isi pengkajian fisik pada mata

39
Pengkajian Fisik pada Sistem Sensori Pengkajian Oftalmik Dalam pemeriksaan mata, akan dimulai dengan anamnesa kepada pasien. Dalam wawancara ini pasien akan ditanyakan mengenai keluhannya, riwayat penyakit kini, penyakit dahulu, dan penyakit keluarga. Dengan anamnesa dan kerja sama yang baik, maka akan sangat membantu dalam pembuatan diagnosa. Peran perawat dalam perawatan mata meliputi pengkajian maupun pendidikan pasien dan perawatan tindak lanjut. Dalam menjalankan peran ini perawat berkolaborasi bersama berbagai personel perawatan kesehatan dan spesialis mata. Pengkajian mata dan struktur pendukungnya harus diperhitungkan sebagai komponen pemeriksaan neurologis karena mata teretak dikepala dan secara 1

Upload: nadiya-reskiana

Post on 10-Nov-2015

44 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

pengkajian fisik pada mata

TRANSCRIPT

Pengkajian Fisik pada Sistem Sensori

Pengkajian Oftalmik

Dalam pemeriksaan mata, akan dimulai dengan anamnesa kepada pasien. Dalam wawancara ini pasien akan ditanyakan mengenai keluhannya, riwayat penyakit kini, penyakit dahulu, dan penyakit keluarga. Dengan anamnesa dan kerja sama yang baik, maka akan sangat membantu dalam pembuatan diagnosa.Peran perawat dalam perawatan mata meliputi pengkajian maupun pendidikan pasien dan perawatan tindak lanjut. Dalam menjalankan peran ini perawat berkolaborasi bersama berbagai personel perawatan kesehatan dan spesialis mata. Pengkajian mata dan struktur pendukungnya harus diperhitungkan sebagai komponen pemeriksaan neurologis karena mata teretak dikepala dan secara langsung berhubungan dan secara structural merupakan bagian dari system saraf. Pengkajian oftalmik merupakan komponen neurovisual pemeriksaan sensoris. Metode pengkajian oftalmik yang berguna bagi perawat disajika disini. Diasumsikan bahwa keterampilan yang lebih detil dan spesifik dari yang akan ditampilkan disini masih diperlukan pada bagian oftamolog khusus.

Pengkajian oftalmik harus berisi tinjauan ringkas sebagai komponen pemeriksan fisik umum atau sebagai pemeriksaan teliti, selektif mata itu sendiri. Derajat potensial keterlibatan oftalmik menetukan kapan diperlukan evaluasi khusus atau hanya singkat saja. Ada tiga bidang pengkajian oftalmik yang ditujukan yaitu : pengambilan riwayat, pemeriksaan fisik, dan diagnostic khusus oftalmik dan prosedur refraktif.

Riwayat Olfalmik

Sebelum melakukan pengkajian fisik mata, perawat harus mendapatkan riwayat oftalmik, medis, dan terapi pasien, dimana semuanya dapat saja berperan dalam kondisi oftamik sekarang. Informasi yang harus diperoleh meliputi informasi mengenai penurunan tajam pengelihtan dan upaya keamanan dan tergantung pada alasan melakukan pemeriksaan oftalmik.Riwayat keadaan oftalmik sangat penting saat mnyimpulkan data dasar. Kita harus menyelidiki setiap riwayat kelainan mata, seperti katarak, glaucoma, pelepasan retina, atau penurunan tajam pengelihatan. Pendekatan ditujukan pada factor resiko yang berhubungan dengan usia. Riwayat harus meliputi pertanyaan mengenai glaucoma, penyakit hipertensi, trauma mata, pembedahan mata, dan penyakit lain yang mengganggu ketajaman pengelihatan. Juga penting mengidentifikasi tanggal awitan dan penanganan keadaan tersebut, dan apakah pasien pernah mengalami prosedur oftalmik noninvasive, seperti terapi laser atau fotokoagulasi.

Riwayat gejala oftalmik seperti fotofobia, nyeri kepala, pusing, nyeri okuler atau dahi, mata gatal, keluar air mata, floater, dan setiap rabas mata harus diperoleh. Bila ada keluhan nyeri, dikaji sehubungan dengan lokasi, awitan,durasi, penurunan ketajaman pengelihatan yang diakibatkannya, keadaan saat nyeri timbul, upaya menguranginya, dan beratnya. Perubahan dalam gangguan ketajaman pengelihatan atau medan pengelihatan atau identifikasi. Penting juga menentukan apakah kondisi tersebut unilateral atau bilateral.

Pasien ditanyai mengenai apakah ia pernah menjalani koreksi refraksi dan pengukuran ketajaman pengelihatan, bila diketahui. Menggunakan lensa koreksi untuk pengelihatan dekat atau jauh, atau keduanya, dan efektifitas refraksi harus dicatat. Informasi yang lain yang penting meliputi pengenggunaan obat oftalmik yang dijual bebas atau dengan resep yang sedang dipakai. Riwayat keluarga mengenai kelainan oftalmik juga harus dikaji dan memasukkan pertanyaan mengenai glaucoma, kebutaan, penyakit hipertensi, katarak, dan diabetes, begitu pula respon terhadap terapi penyakit-penyakit tersebut.

Riwayat Medis yang Berkaitan Banyak kelainan yang menyertai dan bermanifestasi gejala okuler dan perubahan nyata pada struktur dan fungsi pengelihatan. Diabetes militus dan hipertensi adalah penyebab tersering gangguan pembuluh darah ouler dan bertanggung jawab pada retinopati dan kebutaan pada sebagian populasi yang terkena. Penting menentukan riwayat penyakit emboli, karena emboli yang sangat kecil dapat berjalan sampai ke arteri retina sentralis dan mengakibatkan penyumbatan, menyebabkan hilangnya peredaran darah retina dan pengelihatan.

Miastina gravis dapat bermanivestasi sebagai gejala okuler, yang tampak sebagai patosis pada awal awitan penyakit ini. Neuritis optikus sering terjadi pada pasien dengan sklerosis multiple. Trauma kepala yang baru atau penyakit neurologis berat lain dapat menghasilkan temuan oftalmik seperti papiledema, defek lapang pandang dan perubahan pupil. Sakit kepala migren dapat berhubungan gejala oftalmik.

Informasi penting lain yang berhungan meliputi rigamen obat yang sedang dipakai pasien. Banyak obat mempunyai efek oftalmik dan dapat mempengaruhi ketajaman pegelihatan. Misalnya, obat simpatomimetik atau vagolitik dapat menghasilkan dilatasi pupil menetap. Obat lain seperti morfin sulfat, dapat menyebabkan konstriksi pupil. Beberapa obat dapat mempengaruhi otot ekstraokuler sehingga mata menjadi tidak segaris. Obat lainnya mempengaruhi produksi humor aquaeus oleh badan silier. Obat yang mempengaruhi keseimbangan cairan misalnya, diuretika dapat menurunkan tekanan intraokuler dengan hilangnya cairan.

Riwayat Psikososial

Daerah pengkajian penting lainnya meliputi psikologis, demografis, dan keprihatinan lingkungan rumah. Hal ini terutama penting bagi perawat kesehatan rumah ketika mengevaluasi lingkungan sekeliling pasien yang menderita gangguan pengelihatan. Pendekatan lingkungan harus menyertakan tentang keamanan di lingkungan hidup, iklim, kebersihan, hama dan serangga, paparan terhadap iritan eksternal dan factor lain yang dapat mempengaruhi kesehatan oftalmik. Bukti pola penyiksaan fisik dapat terlihat dalam bentuk lebam mata.

Ketika menanyakan tentang riwayat pasien, kita harus memperhitungkan efek keadaan oftalmik terhadap aktivitas pasien pada kehidupan sehari-hari bergantung pada ketajaman pengelihatan. Keamanan dan kebersihan fungsi dapat terancam oleh penurunan ketajaman pengelihatan. Mengendarai kendaraan bermotor, mengasuh anak, dan keterampilan lain yang ddigunakan orang lain dalam kehidupan sehari-hari dapat terpengaruh oleh kelainan mata. Gaya hidup pasien jenis pekerjaan, aktivitas hiburan dan olahraga harus dievaluasi. Pasien ditanyai apakah masalah oftalmik yang dilaporkan telah mempengaruhi fungsi yang biasa dilakukan. Kemmudian perawat dapat mengkaji bagaimana pasien menghadapi masalh tersebut.

Kepuasan psiklogis dapat dicapai melalui pengelihatan dapat disejajarkan dengan kenikmatan mendengarkan music. Kehilangan bentuk masukan sensoris bentuk ini sangat mengganggu pada beberapa orang, khususnya bila kehilangan pengelihatannya terjadi mendadak. Mereka yang emngalami kebuataan congenital cendrung sudah beradaptasi dengan dunianya secara baik. Mereka yang kehilangan pngelihatannya mendadak lebih sulit menyesuaikan diri setelah sekian lama manggantungkan diri pada pengelihatan untuk menjajahi dunia dan mempergunakan masukan sensoris tersebut untuk mengadakan hubungan manusiawi. Mereka yang pengelihatannya terganggu cendrung menggunakan indara lain seperti pendengaran dan perabaan, yang kemuadian menjadi lebih akut. Sangat penting untuk menentukan apa yang dapat memfasilitasi komunikasi, pemahaman, dan arti bagi mereka. Suara seseorang bisa sangat berarti bagi seseorang yang mengalami gangguan pengelihatan, sementara yang lain mungkin menggangtungkan diri lebih pada perabataan. Penting untuk mengetahui masukan sensori mata yang berarti bagi individu tersebut sehingga personel perawatan kesehatan dapat mengadaptasi komunikasi yang dibutuhkan, seperti orientasi terhadap lingkungan dan asuhan oftalmik.

Pendekatan Gerentologik

Penyebab utama masalah pengelihatan di Amerika Serikat adalah kelainan yang terjadi terutama pada lansia. Pengkajian system pendukung pada perawat yang tersedia bagi pasien lansia sangat penting. Perjanjian tindak lanjut dn perawatan harus meliputi perjalanan, yang dapat menjadi masalah logistic utama dan juga mahal. Masalah keamanan hrus diperhitungkan bila pasien mempunyai penurunan pengelhatan atau memerlukan transportasi setelah pemberian obat dilatasi pupil dan sikloplegia. Pemeriksaan oftalmik menyeluruh kadang memerlukan waktu yang sangat lama. Banyak pasien lansia merasa kesulitan saat harus mempertahankan posisi untuk waktu yang lama akibat masalah musculoskeletal, seperti artritis.

Pengkajian Ketajaman Pengelihatan

Mata memberikan stimuli visual ke korteks oksipital. Tajam pengelihatan sangat penting untuk diuji, karena merupakan fungsi mata yang penting. Harus dilakukan paling awal sehingga pengelihatan sudah dapat dikaji sebelum kita benar-benar menyentuh mata. Uji formal ketajaman pengelihatan harus merupakan bagian dari setiap data dasar pasien. Tajam pengelihatan diuji dengan kartu mata (kartu snellen) yang diletakkan 6 meter dari pasien atau menggunakan kartu dekat. Pasien diminta untuk menutup salah satu mata dengan selembar kertas atau karton, agar kedua mata tetap terbuka, dan membaca setiap bagris pada kartu sampa huruf yan tercetak tidal lagi dikenali. Bila pasien menggunakan lensa koreksi ketajaman pengelihatan harus dikoreksi dengan dan tanpa menggunakan lensa.

Buta huruf dapat diatasi dengan menggunakan kartu snellen yang menampilkan huruf E dengan empat posisi yang berbeda. Kartu ini juga berguna untuk mengkaji ketajaman pengelihatan anak /berumur 5 tahun. Pemeriksaan kasar ketajaman pengelihatan dapat dilakukan ditempat tidur menggunakan teknik dasar. Pengkajian tersebut seperti persepsi terhadap cahaya, gerakan tangan, menghitung jari, dan membaca sangat mudah dilakukan dan dapat memberi informasi praktis mengenai pengelihatan pasien.

Ketajaman pengelihatan diekspresikan dalam rasio yang membaningkan bagaimana seseorang dengan pengelihatan normal melihat jarak 20 kaki dengan yang dilihat pasien dari jarak 20 kaki. Ketajaman pengelihatan 20/50 berarti psaien dapat melihat dari 20 kaki jauhnya sedangkan orang normal mampu melihatnya pada jarak 50 kaki; 20/200 batas kebutuhan legal, menunjukkan bahwa pasien dapat melihat pada 20 kaki sedangkan mata normal dapat melihatnya pada jarak 200 kaki. Pasien seerti ini hanya dapat membaca dengan akurat huruf besar di baris paling atas kartu snellen. Pasien yang taja pengelihatannya masih kurang dari 20/20 ketika sudah dikoreksi dengan kacamatnya sendiri harus dirujuk keahli oftamologi atau optometris.

Setelah usia 40 tahun, lensa mata mulai menjadi kaku dan tak mampu mengakomodasi bentuknya terhadap pandangan jarak dekat. Dengan meminta pasien membaca surat kabar dengan jarak satu kaki adalah uji skrining umum untuk presbiopia. Pasien yang mengalami kesulitan dgan pemeriksaan ini harus dirujuk ke spesialis untuk evaluasi lebih lanjut.PEMERIKSAAN MATA

Teknik yang biasanya dipergunakan dalam pemeriksaan oftalmologis adalah inspeksi dan palpasi. Inspeksi visual dilakukan dengan instrumen oftalmik kusus dan sumber cahaya. Palpasi bisa dilakukan untuk mengkaji nyeri tekan mata dan deformitas dan untuk mengeluarkan cairan dari puncta. Palpasi juga dilakukan untuk mendeteksi secara kasar (jelas terlihat) tingkat tekanan intraokuler.

Seperti pada semua pemeriksaan fisik, perawat menggunakan pendekatan sistematis, biasanya dari luar kedalam. Struktur eksternal mata dan bola mata dievaluasi terlebih dahulu ; kemudian diperiksa struktur internal.

PEMERIKSAAN FISIK MATA

Struktur eksternal mata diperiksa terutama dengan inspeksi. Struktur ini meliputi alis, kelopak mata, bulu mata, aparatus lakrimalis, konjungtiva, kornea, kamera anterior, iris dan pupil.

Ketika melakukan pemeriksaan dari luar ke dalam, perawat pertama-tama melakukan observasi keadaan umum mata dari jauh, mencatat adanya simetri umum dan posisi dan kesejajaran mata. Meskipun tak ada satu pun mata yang benar-benar identik, pada dasarnya ukuran dan konfigurasinya sama. Variasi dari satu sisi dengan sisi lainnya menunjukan adanya atrofi atau peningkatan dimensi, seperti terjadi pada tumor atau pembengkakan dalam rongga orbita. Kedua mata harus relative sama warnanya, meskipun mungkin ada yang warnanya berbeda. Warna mata menjadi pucat sesuai pertambahan usia, penyakit depigmentasi, dan berbagai penyakit autoimun.

Alis diobservasi mengenai kuantitas dan penyebaran rambutnya. Kelopak mata diinspeksi warna , keadaan, kulit, dan ada-tidaknya serta arah tumbuhnya bulu mata. Batas kelopak diperiksa adanya lesi seperti bintitan atau tumor. Terkadang pada patah tulang dasar tengkorak di fosa anterior, darah dapat merembes dari robekan dura ke rongga orbita ; hematoma yang terjadi menyebabkan gambaran mata hitam yang dikenal sebagai mata raccoon. Pasien dengan patah tulang dikaji adanya kebocoran cairan serebrospinal dari hidung yang menyertainya (rinorea). Batas orbita dipalpasi untuk adanya defek. Iregularitas tepi tulang orbita bisa terjadi pada patah tulang blow-out orbita atau patah tulang wajah. Dapat terjadi terjeratnya otot ekstraokuler atau traktus saraf krania. Juga dicatat adanya jaringan parut, pembengkakan, lepuh, leserasi, cedera lain dan adanya benda asing.

KELOPAK MATA

Posisi kelopak mata dikaji dalam hubungannya dengan bola mata. Posisi kelopak dan simetri merupakan bagian sangat penting pada pemeriksaan saraf otak (SO). Untuk mengkaji (SO) III, perawat meminta pasien untuk menutup mata secara ringan untuk menentukan apakah mata bisa tertutup secara penuh. Pembukaan mata mengkaji SO VII.

Setelah mata terbuka, posisi kelopak diobservasi untuk melihat apakah keduanya simetris dan batas bawahnya berhenti pada bagian iris sama tinggi. Tidak boleh terlihat sclera di atas atau di bawah kornea. Posisi kelopak harus simetris, dan kelopak mata atas harus tepat melintasi limbus kornea dan di atas pupil. Kelopak tidak boleh menutupi, yang dapat mengganggu pengelihatan. Iris, kornea atau sclera tidak dapat terlihat secara utuh pada keadaan istirahat saat wawancara. Terlihatnya bagian mata yang lebih dari biasa mengindikasikan adanya protrusi, atau eksoftalmos, yang mungkin diakibatkan oleh hipertiroidisme atau masa dalam orbita.

Eksoftalmos klasik, seperti pada penyakit Grave (hipertiroidisme), diperkirakan merupakan proses autoimun yang berakibat inflamasi orbita dan pembengkakan otot dan lemak. Protrusi unilateral dapat berhubungan dengan masa dalam orbita, seperti tumor, sementara protrusi bilateral menunjukan adanya edema umum. Retraksi kelopak dapat menyerupai keadaan seperti mata yang mengalami protrusi.

Mata dan kelopak mata orang yang kekurangan nutrisi atau dehidrasi nampak seperti tenggelam atau cekung karena lemak dan cairan yang tersimpan di belakang bola mata hilang. Ptosis (turunnya kelopak) dapat disebabkan oleh edema, kelemahan otot, defek congenital, atau masalah neurologis (SO III) yang disebabkan oleh trauma atau penyakit.

Kelopak mempunyai peran penting pada integritas mata. Kelopak melindungi mata dari benda asing dengan refleks mengejapkan mata. Pengkajian releks mengejap yang utuh merupakan bagian pemeriksaan saraf pusat. Dan penentuan tingkat kesadaran. Interval mengejap volunter sangat individual sifatnya dan harus dikaji dengan baik.

Akhirnya, perawat mengobservasi arah kelopak mata. Kelopak harus terletak merata pada permukaan mata. Kelopak yang melengkung ke luar dinamakan ektropion; kelopak mata seperti ini tak dapat menutup dengan baik dan mata eksternal dapat terpajan dan kering. Kelopak yang melengkung ke dalam dinamakan entropion. Bulu mata pada kelopak yang begini akan menjadi senjata tajam, dan terjadi iritasi kornea ketika mengejapkan mata dan kontak dengan kulit dan rambut. Penyakit kronik mata dapat merusaknya, menghasilkan posisi dan penutupan kelopak yang abnormal. Kenyataanya, banyak pasien dengan infeksi kelopak kronik kemudian mengalami kekeringan mata dan ulkus abrasi kornea akibat iritasi persisten dan kehilangan bulu mata.

BULU MATA

Perawat kemudian harus memeriksa bulu mata untuk posisi dan distribusinya. Biasanya selain berfungsi sebagai pelindung mereka dapat juga menjadi iritan bagi mata bila menjadi panjang dan salah arah. Bulu mata yang panjang dan tak teratur dapat mengakibatkan iritasi kornea. Orang yang menderita depigmentasi abnormal, albinisme, infeksi kronik, dan penyakit autoimun bulu matanya akan memutih, atau poliosis.

SYSTEM LAKRIMAL

Struktur dan fungsi pembentukan dan drainase air mata harus dikaji. System lakrimal tersusun atas bagian sekresi dan drainase. Air mata aqueus diproduksi oleh kelenjar air mata yang terletak di bawah orbita lateral atas. Bila dicurigai pembesaran kelenjar, kelopak mata atas harus dieversi untuk memajankan dan menginspeksi kelenjar mengenai adanya pembengkakan dan inflamasi. Lapisan air mata secara umum mengenai kelembaban atau kekeringannya. Dengan melakukan uji Schimer merupakan cara yang mudah untuk mendeteksi jumlah produksi air mata. Selembar kertas seperti lakmus dilipat dan diselipkan di kelopak mata bawah dan dibiarkan selama 5 menit. Kertas tersebut digunakan seperti sumbu, untuk menyerap air mata yang dihasilkan. Uji ini dapat dilakukan dengan atau tanpa anestesi local. Setelah 5 menit, diukur kembasahan kertas. Hasil uji dinyatakan normal bila kebasahannya 10 mm; kebasahan yang melebihi 25 mm menunjukan kelebihan produksi air mata.

Komponen drainase system lakrimal meliputi puncta, kanalikuli, sakus lakrimalis, dan duktus nasolakrimalis. Drainase pertama kali dikaji dengan mengobservasi punkta. Merupakan muara kecil, oval di kantus medial bagian atas dan bawah yang berfungsi mengalirkan air mata ke kanalikuli. Merupakan bagian atas system drainase air mata untuk kemudian dialirkan ke sakus dan duktus lakrimalis. Terkadang puncta mengalami inflamasi dan Nampak merah dan mencucu. Edema dan eksudat dapat menyumbat bagian atas system lakrimalis. Akibatnya air mata akan membanjir ke muka. System drainase lakrimalis dapat mengalami inflamasi dan penyumbatan, mengakibatkan sakus menggelembung pada sisi jembatan hiding. Sering terjadi pada anak-anak. Eksudat dan cairan lain yang keluar dikaji mengenai warna, lokasi dan perkiraan jumlahnya. Obstruksi dan inflamasi duktus lakrimalis sering dapat diidentifikasi dengan meraba sisi hidung dekat kantus medial mata. Daerah tersebut dikaji mangenai adanya nyeri tekan dan pembesaran. Setiap bentuk cairan yang keluar dari puncta harus dicatat dan digambarkan. PEMERIKSAAN MATA ANTERIOR

Sclera dan konjungtiva bulbaris diinspeksi secara bersama. Kelopak dilebarkan dibuka dengan meletakkan telunjuk pada kelopak mata atas pasien dan ibu jari pada bagian bawah agar terhindar dari trauma jaringan lunak. Ketika kelopak mata dibuka dengan lembut, pasien diminta melihat ke atas, bawah, dan ke kedua sisi. Konjungtiva bulbaris yang tampak dari luar diinspeksi. Kapiler kecil normalnya terlihat pada konjungtiva, dan sclera fibrosa normalnya putih.

Tapi, pada orang berkulit gelap, sclera kadang tampak kekuningan; merupakan temuan yang normal, jangan dikacaukan dengan ikterik, kekuningan sclera yang ditemukan pada penyakit hati dan empedu. Sclera tampak kebiruan bila sangat tipis. Konjungtiva palpebra kelopak mata bawah dapat langsung diinspeksi dengan menyuruh pasien melihat ke atas sementara kelopak mata ke bawah dieversi dengan tarikan lembut batas kelopak mata atas juga harus dieversi untuk melihat konjungtiva palpebranya.

Mata dibagi dalam dua kamera: anterior dan posterior. Lokasi kamera segmen anterior memungkinkan inspeksi kasar tanpa menggunakan instrumen khusus. Kamera posterior, sebaliknya, hanya bisa dilihat dengan instrumen dengan cahaya, cermin, atau pembesar.

MENGINSPEKSI KONJUNGTIVA PALPEBRA ATAS Untuk memeriksa konjungtiva palpebra atas, misalnya untuk mengambil benda asing atau mengkaji warna atau asupan darah sclera, perlu melakukan eversi kelopak mata atas sebagai berikut:

1. Minta pasien memandang ke bawah. Terangkan apa tujuannya, kemudian pegang dengan lembut bulu mata atas di antara ibu jari dan telunjuk dan tarik ke depan.

2. Letakkan batang kecil, seperti spatel lidah atau lidi kapas, pada lipatan tarsus. Dengan lembut lipat kelopak mata ke belakang sementara pasien tetap melihat ke bawah.

3. Gunakan ibu jari untuk mempertahankan bulu mata ke alis. Kemudia lakukan observasi adanya benda asing, kemerahan berlebihan, eksudat, atau perdarahan (biasanya terletak dekat limbus kornea dan menyebar ke luar). Periksa juga vaskularisasinya, perhatikan apakah pembuluh darah bergerak sesuai gerakan mata. Konjungtiva harus dapat bergerak bebas pada permukaan sclera. PEMERIKSAAN KORNEA

Biasanya lampu slit digunakan untuk memeriksa kornea secara cermat; namun, perawat dapat melakukan observasi berbagai keadaan menggunakan lampu senter kecil. Hal pertama yang harus diobservasi adalah keadaan umum kornea. Untuk melakukan inspeksi permukaan kornea, pemeriksa menyorotkan senter pada bagian anterior. Normalnya, kornea tampak halus dengan pantulan cahaya seperti cermin, terang, simetris, dan tunggal. Irregularitas segera dapat mendeteksi adanya defek pada pantulan cahaya pada kornea. Pantulan cahaya yang berpendar menunjukan permukaan yang ireguler atau edema kornea.

Kemudian, kejernihan kornea diobervasi. Kornea harus transparan sehingga cahaya dapat melaluinya secara bebas. Bila kornea dan kamera anterior jernih, gambara iris detil iris dapat dilihat jelas. Kornea diobservasi mengenai adanya parut, yang biasanya tampak putih kelabu. Parut menunjukan adanya trauma, pembedahan atau infeksi sebelumnya. Pengkabutan kornea terlihat pada kasus edema kornea, seperti pada glaukoma akut, pascatrauma, dan pembedahan, atau setiap kejadian yang merusak epitel. Biasanya kornea tidak mengandung pembuluh darah. Tumbuhnya pembuluh darah ke kornea atau menonjolnya pembuluh darah di sekitar perimeter harus dicatat. Pembuluh darah seperti ini tidak normal dan dapat mengganggu pengelihatan. Bayangan yang tercetak di iris menunjukan lesi kornea atau pergeseran ke depan kamera anterior. Untuk mengevaluasi bentuk kornea, kedalaman kamera anterior, perawat dapat mengarahkan senter secara oblik dari sisi pasien. Temuan dapat meliputi keratokonus, kornea yang menggelembung runcing disebabkan oleh penipisan lapisan kornea atau pendataran kamera akibat dekompresi, yang dapat diakibatkan oleh ruptur bola mata atau luka operasi terbuka, atau peningkatan tekanan intraokuler karena iris menonjol ke depan.

Kornea melindungi mata karena sifatnya yang sangat sensitif. Ketika hanya teriritasi ringan, seperti adanya selembar bulu mat, dapat menginduksi refleks kornea. Sensitivitas kornea dikaji dengan menyapukan serabut kapas bersih yang berbeda pada masing-masing kornea, hati-hati jangan sampai menyentuh kelopak atau bulu mata. Uji ini akan menimbulkan kejapan mata segera dan sama, bilateral dan pengeluaran air mata.

Pada orang sadar, refleks kornea dapat dirangsang dengan mengetuk ringan kelopak mata atas yang menutupi kornea. Bila kornea utuh, pasien akan mengejapkan mata. Benda asing di kormea akan menimbulkan gejala nyeri, fotofobia, dan pengeluaran air mata. Trauma kornea dapat mengakibatkan gejala berat dan menyulitkan pemeriksaan. Untuk memeriksa kornea dan struktur mata lainnya, mungkin diperlukan anestesi topical. Anestesi dapat bekerja segera, membebaskan pasien dari rasa nyeri, dan memudahkan pemeriksaan.

Untuk mendeteksi ulkus kornea atau benda asing, dapat diberikan pewarna fluoresin topical sebelum pemeriksaan. Pewarna fluoresin akan melekat pada epitel yang terkelupas dan tampak hijau terang ketika disinari dengan lampu slit, lampu khusus yang digunakan untuk memeriksa mata.

Pewarna merah, Bengal akan mewarnai defek epitel lebih baik daripada fluoresin, namun biasanya digunakan untuk mendiagnosis penyakit konjungtiva, seperti keratokonjungtivitis sika, suatu inflamasi pada mata anterior akibat kekeringan. Bila seseorang mengalami rupture bola mata, atau lubang pada kornea, jangan sekali-kali diberikan tetes mata karena dapat masuk ke dalam mata dan merusak sel endotel yang tak dapat beregenerasi. Perlu diingat, pewarna topical dapat menodai lensa kontak; jadi, lensa harus dilepas sebelum pemberian pewarna.

Limbus harus diperiksa adanya penyebaran pembuluh darah atau adanya warna merah gelap, yang terlihat pada inflamasi traktus uvea. Pasien usila terkadang mengalami, arkus senilis, suatu cicin keabuan jinak di sekeliling batas kornea. Namun, bila terdapat pasien muda, menunjukan adanya peningkatan kadar kolesterol serum.

PEMERIKSAAN IRIS DAN KAMERA ANTERIOR

Sementara memeriksa kornea, humor aqueus di kamera anterior dikaji mengenai kejernihannya. Pada keadaan tertentu, terdapatnya sel dan pengkabutan (flare) dalam humor aqueus dapat terlihat. Pengkabutan ini disebabkan oleh peningkatan bahan seperti protein akibat inflamasi di dalam kamera anterior, meninggalkan sel darah putih dan derbis infeksius. Pengumpulan nanah di kamera anterior dinamakan hipopoin. Pembuluh darah dalam struktur kamera anterior dapat mengalami cedera atau rapuh atau ruptur, menyebabkan tertumpahnya darah ke dalam rongga ini. Darah di dalam kamera anterior dinamakan hifema. Kedua keadaan ini dapat dilihat lebih jelas setelah pasien duduk tegak sehingga gravitasi menarik material ke bawah, membentuk batas cairan yang dapat terlihat di kamera anterior.

Iris diperiksa bentuk, simetri dan warnanya. Tidak ada dua iris yang sama, sehingga setiap orang adalah unik. Iris diinspeksi kontinuitasnya dan adanya gambaran yang tidak biasa. Bila pembuluh darah berkembang atau pembuluh darah yang ada mengalami distensi, seperti pada proses inflamasi, baru dapat terlihat pada iris. Pembuluh darah berkelok-kelok yang terdapat pada penderita diabetes dinamakan rubeosis irides.

PEMERIKSAAN PUPIL

Pupil adalah lubang di tengan iris. Ketika kita memeriksa pupil, kita mengkaji reaksi terhadap cahaya dan pandangan dekat dengan konvergensi, misalnya, untuk mengevaluasi gangguan system saraf pusat (SSP) atau pada tekanan intracranial. Iris dapat berubah ukurannya untuk mengontrol cahaya yang masuk ke dalam mata. Ketika sel fotosensitif retina terkena cahaya terang, pupil yang normal akan segera berkonstriksi secara regular dan konsentris. Reaksinya harus cepat dan simetris. Akan terjadi reaksi konstriksi simultan pada pupil mata yang lain.

Konstriksi pupil mata yang dirangsang dinamakan refleks cahaya direk, sementara konstriksi pupil yang sebelahnya dinamakan refleks cahaya inderek atau konsensual. Reaksi konsensual dievaluasi pada kedua mata. Eksplorasi mengenai fenomena ini memungkinkan kita membedakan antara kebutaan akibat kerusakan saraf optikus atau kebutaan karena penyakit sentral. Pada mata yang mengalami kerusakan saraf, rangsangan cahaya langsung tidak menghasilkan respon pupil, tapi pada mata yang tidak rusak, cahaya langsung akan membangkitkan respon pada mata yang rusak. Reaksi lambat atau tidak adanya reaksi dapat terjadi pada kasus peningkatan tekanan intrakranial.

Bila pasien dapat mengikuti perintah, perawat dapat menguji reaksi pupil terhadap pengelihatan dekat dan konvergensi. Pupil tak akan bereaksi terhadap akomodasi yang dilakukan oleh lensa (penyesuaian yang terjadi ketika pengelihatan digeser dari jauh ke dekat). Namun, akan berkonstriksi ketika mata berkonvergensi (menyilang) pada benda yang sangat dekat. Dapat diobservasi paling jelas dengan meminta pasien memfokuskan pada benda dengan jarak tertentu dan mengikuti jari pemeriksa, yang digerakan mendekat 3 sampai 5 inci dari hidung pasien. Sebagai respons, pupil normalnya akan berkonstriksi ketika mata berkonvergensi untuk memfokuskan pada jari pemeriksa. Akomodasi lensa tak dapat diobservasi tapi hanya diasumsikan.

Penyakit autonomic, misalnya, akibat sifilis atau diabetes, dapat mengakibatkan pupil tidak dapat merespons terhadap cahaya tapi dapat merespons terhadap akomodasi. Pupil seperti ini dinamakan pupil Argyll Robertson.

Meskipun pupil harus kurang lebih sama ukuran dan bentuknya, namun prosedur seperti implantasi lensa, iridektomi, defek traumatic dan kongenital, atau anisokoria kongenital, dapat menyebabkan perbedaan bentuk. Misalnya defek berbentuk lubang kunci atau baji pada iris menunjukan pernah dilakukan iridektomi, untuk menurunkan tekanan intraokuler.

Beberapa pasien dengan peningkatan tekanan intraokuler dapat mengalami perubahan pupil yang memerlukan pemeriksaan berseri. Pasien yang mengalami cedera otak lateral murni dapat memperlihatkan tanda pupil unilateral yang tegas. Misalnya, pupil dapat berbentuk oval tepat sebelum ia mengalami dilatasi penuh dan fiksasi. Hal ini mengarahkan adanya lesi pada sisi pupil yang terkena dan merupakan tanda awal namun samar peningkatan intrakranial.

Bila semua temuan pada pemeriksaan pupil normal, biasanya didokumentasikan dan disingkat PERRLA ; pupils equal, round and reactive to light and accommodation (pupil seimbang, bulat, dan bereaksi terhadap cahaya dan akomodasi) dengan mengingat bahwa akomodasi hanya bisa dikaji pada pasien yang sadar dan kooperatif, dan bukan akomodasi melainkan konvergensi dekat lensa yang menyebabkan konstriksi pupil. Temuan deskriptif lainnya harus didokumentasi secara detil dengan kata-kata yang jelas.

Pemeriksaan Lensa Kristalina

Tentu saja kita tidak dapat melihat lensa, meskipun melalui pandangan menyudut ke dalam pupil yang dilatasi,kita hanya dapat melihat pantulan ringan kapsul anterior. Orang dengan katarak lanjut (mata lensanya menjadi buram dan pupil Nampak berkabut dan berwarna putih keabuan. Pada bayi baru lahir,pupil harus di[eriksa juga untuk mengetahui bila ada katarak congenital. Pupil putih (leukokoria) menunjukan adanya katarak tapi bias juga menunjukkan tumor intraokuler seperti retinoblastoma. Beberapa ahli menyebutkan mata kucing. Setiap bahan opak yang menghambat pupil dapat menutup jalannya cahaya sehingga menghalangi penglihatan. Bila terjadi pada anak dibawah 6 tahun, dapat mengakibatkan amblilopia dan penglihatan yang buruk.

Trauma mata langsung dapat mngenai lensa sehingga lepas ke dalam vitreus atau kamera anterior,atau bias juga terperangkap dalam pupil. Pada saat pemeriksaan lampu slit, kadang dapat dilihat zonula dengan bagian lensa yang melekat padanya. Kelainan jaringan ikat,seperti terlihat pada sindrom marfan,biasanya berhubungan dengan dislokasi lensa.

Pemeriksaan Segmen Posterior

Karena struktur posterior terletak di belakang struktur anterior yang dapat terlihat, maka tidak dapat dilihat degan observasi tradisional. UNtuk memeriksa segmen posterior dan humaor vitreus, diperlukan meium yang jernih. Hukum ibu jari berunyi bil pasien dapat melihat keluar, kita dapat dapat melihat ke dalam. Pemeriksaan humor vitreus, retina, dan struktur posterior lain perlu menggunakan oftalmoskop,yang memerlukan latihan dan ketrampilan yang memadai. Pada beberapa keadaan, evaluso fundus (bagian dalam mata) bukan merupakan fungsi keperawatan biasa. Tapi, perawat telah terlatih dalam spesialisasi oftalmik, yang dapat melakukan pemeriksaan fisik, tau yang menjalankan fungsi praktik keperawatan lanjut dapat menerapkan ketrampilan ini.

Idealnya pupil pasien harus didilatasi untuk mempermudah pemeriksaan dan ruangan harus cukup gelap untuk meminimalkan reaksi alamiah terhadap cahaya dan memudahkan pemeriksa membedakan berbagai struktur yang ada. Biasanya diberikan obat tetes mata seperti fenileprin atau siklopentat untuk mendilatasi pupil,yang memungkinkan visualisasi fundus secara penuh. Namun obat tersebut juga dapat menggangu penglihatan selama beberapa jam setelah pemeriksaan sehingga pasien memerlukan kaca mata hitam untuk mencegah reaksi fotofobia dan perlu dibimbing orang lain untuk pulang.

Pada keaadan yang jarang, dilatasi pupil dapat mencetuskan serangan glaukoma takut karena pupil menumpuk ke trabekulum yang sempit,menyumbat drainase humor aqueus.

Kita harus ingat akan hal ini bila akan memberikn obat tetes mata untuk mendilatasi pasien yang mempunyai riwayat glaucoma sudut sempit. Obat lain yang menyebabkan dilatasi pupil,seperti atrofin,dapat mengakibatkan hasil yang sama pada pasien.Pemeriksaan MataKelengkapan dan keluasaan pengkajian mata bergantung pada informasi yang diperlukan. Secara umum tujuan pengkajian mata adalah mengetahui bentuk dan fungsi mata. Sebelum melakukan pengkajian, perawat harus menyakinkan tentang tesedianya sumber penerangan/lampu yang baik dan ruang gelap untuk tujuan tertentu. Pasien harus diberi tahu sebelumnya sehingga ia dapat bekerja sama. Untuk mempermudah pengkajian, perawat dapat berdiri atau duduk di hadapan pasien. Dalam setiap pengkajian, selalu ingat bahwa normalnya mata berbentuk bulat/sferik. Dalam pengkajian mata, inspeksi merupakan teknik yang paling penting yang dilakukan sebelum palpasi. Peralatan yang perlu dipersiapkan bergantung pada tujuan pengkajian yang dilakukan. Secara umum dapat di persiapkan Oftalmoskop dan Penutup mata.A. INSPEKSIDalam inspeksi, bagian-bagian mata yang perlu di amati adalah bola mata, kelopak mata,konjungtiva, sclera, dan pupil.Cara inspeksi mata1. Amati bola mata terhadap adanya protrusi, gerakan mata, lapang pandang, dan visus

2. Amati kelopak mata, perhatikan bentuk dan setiap kelainan dengan cara sebagai berikut:

a. Anjurkan pasien melihat ke depanb. Bandingkan mata kanan dan mata kiric. Anjurkan pasien menutup kedua matad. Amati bentuk dan keadaan kulit pada kelopak mata, serta pada bagian pinggirkelopak mata, catat setiap ada kelainan, misalnya adanya kemerah-merahan.

e. Amati pertumbuhan rambut pada kelopak mata terkait dengan ada/tidaknya bulu mata, merata atau tidak dan posisi bulu mata.f. Perhatikan keluasaan mata atas, atau dalam membuka atau sewaktu mata membuka (ptosis)3. Amati konjungtiva dan sclera dengan cara sebagai berikut

INCLUDEPICTURE "C:\\DOCUME~1\\Acer\\LOCALS~1\\Temp\\moz-screenshot-1.jpg" \* MERGEFORMATINET

INCLUDEPICTURE "C:\\DOCUME~1\\Acer\\LOCALS~1\\Temp\\moz-screenshot-2.jpg" \* MERGEFORMATINET

a. Anjurkan pasien untuk melihat lurus ke depan

b. Amati konjungtiva untuk mengetahui ada/tidaknya kemerah-merahan , keadaan vaskularisasi, serta lokasinya.c. Tarik kelopak mata bagian bawah ke bawah dengan mengunakan ibu jarid. Amati keadaan konjungtiva dan kantong konjungtiva bagian bawah, catat bila didapatkan infeksi atau pus atau bila warnanya tidak normal, misalnya anemis.

e. Bila diperlukan, amati konjungtiva bagian atas, yaitu dengan cara membuka/membalik kelopak mata atas dengan perawat berdiri di belakang pasien

f. Amati warna sklera saat memeriksa konjungtiva yang pada keadaan tertentu warnanya dapat menjadi ikterik.4. Amati warna iris serta ukuran dan bentuk pupil . Kemudian lanjutkan dengan mengevaluasi reaksi pupil terhadap cahaya. Normalnya bentuk pupil adalah sama besar (isokor). Pupil yang mengecil disebut miosis, amat kecil disebut pinpoint, sedangkan pupil yang melebar/dilatasi disebut midriasis. Cara inspeksi gerakan mataa. Anjurkan pasien untuk melihat lurus kedepan

b. Amati apakah kedua mata tetap diam atau bergerak secara spontan (nistagmus) yaitu gerakan ritmis bola mata, mula-mula lambat bergerak ke satu arah, kemudian dengan cepat kembali keposisi semula.

c. Bila ditemukan adanya nistagmus, amati bentuk, frekuensi (cepat atau lambat), amplitude (luas/sempit), dan durasi nya (hari/minggu).

d. Amati apakah kedua mata memandang lurus ke depan atau salah satu mengalami deviasi

e. Luruskan jari telunjuk anda dan dekatkan dengan jarak sekitar 15-30 cm.

f. Beri tahu pasien untuk mengikuti gerakan jari anda dan pertahankan posisi kepala pasien. Gerakkan jari anda kedelapan arah untukk mengetahui fungsi 6 otot mata.

Cara inspeksi lapang pandanga. Berdiri di depan pasienb. Kaji kedua mata secara terpisah yaitu dengan cara menutup mata yang tidak diperiksac. Beri tahu pasien untuk melihat lurus kedepan dan menfokuskan pada satu titik pandang misalnya hidung andad. Gerakan jari anda pada suatu garis vertical/dari samping, dekatkan ke mata pasien secara perlahan lahane. Anjurkan pasien untuk memberi tahu sewaktu mulai melihat jari andaf. Kaji mata sebelahnya Pemeriksaan visus

a. Siapkan kartu Snellen atau kartu yang lain untuk pasien dewasa atau kartu gambar untuk anak-anak.b. Atur kursi tempat duduk pasien dengan jarak 5 atau 6 m dari kartu Snellen .c. Atur penerangan yang memadai sehingga kartu dapat di baca dengan jelas.d. Beri tahu pasien untuk menutup mata kiri dengan satu tangan.e. Pemeriksaan mata kanan dilakukan dengan cara pasien disuruh membaca mulai dari huruf yang paling besar menuju huruf yang kecil dan catat tulisan terakhir yang masih dapat dibaca oleh pasien f. Selanjutnya lakukan pemeriksaan mata kiri.

Kartu Snellen di buat sedemikian rupa sehingga huruf tertentu yang dibaca dengan pusat optic mata (nodal point) membentuk sudut sebesar 50 untuk jarak tertentu. Hasil pemeriksaan visus ditulis secara terpisah antara mata kanan (OD) dan mata kiri (OS) yang dinyatakan dengan pembilang/penyebut. Pembilang menyatakan jarak antara kartu Snellen dengan mata, sedangkan penyebut menyatakan jarak suatu huruf tertentu harus dapat dilihat oleh mata yang normal.B. PALPASI

Palpasi pada mata dikerjakan dengan tujuan untuk mengetahui takanan bola mata dan mengetahui adanya nyeri tekan. Untuk mengukur tekanan bola mata secara lebih teliti diperlukan alat Tonometri yang memerlukan keahlian khusus.

Cara palpasi untuk mengetahui tekanan bola mata

1. Beri tahu pasien untuk duduk2. Anjurkan pasien untuk memejamkan mata3. Lakukan palpasi pada kedua mata. Bila tekanan bola mata meninggi, mata teraba keras. Pengkajian funduskopi

Pengkajian funduskopi dilakukan paling akhir. Pengkajian ini dikerjakan untuk mengetahui susunan retina dengan mengunakan alat oftalmoskop. Untuk dapat melakukan hal ini, diperlukan pengetahuan anatomi dan fisiologi mata yang memadai serta keterampilan khusus dalam mengunakan alat. Cara kerja pengkajian Funduskopi

1. Atur posisi pasien duduk dikursi2. Beri tahu pasien tentang tindakan yang akan dilakukan3. Teteskan 1-2 tetes obat yang dapat melebarkan pupil dalam jangka pendek, misalnya Tropikamid (bila tidak ada kontradiksi)4. Atur cahaya ruangan agak redup5. Duduk dikursi dihadapan pasien6. Beri tahu pasien untuk melihat secara tetap pada titik tertentu dan anjurkan untuk tetap mempertahankan sudut pandangnya tanpa berkedip.7. Bila pasien atau anda memakai kacamata, hendaknya dilepas dahulu.8. Pegang Oftalmoskop, atur lensa pada angka 0, nyalakan dan arahkan pada pupil mata dari jarak sekitar 30 cm sampai anda temukan red reflex yang merupakan cahaya pancaran dari retina. Bila letak oftalmoskop tidak tepat, reed reflex tidak akan muncul. Red reflex juga tidak muncul pada berbagai gangguan, misalnya katarak.9. Bila red reflex sudah ditemukan, dekatkan oftalmoskop secara perlahan kemata pasien. Bila pasien myopia, atur control kearah negative (merah). Bila pasien hipertropia, atur control ke arah positif (hitam).10. Amati fundus secara sistematis yang di awali dengan mengamati pembuluh darah besar. Catat bila ditemukan kelainan. Lanjutkan pengamatan dengan membandingkan ukuran arteri dan vena yang normalnya mempunyai perbandingan 4:5. Kemudian amati warna macula yang normalnya tampak lebih terang daripada retina. Berikutnya amati warna, batas, dan pigmentasi dan diskus optikus. Normalnya diskus optikus berbentuk melingkar, berwarna merah muda agak kuning, batas terang dan tetap dengan jumlah pigmen yang bervariasi. Lalu amati warna retina, kemungkinan ada pendarahan, dan setiap ada kelainan.11. Bandingkan mata kanan dan kiri.12. Catat hasil pengkajian dengan jelas13. Setelah pengkajian selesai, teteskan Pilokarpin 2% untuk menetralisasi dilatasi pada mata yang di amati (pada pasien yang ditetesi Tropikamid)14. Tunggu/pastikan pasien dapat melihat sepeti semula. Pemeriksaan Lainnya

Ada banyak pemeriksaan penunjang lainnya pada mata seperti keratoskope ( bentuk kornea), tes buta warna (Ishihara), Eksoptalmometer dari Hertel, Optalmodinamometer (pengukur tekanan arteri di retina), x-ray : Foto orbita, Comberg tes, FFA (Flourecein Fundus angiografi), USG, CT scan, MRI, elektroretinografi, metaloloketer, Visual Evoked Potensial untuk menilai transmisi impuls dari rerina sampai korteks oksipital.

Evaluasi Diagnostik

Oftalmoskopi

Bagian mata dalam dinamakan fundus dan meliputi retina,diskus optikus, macula dan pembuluh darah retina. Dapat dilihat melalui oftalmoskop, suatu instrument yang digunakan dengan cara dipegang yang memproyeksikan cahaya melalui prisma dan membelokkan cahaya dengan sudut 90 derajat, memungkinkan pemeriksa melihat retina. Oftalmoskop direk memiliki beberapa lensa yang tersusun pada roda. Lensa dapat dipilih dengan memutar roda denga telunjuk tanpa menghentikan inspeksi. Apertur tanpa filter yang kecil sudah cukup dan paling berguna pada oftalmoskop standar. Olftalmoskopi pencahayaan terang, yang memungkinkan pengintipan fundus okuli yang lebih luas.

Denga pasien memandan kekejauhan, dengan oftalmoskop diposisikan dengan benar dalam ayunan bola mata pemeriksa, pemeriksa mendekatai pasien, berdiri sekitsr 37,5 cm dan sekitar 15 derajat ke sisi pandangan pasien. Ketika cahaya difokuskan ke pupi