hemofilia 2011
TRANSCRIPT
-
7/30/2019 hemofilia 2011
1/11
RAHMADHINI ELKRI
1102010227
1
1. Memahami dan menjelaskan tentang Hemostasis1.1.Definisi
Hemostasis adalah suatu mekanisme fisiologis tubuh untuk mempertahankan volume darah
vaskular melalui pencegahan dan mengurangi kehilangan darah.
1.2. MekanismeLangkah-langkah mekanisme hemostasis :
1. Hemostasis PrimerSaat pembuluh darah luka, sel endotel rusak dan kolagen akan terpapar. Sel endotel
mensekresi endotelin-1 yang akan memanggil trombosit dan leukosit ke daerah luka.
Faktor von Willebrand menjembatani kolagen dengan reseptor vWF di membran
trombosit, sehingga terjadilah adhesi trombosit.
Adhesi trombosit menyebabkan sekresi ADP dan terjadi agregasi primer. Trombosit
tersebut teraktivasi dan melepaskan isi granulanya hingga akhirnya terbentuklah agregasi
sekunder dengan massa trombosit yang lebih padat, namun masih memungkinkan cairan
untuk lolos dari sumbatan tersebut.
2. Hemostasis SekunderPemaparan kolagen akan mengaktifkan F.XII lewat jalur intrinsik, sementara
tromboplastin jaringan yang disekresi endotel akan langsung mengawali jalur ekstrinsik.
Jalur Intrinsik : aktifasi F.XII F.XIIa kemudian dibantu HMWK akan mengaktifasi
prekalikrein kalikrein dan F.XI F.XIa, selanjutnya F.XIa dengan ion kalsium
mengaktivasi F.IX F.IXa , bersama dengan F.VIIIa , PF3, ion kalsium membentuk
tenase complex yang akan mengaktivasi F.X
F.Xa
Jalur ekstrinsik : tromboplastin jaringan dibantu ion kalsium mengaktivasi F.VII
F.VIIa , dan F.VIIa bisa langsung mengaktivasi F.X F.Xa
Kalikrein dapat mengaktivasi F.VII F.VIIa (hubungan antara jalur intrinsik dan
ekstrinsik)
Jalur bersama : diawali dari F.Xa bersama F.Va , PF3 dan ion kalsium membentuk
prothrombin converting complex yang akan mengaktivasi protrombin Trombin.
Selanjutnya trombin akan mengaktivasi fibrinogen menjadi fibrin monomer dan F.XIII
F.XIIIa , yang akan menstabilkan fibrin yang telah dipolimerisasi sehingga
terbentuklah fibrin polimer insoluble. Fibrin ini akan melekat pada sumbat sekunder
trombosit menyebabkan sumbatan bertambah padat dan tidak memungkinkan cairan
untuk lolos (impermeable).
3. FibrinolisisSetelah jaringan yang luka mengalami perbaikan sempurna, aktivator plasminogen akan
memecah plasminogen-terikat fibrin dan plasminogen plasma melalui jalur intrinsik,
-
7/30/2019 hemofilia 2011
2/11
-
7/30/2019 hemofilia 2011
3/11
RAHMADHINI ELKRI
1102010227
3
melalui sistem kanalikular terbuka. Pecahnya granula dirangsang oleh
trombin, kolagen, epinefrin dan TxA2. Granula padat mengeluarkan ADP,
ATP, ion kalsium, serotonin, epinefrin dan nor-epinefrin. Granula alfa
mengeluarkan fibrinogen, vWF, beta-tromboglobulin, FV dan PF4. Lisosom
mengeluarkan enzim hidrolitik.
3. Faktor KoagulasiJalur intrinsik
Saat luka, kolagen terpapar. Apabila berkontak dengan FXII, akan mengaktifasi
FXII menjadi FXIIa. FXIIa dibantu kofaktor HMWK mengubah FXI menjadi
FXIa dan prekalikrein menjadi kalikrein yang berfungsi dalam jalur ekstrinsik
(mengubah FVII menjadi FVIIa). Selanjutnya FXIa dibantu ion kalsium
mengubah FIX menjadi FIXa, kemudian FIXa membentuk kompleks dengan PF3,
FVIII dan ion kalsium untuk mempercepat aktivasi FX
Jalur ekstrinsik
Saat luka, sel endotel memproduksi tromboplastin jaringan kemudian dengan
bantuan ion kalsium akan mengubah FVII menjadi FVIIa, selanjutnya FVIIa akan
mengaktifasi FX.
Jalur bersama
Dimulai dari aktifasi FX menjadi Fxa oleh kompleks dari jalur intrinsik dan FVIIadari jalur ekstrinsik. FXa bersama FV, PF3 dan ion kalsium akan membentuk
prothrombin convertase complex yang akan mengubah protrombin menjadi
trombin. Trombin dapat mengubah fibrinogen menjadi fibrin monomer,
mengaktifasi FXIII menjadi FXIIIa, dan merangsang agregasi dan aktivasi
trombosit.
Fibrin monomer dipolimerisasi menjadi fibrin polimer solubel terhadap urea,
FXIIIa dengan ion kalsium akan mengikat silang 2 rantai fibrin membentuk
fibrin polimer insolubel
4. Faktor FibrinolisisTerdiri dari 3 komponen utama : aktivator plasminogen, plasminogen dan
inhibitor plasminogen.
Aktivator plasminogen akan mengubah plasminogen menjadi plasmin melalui 3
cara, yaitu intrinsik (diubah oleh kalikrein), ekstrinsik (diubah oleh tissue
plasminogen activator, t-PA) dan eksogen (diubah oleh urokinase dan
streptokinase). Plasmin akan berikatan dengan fibrin kemudian memecah fibrin
-
7/30/2019 hemofilia 2011
4/11
RAHMADHINI ELKRI
1102010227
4
menjadi fragmen degradation product (FDP). FDP menghambat kerja trombin
dan polimerisasi fibrin serta mengganggu fungsi trombosit. FDP akan dibersihkan
dari sirkulasi oleh hati dan RES.
2. Memahami Dan Menjelaskan Hemofilia2.1.Definisi
Hemofilia berasal dari bahasa Yunani Kuno, yang terdiri dari dua kata yaitu haima yangberarti darah danphilia yang berarti cinta atau kasih sayang.
Hemofilia adalah penyakit atau gangguan perdarahan yang bersifat herediter akibat
kekurangan faktor pembekuan VIII atau IX. Saat ini, dikenal 2 bentuk hemofilia, yaitu :
hemofilia A dan hemofilia B. Penyakit ini ditandai dengan perdarahan spontan yang berat dan
kelainan seni yang nyeri dan menahun. Hemofilia lebih banyak terjadi pada laki- laki, karena
mereka hanyamempunyai satu kromosom X. Sedang perempuan umumnya menjadi pembawa
sifat (carrier). Namun perempuan bisa juga menderita hemofilia jika pria hemofilia menikah
dengan wanita carrier hemofilia.
2.2.Epidemiologi
Secara umum, insiden hemofilia pada populasi cukup rendah yaitu sekitar 0,091% dan 85
% nya adalah hemofilia A. Disebutkan pada sumber lain insiden pada hemofilia A 4-8 kali
lebih sering dari hemofilia B. Angka kejadian hemofilia A sekitar 1:10.000 dari penduduk
laki-laki yang lahir hidup, tersebar di seluruh dunia tidak tergantung ras, budaya, sosial
ekonomi maupun letak geografi. Insiden hemofilia A di Indonesia belum banyak dilaporkan,
sampai pertengahan 2001 disebutkan sebanyak 314 kasus hemofilia A. Sedangkan insiden
hemofilia B diperkirakan 1:25.000 laki-laki lahir hidup. Hemofilia C yang diturunkan secaraautosomal resesif dapat terjadi pada laki-laki maupun pada perempuan, menyerang semua ras
dengan insiden terbanyak ras Yahudi.
2.3.Etiologi
3. Faktor congenitalBersifat resesif autosomal herediter. Kelainan timbul akibat sintesis faktor pembekuan
-
7/30/2019 hemofilia 2011
5/11
RAHMADHINI ELKRI
1102010227
5
darah menurun. Gejalanya berupa mudahnya timbul kebiruan pada kulit atau perdarahan
spontan atau perdarahan yang berlebihan setelah suatu trauma.
4. Faktor didapatBiasanya disebabkan oleh defisiensi factor II (protrombin) yang terdapat pada keadaan
berikut:Neonatus, terutama yang kurang bulan karena fungsi hati belum sempurna sehingga
pembekuan faktor darah khususnya faktor II mengalami gangguan.
Defisiensi vitamin K, hal ini dapat terjadi pada penderita ikterus obstruktif, fistula
biliaris, absorbsi vitamin K dari usus yang tidak sempurna atau karena gangguan
pertumbuhan bakteri usus. Beberapa penyakit seperti sirosis hati, uremia, sindrom nefrotik
dan lain-lain Terdapatnya zat antikoagulansia (dikumarol, heparin) yang bersifat
antagonistik terhadap protrombin
Disseminated intravascular coagulation (DIC). (IKA 1 FKUI, 2005)
2.4. Klasifikasi1. Faktor congenital
Bersifat resesif autosomal herediter. Kelainan timbul akibat sintesis faktor
pembekuan darah menurun. Gejalanya berupa mudahnya timbul kebiruan pada kulit
atau perdarahan spontan atau perdarahan yang berlebihan setelah suatu trauma.
2. Faktor didapatBiasanya disebabkan oleh defisiensi factor II (protrombin) yang terdapat pada
keadaan berikut:
Neonatus, terutama yang kurang bulan karena fungsi hati belum sempurna sehingga
pembekuan faktor darah khususnya faktor II mengalami gangguan.
Defisiensi vitamin K, hal ini dapat terjadi pada penderita ikterus obstruktif, fistula
biliaris, absorbsi vitamin K dari usus yang tidak sempurna atau karena gangguan
pertumbuhan bakteri usus. Beberapa penyakit seperti sirosis hati, uremia, sindrom
nefrotik dan lain-lain Terdapatnya zat antikoagulansia (dikumarol, heparin)
yang bersifat antagonistik terhadap protrombin
Disseminated intravascular coagulation (DIC). (IKA 1 FKUI, 2005)
Hemofilia terbagi atas dua jenis, yaitu :
1. Hemofilia A yang dikenal juga dengan nama:
a. Hemofilia klasik; karena jenis hemofilia ini adalah yang paling
banyak kekurangan faktor pembekuan pada darahb. Hemofilia kekurangan Factor VIII; terjadi karena kekurangan faktor 8
(Factor VIII) protein pada darah yang menyebabkan masalah pada proses pembekuan
darah.
2. Hemofilia B yang dikenal juga dengan nama:
a. Christmas disease; karena di temukan untuk pertama kalinya pada
seorang bernama Steven Christmas asal Kanada
-
7/30/2019 hemofilia 2011
6/11
RAHMADHINI ELKRI
1102010227
6
b. Hemofilia kekurangan Faktor IX; terjadi karena kekurangan faktor 9
(Factor IX) protein pada darah yang menyebabkan masalah pada proses pembekuan
darah.
Tingkatan Hemofilia :
1).Penderita hemofilia parah / beratyang hanya memiliki kadar faktor VIII ataufaktor IX < 1% dari jumlah normal di dalam darahnya, dapat mengalami beberapa
kali perdarahan dalam sebulan. Kadang - kadang perdarahan terjadi begitu saja tanpa
sebab yang jelas, frekuensi hemofilia 70%,
2).Penderita hemofilia sedang lebih jarang mengalami perdarahan dibandingkan
hemofilia berat. Perdarahan kadang terjadi akibat aktivitas tubuh yang terlalu berat,
seperti olah raga yang berlebihan. Aktivitas FVIII/IX antara 1-5% , frekuensi hemofilia
30
3).Penderita hemofilia ringan lebih jarang mengalami perdarahan. Mereka mengalami
masalah perdarahan hanya dalam situasi tertentu, seperti operasi, cabut gigi atau
mengalami luka yang serius serta terjatuh, aktivitas FVIII/FIX >5%, dimana frekuensihemofilia 15 (Sudoyo,2007)
2.5.Patofisiologi
Adanya kromosom Xh
menyebabkan sintesis F.VIII/IX terganggu sehingga
aktifitasnya dalam plasma menurun. Saat pembuluh darah luka, terjadi gangguan
aktivasi F.X dari jalur intrinsik disebabkan tidak tersedianya F.IX dan F.VIII,
sehingga fibrin dan sumbat trombosit tidak dibentuk akibatnya terjadi perdarahan.
2.6.Manifestasi Klinis
Perdarahan merupakan gejala dan tanda yang khas yang sering dijumpai.
Perdarahan dapat timbul secara spontan atau karena trauma ringan. Manifestasi klinis
tergantung beratnaya hemofilia. Tanda perdarahan meliputi hematrosis, hematom
subkutan/intramuscular, perdarahan mukosa mulut, perdarahan intracranial,epistaksis
dan hematuria.
Hemarthrosis sering ditemukan pada lokasi seperti sendi lutut, pergelangan kaki,
bahu, pergelangan tangan. Dimana send engsel lebih sering mengalami hematrosis
dibandingkan sendi peluru karena ketidakmampuannya menahan gerakan berputar
dan menyudut pada gerakan volunteer maupun involunter, sedangkan sendi peluru
lebih mapu menahan beban tersebut karena fungsinya1. Masa bayi (untuk diagnosis)
Perdarahan berkepanjangan setelah sirkumsisi, ekimosis subkutan diatas
tonjolan-tonjolan tulang (saat berumur 3-4 bulan), hematoma besar setelah
infeksi, perdarahan dari mukosa oral, perdarahan jaringan lunak
2. Episode perdarahan (selama rentang hidup)
Gejala awal, yaitu nyeri setelah nyeri, yaitu bengkak, hangat dan penurunan
-
7/30/2019 hemofilia 2011
7/11
RAHMADHINI ELKRI
1102010227
7
mobilitas, sekuela jangka panjang, perdarahan berkepanjangan dalam otot
dapat menyebabkan kompresi saraf dan fibrosis otot.
2.7.Diangnosis dan Diagnosis banding
1. Uji skrining untuk koagulasi daraha.Jumlah trombosit (normal 150.000-450.000 tombosit per mm3
darah)
b.Masa protombin (PT) (normal memerlukan waktu 11-13 detik)
c.Masa tromboplastin parsial (APTT) (meningkat, mengukur
keadekuatan faktor koagulasi intrinsik)
d.Assays fungsional terhadap faktor VIII dan IX (memastikan
diagnosis)
e.Masa pembekuan trombin (normalnya 10-13 detik)
2. Biopsi hati (kadang-kadang) digunakan untuk memperoleh jaringan
untuk pemeriksaan patologi dan kultur.3. Uji fungsi faal hati (kadang-kadang) digunakan untuk mendeteksi
adanya penyakit hati (misalnya, serum glutamic-piruvic transaminase
[SPGT], serum glutamic-oxaloacetic transaminase [SGOT], fosfatase
alkali, bilirubin). (Betz & Sowden, 2002)
Seorang anak laki-laki diduga menderita hemofilia apabila terdapat riwayat perdarahan
berulang (hemarthrosis,hematom) atau riwayat perdarahan memanjang seterlah trauma
atau tindakan tertentu.
Diagnosis definitive ditentukan dengan berkurangnya aktivitas FVIII/FIX yang nilai
normal aktivitas FVIII/IX adalah 0,5-1,5U/ml atau 50-150%
Diagnosis antenatal dilakukan pada ibu hamil untuk memeriksa kadar antigen FVIII
dalam janin pada trimester ke-2 dapat menentukan status hemofilia pada janin
DB(Diagnosa Banding))
1.Hemofilia A dan B dengan defisiensi faktor XI dan XII2.Hemofilia A dengan penyakit von Willebrand, inhibitor FVIII yang didapat dan
kombinasi defisiensi FVIII dan V congenital
3.Hemofilia B dengan penyakit hati, pemakaian warfarin,defisiensi vit KHemofilia dengan penyakit DIC, Von willebrand
-
7/30/2019 hemofilia 2011
8/11
RAHMADHINI ELKRI
1102010227
8
Diagnosis Banding
Hemofilia A Hemofilia BPenyakit von
Willebrand
Pewarisan Sex linked Sex linked Autosomal dominan
Lokasi perdarahanOtot, sendi,
postrauma
Otot, sendi,
postrauma
Mukosa, luka kulit,
postrauma/operasi
Bleeding Time N N Memanjang
PPT N N N
APTT Memanjang Memanjang Memanjang
F.VIIIC Rendah N N
F.VIIIR:AG N N Rendah
F.IX N Rendah N
Tes ristosetin N N -
2.8.Tatalaksana
Penatalaksanaan Medis
Pengobatan yang diberikan untuk mengganti factor VIII atau faktot IX yang tidak ada
pada hemofilia A diberikan infus kriopresipitas yang mengandung 8 sampai 100 unit
faktor VIII setiap kantongnya. Karena waktu paruh faktor VIII adalah 12 jam sampai
pendarahan berhenti dan keadaan menjadi stabil. Pada defisiensi faktor IX memiliki
waktu paruh 24 jam, maka diberikan terapi pengganti dengan menggunakan plasma atau
konsentrat factor IX yang diberikan setiap hari sampai perdarahan berhenti. Penghambat
antibody yang ditunjukkan untuk melawan faktor pembekuan tertentu timbul pada 5%sampai 10% penderita defisiensi faktor VIII dan lebih jarang pada faktor IX infase
selanjutnya dari faktor tersebut membentuk anti bodi lebih banyak.
1. Agen-agen imunosupresif, plasma resesif untuk membuang inhibitor dan kompleksprotombin yang memotong faktor VIII dan faktor IX yang terdapat dalam plasma
beku segar. Produk sintetik yang baru yaitu: DDAVP (1-deamino 8-Dargirin
vasopressin) sudah tersedia untuk menangani penderita hemofilia sedang.
Pemberiannya secara intravena (IV), dapat merangsang aktivitas faktor VIII sebanyak
tiga kali sampai enam kali lipat. Karena DDAVP merupakan produk sintetik maka
resiko transmisi virus yang merugikan dapat terhindari.2. Immobilisasi sendi dan udara dingin (seperti kantong es yang mengelilingi sendi) bisa
memberi pertolongan. Jika terjadi nyeri maka sangat penting untuk mengakspirasi
darah dan sendi. Ketika perdarahan berhenti dan kemerahan mu;ai menghilang klien
harus aktif dalam melakukan gerakan tanpa berat badan untuk mencegah komplikasi
seperti deformitas dan atrofi otot.
-
7/30/2019 hemofilia 2011
9/11
-
7/30/2019 hemofilia 2011
10/11
RAHMADHINI ELKRI
1102010227
10
b. Anamnesa Atau Pemeriksaan Fisika. Aktivitas
Tanda : Kelemahan otot
Gejala : kelelahan, malaise, ketidakmampuan melakukan aktivitas.
b. Sirkulasi
Tanda : kulit, membran mukosa pucat, defisit saraf serebral/ tanda
perdarahan serebral
Gejala : Palpitasi
c. Eliminasi
Gejala : Hematuria
d. Integritas Ego
Tanda : Depresi, menarik diri, ansietas, marah.
Gejala : Perasaan tidak ada harapan dan tidak berdaya.
e. Nutrisi
Gejal : Anoreksia, penurunan berat badan.
f. NyeriTanda :.Perilaku berhati-hati, gelisah, rewel.
Gejala : Nyeri tulang, sendi, nyeri tekan sentral, kram otot
g. Keamanan
Tanda : Hematom.
Gejala : Riwayat trauma ringan.
-Terjadi perdarahan spontan pada sendi dan otot yang berulang disertai dengan rasa
nyeri dan terjadi bengkak.
-Perdarahan sendi yang berulang menyebabkan menimbulkan Atropati hemofilia
dengan menyempitnya ruang sendi, krista tulang dan gerakan sendi yang terbatas.
-Biasanya perdarahan juga dijumpai pada Gastrointestinal, hematuria yang
berlebihan, dan juga perdarahan otak.
-Terjadi Hematoma pada Extrimitas.
-Keterbatasan dan nyeri sendi yang berkelanjutan pada perdarahan.
-
7/30/2019 hemofilia 2011
11/11
RAHMADHINI ELKRI
1102010227
11
DAFTAR PUSTAKA
1. Bakta, IM. 2006.Hematologi Klinik Ringkas. Jakarta : EGC.2. Suharti, C. 2009.Buku ajar Ilmu Penyakit Dalam. Ed. 5. Jilid 2. Jakarta : Interna Publishing.3. Hoffbrand, AV. Petit, JE. Moss, PAH. 2005. Kapita Selekta Hematologi. Ed. 4. Jakarta :
EGC.
4. Freund, Mathias. 2011. Atlas Hematologi Heckner : praktikum hematologi denganmikroskop. Ed. 11. Jakarta : EGC.
5. Setiabudy, Rahajuningsih D. 2009. Hemostasis dan Trombosis. Ed. 4. Jakarta : BalaiPenerbit FKUI.
6. Price, Sylvia A. Wilson, Lorraine M. 1995. Patofisiologi : konsep klinis proses-prosespenyakit. Ed. 4. Jakarta : EGC.
7. Sherwood, Lauralee. 2001. Fisiologi Manusia : dari sel ke sistem. Ed. 2. Jakarta : EGC.8. Kumala, Poppy [et al.]. 1998. Kamus Saku Kedokteran Dorland. Ed. 25. Jakarta : EGC.9.
Ganong, William E. 2008. Fisiologi Kedokteran. Ed. 22. Jakarta : EGC.10. Ugrasena IDG, Windiastuti E, Abdulsalam M. 2006. Buku ajarhematologi-onkologi anak.Jakarta: Ikatan Dokter AnakIndonesia.
11. Isselbacher, Kurt J. 2000. Harrison Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Ed. 13. Jakarta :EGC.
12. Murray, RK. Granner, DK. Rodwell, VW. 2009.Biokimia Harper. Ed. 27. Jakarta : EGC.