, ibunya dengan keluarga lain, dan anak-anak

lain. Perawat dapat membantu meringankan tugas ibu baru yang akan pulang dengan mengkaji

27

Page 28: Makalah Baby Blues

kemungkinan konflik yang bisa terjadi diantara anggota keluarga dan membantu ibu merencanakan

strategi untuk mengatasi masalah tersebut sebelum keluar dari rumah sakit.

3. PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA

1. Pola Aktivitas dan istirahat

Mengkaji waktu mulai tidur, waktu bangun, hal-hal yang menjadi faktor penyulit tidur

dan yang mempermudah tidur, jenis gangguan tidur yang sering dialami , pemakaian

jenis obat tidur, hal yang dapat menyebakan klien mudah terbangun? Biasanya ibu

dengan depresi post partum blues akan ditemukan adanya gangguan pada pola tidur

berupa imsomnia.

2. Pola Nutrisi dan cairan

Mengkaji jenis,jumlah,dan waktu makan selama di rumah dan di rumah sakit. Pantangan

makanan,apakah ada kesulitan menelan,mengunyah, mual, anoreksia?Dan bagaimana

usaha yang dilakukan baik keluarga maupun klien dalam mengatasi kesulitan yang

dialami? Akan dijimpai adanya penurunan nafsu makan karena stress atau depresi yang

dialami ibu.

3. Pola Eliminasi

Pada ibu dengan post partum akan mengalami Terjadinya diuresis atau peningkatan

urine post partum sebagai mekanisme tubuh mengatasi kelebihan cairan, meningkat 24-

48 jam PP sampai sektiar hari ke 5 setelah melahirkan.namun tidak jarang wanita tidak

dapat kencing sendiri akibat :

Pada saat partus muskulus sfingter vesika et uretrea mengalami tekanan oleh kepala

janin sehingga fungsinya terganggu

Rasa saskit

Memar

Ibu malu karena kurang privasi

Takut akan rasas sakit pasca persalinan

Dan pemanjangan uretra (bersama dengan memar atau odem uretra menyumbat

lumen uretra (Fakultas Kedokteran Unpad, 1983, Obsteri Fisiologi).

28

Page 29: Makalah Baby Blues

4. Pola integritas ego

Klien dengan depresi baby blues akan mengalami peningkatan sensitivutas ini ditandai

dengan klien akan merasa mudah marah, mudah tersinggung, mudah menangis dan sulit

untuk memusatkan konsentrasi serta mersa tidak mempunyai iktan bati dengan bayinya.

(ini sering terlihat kira-kira hari ke-3 post partum).

5. Personal Higiene

Mengkaji status kebersihan klien mulai dari rambut hingga kaki, frekuensi mandi, gosok

gigi, cuci rambut dan potong kuku?

Frekuensi mandi dan oral higiene akan berkurang karena ibu baru saja melahirkan,

sehingga adanya ketrbatasan dalam melakukan personal higiene.

6. Pola seksualitas

Uterus 1 cm diatas umbilikus pada 12 jam setelah kelahiran, menurun kira-kira 1 lebar

jari setiap harinya. Lokhia rubra berlanjut sampai hari ke-2- 3, berlanjut menjadi lokhia

serosa dengan aliran tergantung pada posisi (misalnya ; rekumben versus ambulasi

berdiri) dan aktivitas (misalnya ; menyusui). Payudara : Produksi kolostrum 48 jam

pertama, berlanjut pada susu matur, biasanya pada hari ke-3; mungkin lebih dini,

tergantung kapan menyusui dimulai.

4. PEMERIKSAAN FISIK

Adalah tindakan keperawatan untuk mengkaji bagian tubuh pasien baik secara lokal

atau (head to toe) maupun persistem guna memperoleh informasi atau data dari keadaan

pasien secara komprhensif untuk menegakkan suatu diagnosa keperawatan maupun

kedokteran. Selain pemeriksaan fisik umum yang selalu harus dilakukan, pemeriksaan

terhadap abdomen, genitalia, rectum, fungsi neurologis.

TUJUAN

a. Untuk mencari masalah keperawatan

b. Untuk menegakkan / merumuskan diagnose keperawatan/kedokteran

c. Untuk membantu proses rencana keperawatan dan pengoatan

29

Page 30: Makalah Baby Blues

1. PEMERIKSAAN UMUM :

A. TANDA-TANDA VITAL

TD : tergantung keadaan klien dan tergantung pendarahan yang dialami klien

selama persalinan dan tergantung tingkt cemas yang dialamai klien,

biasanya klien depresi post partum blues terkaji peningkatan TD (normal

110/80 mmhg)

Nadi : biasanya cepat atau takikardi (normal :60-100 x /menit)

Suhu : biasanya normal (normal :36,6-37,2 derjat celcius)          Nadi

RR : biasanya cepat (16-20 kali / menit)

PEMERIKSAAN HEAD TO TOE

A. PEMERIKSAAN INTEGUMENT, RAMBUT DAN KUKU

PEMERIKSAAN RAMBUT

Inspeksi dan Palpasi :

distribusi atau penyebaran rambut merata atau tidak

tontok atau tidak

Berbau atau tidak

ada perubahan warna yang abnormal atau tidak

PEMERIKSAAN INTEGUMENT

a. Inspeksi :

ada lesi pada integumen atau tidak

ada jaringan parut atau tidak

b. Palpasi :

Suhu kulit lembab atau tidak

tekstur teraba halus atau tidak

torgor kulit baik atau tidak

ada edema atau tidak

PEMERIKSAAN KUKU

30

Page 31: Makalah Baby Blues

a.Inspeksi dan palpasi :

kuku terlihat bersih atau tidak

warna merah muda atau tidak

kapilari refil <dari 3 detik atau tidak

terdapat sianosis atau tidak

B. PEMERIKSAAN KEPALA, WAJAH DAN LEHER

PEMERIKSAAN KEPALA

a. Inspeksi :

Kepala simetris atau tidak

tidak ada kelainan pada kepala seperti hirochepalus (pembesaran kepala).

b. Palpasi :

ada nyeri tekan ditandai dengan pada saat pemeriksa melakukan penekanan

pada bagian kepala bayi tidak menagis atau tidak

frontanl tidak cekung (biasanya dilakukan pada bayi saja)

tidak ada edema atau tidak

PEMERIKSAAN MATA

Inspeksi :

mata simetris kiri dan kanan atau tidak

konjungtiva anemis atau tidak

sklera ikterik atau tidak

reflek pupil terhadap cahaya baik isokor (baik) atau tidak

palpasi :

ada edema atau tidak

ada nyeri tekan atau tidak

PEMERIKSAAN TELINGA

Inspeksi dan palpasi

Ukuran simetris kiri dan kanan atau tidak

ada lesi atau tidak

ada peradangan atau tidak

31

Page 32: Makalah Baby Blues

ada penumpukkan serumen atau tidak

adan nyeri tekan atau tidak

ada edema atau tidak

PEMERIKSAAN HIDUNG

Inspeksi dan palpasi

ada pendarahan pada hidung atau tidak

Hidung terlihat bersih atau tidak ada kotoran atau tidak

ada pembesaran abnormal pada hidung seperti poli atau tidak

ada edema atau tidak

PEMERIKSAAN MULUT

Inspeksi

Mukosa bibir lembab atau tidak kering

Mukosa bibir anemis atau tidak

ada lesi atau tidak

Palpasi

ada massa atau edema atau tidak

ada nyeri tekan atau tidak

PEMERIKSAAN LEHER

inspeksi

leher simetris atau tidak

ada tanda-tanda imflamasi atau tidak

ada jaringan parut atau tidak

ada perubahan warna atau tidak

palpasi

ada pembesaran gelenjer tiroid (normalnya tidak teraba) atau tidak

ada pembesaran vena jugularis atau tidak

ada pembesaran kelenjer linfe atau tidak

32

Page 33: Makalah Baby Blues

PEMERIKSAAN PAYUDARA

inspeksi

Simetris kanan-kiri atau tidak

pembesaran normal atau tidak

putting susu menonjol atau tidak

Adanya pengeluaran kolostrum atau tidak

Hiperpigmentasi pada aerola atau tidak

Aerolla bersih atau tidak

palpasi

ada benjolan atau tidak

konsistensi keras atau tidak

PEMERIKSAAN TORAK DAN PARU

INSPEKSI

Bentuk torak simetris atau tidak

ada edema atau tidak

PALPASI

Takstil permitus kiri dan kanan sama atau tidak

Ekspansi paru kiri dan kanan sama atau tidak

PERKUSI

Suara paru sonor atau tidak

AUSKULTASI

Vesikuler : terdengar di seluruh lapang paru dengan intensitas suara rendah ,lembut dan

bersih.

ada suara napas tambahan atau tidak

PEMERIKSAAN JANTUNG

Inspeksi :

Dinding dada simetris atau tidak

ada edema atau tidak

33

Page 34: Makalah Baby Blues

Palpasi

iktus cordis teraba atau tidak

Perkusi

Tujuan perkusi adalah untuk mengetahui ukuran dan bentuk jantung secara kasar, batas-

batas jantung normal adalah :

Batas atas : ICS II Mid sternalis

Batas bawah : ICS V

Batas Kiri : ICS V Mid Clavikula Sinistra

Batas Kanan : ICS IV Mid Sternalis Dextra

Auskultasi

tidak ditemukan adanya suara tambahan

ABDOMENT

Tinggi fundus uterus setelah melahirkan tergantung berapa lama klien setelah melahirkan

yaitu :

Segera setelah persalinan, tinggi fundus uteri 2 cm dibawah pusat, 12 jam kemudian

kembali 1 cm diatas pusat dan menurun kira-kira 1 cm setiap hari.

Pada hari kedua setelah persalinan tinggi fundus uteri 1 cm dibawah pusat

Pada hari ke3-4 tinggi fundus uteri 2 cm dibawah pusat

Pada hari ke5-7 tinggi fundus uteri setengah pusat simpisis

Pada hari ke 10 tinggi fundus uteri tidak teraba.

Bila uterus tidak mengalami atau terjadi kegagalan dalam proses involusi disebut

dengan subinvolusi. Subinvolusi dapat disebabkan oleh infeksi dan tertinggalnya sisa

plasenta / perdarahan lanjut (postpartum haemorrhage).

Dan juga tergantung proses persalinan yang dilakukan pada ibu apakah itu persalinan

pervaginam atau SC, kalau SC pada inspeksi akan ditemukan adanya luka post op pada abdoment

ibu.

GENETALIA

Apakah vulva bersih atau tidak

Apakan ada pengeluaran darah dan cairan lain atau tidak

Apakah ada tanda-tanda infeksi pada luka episiotomi atau tidak

34

Page 35: Makalah Baby Blues

5. ANALISA DATA

NO DATA PATOFIOLOGI MASALAH

1. DS :

Klien mengatakan dia

mudah marah

Klien mengatkan mudah

sedih dan letih

Klien mengatakan sulit

untuk memusatkan pikiran

Klien mengatakan tidak

tidak memiliki ikatan batin

dengan bayinya

Klien mengatakan

ketidakmapuan untuk

menghadapi peran sebagai

orang tua

Klien mengtakan tidak

mampu untuk membuat

keputusan dan mengatasi

masalah

DO:

Klien tampak gelisah

Terjadi peningkatan TD,

Suhu, nadi dan pernapasan

karen cemas

Klien tampak menolak

kehadiran bayinya

Klien menolak untuk

pemberian asi dini

Klien tampak tidak percaya

diri

Klien tampak murung dan

tidak mampu untuk

beradaptasi dengan

Post partum

Perubahan hormon

yang terlalu cepat

Penurunan hormon

esterogen dan

progesteron

Peningkatan hormon

proglagtin

Memodulasi ekstabilitas otak

Aktivasi sub unit reseptor GABA

Permeabilitas ion klorida kedalam sel

meningkat

Beberapa hormon lain di otak terlepas

tampa kendali

Memicu peningkatan CRH di kel

hipotalamus

Merangsang kel.adrenal untuk

menghasilkan hormon kortisol

Kekecewaan, perasaan tertekan,

kesedihan dn ketakutan yang

mendalam

MK : Koping individu

Koping individu tidak efektif

35

Page 36: Makalah Baby Blues

lingkungan sekitar tidak efektif

2 DS :

Klien mengatakan belum

siap untuk menjadi orang

tua

Klien mengatakan merasa

bersalah pada dirinya

maupun lingkungan

Klien mengatakan benci

melihat anaknya

Klien mengatakan tidak

menyayangi anaknya

Klien mengatakan secar

tiba-tiba dia merasa ingin

menyakiti anaknya

Klien mengatakan belum

siap untuk menjadi orang

tua

DO :

Klien tampak tidak suka

kepada anaknya

Klien selalu menghindari jika

didekatkan kepada anaknya

Klien tampak sering

menunjukkan perilaku yang

maladaktif kepda anaknya

Klien menolak menyusui

anaknya.

Post partum

Karakteristik ibu

Kehamilan yang tidak di inginkan

Merasa bersalah pd diri atau lingkungan

Ketidaksanggupan dlm perubahan peran

jd ortu

Kesedihan yang mendalam

Ketidakmampuan dlm menerima kehadiran

bayi

Rasa ingin menyakiti bayi,diri sendiri atau

keduanya

MK : resiko PK

36

Page 37: Makalah Baby Blues

6. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Ketidak efektifan Koping individu berhubungan dengan perubahan emosional yang tidak

stabil pada ibu

2. Resiko tinggi terhadap kekerasan : diarahkanpada diri sendiri atau bayi

3. Risiko tinggi terhadap perubahan peran menjadi orang tua berhubungan dengan

pengaruh komplikasi fisik dan emosional

4. Nyeri akut berhubungan dengan adanya insisi bedah ataupun episiotomi

5. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan nafsu makan

6. Gangguan pola tidur berhubungan dengan Respon hormonal dan psikologis (ansietas),

nyeri karena proses persalinan dan kelahiran.

7. Kontipasi berhubungan dengan penurunan tonus otot, efek progesteron,nyeri perical

ditandai dengan perubahan bising usus, feses kurang dari biasanya.

37

Page 38: Makalah Baby Blues

INTERVENSI KEPERAWATAN

NO DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA

HASIL

INTERVENSI

1. Ketidak efektifan koping

keluarga perubahan

emosional yang tidak stabil

pada ibu

DEFENISI :

Ketidakmampuan untuk

membentuk penilaian valid

tentang stressor, ketidak

adekuatan pilihan respon

yang dilakukan atau

ketidakmampuan

menggunakan sumber daya

yang tersedia

BATASAN KARAKTERISTIK :

Penurunan

penggunaan

dukungan sosial

Perilaku destruktif

terjadap orang lain

dan diri sendiri

letih

ketidakmampuan

memusatkan

konsentrasi

ketidakmampuan

memenuhi harapan

peran

pemecahan masalah

NOC :

Decision making

Role inchasmet

Sosial suport

KRITERIA HASIL :

Mengidentifikasi

pola koping yang

efektif

Mengungkapkan

secara verbal koping

yang efektif

Mengatakan

penurunan stress

Klien mengatakan

telah menerima

keadaannya

Mampu

mengidentifikasi

strategi tentang

koping

NIC :

Dicision making :

Menginformasikan

pada klien tentang

alternatif dan solusi

penanganan yang akan

diberikan

Memfasilitasi klien

untuk membuat

keputusan

Bantu pasien

mngidentifikasi

keuntungan, kerugian

dari keadaan

Role inhancement :

Bantu pasien untuk

mengidentifikasi

bermacam – macam

nilai kehidupan

Bantu pasien

identifikasi strategi

positif untuk mengatur

pola nilai yang dimiliki

38

Page 39: Makalah Baby Blues

yang tidak adekuat

kosentrasi buruk,

gangguan tidur,

ketidakmampuan

mengatasi masalah

2 Resiko tinggi terhadap

kekrasan :diarahkan pada diri

sendiri atau bayinya

DEFENISI :

Perilaku kekerasan adalah

suatu keadaan dimana

seseorang melakukan

tindakan yang dapat

membahayakan secara fisik,

baik diri sendiri orang lain

maupun lingkungan.

BATASAN KARAKTERISTIK:

Memperlihatkan

permusuhan

Mendekati orang lain

dengan ancaman

Memberikan kata-

kata ancaman

dengan rencana

melukai

Menyentuh orang

lain dengan cara

yang menakutkan

Mempunyai untuk

melukai

NOC :

Intervensi awal

adalah untuk

mecegah respon

perilaku agresif

Pasien dapat

menentukan

bagaimana sentuhan

yang merupakan

ancaman dan yang

tidak ancaman

Mencegah

kemungkinan

terjadinya cedera

pada dirinya

ataupun pada bayi

Keterlibatan pasien

dalam dalam

kegiatan

interpersonal untuk

menolong klien

kemnali kerealitas

NIC :

Pertahankan

lingkungan dalam

tingkat stimulus yang

rendah

Ciptakan lingkungan

psikososial

Observasi perilaku

klien secara ketat

setiap 15 menit

Singkirkan semua

benda berbahaya

Jelaskan prinsip-prinsip

tindakan keperawatan

yang akan diberikan

Lakukakn fiksasi bila

diperlukan

Berika obat

antipsikotik sesuai

program terapi

(pantau keefektifan

dan efek samping

obat)

39

Page 40: Makalah Baby Blues

BAB IV

PENUTUP

KESIMPULAN

Baby Blues Syndrome adalah tekanan atau stress yang dialami oleh seorang wanita pasca

melahirkan karena penderita beranggapan bahwa kehadiran bayi akan mengganggu atau merusak

suatu hal dalam hidupnya seperti karier,kecantikan/penampilan dan aktifitas rutin yang dianggap

penting dalam hidupnya. Penderita baby blue syndrome kebanyakan adalah kalangan wanita

karier,artis, model dan wanita modern, tetapi syndrom ini tidak menutup kemungkinan menyerang

pada wanita muda (pernikahan dini) dan semua wanita pasca melahirkan.Perubahan sikap yang

negatif dengan kondisi emosional yang kurang terkontrolseperti sering marah, cepat tersinggung,

dan menjauh dari bayi yang baru dilahirkan,susah tidur dan tiba-tiba sering menangis. Apabila ini

tidak segera ditangani berdampak negatif terhadap kesehatan jiwa penderita. Sindrom ini umumnya

terjadidalam 14 hari pertama setelah melahirkan, dan cenderung lebih buruk sekitar hari ketiga atau

empat setelah persalinan.

SARAN

Diharapkan makalah ini dapat menambah pengetahuan mahasiswa dalam memberikan

pelayanan Keperawatan serta dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Dan untuk para

tenanga kesehatan agar dapat meningkatkan pelayanan kesehatan khususnya dalam bidang

keperawatan sehingga dapat memaksimalkan kita untuk memberikan health education dalam

perawatan depresi postpartum blues.

40

Page 41: Makalah Baby Blues

DAFTAR PUSTAKA

Bobak, Lowdermilk, Jensen. (2004). Buku Ajar: Keperawatan Maternitas edisi-4. Jakarta:

EGC.

Diposting oleh Agus Sutiono dalam Postpartum Blues. 2008. Tags: Konsep Dasar dan Askep

Postpartum Blues. http://agussutionopathy.blogspot.com/2008/05/bab-i-tinjauan-pustaka-

konsep-dasar.html. diakses tanggal 09 januari 2011

Diposting Oleh zietraelmart dalam Postpartum Blues. 2008. Tags: Ilmu Jiwa

Kebidanan.http://zietraelmart.multiply.com/journal/item/8/POST_PARTUM_BLUES. diakses

tanggal 09 januari 2011

Marilyn E. Doenges, 1999, Rencana Asuhan Keperawatan, Penerjemah Kariasa I Made,

Jakarta : EGC.

41