hemofilia pada anak (evlyne)

Upload: hariz-al-khairid

Post on 14-Apr-2018

248 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/27/2019 Hemofilia Pada Anak (Evlyne)

    1/31

    FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PELITA HARAPAN, 2010

  • 7/27/2019 Hemofilia Pada Anak (Evlyne)

    2/31

    Evlyne E. Suryawijaya | Universitas Pelita Harapan - 2010

    i

    KATA PENGANTAR

    Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat

    dan rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan referat ini tepat pada

    waktunya. Kami juga berterima kasih kepada seluruh dokter, perawat dan staf yang

    bertugas, yang telah membimbing kami selama beberapa minggu terakhir ini

    sehingga kami dapat menyelesaikan proses belajar dan pembuatan referat ini

    dengan baik.

    Kami menyadari bahwa referat ini masih belum sempurna, masih banyak

    kekurangan kami yang harus diperbaiki. Oleh karena itu kami mohon kepada seluruh

    dokter, perawat dan staf serta rekan-rekan mahasiswa untuk dapat memberi

    masukan dan kritik yang membangun sehingga kami dapat memperbaiki kesalahan

    baik yang disadari maupun yang tidak disadari.

    Semoga referat ini dapat bermanfaat dan menambah ilmu bagi semua yang

    membacanya.

    Jakarta, 14 September 2010

    Penulis

  • 7/27/2019 Hemofilia Pada Anak (Evlyne)

    3/31

    Evlyne E. Suryawijaya | Universitas Pelita Harapan - 2010

    ii

    DAFTAR ISI

    KATA PENGANTAR .................................................................................................... i

    I. PENDAHULUAN ..................................................................................................... 1

    II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................ 3

    A. DEFINISI DAN SEJARAH .................................................................................. 3

    B. ETIOLOGI DAN PATOGENESIS ....................................................................... 4

    C. GENETIK DAN KLASIFIKASI ............................................................................. 6

    D. DIAGNOSIS PRENATAL DAN DETEKSI CARRIER ........................................ 10E. PEMERIKSAAN LABORATORIUM .................................................................. 11

    F. MANIFESTASI KLINIS...................................................................................... 12

    G. TERAPI ............................................................................................................ 14

    H. DIAGNOSIS BANDING .................................................................................... 20

    I. KOMPLIKASI ..................................................................................................... 22

    KESIMPULAN .......................................................................................................... 25

    DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... iii

  • 7/27/2019 Hemofilia Pada Anak (Evlyne)

    4/31

    Evlyne E. Suryawijaya | Universitas Pelita Harapan - 2010

    1

    HEMOPHILIA PADA ANAK

    I. PENDAHULUAN

    Bagi anak-anak yang sehat, bermain adalah kegiatan yang paling

    menyenangkan bagi mereka, tidak jarang, seorang anak mengalami trauma akibat

    terjatuh, tergores, dan terluka yang didapatnya saat sedang bermain. Trauma

    tersebut bisa saja sampai mengakibatkan perdarahan. Bila terjadi pendarahan pada

    seseorang yang normal dan sehat, misalnya terluka, maka dalam waktu yang tidak

    terlalu lama perdarahan tersebut akan berhenti sendiri, apakah itu dengan bantuan

    penekanan pada tempat luka ataupun tidak. Untuk mengatasi perdarahan yang

    terjadi pada anak tersebut dibutuhkan sistem pembekuan darah yang baik. Disebut

    sebagai sistem karena dalam proses pembekuan darah melibatkan banyak faktor

    yang saling melengkapi sehingga perdarahan dapat terhenti. Apabila salah satu dari

    faktor tersebut mengalami kelainan atau tidak ada pada seorang anak, maka

    pembekuan darah menjadi terhambat atau tidak terjadi sama sekali. Keadaan inilah

    yang disebut sebagai gangguan pembekuan darah.

    Gangguan pembekuan darah pada anak dapat terjadi karena adanya

    defisiensi dari faktor-faktor pembekuan darah yang bisa didapat secara congenital

    atau bawaan. Salah satu dari gangguan pembekuan darah yang paling berbahaya

    adalah hemophilia dan hemophilia adalah satu-satunya penyakit gangguan

    pembekuan daran bawaan yang disebabkan karena adanya kelainan pada

    kromosom sex. 1 Oleh karena itu, pasien hemophilia lebih banyak dijumpai pada

    anak-anak dan sangat sulit untuk dihindari kemunculannya.

    Angka kejadian hemophilia dapat mencapai satu kejadian diantara sepuluh

    ribu kelahiran bayi laki-laki hidup. Dan angka ini tidak boleh dianggap remeh. Selain

    kasus hemophilia masih sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, juga karena

    manifestasi klinis yang berat yang dapat ditimbulkan oleh penyakit hemophilia.

    Namun, hemophilia memiliki prevalensi kejadian yang lebih jarang daripada von

    Willebrand Disease (vWD), dimana prevalensi kejadian von Willebrand Disease

    adalah 1% dari populasi 2. Pada pasien yang mengidap vWD akan memiliki defisit

    pada von Willebrand factor yang disekresikan oleh sel endothelial ke dalam plasma.

  • 7/27/2019 Hemofilia Pada Anak (Evlyne)

    5/31

    Evlyne E. Suryawijaya | Universitas Pelita Harapan - 2010

    2

    Fungsi dari von Willebrand factor adalah melakukan inisiasi penempelam trombosit

    pada tempat dimana terdapat kerusakan dinding pembuluh darah.

    Hemophilia sendiri dibagi menjadi 3 (tiga), yaitu hemophilia A, hemophilia B,

    dan hemophilia C. Namun yang kejadiannya paling sering ditemukan pada anak

    adalah hemophilia A dan hemophilia B.

    Penyakit hemophilia merupakan salah satu penyakit yang sudah ada sejak

    lama dan menurut sumber yang ada, hemophilia sudah ada sejak dibuatnya kitab

    suci agama (Injil). Hemofilia tidak hanya merupakan masalah medis atau biologis

    semata, namun juga mempunya dampa psikososial yang dalam. Pengaruh orang

    dengan hemofilia sebaiknya tidak hanya memperhatikan masalah fisiologi saja,

    misal mengontrol perdarahannya dan mencegah timbulnya disabilitas fisik, tetapi

    juga diharapkan mempunya perhatian pada berbagai gangguan alam perasaannya,

    rasa tidak amannya, rasa terisolasi dan masalah keluarga terdekatnya (orangtua,

    dan saudara kandung). Setiap orang dengan hemofilia tumbuh kembang dalam

    suatu lingkungan keluarga dan budaya yang unik / spesifik. Juga dengan berbagai

    variasi kebutuhan, ketakutan, perhatian dan harapan yang berbeda-beda. Masalah

    psikososial membutuhkan penanganan yang hati-hati. Setiap kasus mempunyai

    permasalahn yang berbeda, akibat dari adanya perbedaan lata belakang budaya,

    agama ataupun etnik, juga system penanggulangan kesehatan yang tidak sama.

    Oleh karena itu dalam menolong seorang pasien hemofilia dan keluarganya

    dibutuhkan pendekatan satu tim inter-disiplin, yang dapat membina hubungan yang

    baik dengan anak dan keluarga.

    Penelitian dan pengetahuan mengenai penyakit hemophilia ini sudah ada

    sejak lama juga dan diketahui bahwa hemophilia memiliki komplikasi yang cukup

    berat yang dapat menurunkan kualitas hidup anak tersebut, bahkan dapat sampaimenimbulkan kematian. Modalitas terapi yang tidak memakan biaya yang besar dan

    berfungsi untuk mengurangi komplikasi akibat hemophilia terhadap sistem

    musculoskeletal saat ini masih dalam tahap penelitian. 3 Oleh karena itu, sangat

    penting bagi seorang dokter mengetahui secara jelas mengenai kelainan ini. Selain

    gangguan pembekuan darah yang berupa hemophilia, masih ada juga gangguan

    pembekuan darah yang lainnya. Tetapi dalam makalah ini hanya akan dibahas

    mengenai hemophilia yang terjadi pada anak.

  • 7/27/2019 Hemofilia Pada Anak (Evlyne)

    6/31

    Evlyne E. Suryawijaya | Universitas Pelita Harapan - 2010

    3

    II. TINJAUAN PUSTAKA

    A. DEFINISI DAN SEJARAH

    Hemophilia sudah diketahui sebagai penyakit bawaan yang berhubungan

    dengan kromosom sex ketika seorang rabbi berkesimpulan bahwa anak dari

    seorang carrier hemophilia memiliki kecenderungan mengalami perdarahan ketika

    dilakukan sirkumsisi. 1,4,5 Pada abad ke 19, beberapa penulis mulai menjelaskan pola

    bagaimana penyakit hemophilia diwariskan pada keturunannya dan mereka

    menganggap perdarahan yang dialami oleh pasien merupakan akibat dari

    terlambatnya proses koagulasi darah.

    Pada pertengahan abad ke-20, telah dicoba terapi untuk mengatasi

    hemophilia dengan menggunakan cairan plasma dan whole blood . Era terapi

    konsentrat dimulai pada tahun 1964 dengan ditemukannya cryoprecipitate , yang

    merupakan fraksi dari cairan plasma yang mengandung faktor VIII dan berguna

    untuk mengatasi hemophilia A. Tidak lama kemudian, terapi dengan menggunakan

    faktor VIII dan IX berkembang secara komersial sebagai pengobatan atau terapi

    hemophilia. Pada tahun 1985, gen yang mengatur faktor VIII dan faktor IX berhasil

    dilakukan klon. Mulai dari saat itu, rekombinan dari faktor VIII dan faktor IX terus

    dikembangkan sebagai pengobatan pasien dengan hemophilia, dan terapi ini

    memiliki keuntungan yaitu dapat menghindari terjadinya penyakit akibat transfusi

    plasma ( plasma-derived transfusion-transmitted diseases ).4

    Hemophilia A adalah penyakit bawaan yang berhubungan dengan kelainan

    kromosom X dan mengakibatkan gangguan sintesis atau sintesis faktor VIII yang

    disfungsional. Penyakit hemophilia A lebih jarang terjadi dibandingkan dengan von

    Willebrand Disease (vWD), tetapi memiliki prevalensi yang lebih tinggi jika

    dibandingkan dengan penyakit gangguan pembekuan darah yang lainnya. 1

    Hemophilia B, secara klinis sukar dibedakan dengan hemophilia A.

    Hemophilia B merupakan penyakit yang diturunkan secara resesif karena adanya

    gangguan pada kromosom sex dan memiliki karakteristik adanya penurunan

    aktivitas faktor IX. Nama lain dari faktor IX sendiri adalah plasma thromboplastin

    component dan faktor Christmas . Nama lain tersebut di ambil dari nama keluarga

    yang menderita kelainan aktivitas faktor IX.1

  • 7/27/2019 Hemofilia Pada Anak (Evlyne)

    7/31

    Evlyne E. Suryawijaya | Universitas Pelita Harapan - 2010

    4

    B. ETIOLOGI DAN PATOGENESIS

    Secara umum, hemophilia adalah penyakit karena adanya gangguan dalam

    pembekuan darah. Oleh karena itu, sebelum mengetahui lebih dalam mengenai

    pathogenesis dari penyakit hemophilia maka perlu diketahui mengenai proses

    normal dari pembekuan darah. Di bawah ini adalah bagan yang menjelaskan

    mengenai proses pembentukan bekuan darah dan faktor-faktor pembekuan darah

    yang terlibat. 2

    Alvredo Pavlovsky. 6 menyampaikan 3 teori untuk mejelaskan mengapa pasien

    hemophilia akan mengalami perlambatan waktu pembekuan darah, yaitu:

    1. Terlambatnya pembentukan dan pelepasan

    2. Defisiensi absolut dari thromboplastin

  • 7/27/2019 Hemofilia Pada Anak (Evlyne)

    8/31

    Evlyne E. Suryawijaya | Universitas Pelita Harapan - 2010

    5

    3. Adanya peningkatan substansi antikoagulan yang menghambat akitvitas

    thromboplastin

    Berikut ini adalah penjelasan mengenai etiologi dan pathogenesis hemophilia A

    dan hemophilia B yang akan dibahas satu per satu.

    HEMOPHILIA A

    Hemophilia A adalah kelainan heterogen yang diakibatkan karena adanya

    defek pada gen faktor VIII yang mengakibatkan menurunnya jumlah faktor VII

    fungsional yang beredar dalam tubuh penderita. Menurunnya jumlah faktor VIII ini

    diakibatkan adanya penurunan jumlah dari protein faktor VIII serta adanya protein-protein lain yang mengakibatkan timbulnya abnormalitas dari fungsi faktor VIII.

    Kedua penyebab tersebut dapat terjadi secara bersamaan pada penderita

    hemophilia A. Faktor VIII berfungsi sebagai ko-faktor yang efektif untuk munculnya

    faktor IXa, dimana proses tersebut diaktifkan oleh thrombin. Faktor VIII dan faktor IX

    yang sudah aktif (faktor VIIIa dan IXa) akan menempel pada permukaan platelet

    yang sedang aktif. Akibatnya adalah terbentuknya suatu kompleks untuk

    mengaktifkan faktor X (tenase atau Xase). Aktifasi faktor X oleh faktor IXa akanmeningkat bila terdapat faktor VIIIa. Oleh karena itu, manifestasi klinis dari

    hemophilia A dan B hampir sama. Ini dikarenakan baik faktor VIIIa maupun faktor

    IXa dibutuhkan dalam pembentukan kompleks Xase. Penurunan jumlah dari faktor-

    faktor tersebut akan mengakibatkan penurunan juga pada aktifitas Xase pada

    permukaan platelet. Pada pasien dengan hemophilia, pembentukan bekuan darah

    akan terhambat karena adanya penurunan pembentukan thrombin. Sehingga

    bekuan darah yang terbentuk menjadi rapuh, mudah lepas, dan sangat rentan

    terhadap proses fibrinolisis. Yang akhirnya, kesemua ini akan mengakibatkan

    munculnya perdarahan yang berlebihan. 1

    HEMOPHILIA B

    Hemophilia B dapat terjadi karena tidak terbentuknya faktor IX atau adanya

    disfungsi dari faktor IX. Tingkat keparahan hemophilia B diukur atau dikorelasikandengan aktivitas faktor IX. Faktor IX adalah suatu molekul yang sangat tergantung

  • 7/27/2019 Hemofilia Pada Anak (Evlyne)

    9/31

    Evlyne E. Suryawijaya | Universitas Pelita Harapan - 2010

    6

    dengan adanya vitamin K. Selain itu, faktor IX terdiri dari satu rantai glycoprotein

    yang mengandung 415 asam amino. Untuk menjalankan fungsinya, faktor IX akan

    distimulasi bila ada faktor VIIa atau XIa yang pada akhirnya akan membentuk enzim

    faktor IXa yang aktif. Setelah terbentuk, faktor IXa akan mengaktivasi faktor X

    dengan bantuan faktor VIIIa, fosfolipid (trombosit yang teraktivasi), dan kalsium.

    Faktor VIIIa sangat penting fungsinya sebagai kofaktor dari aktivitas faktor IXa. Oleh

    karena itu, apabila ada defisiensi faktor VIII maupun IX akan menimbulkan defek

    pada aktivitas untuk menghasilkan faktor X. Akibat selanjutnya adalah terhambatnya

    proses konversi dari prothrombin menjadi thrombin, yang akan mengakibatkan

    kecenderungan untuk mengalami perdarahan. 1

    C. GENETIK DAN KLASIFIKASI

    Hemophilia memiliki kejadian sekitar 1:5000 anak laki-laki, dimana 85% dari

    jumlah tersebut mengalami defisiensi faktor VIII dan 10-15% lainnya mengalami

    defisiensi faktor IX. Hemophilia dapat menyerang semua etnik. 4

    Hemophilia klasik yang diakibatkan karena adanya mutasi pada gen faktor

    VIII atau faktor IX, diklasifikasikan sebagai hemophilia A dan hemophilia B. Keduagen tersebut terletak pada kromosom X. Oleh karena itu, hemophilia adalah kelainan

    yang X-linked inheritance . Kelainan pada faktor pembekuan lainnya juga dapat

    menunjukkan gejala klinis yang mirip dengan hemophilia, walaupun kelainan-

    kelainan tersebut lebih jarang terjadi bila dibandingkan dengan hemophilia dan

    sudah dapat dibedakan dengan menggunakan pemeriksaan laboratorium. 5

    Beratnya penyakit hemophilia dapat diklasifikasikan berdasarkan level dari

    faktor VIII dan IX karena level dari faktor-faktor tersebut sangat berkaitan denganberatnya gejala perdarahan yang ditimbulkan. 4,5

    Beratnya perdarahan akibat hemophilia A dapat diprediksi secara akurat

    dengan mengukur aktivitas dari residu faktor VIII atau faktor IX di plasma. Berikut ini

    adalah interpretasi hasil bila dilakukan pengukuran level faktor pembekuan darah

    terhadap nilai normal:

  • 7/27/2019 Hemofilia Pada Anak (Evlyne)

    10/31

    Evlyne E. Suryawijaya | Universitas Pelita Harapan - 2010

    7

    5-25% hemophilia ringan

    Sekitar 70% dari semua kasus hemophilia dikategorikan dalam hemophilia

    berat. Namun, angka ini mungkin tidak mencerminkan keadaan sebenarnya karena

    rata-rata pasien yang datang ke dokter adalah pasien yang sudah terkena

    hemophilia berat. Pada tahun 1990, rata-rata umur harapan hidup seseorang

    dengan hemophilia adalah 11,3 tahun. 5

    Hemophilia A merupakan suatu penyakit yang berhubungan dengan kelainan

    pada kromosom X yang diturunkan secara resesif dan biasanya sering terjadi pada

    anak laki-laki. Sekitar 30% dari semua jumlah pasien hemophilia mengalami mutasi

    secara de novo . Gambar di bawah ini akan menunjukkan pola pewarisan penyakit

    hemophilia A dan hemophilia B. Semua anak laki-laki dari seorang ayah yangmenderita hemophilia akan normal, sedangkan anak perempuannya pasti

    merupakan carrier yang membawa defek pada faktor VIII. Lalu, anak laki-laki dari

    seorang carrier akan memiliki kemungkinan 50% menderita hemophilia dan anak

    perempuannya akan memiliki kemungkinan 50% menjadi carrier. 1,7

    Pada beberapa anak perempuan carrier hemophilia A atau B akan mengalami

    penurunan level faktor VIII atau IX karena adanya ionisasi pada kromosom X

    sehingga menimbulkan gejala perdarahan ringan pada carrier. Penentuan kadar

    faktor VIII dan IX pada seorang carrier sangat penting untuk dilakukan karena hasil

    dari pengukuran kedua faktor tersebut dapat digunakan untuk melakukan terapi

    pada saat seorang carrier akan dilakukan tindakan bedah atau terdapat gejala

    perdarahan. 4

    Gen yang mengatur fungsi dan produksi faktor VIII merupakan gen dengan

    ukuran besar, yaitu sekitar 186 kb, dengan exon yang berukuran sekitar 9 kb. Gen

    tersebut memiliki 26 exon dan 25 intron. Pemeriksaan untuk memastikan dengan

    tepat ada atau tidaknya mutasi yang terjadi dan akhirnya menyebabkan hemophilia

    sangat sulit untuk dilakukan karena gen yang mengatur faktor VIII berukuran besar

    dan kompleks. Walaupun begitu, gen dari faktor VIII telah berhasil dilakuan

    pengurutan dan di-klon, serta beberapa mutasi yg spesifik dapat dijelaskan. 1

    Hipotesis dari Haldane memprediksi bahwa satu per tiga dari semua pasien

    dengan kelainan pada kromosom X yang berat memiliki atau akan membawa mutasigenetik yang baru. Hasil ini didapatkan dari fakta yang menyatakan bahwa satu per

  • 7/27/2019 Hemofilia Pada Anak (Evlyne)

    11/31

    Evlyne E. Suryawijaya | Universitas Pelita Harapan - 2010

    8

    tiga dari semua kromosom X ada pada laki-laki dan dua per tiga lainnya ada pada

    wanita. 5

    Hemophilia A, secara genetik, dapat terjadi karena adanya satu atau lebih

    perubahan pada gen faktor VIII. Perubahan-perubahan yang terjadi dapat berupa:

    1. Gene rearrangements

    2. Missense mutations : adanya substitusi dari satu buah bagian gen yang

    mengakibatkan terjadinya perubahan asam amino pada tingkat molekul

    3. Nonsense mutations : akibat dari terjadinya mutasi jenis ini adalah

    munculnya stop codon

    4. Adanya penambahan yang abnormal pada gen

    5. Hilangnya sebagian atau seluruh bagian dari gen (delesi)

    6. Insersi elemen genetik

    Dari proses-proses yang terjadi pada gen ini, maka dapat dijelaskan bagaimana

    hemophilia dapat terjadi. Pada 40% - 50% pasien hemophilia, mutasi gen yang

    paling sering ditemukan adalah gabungan antara adanya inversi gen dan

    penyilangan pada gen tersebut sehingga muncul gangguan pada gen faktor VIII.

    Seperti penyakit-penyakit lainnya, mutasi yang terjadi dan menimbulkanpenyakit hemophilia sering terjadi pada CpG dinucleotide . Karena fragmen restriksi

    dari enzim Taq I dapat mengenali urutan TCGA, maka mutasi CpG dapat langsung

    dideteksi dengan tidak ditemukannya situs pembelahan ( cleavage site ) dari Taq I.

    Codon untuk asam amino arginin (CGA) umumnya mengalami perubahan karena

    mutasi yang terjadi pada CG doublets . Transisi C G dapat berakibat munculnya

    stop codon. Munculnya stop codon ini mengakibatkan terjadinya sintesis faktor VIII

    yang tidak sempurna dan peristiwa ini biasanya dikaitkan dengan hemophilia berat. 1

    Transisi G A, yang terjadi pada missense mutation , akan menimbulkan

    gangguan fungsi pada molekul faktor VIII dan dihubungkan dengan terjadinya

    hemophilia ringan, sedang, atau berat. Tetapi, dari beberapa missense mutation

    yang terjadi tersebut, masih mungkin ditemukan jumlah antigen faktor VIII yang

    normal atau mendekati normal. Sehingga aktifitas koagulasi darah hanya sedikit

    yang terganggu. 1

  • 7/27/2019 Hemofilia Pada Anak (Evlyne)

    12/31

    Evlyne E. Suryawijaya | Universitas Pelita Harapan - 2010

    9

    Delesi masif yang terjadi pada gen faktor VIII hampir selalu menyebabkan

    hemophilia berat. Walaupun demikian, beberapa kasus, dimana hanya terjadi delesi

    ringan dan proses delesi tersebut tidak mempengaruhi proses pembacaan urutan

    gen yang berarti, akan menunjukkan gejala hemophilia yang lebih ringan. Pasien

    hemophilia, yang disebabkan adanya delesi massif dan tidak memiliki antigen faktor

    VIII, cenderung lebih rentan terhadap pembentukan antibody anti-faktor VIII.

    Walaupun antibody tersebut juga dapat dibentuk oleh pasien hemophilia tanpa

    adanya proses delesi. 1

    Hemophilia A pada anak perempuan sangat jarang terjadi, walaupun pernah

    dilaporkan adanya kasus hemophilia yang terjadi pada anak perempuan yang

    merupakan keturunan dari ayah hemophilia dan ibu carrier. Hemophilia A mungkinsaja terjadi pada anak perempuan yang memiliki abnormalitas pada kromosom X,

    misalnya pada syndrome Turner, X chromosome mosaicism , dan kelainan

    kromosom X lainnya. Jika kromosom X yang normal di-nonaktifkan secara tidak

    proporsional ( imbalanced X inactivation ) pada wanita yang merupakan seorang

    carrier, maka level dari faktor VIII pada wanita tersebut cukup rendah jumlahnya,

    sehingga dapat menimbulkan manifestasi berupa perdarahan. Manifestasi yang

    berupa perdarahan ini biasanya akan ringan saja, tetapi dapat menjadi serius saatdilakukan prosedur pembedahan atau saat mendapatkan trauma yang cukup

    signifikan. 1

  • 7/27/2019 Hemofilia Pada Anak (Evlyne)

    13/31

    Evlyne E. Suryawijaya | Universitas Pelita Harapan - 2010

    10

    D. DIAGNOSIS PRENATAL DAN DETEKSI CARRIER

    Untuk mendeteksi ada atau tidaknya carrier diperlukan evaluasi riwayat

    keluarga yang lengkap dan teliti. Semua anak perempuan, dari seorang ayah yang

    menderita hemophilia, pasti akan menjadi carrier defek hemophilia. Dan apabila

    seorang carrier memiliki anak perempuan, maka kemungkinan anak perempuan

    tersebut menjadi carrier adalah sebesar 50%. 1

    Pendeteksian carrier ini penting dilakukan apabila anak perempuan dari

    seorang carrier atau keturunan wanita dari seorang pasien hemophilia berencana

    untuk memiliki anak (hamil). Apabila data yang diperlukan untuk deteksi carrier ini

    tidak tersedia, maka riwayat keluarga dapat digunakan dan dapay dilakukan

    pengukuran aktivitas faktor VIII dan antigen faktor von Willebrand (vWF). Rasio darivWF terhadap faktor VIII akan menunjukkan hasil yang lebih tinggi pada seorang

    carrier daripada pada wanita yang normal. Seorang carrier biasanya memiliki level

    faktor VIII sebanyak 50% atau kurang dari level normal. Perlu diingat bahwa

    keakuratan dalam menentukan apakah seseorang adalah carrier atau bukan dengan

    menggunakan rasio antara faktor VIII terhadap vWF tidak dapat dijamin. Oleh

    karena itu, masih diperlukan beberapa tes lain untuk mendukung hasil yang akurat.

    Misalnya dengan menggunakan teknik Southern blot, electrophoresis, single-stranded conformation polymorphism technology , atau dengan analisis restriction

    fragment length polymorphism (RFLP) . 1

    Sekarang, diagnosis prenatal untuk penyakit hemophilia hampir dapat

    dilakukan secara rutin. Jika seorang carrier wanita memiliki fetus perempuan yang

    dideteksi dengan analisis kromosomal dari sel-sel yang didapat dengan melakukan

    amniocentesis (sekitar usia kehamilan 16 minggu) atau dengan menggunakan teknik

    chorionic villus sampling saat usia kehamilan 10 minggu. 1,5 Namun, keraguan seringmuncul karena sang janin perempuan tersebut tidak memiliki kecenderungan untuk

    terjadinya perdarahan. Untuk janin laki-laki, hanya diperlukan beberapa sel utnuk

    melakukan analisi DNA dengan menggunakan metode seperti yang telah dijelaskan

    di atas. Keputusan untuk meneruskan kehamilan sampai bayi yang teridentifikasi

    hemophilia tersebut cukup bulan, diserahkan pada orang tua sepenuhnya setelah

    orang tua dijelaskan dan diberikan informasi yang adekuat dan penting. Karena

    tingkat keparahan dari penyakit hemophilia berbeda pada setiap keluarga dengan

  • 7/27/2019 Hemofilia Pada Anak (Evlyne)

    14/31

    Evlyne E. Suryawijaya | Universitas Pelita Harapan - 2010

    11

    riwayat hemophilia, maka keputusan dari orang tua sangat bergantung pada

    pengalaman keluarga mereka mengenai penyakit hemophilia tersebut.

    E. PEMERIKSAAN LABORATORIUM

    Hemophilia adalah suatu penyakit akibat adanya penurunan level atau jumlah

    faktor VIII atau IX. Oleh karena itu, pemeriksaan screening untuk hemophilia dapat

    dilakukan dengan melihat APTT ( Automated Partial Thromboplastin Time ). Pada

    kasus hemophilia berat, nilai APTT akan meningkat sebanyak dua atau tiga kali dari

    nilai normal. Sedangkan, pemeriksaan mekanisme homeostatic lainnya (seperti

    hitung trombosit, bleeding time , prothrombin time , dan thrombin time ) untuk

    screening hemophilia masih dalam rentang nilai normal. Walaupun pasien tidak

    memiliki suatu inhibitor terhadap faktor VIII, apabila plasma pasien tersebut

    dilakukan penambahan atau pencampuran dengan plasma yang normal maka dapat

    menimbulkan koreksi pada nilai PTT. Jika koreksi nilai PTT tidak terjadi, maka dapat

    disimpulkan bahwa pasien tersebut memiliki inhibitor terhadap faktor VIII. 14-25%

    dari pasien yang menerima terapi dengan menggunakan infuse faktor VIII atau IX

    akan mengembangkan atau menimbulkan adanya antibody spesifik terhadap faktor

    tersebut. 4

  • 7/27/2019 Hemofilia Pada Anak (Evlyne)

    15/31

    Evlyne E. Suryawijaya | Universitas Pelita Harapan - 2010

    12

    Grafik diatas didapat dari penelitian yang dilakukan oleh Kevin M. Cawthern,

    et al 8 dan menggambarkan hasil pengukuran waktu pembekuan darah pada pasien

    hemophilia A, baik yang telah menerima atau pun belum menerima terapi pengganti.

    Kurva A menunjukkan waktu TAT ( thrombin-antithrombin ) pada darah yang normal

    ( ), darah pasien hemophilia A ( ), dan darah pasien hemophilia A yang telah

    menerima rekombinan faktor ( ). Dari kurva tersebut, didapatkan bahwa waktu

    pembekuan rata-rata pada darah normal adalah 4.0 0.2 menit (panah a). Waktu

    pembekuan pada darah yang mengalami defisiensi faktor VIII terjadi setelah 6.5

    menit (panah c). Pada darah yang telah menerima terapi pengganti faktor VIII adalah

    4.1 menit (panah b).

    Kurva B menunjukkan aktivitas yang ditimbulkan oleh FPA ( fibrinopeptide A )pada darah normal, darah dengan defisiensi faktor VIII, dan darah yang sudah

    menerima terapi pengganti faktor VIII (symbol pada kurva sama dengan kurva [A]).

    Waktu pembekuan darah yang diperlukan oleh darah normal adalah 4.1 0.2 menit

    (panah a), dan waktu pembekuan darah yang diuji lainnya sama dengan kurva A. 8

    Kurva C menjelaskan pengukuran aktivitas pelepasan osteonectin sehingga

    dapat diukur untuk mempelajari aktivitas trombosit (symbol pada kurva sama dengan

    kurva [A]). Waktu pembekuan darah normal yang didapat adalah 4.1 menit (panah

    a). Hasil lainnya sama dengan hasil yang di dapat dari kurva A. 8

    F. MANIFESTASI KLINIS

    Manifestasi klinis dari hemophilia A memiliki kemiripan dengan manifestasi

    klinis yang ditimbulkan oleh hemophilia B. 1 Hemophilia berat biasanya tampak pada

    bayi laki-laki atau pada awal masa anak-anak yang ditandai dengan adanyaperdarahan spontan pada persendian, jaringan lunak, atau di bagian tubuh lainnya.

    Pasien dengan hemophilia ringan jarang menunjukkan gejala perdarahan spontan,

    tetapi perdarahan mungkin mudah terjadi pada keadaan yang membutuhkan proses

    hemostatik (misalnya, tindakan bedah atau trauma). Seorang anak perempuan yang

    terdiagnosa sebagai carrier hemophilia biasanya asymptomatic. 4

    Jumlah arthropathy akibat hemophilia dapat dihindari pada pasien yang telah

    lama menerima pengobatan profilaksis yaitu dengan menggunakan terapi konsentrat

  • 7/27/2019 Hemofilia Pada Anak (Evlyne)

    16/31

    Evlyne E. Suryawijaya | Universitas Pelita Harapan - 2010

    13

    selama masa anak-anak, mengingat bahwa arthritis berat dan keterbatasan gerak

    pada sendi yang diserang tersebut umumnya terjadi pada usia dewasa yang

    menerima terapi secara episodik atau terapi minimal pada saat masih anak-anak

    dan bila pasien sering mengalami hemarthrosis yang berulang.

    Tidak sempurnanya pembentukan faktor VIII atau faktor IX ditandai dengan

    adanya perdarahan yang tidak memberikan hasil (resisten) bila diberikan terapi serta

    adanya perdarahan yang baru dan tidak seperti biasanya. 9

    Baik faktor VIII maupun faktor IX tidak melewati atau menembus plasenta.

    Oleh karena itu, gejala yang berupa perdarahan dapat muncul karena proses

    persalinan atau pun dapat terjadi pada fetus. Dan biasanya bayi (neonatus) akan

    mengalami perdarahan intracranial. Informasi dari keluarga mengenai adanya

    riwayat hemophilia dalam keluarga sangat membantu dokter mendiagnosa lebih

    awal ada atau tidaknya hemophilia pada bayi. Karena, secara mengejutkan, hanya

    30% dari bayi laki-laki yang menderita hemophilia akan mengalami perdarahan saat

    dilakukan sirkumsisi. Kecurigaan adanya hemophilia pada seorang anak yang

    terlambat didiagnosa hemophilia saat baru lahir adalah munculnya perdarahan

    intramuscular, hemarthroses, dan mudahnya timbul memar saat anak mulai belajar

    untuk merangkak atau berjalan. Selain itu, perdarahan akibat luka pada mulut bayi

    atau anak hemophilia dapat terjadi selama beberapa jam atau hari dan biasanya

    menyebabkan orang tua membawa anaknya tersebut ke dokter. 4

    Sekitar 90% anak dengan hemophilia berat akan menunjukkan gejala

    perdarahan yang signifikan sampai dengan umur 1 tahun. 4 Perdarahan yang terjadi

    akibat adanya hemophilia dapat terjadi di bagian tubuh mana pun, tetapi gejala yang

    paling khas untuk hemophilia adalah adanya hemarthrosis. Perdarahan pada

    persendian umumnya diakibatkan karena adanya trauma minor pada daerah sendi

    tersebut. Namun, meskipun demikian, hemarthroses dapat juga terjadi secara

    spontan. Perdarahan di sendi paling sering terjadi pada daerah pergelangan kaki.

    Karena sendi pada pergelangan kaki seorang anak (toddler) masih belum terlalu

    stabil untuk digunakan pada posisi tegak. Untuk anak yang sudah besar dan orang

    dewasa, hemarthrosis sering terjadi pada sendi di daerah siku dan lutut. Pengenalan

    adanya perdarahan di sendi pada seorang anak biasanya setelah timbul bengkak

    yang hebat dan adanya akumulasi cairan pada ruang sendi. Ciri khas yang lain dari

  • 7/27/2019 Hemofilia Pada Anak (Evlyne)

    17/31

    Evlyne E. Suryawijaya | Universitas Pelita Harapan - 2010

    14

    perdarahan sendi akibat hemophilia adalah adanya satu sendi yang paling sering

    mengalami perdarahan berulang. Perdarahan berulang tersebut, pada akhirnya,

    akan terjadi secara spontan akibat adanya perubahan patologis pada sendi tersebut.

    Perdarahan intramuscular akibat hemophilia sering terjadi pada otot iliopsoas.

    Perdarahan intramuscular biasanya memiliki gejala sakit dan pembengkakan yang

    terlokalisir. Gejala awal adanya perdarahan pada otot iliopsoas adalah adanya sakit

    yang tidak terlalu hebat di daerah selangkangan paha. Pasien akan kehilangan

    banyak volume darah pada otot iliopsoas dan akibatnya bisa sampai terjadi shock

    hypovolemic. Untuk menegakkan diagnosa adanya perdarahan pada otot iliopsoas

    adalah ketidakmampuan anak tersebut untuk melakukan ekstensi pinggul, serta

    dilengkapi dengan pemeriksaan ultrasonography atau CT scan.4

    Yang menjadikan hemophilia sebagai penyakit yang berbahaya adalah

    perdarahan yang terjadi pada organ tubuh yang vital atau karena hilangnya darah

    dalam jumlah besar (misalnya perdarahan pada otot iliopsoas, gastrointestinal, atau

    perdarahan external). Terapi secepatnya dengan menggunakan konsentrat faktor

    pembekuan darah menjadi sangat penting dalam upaya untuk menanggulangi akibat

    yang ditimbulkan oleh penyakit hemophilia. Terapi konsentrat ini bertujuan untuk

    menaikkan kadar atau level dari faktor pembekuan sampai pada jumlah yang normal

    (100 U/dL atau 100%). Bila seorang anak dengan hemophilia mengalami

    perdarahan intracranial, maka terapi konsentrat dapat diberikan setelah anak

    tersebut selesai dilakukan pemeriksaan radiologi.

    Anak dengan hemophilia ringan, yang memiliki kadar atau level dari faktor VIII

    atau IX lebih besar dari 5 U/dL, akan jarang dijumpai perdarahan spontan. Namun,

    akan mengalami perdarahan yang sukar hilang, misalnya setelah mengalami

    ekstraksi gigi, tindakan operasi, dan jejas akibat trauma yang cukup berat. 4

    G. TERAPI

    Terapi terbaik apabila seorang anak telah didiagnosa mengidap penyakit

    hemophilia adalah dengan melakukan pencegahan terjadinya suatu trauma pada

    anak tersebut, tetapi gejala perdarahan mungkin saja dapat terjadi tanpa di dahului

    dengan adanya trauma. Pencegahan dini juga dapat dilakukan dari bidang

  • 7/27/2019 Hemofilia Pada Anak (Evlyne)

    18/31

    Evlyne E. Suryawijaya | Universitas Pelita Harapan - 2010

    15

    psikososial, khususnya bagi orang tua dan keluarga pasien. Aspirin dan berbagai

    obat NSAID yang dapat mempengaruhi kerja trombosit sebaiknya dihindari oleh

    pasien hemophilia. Walaupun terapi dengan menggunakan produk rekombinan

    dapat menghindari pasien dari penyakit-penyakit yang dapat timbul akibat transfusi,

    sang anak yang mengidap hemophilia tetap harus diberikan vaksinasi terhadap

    hepatitis B. Vaksinasi ini dilakukan pada masa neonatus. Pasien sebaiknya

    melakukan tes screening secara periodik terhadap hepatitis dan kelainan-kelainan

    fungsi hati. 4

    TERAPI PENGGANTI (REPLACEMENT THERAPY)

    Saat perdarahan terjadi, hal pertama yang harus dipikirkan adalah menaikkan

    level dari faktor VIII atau faktor IX sehingga mencapai keadaan hemostatik (35-40

    U/dL). Dalam kasus yang mengancam jiwa pasien atau terjadi perdarahan hebat,

    maka faktor VIII atau IX dapat dinaikkan sampai 100 U/dL (100%). 4

    Dengan tersedianya produk rekombinan sebagai terapi pengganti, maka

    pengobatan profilaksis direkomendasikan untuk sebagian besar anak-anak yang

    menderita hemophilia berat untuk menghindari terjadinya perdarahan spontan dan

    kelainan sendi. Penggunaan profilaksis menunjukkan hasil yang mengagumkan

    dalam mencegah terjadinya penyakit sendi yang kronis. Apabila pasien tersebut

    sudah memiliki sendi target ( target joint ), maka profilaksis lini kedua dapat

    digunakan. 4

    Berikut ini adalah kalkulasi atau penghitungan dosis rekombinan faktor VIII atau

    rekombinan faktor IX: 4

    (

    (

  • 7/27/2019 Hemofilia Pada Anak (Evlyne)

    19/31

    Evlyne E. Suryawijaya | Universitas Pelita Harapan - 2010

    16

    Untuk hemophilia A ringan, dengan administrasi desmopresin asetat, pasien

    secara endogen dapat menghasilkan faktor VIII. Pasien dengan defisiensi faktor VIII

    yang moderat dan berat memiliki persediaan faktor VIII di dalam tubuhnya yang tidak

    adekuat, sehingga pengobatan dengan menggunakan desmopresin asetat menjadi

    tidak efektif. Stimate merupakan bentuk intranasal dari konsentrat desmopresin

    asetat dan dapat digunakan pada pasien dengan hemophilia A. Dosis untuk

    menggunakan Stimate sebagai terapi adalah 150g untuk anak yang berat

    badannya kurang dari 50 kg dan 300g untuk anak dengan be rat badan yang lebih

    dari 50 kg. Desmopresin asetat ternyata tidak efektif digunakan untuk terapi

    hemophilia karena defisiensi faktor IX. 4

    Berikut ini (halaman berikutnya) adalah tabel yang memuat dosis serta obat-obat yang digunakan sebagai terapi hemophilia pada berbagai jenis perdarahan

    yang terjadi 4:

    Terapi Hemophilia

    Tipe Perdarahan Hemophilia A Hemophilia B

    Hemarthrosis

    konsentrat faktor VIII 20-

    40 U/kg; 15 U/kg jika

    sudah pernah dirawat.

    Ulangi dosis tersebut

    setiap hari sampai fungsi

    sendi kembali ke normal.

    Pertimbangkan untuk

    menggunakan terapi

    tambahan pada hari ke 7-

    10. Pertimbangkan

    penggunaan profilaksis.

    40 U/kg konsentrat

    faktor IX; 30 U/kg bila

    sudah pernah dirawat.

    Ulangi dosis tersebut

    setiap hari sampai fungsi

    sendi kembali ke normal.

    Pertimbangkan untuk

    menggunakan terapi

    tambahan pada hari ke

    7-10. Pertimbangkan

    penggunaan profilaksis.

    Hematoma pada otot

    dan jaringan subkutan

    20 U/kg konsentrat faktor

    VIII; teruskan terapi setiap

    hari sampai perdarahan

    hilang

    40 U/kg konsentrat

    faktor IX; terapi

    dilakukan selama 2-3

    hari sampai sembuh

  • 7/27/2019 Hemofilia Pada Anak (Evlyne)

    20/31

    Evlyne E. Suryawijaya | Universitas Pelita Harapan - 2010

    17

    Mulut, gigi desidua, atau

    ekstraksi gigi

    20 U/kg konsentrat faktor

    VIII; terapi antifibrinolitik;

    buang gigi desidua yang

    longgar

    40 U/kg konsentrat

    faktor IX; terapi

    antifibrinolitik; buang gigi

    desidua yang longgar

    Epistaxis

    Lakukan penekanan pada

    hidung selama 15-20

    menit; gunakan petrolatum

    gauze; terapi

    antifibrinolitik; 20 U/kg

    konsentrat faktor VIII bila

    terapi yang lainnya gagal

    Lakukan penekanan

    pada hidung selama 15-

    20 menit; gunakan

    petrolatum gauze; terapi

    antifibrinolitik; 30 U/kg

    konsentrat faktor IX bila

    terapi yang lainnyagagal

    Tindakan bedah mayor,perdarahan yang

    mengancam jiwa

    50-75 U/kg konsentrat

    faktor VIII, kemudian

    lanjutkan dengan

    menggunakan infus 2-4

    U/kg/jam untuk menjaga

    level faktor VIII > 100 U/dL

    selama 24 jam, kemudian

    berikan 2-3 U/kg/jam

    selama 5-7 hari untuk

    mempertahankan level >

    50 U/dL dan tambahan 5-7

    hari pada level > 30 U/dL

    120 U/kg konsentrat

    faktor IX, kemudian 50-

    60 U/kg setiap 12-24

    jam untuk menjaga level

    faktor IX > 40 U/dL

    selama 5-7 hari, dan

    kemudian > 30 U/dL

    selama 5 hari

    Perdarahan iliopsoas

    50 U/kg konsentrat faktor

    VIII, kemudian 25 U/kg

    setiap 12 jam sampai

    asimtomatik, kemudian 20

    U/kg setiap harinya

    sampai total 10-14 hari

    120 U/kg konsentrat

    faktor IX, kemudian 50-

    60 U/kg setiap 12-24

    jam untuk

    mempertahankan level

    faktor IX > 40 U/dL

    samapai asimtomatik,

    kemudian 40-50 U

  • 7/27/2019 Hemofilia Pada Anak (Evlyne)

    21/31

    Evlyne E. Suryawijaya | Universitas Pelita Harapan - 2010

    18

    setiap harinya sampai

    total 10-14 hari

    Hematuria

    Bed rest; 1.5 x

    maintenance fluid; jika

    tidak terkontrol dalam 1-2

    hari, 20 U/kg konsentrat

    faktor VIII; jika tidak

    terkontrol, berikan

    prednisone

    Bed rest; 1.5 x

    maintenance fluid; jika

    tidak terkontrol dalam 1-

    2 hari, 40 U/kg

    konsentrat faktor IX; jika

    tidak terkontrol, berikan

    prednisone

    Profilaksis20 U/kg konsentrat faktor

    VIII setiap harinya

    30 U/kg konsentrat

    faktor IX setiap 2-3 hari

    Pada sebuah penelitian 5,10 , pengobatan dengan menggunakan rekombinan

    faktor VIIIa digunakan untuk merawat 1000 pasien dan lebih dari 100.000 dosis

    standar telah diberikan. Hasil dari investigasi tersebut menyatakan bahwa efikasi

    dari terapi rekombinan mencapai angka 90%. Selain itu terapi rekombinan memiliki

    outcome yang lebih baik dalam mengatasi perdarahan sendi, yaitu hanya

    memerlukan waktu 6 jam.

    Pada penelitian lainnya mengenai terapi rekombinan faktor VIIIa, dimana

    digunakan dosis tetap 90 g/kg dengan interval pemberian selama 3 jam yangdiberikan 8 jam setelah terjadinya gejala perdarahan, menunjukkan efikasi

    penggunaan obat tersebut mencapai 92% dan rata-rata jumlah injeksi yang

    dilakukan untuk mencapai hemostasis adalah sebanyak 2,2. 5,10

  • 7/27/2019 Hemofilia Pada Anak (Evlyne)

    22/31

  • 7/27/2019 Hemofilia Pada Anak (Evlyne)

    23/31

    Evlyne E. Suryawijaya | Universitas Pelita Harapan - 2010

    20

    Apabila orang tua atau anak tersebut sudah mendapatkan pelatihan

    mengenai penyakit, maka dapat dilakukan secara swadaya pemberian

    terapi pengganti (replacement therapy)

    H. DIAGNOSIS BANDING

    Hemophilia A

    Dalam menegakan diagnosis hemophilia, dokter biasanya sering

    dibingungkan dengan von Willebrand Disease (vWD) . vWD terjadi karena adanya

    penurunan aktivitas dari von Willebrand factor (vWF). vWF memiliki fungsi sebagai

    carrier dari faktor VIII secara in vivo. Oleh karena itu, pada vWD akan ditemukan

    juga penurunan level dari faktor VIII. Sebenarnya, pasien dengan vWD masih dapat

    mensintesis faktor VIII secara normal. Namun, umur hidup (half-life) dari faktor VIII

    tersebut menjadi lebih pendek karena carrier dari vWF mengalami penurunan jumlah

    atau bahkan tidak ada sama sekali. Kelainan-kelainan lain yang ada pada vWD dan

    dapat digunakan untuk membedakannya dengan hemophilia A adalah adanya

    pemanjangan BT, penurunan level antigen vWF, dan penurunan fungsi pembekuan

    darah yang diinduksi oleh ristocetin. 1

    Ada satu varian dari vWD yang sangat sulit dibedakan dengan hemophilia A,

    yaitu vWD-Normandy . Pada varian tersebut akan dijumpai aktivitas vWF yang

    normal, tapi level atau jumlah dari faktor VIII berkurang atau rendah. Telah diketahui

    bahwa beberapa mutasi genetik dapat menyebabkan vWD-Normandy, dan kesemua

    itu akan mengakibatkan tidak terjadinya proses pengikatan faktor VIII oleh vWF.

    Hasilnya adalah memendeknya umur hidup faktor VIII di intravascular sehingga

    aktivitas faktor VIII pun akan berkurang. vWD-Normandy harus dicurigai pada pasien

    dengan hemophilia ringan yang tidak menunjukkan kecocokan dengan pola penyakit

    hemophilia yang diturunkan secara resesif pada kromosom sex. 1

    Hemophilia A harus dapat dibedakan dengan penyakit keturunan akibat

    gangguan pembekuan darah lainnya yang menunjukkan gejala yang sama, misalnya

    pemanjangan waktu aPTT. Penyakit-penyakit yang harus disingkirkan untuk

    menegakkan diagnosa hemophilia adalah penyakit yang timbul akibat defisiensi

    faktor IX, XI, dan XII, prekallikein, dan high molecular weight kininogen .Hemarthrosis kronis hanya dapat timbul apabila ada defisiensi faktor VIII dan IX

  • 7/27/2019 Hemofilia Pada Anak (Evlyne)

    24/31

    Evlyne E. Suryawijaya | Universitas Pelita Harapan - 2010

    21

    serta ditemukan juga adanya riwayat keluarga dengan kelainan perdarahan yang

    berhubungan dengan kromosom X. Hemophilia A dan defisiensi faktor IX

    (hemophilia B) hanya dapat dibedakan dengan menggunakan pemeriksaan yang

    spesifik. Defisiensi faktor XI dapat terjadi pada anak laki-laki maupun anak

    perempuan dan gejala perdarahan yang muncul lebih ringan daripada gejala

    perdarahan yang muncul akibat hemophilia A atau B yang berat. Defisiensi faktor XI

    akan menjadi sulit untuk dibedakan dengan hemophilia A atau B yang ringan. Tetapi

    dengan bantuan pemeriksaan khusus, penyakit-penyakit tersebut bisa dibedakan.

    Defisiensi faktor XIII, prekallikrein, dan high molecular weight kininogen dapat

    dibedakan dengan hemophilia karena penyakit-penyakit tersebut tidak menimbulkan

    gejala perdarahan. Hemophilia A ringan dengan level faktor VIII mendekati 15% dari

    jumlah normal harus dibedakan dengan kombinasi dari defisiensi faktor V dan VIII.

    Pada kelainan akibat kombinasi defisiensi faktor V dan VIII akan ditemukan kenaikan

    pada PT dan aPTT. 1

    Hemophilia B

    Hemophilia B sangat sukar untuk dibedakan dengan hemophilia A karenakedua penyakit tersebut memiliki kelainan yang sama, yaitu penyakit yang

    diturunkan secara resesif karena adanya abnormalitas pada kromosom X dan

    memiliki manifestasi klinis yang mirip (perdarahan). Satu-satunya cara untuk

    membedakan antara hemophilia A dan hemophilia B adalah dengan melakukan

    pemeriksaan laboratorium untuk mengukur faktor VIII dan faktor IX pada plasma

    pasien. 1

    Penyakit-penyakit karena adanya gangguan liver, overdosis warfarin, danfaktor-faktor pembekuan darah yang bergantung pada vitamin K harus dapat

    dibedakan dari hemophilia B. Pada penyakit-penyakit tersebut, tidak hanya faktor IX

    yang mengalami penurunan jumlah dan aktifitas, tetapi semua faktor pembekuan

    darah yang produksinya sangat bergantung pada vitamin K akan mengalami

    penurunan. 1

  • 7/27/2019 Hemofilia Pada Anak (Evlyne)

    25/31

    Evlyne E. Suryawijaya | Universitas Pelita Harapan - 2010

    22

    I. KOMPLIKASI

    Komplikasi jangka panjang yang dapat disebabkan oleh hemophilia A dan

    hemophilia B antara lain adalah kerusakan sendi kronik, penyakit infeksi akibat

    penggunaan terapi transfusi, serta timbulnya inhibitor baik pada faktor VIII atau

    faktor IX. 4 Walaupun sekarang ini pengobatan profilaksis sudah banyak digunakan

    dan berhasil menurunkan kejadian arthropathy kronis, tetapi komplikasi tersebut

    masih belum dapat dihilangkan. Sama halnya dengan terapi yang menggunakan

    teknik infus, angka kejadian penyakit infeksi akibat transfusi masih belum dapat

    diatasi walaupun sudah dipurifikasi atau menggunakan produk rekombinan. Infeksi

    HIV, hepatitis B dan C merupakan beberapa penyakit yang ditransmisikan melalui

    infus dan dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas pada pasien dewasa muda

    dan remaja dengan hemophilia. 1,4 Baik terapi rekombinan maupun produk plasma

    sebagai pengganti faktor VIII memiliki insidens yang sama dalam menimbulkan

    inhibitor. Faktor IX yang sudah dilakukan purifikasi atau rekombinan faktor IX dapat

    menimbulkan reaksi anaphilaxis. Toleransi imun terhadap faktor IX dapat

    mengakibatkan sindrom nefrotik pada beberapa pasien.

    Kurva di atas 12 menunjukkan umur harapan hidup pada populasi laki-laki

    dewasa muda yang mengidap hemophilia berat, sedang atau ringan yang tidak

    mengalami komplikasi HIV dan dibandingkan dengan populasi laki-laki dewasa

    muda yang sehat di Inggris.

  • 7/27/2019 Hemofilia Pada Anak (Evlyne)

    26/31

    Evlyne E. Suryawijaya | Universitas Pelita Harapan - 2010

    23

    Secara umum, arthropathy kronik adalah gangguan utama yang muncul karena

    hemophilia. Pada pasien hemophilia yang tidak menerima perawatan, biasanya akan

    mengalami gejala perdarahan yang berulang pada satu sendi (sendi target). Enzim

    proteolitik akan dilepaskan dari sel darah putih menuju ruang sendi setelah

    terjadinya perdarahan. Selain itu, zat besi dari darah juga akan dikeluarkan dan

    menginduksi proliferasi makrofag. Semua hal tersebut akan menimbulkan proses

    inflamasi di sinovium. Proses inflamasi tersebut akan menimbulkan perubahan

    bentuk dan menebalnya sinovium sehingga sendi menjadi rapuh dan dapat

    menginduksi perdarahan yang lebih berat lagi. Permukaan kartilago akan mengalami

    erosi sehingga terjadi hubungan langsung dengan tulang padat dan menimbulkan

    penyatuan ( articular fusion ). Anak-anak, dengan sendi yang masih baik, memiliki

    sinovium yang masih elastis dan mengakomodasi jumlah darah yang banyak.

    Sehingga apabila anak tersebut baru pertama kali mengalami gejala perdarahan

    karena hemophilia, maka akan timbul gejala pembengkakan yang lebih hebat

    apabila dibandingkan dengan rasa nyeri yang timbul. Sebaliknya, pada pasien yang

    lebih dewasa dengan arthropathy lanjut dan memiliki scar pada salah satu sendinya,

    hanya mempunyai ruang sendi yang lebih sempit untuk mengakomodasi darah.

    Pada pasien pasien-pasien yang lebih dewasa tersebut akan memiliki derajat rasa

    nyeri yang lebih besar jika dibandingkan dengan pembengkakan yang timbul pada

    sendi yang terserang. Pengobatan profilaksis jangka pendek maupun jangka

    panjang harus diterapkan pada pasien yang memiliki sendi target, sehingga dapat

    mencegah progresi arthropathy dan mengurangi inflamasi. 4

    Inhibitor adalah suatu antibody yang dihasilkan oleh tubuh pasien hemophilia

    yang pernah diterapi dengan menggunakan faktor VIII atau faktor IX. Antibody

    tersebut secara spesifik akan melawan atau menghambat aktivitas pembekuan

    darah yang ditimbulkan oleh faktor VIII atau faktor IX. 4 Pada suatu penelitian 13 ,

    munculnya antibody terhadap faktor VIII atau IX (inhibitor) dilaporkan mencapai 13%

    (52/420) pada pasien hemophilia berat, 7% pada pasien hemophilia sedang, dan 5%

    pada pasien hemophilia ringan. Timbulnya inhibitor biasanya diketahui pada saat

    gagalnya usaha untuk mengatasi perdarahan dengan menggunakan terapi

    pengganti. Hanya sedikit dari pasien yang membentuk inhibitor teridentifikasi pada

    saat melakukan pemeriksaan rutin. Inhibitor dapat hilang pada beberapa pasien

    yang terus melakukan infusi secara regular. Tetapi, pada sejumlah pasien yang

  • 7/27/2019 Hemofilia Pada Anak (Evlyne)

    27/31

    Evlyne E. Suryawijaya | Universitas Pelita Harapan - 2010

    24

    lainnya malah akan menghasilkan titer inhibitor yang lebih tinggi dengan program

    infusi tersebut. Untuk pasien-pasien yang demikian harus dilakukan program

    desensitisasi, dimana pasien akan diberikan infus faktor VIII atau IX dosis tinggi

    dengan tujuan mensaturasi antibody dan tubuh dapat mentoleransi faktor VIII atau

    IX tersebut.

  • 7/27/2019 Hemofilia Pada Anak (Evlyne)

    28/31

    Evlyne E. Suryawijaya | Universitas Pelita Harapan - 2010

    25

    KESIMPULAN

    Hemophilia A adalah penyakit bawaan yang berhubungan dengan kelainan

    kromosom X dan mengakibatkan gangguan sintesis atau sintesis faktor VIII

    yang disfungsional.

    Hemophilia B merupakan penyakit yang diturunkan secara resesif karena

    adanya gangguan pada kromosom sex dan memiliki karakteristik adanya

    penurunan aktivitas faktor IX.

    Hemophilia B, secara klinis sukar dibedakan dengan hemophilia A.

    Semua anak laki-laki dari seorang ayah yang menderita hemophilia akan

    normal, sedangkan anak perempuannya pasti merupakan carrier yang

    membawa defek pada faktor VIII. Lalu, anak laki-laki dari seorang carrier akan

    memiliki kemungkinan 50% menderita hemophilia dan anak perempuannya

    akan memiliki kemungkinan 50% menjadi carrier.

    Anak-anak dengan hemophilia, sekarang ini, memiliki long-term survival rate

    yang lebih baik, dalam hal umur harapan hidup maupun kualitas hidup. Hal ini

    didukung karena adanya pengobatan profilaksis dan regimen-regimen terapi

    yang telah banyak berkembang. Integritas dari system skeletal merupakan hal

    yang penting untuk mendapatkan kulitas hidup yang baik pada pasien

    hemophilia. 14

    Manifestasi klinis yang muncul pada hemophilia B bisa dikatakan identik

    dengan gejala yang ditimbulkan oleh hemophilia A. Berikut ini adalah gejala-

    gejala yang timbul pada penyakit hemophilia 7:

    o Hematoma

    o Hemarthrosiso Pseudotumor

    o Hematuria

    o Kelainan sistem saraf

    o Perdarahan pada membran mucus

    Inhibitor adalah suatu antibody yang dihasilkan oleh tubuh pasien hemophilia

    yang pernah diterapi dengan menggunakan faktor VIII atau faktor IX. Antibody

  • 7/27/2019 Hemofilia Pada Anak (Evlyne)

    29/31

    Evlyne E. Suryawijaya | Universitas Pelita Harapan - 2010

    26

    tersebut secara spesifik akan melawan atau menghambat aktivitas

    pembekuan darah yang ditimbulkan oleh faktor VIII atau faktor IX.

    Pasien dewasa yang telah mengidap hemophilia sejak masa kecil biasanya

    akan memiliki komplikasi pada system musculoskeletal karena adanya

    perdarahan yang berulang.

    Terapi pengganti (replacement therapy) dikembangkan dengan tujuan

    meminimalisir munculnya komplikasi dan sequelae akibat hemophilia pada

    anak.

    Profilaksis primer dapat diartikan sebagai pemberian faktor pembekuan darah

    secara infus dan biasanya dimulai sejak usia anak-anak dan diberikan sesuai

    interval waktu yang sudah diatur. Terapi profilaksis ini bertujuan untuk

    memperbaiki keadaan pasien hemophilia, dimana mengubah keadaan pasien

    yang awalnya termasuk hemophilia berat menjadi hemophilia moderat atau

    ringan.

    Walaupun, terapi profilaksis sudah terbukti dapat memberikan keuntungan

    bagi pasien hemophilia berat, tetapi penerapan atau penggunaan terapi

    profilaksis tersebut masih belum merata secara universal. Tersedianya

    produk pada semua daerah adalah salah satu masalah yang ada. Di lain

    pihak, pada daerah yang tersedia produk profilaksis memiliki kendala sebagai

    berikut 2,15 :

    o Biaya

    o Kesediaan dan kesiapan pasien dalam menerima pengobatan

    o Kesulitan saat melakukan terapi secara infus karena masalah dalam

    melakukan akses ke vena

    Komplikasi jangka panjang yang dapat disebabkan oleh hemophilia A dan

    hemophilia B antara lain adalah kerusakan sendi kronik, penyakit infeksi

    akibat penggunaan terapi transfusi, serta timbulnya inhibitor baik pada faktor

    VIII atau faktor IX.

  • 7/27/2019 Hemofilia Pada Anak (Evlyne)

    30/31

    Evlyne E. Suryawijaya | Universitas Pelita Harapan - 2010

    iii

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Harold R. Roberts, Miguel Escobar, Gilbert C. White II. WilliamsHematology. 7 th ed. USA: McGraw Hill; 2006; 115.

    2. Margaret L. Rand, Robert K. Murray. Harper's Illustrated Biochemistry. 27 th

    ed. USA: McGraw Hill; 2006; 50.

    3. Amy D. Shapiro, Sharyne M. Donfield, Henry S. Lynn, Valerie A. Cool,

    James A. Stehbens, et al. Defining the Impact of Hemophilia: The Academic

    Achievement in Children With Hemophilia Study. American Academy of

    Pediatrics 2001.

    4. Richard E. Behrman, Robert M. Kliegman, Hal B. Jenson, editors. Nelson

    Textbook of Pediatrics. 17 th ed. USA: Elsevier; 2004. p. 1657-1660.

    5. Ulla Hedner, David Ginsburg, Jeanne M. Lusher, and Katherine A.

    HEMOSTASIS AND THROMBOSIS: Congenital Hemorrhagic Disorders:

    New Insights into the Pathophysiology and Treatment of Hemophilia. High

    Hematology, Jan 2000; 2000: 241.

    6. Alfredo Pavlovsky. Contribution To The Pathogenesis Of Hemophilia. Blood,

    Mar 1947; 2: 185 - 191.

    7. Lynn C. Garfunkel, Jeffrey M. Kaczorowski, Cynthia Christy, editors.

    Mosbys Pediatric Clinical Advisor. 2 nd ed. USA: Elsevier; 2002. p. 251-252.

    8. Kevin M. Cawthern, Cornelis van `t Veer, Jennifer B. Lock, Maria E.

    DiLorenzo, Richard F. Branda, et al. Blood Coagulation in Hemophilia A and

    Hemophilia C. Blood, Jun 1998; 91: 4581 - 4592.

    9. Patrick Fogarty. CURRENT Medical Diagnosis & Treatment 2008. 47 th ed.

    USA: McGraw Hill; 2008.

    10. Lusher J, Ingerslev J, Roberts H, Hedner U. Clinical experience with

    recombinant factor VIIa. Blood Coagul Fibrinolysis. 1998 Mar;9(2):119-28.

    Browsed: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed . Accessed: September, 15 th

    2008.

    11. Hemophilia. Web MD, Inc. 2008. Browsed: http://www.emedicinehealth.com .

    Accessed: September, 15 th 2008.

    http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmedhttp://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmedhttp://www.emedicinehealth.com/http://www.emedicinehealth.com/http://www.emedicinehealth.com/http://www.emedicinehealth.com/http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed
  • 7/27/2019 Hemofilia Pada Anak (Evlyne)

    31/31

    iv

    12. Sarah C. Darby, Sau Wan Kan, Rosemary J. Spooner, Paul L. F.

    Giangrande, Frank G. H. Hill, et al. Mortality rates, life expectancy, and

    causes of death in people with hemophilia A or B in the United Kingdom

    who were not infected with HIV. Blood, Aug 2007; 110: 815 825.

    13. Iris Plug, Johanna G. van der Bom, Marjolein Peters, Evelien P. Mauser-

    Bunschoten, Arja de Goede-Bolder, et al. Thirty years of hemophilia

    treatment in the Netherlands, 1972-2001. Blood, Dec 2004; 104: 3494 -

    3500.

    14. Chris Barnes, Patricia Wong, Brendan Egan, Tessa Speller, Fergus

    Cameron, et al. Reduced Bone Density Among Children With Severe

    Hemophilia. Pediatrics, Aug 2004; 114: e177 - e181.

    15. David Southall, Brian Coulter, Christiane Ronald, Sue Nicholson, Simon

    Parke, editors. International Child Health Care: A practical manual for

    hospitals worldwide. London: BMJ; 2002. p. 273-274.