pengkajian fisik keperawatan pada bayi dan anak
TRANSCRIPT
-
8/10/2019 Pengkajian Fisik Keperawatan Pada Bayi Dan Anak
1/25
1
PEMBAHASAN
A.
PENGKAJIAN FISIK KEPERAWATAN PADA BAYI DAN ANAK
1. Pengkajian Fisik Keperawatan pada Bayi Baru Lahir
Merupakan pengkajian fisik yang dilakukan oleh perawat untuk menilai status
kesehatan yang dilakukan pada saat bayi baru lahir, kemudian 24 jam setelah lahir
dan pada waktu pulang dari rumah sakit. Dalam melakukan pengkajian ini
sebaiknya bayi dalam keadaan telanjang dibawah lampu terang sehingga bayitidak tidak mudah kehilangan panas. Tujuan pengkajian fisik secara umum pada
bayi adalah menilai status adaptasi atau penyesuaian kehidupan intra uteri
kedalam kehidupan ektra uteri dan mencari kelainan pada bayi. Adapun
pengkajian fisik yang dapat dilakukan pada bayi antara lain:
a.
Penilaian Apgar Score
Pengkajian ini menilai kemampuan laju jantung, kemampuan bernapas,
kekuatan tonus otot, kemampuan reflek dan warna kulit, yang dapat
ditunjukan dengan tabel dibawah ini.
Tanda 0 1 2
Frequensi jantung
Usaha bernapas
Tonus otot
Refleks
Warna kulit
Tidak ada
Tidak ada
Lumpuh
Tidak bereaksi
Seluruh tubuh
biru atau pucat
-
8/10/2019 Pengkajian Fisik Keperawatan Pada Bayi Dan Anak
2/25
2
b. Pemeriksaan Cairan Amnion
Pemeriksaan cairan amnion ini dilakukan untuk menilai ada tidaknya
kelainan pada cairan amnion tentang jumlah volumenya, apabila volumenya
lebih dari 2000 ml bayi mengalami polihidramaion atau disebut hidramnion
sedangkan apabila jumlahnya kurang dari 500 ml maka bayi mengalami
oligohidramnion.
c. Pemeriksaan Tali Pusat
Pemeriksaan tali pusat ini menilai ada tidaknya kelainan dalam tali pusat
seperti adanya vena dan arteri, adanya tali simpul pada tali pusat atau tidak.
d.
Pengukuran Antropometri
Pada pemeriksaan bayi baru lahir perlu dilakukan pengukuran
antropometri seperti berat badan, dimana pengukura barat bada yang normal
adalah 2500-3500 gram, apabila ditemukan berat badan kurang dari 2500,
maka dapat dikatakan bayi prematur. Akan tetapi apabila ditemukan bayi
dengan berat badan lahir lebih dari 3500 maka bayi dimasukan kelompok
macrosomia. Pengukuran antropometri lainnya adalah pengukuran panjang
badan secara normal, panjang bayi baru lahir adalah 45-50 cm, pengukuran
lingkar kepala normalnya adalah 33-35 cm, pengukuran lingkar dada
normalnya adalah 30-33 cm. Apabila ditemukan diameter kepala lebih besar 3
cm dari lingkar dada maka bayi mengalami hidrocephalus dan apabila
diameter kepala lebih kecil 3 cm dari lingkar dada maka bayi tersebut
mengalami microcephalus.
e.
Pemeriksaan Kepala
Pada pemeriksaan kepala ini dilakukan mulai dari rambut dengan menilai
jumlah dan warna, adanya lanugo terutama pada daerah bahu dan punggung.
Kemudian dilanjutkan pada pemeriksaan wajah dan tengkorak, dapat dilihat
adanya maulage yaitu tulang tengkorak yang saling menumpuk pada saat lahir
asimetris atau tidak, terdapat caput succedaneum (edema pada kulit kepala,
lunak dan tidak berfluktuasi, batasnya tidak tegas, dan menyeberangi satura
dan dan akan hilang dalam beberapa hari). Cephal haematum terjadi sesaat
setelah lahir dan tidak tampak pada hari pertama karena tertutup oleh caput
-
8/10/2019 Pengkajian Fisik Keperawatan Pada Bayi Dan Anak
3/25
3
succedaneum, konsistensinya lunak, berfluktuasi, berbatas tegas pada tepi
tulang tengkorak, tidak menyeberangi satura dan apabila menyebrangi sutura
akan mengalami fraktur tulang tengkorak , akan hilang sempurna dalam waktu
2-6 bulan, adanya perdarahan yang terjadi karena pecahnya vena yang
menghubungkan jaringan yang diluar sinus dalam tengkorak, batasnya tidak
tegas sehingga bentuk kepala tidak asimetris, sering diraba terjadi fluktasi dan
edema, diperiksa adanya fontanella dengan cara melakukan secara palpasi
dengan menggunakan jari tangan denyutan yang sama dengan denyutan
jantung, kemudian fontanella posterior akan dilihat proses penutupan setelah
umur 2 bulan dan fontanella anterior menutup saat usia 12-18 bulan.
Pemeriksaan mata untuk menilai adanya stabismus atau tidak, dimana
koordinasi gerakan mata yang belum sempurna, cara memeriksanya adalah
dengan menggoyang kepala secara perlahan-lahan sehingga mata bayi akan
terbuka, kemudian baru diperiksa seperti apabila ditemukan jarang berkedip
atau sensitivitas terhadap cahaya berkurang maka kemungkinan mengalami
kebutaan. Apabila ditemukan adanya epicanthus melebar maka kemungkinan
anak mengalami down sindrom, pada glaukoma kongenital dapat dilihat
pembesaran kemudian terjadi kekeruhan pada kornea, katarak kongenital
apabila terlihat pupil yang berwarna putih, apabia trauma pada mata terjadi
edema palpebra, pendarahan konjungtiva, retina, dan lain-lain.
Pemeriksaan telinga dapat dilakukan untuk menilai adanya gangguan
pendengaran dilakukan dengan membunyikan bel atau suara apabila terjadi
refleks terkejut, kemudian apabila tidak terjadi refleks maka kemungkinan
akan terjadi gangguan pendengaran.
Pemeriksaan pada hidung dapat dilakukan dengan cara melihat pola
pernapasan apabila bayi bernapas melalui mulut maka kemungkinan bayi
mengalami obstruksi jalan napas karena adanya atresia koana bilateral atau
fraktur tulang hidung akan menunjukan gangguan pada paru, kemudian lubang
hidung kadang-kadang banyak mukosa, apabila secret mukopuruken dan
berdarah perlu dipikirkan adanya penyakit sifilis kongenital dan kemungkina
lain.
-
8/10/2019 Pengkajian Fisik Keperawatan Pada Bayi Dan Anak
4/25
4
Pemeriksaan mulut dapat dilakukan dengan melihat adanya kista yang ada
pada mukosa mulut, kemudian pemeriksaan lidah dapat dinilai dengan warna,
kemampuan refles menghinsap. Apabila ditemukan lidah yang menjulur
keluar dapat dilihat adanya kecacatan kongenital, kemudian adanya bercak
pada mukosa mulut, palatum dan pipi biasanya disebut sebagai monilia
albicans, gusi juga perlu diperiksa untuk menilai adanya pigmen, pada gigi
apakah terjadi penumpukan pigmen yang tidak sempuna.
Pemeriksaan pada leher dapat dilakukan dengan melihat pergerakan
apabila terjadi keterbatasan dalam pergerakannya maka kemungkinan terjadi
kelainan pada tulang leher seperti kelainan tiroid, hemangioma dan lain-lain.
f. Pemeriksaan Dada dan Punggung
Merupakan pemeriksaan yang dilakukan pada daerah dada dan punggung,
yang dilakukan untuk menilai adanya kelainan bentuk, melihat adanya
gangguan pada pernapasan seperti apabila ditemukan pernapasan paradoksal
dan retraksi pada inspirasi, adanya kesimetrisan. Apabila tidak simetris maka
kemungkinan bayi mengalami pneumotoraks, paresis diafragma atau hernia
diafragmatika dan pernapasan normal bayi pada umumnya dinding dada
abdomen bergerak secara bersamaan, frequensi pernapasan bayi normal antara
40-60 kali per menit, perhitungan harus satu menit penuh karena terdapat
periodic breathing dimana pola pernapasan pada neonatus terutama pada
prematur adanya henti napas yang berlangsung 20 detik dan terjadi secara
berkala. Kadang-kadang pada kelenjar susu pada bayi ditemukan air susu
karena pengaruh hormonal.
Pada pemeriksaan secara palpasi dapat ditemukan ada tidaknya fraktur
klavikula dengan cara meraba ictus kordis dengan menentukan posisi jantung,
secara auskultasi frequensi jantung dilakukan dengan menggunakan stetoskop
dengan menilai jumlah frequensi jantung secara normal pada bayi 120-160
kali per menit. Adanya bising sering ditemukan pada bayi, bunyi pernapasan
-
8/10/2019 Pengkajian Fisik Keperawatan Pada Bayi Dan Anak
5/25
5
pada bayi adalah bronkovesikuler dan terdengarnya bising usus pada daerah
dada menunjukan adanya hernia diafragmatika.
g.
Pemeriksaan Abdomen
Pemeriksaan pada abdomen ini meliputi pemeriksaan secara inspeksi
untuk melihat bentuk dari abdomen, Apabila didapatkan abdomen membucit
yang dapat diduga kemungkinan disebabkan hepatosplenomegali atau cairan
didalam rongga rongga perut, adanya kembung apabila didapatkan adanya
perforasi usus atau illeus. Pada perabaan hati biasanya teraba 2-3 cm dibawah
arcus kosta kanan, limpa teraba 1 cm dibawah arcus kosta kiri. Pada palpasi
ginjal dapat dilakukan dengan pengaturan posisi terlentang dan tungkai bayi
dilipat agar otot-otot dinding perut dalam keadaan relaksasi, batas bawah
ginjal dapat diraba setinggi umbilikus diantara garis perut. Dan bagian-bagian
ginjal dapat diraba sekitar 2-3 cm adanya pembesaran pada ginjal dapat
disebabkan oleh neoplasma, kelainan bawaan.
h. Pemeriksaan tulang belakang dan ekstermitas
Pada pemeriksaan tulang belakang cara nya adalah bayi diletak kan dalam
posisi tengkurap, kemudian tangan pemeriksa meraba sepanjang tulang
belakang untuk mencari ada tidaknya kelainan seperti skoliosis atau lainnya.
Kemudian pada ekstermitas dapat dilihat dari pergerakan apakah terjadi
kelemahan atau kelumpuhan yang ada dengan melihat posisi kedua kaki,
adanya pes equinovarus atau valgus dan keadaan jari-jari tangan dan kaki
apakah terdapat polidaktili atau lainnya.
i. Pemeriksaan Genetalia
Pada pemeriksaan ini untuk mengetahui keadaan labiominora dan
labiomayora, lubang uretra dan vagina terpisah apabila ditemukan satu lubang
maka didapatkan terjadi kelainan dan apabila adanya secret pada lubang
vagina hal tersebut karena pengaruh hormonal, sedang kan pada bayi laki-laki
sering didapatkan fimosis, secara normal panjang penis pada bayi adalah 3-4
cm dan 1 1,3 cm untuk lebarnya. Kelainan yang terdapat pada bayi adalah
-
8/10/2019 Pengkajian Fisik Keperawatan Pada Bayi Dan Anak
6/25
6
adanya hipospadia yang merupakan defek dibagian ventral ujung penis atau
defek sepanjang penisnya.
j. Pemeriksaan anus dan rectum
Pemeriksaan ini dapat dilakukan untuk menilai adanya kelainan atresia ani
atau mengetahui posisinya, adanya mekanium secara umum keluarnya pada 24
jam apabila ditemukan dalam waktu 48 jam belum keluar maka dimungkinkan
adanya mekanium plug syindrome, mengakolon atau obstraksi saluran
pencernaan.
k. Pemeriksaan kulit
Pemeriksaan ini pada bayi untuk menilai adanya kelainan seperti ada nya
verniks kaseosa merupakan zat yang bersifat seperti lemak yang berfungsi
sebagai pelumas atau sebagai isolasi panas dimana akan menutupi bayi yang
cukup bulan dan menilai adanya lanugo yang merupakan rambut halus yang
terdapat pada punggung bayi jumlahnya lebih banyak pada bayi yang kurang
bulan daripada bayi yang cukup bulan (Corry S Matondang dkk,2000).
2. Pemeriksaan Fisik pada Anak
Merupakan pengkajian yang dilakukan pada anak yang bertujuan untuk
memperoleh data status kesehatan anak serta dapat dijadikan sebagai dasar dalam
menegakan diagnostik keperawatan, adapun pengkajian fisik keperawatan
meliputi:
a. Pemeriksaan Status gizi
Penilain tentag status gizi ini dapat dilakukan dengan melakukan beberapa
pemeriksaan seperti pemeriksaan antropometri, yang meliputi pemeriksaan
berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas, pemeriksaan klinis, dan
labolatorium yang dapat digunakan untuk menentukan status gizi anak,
kemudian dalam penilain status gizi anak dapat disimpulkan apakah anak
mengalami gizi baik, cukup atau gizi yang kurang.
-
8/10/2019 Pengkajian Fisik Keperawatan Pada Bayi Dan Anak
7/25
7
b. Pemeriksaan nadi
Bayi/ Anak Bangun Tidur Demam
Baru lahir 100-180 x/m 80-160 x/m 220 x/m
1 minggu-3 bulan 100-220 x/m 80-200 x/m 220 x/m
3 bulan- 2 tahun 80-150 x/m 70-120 x/m 200 x/m
2-10 tahun 70-110 x/m 60-90 x/m 200 x/m
10 tahun-dewasa 55-90 x/m 50-90 x/m 200 x/m
c. Pemeriksaan Tekanan Darah
Dalam melakukan pemeriksaan tekanan darah, hasilnya sebaiknya
dicantumkan dalam posisi atau keadaan apa seperti tidur, duduk, berbaring
atau menangis sebab posisi akan mempengaruhi hasil penilaian tekanan darah
yang dilakukan. Pemeriksaan ini dapat dilakukan secara langsung maupun
tidak langsung pada pasien. Pemeriksaan yang sering kita lakukan adalah
pemeriksaan secara tidak langsung dengan menggunakan tensimeter yang
dapat dilakukan secara palpasi atau secara auskultasi dengan bantuan
stetoskop. Pemeriksaan ini menilai adanya kelainan pada gangguan sistem
kardiovaskuler, apabila didapatkan perbedaan tekanan darah sistolik pada saat
inspirasi dan saat ekspirasi lebih dari 10 mmhg maka dapat dikatakan anak
mengalami pulsus paradoksus yang kemungkinan terjadinya tamponade
jantung, gagal jantung dan lain-lain.
Umur Tekanan sistol/diastol (mmhg)
1 bulan
6 bulan
1 tahun
2 tahun
4 tahun
6 tahun
8 tahun
86/54
90/60
96/65
99/65
99/65
100/60
105/60
-
8/10/2019 Pengkajian Fisik Keperawatan Pada Bayi Dan Anak
8/25
8
10 tahun
12 tahun
14 tahun
16 tahun
110/60
115/60
118/60
120/65
d. Pemeriksaan Pernapasan
Pada pemeriksaan ini dilakukan dengan cara menilai frequensi pernapasan,
irama pernapasan, kedalaman pernapasan dan tipe atau pola pernapasan.
Dengan ketentuan sebagaimana pada tabel berikut:
Pola pernapasan Deskripsi
Dispnea
Bradipnea
Takipnea
Hiperpnea
Apnea
Cheyne stroke
Kusmaul
Biot
Susah napas yang ditandai dengan adanya retraksi
Frequensi pernapasan lambat yang abnormal, irama teratur
Frequensi pernapasan cepat yang abnormal
Pernapasan cepat dan dalam
Tidak ada pernapasan
Periode pernapasan cepat dalam yang bergantian denga
periode apnea, umumnya pada bayi dan pada anak selama
tidur nyenyak, depresi dan kerusakan otak
Napas dalam yang abnormal bisa cepat, normal atau lambat
pada umumnya pada asidosis metabolik
Tidak teratur terlihat pada kerusakan otak bagian bawah dan
depresi pernapasan.
Nilai normal pernapasan
Usia Pernapasan
Bayi baru lahir (1-11 bulan) 35 x/m
2 tahun 30 x/m
4 tahun 23 x/m
6 tahun 21-20 x/m
8 tahun 19 x/m
10-12 tahun 18 x/m
-
8/10/2019 Pengkajian Fisik Keperawatan Pada Bayi Dan Anak
9/25
9
14 tahun 17 x/m
16 tahun 16 x/m
e. Pemeriksaan Suhu
Pemeriksaan ini dapat dilakukan melalui rektal, axila, dan oral yang
digunakan untuk menilai keseimbangan suhu tubuh yang dapat digunakan
untuk membantu menentukan diagnosis dini suatu penyakit.
Umur Suhu (derajat celcius)
3 bulan
1 tahun
3 tahun
5 tahun
7 tahun
9 tahun
13 tahun
37,5
37,7
37,2
37,0
36,8
36,7
36,6
f. Pemeriksaan Kulit, Kuku, Rambut, Kelenjar, Getah Bening
Pemeriksaan Kulit
Pemeriksaan kulit ini dilakukan untuk menilai warna, adanya sianosis,
ikterus, ekzema, pucat, purpura, eritema, makula, papula, vesikula,
pustula, ulkus, turgor kulit, kelembaban kulit, tekstur kulit, dan edema.
Pemeriksaan warna kulit ini untuk mengetahui adanya pigmentasi
kulit, kondisi normal dapat disebabkan karena melanin pada kulit.
Warna kulit Deskripsi
Coklat Menunjukan adanya penyakit addison atau beberapa
tumor hipofisis.
-
8/10/2019 Pengkajian Fisik Keperawatan Pada Bayi Dan Anak
10/25
10
Biru kemerahan
Merah
Biru (sianosis )
pada kuku
Kuning
Pucat (kurang
merah muda
pada orang kulit
putih) atau
warna abu-abu.
pada kulit hitam
Kekurangan
warna secara
umum
Menunjukan polisitemia.
Alergi dingin, hipertermia, psikologis, alkohol atau
inflamasi lokal.
Sianosis perifer oleh karena cemasan atau kedinginan
atau sentral karena penurunan kapasitas darah dalam
membawa oksigen yang meliputi bibir, mulut, dan
badan.
Ikterus yang menyertai penyakit hati, hemolisis sel
darah merah, obstruksi saluran empedu atau infeksi
berat yang dapat dilihat pada sklera, membran mukosa
dan abdomen. Apabila terdapat pada telapak tangan ,
kaki, dan muka bukan sklera menunjukan adanya akibat
memakan wortel, kentang. Apabila pada area kulit
terbuka tidak pada sklera dan membra mukosa
menunjukan adanya penyakit ginjal kronik.
Menunjukan adanya sinkop, demam, syok, anemia.
Albinisme
-
8/10/2019 Pengkajian Fisik Keperawatan Pada Bayi Dan Anak
11/25
11
Pemeriksaan Kuku
Pada pemeriksaan kuku ini dilakukan dengan mengadakan inspeksi
terhadap warna, bentuk dan keadaan kuku. Adanya jari dapat menunjukan
penyakit pernapasan kronik atau penyakit jantung serta bentuk kuku yang
cekung atau cembung menunjukan adanya cedera, defisiensi besi dan
infeksi.
Pemeriksaan Rambut
Pada pemeriksaan rambut ini dilakukan untuk menilai adanya warna,
kelembatan, distribusi, dan karakteristik lainnya dari rambut. Keadaan
normal adalah rambut ,menutupi semua kecuali telapak tangan dan kaki,
permukaan labia sebelah dalam dan rambut kepala berkilauan seperti
sutera dan kuat. Adanya rambut kering rapuh kurang pigmen dapat
menunjukan adanya kekurangan gizi, adanya kurang tumbuh rambut dapat
menunjukan adanya malnutrisi, dan penyakit hipotiroidisme, efek obat,
dan lain-lain.
Pemeriksaan Kelenjar Getah Bening.
Pemeriksaan kelenjar getah bening dengan cara melakukan palpasi
pada daerah leher atau inguinal yang lain, apabila terjadi pembesaran
dengan diameter lebih dari 10 mm menunjukan adanya kemungkinan tidak
normal atau indikasi penyakit tertentu.
g.
Pemeriksaan Kepala dan Leher
Pada pemeriksaan bagian kepala ini meliputi pemeriksaan kepala secara
umum, pemeriksaan wajah, mata, telinga, hidung, mulut, faring, laring, dan
leher.
-
8/10/2019 Pengkajian Fisik Keperawatan Pada Bayi Dan Anak
12/25
12
Kepala
Pada pemeriksaan ini menilai tentang lingkaran kepala, apabila
didapatkan lingkar kepala yang lebih besar dari normal dinamakan
makrosefali. Biasanya dapat ditemukan pada penyakit hidrocepalus dan
microchepalus dimana lingkar kepala kurang dari kurag dari normal.
Pemeriksaan yang lain adalah ubun-ubun atau fontanel. Apabila
didapatkan dalam keadaan normal ubun-ubun besar rata atau sedikit
cekung dan apabila ubun-ubun besar menonjol pada keadaan tekanan
intrakranial meninggi dan apabila ubun-ubun cekung maka kemungkinan
dapat ditemukan pada kasus dehidrasi dan malnitrisi.
Wajah
Pemeriksaan wajah yang dilakukan pada anak dapat dilihat tentang adanya
asimetris atau tidak, asimetris pada wajah dapat disebabkan karena adanya
paralisis fasialis, kemudian menilai adanya pembengkakan daerah wajah.
Mata
Pada pemeriksaan mata ini menilai adanya visus atau ketajaman
penglihatan, pada pemeriksaan visus dapat dilakukan dengan pemberian
rangsangan cahaya pada umur neonatus dan umur satu bulan sudah mampu
melihat adanya benda-benda dan pada usia dua bulan mampu melihat jari dan
untuk memperjelas pemeriksaan dengan menggunakan oftalmologis.
Pemeriksaan mata selanjutnya adalah palpebra dapat dilihat simetris atau
tidak kemudian diperiksa sklera dinilai warnanya, secara normal berwarnaputih apabila ditemukan adanya berwarna lain kemungkinaanada indikasi
penyakit lain, demikian korne dapat ditemukan jernih atau tidak.
Telinga
dalam pemeriksaan telinga dapat dilakukan mulai telinga bagian luar,
telinga bagian tengah dan telinga bagian dalam. pada pemeriksaan telinga
bagian luar dapat dimulai dengan pemeriksaan daun telinga dan liang teliga
dengan menentukan bentuk besar dan posisnya. setelah itu baru dilaksanakan
-
8/10/2019 Pengkajian Fisik Keperawatan Pada Bayi Dan Anak
13/25
-
8/10/2019 Pengkajian Fisik Keperawatan Pada Bayi Dan Anak
14/25
14
1. Mata
a.
Refleks kornea
Dapat dilakukan dengan menyentuhkan kapas pada limbus kornea.
Menunjukkan hasil positif bila mata mampu mengedip (nervus IV dan VI).
a
Refleks pupil
Pengujian refleks ini dapat dilakukan dengan memberikan cahaya (lampu
senter) ke mata. Menunjukan hasil positif bila mata berkedip.
b Refleks idol
Ditunjukkan dengan kemampuan bayi untuk menolehkan kepalanya
kekanan yang diikuti dengan pergerakan badannya. Refleks ini akan hilang
pada minggu ke 1 atau ke 2.
2. Telinga
Refleks Startel
Bayi mampu menoleh saat telinganya disentu dengan jari.
3.
Mulut
a Refleks isap (sucking)
Bayi menunjukkan refleks mengisap saat ada jari yang ditempelkan
kebibirnya.
b Refleks rooting
Bayi menoleh saat ada jari yang ditempelkan kepipinya. Refleks ini akan
hilang pada usia 3-12 bulan.
c
Refleks gawn
Merupakan kebiasaan menguap yang sering dilakukan oleh bayi. Hal ini
normal terjadi pada bayi.
d Refleks ekstruction
Bayi akan mendorong jari yang didorongkan kemulutnya.
-
8/10/2019 Pengkajian Fisik Keperawatan Pada Bayi Dan Anak
15/25
15
4. Hidung
Refleks grabella
Bayi akan mengedipkan matanya saat pangkal hidung atau antara kedua
matanya disentuh.
5.
Leher
a. Refleks Tonic Neck
b. Refleks Gag/Faring
Diuji dengan menggoreskan spatel ke faring. Hasil positif bila ada reaksi
muntah (Nervus IX dan X)
6.
Abdomen
Refleks abdominal
Mengujinya dengan cara menggoreskan dinding perut dari lateral ke
umbilicus. Hasil positif bila ada reaksi otot.
7. Punggung
Refleks peres
Dilakukan dengan menggoreskan punggung tengah dari bawah ke atas. Hasil
akan positif jika bayi menggeliat.
8. Lengan
a. Refleks moro
Bayi akan melakukan gerakan ekstensi dan abduksi pada ekstermitasnya
saat dikagetkan atau dibaringkan secara tiba-tiba. Pada bulan 3-4 refleks
ini akan hilang.
b.
Refleks bisep
Bayi melakukan gerakan fleksi pada siku saat tendon bisep diketuk dengan
hammer.
c. Refleks trisep
Bayi melakukan gerakan ekstensi pada siku saat tendon trisep diketuk
dengan hammer.
-
8/10/2019 Pengkajian Fisik Keperawatan Pada Bayi Dan Anak
16/25
16
9. Tangan
Refleks grasping
Gerakan menggenggam yang terjadi saat jari kita ditempelkan ketelapak
tangan bayi. Refleks ini akan hilang pada usia 3 bulan.
10.
Tungkai dan kaki
a. Refleks Tendon Achiles
Gerakan plantar fleksi pada kaki saat tendon achiles diketuk dengan
hammer.
b. Refleks Patella
Gerakan ekstensi dari tungkai bawah saat tendon patella diketuk dengan
hammer.
c. Refleks Menari
Gerakan kaki menyentuh permukaan datar (seperti lantai) saat bayi
didirikan tegak lurus. Refleks ini akan hilang saat bayi berusia 3-4 minggu.
11.Genitalia
Refleks kremaster
Gerakan skrotum yang terangkat saat paha medial digores dari bawah ke atas.
12.
Anus
Refleks Anal
Berkontraksinya sfingter ani saat kulit anal digores.
B. Refleks Abnormal
Refleks abnormal merupakan refleks yang seharusnya tidak terjadi pada bayi.
a. Refleks Babinsky
Gerakan meregang atau ekstensi telapak kaki kearah ibu jari saat bagian lateral
telapak kaki digoreskan dengan hammer.
b. Brudzinskis Neck Sign (Brudzinski I)
Gerakan fleksi kepala pasif yang diikuti dengan gerakan fleksi sendi lutut
dan panggul. Gerakan ini terjadi saat pemeriksaan memfleksikan kepala anak
-
8/10/2019 Pengkajian Fisik Keperawatan Pada Bayi Dan Anak
17/25
17
sampai dagunya menyentuh dada dengan kedua tangan pemeriksaan menahan
dada anak agar tidak ikut terangkat.
c. Brudzinskis Contralateral Sign (Brudzinski II)
Tes ini dilakukan dengan memosisikan anak pada posisi tidur telentang
dengan salah satu tungkai diangkat, fleksi sendi panggul, dan ekstensi sendi
lutut. Didapatkan hasil positif bila terjadi fleksi reflektoris di sendi lutut dan
panggul tungkai kontralateral. Bila respons yang terjadi sebaliknya, yaitu
ekstensi sendi lutut dan panggul kontralateral maka disebut Brudzinski
Resiprocal Contralateral Leg Sign.
d.
Brudzinskis Check Sign (Brudzinski III)
Gerakan fleksi reflekstoris kedua siku keatas sejenak ketika pemeriksa
menekan pipi kiri dan kanan.
e. Brudzinskis Symphysis Sign (Brudzinski IV)
Anak diperiksa dengan posisi tidur telentang. Pemeriksa menekan simfisis
pubis dengan kedua ibu jari. Hasil tes positif bila timbul fleksi reflekstoris
pada kedua sendi lutut dan panggul.
f.
Refleks Snout
Pemeriksaan dilakukan dengan mengetuk pertengahan bibir atas. Hasil
positif bila bila saliva menetes dari mulut bayi.
g. Refleks Rosolimo
Pemeriksaan dilakukan dengan mengetuk telapak kaki depan. Hasil akan
positif bila jari kaki ventrofleksi.
-
8/10/2019 Pengkajian Fisik Keperawatan Pada Bayi Dan Anak
18/25
18
B. PEMERIKSAAN PERSYARAFAN
1.
Pediatric coma scale
Jenis pemeriksaan Nilai
Membuka mata :
Spontan
Rangsang verbal
Dengan nyeri
Tidak ada respons
4
3
2
1
Verbal > 2 tahun :
Berorientasi Bingung
Acuh
Tidak komprehensif
Tidak ada respons
54
3
2
1
Verbal < 2 tahun :
Senyum
Menangis
Menangis yang persisten
Lemas, diam
Tidak ada respons
5
4
3
2
1
Motorik
Spontan
Melokalisasi nyeri
Menjauh dari nyeri
Fleksi terhadap nyeri
Ekstensi terhadap nyeri
Tidak ada respons
6
5
4
3
2
1
Sumber : Ridwan (2000)
-
8/10/2019 Pengkajian Fisik Keperawatan Pada Bayi Dan Anak
19/25
19
SKOR
15 : compos mentis
12-14 : somnolen
8-11 : spoor
3-7 : koma
2.
Kriteria tingkat kesadaran
Compos mentis : keadaan normal dan sadar penuh
Somnolen : keadaan mengantuk dan kesadaran akan pulih bila diberi
rangsangan. Pada kondisi ini klien masih mudah untuk dibangunkan, mampu
member jawaban verbal, dan mampu melokalisasi rangsangan nyeri.
Sopor : kantuk dalam. Pada kondisi ini klien dapat dibangunkan, namun
dengan rangsangan yang kuat. Kesadaran segera menurun begitu rangsangan
hilang. Klien dapat melaksanakan instruksi singkat dan gerakan spontan masih
dapat terlihat.
Koma : tidak ada respons verbal. Klien pada kondisi ini tidak dapat
dibandingkan, repleks masih baik, dan gerakan timbul saat terdapat
rangsangan nyeri.
3. Kekuatan otot
a. 0 : tidak ada kontraksi
b. 1 : terdapat kontraksi tetapi tidak bias bergeser
c. 2 : hanya ada pergeseran / gerakan sendi
d.
3 : dapat melakukan gerakan, tetapi tidak dapat melawan gravitasie. 4 : dapat melawan gravitasi, melawan tahanan pemeriksa dengan kekuatan
lemah
f. 5 : dapat melawan tahanan pemeriksa dengan kekuatan penuh
Pencatatan dilakukan pada :
Lengan kanan lengan kiri
Kaki kanan kaki kiri
-
8/10/2019 Pengkajian Fisik Keperawatan Pada Bayi Dan Anak
20/25
20
4.
Tajam penglihatan
Ketajaman visual anak dapat diuji menggunakan kartu snellen E atau lembar
berikut
Pemeriksaan pendengaran dan diagnosis
Rinne Weber Schwabah Diagnosis
+ Tidak ada lateralisasi Sama dengan
pemeriksaan
Normal
- Lateralisasi ke telinga
sakit
Memanjang Tuli
konduktif
+ Keadaan sehat memendek Tuli
sensorik
Keterangan :
Tes rinneMembandingkan antara hantaran udara dengan hantaran tulang pendengaran
Tes weber
Membandingkan antara hantaran tulang kiri dan kanan
Tes schwabah
Membandingkan antara hantaran tulang pendengaran kliien dengan
pemeriksaan.
5.
Pemeriksaan nervus kranialis
Nervus Jenis Bertanggung jawab atas
I Olfaktorius Penciuman atau penghidu
II Optikus Penglihatan
III Okulomotorius Pergerakan bola mata,
kontraksi, dan dilatasi
pupil
IV Troklearis Otot mata muskulus
-
8/10/2019 Pengkajian Fisik Keperawatan Pada Bayi Dan Anak
21/25
21
obliques eksterna
V Trigeminus Pergerakan kepala dan
wajah, serta mengunyah
VI Abdusen Otot mata rektus lateralisVII Fasialis Otot wajah dan kulit
kepala, pengecapan
VIII Akustikus (vestibularis dan
koklearis )
Menjaga keseimbangan
tubuh dan pendengaran
IX Glossofaringeus Pengecapan, menelan, dan
gerakan lidah
X Vagus Memelihara jantung,
pembuluh darah, laring,
trakea, bronkus, paru-
paru, saluran pencernaan,
dan perkemihan
XI Aksesorius Gerakan kepala dan bahu
XII Hipoglossus Otot posisi lidah
6.
Pemeriksaan lidah dengan tes rasa
a. Rasa manis : diujung lidah
b. Rasa kecut : ditengah-tengah lidah
c.
Rasa asin :dipinggir lidah
d. Rasa pahit : dipangkal lidah
7.
Pemeriksaan keseimbangan
a. Tandem Walking
Perintahkan anak untuk berjalan dalam satu garis lurus, tempatkan tumit kaki
depan tepat didepan kaki belakang, demikian seterusnya.
b. Pemeriksaan dystaxia (finger to nose test)
Perintahkan anak untuk menyentuh hidungnya dengan ujung jari telunjuk
(dengan mata terbuka), perhatikan adanya gerakan yang abnormal.
-
8/10/2019 Pengkajian Fisik Keperawatan Pada Bayi Dan Anak
22/25
22
8. Pemeriksaan sistem sensorik
a. Rasa nyeri
Diawali dengan meminta anak untuk menutup matanya, setelah itu goreskan
jarum dari tempat yang kurang peka ke tempat yang lebih peka. Hasil didapat
dengan menanyakan pada anak, apakah nyeri hilang, menurun, atau
meningkat.
b. Rasa suhu
Tempelkan tompol yang berisi air panas (40-50C) atau air dingin (10-15C)
pada kulit. Hasil dicatat dengan menanyakan apakah rasa suhu hilang,
menurun, meningkat, atau semua rangsangan dirasakan sebagai rasa panas.
c. Rasa raba ringan
Raba permukaan kulit pada lengan dari distal ke proksimal dengan ujung
kapas, lalu bandingkan antara kanan dan kiri. Tanyakan pada anak apakah rasa
raba menghilang, menurun, meningkat, atau anak merasakan sensasi yang
bercampur baur antara suhu, nyeri, dan sebagainya.
3.
DENVER DEVELOPMENTAL SCREENING TEST (DDST)
DDST adalah salah satu metodescreening terhadap kelainan perkembangan
anak. Tes ini bukanlah tes diagnostik atau tes IQ. (Soetjiningsih, 1998).
Fungsi DDST digunakan untuk menaksir perkembangan personal sosial, motorik
halus, bahasa dan motorik kasar pada anak umur 1 bulan sampai 6 tahun.
Penilaian tumbuh kembah anak dapat menggunakan DDST. Gambaran penilaian
ini dapat dilihat pada lampiran. Penilaian yang dilakukan terdiri atas :
Motorik kasar
Motorik halus
Bahasa
Personal social
-
8/10/2019 Pengkajian Fisik Keperawatan Pada Bayi Dan Anak
23/25
23
Cara Mengukur Perkembangan Anak dengan DDST
Pada waktu tes, tugas yang perlu diperiksa setiap kali skrining biasanya hanya
berkisar antara 20-30 tugas saja, sehingga tidak memakan waktu lama, hanya
sekitar 15-20 menit saja.
Alat yang Digunakan adalah :
a Alat peraga : benang wol merah, kismis/manik-manik, kubus warna merah-
kuning-hijau- biru, permainan anak, botol kecil, bola tenis, bel kecil, kertas,
dan pensil.
b Lembar formulir DDST
c Buku petunjuk sebagai referensi yang menjelaskan cara-cara melakukan tes
dan cara menilainya.
Prosedur DDST terdiri dari dua tahap, yaitu:
Tahap pertama : secara periodik dilakukan pada semua anak yang berusia 3 6
bulan, 912 bulan, 1824 bulan, 3 tahun, 4 tahun, 5 tahun.
Tahap kedua : dilakukan pada mereka yang dicurigai adanya hambatan
perkembangan pada tahap pertama kemudian dilarutkan dengan evaluasi
diagnostik yang lengkap.
Hasil abnormal jika :
a. Didapat kan dua atau lebih keterlambatan pada dua sektor atau lebih
b. Dalam satu sektor didapatkan dua atau lebih keterlambatan plus satu sektor atau
lebih dengan satu keterlambatan, dan pada sektor tersebut tidak ada yang lulus
pada kotak yang berpotongan dengan garis vertical usia.
Hasil meragukan jika:
a. Pada satu sektor diinterpretasikan dua keterlambatan atau lebih
b.
Pada satu sektor atau lebih didapatkan satu keterlambatan dan pada sektor yang
sama tidak ada yang lurus.
Hasil normal jika :
-
8/10/2019 Pengkajian Fisik Keperawatan Pada Bayi Dan Anak
24/25
24
a. Semua yang tidak tercantum dalam criteria hasil tes abnormal, meragukan ataupun
tidak dapat diuji.
b.
Hasil tes total normal meskipun terdapat satu keterlambatan pada salah satu
sector, tetapi dapat melewati garis usia.
Hasil tidak dapat dites jika :
Terjadi penolakan yang menyebabkan hasil tes abnormal atau meragukan.
-
8/10/2019 Pengkajian Fisik Keperawatan Pada Bayi Dan Anak
25/25
25
DAFTAR PUSTAKA
Rahayu, Dedeh Sri.2009.Asuhan Keperawatan Anak dan Neonatus.Jakarta:Selemba
Medika
Hidayat,A.Aziz Alimul.2008.Pengantar Ilmu Keperawatan Anak.Jakarta:Selemba Medika
http://sahunie.blogspot.com/2013/05/ddst-denver-development-screening-test.html
Di unduh pada tanggal 11 November 2014
http://sahunie.blogspot.com/2013/05/ddst-denver-development-screening-test.htmlhttp://sahunie.blogspot.com/2013/05/ddst-denver-development-screening-test.html