repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1161/1/bab i-v.docx · web viewsasaran yang ingin dicapai...

122
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mendapatkan pelayanan kesehatan yang memadai merupakan suatu upaya dalam memperbaiki dan meningkatkan kualitas hidup kearah yang lebih baik. Upaya tersebut telah dilakukan oleh pemerintah dengan menyediakan pelayanan publik seperti pelayanan kesehatan dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang merupakan bentuk tanggung jawab pemerintah dalam memperhatikan kesehatan masyarakat haruslah terselenggara dengan sebaik- baiknya. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan juga mengamanatkan pemerintah untuk mampu memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas dan universal bagi setiap masyarakat, termasuk pelayanan

Upload: others

Post on 20-Dec-2020

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1161/1/BAB I-V.docx · Web viewSasaran yang ingin dicapai sesuai target MDGs ke-4 yaitu menurunkan Angka Kematian Bayi menjadi 23 per 1000

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mendapatkan pelayanan kesehatan yang memadai merupakan suatu upaya

dalam memperbaiki dan meningkatkan kualitas hidup kearah yang lebih baik.

Upaya tersebut telah dilakukan oleh pemerintah dengan menyediakan pelayanan

publik seperti pelayanan kesehatan dalam rangka meningkatkan derajat

kesehatan masyarakat. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang merupakan

bentuk tanggung jawab pemerintah dalam memperhatikan kesehatan masyarakat

haruslah terselenggara dengan sebaik-baiknya. Undang-Undang Nomor 36 Tahun

2009 tentang Kesehatan juga mengamanatkan pemerintah untuk mampu

memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas dan universal bagi setiap

masyarakat, termasuk pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (Undang-undang

No.36 Tahun 2009).

Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 tahun 2014

tentang Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) adalah fasilitas pelayanan

kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya

kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya

promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang

setinggi-tingginya di wilayah kerjanya. Puskesmas juga merupakan suatu sarana

pelayanan kesehatan yang menjadi andalan atau tolak ukur pembangunan

Page 2: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1161/1/BAB I-V.docx · Web viewSasaran yang ingin dicapai sesuai target MDGs ke-4 yaitu menurunkan Angka Kematian Bayi menjadi 23 per 1000

2

kesehatan, sarana peran serta masyarakat, dan pusat pelayanan pertama yang

menyeluruh dari suatu wilayah (Permenkes RI, 2014).

Puskesmas merupakan Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan

Kabupaten/kota yang bertanggung jawab dalam penyelenggaraan pembangunan

kesehatan. Puskesmas memiliki tiga fungsi yaitu sebagai pusat pembangunan

kesehatan masyarakat, pusat pemberdayaan masyarakat, dan pusat pelayanan

kesehatan tingkat pertama yang menjadi ujung tombak pembangunan bidang

kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh,

terpadu, merata, dapat diterima dan terjangkau oleh masyarakat dan

menggunakan hasil pembangunan ilmu pengetahuan dan tekhnologi tepat guna,

dengan biaya yang dapat dipikul oleh pemerintah dan masyarakat (Muninjaya,

2014).

Negara wajib melayani setiap warga Negara dan penduduk untuk

memenuhi kebutuhan dasarnya dalam rangka meningkatkan kesejahteraan

masyarakat. Seluruh kepentingan publik harus dilaksanakan oleh pemerintah

sebagai penyelenggara negara yaitu dalam berbagai sektor pelayanan, terutama

yang menyangkut pemenuhan hak-hak sipil dan kebutuhan dasar masyarakat.

Dengan kata lain seluruh kepentingan yang menyangkut hajat hidup orang

banyak itu harus atau perlu adanya suatu pelayanan. (Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik)

Page 3: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1161/1/BAB I-V.docx · Web viewSasaran yang ingin dicapai sesuai target MDGs ke-4 yaitu menurunkan Angka Kematian Bayi menjadi 23 per 1000

3

Program KIA termasuk satu dari enam program pokok (basic six)

puskesmas yang bertujuan untuk memantapkan dan meningkatkan mutu

pelayanan KIA secara efektif da efisien. Program ini bertanggung jawab dalam

kegiatan pelayanan sebagai berikut: pelayanan ibu hamil, ibu bersalin, ibu

nifas, ibu dengan komplikasi kebidanan, keluarga berencana, neonatus, bayi

baru lahir dengan komplikasi, bayi dan balita dan anak prasekolah.

Masalah Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) masih menjadi masalah

kesehatan di Indonesia. Hal ini dikarenakan masih tingginya angka kematian

ibu dan angka kematian bayi dan anak balita yang ada di Indonesia. Tinggi

rendahnya Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Bayi (AKB) dan

angka Kematian Anak Balita (AKABa) disuatu negara dapat dilihat dari

kemampuan untuk memberikan pelayanan kesehatan ibu dan anak yang

bermutu dan menyeluruh. Menurut hasil SDKI tahun 2012 Angka Kematian

Ibu (AKI) secara nasional masih tinggi yaitu 359 per 100.000 kelahiran hidup,

Angka Kematian Bayi (AKB) yaitu 32 per 1000 kelahiran hidup dan Angka

Kematian Anak Balita (AKABa) yaitu sebesar 40 per 1000 kelahiran hidup

(Kementerian Kesehatan RI, 2013).

Kesehatan ibu dan anak (KIA) merupakan salah satu upaya pelayanan

dasar yang ada di puskesmas. Tujuan umum program KIA ini adalah

meningkatkan derajat kesehatan ibu dan anak serta menurunkan angka kematian

ibu dan anak. Untuk itu diperlukan pengelolaan program kesehatan ibu dan

Page 4: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1161/1/BAB I-V.docx · Web viewSasaran yang ingin dicapai sesuai target MDGs ke-4 yaitu menurunkan Angka Kematian Bayi menjadi 23 per 1000

4

anak yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan ibu dan anak setinggi-

tingginya (Peraturan Presiden RI, 2012).

Program kesehatan Ibu dan Anak merupakan salah satu prioritas

Kementrian Kesehatan dan keberhasilan program KIA menjadi salah satu

indikator utama dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional

(RPJPN) 2005-2025. Tingginya angka kematian ibu (AKI) di indonesia

membuat pemerintah menempatkan upaya penurunan AKI sebagai program

prioritas dalam pembangunan kesehatan.

Pemerintah menjadikan upaya penurunan AKI, AKB dan AKABa

sebagai upaya dalam pencapaian target Millenium Development Goals (MDGs).

Sasaran yang ingin dicapai sesuai target MDGs ke-4 yaitu menurunkan Angka

Kematian Bayi menjadi 23 per 1000 kelahiran hidup dan Angka Kematian

Balita menjadi 32 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2015 dan target MDGs

ke-5 yaitu meningkatkan kesehatan ibu untuk menurunkan angka kematian ibu

menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015 (Kemenkes RI,

Tahun 2010).

Berbagai program KIA telah dirancang oleh Kementrian Kesehatan RI,

yang ditinjaklanjuti oleh dinas kesehatan di tingkat propinsi, kabupaten/kota,

kecamatan, desa, sampai dusun dan rumah tangga. Namun jumlah kematian ibu

dan kematian anak tetap tinggi, dan diberbagai propinsi malah mengalami

peningkatan. Tingginya angka kematian ibu dapat menunjukkan masih

rendahnya mutu pelayanan kesehatan. Penurunan AKI juga merupakan indikator

Page 5: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1161/1/BAB I-V.docx · Web viewSasaran yang ingin dicapai sesuai target MDGs ke-4 yaitu menurunkan Angka Kematian Bayi menjadi 23 per 1000

5

keberhasilan derajat kesehatan suatu wilayah. Untuk itu pemerintah berupaya

bahu membahu membuat berbagai strategi untuk akselerasi menurunkan AKI.

Salah satu pemecahan masalah penurunan AKI dan AKB dilakukan

melalui intervensi yang terbukti efektif di Srilangka yaitu semua persalinan

harus di fasilitas kesehatan (Kementrian Kesehatan RI, 2010). Persalinan di

fasilitas kesehatan harus didukung oleh tenaga kesehatan yang kompeten,

fasilitas kesehatan yang memenuhi standar operasional, manajemen program

yang efektif dan dukungan penuh dari semua pengampu (Stakeholder) terkait

(Permenkes No 71 Tahun 2013).

Dari hasil pengambilan data awal tiga tahun terakhir pada UPTD

Puskesmas Peureumeue terjadi ketidak stabilan kunjungan pasien kesehatan ibu

dan anak yang cenderung naik turun, hal ini dapat dilihat yaitu dari tahun

2013 jumlah kunjungan sebanyak 4.700 kunjungan, tahun 2014 meningkat

sebanyak 7.451 kunjungan dan tahun 2015 jumlah kunjungan mengalami

penurunan yaitu 5.773 kunjungan.

Berdasarkan hasil pengambilan data awal dan survei pendahuluan

melalui wawancara dan observasi, diketahui bahwa masih ada beberapa

permasalahan yang terkait dengan mutu pelayanan program KIA. Hasil

wawancara dengan pasien yang pernah berobat ke Puskesmas Peureumeue yang

dilakukan terhadap 5 orang pasien, dari 2 pasien memberikan tanggapan puas

terhadap pelayanan yang diberikan dan 3 lagi pasien mengatakan belum puas

terhadap pelayanan yang diberikan oleh tenaga kesehatan dengan alasan,

Page 6: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1161/1/BAB I-V.docx · Web viewSasaran yang ingin dicapai sesuai target MDGs ke-4 yaitu menurunkan Angka Kematian Bayi menjadi 23 per 1000

6

dimana seringnya petugas bidan puskesmas tidak ada ditempat, petugas

puskesmas lambat dalam memberikan pelayanan, fasilitasnya yang masih kurang

memadai dan kurang responnya tenaga kesehatan terhadap keluhan-keluhan

pasien.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul “Evaluasi Mutu Pelayanan Program KIA

(Kesehatan Ibu dan Anak) di Puskesmas Peureumeue Kecamatan Kaway

XVI Kabupaten Aceh Barat”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan diatas, maka peneliti

menetapkan rumusan masalah tentang “Evaluasi Mutu Pelayanan Program KIA

(Kesehatan Ibu dan Anak) di Puskesmas Peureumeue Kecamatan Kaway XVI

Kabupaten Aceh Barat.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengevaluasi

Mutu Pelayanan Program KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) di Puskesmas

Peureumeue Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat.

Page 7: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1161/1/BAB I-V.docx · Web viewSasaran yang ingin dicapai sesuai target MDGs ke-4 yaitu menurunkan Angka Kematian Bayi menjadi 23 per 1000

7

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui conteks mutu pelayanan Program KIA di Puskesmas

Peureumeue.

2. Untuk mengetahui input mutu pelayanan program KIA di Puskesmas

Peureumeue.

3. Untuk mengetahui produk mutu pelayanan program KIA di Puskesmas

Peureumeue.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Manfaat Teoritis

1. Memberikan wawasan ilmu pengetahuan penulis untuk mengembangkan

diri dalam disiplin Ilmu Kesehatan Masyarakat.

2. Sebagai bahan bacaan bagi perpustakaan yang dapat dimanfaatkan

oleh mahasiswa khususnya Fakultas Kesehatan Masyarakat dan

Referensi bagi peneliti mengenai hal tersebut.

b. Manfaat Praktis

1. Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk menilai mutu

pelayanan program KIA di Puskesmas Peureumeue.

2. Dapat memberikan masukan untuk Puskesmas Peureumeue dari

evaluasi mutu pelayanan program KIA di Puskesmas Peureumeue

untuk meningkatkan mutu dan kualitas pelayanan kesehatan.

Page 8: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1161/1/BAB I-V.docx · Web viewSasaran yang ingin dicapai sesuai target MDGs ke-4 yaitu menurunkan Angka Kematian Bayi menjadi 23 per 1000

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Evaluasi

2.1.1 Definisi Evaluasi

Wirawan (2012) mengatakan bahwa evaluasi sebagai riset untuk

mengumpulkan, menganalisis, dan menyajikan informasi yang bermanfaat

mengenai objek evaluasi, menilainnya dan membandingkannya dengan indikator

evaluasi dan hasilnya dipergunakan untuk mengambil keputusan mengenai objek

evaluasi.

Menurut Suharsimi Arikunto (2009) evaluasi adalah kegiatan untuk

mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi

tersebut digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil

keputusan. Fungsi utama evaluasi dalam hal ini adalah menyediakan informasi

yang berguna bagi decision maker untuk menentukan kebijakan yang akan

diambil berdasarkan evaluasi yang telah dilakukan.

Tayibnapis (2008) orang pertama yang membedakan antara evaluasi

formatif dan evaluasi sumatif sebagai fungsi evaluasi yang utama. Fungsi

evaluasi formatif yaitu evaluasi untuk perbaikan dan pengembangan kegiatan

yang sedang berjalan (program, orang, produk, dan sebagainya). Fungsi

evaluasi sumatif yaitu evaluasi dipakai untuk pertanggungjawaban, keterangan,

seleksi atau lanjutan.

Page 9: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1161/1/BAB I-V.docx · Web viewSasaran yang ingin dicapai sesuai target MDGs ke-4 yaitu menurunkan Angka Kematian Bayi menjadi 23 per 1000

9

Kemudian Stufflebeam juga membedakan sesuai di atas yaitu Proactive

evaluation untuk melayani pemegang keputusan, dan Retroactive evaluation

untuk keperluan pertanggungjawaban. Jadi evaluasi hendaknya membantu

pengembangan implementasi, kebutuhan suatu program, perbaikan program,

pertanggungjawaban, seleksi, motivasi, menambah pengetahuan, dan dukungan

dari mereka yang terlibat (Tayibnapis 2008).

Evaluasi adalah sebagai suatu proses penelitian sistematik untuk

menyediakan informasi yang dapat dipercaya mengenai karakteristik, aktifitas,

atau keluaran (outcome) program atau kebijakan untuk tujuan penelitian.

Definisi ini menyatukan pentingnya pemakaian dengan mensignifikasi bahwa

evaluasi harus dipakai untuk suatu tujuan penilaian. Evaluasi juga sering

dilakukan untuk mengetahui keberhasilan atau kegagalan suatu kegiatan. Proses

evaluasi suatu pelaksanaan kegiatan dapat menunjukkan informasi tentang

sejauh mana kegiatan itu telah dilaksanakan atau hal-hal yang telah dicapai.

Standar atau kriteria yang telah ditentukan sebelumnya dapat dijadikan acuan

untuk melihat ketercapaian suatu program, kesesuaian dengan tujuan,

keefektifan, keefisienan, dan hambatan yang dijumpai dalam sebuah program

(Wirawan 2012).

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa evaluasi

sifatnya luas, evaluasi dapat dilakukan meliputi dua aspek yaitu kuantitatif dan

kualitatif. Dimana melaksanakan pengukuran terhadap suatu kinerja, dalam hal

ini lebih bersifat mengukur kuantitas dari pada kerja sedangkan penilaiaan

Page 10: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1161/1/BAB I-V.docx · Web viewSasaran yang ingin dicapai sesuai target MDGs ke-4 yaitu menurunkan Angka Kematian Bayi menjadi 23 per 1000

10

menunjukkan pada segi kualitas, jadi evaluasi berkaitan dengan keduanya yaitu

pengukuran dan penilaian dimana pengukuran yang sifatnya kuantitatif dan

penilaian bersifat kualitatif.

2.1.2 Model-model Evaluasi

1) Model Evaluasi CIPP

Model evaluasi ini merupakan model yang paling banyak dikenal

dan diterapkan oleh evaluator. Oleh karena itu, uraian yang diberikan

relatif panjang dibandingkan dengan model-model lainnya. Model CIPP

ini dikembangkan oleh Stufflebeam. CIPP yang merupakan sebuah

singkatan dari huruf awal empat buah kata, yaitu a) Context Evaluation :

evaluasi terhadap konteks, b) Input Evaluation : evaluasi terhadap

masukan, c) Procces Evaluation : evaluasi terhadap proses, d) Product

Evaluation : evaluasi terhadap hasil. Model CIPP adalah model evaluasi

yang memandang program yang dievaluasi sebagai sebuah (Tayibnapis

2008).

2) Evalusi Model UCLA

Menurut Tayibnapis (2008) UCLA merupakan singkatan dari

University of california in los angeles. Alkin mendefinisikan evaluasi

sebagai suatu proses meyakinkan keputusan, memilih informasi yang

tepat, mengumpulkan, dan menganalisis informasi sehingga dapat

melaporkan ringkasan data yang berguna bagi pembuat keputusan dalam

Page 11: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1161/1/BAB I-V.docx · Web viewSasaran yang ingin dicapai sesuai target MDGs ke-4 yaitu menurunkan Angka Kematian Bayi menjadi 23 per 1000

11

memilih beberapa alternatif. Ia mengemukakan lima macam evaluasi,

yaitu perencanaan, pengembangan, implementasi, hasil dan dampak.

3) Model Brinkerhoff

Tayibnapis (2008) mengemukakan tiga golongan evaluasi yang

disusun berdasarkan penggabungan elemen-elemen yang sama, seperti

evaluator-evaluator lain, namun dalam komposisi dan versi mereka

sendiri, yaitu 1) Fixed vs Emergent Evaluation Design : desain evaluasi

yang tepat, 2) Formatif vs summative Evaluation : informasi yang

membantu memperbaiki proyek, 3) Experimental and Quasi

Experimental Design vs Natural : menilai manfaat suatu objek.

4) Model Stake atau Model Countenance

Tayibnapis (2008), analisis proses evaluasi yang dikemukakannya

membawa dampak yang cukup besar dalam bidang ini dan meletakkan

dasar yang sederhana namun merupakan konsep yang cukup kuat untuk

perkembangan yang lebih jauh dalam bidang evaluasi. Stake

menekankan adanya dua dasar kegiatan dalam evaluasi ialah

Descriptions dan judgement dan membedakan adanya tiga tahap dalam

program pendidikan, yaitu: Antecedents (Contexs), Transaction (Proces),

dan Outcomes (Output).

Page 12: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1161/1/BAB I-V.docx · Web viewSasaran yang ingin dicapai sesuai target MDGs ke-4 yaitu menurunkan Angka Kematian Bayi menjadi 23 per 1000

12

2.1.3 Tujuan dan Pentingnya Evaluasi

Evaluasi dilaksanakan untuk mencapai berbagai tujuan sesuai dengan

objek evaluasinya. Menurut Wirawan (2011) tujuan dalam melaksanakan

evaluasi antara lain : mengukur pengaruh program terhadap masyarakat, menilai

apakah program telah dilaksanakan sesuai dengan rencana, mengukur apakah

pelaksanaan program sesuai dengan standar, evaluasi program dapat

mengindentifikasi dan menemukan mana dimensi program yang jalan dan mana

program yang tidak berjalan, pengembangan staf program dimana evaluasi

dapat dipergunakan mengembangkan kemampuan staf serta memberikan

masukan kepada pimpinan/manajer program mengenai kinerja staf dalam

melayani masyarakat, jika terjadi staf kompetensinya rendah maka perlu

dilakukan pengembangan dengan segera, tujuan evaluasi lainnya adalah untuk

memenuhi ketentuan undang-undang, akreditas program, mengambil keputusan

mengenai program, memberikan balikan kepada pimpinan dan staf program.

Evaluasi merupakan suatu yang penting dilakukan, dalam hal ini,

Feurstein menyatakan sepuluh alasan mengapa suatu evaluasi perlu dilakukan.

a. Pencapaian. Guna melihat apa yang sudah dicapai.

b. Mengukur kemajuan. Melihat kemajuan dikaitkan dengan objektif

program.

c. Meningkatkan pemantauan. Agar tercapai manajemen yang lebih baik.

d. Mengindentifikasi kekurangan dan kelebihan. Agar dapat memperkuat

program itu sendiri.

Page 13: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1161/1/BAB I-V.docx · Web viewSasaran yang ingin dicapai sesuai target MDGs ke-4 yaitu menurunkan Angka Kematian Bayi menjadi 23 per 1000

13

e. Melihat apakah usaha sudah dilakukan secara efektif. Guna melihat

perbedaan apa yang terjadi setelah diterapkan suatu program.

f. Biaya dan manfaat. Melihat apakah biaya yang dikeluarkan cukup

masuk akal.

g. Mengumpulkan informasi. Guna merencanakan dan mengolah kegiatan

program secara lebih baik.

h. Berbagi pengalaman. Guna melindungi pihak lain terjebak dalam

kesalahan yang sama.

i. Meningkatkan keefektifan. Agar dapat memberikan dampak yang lebih

luas.

j. Memungkinkan perencanaan yang lebih baik. Karena memberikan

kesempatan untuk mendapatkan masukan dari masyarakat, komunitas

fungsional dan komunitas lokal.

2.1.4 Desain Evaluasi

Desain evaluasi program (Tayibnapis 2008), suatu desain ialah rencana

yang menunjukkan bila evaluasi akan dilakukan dan dari siapa evaluasi atau

informasi akan dikumpulkan selama proses evaluasi. Alasan utama memakai

desain yaitu untuk meyakinkan bahwa evaluasi akan dilakukan menurut

organisasi yang teratur dan menurut aturan evaluasi yang baik. Semua orang

yang terlibat dalam evaluasi adalah orang yang tepat, dilakukan pada waktu

yang tepat, dan ditempat yang tepat seperti yang telah direncanakan.

Page 14: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1161/1/BAB I-V.docx · Web viewSasaran yang ingin dicapai sesuai target MDGs ke-4 yaitu menurunkan Angka Kematian Bayi menjadi 23 per 1000

14

Pada dasarnya suatu desain ialah bagaimana mengumpulkan informasi

yang komparatif sehingga hasil program yang dievaluasi dapat dipakai untuk

menilai manfaat dan besarnya program apakah akan diperlukan atau tidak.

a. Desain dalam evaluasi sumatif

Biasanya desain dihubungkan dengan evaluasi sumatif, evaluator

sumatif diharapkan membuat kesimpulan umum, menyingkat dan

membuat laporan tentang keberhasilan program. Karena laporan tersebut

dapat mempengaruhi keputusan tentang masa depan program atau nasib

orang lain, maka evaluator perlu mendukung penemuannya dengan data

yang cukup terpercaya.

b. Desain dalam evaluasi formatif

Menggunakan desain formatif dalam program berarti karyawan

program akan berkesempatan melihat dengan seksama keefektifan

program dan komponen yang ada didalamnya. Hal ini memungkinkan

evaluator menjalankan fungsinya yang utama, menganjurkan orang-orang

program mengamati terus-menerus dengan cermat kegiatan-kegiatan

dalam program.

2.1.5 Indikator Evaluasi

Secara umum, indikator dapat didefinisikan sebagai suatu alat

ukur untuk menunjukkan atau menggambarkan suatu keadaan dari suatu

hal yang menjadi pokok perhatian indikator dapat menyangkut suatu

fenomena sosial, ekonomi penelitian, proses suatu usaha peningkatan

Page 15: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1161/1/BAB I-V.docx · Web viewSasaran yang ingin dicapai sesuai target MDGs ke-4 yaitu menurunkan Angka Kematian Bayi menjadi 23 per 1000

15

kualitas. Indikator dapat berbentuk ukuran, angka, atribut atau pendapat

yang dapat menunjukkan suatu keadaan.

Terdapat empat indikator yang digunakan untuk mengevalusi

suatu kegiatan, yaitu :

a. Indikator ketersediaan, indikator ini melihat apakah unsur yang

seharusnya ada dalam suatu proses itu benar-benar ada.

b. Indikator relevansi, indikator ini menunjukkan seberapa relevan

ataupun tepatnya sesuatu teknologi atau layanan yang ditawarkan.

c. Indikator efisiensi, indikator ini menunjukkan apakah sumber daya

dan aktivitas yang dilaksanakan guna mencapai tujuan dimanfaatkan

secara tepat guna (efisien), atau tidak memboroskan sumber daya

yang ada dalam upaya mencapai tujuan.

d. Indikator keterjangkauan, indikator ini melihat apakah layanan yang

ditawarkan masih berada dalam jangkauan pihak-pihak yang

membutuhkan.

Dari penjelasan di atas disimpulkan bahwa dalam mengevaluasi program

harus memilih pendekatan/desain untuk melakukan penilaian secara sistematis

dan objektif terhadap pelaksanaan program.

Page 16: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1161/1/BAB I-V.docx · Web viewSasaran yang ingin dicapai sesuai target MDGs ke-4 yaitu menurunkan Angka Kematian Bayi menjadi 23 per 1000

16

2.2 Mutu Pelayanan Kesehatan

2.2.1 Pengertian Mutu

Beberapa pengertian mutu yang dikemukakan para ahli (Azwar, 2010).

1. Mutu adalah tingkat kesempurnaan dan penampilan sesuatu yang sedang

diamati (Winston Dictionary, 1956).

2. Mutu adalah sifat yang dimiliki oleh suatu program.

3. Mutu adalah totalitas, wujud, serta ciri suatu barang atau jasa, yang di

dalamnya terkandung sekaligus pengertian rasa aman atau pemenuhan

kebetuhan para pengguna.

4. Mutu adalah kepatuhan terhadap standar yang telah ditetapkan (Crosby,

1984).

Dari keempat batasan itu, mutu pelayanan hanya dapat diketahui apabila

sebelumnya telah dilakukan penilaian. Dalam praktik sehari-hari melakukan

penilaian ini tidaklah mudah. Penyebab utamanya adalah karena mutu

pelayanan kesehatan tersebut bersifat multidimensional, bergantung pada latar

belakang dan kepentingan individu. Dengan demikian, setiap orang dapat saja

melakukan penilaian dengan dimensi yang berbeda Muninjaya (2014).

Page 17: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1161/1/BAB I-V.docx · Web viewSasaran yang ingin dicapai sesuai target MDGs ke-4 yaitu menurunkan Angka Kematian Bayi menjadi 23 per 1000

17

2.2.2 Pengertian Pelayanan Kesehatan

Pengertian pelayanan kesehatan menurut pendapat Azwar (2010), yang

dimaksud dengan pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang

diselenggarakan sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk

memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan

penyakit serta memulihkan kesehatan perseorangan, keluarga, kelompok dan

ataupun masyarakat.

Dalam Undang-undang Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009 Bab I pasal I

ayat 11 disebutkan bahwa upaya kesehatan adalah setiap kegiatan dan/atau

serangkaian kegiatan yang dilakukan secara terpadu, terintegrasi dan

berkesinambungan untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan

masyarakat dalam bentuk pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan,

pengobatan penyakit dan pemulihan kesehatan oleh pemerintah dan/atau

masyarakat. Selanjutnya dalam Bab VI pasal 46 dan 47 tertulis bahwa untuk

mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi masyarakat,

diselenggarakan upaya kesehatan yang terpadu dan menyeluruh dalam bentuk

upaya kesehatan perseorangan dan upaya kesehatan masyarakat. Upaya

kesehatan diselenggarakan dalam bentuk kegiatan dengan pendekatan promotif,

preventif, kuratif dan rehabilitatif yang dilaksanakan secara terpadu, menyeluruh

dan berkesinambungan. Untuk keberhasilan upaya pembangunan kesehatan

tersebut maka masyarakat perlu diikutsertakan agar berpartisipasi aktif dalam

upaya kesehatan (UU Kesehatan, 2009).

Page 18: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1161/1/BAB I-V.docx · Web viewSasaran yang ingin dicapai sesuai target MDGs ke-4 yaitu menurunkan Angka Kematian Bayi menjadi 23 per 1000

18

Menurut Sondakh (2013) Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang

diselenggarakan secara sendiri atau bersama-sama dalam suatu organisasi untuk

memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan

penyakit, serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga, kelompok maupun

masyarakat. Syarat pelayanan kesehatan yang baik setidak-tidaknya dapat

dibedakan atas 13 macam, yakni tersedia (available), menyeluruh

(comprehensive), terpadu (integrated), berkesinambungan (continue), adil/merata

(equity), mandiri (sustainable), wajar (appropriate), dapat diterima (acceptable),

dapat dicapai (accessible), dapat dijangkau (affordable), efektif (effective),

efisien (efficient), serta bermutu (quality).

Mutu adalah kepatuhan terhadap standar yang telah ditetapkan Marjati

(2013). Sementara, mutu pelayanan kesehatan adalah yang merujuk pada

tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan dalam menimbulkan rasa puas pada

diri setiap pasien. Sama halnya dengan kebutuhan dan tuntutan, makin

sempurna kepuasan tersebut, makin baik pula mutu pelayanan kesehatan.

Secara umum disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan mutu

pelayanan kesehatan adalah timbulnya kepuasan pada setiap pasien sesuai

dengan tingkat kepuasan rata-rata penduduk, serta tata cara penyelenggaraannya

sesuai dengan kode etik dan standar pelayanan profesi yang telah ditetapkan.

Menurut Muninjaya (2014) Mutu pelayanan kesehatan merupakan tingkat

kesempurnaan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan sesuai dengan kode

etik dan standar pelayanan yang ditetapkan, sehingga menimbulkan kepuasan

Page 19: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1161/1/BAB I-V.docx · Web viewSasaran yang ingin dicapai sesuai target MDGs ke-4 yaitu menurunkan Angka Kematian Bayi menjadi 23 per 1000

19

bagi setiap pasien Muninjaya (2014). Pelayanan yang bermutu sangat

diperlukan karena merupakan hak setiap pelanggan, dan dapat memberi peluang

untuk memenangkan persaingan dengan pemberi layanan kesehatan lainnya.

Kualitas pelayanan dan nilai berdampak langsung terhadap pelanggan. Kepuasan

pelanggan dipengaruhi oleh kualitas pelayanan yang dirasakan. Pelanggan

institusi pelayanan kesehatan dibedakan menjadi dua yaitu :

1. Pelanggan internal (internal customer) yaitu mereka yang bekerja di dalam

institusi kesehatan seperti staf medis, paramedis, teknisi, administrasi,

pengelola dan lain sebagainya.

2. Pelanggan eksternal (external customer) yaitu pasien, keluarga pasien,

pengunjung, pemerintah, perusahaan asuransi kesehatan, masyarakat umum,

rekanan, lembaga swadaya masyarakat dan lain sebagainya (Muninjaya,

2014).

2.2.3 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Mutu Pelayanan Kesehatan

Faktor-faktor yang mempengaruhi mutu pelayanan kesehatan menurut

Endarwati (2012) adalah unsur masukan, lingkungan dan proses.

1. Unsur Masukan

Unsur masukan meliputi sumber daya manusia, dana dan sarana.

Jika sumber daya manusia dan sarana tidak sesuai dengan standar dan

kebutuhan, maka pelayanan kesehatan akan kurang bermutu. Upaya

dalam meningkatkan mutu puskesmas diperlukan sumber daya manusia

Page 20: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1161/1/BAB I-V.docx · Web viewSasaran yang ingin dicapai sesuai target MDGs ke-4 yaitu menurunkan Angka Kematian Bayi menjadi 23 per 1000

20

yang profesional (SDM) dan peningkatan fasilitas kesehatan. SDM yang

profesional harus mempunyai pendidikan dan keahlian serta memiliki

motivasi, kompetensi dan komitmen kerja yang baik (Muninjaya, 2014).

2. Unsur Lingkungan

Unsur lingkungan meliputi kebijakan, organisasi dan manajemen.

3. Unsur Proses

Yang termasuk dalam unsur proses meliputi proses pelayanan baik

tindakan medis maupun tindakan non-medis. Tindakan non medis salah

satunya adalah penerapan manajemen puskesmas yang merupakan proses

dalam rangkaian kegiatan yang dilaksanakan secara sistematis untuk

mencapai tujuan puskesmas (Kemenkes, 2012).

Hal ini sejalan dengan teori yang disampaikan oleh Muninjaya (2014)

bahwa mutu pelayanan kesehatan dapat dikaji berdasarkan output sistem

pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh tiga komponen yaitumasukan/input, proses

dan lingkungan.

Menurut Alwi, A. (2011) ada tiga pendekatan penilaian mutu yaitu :

1. Input

Aspek struktur meliputi segala sesuatu yang dibutuhkan untuk

dapat melaksanakan kegiatan berupa sumber daya manusia, dana dan

sarana. Input fokus pada sistem yang dipersiapkan dalam organisasi,

termasuk komitmen, prosedur serta kebijakan sarana dan prasarana

fasilitas dimana pelayanan diberikan.

Page 21: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1161/1/BAB I-V.docx · Web viewSasaran yang ingin dicapai sesuai target MDGs ke-4 yaitu menurunkan Angka Kematian Bayi menjadi 23 per 1000

21

2. Proses

Merupakan semua kegiatan yang dilaksanakan secara profesional

oleh tenaga kesehatan (dokter, perawat, dan tenaga profesi lain) dan

interaksinya dengan pasien, meliputi metode atau tata cara pelayanan

kesehatan dan pelaksanaan fungsi manajemen.

3. Output

Aspek keluaran adalah mutu pelayanan yang diberikan melalui

tindakan dokter, perawat yang dapat dirasakan oleh pasien dan

memberikan perubahan ke arah tingkat kesehatan dan kepuasan yang

diharapkan pasien.

2.2.4 Dimensi Mutu Pelayanan Kesehatan

Muninjaya (2014), menganalisis dimensi mutu jasa berdasarkan lima

aspek komponen mutu. Lima aspek komponen mutu pelayanan dikenal dengan

nama Servqual (Service Quality). Servqual mempunyai kontribusi dalam

mengidentifikasi masalah dan menentukan langkah awal pemberi layanan untuk

mengevaluasi kualitas pelayanan. Dimensi mutu menurut Parasuraman terdiri

dari lima dimensi :

1. Bukti fisik (tangibles), mutu pelayanan dapat dirasakan langsung

terhadap fasilitas, penampilan fisik serta pendukung pendukung dalam

pelayanan.

Page 22: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1161/1/BAB I-V.docx · Web viewSasaran yang ingin dicapai sesuai target MDGs ke-4 yaitu menurunkan Angka Kematian Bayi menjadi 23 per 1000

22

2. Kehandalan (reliability), yaitu kemampuan untuk memberikan pelayanan

tepat waktu dan akurat sesuai dengan yang ditetapkan.

3. Daya tanggap (responsiveness), yaitu kesediaan petugas untuk memberikan

pelayanan yang cepat sesuai prosedur dan mampu memenuhi harapan

pelanggan.

4. Jaminan (assurance), yaitu berhubungan dengan rasa aman dan

kenyamanan pasien karena adanya kepercayaan terhadap petugas yang

memiliki kompetensi, kredibilitas dan ketrampilan yang tepat dalam

memberikan pelayanan dan pasien memperoleh jaminan pelayanan yang

aman dan nyaman.

5. Empati (emphaty), yaitu berhubungan dengan kepedulian dan perhatian

petugas kepada setiap pelanggan dengan mendengarkan keluhan dan

memahami kebutuhan serta memberikan kemudahan bagi seluruh

pelanggan dalam menghubungi petugas.

2.2.5 Pengembangan Mutu Pelayanan Kesehatan

Langkah-langkah pengembangan mutu pelayanan harus dimulai dari

perencanaan, pengembangan jaminan mutu, penentuan standar hingga

monitoring dan evaluasi hasil. Menurut Muninjaya (2014) langkah-langkah

pengembangan jaminan mutu terdiri dari tiga tahap.

Page 23: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1161/1/BAB I-V.docx · Web viewSasaran yang ingin dicapai sesuai target MDGs ke-4 yaitu menurunkan Angka Kematian Bayi menjadi 23 per 1000

23

1. Tahap pengembangan strategi dimulai dengan membangkitkan kesadaran

(awareness) akan perlunya pengembangan jaminan mutu pelayanan yang

diikuti dengan berbagai upaya pelaksanaan, peningkatan, komitmen dan

pimpinan, merumuskan visi dan misi institusi diikuti dengan penyusunan

rencana strategis, kebijakan dan rencana operasional, perbaikan

infrastruktur agar kondusif dengan upaya pengembangan mutu.

2. Tahap tranformasi yaitu membuat model-model percontohan di dalam

institusi untuk peningkatan mutu secara berkesinambungan yang

mencakup perbaikan proses perbaikan standar prosedur, dan pengukuran

tingkat kepatuhan terhadap standar prosedur tersebut, pembentukan

kelompok kerja (pokja) mutu yang trampil melakukan perbaikan mutu,

pelatihan pemantauan, pemecahan masalah untuk selanjutnya dipakai

sebagai dasar peningkatan mutu, monitoring dan evaluasinya. Rangkaian

ini disingkat PDCA (Plan, Do, Check and Action).

3. Tahap integrasi yaitu pengembangan pelaksanaan jaminan mutu

diterapkan di seluruh jaringan (unit) institusi, tetapi tetap

memperthanakan komitmen yang sudah tumbuh, optimalisasi proses

pengembangan jaminan mutu secara berkesinambungan.

Perbaikan atau peningkatan mutu bertujuan untuk mencapai kinerja yang

optimal, proses operasional juga harus optimal. Kegiatan peningkatan mutu

meliputi mengidentifikasi proses, membentuk tim untuk melakukan perbaikan

proses tersebut, melakukan diagnosis dan analisis untuk mencari penyebab dan

Page 24: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1161/1/BAB I-V.docx · Web viewSasaran yang ingin dicapai sesuai target MDGs ke-4 yaitu menurunkan Angka Kematian Bayi menjadi 23 per 1000

24

mengidentifikasi penyebab masalah yang utama dan mengembangkan kegiatan-

kegiatan korektif dan preventif serta melakukan uji coba dan berikan

rekomendasi untuk perbaikan yang efektif.

2.2.6 Program Menjaga Mutu Pelayanan Kesehatan

Menurut Sondakh (2013) Program menjaga mutu atau program jaminan

mutu (PJM-Quality Assurance Program) adalah sesuatu upaya yang

dilaksanakan secara berkesinambungan, sistematis, objektif, dan terpadu untuk:

1. Menetapkan masalah mutu dan penyebabnya berdasarkan standar yang

telah ditetapkan.

2. Menetapkan dan melaksanakan cara penyelesaiaan masalah sesuai dengan

kemampuan yang tersedia.

3. Menilai hasil yang dicapai.

4. Menyusun rencana tindak lanjut untuk lebih meningkatkan mutu.

Dari batasan tersebut dapat diketahui bahwa PJM merupakan sebuah

proses yang dilakukan secara bertahap tetapi berkelanjutan, mulai dari

indentifikasi masalah mutu, mencari dan menerapkan solusi, serta menilai

hasilnya dalam bentuk peningkatan mutu dan penurunan biaya produksi.

Beberapa istilah tentang PJM yang sudah dikenal banyak pakar adalah sebagai

berikut Manajemen Kesehatan Marjati (2013).

Page 25: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1161/1/BAB I-V.docx · Web viewSasaran yang ingin dicapai sesuai target MDGs ke-4 yaitu menurunkan Angka Kematian Bayi menjadi 23 per 1000

25

Menurut Sondakh (2013) Bentuk program menjaga mutu tersebut bisa

ditinjau dari kedudukan organisasi pelaksana program menjaga mutu yaitu:

1. Program Menjaga Mutu Internal

Pada bentuk ini kedudukan organisasi yang bertanggung jawab

terhadap program menjaga mutu berada dalam institusi yang

menyelenggrakan pelayanan kesehatan. Organisasi yang dapat dibentuk

banyak macamnya, jika ditinjau dari peranan para pelaksananya, secara

umum dapat dibedakan atas dua macam:

a. Para pelaksana program menjaga mutu adalah para ahli yang tidak

terlibat dalam pelayanan kesehatan (expert group) yang secara khusus

diberikan wewenang dan tanggung jawab menyelenggarakan Program

Menjaga Mutu.

b. Para pelaksana program menjaga mutu adalah mereka yang

menyelenggarakan pelayanan kesehatan (team based), jadi semacam

Gugus Kendali Mutu, sebagaimana yang banyak dibentuk di dunia

industri.

Dari dua bentuk organisasi yang dibentuk ini, yang dinilai paling baik

adalah bentuk yang kedua, Karena sesunggunya yang paling bertanggung jawab

menyelenggarakan program menjaga mutu sebaiknya bukan orang lainmelainkan

adalah mereka yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan itu sendiri.

Page 26: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1161/1/BAB I-V.docx · Web viewSasaran yang ingin dicapai sesuai target MDGs ke-4 yaitu menurunkan Angka Kematian Bayi menjadi 23 per 1000

26

2. Program Menjaga Mutu Eksternal

Pada bentuk ini kedudukan organisasi yang bertanggung jawab

terhadap program menjaga mutu berada di luar institusi yang

menyelenggarakan pelayanan kesehatan.

Jika dibandingkan kedua bentuk program menjaga mutu ini, jelas

program menjaga internal dinilai lebih baik. Oleh karena pada program

menjaga mutu eksternal seolah-olah ada campurtangan pihak luar untuk

pelayanan kesehatan yang diselenggarakan oleh suatu institusi pelayanan

kesehatan, yang biasanya sulit diterima Pipitcahyani (2013).

Tetapi jika ditinjau dari waktu dilaksanakannya kegiatan menjaga

mutu dapat dibedakan menjadi tiga macam, yakni sebagai berikut:

a. Program Menjaga Mutu Prospektif

Program menjaga mutu prospektif (prospective quality assurance)

adalah program menjaga mutu yang dilaksanakan sebelum pelayanan

kesehatan diselenggarakan Sondakh (2013). Pada bentuk ini perhatian

utama lebih ditunjukkan pada unsur masukan serta lingkungan.

Untuk menjamin terselenggaranya pelayanan kesehatan yang bermutu,

dilakukan pemantauan dan penilaian terhadap tenaga pelaksana¸ dana,

serta sarana; di samping terhadap kebijakan, organisasi, dan

manajemen institusi kesehatan.

Page 27: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1161/1/BAB I-V.docx · Web viewSasaran yang ingin dicapai sesuai target MDGs ke-4 yaitu menurunkan Angka Kematian Bayi menjadi 23 per 1000

27

b. Program Menjaga Mutu Konkuren

Program menjaga mutu konkuren (concurrent quality assurance)

adalah program menjaga mutu yang diselenggarakan bersamaan

dengan pelayanan kesehatan. pada bentuk ini, perhatiaan utama lebih

ditunjukkan pada unsur proses, yakni memantau dan menilai

tindakan medis dan nonmedis yang dilakukan. Apabila kedua

tindakan tersebut tidak sesuai dengan standar yang telah ditetapkan,

maka berarti pelayanan kesehatan yang diselenggarakan kurang

bermutu (Sondakh, 2013).

c. Program Menjaga Mutu Retrospektif

Program menjaga mutu retrospektif (retrospective quality

assurance) adalah program menjaga mutu yang diselenggarakan

setelah pelayanan kesehatan. pada bentuk ini, perhatian utama lebih

ditunjukkan pada unsur keluaran/hasil, yakni memantau dan menilai

penampilan pelayanan kesehatan. jika penampilan tersebut berada

dibawah standar yang telah ditetapkan, berarti pelayanan kesehatan

yang diselenggarakan kurang bermutu (Sondakh, 2013).

Page 28: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1161/1/BAB I-V.docx · Web viewSasaran yang ingin dicapai sesuai target MDGs ke-4 yaitu menurunkan Angka Kematian Bayi menjadi 23 per 1000

28

Menurut Pipitcahyani (2013) Apabila program menjaga mutu dapat

dilaksanakan, banyak manfaat yang akan diperoleh. Secara umum manfaat yang

dimaksud adalah sebagai berikut:

1. Dapat lebih meningkatkan efektivitas pelayanan kesehatan.

2. Dapat lebih meningkatkan efisiensi pelayanan kesehatan.

3. Dapat lebih meningkatkan penerimaan masyarakat terhadap pelayanan

kesehatan.

4. Dapat melindungi pelaksana pelayanan dari kemungkinan munculnya

gugatan hukum.

2.3 Program Kesehatan Ibu dan Anak

2.3.1 Pengertian Program KIA

Program kesehatan ibu dan anak (KIA) merupakan salah satu dari enam

program pokok puskesmas yang bertujuan untuk memantapkan dan

meningkatkan jangkauan serta mutu pelayanan KIA secara efektif dan efisien.

Berdasarkan standar pelayanan minimal bidang kesehatan di kabupaten/kota

yang dikeluarkan oleh Kementrian Kesehatan RI, maka program di puskesmas,

khususnya KIA harus meliputi sebagai berikut meliputi : pelayanan ibu hamil,

ibu bersalin, ibu nifas, ibu dengan komplikasi kebidanan, keluarga berencana,

neonatus, bayi baru lahir dengan komplikasi, bayi dan anak balita serta anak

prasekolah.

Page 29: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1161/1/BAB I-V.docx · Web viewSasaran yang ingin dicapai sesuai target MDGs ke-4 yaitu menurunkan Angka Kematian Bayi menjadi 23 per 1000

29

2.3.2 Tujuan Program KIA

Tujuan program kesehatan ibu dan anak adalah tercapainya kemampuan

hidup sehat melalui peningkatan derajat kesehatan yang optimal, bagi ibu dan

keluarganya untuk menuju Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS)

serta meningkatnya derajat kesehatan anak untuk menjamin proses tumbuh

kembang optimal yang merupakan landasan bagi peningkatan kualitas manusia

seutuhnya.

Tujuan khusus dari program ini adalah :

1. Meningkatnya kemampuan ibu (pengetahuan, sikap dan prilaku), dalam

mengatasi kesehatan diri dan keluarganya dengan menggunakan

tekhnologi tepat guna dalam upaya pembinaan kesehatan keluarga dan

masyarakat sekitarnya.

2. Meningkatnya upaya pembinaan kesehatan balita dan anak prasekolah

secara mandiri didalam lingkungan keluarga da masyarakat.

3. Meningkatnya jangkauan pelayanan kesehatan bayi, anak balita, ibu

hamil, ibu bersalin, ibu nifas dan ibu meneteki.

4. Meningkatnya mutu pelayanan kesehatan ibu hamil, ibu bersalin, ibu

nifas, ibu meneteki, bayi dan anak balita.

5. Meningkatnya kemampuan dan peran serta masyarakat, keluarga dan

seluruh anggotanya untuk mengatasi masalah kesehatan ibu, balita, anak

prasekolah, terutama melalui peningkatan peran ibu dan keluarganya.

Page 30: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1161/1/BAB I-V.docx · Web viewSasaran yang ingin dicapai sesuai target MDGs ke-4 yaitu menurunkan Angka Kematian Bayi menjadi 23 per 1000

30

2.3.3 Pelayanan Program KIA

Adapun pelayanan Program KIA meliputi :

1. Pelayanan Antenatal

Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan yang diberikan oleh tenaga

kesehatan untuk ibu selama masa kehamilannya, dilaksanakan sesuai dengan

standar pelayanan antenatal yang ditetapkan dalam Standar Pelayanan

Kebidanan (SPK). Pelayanan antenatal sesuai standar meliputi anamnesis,

pemeriksaan fisik (umum dan kebidanan), pemeriksaan laboratorium rutin dan

khusus, serta intervensi umum dan khusus(sesuai resiko yang ditemukan dalam

pemeriksaan). Dalam penerapannya terdiri atas :

1. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan.

2. Ukur tekanan darah.

3. Nilai Status Gizi (ukur lingkar lengan atas).

4. Ukur tinggi fundus uteri.

5. Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ)

6. Skrining status imunisasi Tetanus dan berikan imunisasi Tetanus

Toksoid (TT) bila diperlukan.

7. Pemberian Tablet zat besi ini minimal 90 tablet selama kehamilan.

8. Test laboratorium (rutin dan khusus).

9. Tatalaksana kasus.

10. Temu wicara (konseling), termasuk perencanaan Persalinan dan

Pencegahan Komplikasi (P4K) serta KB pasca persalinan.

Page 31: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1161/1/BAB I-V.docx · Web viewSasaran yang ingin dicapai sesuai target MDGs ke-4 yaitu menurunkan Angka Kematian Bayi menjadi 23 per 1000

31

Frekuensi pelayanan antenatal adalah minimal 4 kali selama kehamilan,

yaitu :

- Minimal 1 kali pada triwulan pertama.

- Minimal 1 kali pada triwulan kedua, dan

- Minimal 2 kali pada triwulan ketiga.

2. Pertolongan Persalinan Oleh Tenaga kesehatan

Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan adalah pelayanan persalinan

yang aman yang dilakukan oleh tenaga kesehatan yang kompeten. Hal ini

diutamakan untuk :

a. Mencegah terjadinya infeksi

b. Menerapkan metode persalinan yang sesuai dengan standar

c. Merujuk kasus yang tidak dapat ditangani ke tingkat pelayanan yang

lebih tinggi

d. Melaksanakan Inisiasi Menyusu Dini (IMD)

e. Memberikan injeksi vit K 1 dan salap mata pada bayi baru lahir

3. Deteksi Dini Faktor Resiko dan Komplikasi Kebidanan

Deteksi dini kehamilan dengan faktor resiko adalah kegiatan yang

dilakukan untuk menemukan ibu hamil yang mempunyai faktor resiko dan

komplikasi kebidanan. Kehamilan merupakan proses reproduksi yang normal,

tetapi tetap mempunyai resiko untuk terjadinya komplikasi. Oleh karnanya

Page 32: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1161/1/BAB I-V.docx · Web viewSasaran yang ingin dicapai sesuai target MDGs ke-4 yaitu menurunkan Angka Kematian Bayi menjadi 23 per 1000

32

deteksi dini oleh tenaga kesehatan dan masyarakat tentang adanya faktor resiko

dan komplikasi, serta penanganan yang adekuat sedini mungkin, merupakan

kunci keberhasilan dalam penurunan angka kematian ibu dan bayi yang

dilahirkannya.

Faktor-faktor resiko pada ibu hamil adalah :

- Primigravida <20 tahun atau >35 tahun

- Anak >4 orang

- Jarak persalinan terakhir dan kehamilan sekarang <2 tahun

- Kurang energi kronis (KEK) dengan LLA <23,5 cm atau penambahan

berat badan >9 kg selama masa kehamilan

- Anaemia dengan Hb<11 g/dl

- TB <145 cm atau dengan kelainan bentuk panggul dan tulang belakang

- Riwayat hipertensi pada kehamilan sebelumnya atau pada kehamilan

sekarang.

- Sedang menderita penyakit kronis antaranya :TBC, kelainan jantung,

ginjal, hati, kelainan endokrin, tumor dan keganasan.

- Riwayat kehamilan buruk (abortus berulang, mola hidatidosa, KPD,

kehamilan ektopik, bayi dengan cacat konginetal).

- Riwayat persalinan dengan komplikasi (sectio cesaria, ekstraksi

vakum/forcep).

- Kelainan jumlah janin (kehamilan ganda)

- Kelainan besar janin dan Kelainan letak janin

Page 33: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1161/1/BAB I-V.docx · Web viewSasaran yang ingin dicapai sesuai target MDGs ke-4 yaitu menurunkan Angka Kematian Bayi menjadi 23 per 1000

33

4. Penanganan Komplikasi Kebidanan

Penanganan komplikasi kebidanan adalah pelayanan kepada ibu dengan

komplikasi kebidanan untuk mendapat penanganan definitif sesuai standar oleh

tenaga kesehatan yang kompeten pada tingkat pelayanan dasar dan rujukan.

Untuk meningkatkan cakupan dan kualitas penanganan komplikasi

kebidanan maka diperlukan adanya fasilitas pelayanan kesehatan yang mampu

memberikan pelayanan onstetri dan neonatal emergensi secara berjenjang mulai

dari polindes/poskesdes, puskesmas mampu PONED sampai rumah sakit

PONEK 24 jam.

Pelayanan medis yang dapat dilakukan di puskesmas mampu PONED

meliputi :

Pelayanan obstetri :

- Penanganan pendarahan pada kehamilan, persalinan dan nifas

- Pencegahan dan penanganan hipertensi dalam kehamilan

- Pencegahan dan penanganan infeksi

- Penanganan partus lama/ macet

- Penanganan abortus

- Stabilisasi komplikasi obstetrik untuk dirujuk dan transportasi rujukan

Page 34: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1161/1/BAB I-V.docx · Web viewSasaran yang ingin dicapai sesuai target MDGs ke-4 yaitu menurunkan Angka Kematian Bayi menjadi 23 per 1000

34

Pelayanan neonatus :

- Pencegahan dan penanganan asfiksia

- Pencegahan dan penanganan hipotermi

- Penanganan BBLR

- Pencegahan dan penanganan infeksi neonatus, kejang neonatus, ikterus

ringan sedang

- Pencegahan dan penanganan gangguan minum

5. Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas

Pelayanan kesehatan ibu nifas adalah pelayanan kesehatan sesuai standar

pada ibu mulai 6 jam sampai 42 hari pasca besalin oleh tenaga kesehatan.

untuk deteksi dini komplikasi pada ibu nifas diperlukan pemantauan

pemeriksaan terhadap ibu nifas dan meningkatkan cakupan KB pasca persalinan

dengan melakukan kunjungan nifas minimal sebanyak 3 kali dengan ketentuan

waktu :

- Kunjugan nifas pertama (KF1) : 6 jam-3 hari pasca persalinan

- Kunjungan nifas kedua (KF2) : 4-28 hari pasca persalinan

- Kunjungan nifas ketiga (KF3) : 29-42 hari pasca persalinan

Pelayanan yang diberikan adalah :

- Pemeriksaan TD, nadi, respirasi, dan suhu

- Pemeriksaan tinggi fundus uteri (involusi uteri)

Page 35: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1161/1/BAB I-V.docx · Web viewSasaran yang ingin dicapai sesuai target MDGs ke-4 yaitu menurunkan Angka Kematian Bayi menjadi 23 per 1000

35

- Pemeriksaan lokhia dan pengeluaran pervaginam lainnya

- Pemeriksaan peyudara dan anjuran ASI eklusif

- Pemberian kapsul vit A sebanyak 2 kali (segera setelah melahirkan dan

24 jam setelah pemberian pertama

- Pelayanan KB pasca persalinan

6. Pelayanan Kesehatan Neonatus

Pelayanan kesehatan neonatus adalah pelayanan kesehatan sesuai standar

yang diberikan oleh tenaga kesehatan yang kompeten kepada neonatus

sedikitnya 3 kali, selama periode 0-28 hari setelah lahir, baik difasilitas

kesehatan maupu melalui kunjungan rumah. Pelaksanaan pelayanan kesehatan

neonatus yaitu :

- Kunjugan Neonatus ke-1 (KN 1) : 6-48 jam setelah lahir

- Kunjungan Neonatus ke-2 (KN 2) : hari ke 3-7 setelah lahir

- Kunjungan Neonatus ke-3 (KN 3) : hari ke 8-28 setelah lahir

Kunjungan neonatal bertujuan untuk meningkatkan akses neonatus terhadap

pelayanan kesehatan dasar, mengetahui sedini mungkin bila terdapat

kelainan/masalah kesehatan pada neonatus. Resiko terbesar kematian neonatus

terjadi pada 24 jam pertama kehidupan, minggu pertama dan bulan pertama

kehidupannya. Sehingga jika bayi lahir di fasilitas kesehatan sangat dianjurkan

untuk tetap tinggal difasilitas kesehatan selama 24 jam pertama.

Page 36: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1161/1/BAB I-V.docx · Web viewSasaran yang ingin dicapai sesuai target MDGs ke-4 yaitu menurunkan Angka Kematian Bayi menjadi 23 per 1000

36

7. Pelayanan Neonatus dengan Komplikasi

Pelayanan neonatus dengan komplikasi adalah penanganan neonatus dengan

penyakit dan kelainan yang dapat menyebabkan kesakitan, kecacatan dan

kematian oleh dokter/bidan/perawat terlatih di polindes, puskesmas, puskesmas

PONED, rumah bersalin dan rumah sakit pemerintah/swasta.

Tanda-tanda neonatus dengan komplikasi :

- Tidak mau minum/menyusu atau memuntahkan semua yang masuk

kemulutnya

- Riwayat kejang

- Bergerak jika hanya dirangsang

- Frewensi napas<30 x /menit atau >60 x / menit

- Suhu tubuh<35,5 atau >37,5

- Tarikan dinding dada kedalam sangat kuat

- Ada pustul dikulit, nanah banyak dimata

- Pusar kemerahan meluas ke dinding perut

- BBLR atau ada masalah menyusu

- Berat menurun umur rendah, adanya kelainan kongenital

- Prematuritas, asfiksia, infeksi bakteri, kejang, ikterus

- Diare, hipotermi, tetanus neonatorum

- Trauma lahir, sindrom gangguan pernapasan, dll

Page 37: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1161/1/BAB I-V.docx · Web viewSasaran yang ingin dicapai sesuai target MDGs ke-4 yaitu menurunkan Angka Kematian Bayi menjadi 23 per 1000

37

8. Pelayanan Kesehatan Bayi

Pelayanan kesehatan bayi adalah pelayanan kesehatan sesuai standar yang

diberikan oleh tenaga kesehatan kepada bayi sedikitnya 4 kali, selama periode

29 hari sampai 11 bulan setelah lahir.

Pelaksanaan pelayanan kesehatan bayi :

- Kunjungan bayi satu kali pada umur 29 hari 2 bulan.

- Kunjungan bayi satu kali pada umur 3 5 bulan.

- Kunjungan bayi satu kali pada umur 6 8 bulan.

- Kunjungan bayi satu kali pada umur 9 11 bulan.

Kunjugan bayi bertujuan untuk meningkatkan akses bayi terhadap

pelayanan kesehatan dasar, mengetahui sedini mungkin bila terdapat kelainan

pada bayi sehingga cepat mendapat pertolongan pemeliharaan kesehatan dan

pencegahan penyakit melalui pemantauan pertumbuhan, imunisasi, serta

peningkatan kualitas hidu bayi dengan stimulasi tumbuh kembang. Dengan

demikian hak anak mendapatkan pelayanan kesehatan terpenuhi. Pelayanan

kesehatan tersebut meliputi :

a. Pemberian imunisasi dasar lengkap (BCG, polio 1-4, DPT / Hb,

campak) sebelum usia 1 tahun.

b. Stimulasi deteksi intervensi dini tumbuh kembang bayi (SDIDTK)

c. Pemberian vitamin A (6-11 bulan)

Page 38: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1161/1/BAB I-V.docx · Web viewSasaran yang ingin dicapai sesuai target MDGs ke-4 yaitu menurunkan Angka Kematian Bayi menjadi 23 per 1000

38

d. Konseling ASI ekslusif, pemberian makanan pendamping ASI, tanda-

tanda sakit dan perawatan kesehatan bayi dirumah menggunakan buku

KIA.

e. Penanganan dan rujukan kasus jika perlu

f. Penanganan dengan metoda MTBS

9. Pelayanan Kesehatan Anak Balita

Masa balita merupakan masa keemasan atau golden periode dimana

terbentuk dasar-dasar kemampuan keindraan, berfikir, berbicara serta

pertumbuhan mental intelektual yang intensif dan awal perumbuhan

moral.Pelayanan kesehatan anak balita meliputi pelayanan pada anak balita

sakit dan sehat. Pelayanan yang diberikan oleh tenaga kesehatan sesuai standar

yang meliputi :

a. Pelayanan pemantauan pertumbuhan minimal 8 kali setahun

b. Stimulasi deteksi dan intervensi dini tumbuh kembang (SDIDTK)

c. Pemberian vitamin A dosis tinggi, 2 kali setahun

d. Kepemilikan dan pemanfaatan buku KIA oleh setiap anak balita

e. Pelayanan anak balita sakit sesuai standar dengan menggunakan

pendekatan MTBS (Manajemen Terpadu Balita Sakit)

Page 39: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1161/1/BAB I-V.docx · Web viewSasaran yang ingin dicapai sesuai target MDGs ke-4 yaitu menurunkan Angka Kematian Bayi menjadi 23 per 1000

39

10. Pelayanan KB Berkualitas

Pelayanan KB Berkualitas adalah pelayanan KB sesuai standar dengan

menghormati hak individu dalam merencanakan kehamilan sehingga diharapkan

dapat berkonstribusi dalam menurunkan angka kematian ibu dan menurunkan

tingkat fertilitas bagi pasangan yang telah cukup memiliki anak (2 anak lebih

baik), serta meningkatkan fertilitas bagi pasangan yang ingin mempunyai anak.

Pelayanan KB bertujuan untuk menunda (merencanakan) kehamilan. Bagi

Pasangan Usia Subur yang ingin menjarangkan dan/atau menghentikan

kehamilan, dapat menggunakan metode kontrasepsi yang meliputi :

a. KB alamiah (sistem kalender, coitus interuptus)

b. Metode KB hormonal (pil, suntik, susuk)

c. Metode KB non hormonal (kondom, AKDR/IUD, vasektomi, dan

tubektomi).

Page 40: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1161/1/BAB I-V.docx · Web viewSasaran yang ingin dicapai sesuai target MDGs ke-4 yaitu menurunkan Angka Kematian Bayi menjadi 23 per 1000

40

2.4 Kerangka Pikir

Menurut Suharsimi Arikunto (2009) evaluasi adalah kegiatan untuk

mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi

tersebut digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil

keputusan.

Setelah memilih objek yang akan dievaluasi, maka harus ditentukan aspek-

aspek apa saja dari objek tersebut yang akan dievaluasi. Masa lalu evaluasi berfokus

kebanyakan atas hasil yang dicapai, jadi untuk mengevaluasi objek program,

berarti mengevaluasi hasil programnya yaitu hasil yang telah dicapai peserta.

Akhir-akhir ini, usaha evaluasi ditujukan untuk memperluaskan atau

memperbanyak variabel evaluasi dalam bermacam-macam model evaluasi

(Tayibnapis, 2008). Model CIPP dari Stufflebeam mengemukakan evaluasi yang

berfokus pada empat aspek yaitu :

Conteks

Input

Proses

produk

Gambar 2.1 Kerangka Pikir

Keterangan : variabel yang diteliti

Variabel yang tidak diteliti

Mutu Pelayanan Program KIA

Page 41: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1161/1/BAB I-V.docx · Web viewSasaran yang ingin dicapai sesuai target MDGs ke-4 yaitu menurunkan Angka Kematian Bayi menjadi 23 per 1000

41

2.5 Alur Pikir

Gambar 2.2Alur Pikir

Conteks

1. Indikator-indikator pelayanan program KIA di Puskesmas Peureumeu :- Kunjugan ibu hamil K1- Kunjungan ibu hamil K4- Komplikasi kebidanan yangditangani- Pertolongan persalinan oleh tenaga

kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan

- Pelayanan nifas- Pelayanan neonatus dengan

komplikasi- Pelayanan kesehatan bayi- Pelayanan anak balita- Penjaringan kesehatan SD dan

setingkat- Peserta KB Aktif

Input

1. Pasien 2. SDM3. Dana dan sarana

Produk

1. Pelayanan kesehatan- Jasa dan layanan

Evaluasi Mutu Pelayanan

Program KIA

Page 42: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1161/1/BAB I-V.docx · Web viewSasaran yang ingin dicapai sesuai target MDGs ke-4 yaitu menurunkan Angka Kematian Bayi menjadi 23 per 1000

42

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian yang menggunakan metode

pendekatan kualitatif yang bertujuan untuk mengetahui secara jelas dan lebih

mendalam tentang Evaluasi Mutu Pelayanan Program KIA (Kesehatan Ibu dan

Anak) di Puskesmas Peureumeue Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh

Barat.

Metode penelitian dengan pendekatan kualitatif, istilah Penelitian

kualitatif seperti yang diungkapkan Moleong (2013) metodelogi penelitian

kualitatif didefinisikan sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data

deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku

yang dapat diamati.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Puskesmas Peureumeue Kecamatan

Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat pada bulan Mei 2016. Alasan pemilihan

lokasi penelitian adalah belum pernah ada dilakukan penelitian sebelumnya

dilokasi dengan judul yang sama, dan terjadi ketidak stabilan kunjungan pasien

KIA yang cenderung naik turun tiga tahun terakhir di Puskesmas Peureumeue.

Page 43: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1161/1/BAB I-V.docx · Web viewSasaran yang ingin dicapai sesuai target MDGs ke-4 yaitu menurunkan Angka Kematian Bayi menjadi 23 per 1000

43

3.3 Informan Penelitian

Informan adalah orang yang memberikan informasi (Arikunto, 2010).

Informan diperoleh dari kunjungan lapangan yang dilakukan di lokasi penelitian

Puskesmas Peureumeue, dipilih secara purposive merupakan metode penetapan

informan dengan berdasarkan kriteria-kriteria tertentu berdasarkan informasi

yang dibutuhkan. Kriteria-kriteria tersebut adalah :

- Pasien KIA yang berkunjung ke puskesmas peureumeue

- Pasien dalam keadaan sadar dan bisa diajak berkomunikasi

- Pasien bersedia menjadi responden

- Pasien sudah berobat minimal 2 kali

Adapun yang menjadi Informan dalam penelitian ini adalah :

1. Informan Utama (IU) adalah:

- Pengelola program KIA (Koordinator Program KIA)

- 1 orang bidan petugas diruang KIA

2. Informan Pokok (IP) adalah 5 orang pasien KIA yang

berkunjung ke Puskesmas Peureumeue.

3.4 Instrumen Penelitian

Dalam penelitian diperlukan suatu alat ukur yang tepat

dalam proses pengolahannya. Instruman penelitian adalah

suatu alat yang digunakan dalam mengukur fenomena alam

atau sosial yang diamati. Menurut Moleong (2013) sumber

data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan

Page 44: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1161/1/BAB I-V.docx · Web viewSasaran yang ingin dicapai sesuai target MDGs ke-4 yaitu menurunkan Angka Kematian Bayi menjadi 23 per 1000

44

tindakan selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen

dan lain-lain. Adapun alat-alat tambahan yang digunakan

dalam peneliti dalam mengumpulkan data berupa panduan

wawancara, buku catatan, alat perekam (recorder) dan kamera

digital.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data penulis menggunakan metode observasi

wawancara dan dokumentasi yaitu:

a. Pengamatan (Observasi)

Metode ini dilakukan untuk melihat dan mengamati secara

langsung keadaan di lapangan agar memperoleh gambaran yang jelas

tentang permasalahan yang diteliti. Peneliti melakukan pengamatan

langsung di lapangan untuk mengamati dan melakukan pengamatan dan

pencatatan terhadap segala bentuk informasi yang berkaitan dengan

evaluasi mutu pelayanan program KIA di puskesmas peureumeue.

b. Wawancara mendalam (Indept Interview)

Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan

melalui percakapan dengan maksud menggali informasi. Dalam penelitian

kualitatif, wawancara dilakukan secara mendalam. Wawancara dalam

penelitian ini adalah wawancara terstruktur dan tak berstruktur.

Wawancara terstruktur adalah peneliti menggunakan pedoman wawancara

yang telah disusun sebelumnya sedangkan wawancara tak berstruktur

Page 45: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1161/1/BAB I-V.docx · Web viewSasaran yang ingin dicapai sesuai target MDGs ke-4 yaitu menurunkan Angka Kematian Bayi menjadi 23 per 1000

45

adalah teknik wawancara yang tidak menggunakan pedoman wawancara

secara sistematis, tapi disesuaikan dengan situasi dan kondisi fenomena

dilapangan artinya pelaksanaan tanya jawab mengalir seperti dalam

percakapan sehari-hari.

c. Dokumentasi

Dokumen merupakan salah satu teknik pengumpulan data

sekunder, Menurut Moleong (2013), dokumen adalah setiap bahan

tertulis ataupun filem, lain dari record (rekaman) yang tidak

dipersiapkan karena adanya permintaan seorang penyidik.

Selanjutnya studi dokumentasi dapat diartikan sebagai teknik

pengumpulan data melalui bahan-bahan tertulis yang diterbitkan oleh

lembaga-lembaga yang menjadi objek penelitian, baik berupa prosedur,

peraturan-peraturan, gambar, laporan hasil pekerjaan serta berupa foto

ataupun dokumen elektronik (rekaman).

3.6 Jenis Data

3.6.1 Data Primer

Data primer adalah data yang didapatkan secara langsung dari sumber

objek penelitian yaitu di Puskesmas Peureumeue dan dari subjek penelitian

terdiri dari koordinator program KIA, petugas ruang KIA dan pasien.

Untuk menjaga keabsahan (validasi) data yang dikumpulkan, dilakukan

triangulasi (Moleong, 2013) yaitu:

Page 46: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1161/1/BAB I-V.docx · Web viewSasaran yang ingin dicapai sesuai target MDGs ke-4 yaitu menurunkan Angka Kematian Bayi menjadi 23 per 1000

46

1. Triangulasi sumber, dengan cara membandingkan dan mengecek balik suatu

informasi yang diperoleh melalui narasumber.

2. Triangulasi metode, menggunakan beberapa metode dalam pengumpulan data

yaitu yang didapat dari wawancara mendalam, pengkajian data, dan observasi

langsung di lapangan.

3.6.2 Data Sekunder

Data sekunder adalah data tambahan diperoleh dari pihak lain, data ini

tidak langsung diperoleh peneliti dari subjek peneliti. Dimana data tersebut

diperoleh dari informasi data rekam medis, studi kepustakaan dan internet yang

mendukung penelitian.

3.7 Definisi Istilah

Variabel Definisi Informan Informan Metode

Istilah Utama Pokok

Conteks Kunjungan ibu hamil Koordinator Pasien IndepK1, kunjungan ibu program KIA interviewhamil K4, komplikasikebidanan yang ditan-gani, pertolongan per-salinan oleh tenaga Petugaskesehatan yang memi-liki kompetensi kebid-anan, pelayanan nifas,pelayanan neonatus de-ngan komplikasi, pelay-anan kesehatan bayi, pe-layanan anak balita, pen-jaringan kesehatan SD dan setingkat, peserta

Page 47: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1161/1/BAB I-V.docx · Web viewSasaran yang ingin dicapai sesuai target MDGs ke-4 yaitu menurunkan Angka Kematian Bayi menjadi 23 per 1000

47

KB Aktif.

Input Masukan atau segala Koordinator Pasien Indepsesuatu yang dibutu- Program KIA interviewhkan untuk dapat me-laksanakan kegiatan berupa SDM, dana dan sarana. Petugas

Produk Keluaran atau mutu Koordinator Pasien Indeppelayanan yang di- program KIA interviewberikan berupa jasaatau layanan mela-lui tindakan medis Petugasatau non medis yangdapat dirasakan olehmasyarakat (pasien).

3.8 Teknik Analisis Data

Analisa Data Kualitatif Moleong (2013) adalah upaya yang dilakukan

dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya

menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan

menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan

memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.

Dalam penelitian kualitatif, Menurut Sugiyono (2008) kegiatan analisis

data dimulai sejak peneliti melakukan kegiatan pra-lapangan sampai dengan

selesainya penelitian. Analisis data dilakukan secara terus-menerus tanpa henti

sampai data tersebut jenuh. Proses pengumpulan data dilakukan tiga kegiatan

penting, diantaranya yaitu :

1) Reduksi Data

Page 48: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1161/1/BAB I-V.docx · Web viewSasaran yang ingin dicapai sesuai target MDGs ke-4 yaitu menurunkan Angka Kematian Bayi menjadi 23 per 1000

48

Kegiatan reduksi data, pada tahap ini terfokus pada pemilihan,

penyerderhanaan, dan transformasi data kasar dari catatan lapangan.

Dalam proses ini dipilih data yang relevan dengan fokus penelitian.

Proses reduksi ini dilakukan secara bertahap selama dan sesudah

pengumpulan data sampai laporan hasil. Reduksi data dilakukan dengan

cara membuat ringkasan data, menelusuri tema terbesar dan membuat

kerangka penyajian data.

2) Penyajian Data

Penyajian data dalam kegiatan ini peneliti menyususn kembali

data berdasarkan klasifikasi dan masing-masing topik dipisahkan,

kemudian topik yang sama disimpan dalam satu tempat, masing-masing

tempat diberi kode, hal ini dikarenakan agar tidak terjadi kesimpangan

data yang telah disaring. Pada tahap ini data disajikan dalam kesatuan

tema yang terkhusus pada permasalahan yang dituangkan dalam

pertanyaan penelitian.

3) Penarikan Kesimpulan

Data yang telah dikelompokkan yang sesuai dengan topik-topik,

kemudian diteliti kembali dengan cermat, mana data yang sudah lengkap

dan mana data belum lengkap yang masih memerlukan data tambahan,

dan kegiatan ini dilakukan selama penelitian berlangsung. Setelah data

dianggap cukup dan dianggap telah sampai kepada titik jenuh atau telah

memperoleh kesesuaian, maka kegiatan selanjutnya adalah menyusun

laporan hingga pada akhir pembuatan kesimpulan.

Page 49: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1161/1/BAB I-V.docx · Web viewSasaran yang ingin dicapai sesuai target MDGs ke-4 yaitu menurunkan Angka Kematian Bayi menjadi 23 per 1000

49

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Puskesmas Peureumeue adalah salah satu puskesmas yang ada di Kecamatan

Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat, yang terletak di jalan Meulaboh–Beureunuen

Km. 14 Gampong Beureugang. Puskesmas Peureumeue memiliki membawahi 8 unit

Pustu, 5 unit Polindes, 2 unit Poskesdes, 4 unit Posyandu plus dan 43 unit Posyandu,

luas wilayah kerja puskesmas peureumeu adalah + 439 Km2 dengan jumlah gampong

43 Gampong dengan jumlah penduduk sebanyak 20. 855 jiwa.

Batas-batas wilayah kerja Puskesmas Peureumeu sebagai berikut: Sebelah

Utara berbatas dengan wilayah kerja Unit Pelayanan Teknik Dinas (UPTD

Puskesmas Pante Ceureumeun dan Meutulang, Sebelah Selatan berbatas dengan

wilayah kerja Unit Pelayanan Teknik Dinas (UPTD) Puskesmas Meureubo dan Johan

Pahlawan, Sebelah Timur berbatas dengan wilayah kerja Unit Pelayanan Teknik

Dinas (UPTD) Puskesmas Pante Ceureumeun dan Kabupaten Nagan Raya, Sebelah

Barat berbatas dengan wilayah kerja Unit Pelayanan Teknik Dinas (UPTD)

Puskesmas Samatiga dan Kuta Padang Layung.

Fasilitas Kelengkapan Puskesmas adalah: Ruang Unit Gawat Darurat (UGD),

Ruang Kartu, Kamar Mandi/WC, Poli Umum, Poli Gigi, Ruang Kepala, Gudang

Page 50: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1161/1/BAB I-V.docx · Web viewSasaran yang ingin dicapai sesuai target MDGs ke-4 yaitu menurunkan Angka Kematian Bayi menjadi 23 per 1000

50

Obat, Ruang Imunisasi, Kantin; Ruang Tata Usaha, Ruang Bersalin, Ruang Keswa,

Ruang Resepsionis, Ruang Tunggu, Ruang KIA, Apotek, Ruang Rawat Inap,

Perpustakaan, Laboratorium, Anamnese, MTBS, Ruang Bendahara, Areal Parkir,

Rumah Dokter, Rumah Staf, Dapur Gizi, dan Garasi.

4.1.1 Cakupan Wilayah/Gampong

Puskesmas Peureumeu memiliki luas wilayah kerja + 439 Km2 yang terdiri

dari 43 Desa dengan jumlah penduduk 20.855 jiwa dengan uraian sebagaimana

tersebut dibawah ini :

Tabel 4.1 Jumlah Penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas Peureumeue Tahun 2015

No Nama Desa PendudukJml Lk Pr

1 Marek 412 208 2042 Pasi Jambu 683 344 3393 AlueTampak 1,228 633 5954 Meunasah Buloh 439 229 2105 Padang Mancang 534 270 2646 Simpang 373 177 1957 Peunia 650 330 3208 Kampong Mesjid 765 390 3769 Keude Aron 634 308 32610 Beuregang 890 408 48211 Mns.Rayeuk 936 631 30512 Mns.Ara 298 123 17513 Tp.Ladang 489 245 24414 Pasi Teungoh 548 260 28615 Tanjong Bungong 381 186 19516 Putim 345 173 17217 Mns.Rambot 457 235 222

Page 51: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1161/1/BAB I-V.docx · Web viewSasaran yang ingin dicapai sesuai target MDGs ke-4 yaitu menurunkan Angka Kematian Bayi menjadi 23 per 1000

51

Lanjutan Tabel 4.1 Jumlah Penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas Peureumeue Tahun 2015

No Nama Desa PendudukJml Lk Pr

18 Pasi Jeumoa 431 228 20319 Mukoh 141 64 7720 Palimbungan 252 183 19421 Blang Geunang 377 178 19122 Alue On 279 143 13623 Puuk 230 103 12724 Mns Gantung 387 193 19425 Pungki 560 290 27026 Mng Tanjong 426 211 21527 Pasi Meugat 488 239 24928 Babah Meulaboh 141 75 6629 Tjg. Meulaboh 274 138 13630 Alue Peudeung 486 236 25031 Teuladan 229 126 10332 Pucok Pungki 184 88 9633 Pasi Ara 308 151 15734 Drien Calee 189 85 10435 Teupin Panah 430 227 20336 Blang Dalam 167 85 8237 Alue Lhee 247 130 11738 Kd. Tanjong 428 213 21539 Pasi Kumbang 549 281 26840 Sw. Teubeui 748 398 35041 Alue Lhok 452 244 20842 Pd. Sikabu 2,100 1,076 1,02443 Keuramat 291 150 141

Jumlah Keseluruhan 20.855 10.633 10.222

Sumber: Puskesmas Peureumeue, 2015

Page 52: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1161/1/BAB I-V.docx · Web viewSasaran yang ingin dicapai sesuai target MDGs ke-4 yaitu menurunkan Angka Kematian Bayi menjadi 23 per 1000

52

4.2 Hasil Penelitian

4.2.1 Karakteristik Informan

Informan dalam penelitian ini berjumlah 7 orang yang terdiri dari

Informan Utama yaitu koordinator program KIA, 1 orang bidan yang bekerja

diruang KIA dan Informan Pokok yaitu 5 orang pasien KIA.

4.2.2 Conteks

Hasil wawancara dengan koordinator dan petugas ruang KIA mengenai

program KIA yang dilaksanakan di puskesmas peureumeue, dimana jawaban

responden Informan Utama 1 dan Informan Utama 2 adalah sama, bahwa

pencapaian target program KIA di puskesmas peureumeue belum mencapai

target seratus persen, baru sembilan puluh lima, lima lagi yang belum tercapai,

kendalanya ibu hamil pindah ketempat lain tapi tidak dilaporkan. Berikut hasil

wawancaranya :

“Mmm.... mencapai target belum seratus persen, angkanya baru 95 mungkin 5 % lagi yang harus dikejar, mmm.... pencapaian ibu hamilnya belum mencapai 100%, kendalanya mmm... ibu hamil dan pendudukkan ada yang pindah ketempat yang lain jadi KK dan KTP nya masih sasaran puskesmas kaway, sedangkan kelahiran dan kehamilannya yang tinggal ditempat lain tidak pernah dilaporkan, eemm.... jadi sasaran kita hilang, mungkin kerja sama diantara lintas kecamatannya aja yang kurang mmm.... kurang laporan dari daerah lain.” (IU1)

“Eemm.... sejauh ini sudah dilaksanakan, mmm.... semua bidan melaksanakan semua tugasnya dan juga setiap bidan desa, dengan pemantauan dari bidan KIA, kalau pencapaian target belum seratus persen ya.” (IU2)

Page 53: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1161/1/BAB I-V.docx · Web viewSasaran yang ingin dicapai sesuai target MDGs ke-4 yaitu menurunkan Angka Kematian Bayi menjadi 23 per 1000

53

Pendapat yang sama juga diutarakan oleh Informan Pokok 1 dan

Informan Pokok 2 adalah sama mengenai kunjungan ibu hamil, dimana ibu

tersebut tidak pernah memeriksakan kehamilannya kepuskesmas. Berikut hasil

wawancaranya :

“Hantoem pih peuriksa keunoe, watei rab saket na sigoe peuriksa, nyan pih bak tempat praktek bak ibu pik, mangat bak tempat praktek, meunye bak puskesmas takot hana bidan keh, mmm.... le pue pokok jih.” (IP1)

“Meunye bak puskesmas hantoem, tapi bak bidan kampung na sabe yak cek, karna na bidan kampung, jadi mangat bak bidan kampung karna toe.” (IP2)

Selanjutnya jawaban dari IP3 terkait dengan pertanyaan yang sama

dimana bahwa ibu tersebut hanya 2 kali memeriksakan kehamilannya ke

puskesmas waktu 7 bulan dan 9 bulan. Berikut hasil wawancaranya :

“Cuma 2 ge yang na peuriksa, watei ka tujoh beulen ngen sikureng beulen, karena sibuk jadi hana meuteumeu jak ue puskesmas, honda pih hana jet taek jadi susah, meunye tapreh bak yah aneuk cit hana meuteumeu, sibuk kerja.” (IP3)

Berbeda halnya dengan dengan jawaban dari IP4 dan IP5 dengan

pertanyaan yang sama, bahwa ibu-ibu tersebut selalu memeriksakan

kehamilannya kepuskesmas sampai dengan 4 kali. Berikut hasil wawancaranya :

“Na, sabe na peuriksa ue puskesmas, siege tek yang galoem peuriksa, geu peugah le bidan minggu uekeu yue balek loem keunoe, karna tinggai preh ueroe tek.” (IP4)

“Alhamdulillah na sabe peuriksa ue puskesmas, rutin sabe sampek 4 ge peuriksa.” (IP5)

Pendapat yang sama juga oleh IP1, IP2 dan IP3, terkait pertolongan

persalinan, dimana ibu tersebut melakukan pertolongan persalinan lebih memilih

Page 54: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1161/1/BAB I-V.docx · Web viewSasaran yang ingin dicapai sesuai target MDGs ke-4 yaitu menurunkan Angka Kematian Bayi menjadi 23 per 1000

54

melahirkan di bidan kampung, bidan praktek dan di dukun dibandingkan

dipuskesmas. Berikut hasil wawancaranya :

“Bak tempat praktek, bak ibu pik, mangat bak tempat praktek dilayani tanyoe get, meunye bak puskesmas takot hana bidan keh, kaleh nyan le bidan praktek loem.” (IP1)

“Bak rumoeh bidan gampong, bak bidan santi, karena na bidan di gampoeng jadi mangat digampong meulahe.” (IP2)

“Dirumoeh droe, bak bidan gampong, karna mangat dirumoeh, loen sabe bak rumoeh meulahe, alhamdulilah hana terjadi sapu-sapu nyoe ka anek yang keu limoeng.” (IP3)

Jawaban yang berbeda dengan informan sebelumnya IP2 dan IP5 sama,

dengan pertanyaan yang sama, dimana ibu tersebut mengatakan lebih memilih

melahirkan dipuskesmas, karena di puskesmas gratis. Berikut hasil

wawancaranya :

“Rencana jih bak puskesmas meulahe, karna meunye meulahe bak puskesmas gratis hana payah bayeu.” (IP4)

“Bak puskesmas, sabe bak puskesmas loen meulahe, alhamdulillah lancar sabe, kaleh nyan gratis loem.” (IP5)

Pendapat yang sama juga di utarakan oleh IP1 dan IP2 adalah sama,

mengenai pertanyaan kunjungan anak, dimana menyatakan bahwa tidak pernah

memeriksakan anaknya kepuskesmas. Berikut hasil wawancaranya :

“Meunye bak puskesmas hantoem me, tapi meunye bak posyandu di gampoeng na sabe tip-tip beulen.” (IP1)

“Hantoem loen me peuriksa aneuk ue puskesmas, meunye saket loen bloe uebat bak apotik.” (IP2)

selanjutnya jawaban yang diutarakan oleh IP3 dengan pertanyaan yang

sama, menyatakan bahwa ada memeriksakan anaknya kepuskesmas, tapi waktu

anaknya sakit saja. Berikut hasil wawancaranya :

Page 55: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1161/1/BAB I-V.docx · Web viewSasaran yang ingin dicapai sesuai target MDGs ke-4 yaitu menurunkan Angka Kematian Bayi menjadi 23 per 1000

55

“Na me ue puskesmas, tapi watei aneuk saket mantong me ue puskesmas, meunye khusus yak periksa ue puskesmas nyan hana.” (IP3)

Sedangkan jawaban berbeda dari IP4 dan IP5 dengan pertanyaan yang

sama menyatakan bahwa selalu memeriksakan anak-anaknya kepuskesmas.

Berikut hasil wawancaranya :

“Singeh meunye ka meulahe loen me aneuk ue puskesmas tuk periksa, supaya aneuk dalam keadaan sehat sabe, hana saket-saket.” (IP4)

“Na, seulama nyoe ka 4 ge loen me anek ue puskesmas tuk peuriksa, meunye su’um di jok uebat le dokter, dijok vitamin.” (IP5)

Hasil wawancara selanjutnya pada pertanyaan pemberian imunisasi.

Jawaban dari IP1 dan IP2 adalah sama dimana ibu-ibu yang memberikan

imunisasi kepada anak-anaknya tidak lengkap, dengan alasan sesudah

melakukan imunisasi anak-anak mereka sakit/demam. Berikut hasil

wawancaranya :

“Na, tapi hana lengkap, Cuma sigoe, karna hana geubi le ayah aneuk, watei kaleh imunisasi aneuk di peuek su’um, jadi hana geubi le, di gampoeng imunisasi ken bak puskesmas.” (IP1)

”Na sigoe, karna hana geubi le ayah aneuk, karna kaleh di imunisasi anek saket.” (IP2)

Jawaban berbeda dari IP3 pada pertanyaan yang sama, dimana ibu

tersebut tidak mau melakukan imunisasi kepada anaknya, dengan alasan

imunisasi tersebut mengandung lemak babi. Berikut hasil wawancaranya :

“Rencana hana imunisasi, han dibi le ureng tuha, karna dipeugah lam imunisasi nyan na terkandung lemak babi, jadi han geubi.” (IP3)

Page 56: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1161/1/BAB I-V.docx · Web viewSasaran yang ingin dicapai sesuai target MDGs ke-4 yaitu menurunkan Angka Kematian Bayi menjadi 23 per 1000

56

Jawaban dari IP4 dan IP5 sama, dengan pertanyaan yang sama, dimana

ibu tersebut lengkap memberikan imunisasi kepada anak-anaknya. Berikut hasil

wawancaranya :

“Na, sabe na, tapi sige tek yang galoem, imunisasi campak, yang laen kaleh.” (IP4)

“Na sabe, lengkap mandum sampek 4 ge.” (IP5)

Selanjutnya pada pertanyaan pelaksanaan KB. Jawaban dari IP1 dan IP2

adalah sama menyatakan bahwa ibu-ibu yang melakukan KB rata-rata bukan di

puskesmas, tetapi melainkan di bidan kampung dengan alasan lebih mudah

dijangkau. Berikut hasil wawancaranya :

“Na, bak bidan gampong, ken di puskesmas, mangat digampong sabat na bidan cit di gampong jadi hana payah jak ue puskesmas.” (IP1)

“Na, di gampong, karna di gampong na bidan, mah meu KB mantong pat ek tajak ue puskesmas jioeh, mangat digampong jue, bidan pih na.” (IP2)

Berbeda halnya dengan jawaban IP3, IP4 dan IP5 pada pertanyaan yang

sama dimana ibu-ibu tersebut tidak melakukan KB, dengan alasan sesudah

melakukan KB badan sakit-sakit. Berikut hasil wawancaranya :

“Rencana meunye kaleh melahirkan hana KB, karna KB nyan hana get, watei KB badan saket-saket mandum, pakek KB alami mantong singeh.” (IP3)

“Hana jet KB, hana dilawan, kamandum KB kaleh coba, tapi hana dilawan cit, rasa jih watei kaleh KB nyan badan geuhen, sang-sang gaki ie peuek ue wateh, padahei hana cuma perasaan mantong, ue puskesmas loen KB.” (IP4)

“Hana KB, loen hana dilawan meunye KB, kaleh loen coba mandum, hana bisa cit, jinoe pakek KB alamiah mantong.” (IP5)

Hasil wawancara dengan Informan Utama mengenai kegiatan

perencanaan program KIA, dimana Jawaban IU1 dan IU2 adalah sama, bahwa

kegiatan program KIA dilakukan evaluasi terlebih dahulu, jadi program-program

Page 57: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1161/1/BAB I-V.docx · Web viewSasaran yang ingin dicapai sesuai target MDGs ke-4 yaitu menurunkan Angka Kematian Bayi menjadi 23 per 1000

57

apa yang belum mencapai target maka program tersebutlah yang lebih di

utamakan. Berikut hasil wawancaranya :

“Mmm.... biasanya kegiatan programnya kita laksanakan per triwulan ya tiga bulan sekali, jadi setiap 3 bulan kita lakukan evaluasi apa yang belum tercapai kita kejar baik itu kerumah ibu-ibu hamil yang belum pernah melaksanakan kunjungan ataupun menugaskan lagi bidan-bidan desanya untuk meswiping data-data apa yang belum lengkap untuk dilengkapi ya.” (IU1)

“Kami kan ada evaluasi setiap kegiatan program KIA, mmm.... jadi target apa yang belum tercapai, nanti itu yang lebih di utamakan lagi.” (IU2)

Selanjutnya hasil wawancara mengenai mengikut sertakan bidan didalam

menentukan tujuan dan target pencapaian kegiatan KIA. Jawaban IU1 dan IU2

adalah menyatakan bahwa mereka selalu mengikut sertakan bidan-bidan didalam

menentukan tujuan dan pencapaian target program KIA supaya program KIA

tercapai. Berikut hasil wawancaranya :

“Selalu, karena setiap desa juga sudah dibagi wilayah kerja masing-masing ya, bidan juga sudah kita tempatkan masing-masing desa walaupun tidak sepenuhnya tinggal ditempat karna sebagian desa itu bidannya PNS.” (IU1)

“Ada, kami kan duduk bersama dulu program apa yang harus dilakukan dalam triwulan ya, kan ada triwulan dia, mmm..... kalau untuk program 3 bulan sekali, mmm... nantik kita akan tempatkan bidan di masing-masing desa supaya program KIA tercapai.” (IU2)

Hasil wawancara mengenai pelaksanakan pelatihan kepada bidan tentang

program KIA. Jawaban IU1 dan IU2 adalah sama menyatakan bahwa ada

dilakukan pelatihan untuk bidan-bidan tentang program KIA, baik itu yang

dilakukan dipuskesmas, di dinas kesehatan sampai ke provinsi. Berikut hasil

wawancaranya :

“Ada, biasanya pelatihannya nantik kita adakan di pertemuan di puskesmas, mmm.... ada juga pelatihan dilaksanakan diluar gedung puskesmas, nantik melibatkan dana

Page 58: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1161/1/BAB I-V.docx · Web viewSasaran yang ingin dicapai sesuai target MDGs ke-4 yaitu menurunkan Angka Kematian Bayi menjadi 23 per 1000

58

eemm.... dari puskesmas, dari dinas ada nantik sampek ke provinsi ada pelatihannya.” (IU1)

“Ada, Kalau pelatihannya kan dilaksanakan di dinas kesehatan, mmm.... kalau dari puskesmas para dinas yang buat, tapi kalau pelatihan-pelatihan untuk bidan desa yaitu bidan KIA dari puskesmas, misalnya kami dari bidan KIA ada mengikuti pelatihan, nantik kami sosialisasikan kepada bidan desa, seperti itu.” (IU2)

Selanjutnya hasil wawancara mengenai pelaksanaan monitoring dan

evaluasi terhadap kegiatan program KIA di puskesmas. Dimana jawaban IU1

dan IU2 sama, menyatakan bahwa ada selalu dilakukan monitoring dan

evaluasi dari pihak puskesmas terhadap kegiatan program KIA dan dari dinas

kesehatan dilakukan pertriwulan 3 bulan sekali. Berikut hasil wawancaranya :

“Ada selalu karena disetiap kerja saya selaku bidan koordinator puskesmas mmm.... pemantauan wilayah kerja setempat itu memang udah ada sasarannya dan juga ada program yang kita rencanakan dan hasil akhirnya itu kita evaluasi ulang berhasil atau tidak, dari dinas ada juga, biasanya orang tue turun ke puskesmas pertriwulan juga untuk mengcroscek benar apa tidak atau masih ada kekurangan kemudian kita mmm....kalau ada kekurangan nantik mereka akan memberitaukan apa-apa kekurangannya untuk dilanjutkan supaya hasilnya lebih maksimal.” (IU1)

“Ada, selalu kita lakukan monitoring dan evaluasi disetiap program yang kita rencanakan, dari dinas ada juga ya, mmm... mereka turun pertriwulan untuk mengecek kekurangan-kekurangan apa saja yang ada di puskesmas.” (IU2)

Kesimpulan :

Dari informan diatas dapat diketahui bahwa pencapaian target program

KIA belum mencapai target sepenuhnya dikarenakan ibu hamil pindah ketempat

lain tidak pernah dilaporkan dan kunjungan ibu hamil, pertolongan persalinan

dan kunjungan anak ke puskesmas belum sepenuhnya, masyarakat lebih

memilih ditempat praktek, bidan desa dan dukun dibandingkan ke puskesmas

dengan alasan takut tidak ada bidan ditempat, pelayanannya kurang dan ada

bidan dikampung. Selain itu juga rata-rata ibu tidak membawa anak-anaknya ke

Page 59: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1161/1/BAB I-V.docx · Web viewSasaran yang ingin dicapai sesuai target MDGs ke-4 yaitu menurunkan Angka Kematian Bayi menjadi 23 per 1000

59

puskesmas, tapi jika anak-anaknya sudah sakit baru dibawa kepuskesmas dengan

alasan sudah bawa keposyandu dan anak-anaknya tidak sakit. Dan juga Ibu-ibu

yang memberikan imunisasi kepada anak-anaknya rata-rata tidak lengkap

dengan alasan sesudah melakukan imunisasi anak-anak mereka sakit/demam.

4.2.3. Input

Hasil wawancara dengan ke 2 Informan Utama pada variabel input

dengan pertanyaan, Ketersediaan tenaga kesehatan di program KIA, hasil

wawancara dengan IU1 dan IU2 adalah sama, dimana ketersediaan tenaga

kesehatan di puskesmas sudah mencukupi jumlah tenaga kesehatan di

puskesmas. Berikut hasil wawancaranya :

“Untuk saat ini memamng mmm.... bidan dipuskesmas peureumeue sudah banyak, kebutulan desa kita ada 43 desa memang luar biasa banyak desa ya, malahan mmm.... kita udah dobel job kadang-kadang seperti saya padahal tidak memegang bidan desa lagi, tapi pegang desa simpang kemudian ada bidan yang memegang 2 desa, kemudian ada juga desa yang harus menempatkan anak bakti tapi kita dampingi karna eemm.... masih kekurangan, kalau kita katakan kekurangan sudah banyak sebenarnya mungkin karna jumlah desa yang banyak yang menyebabkan mmm.... kita harus memegang 2 desa tapi sudah terkover tidak ada yang kosong ya.” (IU1)

“Sangat sesuai ya, karnakan kita desa memang banyak semua 43 desa, rata-rata semua bidan memegang desa.” (IU2)

Pendapat yang sama di utarakan oleh Informan Pokok 1, Informan

Pokok 2, Informan Pokok 3, Informan Pokok 4 dan Informan Pokok 5 terjadi

kesamaan pendapat dengan pertanyaan yang sama, dimana ketersediaan sumber

daya manusia di puskesmas sudah mencukupi jumlah tenaga kesehatan di

puskesmas. Berikut hasil wawancaranya :

“Ka lengkap, bidan yang senior pih rame, peurawat rame cit, aneuk praktek ngen honor pih rame.” (IP1)

Page 60: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1161/1/BAB I-V.docx · Web viewSasaran yang ingin dicapai sesuai target MDGs ke-4 yaitu menurunkan Angka Kematian Bayi menjadi 23 per 1000

60

“Lengkap, malah mungken leubeh, karna watei loen nging le that peutugas-peutugas yang duk duk mantong peh rantam.” (IP2)

“Meunuroet loen ka lengkap.” (IP3)

”Lengkap, malah leubeh, tapi watei tanyoe yak meu ubat cukop trep-trep bak tapreh, padahei bidan dum inan, dale keudroe-droe.” (IP4)

“Menuroet loen kalengkap, bidan senior pih rame, tapi telat-telat that trok, meunye kaleh luhoe hana le bidan, tinggei bidan honor ngen praktek mantong.” (IP5)

Hasil wawancara dengan informan utama mengenai kelengkapan sarana

dan prasarana untuk kegiatan program KIA, dimana jawaban pada IU1 dan

IU2 adalah sama, dimana jumlah sarana dan prasarana di puskesmas kurang

lengkap peralatannya seperti : cek HB dan keterbatasan persediaan bahan-bahan

yang belum memadai. Berikut hasil wawancaranya :

“kalau untuk sarana dan prasarananya, kita biasanya memang abdet selalu ya, tentang hal-hal baru atau ilmu baru yang ada, jadi kita usahkan untuk melengkapinya, kadang-kadang kendalanya ada juga seperti saat ini ada yang tidak lengkap cek HB, misalnya regennya mmm..... kita kan kerja sama dengan dinas kadang-kadang keterbatasan stok tunggu diamprah dulu baru ada tapi yang lainnya mmm.... diusahakan misalnya pelayanannya, kalau tingkat pelayanan tue sudah maksimum, cuman kadang-kadang eemm.... terkendalanya nantik mmm.... di ketersediaan bahannya aja yang kadang-kadang masih kurang, kalau ada semua dilakukan.” (IU1)

“Untuk sementara ini kalau untuk ANCnya sudah memadai, mah kan kita disini ada PONED nya untuk standarnya sudah tercapai untuk selebihnya belum memadai.” (IU2)

Pendapat yang sama diutarakan oleh IP1, IP2 dan IP3, terjadi kesamaan

pendapat dengan pertanyaan yang sama, dimana alat-alat medis yang ada

dipuskesmas peureumeue kurang lengkap peralatannya karena masih banyaknya

pasien-pasien yang selalu dirujuk kerumah sakit besar, karena tidak bisa

ditangani. Berikut hasil wawancaranya :

“Kureng lengkap, bacut-bacut rujuk rumoeh saket rayek, karna hanjet ditangani, bersih.” (IP1)

Page 61: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1161/1/BAB I-V.docx · Web viewSasaran yang ingin dicapai sesuai target MDGs ke-4 yaitu menurunkan Angka Kematian Bayi menjadi 23 per 1000

61

“Mantong kureng lengkap, loen mantong ronyan watei keumeu yak nging keadaan anek lamprut, di jok surat rujukan yue peuriksa ue rumoeh saket rayek, mah nan mantong puskesmas, pane lengkap that, bersih, karna watei dipeu uebat tanyoe mantong dalam-dalam plastik galoem teubuka loem.” (IP2)

“Kureng lengkap, karna watei meu ubat ronyan, na yang yue bloe ubat ue luwa, resep dijok le wak nyan, di peugah uebat nyan hana inoe, ai bersih cit .” (IP3)

Jawaban yang tidak jauh berbeda dengan informan sebelumnya, IP4 dan

IP5 pada pertanyaan yang sama dimana ibu tersebut mengatakan bahwa alat-

alat medis dipuskesmas peureumeue sudah lumanyan lengkap dari sebelum-

belumnya. Berikut hasil wawancaranya :

“Meunye jinoe ka lumanyan lengkap dari pada ronyan-ronyan, ANC pih kana jinoe, peuriksa darah kana cit, meunye ronyan galoem na, meunye taging lagei nyan ya bersih, mah hana tatuoeh cit kadang cit hana bersih, karna hana tapakek alat.” (IP4)

“Meunye meunurot loen mantong kureng lengkap, tapi meunye ngen puskesmas-puskesmas yang laen, puskesmas peureumeue leubeh get, ruang inap pih na.” (IP5)

Pendapat yang sama diutarakan oleh IP1, IP2 dan IP4 dengan

pertanyaan, persediaan yang dibutuhkan, seperti mobil ambulan dan lain-lain.

menyatakan bahwa alat transportasi seperti ambulan ada, tetapi persediaan yang

lain seperti obat-obat dan peralatan-peralatan medis yang lain masih kurang

lengkap. Berikut hasil wawancaranya :

“Moto ambulan na, tapi yang sering deh dipakek cuma saboeh, meunye yang laen loem menurot loen persedian jih kureng, karna bacut-bacut pasien dirujuk rumoeh saket rayek.” (IP1)

“Meunye moto ambulan na, watei peurelei sabe na, Tapi meunye persedian yang laen loem hana tuoeh peugah, karna jan-jan na jan-jan hana, lagei uebat-uebat.” (IP2)

“Moto ambulan na, yang deh cuma saboeh teudeng di luwa, meunye yang laen loem, menurot loen persedian jih kureng, karna loen ronyan na yang yue bloe ubat ueluwa, karna hana le ubat inoe ka abeh ie peugah.” (IP4)

Page 62: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1161/1/BAB I-V.docx · Web viewSasaran yang ingin dicapai sesuai target MDGs ke-4 yaitu menurunkan Angka Kematian Bayi menjadi 23 per 1000

62

Berbeda dengan jawaban dari informan IP3 dan IP5 sama, pada

pertanyaan yang sama dimana persediaan seperti obat-obat dipuskesmas selalu

ada hanya saja antriannya yang lama. Berikut hasil wawancaranya :

“ Meunurot loen meunye persediaan lagei ubat-ubat nyan pasti na, meunye ka abeh pasti na loem, karna watei loen jak meu ubat alhamdulillah sabe na, hantoem yue bloe uebat ue luwa.” (IP3)

“Ambulan sabe na watei peureulei, ubat-ubat pih watei loen jak sabe na, hantoem yue bloe ueluwa, Cuma antrian jih mantong yang trep.” (IP5)

Hasil wawancara dengan informan utama dengan pertanyaan sumber

pendanaan untuk pelaksanaan kegiatan program KIA. Jawaban IU1 dan IU2

adalah sama, pendanaan untuk program KIA belum cukup, karena sumber

pendanaan untuk program KIA lebih banyak dibutuhkan dari program-program

yang lain. Berikut hasil wawancaranya :

“Eemm.... ya biasanya sumber pendanaan untuk program KIA memeng lebih banyak dari program yang lain ya, karena memang sasaran KIA kan melibatkan nyawa ibu hamil dan bayi yang dilahirkan, biasanya nantik dananya dari BOK dan dana JKN yang ada dipuskesmas nantik diberikan untuk bidan desa mmm..... sekali kunjungan nantik keposyandu misalnya nantik dibayarkan walaupun tidak langsung dibayarkan tapi nantik dibayarkan, mmm.... kalau dikatakan cukup belum ya, memang tidak akan cukup-cukup ya karna memang banyak yang harus kita penuhi cuman kita upayakan tanpa dana pun kita juga kerja tidak mesti dibiayai, kita juga bilang kebidan kami kita kerjakan tidak harus selalu dibayar jadi selagi kita mampu kita kerjakan tanpa harus dibayar, kalau cukup ya tidak pernah cukup dengan dana tue.” (IU1)

“Kalau untuk sekarang alhamdulillah ada, karnakan sekarang banyak dana-dana yang ada, dana dari BOK, JKN, APBD, pokoknya sekarang sudah ada dananya, kalau dikatakan cukup, ya belum sepenuhnya cukup, karena program KIA ini memang lebih banyak yang diperlukan dari program-program yang lain.” (IU2)

Kesimpulan :

Dari hasil wawancara dengan informan diatas, dapat disimpulkan bahwa

sumber daya yang ada dipuskesmas peureumeue sudah mencukupi jumlah

Page 63: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1161/1/BAB I-V.docx · Web viewSasaran yang ingin dicapai sesuai target MDGs ke-4 yaitu menurunkan Angka Kematian Bayi menjadi 23 per 1000

63

tenaga kesehatan di puskesmas. Kemudian jumlah sarana dan prasarana di

puskesmas masih kurang lengkap peralatannya seperti : cek HB dan

keterbatasan persediaan bahan-bahan yang belum memadai. Kemudian sumber

pendanaan untuk program KIA belum cukup, karena sumber pendanaan untuk

program KIA lebih banyak dibutuhkan dari program-program yang lain karena

melibatkan nyawa ibu hamil dan bayi yang dilahirkan.

4.2.4. Produk

Hasil wawancara dengan 2 informan utama pada variabel produk dengan

pertanyaan cakupan kunjungan ibu dan anak ke puskesmas. Jawaban dari IU1

dan IU2 adalah sama, dimana cakupan kunjungan ibu dan anak ke puskesmas

belum sepenuhnya mencapai target masih delapan puluh persen, kendalanya

ibu-ibu hamil berkunjung kepuskesmas memeriksakan kehamilannya disaat

kandungannya sudah 7 bulan dan 9 bulan, tidak dari awal kehamilan. Berikut

hasil wawancaranya :

“Kalau melihat dari sasaran ibu hamil kitakan ada 505 orang, jadi eemm.... kalau tidak mereka berkunjung kami kerumah pasien membawa orang tue, kami kunjungi dulu biar orang tue mau datang, kecuali ya memang mmm.... sasaran kita tue berada diluar daerah yang memang tidak dilaporkan itu yang tidak kita kunjungi ya, tapi kalau yang didaerah kita dapat ibu hamil walaupun sudah telat dapat, misalnya dapat ibu hamil tiba-tiba pulang kesuatu desa, contohnya orang kitakan banyak yang nikah keluar daerah tiba-tiba pulang hamil 9 bulan hanya untuk persalinan saja, kita kunjugi juga dan jika nantik disaat, misalnya kita juga berikan pelayanan sesuai standar yang ada juga, tidak mesti dari awal periksa hamil sama kita juga kunjungi, mmm..... kunjungannya kalau dari puskesmas memang sudah banyak kunjungan ibu hamil kepuskesmas, tetapi belum sepenuhnya karna rata-rata kadang-kadang masyarakat kita mau baru periksa hamil sudah hamilnya 7 bulan gak mau dari awal masih ada budaya kita yang malu eee.... seperti itu mmm.... untuk datang periksa yang seharusnya sudah tersentuh dengan tangan tenaga kesehatan gak, kecuali kita

Page 64: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1161/1/BAB I-V.docx · Web viewSasaran yang ingin dicapai sesuai target MDGs ke-4 yaitu menurunkan Angka Kematian Bayi menjadi 23 per 1000

64

tau, kita datangi aja, waktu datang kepuskesmas rata-rata hamilnya sudah 5 bulan, 9 bulan gak dari pertama, tapi sudah banyak juga karna muntah tadi menuntut mereka datang, mmm.... awal yang tidak muntah ini baru gak tau kita eh tau-taunya dah hamil 20 minggu, kendalanya mungkin, susah memang mengubah prilaku masyarakat tapi sedikit-sedikit sekarang masyarakat sudah banyak paham dan mengerti bahwa eee..... kesehatan ibu hamil itu penting, gak juga lagi sembarangan mau melahirkan dirumah udah banyak yang kepuskesmas, kerumah-rumah bidan kalau dulu maunya melahirkan di dukun, sekarang malah sudah takut, walaupun ada dukun sebagai pendamping bidannya juga disertakan.” (IU1)

“Kunjungannya kalau dari puskesmas memang sudah meningkat, tetapi belum sepenuhnya mencapai target, kira-kira 80 % tapi dengan adanya sakes-sakes yang didesa-desa itu sudah sangat membantu puskesmas induk, mudah-mudahan dengan adanya bidan-bidan PTT dan bidan-bidan desa dan sakes-sakes didesa itu akan tercapai.” (IU2)

Pendapat yang sama juga diutarakan oleh IP1, IP2 dan IP4, dengan

pertanyaan pelayanan yang didapatkan sudah nyaman dan aman. Jawabannya

adalah bahwa berdasarkan pengalaman-pengalaman informan ketika memerlukan

pelayanan ke puskesmas petugas tidak ada ditempat saat dalam jam bekerja,

pelayanannya lama dan antrianpun juga lama. Berikut hasil wawancaranya :

“Hana nyaman, kadang-kadang watei tajak ue puskesmas meu dokter galoem na, cukop trep bak tapreh kaleh nyan antri loem.” (IP1)

“Pelayanan jih kureng, petugas jih dale sibuk keudroe-droe, tanyoe hek-hek bak tapreh, ngen tanyoe meu aneuk-aneuk loem.” (IP2)

“Menurut loen hana nyaman loem, karna pelayanan jih lambat, kadang-kadang petugas jih meu trok galoem, kaleh nyan antri pih cukoep trep-trep sabe.” (IP4)

Jawaban yang tidak jauh berbeda dari informan sebelumnya, Informan

Pokok 3 dan Informan Pokok 5 pada pertanyaan yang sama menyatakan bahwa

pelayanannya nyaman dan aman, hanya saja antrian yang lama. Berikut hasil

wawancaranya:

“Menurut loen nyaman dan aman, meunye peuriksa engkeh antrian yang trep that.” (IP3)

Page 65: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1161/1/BAB I-V.docx · Web viewSasaran yang ingin dicapai sesuai target MDGs ke-4 yaitu menurunkan Angka Kematian Bayi menjadi 23 per 1000

65

“Meunye nyaman, ya nyaman, tapi bak tapreh antrian keh yang han’ek tapreh.” (IP5)

Pendapat yang sama juga diutarakan oleh IP1 dan IP2, mengenai

pertanyaan jadwal pelayanan, bahwa jadwal pelayanan di puskesmas

peureumeue telat dan petugas-petugasnya juga masih ada yang belum datang

ke puskesmas saat sudah masuk jam kerja. Berikut hasil wawancaranya :

“Menurut loen jem pelayanan jih telat, kadang-kadang ka poeh siploeh meu dokter galoem na, meunye aneuk praktek rame.” (IP1)

“Meunye puskesmas jih bagah di buka, tapi petugas jih ladom katrok ladom galoem.” (IP2)

Sedikit berbeda dengan hasil jawaban IP3, IP4 dan IP5 dengan

pertanyaan yang sama, menyatakan bahwa jadwal pelayanan di puskesmas

peureumeue hanya hari senin saja petugasnya cepat datang, kemudian

antriannya juga lama. Berikut hasil wawancaranya :

“Meunye uroe senin petugas jih bagah mandum trok, mah antri hek that bak tapreh.” (IP3)

“Uroe senin mantoeng bagah na mandum petugas jih, tapi uroe laen ladoem katrok ladoem galoem, kaleh nyan tapreh antrian loem.” (IP4)

“Jadwal pelayanan jih meunye uroe senin na mandum petugas jih, tapi antrian jih yang trep that.” (IP5)

Hasil wawancara dengan informan utama dengan pertanyaan, cakupan

layanan. Jawaban IU1 dan IU2 adalah sama, menyatakan bahwa cakupan

layanan di puskesmas peureumeue sudah tergolong cukup baik. Berikut hasil

wawancaranya :

“Mmm... kalau mmm.... pelayanan mmm... kalau dari segalanya udah dari kita nilai sendiri ya mmm.... sudah baik ya karna banyak juga pasien yang bilang begini “enak

Page 66: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1161/1/BAB I-V.docx · Web viewSasaran yang ingin dicapai sesuai target MDGs ke-4 yaitu menurunkan Angka Kematian Bayi menjadi 23 per 1000

66

kita kepuskesmas aja mmm... nantikkan dapat obat” kan sekarang cuman bawak BPJS sudah dapat layanan gratis, kalau sampai dipuskesmaspun kalau di KIA rame yang kerja, nantik kalau gak ada saya ada ibu ainun, ada yang lainnya jadi tidak kosong disitu jadi semua pasien terlayani dan yang disitu juga senior semua jadi pasien insyallah terkoordiner dengan baik ya.” (IU1)

“Sudah tergolong cukup baik ya, mulai dari pemeriksaan atau perawatan ibu hamil sampai dengan perawatan pada anak sekolah tingkat SMA kami lakukan.” (IU2)

Pendapat yang sama diutarakan oleh IP1, IP3 dan IP4, dengan

pertanyaan ketanggapan petugas, menyatakan bahwa petugas dipuskesmas cepat

tanggap dalam memberikan pelayanan, hanya saja komunikasi yang kurang.

Berikut hasil wawancaranya :

“Bagah tangkap, pue peunyaket yang loen peugah, ijok uebat le dokter.” (IP1)

“Dokter/ bidan bagah tangkap pue yang loem peugah, malah disarankan watei loen peuriksa kandungan, yue pajoeh makan-makanan yang bergizi, supaya aneuk sehat.” (IP3)

Bagah tangkap, tapi watei meu uebat cuma di jok uebat mantong, hana di sarankan sapu.” (IP4)

Berbeda halnya dengan jawaban dari Informan Pokok 2 dan Informan

Pokok 5 terkait dengan pertanyaan yang sama menyatakan bahwa petugas

puskesmas kurang tanggap dalam memberikan pelayanan dan komunikasinya

juga kurang. Berikut hasil wawancaranya :

“menuroet loen kureng tanggap, watei loen jak meu uebat aneuk, di tanyoeng pue saket aneuk, loen peugah penyaket-penyaket aneuk, kaleh nyan dijok uebat mantong, hana dipeugah saran sapu le pih.” (IP2)

“Kureng tanggap marid mantong kureng, kaleh ditanyoeng pue saket, dijok uebat mantong kaleh, hana dipeugah sapu le.” (IP5)

Pendapat yang sama juga diutarakan oleh IP1, IP2, IP4 dan IP5, dengan

pertanyaan prosedur layanan, menyatakan bahwa prosedur layanannya tidak

berbelit-belit hanya saja antrian yang lama. Berikut hasil wawancaranya :

Page 67: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1161/1/BAB I-V.docx · Web viewSasaran yang ingin dicapai sesuai target MDGs ke-4 yaitu menurunkan Angka Kematian Bayi menjadi 23 per 1000

67

“Meunye berbelit-belit hana, kaleh tacok kartu bak loket kaleh, tinggai preh dimeuhoi mantong, bak tapreh di meuhoi keh trep that, karna antri, rame that pasien.” (IP1)

“Berbelit-belit hana, engkeh bak tapreh trep that.” (IP2)

“Meunurot loen hana berbelit-belit, mangat alur kunjungan jih kaleh tacok kartu kaleh, mah kadang-kadang antri, mah kiban tapeuget cit ka lagei nyan sabe, nan mantoeng tempat umum, adat kiban-kiban harus tapreh cit.” (IP4)

“Meunye hana ta tuoeh nye berbelit-belit, tapi meunye ka sering hana le, kaleh tacok kartu jak jue bak tempat yang tanyoe keumeu peuriksa, mah bak tapreh trep that, meunye rame pasien, mah meunye hana rame bagah.” (IP5)

Berbeda halnya dengan jawaban Informan Pokok 3, dengan pertanyaan

yang sama, menyatakan pelayanannya berbelit-belit dan antriannyapun lama.

Berikut hasil wawancaranya :

“Meunurot loen berbelit-belit kaleh nyan antri pih cukop trep-trep bak tapreh, ngen tanyoe meuaneuk-aneuk loem.” (IP3)

Hasil wawancara dengan IU pada pertanyaan, kepuasan pasien. Jawaban

IU1 dan IU2 adalah sama, dimana susah mengukur puas dan tidak puas, tetapi

berdasarkan hasil kunjungan ada masyarakat yang puas dan tidak puas, karena

masyarakat yang datang beraneka ragam. Berikut hasil wawancaranya :

“Mmm..... kalau tingkat kepuasan itu mmm..... memang susah kita untuk mengukurnya puas tidak puas enak kita kaji nyeri dan tidak nyeri dari pada puas tidak puas karena kenapa eee.... mungkin individu yang datang juga beranekaragam yang berbeda mmm.... tapi kita usahakan pelayanannya maksimum untuk pasien dan membuat pasien udah kunjungan sekali dia tidak males untuk kunjungan ulang, dari yang kita lihat udah berkunjung sekali dia mau kunjungan ulang berarti pasien puas terhadap kita itu, karena belum pernah juga kami mengadakan surve secara besar-besaran ataupun secara lisan untuk pasien, ataupun tulisan cuman dilihat dari kunjungan sekali dia balik lagi, malahan dia cari untuk melahirkan dipuskesmas berartikan ada tingkat kepuasan dari pasien, gak ada pernah yang bilang ah... males kepuskesmas nantik gak ad diopen, misalnya kalau tingkat kepuasan mungkin beda-beda orang beda lagi ya, payah itu kita kaji tingkat puas dan tidak puas.” (IU1)

“Kalau tingkat kepuasan susah kita bilang ya, apakah pasien puas atau tidak puas selama ini, mmm.... karna kami belum pernah mengadakan surve terhadap kepuasan

Page 68: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1161/1/BAB I-V.docx · Web viewSasaran yang ingin dicapai sesuai target MDGs ke-4 yaitu menurunkan Angka Kematian Bayi menjadi 23 per 1000

68

pasien, kami hanya menilai dari kunjungan saja, tapi dinilai dari jumlah kunjungan ada yang merasa puas dan ada juga yang tidak merasa puas, karna kan mauusyarakat kita beraneka ragam yang berbeda.” (IU2)

Hasil wawancara dengan informan utama dengan pertanyaan pelaksanaan

survei kepuasan kepada pasien, dengan jawaban belum pernah diadakan survei

kepuasan kepada pasien, hanya menilai dari jumlah kunjugan saja. Berikut

hasil wawancaranya :

“Kalau untuk saat ini belum ya, cuman kami menilai dari kunjungan aja, sudah ada kunjungan K1,K2,K3 lagi datang yang K4 datang walaupun pasien tidak lahir sama kami nantik lahir apa lahir dirumah sakit, tapi rujukannya tetap dari kita dapatnya, berartikan gak pernah ada merasa pasien terabaikan ya, ataupun nantik dia pilih eee... saya nantik mau melahirkan dibidan ini, bidan dipuskesmas disitu juga, nantik kerumah kami atau kerumah saya, kerumah ibu ainun atau dirumah yang lainnya ya, kalau penelitian dari kami buat sendiri selama ini belum puas tidak puas belum pernah kami bagi angket seperti itu mungkin kedepan kita surve masyarakat ya, kita bisa nilai masyarakat puas tidak pua.” (IU1)

“Tidak ada, belum pernah kami mengadakan surve kepuasan kepada pasien selama ini.” (IU2)

Kesimpulan :

Dari informan diatas, dapat disimpulkan bahwa cakupan kunjungan ibu

dan anak ke puskesmas belum sepenuhnya mencapai target masih delapan

puluh persen, karena masih ada masyarakat kita yang tidak mau datang

kepuskesmas untuk periksa, kendalanya susah mengubah prilaku masyarakat dan

berdasarkan pengalaman-pengalaman pasien ketika berobat petugas tidak ada

ditempat saat dalam jam kerja dan juga antriannya lama, petugas hanya hari

senin saja yang cepat. Selain itu juga belum pernah diadakan survei kepuasan

kepada pasien, apa penyebab mereka tidak mau kepuskesmas, apakah pelayanan

yang diberikan selama ini sudah memuaskan pasien atau tidak, mereka hanya

menilai dari jumlah kunjungan saja.

Page 69: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1161/1/BAB I-V.docx · Web viewSasaran yang ingin dicapai sesuai target MDGs ke-4 yaitu menurunkan Angka Kematian Bayi menjadi 23 per 1000

69

4.3 Pembahasan

4.3.1 Conteks

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai variabel

Conteks pada penelitian ini didapatkan hasil bahwa pencapaian target program

KIA di puskesmas peureumeue belum sepenuhnya mencapai target, masih

sembilan puluh lima persen, berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa

kendalanya ibu hamil pindah ketempat lain, tidak pernah dilaporkan, jadi

sasarannya hilang dan juga kurang kerja sama diantara lintas kecamatannya

dan juga susah mengubah prilaku masyarakat yang tidak memeriksakan

kehamilannya dan melakukan pertelongan persalinan, mereka lebih memilih di

bidan kampung, didukun dan tempat praktek dibandingkan ke puskesmas

dengan alasan takut tidak ada bidan ditempat, pelayanannya kurang, sudah

terbiasa melahirkan dirumah. Selain itu juga rata-rata ibu tidak membawa anak-

anaknya ke puskesmas untuk melakukan pemeriksaan, tapi jika anak-anaknya

sudah sakit baru dibawa kepuskesmas dengan alasan sudah bawa keposyandu

dan anak-anaknya tidak sakit, jadi ngapain dibawa kepuskesmas. Dan juga Ibu-

ibu yang memberikan imunisasi kepada anak-anaknya rata-rata tidak lengkap

dengan alasan sesudah melakukan imunisasi anak-anak mereka sakit/demam.

Hal diatas di dukung oleh penelitian Wanda Jaya Purnama (2015),

didapatkan memeriksakan kehamilan kurang (1 kali) bahkan ada yang tidak

sama sekali memeriksakan kehamilannya ke puskesmas Ciputat Timur

Page 70: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1161/1/BAB I-V.docx · Web viewSasaran yang ingin dicapai sesuai target MDGs ke-4 yaitu menurunkan Angka Kematian Bayi menjadi 23 per 1000

70

dikarenakan peralatan dan fasilitas yang dimiliki oleh Puskesmas masih kurang

memadai.

Berdasarkan hasil penelitian menyatakan bahwa dari pihak puskesmas

peureumeue mereka selalu mengikut sertakan bidan –bidan didalam menentukan

tujuan dan pencapaian target program KIA dan mereka juga selalu

melaksanakan pelatihan dan juga evaluasi baik itu dari pihak Dinas Kesehatan

sampai Provinsi pada Triwulan 3 bulan sekali terhadap kegiatan program KIA,

yang tujuannya supaya program KIA di Puskesmas Peureumeue tercepai.

Evaluasi merupakan cara yang sistematis untuk memperbaiki kegiatan-

kegiatan yang sedang berjalan serta untuk meningkatkan perencanaan yang

lebih baik dengan menyeleksi secara seksama alternatif-alternatif tindakan yang

akan datang.

4.3.2 Input

Pada PMK (Peraturan Mentri kesehatan) no 75 tahun 2014 pasal

sembilan ayat empat dikatakan bahwa penderian Puskesmas harus memenuhi

persyaratan lokasi, bangunan, prasarana, peralatan kesehatan, ketenagaan,

kefarmasian dan laboratorium.

Input merupakan suatu elemen yang terdapat didalam sistem dan

merupakan elemen yang sangat penting didalam berfungsinya suatu sistem

(Azwar, 2010). Apabila suatu input tidak tersedia dengan baik maka akan

dapat menghambat jalannya suatu proses dan dapat menghambat suatu sistem

dalam mencapai tujuannya.

Page 71: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1161/1/BAB I-V.docx · Web viewSasaran yang ingin dicapai sesuai target MDGs ke-4 yaitu menurunkan Angka Kematian Bayi menjadi 23 per 1000

71

Menurut Handayani (2011), sumber daya manusia bertugas merespon

tuntutan publik dalam rangka peningkatan pemberdayaan (empowerment) para

pelaksana program sehingga tercipta sumber daya manusia yang memiliki

kemampuan dan ketrampilan dalam memberikan pelayanan. Banyak yang dapat

dilakukan antara lain dengan pelatihan teknis, peningkatan mutu pelayanan dan

manajemen, maupun diklat-diklat lainnya sehingga akan mencapai kemampuan

yang efektif dan efisien yaitu kemampuan interaksi, kemampuan konseptual dan

administrasi.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai variabel input

pada penelitian ini didapatkan kesamaan hasil antara informan utama dengan

informan pokok menyatakan bahwa ketersediaan tenaga kesehatan di puskesmas

sudah mencukupi jumlah tenaga kesehatan di puskesmas.

Menurut Undang-undang Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009 tenaga

kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan

serta memiliki pengetahuan dan/atau ketrampilan melalui pendidikan di bidang

kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan

upaya kesehatan.

Sesuai dengan Pusat Perencanaan dan Pendayagunaan Sumber Daya

Manusia Kesehatan oleh Mentri kesehatan maka jumlah standar sumber daya

manusia di pelayanan tingkat pertama seperti Puskesmas yaitu berjumlah 30

orang dengan 14 jenis tenaga kesehatan antara lain Dokter Umum dan Gigi,

Apoteker, Perawat, Perawat perawat, Perawat Gigi, Bidan, Ahli Gizi, Tenaga

Page 72: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1161/1/BAB I-V.docx · Web viewSasaran yang ingin dicapai sesuai target MDGs ke-4 yaitu menurunkan Angka Kematian Bayi menjadi 23 per 1000

72

Teknisan Kefarmasian, Analisis Kesehatan, Sanitarian, Tenaga Kesehatan

Masyarakat, Epidemilog, Tenaga Promosi Kesehatan, Tenaga Pendukung.

Dalam hal ini Puskesmas Peureumeue memiliki jumlah tenaga kesehatan

lebih yaitu berjumlah 60 orang tenaga kesehatan dan juga sudah memenuhi 14

jenis tenaga kesehatan yang berdasarkan standar adalah 14 jenis jumlah tenaga

kesehatan.

Sarana adalah seluruh bahan serta fasilitas alat kesehatan yang merupakan

pendukung, pendamping dan pemberi hasil dari sistem pelayanan yang

diberikan kepada masyarakat. Berdasarkan Kompedium Alat Kesehatan, alat

kesehatan di fasilitas kesehatan tingkat pertama terdiri dari tiga bagian dan 115

item yaitu alat kesehatan elektromedik, Alat kesehatan non Elektromedik dan

produk diagnostik.

Terkait sarana dan prasarana yang dimiliki Puskesmas Peureumeue yang

bahwa sarana dan prasarana di puskesmas masih kurang lengkap peralatannya

seperti : cek HB dan keterbatasan persediaan bahan-bahan yang belum

memadai karena puskesmas kerja sama dengan Dinas Kesehatan kadang-kadang

keterbatasan stok tunggu di amprah dulu dari Dinas baru ada. Pendapat yang

sama juga dari hasil wawancara dengan pasien menyatakan bahwa alat-alat

medis yang ada dipuskesmas peureumeue kurang lengkap peralatannya dengan

alasan masih banyaknya pasien-pasien yang selalu di rujuk ke rumah sakit

besar, karena tidak bisa di tangani.

Page 73: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1161/1/BAB I-V.docx · Web viewSasaran yang ingin dicapai sesuai target MDGs ke-4 yaitu menurunkan Angka Kematian Bayi menjadi 23 per 1000

73

Hal diatas di dukung oleh Penelitian Elpirisa Manik (2015), didapatkan

hasil bahwa sarana dan prasarana di Puskesmas Perumnas kurang lengkap

peralatannya, fasilitas yang seharusnya ada dan sangat penting dalam

memberikan pelayanan namun tidak ada seperti : USG, oksegen, vakum,

sterilisator, chek HB, serta lainnya yang dapat menunjang pemeriksaan pada

penegakan diagnosa dan pemberian tindakan. Mereka juga mengakui bahwa

jumlah sarana dan prasarana memang belum memadai atau belum sesuai

dengan standar yang berlaku sehingga peningkatan rujukan di puskesmas belum

dapat diatasi puskesmas.

Menurut Handayani (2011) dalam penelitiannya menyebutkan pencapaian

tujuan kebijakan harus di dukung oleh ketersediaan sarana dan prasarana maka

tugas pekerjaan dapat diselesaikan sebagaimana seharusnya. Ketersediaan sarana

dan prasarana merupakan faktor penentu kinerja sebuah kebijakan. Implementor

harus mendapatkan sumber-sumber yang dibutuhkan agar program berjalan

lancar. Sekalipun kebijakan memiliki tujuan dan sasaran yang jelas, jika tanpa

sarana dan prasarana yang memadai, maka kebijakan hanya tinggal dikertas

dokumen saja.

Menurut Undang-undang no 36 tahun 2009 pada bab XV dan pasal 170

yang mana sumber pembiayaan kesehatan berasal dari pemerintah, pemerintah

daerah, masyarakat/swasta dan sumber lain. Pembiayaan yang berasal dari

pemerintah yaitu APBN, sedangkan yang berasal dari pemerintah daerah sering

disebut dengan APBD, dan juga yang berasal dari masyarakat/swasta yaitu

seperti halnya suatu pemberian dari masyarakat itu sendiri dengan seikhlasnya

Page 74: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1161/1/BAB I-V.docx · Web viewSasaran yang ingin dicapai sesuai target MDGs ke-4 yaitu menurunkan Angka Kematian Bayi menjadi 23 per 1000

74

ataupun seperti badan penyelenggaraan asuransi, sedangkan yang sumber lain

itu seperti halnya bantuan biaya dari luar negri.

Terkait pendanaan atau sumber dana yang dimiliki Puskesmas Peureumeue

belum cukup dengan alasan sumber pendanaan untuk program KIA lebih

banyak dibutuhkan dari program-program yang lain karena memang sasaran

KIA melibatkan nyawa ibu hamil dan bayi yang dilahirkan.

4.3.3 produk

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan penelitian didapatkan

hasil bahwa cakupan kunjungan ibu dan anak ke puskesmas belum sepenuhnya

mencapai target masih delapan puluh persen, karena masih ada masyarakat kita

yang tidak mau datang kepuskesmas untuk memeriksakan kehamilannya, rata-

rata ibu-ibu baru memeriksakan kehamilannya kepuskesmas disaat kehamilannya

sudah 5 bulan, 7 bulan dan 9 bulan tidak dari pertama kehamilan, kendalanya

susah memang mengubah prilaku masyarakat dan juga berdasarkan hasil

wawancara dengan pasien terhadap pelayanan dipuskesmas peureumeue

menyatakan berdasarkan pengalaman-pengalaman ketika memerlukan pelayanan

ke puskesmas petugas tidak ada ditempat saat dalam jam kerja, pelayanannya

lama, antrianpun juga lama dan pada hari senin saja cepatnya, penyebabnya

adalah kurangnya ketegasan dari pihak Kepala Puskesmasnya, dikarenakan

kepala puskesmas sekarang hanya pengganti sementara saja. Selain itu juga

belum pernah diadakan survei kepuasan kepada pasien, apa penyebab mereka

tidak mau kepuskesmas, apakah pelayanan yang diberikan selama ini sudah

Page 75: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1161/1/BAB I-V.docx · Web viewSasaran yang ingin dicapai sesuai target MDGs ke-4 yaitu menurunkan Angka Kematian Bayi menjadi 23 per 1000

75

memuaskan pasien atau tidak, mereka hanya menilai dari jumlah kunjungan

saja.

Hal diatas di dukung oleh penelitian Efendi (2013) terjadinya penurunan

dan peningkatan jumlah kunjungan setiap tahun dikarenakan dua faktor yaitu

faktor Eksternal yang memungkinkan jumlah pasien yang sakit diwilayah kerja

juga berkurang ataupun faktor internal dari wilayah kerja perlu diperhatikan

apakah selama ini pelayanan yang diberikan kepada pasien menimbulkan

ketidakpuasan dan berpengaruh terhadap mutu pelayanan yang diberikan dan

penurunan jumlah pasien.

Hasil Penelitian ini juga didukung oleh penelitian Puas dkk (2012)

mengatakan bahwa adanya hubungan antara kepuasan pasien terhadap pelayanan

yang diberikan dengan kelengkapan fasilitas yang dimiliki, dengan adanya

tingkat kepuasan tersebut maka akan mempengaruhi apakah pasien tersebut

menggunakan jasa pelayanan tersebut kembali atau tidak.

Kepuasan pasien akan terpenuhi apabila proses penyampaian jasa

pelayanan kesehatan dari puskesmas kepada konsumen sesuai dengan apa yang

dipersepsikan pasien. Terpenuhi kebutuhan pasien akan memberikan gambaran

kepuasan pasien, oleh karena itu tingkat kepuasan pasien sangat tergantung

pada pandangan pasien terhadap mutu pelayanan puskesmas. Kebutuhan pasien

meliputi keamanan, ketepatan dan kecepatan pelayanan.

Page 76: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1161/1/BAB I-V.docx · Web viewSasaran yang ingin dicapai sesuai target MDGs ke-4 yaitu menurunkan Angka Kematian Bayi menjadi 23 per 1000

76

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Sesuai hasil penelitian di lapangan dan didapatkan hasil penelitian yang

akurat sesuai dengan data yang diperoleh. Maka peneliti menyimpulkan

beberapa kesimpulan serta saran yang berhubungan dengan hasil penelitian

bahwa:

1. Conteks

Pencapaian target program KIA di Puskesmas Peureumeue belum mencapai

target sepenuhnya masih sembilan puluh lima persen, berdasarkan hasil

penelitian diketahui bahwa kendalanya ibu hamil pindah ketempat lain, tidak

pernah dilaporkan, dan juga ibu-ibu yang memeriksakan kehamilannya dan

melakukan pertelongan persalinan mereka lebih memilih di bidan kampung,

dukun dan tempat praktek dibandingkan ke puskesmas dengan alasan takut

bidan tidak ada ditempat, pelayanannya kurang dan sudah terbiasa melahirkan

dirumah dan juga ibu-ibu tidak membawa anak-anaknya ke puskesmas untuk

melakukan pemeriksaan, tapi jika anak-anaknya sudah sakit baru dibawa

kepuskesmas. Dan juga Ibu-ibu yang memberikan imunisasi kepada anak-

anaknya rata-rata tidak lengkap dengan alasan sesudah melakukan imunisasi

anak-anak mereka sakit/demam.

Page 77: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1161/1/BAB I-V.docx · Web viewSasaran yang ingin dicapai sesuai target MDGs ke-4 yaitu menurunkan Angka Kematian Bayi menjadi 23 per 1000

77

2. Input

a. Ketersediaan tenaga kesehatan di Puskesmas Peureumeue sudah

mencukupi jumlah tenaga kesehatan di puskesmas.

b. Jumlah sarana dan prasarana di puskesmas kurang lengkap peralatannya

seperti : cek HB dan keterbatasan persediaan bahan-bahan belum

memadai dan masih banyaknya pasien-pasien yang selalu di rujuk ke

rumah sakit besar, karena tidak bisa di tangani.

c. Pendanaan untuk program KIA belum cukup, karena sumber pendanaan

untuk program KIA lebih banyak dibutuhkan dari program-program yang

lain.

3. Produk

a. Cakupan kunjungan ibu dan anak ke puskesmas belum sepenuhnya

mencapai target masih delapan puluh persen, karena masih ada

masyarakat kita yang tidak mau datang kepuskesmas untuk periksa.

b. Pelayanan dipuskesmas Peureumeue ketika memerlukan pelayanan ke

puskesmas petugas tidak ada ditempat saat dalam jam kerja,

pelayanannya lama dan antrianpun juga lama penyebabnya kurangnya

ketegasan dari pihak Kepala Puskesmas.

c. Dari pihak puskesmas belum pernah mengadakan survei kepuasan

kepada pasien, hanya menilai dari jumlah kunjugan saja tetapi

berdasarkan hasil kunjungan ada masyarakat yang puas dan tidak puas,

karena masyarakat yang datang beraneka ragam.

Page 78: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1161/1/BAB I-V.docx · Web viewSasaran yang ingin dicapai sesuai target MDGs ke-4 yaitu menurunkan Angka Kematian Bayi menjadi 23 per 1000

78

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas maka dapat dikemukakan saran-saran

sebagai berikut :

1. Dinas Kesehatan

a. Agar melakukan evaluasi terhadap kelengkapan dan berfungsinya sarana,

fasilitas dan sumber pendanaan untuk program KIA dipuskesmas

peureumeue secara rutin, sehingga pemeliharaan, perbaikan, dan

penambahan sarana yang sudah tidak ada lagi cepat tertangani.

2. Puskesmas

a. Kepala Puskesmas serta pemegang program KIA sudah sebaiknya lebih

menekankan kepada karyawan untuk bersikap disiplin didalam berkerja

dan pelayanannya lebih ditingkatkan lagi.

b. Dalam mendukung penyelenggaraan program KIA, Puskesmas

Peureumeue perlu untuk melengkapi peralatan medis, non medis, serta

memperbaiki fasilitas di puskesmas. Oleh karena itu, puskesmas perlu

mengajukan permohonan secara kontinyu ke Dinas Kesehatan dalam

penyediaan sarana dan prasarana kesehatan tersebut.

c. Kepala Puskesmas serta pemegang program KIA harus mengadakan

survei kepuasan terhadap pasien agar dapat mengetahui apakah

pelayanan yang diberikan selama ini sudah memuaskan pasien atau

belum, agar pelayanan kedepannya lebih baik lagi.