makalah isi.docx

84
Imunologi- Inflamasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Hampir setiap saat, para ahli menemukan suatu metode baru yang berkaitan dengan sistem imun baik pada manusia (inflamasi). Dewasa ini, perkembangan bioteknologi tidak hanya didasari pada biologi semata, tetapi juga pada ilmu-ilmu terapan dan murni lain, seperti biokimia, komputer, biologi molekular, mikrobiologi, genetika, kimia, matematika, dan lain sebagainya. Dengan kata lain, imunologi adalah ilmu terapan yang mempelajari mengenai sistem pertahanan tubuh terhadap paparan benda asing dari luar tubuh Cakupan dari ilmu imunologi ini sangatlah luas, namun pada makalah kali ini cukup berfokus pada satu pokok bahasan yaitu inflamasi. Inflamasi atau yang sering dikenal dengan istilah radang merupakan suat kejadian normal dari tubuh yang berkaitan dengan sistem kekebalan tubuh. Inflamasi ini terjadi akibat sistem pertahan yang ada dalam tubuh sudah tidak mampu lagi melawan paparan benda asing dari tubuh ( virus dan bakteri) secara biologis tempat tempat yang mendapatkan serangan dari luar tersebut akan terjadi inflamasi atau peradangan. Di mana terlebih dahulu sebelum terjadi peradangan tubuh akan mengarahkan ke tempat pertahan setelah antibodi yaitu kelenjar Page 1

Upload: dinioktaviana

Post on 03-Feb-2016

245 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: MAKALAH ISI.docx

Imunologi-Inflamasi

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Hampir setiap saat, para ahli menemukan suatu metode baru yang

berkaitan dengan sistem imun baik pada manusia (inflamasi). Dewasa ini,

perkembangan bioteknologi tidak hanya didasari pada biologi semata, tetapi juga

pada ilmu-ilmu terapan dan murni lain, seperti biokimia, komputer, biologi

molekular, mikrobiologi, genetika, kimia, matematika, dan lain sebagainya.

Dengan kata lain, imunologi adalah ilmu terapan yang mempelajari mengenai

sistem pertahanan tubuh terhadap paparan benda asing dari luar tubuh

Cakupan dari ilmu imunologi ini sangatlah luas, namun pada makalah

kali ini cukup berfokus pada satu pokok bahasan yaitu inflamasi. Inflamasi atau

yang sering dikenal dengan istilah radang merupakan suat kejadian normal dari

tubuh yang berkaitan dengan sistem kekebalan tubuh. Inflamasi ini terjadi akibat

sistem pertahan yang ada dalam tubuh sudah tidak mampu lagi melawan paparan

benda asing dari tubuh ( virus dan bakteri) secara biologis tempat tempat yang

mendapatkan serangan dari luar tersebut akan terjadi inflamasi atau peradangan.

Di mana terlebih dahulu sebelum terjadi peradangan tubuh akan mengarahkan ke

tempat pertahan setelah antibodi yaitu kelenjar pertahanan, di kelenjar

pertahanan inilah semua benda asing (virus dan bakteri) berkumpul dan di

fagositosis oleh sel darah putih ( netrofil, basofil, eusinofi, monosit, dan limfosit)

semua bagian dari sel darah putih ini mempunyai fagositosis terhadap benda

asing ada yang fagositosi terhadap bakteri dan mikroba sesuai dengan benda

asing yang masuk ke dalam tubuh.

Bila semua itu sudah tidak mampu menahan serangan dari luar maka

terjadilah inflamasi atau peradangan. Peradangan itu sendiri dapat dibedakan

menjadi dua yaitu regional dan sistemik. Peradangan regional misalnya

pembengkakan yang terjadi pada pangkal femur ketika kaki mengalami bisul

atau luka yang terinfeksi kuman. Sedangkan kalau peradangan yang menyerang

seluruh tubuh atau sistemik maka manusia atau hewan tersebut suhu tubuhnya

akan meningkat dan mengalami demam kalau pada manusia.

Page 1

Page 2: MAKALAH ISI.docx

Imunologi-Inflamasi

Hal inilah yang membuat penulis tertarik untuk meninjau lebih dalam

mengenai ilmu imunologi khususnya tentang inflamasi. Karena dengan

mengetahui makhluk hidup mengalami peradangan, kita sebagai calon farmasis

dapat memahami lebih jauh lagi mengenai penyakit yang menyerang pada

makhluk hidup tersebut. Inflamasi menjadi indikator utama makhluk hidup

tersebut dalam keadaan tidak sehat, mengingat inflamasi ini berkaitan dengan

sistem kekebalan tubuh. Jika terjadi inflamasi pastilah tubuh sudah terpapar beda

asing( virus dan bakteri) sehingga dapat dilakukan pemeriksaan lebih lanjut

1.2 RUMUSAN MASALAH

Dari beberapa ulasan secara umum yang telah dipaparkan, adapun yang menjadi

fokus pembahasan penulis, meliputi :

1.2.1 Apa definisi inflamasi atau peradangan?

1.2.2 Bagaimana dan dimana proses terjadinya inflamasi ?

1.2.3 Apa tujuan inflamasi ?

1.2.4 Apa saja yang menjadi penyebab inflamasi ?

1.2.5 Apa saja klasifikasi inflamasi ?

1.2.6 Apa gejala inflamasi ?

1.2.7 Makanan apa saja yang menyebabkan inflamasi ?

1.2.8 Bagaimana proses penyembuhan dan perbaikan jaringan ?

1.2.9 Apa saja yang menjadi faktor penyembuhan luka ?

1.2.10 Apa saja contoh penyakit inflamasi ?

1.3 MANFAAT DAN TUJUAN PENULISAN

Adapun manfaat yang dapat diambil dari penulisan makalah ini, yaitu:

1.3.1 Dapat menjelaskan definisi inflamasi;

1.3.2 Dapat menjelaskan tipe inflamasi;

1.3.3 Dapat menyebutkan dan menjelaskan gejala inflamasi;

1.3.4 Dapat mengetahui tempat terjadinya inflamasi;

1.3.5 Dapat memenuhi salah satu tugas mata kuliah Imunologi Farmasi FMIPA

ISTN.

Page 2

Page 3: MAKALAH ISI.docx

Imunologi-Inflamasi

Sedangkan tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk meningkatkan

ilmu pengetahuan Imunologi Farmasi bidang Inflamasi atau peradangan,

sehingga akan meningkatan pengetahuan tentang inflamasi, pemanfaatan

teknologi, dan terwujudnya kesejahteraan masyarakat bila menemukan pasien

yang terserang inflamasi.

1.4 METODE PENULISAN

Makalah ini kami buat setelah melalui beberapa rangkaian atau tahapan,yaitu:

1.4.1 Pengambilan gambar dari internet

1.4.2 Pengumpulan data dari buku dan internet

Page 3

Page 4: MAKALAH ISI.docx

Imunologi-Inflamasi

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Gambar 1. Gambaran inflamasi pada jaringan kulit

2.1 PENGERTIAN INFLAMASI

Inflamasi didefinisikan sebagai reaksi lokal jaringan terhadap infeksi atau

cedera dan melibatkan lebih banyak mediator dibanding respons imun didapat.

Inflamasi merupakan respons fisiologis terhadap berbagai rangsangan seperti infeksi

dan cedera jaringan.

Inflamasi merupakan respon terhadap cedera. Arti khususnya, inflamasi adalah

reaksi vascular yang hasilnya merupakan pengiriman cairan, zat-zat yang terlarut

dan sel-sel dari sirklasi darah ke jaringan interstitial pada daerah cedera atau

nekrosis. Apabila jaringan cedera misalnya karena terbakar, teriris atau karena

infeksi kuman, maka pada jaringan ini akan terjadi rangkaian reaksi yang

memusnahkan agen yang membahayakan jaringan atau yang mencegah agen

menyebar lebih luas. Reaksi-reaksi ini kemudian juga menyebabkan jaringan yang

cedera diperbaiki atau diganti dengan jaringan baru. Rangkaian reaksi ini disebut

inflamasi (Rukmono, 1973).

Inflamasi atau inflamasi adalah satu dari respon utama sistem kekebalan

terhadap infeksi dan iritasi. Inflamasi distimulasi oleh faktor kimia (histamin,

bradikinin, serotonin, leukotrien, dan prostaglandin) yang dilepaskan oleh sel yang

berperan sebagai mediator inflamasi di dalam sistem kekebalan untuk melindungi

jaringan sekitar dari penyebaran infeksi. Inflamasi mempunyai tiga peran penting

Page 4

Page 5: MAKALAH ISI.docx

Imunologi-Inflamasi

dalam perlawanan terhadap infeksi

1. Memungkinkan penambahan molekul dan sel efektor ke lokasi infeksi untuk

meningkatkan performa makrofaga.

2. Menyediakan rintangan untuk mencegah penyebaran infeksi.

3. Mencetuskan proses perbaikan untuk jaringan yang rusak.

Inflamasi adalah respons protektif untuk menghilangkan penyebab jejas (cell

injury), dengan mengencerkan, menghancurkan atau menetralkan agen berbahaya,

serta membuang penyebab awal jejas sehingga proses penyembuhan dapat

dilaksanakan. Inflamasi merupakan sebuah proses kompleks yang meliputi

kerjasama banyak “Pemain”. “Pemain” yang berkontribusi ini adalah sel dan protein

dan sel plasma dalam sirkulasi, sel endotel pembuluh darah dan sel serta matriks

ekstraseluler jaringan ikat. Sel dalam sirkulasi meliputi leukosit (neutrofil, eosinofil,

basofil, limfosit, monosit) dan trombosit; protein dalam sirkulasi meliputi faktor

pembekuan, kininogen dan komponen komplemen; sel endotel sendiri, sel jaringan

ikat meliputi sel mast, makrofag, limfosit dan fobroblas; dan yang terakhir

Extraceluler matrix (ECM) meliputi kolagen dan elastin susun fibrosa, proteoglikan

bentuk gel, glikoprotein adhesif (fibronektin) sebagai struktur penyambung antar

ECM.

Ciri inflamasi salah satunya adalah udem (bengkak atau swelling), ini bisa

terjadi setelah beberapa menit terjadi cidera jaringan, ditemukan vasodilatasi yang

menghasilkan peningkatan volume darah di lokasi tersebut. Permeablitas vaskuler

meningkat menimbulkan kebocoran cairan pembuluh darah dan muncullah udem.

Setelah beberapa jam, leukosit menempel pada sel endotel di daerah inflamasi

dan bermigrasi melewati dinding kapiler masuk ke rongga jaringan, proses ini

disebut ekstravasasi. Berbagai faktor plasma seperti imunoglobulin, komplemen,

sistem aktivasi kontak-koagulasi-fibrinolitik dan sel-sel inflamasi seperti neutrofil,

mastosit, eosinofil, monosit-fagosit, sel endotel dan molekul adhesi, trombosit,

limfosit, dan sitokin berinteraksi satu sama lain. Seperti gambar dibawah ini :

Page 5

Page 6: MAKALAH ISI.docx

Imunologi-Inflamasi

Gambar 2. Gambar Leukosit Melewati Jaringan

Pada keadaan normal, hanya sebagian kecil molekul melewati dinding

vaskuler. Bila terjadi inflamasi, sel endotel mengkerut sehingga molekul-molekul

besar dapat melewati dinding vaskuler. Cairan yang mengandung banyak sel

inflamasi disebut eksudat inflamasi. Eksudat inflamasi mempunyai peranan penting

yaitu mengencerkan toksin yang sering dikeluarkan oleh bakteri. Sel-sel yang

terlibat dalam inflamasi terutama adalah sel-sel pada sistem imun nonspesifik yaitu

neutrofil. Neutrofil merupakan sel utama pada early inflamasi, bermigrasi ke

jaringan dan puncaknya terjadi pada 6 jam pertama.

2.2 TUJUAN INFLAMASI

Tubuh mengalami peradangan (Inflamasi) yang ditimbulkan luka atau

kerusakan jaringan bukannlah semata terjadi begitu saja, melainkan ada beberapa

tujuan yang positif dan negatif ketika terjadi peradangan (inflamasi).

2.2.1 Tujuan Positif Inflamasi

a. Untuk menahan dan memisahkan kerusakan sel.

b. Menghancurkan mikroorganisme.

c. Menginaktifkan toksin.

d. Mempersiapkan perbaikan jaringan.

2.2.2 Tujuan Negatif Inflamasi

a. Menyebabkan reaksi hipersensitifitas.

b. Mengancam jiwa.

c. Menyebabkan kerusakan organ progresif.

d. Pembentukan jaringan parut.

Page 6

Page 7: MAKALAH ISI.docx

Imunologi-Inflamasi

2.3 PENYEBAB TERJADINYA INFLAMASI

Respon peradangan dapat dikenali dari rasa sakit, kulit lebam, demam dan

lain-lain, yang disebabkan karena perubahan pada pembuluh darah di area infeksi:

1. Pembesaran diameter pembuluh darah, disertai peningkatan aliran darah di

daerah infeksi. Hal ini dapat menyebabkan kulit tampak lebam kemerahan dan

penurunan tekanan darah terutama pada pembuluh kecil.

2.

3.

Aktivasi molekul adhesi untuk merekatkan endotelia dengan pembuluh darah.

Kombinasi dari turunnya tekanan darah dan aktivasi molekul adhesi, akan

memungkinkan sel darah putih bermigrasi ke endotelium dan masuk ke dalam

jaringan. Proses ini dikenal sebagai ekstravasasi.

Dan dapat disebabkan oleh :

a)

b)

c)

d)

e)

f)

Benda – benda Traumatik, seperti : Jarum, pisau, kapak, tombak, panah, dan,

binatang buas

Suhu

Listrik, voltase tinggi

Radiasi Sinar X, Nuklir

Bahan Kimiawi yang Korosif (HNO3, H2SO4) dan zat yang menimbulkan toksin

seperti, bisa Ular / Kalajengking

Benda Infektif

g) Bakteri / Kuman / Basil

1. Golongan Kokus

Stafilokokus, Streptokokus, Meningokokus, Pneumokokus, Diplokokus

2. Golongan virus

- RNA : Polio, rabies

- DNA : HIV

3. Golongan Ricketsia

4. Golongan Klamidia

5. Golongan mikrobakterium KP, MH

h) Golongan Parasit

1.

2.

3.

Malaria, Sifilis, Kencing tikus

Cacing : Cacing Kremi, cacing pita, cacing tambang, cacing gelang

Elephanthiasis

i) Golongan Jamur- jamur

Page 7

Page 8: MAKALAH ISI.docx

Imunologi-Inflamasi

1.

2.

3.

Kandida sp, Kriptokokus neoformans

Epidermophyta , Aspergyllus sp

Tinea : Ingunialis, Kapitis, Versikolor

2.4 GEJALA INFLAMASI

Ketika terjadi inflamasi, akan ditandai dengan gejala-gejala, yaitu :

Rubor (kemerahan) : Merupakan tanda pertama yang ditemukan di daerah

radang, disebabkan oleh arteriol yang berdilatasi.

Kalor (panas) : Terjadi bersamaan dengan rubor karena lebih banyak darah

(pada suhu 37oC) dialirkan dari dalam tubuh kepermukaan daerah yang terkena

dibandingkan ke daerah yang normal.

Tumor (pembengkakan) : Pembengkakan local yang disebabkan perpindahan

cairan dan sel-sel dari aliran darah kejaringan interstisial.

Dolor (nyeri) : terjadi karena pembengkakan jaringan yang meradang sehingga

menimbulkan peningkatan tekanan local yang dapat menyebabkan nyeri.

FungsioLaesa (perubahan fungsi) : bagian bengkak, nyeri disertai sirkulasi

abnormal dan lingkungan kimiawi local abnormal, berfungsi secara abnormal

Tanda-tanda diatas merupakan akibat dari gangguan aliran darah yang terjadi

akibat kerusakan jaringan dalam pembuluh pengalir terminal, eksudasi dan

perangsangan reseptor nyeri. Radang dapat dihentikan dengan menghentikan kerja

yang merusak. Pada gangguan darah regional dan eksudasi terjadi emigrasi sel-sel

darah ke dalam ruang ekstrasel serta proliferasi histiosit fibroblas. Proses ini juga

berfungsi primer pada perlawanan terhadap kerusakan serta pemulihan kondisis

asalnya, walaupun demikian juga dapat bekerja negatif. Reaksi ini disebabkan oleh

pembebasan bahan mediator (histamin, serotonin, prostaglandin dan kinin).

Prostaglandin dilepaskan menyebabkan bertambahnya vasodilatasi,

permeabilitas kapiler, nyeri dan demam. Apabila membran sel mengalami kerusakan

oleh suatu rangsangan kimia, fisik atau mekanis, Maka enzim fosfolipase diaktifkan

untuk mengubah fosfolipida menjadi asam arakidonat. Kemudian asam lemak tak

jenuh ini sebagian diubah oleh enzim siklooksigenase menjadi endoperoksida dan

seterusnya menjadi zat-zat prostaglandin.

2.5 PROSES TERJADINYA INFLAMASI

Page 8

Page 9: MAKALAH ISI.docx

Imunologi-Inflamasi

Proses inflamasi akan berjalan sampai antigen dapat disingkirkan, pada

umumnya terjadi cepat berupa inflamasi akut yang berlangsung beberapa jam sampai

hari. Inflamasi akan pulih setelah mediator diinaktifkan. Bila penyebab inflamasi

tidak dapat disingkirkan dengan antigen, akan terjadi inflamasi kronis yang dapat

merusak jaringan dan kehilangan fungsi sama sekali.

Gambar 3. Perjalanan Inflamasi

Bila jaringan tubuh mengalami cedera atau mati, selama hospes tetap hidup

ada respon yang menyolok pada jaringan hidup disekitarnya. Respon terhadap

cedera ini dinamakan inflamasi (peradangan). Peradangan adalah reaksi vascular

yang hasilnya merupakan pengiriman cairan, zat yang terlarut dan sel dari sirkulasi

darah ke jaringan interstitial pada daerah cedera atau nekrosis. Reaksi peradangan itu

sebenarnya adalah peristiwa yang dikoordinasi dengan baik yang dinamis dan

kontinue . Untuk menimbulkan reaksi peradangan maka jaringan harus hidup dan

khususnya harus memiliki mikrosirkulasi fungsional. Sehingga dimaksud dengan

radang adalah rangkaian reaksi yang terjadi pada tempat jaringan cedera. Pada

proses peradangan terjadi pelepasan histamine dan zat-zat humoral lain kedalam

cairan jaringan sekitarnya. Akibat dari sekresi histamine tersebut berupa:

1.

2.

3.

4.

5.

Peningkatan aliran darah local

Peningkatan permeabilitas kapiler

Perembesan ateri dan fibrinogen kedalam jaringan interstitial

Edema ekstraseluler local

Pembekuan cairan ekstraseluler dan cairan limfe.

Page 9

Page 10: MAKALAH ISI.docx

Imunologi-Inflamasi

Proses terjadinya peradangan yakni pada setiap luka pada jaringan akan timbul

reaksi inflamasi atau reaksi vaskuler. Mula-mula terjadi dilatasi lokal dari arteriole

dan kapiler sehingga plasma akan merembes keluar. Selanjutnya cairan edema

akan terkumpul di daerah sekitar luka, kemudian fibrin akan membentuk semacam

jala, struktur ini akan menutupi saluran limfe sehingga penyebaran mikroorganisme

dapat dibatasi. Dalam proses inflamasi juga terjadi phagositosis, mula-mula

phagosit membungkus mikroorganisme, kemudian dimulailah digesti dalam sel.

pH menjadi asam, kemudian keluar protease seluler yang akan menyebabkan

lysis leukosit. Setelah itu makrofag mononuclear besar akan tiba di lokasi infeksi

untuk membungkus sisa-sisa leukosit. Dan akhirnya terjadilah pencairan (resolusi)

hasil proses inflamasi lokal. Cairan kaya protein dan sel darah putih yang tertimbun

dalam ruang ekstravaskular sebagai akibat reaksi radang disebut eksudat.

Eksudat adalah cairan radang ekstravaskular dengan berat jenis tinggi (diatas

1.020) dan seringkali mengandung protein 2-4mg % serta sel-sel darah putih yang

melakukan emigrasi. Cairan ini tertimbun sebagai akibat permeabilitas vascular

(memungkinkan protein plasma dengan molekul besar dapat terlepas), bertambahnya

tekanan hidrostatik intravascular sebagai akibat aliran lokal yang meningkat pula dan

serentetan peristiwa rumit leukosit yang menyebabkan emigrasinya. Sedangkan

Transudat adalah cairan dalam ruang interstitial yang terjadi hanya sebagai akibat

tekanan hidrostatik atau turunnya protein plasma intravascular yang meningkat

(tidak disebabkan proses peradangan/inflamasi). Berat jenis transudat umumnya

kurang dari 1.012 yang mencerminkan kandungan protein yang rendah. Contoh

transudat terdapat pada wanita hamil terjadi penekanan dalam cairan tubuh. Bisa

juga proses peradangan diawali dengan masuknya “racun” kedalam tubuh kita.

Contoh “racun” yang paling mudah adalah mikroorganisme penyebab sakit.

Mikroorganisme (m.o) yang masuk ke dalam tubuh memiliki suatu zat toksin

tertentu yang dikenal sebagai pirogen eksogen. Dengan masuknya m.o tersebut,

tubuh akan berusaha melawan dan mencegahnya yakni dengan memerintahkan

“tentara pertahanan tubuh” antara lain berupa leukosit, makrofag, dan limfosit untuk

memakannya (fagositosit). Dengan adanya proses fagositosit ini, tentara tubuh itu

akan mengelurkan ”senjata” berupa zat kimia yang dikenal sebagai pirogen endogen

(khususnya interleukin 1/IL-1) yang berfungsi sebagai anti infeksi. Pirogen endogen

Page 10

Page 11: MAKALAH ISI.docx

Imunologi-Inflamasi

yang keluar, selanjutnya akan merangsang sel-sel endotel hipotalamus (sel penyusun

hipotalamus) untuk mengeluarkan suatu substansi yakni asam arakhidonat. Asam

arakhidonat bisa keluar dengan adanya bantuan enzim fosfolipase A2. Proses

selanjutnya adalah, asam arakhidonat yang dikeluarkan oleh hipotalamus akan

memacu pengeluaran prostaglandin (PGE2). Pengeluaran prostaglandin pun berkat

bantuan dan campur tangan dari enzim siklooksigenase (COX). Pengeluaran

prostaglandin ternyata akan mempengaruhi kerja dari termostat hipotalamus.

Sebagai kompensasinya, hipotalamus selanjutnya akan meningkatkan titik patokan

suhu tubuh (di atas suhu normal). Adanya peningkatan titik patokan ini dikarenakan

mesin tersebut merasa bahwa suhu tubuh sekarang dibawah batas normal. Akibatnya

terjadilah respon dingin/ menggigil. Adanya proses mengigil ini ditujukan utuk

menghasilkan panas tubuh yang lebih banyak. Adanya perubahan suhu tubuh di atas

normal karena memang ”setting” hipotalamus yang mengalami gangguan oleh

mekanisme di atas inilah yang disebut dengan demam atau febris. Demam yang

tinggi pada nantinya akan menimbulkan manifestasi klinik (akibat) berupa kejang

(umumnya dialami oleh bayi atau anak-anak yang disebut dengan kejang demam).

Tabel 1. Berbagai Perjalanan Inflamasi

Mikroba Efektor Penyakit

Virus

Influenza

Hepatitis B

Bakteri

Stafilokok

Mikobakteri

Cacing

Cacing saluran cerna

Skistosomiasis

Sel NK, IFN

IFN, Tc

Mutasi virus

Komplemen, neutrofil

Intraselular, tidak dibunuh

IgE, sel mast

Cacing dan telurnya tidak

dapat dikeluarkan

Infeksi disingkirkan

Infeksi disingkirkan

Infeksi kronis dengan inflamasi

hati

Infeksi disingkirkan

Inflamasi kronis dengan granulosa

Cacing dikeluarkan

Inflamasi kronis

2.6 KLASIFIKASI INFLAMASI

Page 11

Page 12: MAKALAH ISI.docx

Imunologi-Inflamasi

2.6.1 Inflamasi Akut

Gambar 4. (A) Pada pembuluh darah yang normal. (B) Manifestasi utama

pada radang akut. (1) dilatasi pembuluh darah menyebabkan eritema

dangan hangat, (2) ekstravasasi cairan plasma dan protein (edema), dan (3)

emigrasi dan akumulasi leukosit di tempat jejas. Sumber: Porth, 2003

Inflamasi akut akan terjadi secara cepat (menit - hari) dengan ciri khas

utama eksudasi cairan, akumulasi neutrofil memiliki tanda-tanda umum

berupa rubor (redness), calor (heat), tumor (swelling), Dolor (pain), Functio

laesa (lose of function).

Hal ini terjadi karena ada tujuan utamanya, yaitu mengirim leukosit ke

tempat jejas untuk membersihkan setiap mikroba. Dengan dua proses utama,

perubahan vaskular (vasodilatasi, peningkatan permeabilitas) dan perubahan

selular (rekrutmen dan aktivasi selular). Perubahan makroskopik yang dapat

diamati berupa hiperemia yang memberikan penampakan eritema, exudation

memberikan penampakan edema, dan emigrasi leukosit.

1. Hyperaemia

Jejas yang terbentuk pertama-tama akan menyebabkan dilatasi

arteri lokal (didahului vasokonstriksi sesaat). Dengan demikian

mikrovaskular pada lokasi jejas melebar, aliran darah mengalami

perlambatan, dan terjadi bendungan darah yang berisi eritrosit pada

bagian tersebut, yang disebut hiperemia. Pelebaran ini lah yang

menyebabkan timbulnya warna merah (eritema) dan hangat. Perlambatan

dan bendungan ini terlihat setelah 10-30 menit.

2. Exudating

Page 12

Page 13: MAKALAH ISI.docx

Imunologi-Inflamasi

Gambar 5. Exudate

Selanjutnya, terjadi peningkatan permeabilitas endotel disertai

keluarnya protein plasma dan sel-sel leukosit ke daerah extravaskular

yang disebut eksudasi. Hal ini menyebabkan sel darah merah dalam

darah terkonsentrasi, viskositas >>, sirkulasi <<, terutama pada

pembuluh darah-pembuluh darah kecil yang disebut stasis. Pada ujung

arteriol kapiler, tekanan hidrostatik yang tinggi mendesak cairan keluar

ke dalam ruang jaringan interstisial dengan cara ultrafiltrasi. Hal ini

berakibat meningkatnya konsentrasi protein plasma dan menyebabkan

tekanan osmotik koloid bertambah besar, dengan menarik kembali cairan

pada pangkal kapiler venula. Pertukaran normal tersebut akan

menyisakan sedikit cairan dalam jaringan interstisial yang mengalir dari

ruang jaringan melalui saluran limfatik. Umumnya, dinding kapiler dapat

dilalui air, garam, dan larutan sampai berat jenis 10.000 dalton. Eksudat

adalah cairan radang ekstravaskuler dengan berat jenis tinggi (di atas

1.020) dan seringkali mengandung protein 2-4 mg% serta sel-sel darah

putih yang melakukan emigrasi. Cairan ini tertimbun sebagai akibat

peningkatan permeabilitas vaskuler (yang memungkinkan protein plasma

dengan molekul besar dapat terlepas), bertambahnya tekanan hidrostatik

intravaskular sebagai akibat aliran darah lokal yang meningkat pula dan

serentetan peristiwa rumit leukosit yang menyebabkan emigrasinya.

3. Emigrasi Leukosit

Page 13

Page 14: MAKALAH ISI.docx

Imunologi-Inflamasi

Gambar 6. Perpindahan leukosit

Emigrasi adalah proses perpindahan sel darah putih yang bergerak

keluar dari pembuluh darah. Tempat utama adalah pertemuan antar-sel

endotel. Walaupun pelebaran pertemuan antar-sel memudahkan emigrasi

leukosit, tetapi leukosit mampu menyusup sendiri melalui pertemuan

antar-sel endotel yang tampak tertutup tanpa perubahan.

Penimbunan sel darah putih, terutama neutrofil dan monosit pada

lokasi jejas, merupakan aspek terpenting reaksi radang. Sel darah putih

mampu memfagosit bahan yang bersifat asing, termasuk bakteri dan

debris sel-sel nekrosis, dan enzim lisosom yang terdapat di dalamnya

membantu pertahanan tubuh dengan beberapa cara. Beberapa produk sel

darah putih merupakan penggerak reaksi radang, dan pada hal-hal

tertentu menimbulkan kerusakan jaringan yang berarti. Baik neutrofil,

maupun sel berinti tunggal dapat melewati celah antar sel endhotelial

dengan menggunakan pergerakan amoeboid menuju jaringan target.

Dalam fokus radang, awal bendungan sirkulasi mikro akan menyebabkan

sel-sel darah merah menggumpal dan membentuk agregat-agregat yang

lebih besar daripada leukosit sendiri. Mula-mula sel darah putih bergerak

dan menggulung pelan-pelan sepanjang permukaan endotel pada aliran

yang tersendat tetapi kemudian sel-sel tersebut akan melekat dan

melapisi permukaan endotel.

4. Kemotaksi

Setelah meninggalkan pembuluh darah, leukosit bergerak menuju

ke arah utama lokasi jejas. Migrasi sel darah putih yang terarah ini

Page 14

Page 15: MAKALAH ISI.docx

Imunologi-Inflamasi

disebabkan oleh pengaruh-pengaruh kimia yang dapat berdifusi disebut

kemotaksis. Hampir semua jenis sel darah putih dipengaruhi oleh faktor-

faktor kemotaksis dalam derajat yang berbeda-beda. Neutrofil dan

monosit paling reaktif terhadap rangsang kemotaksis. Sebaliknya

limfosit bereaksi lemah. Beberapa faktor kemotaksis dapat

mempengaruhi neutrofil maupun monosit, yang lainnya bekerja secara

selektif terhadap beberapa jenis sel darah putih. Faktor-faktor kemotaksis

dapat endogen berasal dari protein plasma atau eksogen, misalnya

produk bakteri berupa protein maupun polipeptida

5. Fagositosis

Setelah leukosit sampai di lokasi radang, terjadilah proses

fagositosis. Meskipun sel-sel fagosit dapat melekat pada partikel dan

bakteri tanpa didahului oleh suatu proses pengenalan yang khas, tetapi

fagositosis akan sangat ditunjang apabila mikroorganisme diliputi oleh

opsonin, yang terdapat dalam serum (IgG, C3). Setelah bakteri yang

mengalami opsonisasi melekat pada permukaan, selanjutnya sel fagosit

sebagian besar akan meliputi partikel, berdampak pada pembentukan

kantung yang dalam. Partikel ini terletak pada vesikel sitoplasma yang

masih terikat pada selaput sel, disebut fagosom. Meskipun pada waktu

pembentukan fagosom, sebelum menutup lengkap, granula-granula

sitoplasma neutrofil menyatu dengan fagosom dan melepaskan isinya ke

dalamnya, suatu proses yang disebut degranulasi. Sebagian besar

mikroorganisme yang telah mengalami pelahapan mudah dihancurkan

oleh fagosit yang berakibat pada kematian mikroorganisme. Walaupun

beberapa organisme yang virulen dapat menghancurkan leukosit.

2.6.1.1 Penyebab Inflamasi Akut

Infeksi (bakteri, virus, parasit) dan toksin mikroba

Trauma, Benda asing, Agen fisik dan kimia

Nekrosis jaringan, dan Reaksi imun (reaksi hipersensitivitas)

2.6.1.2 Proses Terjadinya Inflamasi Akut

1. Perubahan vascular pada radang akut

Urutan peristiwa yang terjadi adalah sebagai berikut :

Page 15

Page 16: MAKALAH ISI.docx

Imunologi-Inflamasi

Mula-mula terjadi vasokonstriksi yaitu penyempitan

pembuluh darah terutama pembuluh darah kecil (arteriol).

Kemudain akan terjadi vasodilatasi yang dimulai dari

pembuluh arteriol yang tadinya menyempit lalu diikuti

oleh bagian lain pembuluh darah itu. Akibat dilatesi

itu,maka aliran darah akan bertambah sehingga pembuluh

darah itu penuh berisi darah dan tekanan hidrostatiknya

meningkat, yang selanjutnya dapat menyebabkan

keluarnya cairan plasma dari pembuluh darah itu.

Aliran darah menjadi lambat. Karena permeabilitas

kapiler bertambah, maka cairan darah dan protein akan

keluar dari pembuluh darah dan mengakibatkan darah

menjadi kental.

Marginasi leukosit.

Berdasarkan perbedaan intensitas jejas, maka reaksi yang

terjadi

dapat dikelompokkan menjadi 3 kelompok, yaitu:

1. Reaksi yang terjadi segera dan hanya berlangsung

sebentar, akibat jejas ringan dan hanya mengenai

pembuluh kapiler.

2. Reaksi segera dan menetap, akibat jejas keras dan

mengenai semua pembuluh darah.

3. Reaksi lambat dan menetap, akibat jejas ringan tetapi

terus-menerus.

2. Reaksi selular pada radang akut

Pada fase awal yaitu 24 jam pertama, sel yang paling

banyak bereaksi ialah sel neutrofil atau leukosit PMN. Setelah

fase awal yang bisa berlangsung selama 48 jam, mulailah sel

makrofag dan sel yang berperan dalam system kekebalan

tubuh seperti limfosit dan sel plasma beraksi. Urutan kejadian

yang dialami oleh leukosit adalah sebagai berikut:

Penepian, leukosit bergerak ketepi pembuluh(margination)

Page 16

Page 17: MAKALAH ISI.docx

Imunologi-Inflamasi

Pelekatan, leukosit melekat pada dinding pembuluh

darah(sticking).

Diapedesis, leukosit keluar dari pembuluh darah (emigrasi)

Fagositosis, leukosit menelan bakteri dan debris jaringan

2.6.1.3 Respon Tubuh Terhadap Inflamasi Akut

Mencerminkan pengaruh mediator yang bekerja pada pembuluh

darah. Setelah trauma mekanik, perubahan permeabilitas vasa

dapat timbul lebih awal dari respons radang akut.

Dalam 30-60 menit dari injuri, granulosit neutrofil muncul.

Mula-mula granulosit neutrofil tampak mengelompok sepanjang

sel-sel endotel pembuluh darah pada daerah injuri. Setelah itu,

leukosit menyusup keluar pembuluh darah dengan menyelinap

keluar pembuluh darah dengan menyelinap diantara sel-sel

endotel.

Dalam beberapa menit granulosit berada ekstravaskuler dan

mulai mengelompok di daerah injuri.

Bila telah keluar dari pembuluh darah, neutrofil merupakan garis

pertahanan pertama melawan mikroorganisme yang masuk.

Dalam empat sampai lima jam, jika respons inflamantoris akut

berjalan terus, maka sel mononuklear (termasuk monosit &

limfosit) akan muncul pada daerah inflamantoris, setelah keluar

dari pembuluh darah melalui cara yang sama.

Monosit memperbesar pertahanan dengan menambahkan fungsi

fagosit mereka sendiri ke daerah injuri, sementara limfosit

membawa kemampuan immunologik untuk berespons terhadap

agen asing dengan fenomen humoral dan seluler spesifik.

2.6.1.4 Tujuan Inflamasi

Respons inflamasi akut ditujukan untuk eradikasi bahan atau

mikroorganisme yang memacu respons awal. Pada beberapa

keadaan, eradikasi tidak efektif atau tidak lengkap sehingga

menimbulkan inflamasi kronis. Inflamasi kronis dapat

menimbulkan kerusakan jaringan yang tergantung dari bahan

Page 17

Page 18: MAKALAH ISI.docx

Imunologi-Inflamasi

pemicu, tempat terjadinya reaksi dan respons imun yang dominan.

Bila inflamasi terkontrol, neutrofil tidak dikerahkan lagi dan

berdegenarasi. Selanjutnya dikerahkan sel mononuklear seperti

monosit, makrofag, limfosit dan sel plasma yang memberikan

gambaran patologik dari inflamasi kronis ini, monosit dan makrofg

mempunyai 2 peranan penting sebagai berikut :

1.

2.

Memakan dan menvcerna mikroba, debris selular dan

neutrofil yang berdegenerasi

Modulasi respons imundan fungsi sel T melalui presentasi

antigen dan sekresi sitokin

Monosit-makrofag juga mempunyai fungsi dalam

penyembuhan luka dan memperbaiki parenkim dan fungsi sel

inflamasi melalui sekresi sitokin. Dalam inflamasi kronis, fagosit-

makrofag memakan debris selular dan bahan yang belum

disingkirkan oleh neutrofil. Tergantung dari kerusakan jaringan

yang terjadi, hasil akhir dapat berupa struktur jaringan yang normal

kembal atau fibrosis dengan struktur dan fungsi yang berubah. Bila

patogen tersisten dalam tubuh, makrofag akan mengalihkan

respons berupa reaksi hipersensitivitas lambat melibatkan limfosit

penuh. Jadi inflamasi kronis dapat dianggap sebagai titik respons

inflamasi ke arah respons monosit-makrofag.

2.6.1.5 Mediator respons fase akut

Inflamasi akut berhubungan dengan produksi

sitokinproinflamasi seperti IL-1, IL-6, dan IL-8 ( Tabel 5). sitokin

merangsang hati untuk membentuk sejumlah protein yang disebut

protein fase akut yang terdiri atas al-antitripsin, komplemen (C3

dan C4), CRP, fibrinogen dan haptoglobin. Molekul-molekul

tersebut memiliki sejumlah fungsi anatara lain mencegah enzim

(al-antritripsin), opsonisasi, CRP mengikat C polisakarida dn S.

Peneumonia, scavenging (haptoglobin) dan sebagainya. Dalam

klinik, pengukuran APP diperlukan untuk menilai derajat inflamasi

dan respons terhadap terapi.

Page 18

Page 19: MAKALAH ISI.docx

Imunologi-Inflamasi

Tabel 2. Mediator Inflamasi Akut

Efek Mediator

Peningkatan

permeabilitas

Histamin, bradikinin, C3a, C5a, LTR: C4,

D4, E4, dan PAF

Vasodilatasi Histamin, PG, PAF

Nyeri Bradikinin, PG

Adhesi leukosit LTB4, IL-1, TNF-α, C5a

Kemotaksis leukosit C5a, C3a, IL-8, PAF, LTB4, fragmen

fibrin dan kolagen

Respons fase akut IL-1, TNF-α, IL-6

Kerusakan jaringan Protease dan radikal bebas

Gejala inflamasi dini ditandai oleh penglepasan berbagai

mediator sel mast setempat (histamin dan bradikinin). Kejadian ini

disertai dengan aktivasi komplemen dan koagulasi. Sel endotel

dan sel-sel inflamasi masing-masing melepas mediator yang

menimbulkan efek sistemik seperti panas, neutrofilia dan protein

fase akut. Neutrofil yang sudah dikerahkan di jaringan diaktifkan

dan melepas produk-produk yang toksik.

Tabel 3. Mediator Pada Inflamasi Akut

Mediator Sumber Efek

Histamin Sel mast

Basofil

Peningkatan permeabilitas

Kontraksi otot polos

Kemokinesis

5-hidroksi-triptamin (5HT)

= serotonin

Trombosit

Sel mast

Permeabilitas vaskular

Kontraksi otot polos

PAF Basofil

Neutrofil

Makrofag

Penglepasan mediator trombosit

Permeabilitas vaskular meningkat

Kontraksi otot polos

Aktivasi neutrofil

NCF Sel mast Kemotaksis neutrofil

Kemokin Leukosit Merangsang dan kemotaksis

C3a Komplemen C3 Degranulasi sel mast

Page 19

Page 20: MAKALAH ISI.docx

Imunologi-Inflamasi

Kemotaksis neutrofil dan makrofag

Aktivasi neutrofil

Kontraksi otot polos

Permeabilitas vaskular meningkat

C5a Komplemen C5 Vasodilatasi

Bradikinin Sistem kinin

(kininogen)

Kontraksi otot polos

Permeabilitas vaskular meningkat

Rasa sakit

Fibrinopeptida dan produk

asal fibrin

Sistem pembekuan Permeabilitas vaskular meningkat

Kemotaksis neutrofil dan makrofag

PGE2 Jalur iklooksinegase Vasodilatasi

Meningkatkan permeabilitas

vaskular oleh histamin dan

bradikinin

LTB4 Jalur lipoksigenase Kemotaksis neutrofil

Sinergistik dengan PGE2 dalam

meningkatkan permeabilitas

vaskular

LTD4 Jalur lipoksigenase Kontraksi otot polos

Permeabilitas vaskular meningkat

Tabel 4. Jenis – Jenis Inflamasi

Inflamasi akut

(piogenik)

Inflamasi kronis

(granulomatosa)

Inflamasi akut

(hipersensitivitas

cepat)

Inflamasi

kronis (peran

eosinofil)

Pemicu khas Stafilokok Mikrobakteri,

hepatitis B

Cacing Cacing

Sel pemicu Makrofag Makrofag ? ?

Sel efektor

dlm

imunitas

nonspesifik

Neutrofil Makrofag,

Sel NK

Sel mast Sel mast,

eosinofil

Page 20

Page 21: MAKALAH ISI.docx

Imunologi-Inflamasi

Sel efektor

dalam

imunitas

spesifik

Tidak ada Th1 Th2, sel B Th2, sel B

Mediator Komplemen,

GM-CSF,

TNF, kemokin

TNF, IL-12, IL-18,

IFN-γ, kemokin

Histamin, sel mast,

isi granul

IL-3, IL-4, IL-5,

leukotrin,

kemokin

Efek sistemik Respons fase

akut,

neutrofilia

Respons fase akut

efek kronis TNF;

neutrofilia dapat

ditemukan

Dapat

mengakibatkan

anafilkasis

Eosinofilia, IgE

meningkat

Jenis

Kerusakan

Pembentukan

nanah, abses

Granuloma dapat

ditemukan

Edem, mukus,

kontraksi otot polos

Inflamasi difus

di mukosa/ kulit

2.6.2 Inflamasi Kronis

Gambar 7. Gambar Terjadinya Inflamasi Kronis.

Inflamasi kronik (atau disebut juga radang kronik) merupakan

peradangan yang telah berlangsung dalam jangka waktu yang lama (lebih

lama jika dibandingkan dengan radang akut). Berbeda dengan radang akut,

radang kronik ditandai dengan hal-hal sebagai berikut :

Infiltrasi sel mononuklear meliputi sel limfosit, sel plasma dan

makrofag predominan. Destruksi jaringan, yang sebagian besar diatur oleh

sel-sel radang. Repair (perbaikan) melibatkan angiogenesis (pembentukan

Page 21

Page 22: MAKALAH ISI.docx

Imunologi-Inflamasi

pembuluh darah baru) dan fibrosis (pembentukan jaringan parut).

2.6.2.1 Penyebab Inflamasi Kronis

1. Infeksi virus. Infeksi intrasel apapun secara khusus

memerlukan limfosit dan makrofag untuk mengidentifikasi

dan mengeradikasi sel yang terinfeksi.

2. Infeksi mikroba persisten. Pajanan mikroba yang

patogenisitasnya lemah namun berlangsung dalam jangka

waktu lama dapat menimbulkan hipersensitivitas lambat yang

berpuncak pada reaksi granulomatosa (salah satu contoh

radang kronik). Contohnya pada infeksi Treponema pallidum.

3. Pajanan yang lama terhadap agen yang berpotensi toksik.

Agen asing dapat menyebabkan radang kronik apabila terpajan

dalam jangka waktu yang lama. Agen tersebut dapat berupa

agen endogen (seperti jaringan adiposa yang nekrotik, kristal

asam urat, tulang) dan dapat berupa agen eksogen (seperti

materi silika yang terinhalasi atau serabut benang yang

tertanam).

4. Penyakit autoimun. Respons imun terhadap antigen dan

jaringan tubuh sendiri yang berlangsung secara terus menerus

dapat menyebabkan radang kronik, contohnya adalah penyakit

arthritis rheumatoid atau sklerosis multipel.

5. Penyakit spesifik yang etiologinya tidak diketahui. Contohnya

kolitis ulseratif (penyakit radang kronik usus).

6. Penyakit granulomatosa primer. Seperti penyakit Crohn,

sarkoidosis, reaksi terhadap berilium.

2.6.2.2 Terjadinya Inflamasi Kronis

Dpt terjadi setelah radang akut, baik karena rangsang pencetus

yg terus-menerus ada, maupun karena gangguan penyembuhan.

Adanya radang akut yg berulang

Radang kronik yg mulai secara perlahan tanpa didahului radang

akut klasik akibat dari :

- Infeksi persisten oleh mikroba interseluler yg mempunyai

toksisitas rendah tapi sudah mencetuskan reaksi

Page 22

Page 23: MAKALAH ISI.docx

Imunologi-Inflamasi

imunologik.

- Kontak dengan bahan yang tidak dapat hancur (zat

nondegradable) silikosis & asbestosis pada paru.

- Reaksi imun terhadap jaringan tubuh itu sendiri (autoimun)

2.6.2.3 Respon Tubuh Terhadap Inflamasi Kronis

Bila inflamasi terkontrol, neutrofil tidak dikerahkan lagi dan

berdegenerasi. Selanjutnya dikerahkan sel mononuklear seperti

monosit, makrofag, limfosit dan sel plasma yang memberikan

gambaran patologik dari inflamasi kronik.

Dalam inflamasi kronik, monosit dan makrofag mempunyai 2

peranan penting sebagai berikut :

- 1. Memakan dan mencerna mikroba

2. Modulasi respon imun dan fungsi sel T melalui presentasi

antigen dan sekresi sitokin

Bila patogen persisten dalam tubuh, makrofag akan

mengalihkan respons berupa reaksi hipersensitivitas lambat

yang melibatkan limfosit penuh.

Jadi inflamasi akut ini dapat dianggap sebagai titik

membaliknya respons inflamasi ke arah respons monosit-

makrofag.

2.6.3 Inflamasi Lokal

Inflamasi lokal memberikan proteksi terhadap infeksi atau cedera

jaringan. Reaksi lokal terdiri atas tumor, rubor, kalor, dolor dan gangguan

fungsi. Bila darah keluar dari sirkulasi darah, kinin, sistem pembekuan dan

fibrinolitik diaktifkan. Banyak perubahan vaskular yang terjadi disebabkan

oleh efek direk mediator enzim plasma seperti bradikinin dan fibrinopeptida

yang menginduksi vasodilatasi dan peningkatan permeabilitas vaskular.

Beberapa efek vaskular disebabkan efek anafilatoksin (C3a dan C5a) yang

menginduksi degranulasi sel mast yang melepas histamin. Histamin

menimbulkan vasodilatasi dan kontraksi otot polos. PG juga berperan dalam

vasodilatasi dan peningkatan permeabilitas vaskular.

Dalam beberapa jam setelah perubahan vaskular, neutrofil menempel

pada sel endotel dan bermigrasi keluar pembuluh darah ke rongga jaringan,

Page 23

Page 24: MAKALAH ISI.docx

Imunologi-Inflamasi

memakan patogen dan melepas mediator yang berperan dalam respons

inflamasi. Makrofag jaringan yang diaktifkan melepas sitokin (IL-1, IL-6, dan

TNF-α) menginduksi perubahan lokal dan sistemik. Ketiga sitokin tersebut

menginduksi koagulasi dan IL-1 menginduksi ekspresi molekul adhesi pada

sel endotel seperti TNF-α yang meningkatkan ekspresi selektin-E, IL-1

menginduksi peningkatan ekskresi ICAM-1 dan VICAM-1. Neutrofil,

monosit, dan limfosit mengenal molekul adhesi tersebut dan bergerak ke

dinding pembuluh darah dan selanjutnya ke jaringan.

IL-1 dan INF-α juga memacu makrofag dan sel endotel untuk

memproduksi kemokin yang berperan pada influks neutrofil melalui

peningkatan ekspresi molekul adhesi. IFN-γ dan TNF-α juga mengaktifkan

makrofag dan neutrofil, meningkatkan fagositosis dan penglepasan enzim ke

rongga jaringan. Lama dan intensitas inflamasi lokal akut perlu dikontrol agar

tidak terjadi kerusakan jaringan. TGF-β membatasi respons inflamasi dan

memacu akumulasi dan poliferasi fibroblas dan endapan matriks ekstraselular

yang diperlukan untuk perbaikan jaringan. Kegagalan dalam adhesi leukosit

dapat menimbulkan penyakit seperti terlihat pada defisisensi molekul adhesi.

Respons inflamasi lokal disertai respons fase akut – sistemik. Ditandai

oleh induksi demam, peningkatan sintesis hormon seperti ACTH dan

hidrokortison, peningkatan leukosit dan APP di hati. Peningkatan suhu

(demam) mencegah pertumbuhan sejumlah kuman patogen dan nampaknya

meningkatkan respons imun terhadap patogen. CRP merupakan APP yang

kadarnya dalam serum meningkat 100 kali selama respons fase akut.

Page 24

Page 25: MAKALAH ISI.docx

Imunologi-Inflamasi

Gambar 8. Peran Respons Inflamasi Lokal

Berbagai efektor mekanisme sistem imun nonspesifik biasanya tidak

bekerja sendiri – sendiri, tetapi terkoordinasi dalam respons yang dikenal

sebagai respons inflamasi. Inflamasi dapat diartikan sebagai pengatur untuk

memobilisasi berbagai efektor sistem imun nonspesifik dan mengerahkannya

ke tempat – tempat yang membutuhkan. Infeksi atau cedera dapat memacu

produksi peptida vasoaktif yang berperan dalam peningkatan permeabilitas

vaskular dan enzim dari kaskade kinin dan plasmin yang dapat mengaktifkan

kaskade komplemen. Kaskade plasmin penting dalam remodeling matriks

ekstraselular yang diperlukan pada penyembuhan luka. Akibat aktivasi

komplemen, sel – sel polimorfonuklear, limfosit dan monosit dapat bermigrasi

dari sirkulasi masuk ke jaringan. Ekstravasasi tersebut diatur oleh sitokin yang

diproduksi sel mastb(diaktifkan oleh komplemen) dan makrofag (diaktifkan

oleh bakteri).

Cedera atau infraksi mengaktifkan kaskade plasmin dan kinin. Kaskade

knin menghasilkan oeotida vasoaktif yang meningkatkan permeabilitas

endotel. Enzim dari kaskanin kinin juga mengaktifkan kaskade komplemen.

Kaskade plasmin penting dalam remodeling matriks ekstra seluler yang

menyertai penyembuhan luka. Enzim dari kaskade plasmin juga

mengaktifkan kaskade komplemen. Aktivasi komplemen menimbulkan

migrasi (ekstravasasi) leukosit seperti polimorfonuklear, limfosit dan

monosit, dan homing ke tempat infeksi atau cedera. Ekstravasasi dan homing

juga diatur sitokon yang dihasilkan oleh sel mast setempat (diaktifkan oleh

komplemen) dan makrofag (diaktifkan produk bakteri).

Page 25

Page 26: MAKALAH ISI.docx

Imunologi-Inflamasi

Gambar 9. Sel dan Mediator pada Respons Inflamasi Akut Lokal

2.6.4 Inflamasi Akut Sistemik

Efek jaringan lokal dapat juga ditemukan antara lain penigkatan

produksi mukus kelenjar dan remodeling jaringan atas atau pengaruh

fibroblast dan sel endotel, yang akhirnya menimbulkan pembentukan

jaringan parut. Elemen sistemik dengan peningkatan sintesis protein fase akut

juga sering ditemukan. Mekanisme yang berperan dalam terjadinya

perubahan inflamasi akut lokal adalah :

1.

2.

3.

Mediator preformed yang dilepas oleh jaringan dan sel imun

Sintesis mediator inflamasi baru

Aktivasi kaskade reaksi larut

2.7 SEL – SEL INFLAMASI

Sel-sel sistem imun nonspesifik seperti:

a. Makrofag

Merupakan monosit yang lama hidupnya kurang lebih satu hari, akan

pergi ke daerah peradangan dikarenakan molekul adhesi dan faktor

kemoatraktan dalam jaringan, monosit akan berubah menjadi makrofag

yang jika bersatu membentuk endotelium. Sinyal-sinyal yang berpengaruk

saat pengaktifan makrofag adalah IFM-y . sitokin, endotoksin, mediator lain

yang diprosuksi saat terjasi radang akut, dan matrix extraceluler, seperti

fibronectin.

Makrofag aktif mampu mengaktifkan zat-zat yang membuat suatu

Page 26

Page 27: MAKALAH ISI.docx

Imunologi-Inflamasi

jaringan menjadi nekrosis atau fibrosis. Contohnya adalah asam dan basa

protease, komponen komplemen dan faktor-faktor pembekuan, oksigen

reaktif NO, metabolit asam arakhidonat, sitokin IL-1, TNF san berbagai

growth factor.

b. Limfosit

Limfosit dikerahkan di kedua reaksi imun humoral dan seluler dan

bahkan dalam peradangan non imun. Antigen distimulasi (efektor dan

memori) dan berbagai jenis limfosit (T, B) menggunakan berbagai molekul

adhesi pasangan (terutama yang integrins dan ligan) dan kemokin untuk

bermigrasi ke situs peradangan. Sitokin dari makrofag diaktifkan, terutama

TNF, IL-1, da kemokin. Sel ini mempersiapkan proses peradangan Limfosit

dan makrofag berinteraksi dakan cara dua arah, dan reaksi-reaksi ini

memainkan peran penting dalam peradangan kronis. Limfosit T aktif akan

mengaktifkan makrofag serta mengeluarkan mediator radang untuk

mempengaruhi sel lain, saat makrofag aktif, dia akan mengaktifkan limfosit

T dan tak lupa mengeluarkan mediator radang untuk mempengaruhi sel

disekitarnya.

c. Neutrofil

Neutrofil merupakan sel utama pada inflamasi dini, bermigrasi ke

jaringan dan puncaknya terjadi pada 6 jam pertama.

d. Sel mast

Sel ini didistribusikan secara luas di jaringan ikat dan berpartisipasi

dalam reaksi peradangan akut dan kronis. Pada reaksi akut, antibodi IgE

yang terikat pada Fc reseptor khusus mengenali antigen, dan sel degranulate

dan melepaskan mediator seperti histamin dan produksi oksidasi AA, Jenis

respon terjadi selama reaksi anafilaksis makanan, racun serangga atau obat-

obatanm sering dengan hasil becana. Bila diatur dengan benar, respon dapat

bermanfaat bagi tuan rumah. Sel mast hadir dalam reaksi peradangan

kronis, dan mungkin menghasilkan sitokin yang berkontribusi terhadap

fibrosis.

e. Basofil

Basofil jumlahnya 0-% dari leukosit darah, ukuran garis tengah

Page 27

Page 28: MAKALAH ISI.docx

Imunologi-Inflamasi

12um, inti satu, besar bentuk pilihan ireguler, umumnya bentuk huruf S,

sitoplasma basofil terisi granul yang lebih besar, dan seringkali granul

menutupi inti, granul bentuknya ireguler berwarna metakromatik, dengan

campuran jenis Romanvaki tampak lembayung. Granula basofil

metakromatik dan mensekresi histamin dan heparin, dan keadaan tertentu,

basofil merupakan sel utama pada tempat peradangan ini dinamakan

hypersesitivitas kulit basofil. Hal ini menunjukkan basofil mempunyai

hubungan kekebalan.

f. Eosinofil

Eosinofil berlimpah dalam reaksi kekebalan yang diperantarai oleh

IgE dan infeksi parasit. Salah satu kemokin yang terutama penting bagi

perekrutan eusinofil adalah eotaxin, Eusinofil memiliki granula yang

mengandung protein dasar utama, yang sangat kationik protein yang

beracun bagi parasit tetapi juga menyebabkan lisis sel epitel mamalis. Itulah

sebabnya ia sangat berperan dalam memerangi infeksi parasit tetapi juga

berkontribusi pada kerusakan jaringan dalam reaksi kekebalan

1. Sel Endotel

Sel endotel merupakan pembatas antara darah dan rongga ekstravaskuler.

Pada keadaan normal, SE merupakan permukaan yang tidak lengket sehingga

dapat mencegah koagulasi, adhesi sel dan kebocoran cairn intravaskular. SE

juga berperan dalam pengaturan tonus vaskular dan perfusi jaringan melalui

penglepasan komponen vasodilator ( prostasiklin / vasokonstriksi ( endotelin)).

Bila sel endotel rusak, sifat antikoagulasi akan hilang dan membran basal

terpajan, sehingga menimbulkan agregasi trombosit dan leukosit.

2. Molekul Adhesi – Migrasi Leukosit

Pada keadaan normal, leukosit hanya sedikit melekat pada SE, tetapi oleh

rangsangan inflamasi, adhesi antara leukosit dan SE sangat ditingkatkan.

Interaksi adhesi diatur oleh ekspresi permukaan sel yaitu molekul adhesi serta

ligan / reseptor reseptornya. Ikatan leukosit dan SE diawalai oleh ekspresi L-

selektin pada permukaan leukosit, P-selektin dan E-selektin pada permukaan

SE, dengan reseptornya berupa hidrat arang. Interaksi ini memungkinkan terjadi

marginasi leukosit sepanjang dinding vaskular di tempat inflamasi.

Page 28

Page 29: MAKALAH ISI.docx

Imunologi-Inflamasi

Penglepasan mediator inflamasi meningkatkan molekul adhesi baik pada

sel inflamasi (neutrofil, monosit) maupun pada SE. Hal tersebut meningkatkan

adhesi, perubahan arus darah, marginasi dan migrasi sel-sel seperti neutrofil,

monosit dan eosinofil ke pusat inflamasi. Migrasi sel-sel inflamasi tersebut juga

diarahkan oleh faktor-faktor kemotaktik yang diperoduksi berbagai sel, mikroba,

komplemen, dan sel mast.

Sel – sel yang masuk ketempat lesi akan melepas produknya yang

meneruskan perjalanan proses inflamasi dan kadang menimbulkan kerusakan

jaringan akibat penglepasan oksigen reaktif. IL-1 dan TNF-α, juga endotoksin

meningkatkan ekspresi molekul adhesi ICAM-1 dan VCAM-1 pada permukaan

SE yang berinteraksi dengan ligannya pada permukaan leukosit ( ICAM-1

mengikuti LFA-1, VCAM-1 mengikat VLA-4). Perubahan produksi PGI2 dan

endotelin mempunyai pengaruh terhadap perfusi.

3. Ekstravasasi Leukosit

Setelah timbul respons inflamasi, berbagai sitokin dan mediator inflamasi

lainnya bekerja terhadap endotel pembuluh darah lokal berupa peningkatan

ekspresi CAM. Neutrofil merupakan sel pertama yang berikatan dengan endotel

pada inflamasi dan bergerak keluar vaskular. Ekstravasasi neutrofil dapat dibagi

dalam 4 tahap : menggulir, aktivasi oleh rangsangan kemoaktraktan, menempel/

adhesi dan migrasi transendotel.

Di tempat infeksi makrofag yang menemukan mikroba melepas sitokin

(TNF dan IL-1) yang mengaktifkan sel endotel sekitar venul untuk

memproduksi selektin (ligan integrin dan kemokin). Selektin berperan dalam

pengguliran neutrofil dan endotel. Integrin berperan dalam adhesi neutrofil,

kemokin mengaktifkan neutrofil dan merangsang migrasi melalui endotel ke

tempat infeksi. Monosit darah dan sel T yang diaktifkan menggunakan

mekanisme yang sama untuk bermigrasi ke tempat infeksi.

ICAM terdiri dari atas ICAM-1, ICAM-2, dan ICAM-3, ICAM-1 dan

ICAM-2, E-selektin (ECAM-1) tidak ditemukan pada sel endotel dalam keadaan

normal. Jumlahnya meningkat pada sel endotel yang diaktifkan oleh TNF-α, IL-

1 atau endotoksin. SE yang dirangsang juga melepas peptide (IL-8) berat

molekul rendah dengan sifat kemotaktik untuk leukosit, neutrofil. IL-8 juga

Page 29

Page 30: MAKALAH ISI.docx

Imunologi-Inflamasi

mengaktifkan neutrofil di tempat infeksi bakteri dan selama sepsis. SE juga

melepas MCP-1 atas pengaruh sitokin yang diduga berperan dalam pengerahan

selektif monosit dari sirkulasi ke tempat jaringan yang rusak. Ekspresi ICAM-1

meningkat pada enotel saluran napas, epitel konjungtiva dan hidung penderita

alergi setelah dilakukan provokasi dengan alergen seperti tungau debu rumah.

LFA-1 merupakan ligan dari ICAM-1 (CD50 yang merupakan reseptor

virus rino) dan ICAM-2. Sel-sel yang berperan dalam presentasi antigen seperti

sel B APC, monosit-makrofag, mengekspresikan banyak LFA-1. Ekspresi LFA-

1 ditingkatkan pleh mediator seperti C5a, LTB4, PAF dan TNF-α.

Tabel 5. Marjinasi dan Ekstavasasi Neutrofil

Marginasi

Fase I Penambatan dan menggulir

Interaksi lemah antar :

Selektin-L yang diekspresikan pada

leukosit

Selektin P dan E yang diinduksi

pada sel endotel

Fase II Aktivasi dan penguatan

Induksi cepat integrin pada leukosit

(mis. CD11b:CD18 [Mac-1] dan

CD11a:CD18 [LFA-1] pada

neutrofil

Integrin berikatan dengan ICAM

yang diekspresikan pada sel endotel

Phase II diperantarai kemokin

Ekstravasasi

Sinyal aktivator selanjutnya

menghasilkan perubahan

konformasional pada leukosit

Metaloprotease digunakan untuk

melepas sel dari endotel sebelum

penetrasi membran basal endotel

Gambar 10. Tahapan Migrasi Leukosit dari Sirkulasi ke Jaringan Tempat

Terjadi Infeksi.

Page 30

Page 31: MAKALAH ISI.docx

Imunologi-Inflamasi

2.8 Mediator Inflamasi

Mediator adalah caraka atau signal kimia. Mediator dalam inflamasi/radang

berperan sangat penting karena merupakan komponen utama dalam komunikasi sel,

amplifikasi inflamasi, ataupun opsonin, yang ketiganya berguna dalam memfasilitasi

eliminasi agen penyebab radang dan juga perbaikan jaringan.

Beberapa hal yang perlu diketahui dari mediator adalah sebagai berikut :

a.

b.

c.

d.

Mediator dapat berasal dari sel maupun cairan plasma (plasma protein).

Mediator dari sel biasanya diisolasi dengan membentuk granula dalam sel,

sedangkan mediator pada plasma dihasilkan sebagian besar oleh hati dan

berada dalam keadaan non-aktif dalam cairan darah sehingga membutuhkan

mekanisme aktivasi tertentu.

Mediator aktif diproduksi sebagai respon terhadap berbagai macam

rangsangan, termasuk radang

Rangsangan yang dimaksud di sini adalah produk mikroba, substansi dari

jaringan yang nekrosis, dan protein-protein seperti kompelemen, kinin, sistem

koagulasi, yang dengan sendirinya diaktivasi oleh mikroba dan jaringan yang

Page 31

Page 32: MAKALAH ISI.docx

Imunologi-Inflamasi

e.

f.

terluka. Mekanisme ini dapat diartikan sebagai “diaktivasi jika diperlukan,

diproduksi jika dibutuhkan.

Mediator yang satu dapat merangsang dikeluarkannya mediator yang lain

misalnya, mediator TNF dan IL-1 dapat menstimulasi dikeluarkannnya protein

selektin oleh sel endotel.

Mediator bervariasi dalam efek dan jenis sel tempat ia bekerja. Kebanyakan

mediator (terutama yang bersifat hidrofilik) hanya memiliki waktu hidup yang

pendek karena harus segera didegradasi agar tidak menimbulkan respon yang

berlebihan. Terdapat dua macam mediator yang dibagi berdasarkan tempat ia

berasal, yaitu mediator yang berasal dari sel (cell-derived mediators) dan

mediator yang murni dari plasma darah (plasma-derived mediators).

Mediator selular dapat dibagi menjadi beberapa macam, sebagai berikut:

1.

2.

3.

4.

5.

Amina Vasoakti

Amina vasoaktif maksudnya adalah berbagai macam mediator kimia yang

merupakan turunan dari amina, yang dapat bekerja langsung pada sistem

vaskular.

Metabolit Asam Arakidonat (AA)

AA merupakan salah satu turunan asam lemah yang terdiri atas 20 atom C

(Karbon) yang diperoleh dari asupan makanan ataupun konversi dari asam

lenoleat.

Platelet-Activating Factor (PAF)

Merupakan salah satu bentuk mediator yang adalah turunan dari fosfolipid.

Diberi nama PAF karena mediator ini dapat menyebabkan agregasi dari

keping-keping darah, namun sekarang ini ditemukan pula efek dari mediator ini

yang dapat memicu terjadinya inflamasi.

Reactive Oxygen Species (ROS)

ROS, meskipun terlibat dalam pencernaan mikroba dan eliminasi agen radang,

juga dapat dilepaskan ke lingkungan ekstraselular akibat terjadinya frustated-

leukocyte.

Nitrogen Oksida (NO)

NO berperan dalam merelaksasi otot polos vaskular dan mempromosikan

terjadinya vasodilatasi.

Page 32

Page 33: MAKALAH ISI.docx

Imunologi-Inflamasi

6. Sitokin dan Kemokin

a.

b.

Sitokin

Sitokin yang paling banyak berperan dalam inflamasi akut adalah TNF

(α,β,γ) ataupun Interleukin (IL, dari 1 – 20), selain itu terdapat pula

Interferon/IFN (α,β,γ).

Kemokin

Merupakan protein yang bersifat terutama sebagai kemoatraktan untuk

leukosit.

7.

8.

Kandungan Lisosomal dari Leukosit

Kandungan lisosomal dari leukosit yang terdapat dalam granulanya apabila

dilepaskan akan dapat memicu terjadinya respon inflamasi.

Neuropeptida

Disekresikan oleh sel-sel neuron (pada sensorik dan beberapa leukosit tertentu)

yang berperand dalam amplifikasi dari respon inflamasi, misalnya substansi P

dan neurokinin-A.

Inflamasi akut disebabkan oleh penglepasan berbagai mediator yang berasal

dari jaringan rusak, sel mast, leukosit, dan komplemen. Meskipun sebab pemicu

berbeda, namun jalur akhir inflamasi adalah sama, kecuali inflamasi yang

disebabkan alergi (IgE – sel mast) yang terjadi lebih cepat dan dapat menjadi

sistemik. Mediator – mediator tersebut menimbulkan edem, bengkak, kemerahan,

sakit, gangguan fungsi alat yang terkena serta merupakan pertanda klasik inflamasi.

Jaringan yang rusak melepas mediator seperti trombin, histamin dan TNF-α.

Peran yang belum banyak diketahui pada inflamasi ialah peran saraf yang

berhubungan dengan SP yang berperan pada migrasi sel T. NGF merupakan

degranulator poten sel mast dan mitogen sel T dan NP-Y juga merupakan

degranulator poten sel mast.

Mikroba dapat melepas endotoksin dan atau eksotoksin, keduanya memacu

penglepasan mediator pro – inflamasi. LPS adalah komponen dinding sel bakteri

negatif – Gram, aktivator poliklonal sistem imun, memacu penglepasan berbagai

Page 33

Page 34: MAKALAH ISI.docx

Imunologi-Inflamasi

sitokin pro-inflamasi seperti IL-1. IL-6, IL-12, IL-18, TNF-α dan TNF-β. Toksin

bakteri juga merusak jaringan dan memacu penglepasan trombin, histamin, dan

sitokin yang dapat merusak ujung – ujung saraf.

Kejadian tingkat molekular/selular pada inflamasi adalah vasodilatasi,

peningkatan permeabilitas vaskular dan infiltrasi selular. Hal – hal tersebut

disebabkan berbagai mediator kimia yang disebarluaskan keseluruh tubuh dalam

bentuk aktif atau tidak aktif. TNF-α dan IL-1 yang diproduksi makrofag yang

diaktifkan endotoksin asal mikroba berperan dalam perubahan permeabilitas vaskular.

a) Produk Sel Mast

Produk sel mast merupakan mediator penting dalam proses inflamasi.

Beberapa di antaranya menimbulkan vasodilatasi dan edem serta meningkatkan

adhesi neutrofil dan monosit ke endotel. Vasodilatasi meningkatkan persediaan

darah untuk mengalirkan lebih banyak molekul dan sel yang diperlukan untuk

memerangi antigen yang mencetuskan inflamasi.

Sel mast juga melepas mediator atas pengaruh penglepasan NP-Y atau

NGF. Jadi meskipun mediator inflamasi yang mengawali inflamasi akut berbeda,

jalur proses inflamasi akan melibatkan aktivasi sel mast.

Kerusakan jaringan disebabkan cedera atau endotoksin asal mikroba

melepas mediator seperti prostaglandin dan leukotrin yang meningkatkan

permeabilitas vaskular. Sel mast dapat diaktifkan jaringan rusak dan mikroba

melalui komplemen (jalur alternatif atau klasik) dan kompleks IgE – alergen atau

neuropeptida. Mediator inflamasi yang dilepas menimbulkan vasodilatasi.

Page 34

Page 35: MAKALAH ISI.docx

Imunologi-Inflamasi

Gambar 11. Sel Mast pada Inflamasi Akut

1. Mediator preformed

Penglepasan mediator performed merupakan salah satu respon pertama

jaringan terhadap cedera. Agregasi trombosit yang segera terjadi yang menyertai

kerusakan pembuluh darah berhubungan dengan penglepasan serotonin, yang

memacu vasokonstriksi, selanjutnya agregasi trombosit dan pembentukan

sumbatan trombosit.

Mediator performed lainnya yang dilepas adalah histamin, heparin, enzim

lisosom dan protease, faktor kemotaktik neutrofil dan eosinifil. Faktor – faktor

tersebut menginduksi vasodilatasi arus darah ke tempat cedera dan mengerahkan

sel inflamasi spesifik ke tempat. Penglepasan mediator ini berdampak pada

pembuluh darah dan otot sekitar serta menarik sel darah putih tertentu yang

diperlukan dalam respon inflamasi dini.

2. Mediator asal lipid

Oleh membran sel yang rusak, fosfolipid yang ditemukan pada berbagai

jenis sel (makrofag, monosit, neutrofil dan sel mast) dipecah menjadi asam

arakidonat dan LysoPAF. Yang akhir pecah menjadi PAF yang menimbulkan

egregasi trombosit dan berbagai inflamasi seperti kemotaksis, aktivasi dan

degranulasi eosinofil serta aktivasi neutrofil. PAF adalah fosfolipid yang

dibentuk oleh leukosit, makrofag, sel mast dan sel endotel. Efeknya serupa

dengan perubahan yang terjadi melalui IgE pada anafilaksis dan urtikaria dingin

dan juga berperan dalam syok oleh endotoksin.

Asam arakidonat dimetabolisme melalui dua jalur, yaitu siklooksigenase

dan lipoksigenase. Metabolisme asam arakidonat melalui jalur siklooksigenase

menghasilkan prostaglandin (PG) dan TX. Berbagai PG diproduksi oleh berbagai

sel. Monosit dan makrofag menghasilkan sejumlah PGE2 dan PGF2, neutrofil

menghasilkan jumlah sedang PGE2 dan sel mast menghasilkan PGD2. PG

menunjukkan efek fisiologis seperti peningkatan permeabilitas vaskular, dilatasi

vaskular dan induksi kemotaksis neutrofil. TX menimbulkan konstriksi pembuluh

darah dan agregasi trombosit. AA juga dimetabolisme melalui jalur lipoksigenase

yang menghasilkan 4 LT yaitu LTB4, LTC4, LTD4, dan LTE4. 3 diantaranya

(LTC4, LTD4, dan LTE4) bersama dulu disebut SRS-A yang menginduksi

kontraksi otot polos. LTB4 merupakan kemoatraktan poten untuk neutrofil. LT

Page 35

Page 36: MAKALAH ISI.docx

Imunologi-Inflamasi

diproduksi berbagai sel seperti monosit makrofag dan sel mast.

Gambar 12. Penguraian Fosfolipid Membran yang Menghasilkan Mediator

Inflamasi Penting

b) Anafilatoksin Produk Komplemen

Aktivasi sistem komplemen baik lewat jalur klasik dan alternatif

menghasilkan sejumlah produk komplemen yang merupakan mediator inflamasi

penting. Ikatan anafilatoksin (C3a dan C5a) dan reseptornya pada membran sel mast

menginduksi degranulasi dengan penglepasan histamin dan mediator aktif lainnya.

Page 36

Page 37: MAKALAH ISI.docx

Imunologi-Inflamasi

Mediator – mediator tersebut menginduksi kontraksi otot polos dan meningkatkan

permeabilitas vaskular. C3a, C5a, dan C3b67 bekerja bersama dalam menginduksi

monosit dan neutrofil untuk menempel pada endotel vaskular, keluar melalui

endotel kapiler dan bermigrasi ke tempat komplemen diaktifkan di jaringan. Jadi

aktivasi sistem komplemen mengakibatkan keluarnya cairan yang membawa

antibodi dan sel fagosit ke tempat antigen masuk.

Gambar 13. Fungsi Komplemen

C3b yang diikat sel merupakan opsonin yang meningkatkan fagositosis sel yang

dilapisinya

C3a, C5a dan juga C4a (kurang) merupakan produk yang proteolitik,

merangsang pengerahan leukosit dan inflamasi.

Lisis MAC

c) Mediator – Aktivasi Kaskade Reaksi Larut

Kerusakan sel endotel vaskular meningkatkan faktor pembekuan plasma

(Faktor pembekuan XII, Hageman) yang mengaktifkan kaskade fibrin, fibrinolitik

Page 37

Page 38: MAKALAH ISI.docx

Imunologi-Inflamasi

dan kinin.

1. Sistem kinin yang diaktifkan oleh cedera jaringan

Sistem kinin merupakan kaskade enzimatik yang dimulai bila plasma clotting

factor (faktor Hageman – XII) diaktifkan oleh cedera jaringan. Faktor Hageman

tersebut mengaktifkan prekalikrein yang membentuk kalikrein yang mengikat

kininogen membentuk bradikinin. Peptida yang poten ini meningkatkan

permeabilitas vaskular, menimbulkan vasodilatasi, menginduksi sakit dan

memacu kontraksi otot polos (Gambar 5). Kalikrein juga bekerja dengan

mengikat komplemen C5 secara direk yang dijadikan C5a dan C5b).

Gambar 14. Penguraian Fosfolipid Membran (Jalur Kinin) Menghasilkan

Mediator Inflamasi Yang Penting Seperti TX, PG, LT dan PAF

2. Sistem pembekuan

Sistem pembekuan yang menghasilkan fibrin memacu penglepasan

mediator inflamasi. Kaskade enzimatim yang lain yang dipicu oleh kerusakan

pembuluh darah menimbulkan sejumlah besar trombin. Inisiasi respons

inflamasi juga memacu sistem pembekuan melalui interaksi antara P – selektin

dan PSGL – 1 yang disertai dengan penglepasan faktor jaringan dari monosit

yang diaktifkan. Trombin bekerja terhadap fibrinogen larut dalam cairan

jaringan atau plasma yang membentuk benang – benang fibrin yang tidak larut

Page 38

Page 39: MAKALAH ISI.docx

Imunologi-Inflamasi

dan saling bersilangan membentuk bekuan yang berfungsi sebagai sawar

terhadap penyebaran infeksi. Sistem pembekuan dipacu dengan cepat setelah

terjadi kerusakan jaringan untuk mencegah perdarahan dan membatasi

penyebaran patogen yang masuk ke dalam sirkulasi. Fibrinopeptida bekerja

sebagai mediator inflamasi, menginduksi peningkatan permeabilitas vaskular

dan kemotaksis neutrofil. Trombosit yang diaktifkan melepas CD40L yang

meningkatkan produksi sitokin proinflamasi, IL-6 dan IL-8 serta meningkatkan

ekspresi molekul adhesi. Integrin CD11b/CD18 (MAC-1) mengikat dua

komponen sistem pembekuan faktor X dan fibrinogen. Ikatan faktor X dengan

CD11b/CD18 meningkatkan aktivitas faktor X sehingga memacu koagulasi.

Gambar 15. Jalur Fibrin dan Plasmin

3. Sistem fibrinolitik

Pemindahan bekuan fibrin dari jaringan cedera dapat dilakukan melalui

sistem fibrinolitik. Produk akhir dari jalur ini adalah enzim plasmin bentuk aktif

dari plasminogen. Plasmin merupakan enzim proteolitik poten, dapat memecah

bekuan fibrin menjadi produk yang terdegradasi, yang merupakan faktor

kemotaktik untuk neutrofil. Plasmin juga berperan dalam respons inflamasi

dalam mengaktifkan jalur klasik komplemen.

d) Sitokin

Sitokin diperlukan pada awal reaksi inflamasi dan untuk mempertahankan

respons inflamasi kronis. Makrofag memproduksi berbagai sitokin dan efeknya

Page 39

Page 40: MAKALAH ISI.docx

Imunologi-Inflamasi

terlihat pada Tabel 2.

Endotoksin mikroba mengaktifkan makrofag untuk melepas TNF-α dan

IL-1 yang memacu vasodilatasi, melonggarkan hubungan sel – sel endotel,

meningkatkan adhesi neutrofil dan migrasi sel – sel ke jaringan sekitar untuk

memakan mikroba.

Tabel 6. Sitokin yang Diproduksi Makrofag

IL-1,GM-CSF Mengaktifkan respons fase akut serta meningkatkan produksi

neutrofil dan monosit oleh sumsum tulang

TNF-α,IL-1

IL-1,IL-12,IL-18.IL-1

IL-12,IL-18

IL-1,1L-6 dan TNF-α

disebut sitokin

proinflamasi

Meningkatkan adhesi leukosit ke endotel lokal untuk

memungkinkan leukosit bergerak sesuai sinyal kemotaktik dari

kemokin

Aktivator umum sel T

Mengaktifkan masing-masing Th1 dan sel NK yang

meningkatkan penglepasan IFN-γ dan TNF

Efek lokal :

Induksi molekul adhesi (ICAM) pada endotel

Menarik neutrofil ke tempat cedera

Efek sistemik :

Terhadap hipotalamus menimbulkan demam dan anoreksi

Merangsang sumsum tulang, mengerahkan neutrofil (jumlah

meningkat)

Terhadap hati untuk memproduksi APP (CRP, MBP dan SAP)

Terhadap lemak dan otot, pengaruh terhadap metabolisme

protein dan energi

Mengaktifkan fase awal respons imun spesifik

2.9 Terminasi – Respons Perbaikan

Respons inflamasi akut dikontrol oleh sitokin anti inflamasi (IL-4 , IL-10 , dan

TGF-β) , respons sitokin yang larut seperti Sil-1 , sTNF-αR , sIL-6R, sIL-12R , produk

sistem endoktrin seperti kortikosteroid , kortikotropin dan aMSH. Kortikosteroid dikenal

sebagai anti-inflamasi dan dapat mencegah produksi hampir semua mediator pro-inflamasi

dan aMSH , menurunkan suhu , sintesis IL-2 dan PG. Kortikotropin mencegah sintesis

IFN-γ.

NP-α, somastostatin dan VIP menekan inflamasi dengan mencegah poliferasi dan

Page 40

Page 41: MAKALAH ISI.docx

Imunologi-Inflamasi

migrasi sel. Bila fase inflamasi sudah dinetralkan oleh molekul anti-inflamasi ,

penyembuhan jaringan dimulai dengan melibatkan berbagai sel seperti fibroblas dan

makrofag. Sel –sel tersebut memproduksi kolagen yang diperlukan untuk perbaikan

jaringan.

Sifat penyembuhan yang disebabkan oleh cedera tergantung dari luas kerusakan

jaringan dan jenis jaringan yang cedera. Jaringan dapat ditandai sebagai labil (berubah-

ubah terus ) stabil (berproliferasi bila dirangsang) dan permanen (sel tidak dapat

memperbaiki diri sendiri). Bila sudah tidak ada pemusnahan sel dalam jaringan kembali

ke keadaan normal melalui resolusi respons inflamasi. Bila terjadi pemusnahan sel

jaringan permanen hanya dapat sembuh dengan perbaikan melalui regenerasi bila

kerusakan tidak berat dan jaringan dibawahnya tidak rusak.

2.10 PENANGANAN PADA SAAT TERJADI INFLAMASI

Ketika kita mengemuka kasus inflamasi pada hewan maupun manusia, hal pertama

yang mesti kita lakukan adalah memberikan pertolongan kepada pasien. Pertolongan yang

dapat dilakukan adalah dengan memberikan obat anti inflamasi sebelum. Berikut akan

dijelaskan lebih mendetail menganai obat anti inflamasi: Obat Anti-inflamasi Nonsteroid

2.10.1 Jenis Obat Anti-inflamasi Nonsteroid

Obat anti-inflamasi nonstreoid (OAINS) merupakan kelompok obat yang

paling banyak dikonsumsi di seluruh dunia untuk mendapatkan efek analgetika,

antipiretika, dan anti-inflamasi.9 OAINS merupakan pengobatan dasar untuk

mengatasi peradangan-peradangan di dalam dan sekitar sendi seperti lumbago,

artralgia, osteoartritis, artritis reumatoid, dan gout artritis. Disamping itu,

OAINS juga banyak pada penyakit-penyakit non-rematik, seperti kolik empedu

dan saluran kemih, trombosis serebri, infark miokardium, dan dismenorea.

OAINS merupakan suatu kelompok obat yang heterogen, bahkan

beberapa obat sangat berbeda secara kimia. Walaupun demikian, obat-obat ini

mempunyai banyak persamaan dalam efek terapi maupun efek samping.15

Prototip obat golongan ini adalah aspirin, karena itu OAINS sering juga disebut

sebagai obat-obat mirip aspirin (aspirin-like drug). Aspirin-like drugs dibagi

dalam lima golongan, yaitu:

1. Salisilat dan salisilamid, derivatnya yaitu asetosal (aspirin), salisilamid,

diflunisal

Page 41

Page 42: MAKALAH ISI.docx

Imunologi-Inflamasi

2.10.2

2. Para aminofenol, derivatnya yaitu asetaminofen dan fenasetin

3. Pirazolon, derivatnya yaitu antipirin (fenazon), aminopirin (amidopirin),

fenilbutazon dan turunannya

4. Antirematik nonsteroid dan analgetik lainnya, yaitu asam mefenamat dan

meklofenamat, ketoprofen, ibuprofen, naproksen, indometasin, piroksikam,

dan glafenin

5. Obat pirai, dibagi menjadi dua, yaitu (1) obat yang menghentikan proses

inflamasi akut, misalnya kolkisin, fenilbutazon, oksifenbutazon, dan (2) obat

yang mempengaruhi kadar asam urat, misalnya probenesid, alupurinol, dan

sulfinpirazon.

Sedangkan menurut waktu paruhnya, OAINS dibedakan menjadi:

1. AINS dengan waktu paruh pendek (3-5 jam), yaitu aspirin, asam flufenamat,

asam meklofenamat, asam mefenamat, asam niflumat, asam tiaprofenamat,

diklofenak, indometasin, karprofen, ibuprofen, dan ketoprofen.

2. AINS dengan waktu paruh sedang (5-9 jam), yaitu fenbufen dan piroprofen.

3. AINS dengan waktu paruh tengah (kira-kira 12 jam), yaitu diflunisal dan

naproksen.

4. AINS dengan waktu paruh panjang (24-45 jam), yaitu piroksikam dan

tenoksikam.

5. AINS dengan waktu paruh sangat panjang (lebih dari 60 jam), yaitu

fenilbutazon dan oksifenbutazon.

Aspek Farmakodinamik Obat Anti-inflamasi Nonsteroid

Semua OAINS bersifat antipiretik, analgesik, dan anti-inflamasi.

1. Efek Analgesik

Sebagai analgesik, OAINS hanya efektif terhadap nyeri dengan

intensitas rendah sampai sedang, misalnya sakit kepala, mialgia, artralgia,

dismenorea dan juga efektif terhadap nyeri yang berkaitan dengan

inflamasi atau kerusakan jaringan. Efek analgesiknya jauh lebih lemah

daripada efek analgesik opioat, tetapi OAINS tidak menimbulkan ketagihan

dan tidak menimbulkan efek samping sentral yang merugikan. Untuk

menimbulkan efek analgesik, OAINS bekerja pada hipotalamus,

menghambat pembentukan prostaglandin ditempat terjadinya radang, dan

mencegah sensitisasi reseptor rasa sakit terhadap rangsang mekanik.

Page 42

Page 43: MAKALAH ISI.docx

Imunologi-Inflamasi

2.

3.

Efek Antipiretik

Temperatur tubuh secara normal diregulasi oleh hipotalamus.

Demam terjadi bila terdapat gangguan pada sistem “thermostat”

hipotalamus. Sebagai antipiretik, OAINS akan menurunkan suhu badan

hanya dalam keadaan demam. Penurunan suhu badan berhubungan dengan

peningkatan pengeluaran panas karena pelebaran pembuluh darah

superfisial. Antipiresis mungkin disertai dengan pembentukan banyak

keringat. Demam yang menyertai infeksi dianggap timbul akibat dua

mekanisme kerja, yaitu pembentukan prostaglandin di dalam susunan

syaraf pusat sebagai respon terhadap bakteri pirogen dan adanya efek

interleukin-1 pada hipotalamus. Aspirin dan OAINS lainnya menghambat

baik pirogen yang diinduksi oleh pembentukan prostaglandin maupun

respon susunan syaraf pusat terhadap interleukin-1 sehingga dapat

mengatur kembali “thermostat” di hipotalamus dan memudahkan pelepasan

panas dengan jalan vasodilatasi.

Efek Anti-inflamasi

Inflamasi adalah suatu respon jaringan terhadap rangsangan fisik atau

kimiawi yang merusak. Rangsangan ini menyebabkan lepasnya mediator

inflamasi seperti histamin, serotonin, bradikinin, prostaglandin dan lainnya

yang menimbulkan reaksi radang berupa panas, nyeri, merah, bengkak, dan

disertai gangguan fungsi. Kebanyakan OAINS lebih dimanfaatkan pada

pengobatan muskuloskeletal seperti artritis rheumatoid, osteoartritis, dan

spondilitis ankilosa. Namun, OAINS hanya meringankan gejala nyeri dan

inflamasi yang berkaitan dengan penyakitnya secara simtomatik, tidak

menghentikan, memperbaiki, atau mencegah kerusakan jaringan pada

kelainan muskuloskeletal.

Meskipun semua OAINS memiliki sifat analgesik, antipiretik dan

anti-inflamasi, namun terdapat perbedaan aktivitas di antara obat-obat

tersebut. Salisilat khususnya aspirin adalah analgesik, antipiretik dan anti-

inflamasi yang sangat luas digunakan. Selain sebagai prototip OAINS, obat

ini merupakan standar dalam menilai OAINS lain. OAINS golongan para

aminofenol efek analgesik dan antipiretiknya sama dengan golongan

salisilat, namun efek anti-inflamasinya sangat lemah sehingga tidak

Page 43

Page 44: MAKALAH ISI.docx

Imunologi-Inflamasi

digunakan untuk anti rematik seperti salisilat. Golongan pirazolon memiliki

sifat analgesik dan antipiretik yang lemah, namun efek anti-inflamasinya

sama dengan salisilat.

2.11 MAKANAN PENYEBAB INFLAMASI

1. Makanan siap saji

Segala bentuk makanan yang siap saji, sudah diproses, dan dibungkus adalah

daftar pertama penyebab inflamasi. Kenapa? Sebab di dalamnya banyak terkandung

pemanis alami, zat aditif, minyak berbahaya, dan bahan lain yang tidak diketahui

asalnya.

2. Lemak jenuh

Kedua, makanan penyebab inflamasi adalah lemak jenuh yang biasa

ditemukan pada mentega. Kue dan roti yang dijual di pasaran pun sebaiknya

diwaspadai karena bisa saja bahannya berbahaya bagi kesehatan.

3. Daging (kecuali ikan tangkapan di sungai atau laut)

Baik itu daging sapi atau ayam, jika terlalu banyak mengonsumsinya, sebab

inflamasi akan mengancam kesehatan Anda. Jadi batasi jumlahnya sesuai dengan

kebutuhan nutrisi tubuh.

4. Gorengan

Makanan gorengan sudah jelas membawa pengaruh buruk bagi tubuh.

Makanan tersebut rupanya juga menyebabkan inflamasi.

5. Gula putih dan pemanis

Termasuk di dalamnya soda dan jus instan, seluruhnya memicu inflamasi bagi

tubuh. Anda tidak harus menghindari gula seutuhnya, namun cobalah mencari

alternatif pemanis yang lebih menyehatkan.

6. Pemanis sintetis

Pemanis sintetis seperti Nutrasweet, Splenda, saccharin, aspartame,

AminoSweet, dan yang lain harus benar-benar dijauhi. Seluruhnya menyebabkan

inflamasi dan masalah kesehatan yang serius.

7. Garam

Sebenarnya garam tidak terlalu berbahaya. Namun Anda harus memilih jenis

garam yang tepat yang mengandung mineral alami lain, bukan cuma sodium saja.

8. Zat aditif

Page 44

Page 45: MAKALAH ISI.docx

Imunologi-Inflamasi

Segala makanan yang mengandung zat aditif, seperti pewarna, penguat rasa,

stabilisator, dan pengawet sebaiknya tidak dikonsumsi. Ironisnya, kebanyakan

makanan yang mengandung zat aditif justru semakin banyak dijual untuk anak-anak.

9. Produk susu

Beberapa produk susu, seperti es krim, keju, yogurt, dan lainnya, sekarang ini

sering disajikan secara tidak alami. Misalnya ditambahkan hormon, antibiotik, dan

bahan berbahaya lainnya.

10. Produk tepung terigu

Banyak kondisi kesehatan serius yang dilaporkan akibat berlebihan dalam

mengonsumsi produk tepung terigu. Parahnya, sekarang makin banyak produk

tepung yang diolah secara tidak alami.

11. Gluten

Gluten bisa dibilang sebagai protein jahat dalam tepung terigu. Maka dari itu

Anda juga perlu menghindarinya untuk mencegah inflamasi.

12. Alkohol

Terakhir, penyebab inflamasi yang juga harus dijauhi adalah alkohol.

Meskipun demikian, ada juga para ahli yang membolehkan wanita mengonsumsi

segelas dan pria sebanyak dua gelas alkohol dalam sehari.

2.12 PROSES PENYEMBUHAN DAN PERBAIKAN JARINGAN

Proses Penyembuhan dan perbaikan jaringan terjadi dalam 4 tahap, yaitu :

1. Resolusi

Resolusi adalah hasil penyembuhan ideal & terjadi pada respons radang akut

hingga cedera minor atau cedera dengan nekrosis sel parenkim minimal. Jaringan

dipulihkan ke keadaan sebelum cedera. Proses resolusi meliputi :

Pembuluh darah kecil di daerah peradangan kembali ke permeabilitas normalnya.

Aliran cairan yang keluar pembuluh darah berhenti.

Cairan yang sudah dikeluarkan dari pembuluh darah diabsorpsi oleh limfatik.

Sel-sel eksudat mengalami disintegrasi keluar melalui limfatik atau benar-benar

dihilangkan dari tubuh.

Namun, apabila jumlah jaringan yang dihancurkan cukup banyak maka resolusi

tidak terjadi.

2. Regenerasi

Page 45

Page 46: MAKALAH ISI.docx

Imunologi-Inflamasi

Regenerasi adalah penggantian sel parenkim yang hilang dengan pembelahan

sel parenkim yang bertahan di sekitarnya. Hasil akhirnya adalah penggantian unsur-

unsur yang hilang dengan jenis sel-sel yang sama.

Faktor-faktor penentu regenerasi :

kemampuan regenerasi sel yang terkena cedera. (kemampuan untuk membelah).

Jumlah sel viabel yang bertahan.

Keberadaan / keutuhan kerangka jaringan ikat yang cedera, atau keutuhan

arsitektur stroma.

3. Perbaikan / Pemulihan dengan Pembentukan Jaringan Ikat

Pertumbuhan jaringan ikat muda ke arah dalam daerah peradangan disebut

organisasi.Jaringan ikat yang tumbuh itu disebut jaringan granulasi.

Secara mikroskopik jaringan Granulasi terdiridari pembuluh-pembuluh darah

kecil yang baru terbentuk (angioblas),fibroblas,sisa sel radang (berbagai jenis

leukosit; makrofag, limosit, eosinofil, basofil, & neutrofil) , bagian cairan eksudat,&

zat dasar jaringan ikat longgar setengah cair. Fibroblas & angioblas pada jaringan

granulasi yang berasal dari fibroblas & Kapiler di sekelilingnya yang sebelumnya

ada. Organisasi terjadi jika :

Banyak sekali jaringan yang menjadi nekrotik,

Eksudat peradangan menetap & tidak menghilang,

Massa darah (hematom) atau bekuan-bekuan darah tidak cepat menghilang.

Bukti organisasi yang paling awal biasanya terjadi beberapa hari setelah

dimulainya reaksi peradangan. Setelah kurang lebih satu minggu, jaringan granulasi

masih cukup longgar & selular. Pada saat ini, fibroblas jaringan granulasi sedikit

demi sedikit mulai menyekresikan prekursor protein kolagen yang larut, saat ini

sedikit demi sedikit akan mengendap sebagai fibril-fibril di dalam ruang intersisial

jaringan granulasi. Setelah beberapa waktu,semakin banyak kolagen yang tertimbun

didalam jaringan granulasi,yang sekarang secara bertahap semakin matang menjadi

jaringan ikat kolagen yang agak padat atau jaringan parut..Walaupun jaringan parut

telah cukup kuat setelah kira-kira 2 minggu, proses remodeling masih terus

berlanjut,serta densitas & kekuatan jaringan parut ini juga meningkat. Jaringan

granulasi,yang pada awalnya cukup selular & vaskula, lambat laun kurang selular &

kurang vaskular serta menjadi kolagen yang lebih padat.

4. Penyembuhan luka

Page 46

Page 47: MAKALAH ISI.docx

Imunologi-Inflamasi

Proses penyembuhan luka yang mudah dipahami adalah proses penyembuhan pada

luka kulit. Proses penyembuhan luka terbagi menjadi 2 macam yaitu :

1.

2.

Penyembuhan primer ( healing by first intention)

Penyembuhan Sekunder ( healing by secondintention )

Hari Pertama pasca bedah. Setelah luka disambung & dijahit, garis insisi segera

terisi oleh bekuan darah yang membentuk kerak yang menutupi luka. Reaksi

radang akut terlihat pada tepi luka. Dan tampak infiltrat polimorfonuklear yang

mencolok.

Hari Kedua. Terjadi Reepitelialisasi permukaan & pembentukan jembatan yang

terdiri dari jaringan fibrosa yang menghubungkan kedua tepi celah subepitel.

Keduanya sangat tergantung pada anyaman fibrin pada bekuan darah., karena ini

memberikan kerangka bagi sel epitel, fibroblas, dan tunas kapiler yang

bermigrasi. Jalur-jalur tipis sel menonjol di bawah permukan kerak, dari tepi

epitel menuju ke arah sentral. Tonjolan ini berhubungan satu sam lain, dengan

demikian luka telah tertutup oleh epitel.

Hari Ketiga , Respon radang akut mulai berkurang, neutrofil digantikan oleh

makrofag yang membersihkan tepi luka dari sel-sel yang rusak dan pecahan

fibrin.

Hari Kelima ,Celah insisi biasanya terdiri dari jaringan granulasi yang kaya

pembuluh darah dan longgar. Dapat dilihat adanya serabut-serabut kolagen

dimana-mana.

Akhir Minggu Pertama ,Luka telah tertutup oleh epidermis dengan ketebalan

yang lebih kurang normal, dan celah subepitel yang telah terisi jaringan ikat kaya

pembuluh darah ini mulai membentuk serabut-serabut kolagen.

Minggu Kedua, Fibroblas& pembuluh darah berploriferasi terus menerus, dan

tampak adanya timbunan progresif serabut kolagen. Kerangka fibrin sudah

lenyap. Jaringan parut masih tetap berwarna merah cerah sebagai akibat

peningkatan vaskularisasai. Luka belum memiliki daya rentang yang cukup

berarti. Reksi radang hampir seluruhnya hilang.

Akhir Minggu Kedua, Struktur jaringan dasar parut telah mantap. Jaringan parut

berwarna lebih muda akibat tekanan pada pembuluh darah, timbunan

kolagen & peningkatan daya rentang luka.Luka bedah yang sembuh sempurna

tidak akan mencapai kembali daya rentang,ekstensibilitas,& elastisitas yang

Page 47

Page 48: MAKALAH ISI.docx

Imunologi-Inflamasi

dimiliki oleh kulit normal.

2.13 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYEMBUHAN LUKA

1. Koagulasi; Adanya kelainan pembekuan darah (koagulasi) akan menghambat

penyembuhan luka sebab hemostasis merupakan tolak dan dasar fase inflamasi.

2. Gangguan sistem Imun (infeksi,virus); Gangguan sistem imun akan menghambat

dan mengubah reaksi tubuh terhadap luka, kematian jaringan dan kontaminasi. Bila

sistem daya tahan tubuh, baik seluler maupun humoral terganggu, maka

pembersihan kontaminasi dan jaringan mati serta penahanan infeksi tidak berjalan

baik.

3. Gizi (kelaparan, malabsorbsi), Gizi kurang juga: mempengaruhi sistem imun.

4. Penyakit Kronis; Penyakit kronis seperti TBC, Diabetes, juga mempengaruhi sistem

imun.

5. Keganasan; Keganasan tahap lanjut dapat menyebabkan gangguan sistem imun yang

akan mengganggu penyembuhan luka.

6. Obat-obatan; Pemberian sitostatika, obat penekan reaksi imun, kortikosteroid dan

sitotoksik mempengaruhi penyembuhan luka dengan menekan pembelahan

fibroblast dan sintesis kolagen.

7. Teknik Penjahitan; Tehnik penjahitan luka yang tidak dilakukan lapisan demi

lapisan akan mengganggu penyembuhan luka.

8. Kebersihan diri/Personal Hygiene; Kebersihan diri seseorang akan mempengaruhi

proses penyembuhan luka, karena kuman setiap saat dapat masuk melalui luka bila

kebersihan diri kurang.

9. Vaskularisasi baik proses penyembuhan berlangsung; cepat, sementara daerah yang

memiliki vaskularisasi kurang baik proses penyembuhan membutuhkan waktu lama.

10. Pergerakan, daerah yang relatif sering bergerak; penyembuhan terjadi lebih lama.

11. Ketegangan tepi luka, pada daerah yang tight (tegang) penyembuhan lebih lama

dibandingkan dengan daerah yang loose.

2.14 MACAM – MACAM PENYAKIT INFLAMASI (RADANG)

Penyakit inflamasi (radang) yang sering terjadi, yaitu :

Page 48

Page 49: MAKALAH ISI.docx

Imunologi-Inflamasi

1. Penyakit Radang Kulit

Penyakit Radang kulit, dermatitis, merupakan suatu gejala pada kulit saat jaringan

terinfeksi oleh bakteri atau virus. Penyakit radang kulit ini tidak merupakan penyakit

seumur hidup. Ia hanya akan menimbulkan rasa yang tidak nyaman dan mengurangi

penampilan diri. Kombinasi antara perawatan kesehatan mandiri dan pengobatan

medis akan menghilangkan penyakit radang kulit.

2. Penyakit Radang Tenggorokan

Penyakit radang ini ditandai dengan rasa nyeri di tenggorokan sehingga si penderita

radang susah sekali saat menelan makanan. Penyakit Radang tenggorokan atau

faringitis akut sering diikuti dengan gejala flu seperti demam, sakit kepala, pilek,

dan batuk. Disebarkan oleh virus EBV atau kuman Strep.

3. Penyakit RadangSendi

Penyakit Radang sendi, osteoarthritis, adalah salah satu arthritis yang disebabkan

oleh berkurangnya cartilage terutama di daerah persendian. Cartilage sendiri

merupakan substansi protein yang menjadi semacam “oli” bagi tulang dan

persendian. Ketika cartilage mengalami penurunan dalam jumlah, selanjutnya

struktur tulang akan tergerus.

4. Penyakit Radang Usus Buntu

Penyakit Radang usus buntu merupakan peradangan pada usus buntu, yaitu sebuah

usus kecil yang berbentuk jari yang melekat pada usus besar di sebelah kanan

bawah rongga perut. Usus buntu yang mengalami peradangan kadang-kadang pecah

terbuka, yang menyebabkan peradangan selaput perut (peritonitis).

BAB III

PENUTUP

Page 49

Page 50: MAKALAH ISI.docx

Imunologi-Inflamasi

3.1 KESIMPULAN

Berdasarkan uraian tinjauan pustaka di atas maka dapat disimpulkan bahwa Radang

atau inflamasi adalah reaksi jaringan hidup terhadap semua bentuk jejas yang berupa

reaksi vascular yang hasilnya merupakan pengiriman cairan, zat-zat yang terlarut dan sel-

sel dari sirkulasi darah ke jaringan interstitial pada daerah cedera atau nekrosis. Tujuan

inflamasi yaitu untuk memperbaiki jaringan yang rusak serta mempertahankan diri

terhadap infeksi. Tanda-tanda inflamasi adalah berupa kemeraham (rubor), panas (kalor),

nyeri (dolor), pembengkakan (tumor), dan function laesa.

Secara garis besar tahapan inflamasi dibagi menjadi 2 tahap :

1.

2.

Inflamasi akut

Inflamasi akut adalah inflamasi yang terjadi segera setelah adanya rangsang

iritan. Pada tahap ini terjadi pelepasan plasma dan komponen seluler darah ke dalam

ruang-ruang jaringan ekstraseluler. Termasuk didalamnya granulosit neutrofil yang

melakukan pelahapan (fagositosis) untuk membersihkan debris jaringan dan mikroba.

Inflamasi kronis

Inflamasi kronis terjadi jika respon inflamasi tidak berhasil memperbaiki

seluruh jaringan yang rusak kembali ke keadaan aslinya atau jika perbaikan tidak

dapat dilakukan sempurna.

Penanagan yang dapat diberikan ketika mendapati pasian mengalamai radang

atau inflamasi yakni dapat dilakukan dengan cra pemberian obat anti inflamasi.

Karena obat anti inflamasi memiliki sifat analgesik, antipiretik dan anti-inflamasi,

3.2 SARAN

Meskipun perkembangan teknologi dalam bidang Imunologi sudah berkembang

pesat, akan tetapi sebagai manusia kita tidak boleh lengah dalam kemudahan. Kita,

khususnya sebagai mahasiswa harus menyikapi suatu fenomena, kepentingan, dan

permasalahan dengan bijaksana. Hal ini berdasarkan pada tujuan dari imun itu sendiri

yaitu melindungi dari gangguan benda asing dari luar, kita sebagai mahasiswa haru bisa

menyesuaikan diri seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi.

DAFTAR PUSTAKA

Page 50

Page 51: MAKALAH ISI.docx

Imunologi-Inflamasi

Abrams, G.D. (1995). Respon tubuh terhadap cedera. Dalam S. A. Price & L. M. Wilson,

Patofisiologi: Konsep klinis proses-proses penyakit (4th ed.)(pp.35-61)(Anugerah, P.,

penerjemah). Jakarta: EGC (Buku asli diterbitkan 1992).

Albini A, Sporn MB. The tumour microenvironment as a target for chemoprevention. Nat Rev

Cancer . 2007 Feb;7(2):139-47.

Anas, Khairul.2011. Penertian Inflamasi. Khairul-anas.blogspot.com. Diakses Tanggal 20

November 2013.

Bratawidjaja KG dan Rengganis I, 2010, Imunologi Dasar Edisi ke-9, FKUI Jakarta

Dorland, W.A.N. (2002). Kamus Kedokteran Dorland (Setiawan, A., Banni, A.P., Widjaja, A.C.,

Adji, A.S., Soegiarto, B., Kurniawan, D., dkk , penerjemah). Jakarta: EGC. (Buku asli

diterbitkan 2000).

Guyton, A.C. & Hall, J.E. (1997). Buku ajar fisiologi kedokteran (9th ed.) (Setiawan, I., Tengadi,

K.A., Santoso, A., penerjemah). Jakarta: EGC (Buku asli diterbitkan 1996).

Idaman, Rumah. 2010. Inflamasi. Bersamainok.Blogspot.com. Diakses Tanggal 29 November

2013.

Jeramai, Gubug.2009. Bagaimana Proses Terjadinya Inflamasi. Word Press.com. Diakses

Tanggal 29 Novemeber 2013.

Mitchell, R.N. & Cotran, R.S. (2003). Acute and chronic inflammation. Dalam S. L. Robbins &

V. Kumar, Robbins Basic Pathology (7th ed.)(pp33-59). Philadelphia: Elsevier Saunders.

Moco.2013.Inflamasi dan Kanker.Word Press. com. Diakses Tangagal 29 November 2013.

Rukmono (1973). Kumpulan kuliah patologi. Jakarta: Bagian patologi anatomik FK UI.

Robbins, S.L. & Kumar, V. (1995). Buku ajar patologi I (4th ed.)(Staf pengajar laboratorium

patologi anatomik

Sunato.2010. Proses Inflamasi. Nato 14 Blogspot.com. Diakses Tanggal 29 November 2013.

Page 51