hepatitis b
TRANSCRIPT
Diagnosis dan Pemeriksaan Hepatitis B
Oleh Rahma Novitasari, 0806320830
Replikasi Virus Hepatitis B
Replikasi virus hepatitis B terjadi di sel hati dan berlangsung melalui suatu perantara RNA. Siklus replikasi HBV di bagi menjadi
beberapa tahap, yaitu:
a. Attachmentpartikel Dane menempel pada hepatosit dengan perantaraan protein pre S1, protein pre S2 dan PHSA diikuti
penetrasi HBV ke dalam hepatosit, transportasi di dalam sitoplasma dan pelepasan DNA dalam nucleus.
b. Transkripsi DNA virus menjadi pregenom DNA dan mRNADNA HBV berupa dua untai DNA yang tidak sama panjang,
kemudian terjadi proses DNA repair sehingga memanjangnya rantai DNA yang pendek sehingga menjadi dua rantai DNA sama
panjang atau covalently closed circle DNA (cccDNA). Selanjutnya terjadi transkripsi cccDNA menjadi pregenom RNA dan
beberapa mRNA (mRNA LHBs, mRNA MHBs serta mRNA SHBs).
c. Translasi pregenom RNA dan mRNA menjadi proteintranslasi pregenom akan menghasilkan protein core (HBcAg), HBeAg,
dan enzim polymerase sedangkan translasi mRNA LHBs, mRNA MHBs serta mRNA SHBs akan menghasilkan protein masing-
masing.
d. Encapsidation pregenom RNA ke dalam protein coreup take pregenom RNA ke dalam protein core (HBcAg). Proses ini terjadi
di sitoplasma dan disebut juga dengan proses assembly
e. Reverse transcription pregenom RNA menjadi DNA (-) strand
f. Sintesis DNA (+) strand
g. Envelopment partikel oleh LHBs,MHBs serta SHBs di dalam RE terjadi sintesis partikel HBV lainnya (tubuler dan sferis) yang
masing-masing terdiri dari LHBs,MHBs serta SHBs (tidak mengandung core dan genom HBV)
h. Sekresi partikel-partikel HBVmelalui apparatus golgi, partikel HBV yang disekresi yaitu : partikel Dane, partikel tubular, dan
partikel bulat. Selain itu, sel hepatosit juga akan mensekresi HBeAg langsung ke dalam sirkulasi darah, karena HBeAg bukan
merupakan partikel HBV
Petanda Serologik
Ada 8 petanda serologic penting yang dapat dikelompokkan menjadi 4 kelompok, yaitu : HBsAg dan Anti-HBs, HBeAg dan
Anti-HBe, HBcAg dan Anti-HBc serta DNA Polimerase dan DNA HBV.
HBsAg disintesis di dalam reticulum endoplasma sitoplasma sel hati kemudian dilepaskan ke dalam sirkulasi darah
penderita, merupakan penunjuk paling dini adanya infeksi HBV akut yang sedang berlangsung. Biasanya timbul pada periode inkubasi
(6-10 minggi setelah infeksi HBV) dan 2-8 minggu sebelum timbulnya gejala klinik. Umumnya HBsAg menetap selama gejala-gejala
klinik masih ada dan akan menghilang beberapa minggu kemudian (1-2 minggu). Kadar HBsAg akan naik mencapai puncak pada saat
kadar aminotransaminase mulai naik. Dengan menurunnya kadar enzim dan perbaikan gejala klinis, titer HBsAg akan menurun dan
kemudian menghilang. Bila HBsAg tetap terdeteksi sampai 6 bulan atau lebih maka disebut sebagai infeksi HBV persisten atau
penderita akan menjadi pengidap (carrier). Dalam darah pengidap, HBsAg terdapat dalam 3 bentuk yaitu HbsAg selubung virion
(partikel Dane), HBsAg partikel bulat dan tubuler. HBsAg tersusun atas 3 macam protein yaitu LHBs,MHBs dan SHBs. Dikenal 4
subtipe dari HBsAg yaitu adw,ayw,adr,dan ayr. Subtype ini terjadi dengan frekuensi yang berbeda secara geografik. Infeksi oleh salah
satu subtype tampaknya menghasilkan imunitas untuk melawan subtype yang lain.
Anti-HBs adalah imunitas humoral yang timbul setelah kontak dengan HBsAg, setelah sembuh dari infeksi HBV atau setelah
vaksinasi hepatitis B yang menunjukan sudah terjadi kekebalan terhadap infeksi HBV. Anti-HBs muncul lebih lambat daripada anti-
HBc maupun anti-HBe yaitu pada fase penyembuhan beberapa saat setelah HBsAg menghilang dari peredaran darah. Pada perjalan
penyakit dimana HBsAg telah negative namun anti-HBs belum muncul maka keadaan ini disebut serological gap window periode.
Pada keadaan ini adanya infeksi dapat ditegakkan dengan memeriksa anti HBc. Kecepatan pembentukan anti-HBs tergantung dari
kecepatan pembersihan HBsAg dari darah. Dalam tubuh manusia, anti-HBs dapat bertahan lama bahkan seumur hidup.
HBcAg merupakan protein yang tidak larut sehingga dalam keadaan biasa tak dapat dideteksi dalam serum. Bila serum yang
mengandung partikel Dane diberi deterjen untuk melepaskan HBsAg yang ada di pembungkus luar, barulah HBcAg dapat terdeteksi
dengan metode RIA. Cara lainnya adalah dengan imunofloresensi dalam jaringan hati. HBcAg membawa DNA HBV dan DNA
polymerase. Terdapatnya HBcAg dalam inti sel hati merupakan petunjuk terjadinya replikasi HBV yang aktif.
Anti HBc timbul antara 2-20 minggu setelah infeksi HBV yang menunjukan adanya antibody humoral terhadap HBcAg baik
fase akut maupun kronis yang diikuti dengan kesembuhan. Anti-HBc muncul relative singkat pada perjalanan penyakit, mula-mula
muncul IgM anti-HBc yang terdeteksi dengan titer tinggi pada fase akut atau pemulihan dan bertahan selama 6 bulan atau lebih.
Apabila IgM anti-HBc menetap lebih dari 6 bulan , merupakan petunjuk adanya replikasi virus yang masih aktif dan sebagai petanda
terjadinya hepatitis kronik. Diperkirakan anti-HBc muncul dalam darah segera setelah munculnya HBsAg sebelum munculnya gejala
klinis.
HBeAg merupakan komponen nukleokapsid seperti halnya HBcAg tetapi mempunyai determinan antigenic yang berbeda
serta dapat dideteksi dalam serum. HBeAg muncul setelah kurang lebih satu minggu setelah timbulnya HBsAg , sebelum ada tanda-
tanda kerusakan hati secara bikimiawi dan biasanya menghilang dalam waktu 2 minggu sedangkan HBsAg tetap terdeteksi. HBeAg
biasanya ditemukan bersamaan dengan titer tinggi HBsAg, DNA HBV dan DNA polymerase positif. Bila terdeteksi HBeAg
menunjukan bahwa jumlah partikel Dane yang beredar juga banyak. Kondisi ini menggambarkan bahwa penderita dalam keadaan
yang sangat infeksius. HBeAg merupakan salah satu parameter aktivitas replikasi dan infektivitas HBV. Hika HBeAg bertahan lebih
dari 3-4 bulan pertama maka dapat diperkirakan akan terjadi infeksi persisten. Pada penderita hepatitis kronik, HBeAg cenderung
menetap bertahun-tahun. Bila replikasi virus berhenti, HBeAg akan menjadi negative dan diikuti munculnya anti-HBe.
Anti-HBe akan terdeteksi bila HBeAg menghilang. Munculnya anti-HBe pada hepatitis akut menandakan bahwa infeksi
akan sembuh spontan. Anti-HBe biasanya menghilang setelah beberapa bulan atau tahun berbeda dengan anti-HBc atau anti-HBs yang
bertahan lama.
DNA HBV terdiri dari 2 rantai asimetris dalam bentuk lingkaran. Positifnya DNA HBV dalam serum menunjukan masih
adanya partikel HBV yang utuh (partikel Dane) dalam tubuh penderita. Pada hepatitis B akut, DNA HBV hanya positif selama kurang
lebih 1 minggu. Hilangnya DNA HBV menandakan proses penyembuhan sedang berlangsung.
DNA Polimerase merupakan enim endogen HBV yang berhubungan dengan partikel Dane dan terletak di bagian dalam
HBcAg. Pada keadaan HBeAg positif dan DNA polymerase yang aktif menunjukan bahwa HBV yang utuh banyak beredar dalam
darah akibat replikasi HBV masih aktif. Pengukuran DNA polymerase ternyata lebih teliti dibandingkan pemeriksaan HBeAg atau
anti-HBe untuk megukur partikel Dane yang beredar dalam darah.
Diagnosis
Diagnosis penyakit hepatitis B ditegakkan berdasarkan :
a. Gejala Klinis
Hepatitis kronis umumnya tidak menimbulkan gejala atau tidaj menunjukkan gejala yang khas berupa tidak ada nafsu makan,
kelelahan, mual, muntah, myeri daerah perut sebelah kanan atas dan ikterus. Bagaimanapun juga anamnesis yang teliti seperti
lahir dan hidup di wilayah endemis, keluarganya ada yangmenderita hepatitis B dsb akan membantu tegaknya diagnosis
hepatitis B kronis.
b. Pemeriksaan biokimiawi
Pemeriksaan enzim transaminase seperti SGOT/AST dan SGPT/ALT akan meningkat yang menunjukan terjadi kerusakan
dan nekrosis sel hati. Pada kerusakan hepatosit juga didapatkan gama GT meningkat disamping peningkatan bilirubin. Pada
hepatitis B akut akan ditemukan peningkatan ALT yang lebih besar dibandingkan dengan peningkatan AST dengan kadar
ALT nya 20-50 kali normal. Pada hepatitis kronik peninggian ALT adalah sekitar 10-20 Batas Atas Normal (BANN) dengan
ratio de Ritis (ALT/AST) sekitar 1 atau lebih.
c. Pemeriksaan serologis hepatitis B
Petanda serum merupakan kunci dalam menegakkan diagnosis hepatitis B.
Petanda infeksi: HBsAg adalah sebagai tanda adanya infeksi hepatitis B dan bila dalam 6 bulan tidak hilang berarti menjadi
kronis. IgM anti-HBc adalah salah satu antibody yang terlihat selama masa akut sedangkan IgG anti-Hbc tetap positif seumur
hidup.
Petanda replikasi: petanda untuk mengetahui adanya replikasi virus ialah: HBeAg dan DNA HBV
Petanda untuk mengetahui penyakit akut atau kronik yaitu IgM anti-HBc yang menunjukan adanya kerusakan hati pada
hepatitis akut.
d. Pemeriksaan Histologi
Tujuan pemeriksaan histologi adalah untuk menilai tingkat kerusakan hati, menyisihkan diagnosis penyakit hati lain,
prognosis dan menentukan manajemen anti viral. Ukuran spesimen biopsi yang representatif adalah 1-3 cm (ukuran panjang)
dan 1,2-2 mm (ukuran diameter) baik menggunakan jarum Menghini atau Tru-cut. Salah satu metode penilaian biopsi yang
sering digunakan adalah dengan Histologic Activity Index score (HAI)
e. Pemeriksaan penunjang: USG atau CT Scan
Pada pemeriksaan USG akan tampak pembesaran hati serta bertambah densitas gama dari parenkim hati pada hepatitis akut-
kronik
Definisi Kriteria Diagnosis
Hepatitis Bkronis
Proses nekro-inflamasi kronis hati disebabkan oleh infeksi persisten virus hepatitis B.Dapat dibagi menjadi hepatitis B kronis dengan HBeAg + dan HBeAg -
1. HBsAg + > 6 bulan2. HBV DNA serum > 105copies/ml3. Peningkatan kadar ALT/AST secara berkala/persisten4. Biopsi hati menunjukkan hepatitis kronis (skor nekroinflamasi >4)
CarrierHBsAginaktif
Infeksi virus hepatitis B persisten tanpa disertai proses nekro-inflamasiyang signifikan
1. HBsAg + > 6 bulan2. HBeAg – , anti HBe +3. HBV DNA serum <105copies/ml4.Kadar ALT/AST normal5. Biopsi hati menunjukkan tidak adanya hepatitis yang signifikan (skor nekroinflamasi < 4)
Faktor Risiko Infeksi
Seseorang yang berisiko terinfeksi HBV meliputi:
Factor yang mempengaruhi penularan
a. Konsentrasi HBV
Konsentrasi HBV dapat dinilai secara serologis dengan tingginya titer HBsAg, HBeAg, DNA HBV, HBeAg merupakan indicator
paling baik dan praktis untuk menunjukan konsentrasi HBV. Pada ibu hamil dengan infeksi HBV, penularan ke bayi yang di
kandung/dilahirkan dapat terjadi bila DNA HBV ibu ≥ 3.5 pg/ml.
b. Volume inokulum
Makin besar volume inokulum yang masuk ke dalam tubuh maka masa inkubasi infeksi HBV makin pendek dan perjalan
penyakit makin berat
c. Lama paparan
Makin lama berhubungan dengan sumber penularan maka makin besar kemungkinan tertular infeksi HBV
d. Cara masuk HBV
Cara masuk HBV ke dalam tubuh dapat mempengaruhi masa inkubasi infeksi HBV. Dilaporkan bahwa penularan perkutan,
HBsAg dapat positif daam 1 minggu, sebaliknya penularan peroral HBsAg akan positif dalam 2 bulan.
e. Status imunitas individu yang terpapar
Apabila imunitas individu yang terpapar tersebut cukup baik maka kemungkinan penularan adalah minimal
Prognosis infeksi HBV pada kehamilan
Prognosis infeksi HBV tergantung dari berat ringannya penyakit dan komplikasi yang terjadi. Infeksi HBV pada penderita
tanpa menimbulkan gejala klinis dan juga tidak ada penyakit lain sebagai penyerta maka prognosisnya baik. Apabila didapatkan
penyakit-penyakit lain seperti penyakit jantung, diabetes mellitus, dan anemia maka akan memperburuk keadaan penderita sehingga
prognosisnya menjadi lebih buruk. Infeksi HBV akut yang terjadi pada trimester III memberikan prognosis yang lebih buruk,
didapatkan angka kematian yang tinggi bagi ibu dan anak, terutama apabila terjadi hepatitis fulminan. Prognosis untuk bayi tergantung
dari komplikasi yang terjadi misalnya kelahiran premature. Disamping itu juga bergantung dari pengelolaan khusus persalinan dan
post natal yang mencegah penularan vertical dari ibu. Bila bayi tertular saat neonates maka 90% dari bayi yang tertular HBV ini akan
menjadi pengidapHBV kronik dan 40% diantaranya akan meninggal karena sirosis hati.
Pria atau wanita yang memiliki banyak
pasangan seksual, khususnya jika tidak
menggunakan kondom
Hubungan seksual antara homoseksual
Pria atau wanita yang berhubungan seksual
dengan orang yang terinfeksi HBV
Orang dengan sexually transmitted disease
Pengguna obat injeksi yang berganti-gantian
jarum dengan orang lain
Orang yang menerima transfusi darah atau
produk darah
Orang yang didialisis untuk penyakit ginjal
Petugas kesehatan yang tidak sengaja
tertusuk jarum atau instrumen tajam lain yang
terkontaminasi dengan darah yang terinfeksi
Bayi yang dilahirkan oleh ibu yang terinfeksi
baik secara vaginal maupun SC.
Tato atau tindik yang menggunakan alat yang
tidak steril yang juga dipakai oleh orang lain
Berganti-gantian menggunakan benda yang
dapat memiliki sedikit darah pada
permukaannya, seperti sikat gigi, pisau cukur,
gunting kuku.
Daftar Pustaka:
1. Merry V. Pengelolaan Hepatitis B dalam Kehamilan dan Persalinan. 2001 available from:
http://eprints.undip.ac.id/12123/1/2001PPDS697.pdf (pkl 19.00)
2. Suharjo, JB, dkk. Diagnosis dan Manajemen Hepatitis B Kronik. Dalam jurnal : Cermin Dunia Kedokteran, No. 150. 2006
3. Sulaiman A. Buku Ajar Ilmu Penyakit Hati. Edisi 1. 2007. Jakarta:Jayabadi.p. 201-8
4. Kasper DL, Fauci DL, Braunwald E, Hauser SL, et all. Harrison’s Priciples of Internal Medicine. 16 th ed. USA: McGraw
Hill.p. 1832-9.